Anda di halaman 1dari 7

KEPUTUSAN DIREKTUR RS SANTA ANNA

Nomor : .../ RSB/SK-DIR/VIII/2014

Tentang
Kebijakan Pelayanan Gizi
Rumah Sakit Santa Anna

DIREKTUR RUMAH SAKIT BERMUTU

Menimbang : bahwa untuk mendukung terwujudnya pelayanan Gizi bagi pasien di


Rumah Sakit Bermutu yang optimal perlu ditetapkan Kebijakan
Pelayanan Gizi di Rumah Sakit Santa Anna

Mengingat :
1. Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang Undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1333./MenKes/SK/XII/1999 tahun 1999, tentang standard
pelayanan RS.
4. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan.
5. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan RS, Kemekes, 2012.
6. Peraturan Menteri Kesehatan No 76 tahun 2013 tentang Pedoman
Pelayanan Gizi RS
7. Keputusan Direksi PT....../Yayasan .... No ../PT.../SK-Dirut/I/2011
tanggal 10 Januari 2014 tentang Kebijakan Penyelengaraan RS
Bermutu
8. Keputusan Direktur RS Bermutu No 01/RSB/SK-
Dir/I/2012,tanggal 17 Januari 2014 tentang Kebijakan umum RS
Bermutu.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :

PERTAMA : Keputusan Direktur RSB tentang Kebijakan Kegiatan pelayanan Gizi


di RS Bermutu, seperti tertuang dalam Pedoman Pelayanan Gizi
sebagai lampiran dari Surat Keputusan ini.

KEDUA : Kegiatan Pelayanan Gizi di RS Bermutu dilaksanakan oleh Dietesen


Gizi dan Dokter Spesialis Gizi Klinik sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi masing masing.

KETIGA : Dokter Spesialis Gizi Klinikmelaksanakan pelayanan medis asuhan


klinikdi unit pelayanan yang berisiko tinggi malnutrisi yaitu ruang
ICU, Luka bakar, Radioterapi, Neurologi dan Bedah digestif dalam
bentuk Tim Terapi Gizi, dan untuk unit pelayanan lainnya sesuai
dengan konsul dari DPJP (alur pelayanan diatur dalam panduan).

KEEMPAT : Dietesen/Ahli Gizi melaksanakan pelayanan asuhan Gizi di seluruh


unit pelayanan Rs meliputi kegiatan :
1. Asuhan Gizi rawat Jalan
2. Asuhan Gizi rawat Inap
3. Pelayanan Makanan
4. Penelitian dan Pengembangan Gizi Terapan

KELIMA : Pelaksana asuhan Gizi pasien di ruang rauang rawat jalan dan rawat
inap adalah Ahli Gizi lulusan D4/S1 jurusan Gizi yang memiliki Surat
Tanda registrasi sebagai Registered Dietisian (RD) atau Nutrisionis /
Dietisian.
Pelaksana asuhan Gizi penyakit tanpa komplikasi dapat dilaksanakan
oleh Ahli Madya Gizi lulusan D3 Gizi dan memiliki Surat Tanda
registrasi sebagai Technical Registered Dietitian (TRD)

KEENAM : Instalasi Gizi berwenang menempatkan dan mutasi tenaga Dietesen


(Ahli Gizi) untuk kepentingan perbaikan mutu pelayanan Gizi di unit
kerja dan memperluas pengalaman Dietesen.

KETUJUH : Jadwal pelayanan Asuhan Gizi dilaksanakan pada hari Senin sampai
dengan jumat pukul 7.30 s/d 15.30 WIB,untuk asuhan Gizi rawat inap
dan pelayanan makanan sampai pukul 19.00.

KEDELAPAN : Kegiatan pelayanan makanan dilakukan oleh unit Produkasi makanan.

KSEMBILAN : Pemantauan,evaluasi dan pelaporan kegiatan pelayanan Gizi dilakukan


secara periodik setiap bulan,triwulan dan tahunan untuk diketahui
tingkat keberhasilan pelaksanaan, kendala yang dihadapi serta mutu
pelayanan.

KESEPULUH : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan bila terdapat
kekeliruan dalam keputusan ini akan dilakukan perbaikan sebagaimana
mestinya.

DITETAPKAN DI .........................
Pada tanggal : ...................
Direktur RS Bermutu

Dr ......................................,MARS
LAMPIRAN SK DIREKTUR RS BERMUTU
Nomor : .. / RSB /SK-DIR /I / 2014

Tentang

Pedoman PelayananGizi
Rumah Sakit Bermutu

I. Skrining Gizi pada Pasien baru :


a. Kegiatan Skrining Gizi untuk menentukan risiko malnutrisi pada pasien
baru merupakan bagian dari Pengkajian Keperawatan Awal
b. Kegiatan Skrining pada pasien dewasa meliputi :
a) Menimbang berat badan pasien (dalam Kg)
b) Mengukur tinggi badan (dalam M)
c) Menentukan risiko malnutrisi pasien dengan perangkat
Malnutrition Screening Tool (MST) dengan kriteria :
1) Pasien tidak berisiko malnutrisi
2) Pasien berisiko malnutrisi
d) Skrining Gizi dilakukan oleh Perawat yang telah mendapat
pelatihan sebelumnya. Skrining gizi pasien rawat inap dilakukan
1x24 jam sejak pasien baru masuk.Skrining pasien rawat jalan
dilakukan saat perawat melakukan pengkajian.
e) Data Skrining Gizi merupakan bagian dari formulir Pengkajian
Keperawatan Awal.
f) Hasil skrining Gizi akan dibaca oleh Dietesen (Ahli Gizi) pada
saat kunjungan awal pasien baru. Selanjutnya Dietesen akan
melakukan asesmen gizi pada pasien berisiko malnutrisi atau
menderita malnutrisi Skrining khusus untuk pasien tertentu
dapat menggunakan perangkat lain seperti Subjective Global
Assesment (SGA), Mini Nutrition Assesment (MNA) atau
Patient Generated Subjective Global Assessment (PGSGA)
yang dilakukan oleh Dietesen sesuai dengan kebutuhan.
g) Hasil skrining Gizi dapat digunakan oleh Dokter di rawat jalan
sebagai bahan pertimbangan untuk merujuk pasien ke Dietesen
atau ke dDokter Spesialis Gizi klinik jika pasien berisiko
malnutrisi, malnutrisi dan kondisi khusus ( Diabetes Mellitus,
Hipertensi, Penyakit ginjal khronik dll).

II. Asuhan Gizi Pasien Rawat Jalan :


a. Kegiatan asuhan gizi pada pasien rawat jalan yang dirujuk untuk konseling
gizi dilaksanakan oleh Dietesen.
b. Pasien dewasa dan anak yang mendapatkan asuhan gizi adalah pasien yang
dirujuk oleh Dokter di klinik rawat jalan kepada Dietesen untuk mendapat
edukasi dan konseling gizi. Asuhan gizi yang diberikan untuk pasien
dengan penurunan fungsi ginjal berat/hemodialisa, geriatri, anak,
khemoterapi, DM, sirosis hepatis, penyakit eganasan, pasca stroke, pasca
bedah transplantasi, malnutrisi, penyakit degeneratif, dan penyakit khronik
lainnya yang memerlukan penangnan dietetik.
Asuhan gizi meliputi :
a) Asesmen (pengkajian) Gizi pasien yaitu :
1. Data Antropometri
2. Data Biokimia
3. Data klinis/fisik
4. Riwayat makan/gizi
5. Riwayat personal
b) Menentukan diagnosis gizi yang sesuai dengan masalah yang
ditemukan pada asesmen gizi
c) Memberikan intervensi gizi melalui edukasi dan konseling gizi dan
preskripsi diet dari dokter yang merujuk.
d) Melakukan monitoringdan evaluasi pada kunjungan berikutnya.
c. Asuhan gizi dilakukan oleh Dietesen dengan pendidikan D3/D4/S1 Gizi
d. Asuhan Gizi diberikan di ruang konseling gizi di klinik gizi terpadu di
rawat jalan.
e. Kegiatan edukasi dan konseling yang diberikan kepada pasien dan atau
keluarga adalah pemberian informasi jadwal makan, jenis makanan yang
dianjurkan dan dibatasi, jumlah yang dapat dikonsumsi serta cara menukar
bahan makanan (food exchange) serta membantu pasien mengenali dan
mengatasi masalah gizinya. Kegiatan edukasi dapat diberikan juga pada
kelompok pasien masyarakat RS
f. Hasil asuhan gizi pasien yang diberi konseling ditulis pada formulir Asuhan
Gizi untuk dimasukkan ke dalam dokumen medis dengan format ADIME
(Assesment, Diagnosa, Intervensi, Monitoring, Evaluasi)

III. Asuhan Gizi Pasien Rawat Inap ;

a. Kegiatan asuhan gizi di ruang rawat inap dilaksanakan oleh Dietisien


b. Semua pasien dewasa dan anak yang berisiko malnutrisi, malnutrisi, serta
kondisi khusus (pasien dengan penurunan imunitas, hemodialisis khronis,
geriatri, kemoterapi, intensive care, perinatal care, luka bakar, transplantasi
sumsum tulang, Diabetes melitus, penurunan fungsi ginjal berat, sirosis
hepatis, cidera kepala berat, penyakit keganasan, pneumonia berat, stroke,
bedah digestif) mendapat asuhan gizi yang meliputi :

a) Asesmen (pengkajian) Gizi pasien yaitu :


1. Data Antropometri
2. Data Biokimia
3. Data klinis/fisik
4. Riwayat makan/gizi
5. Riwayat personal
b) Diagnosis Gizi yang sesuai dengan masalah gizi yang ditemukan
berdasarkan asesmen gizi
c) Intervensi gizi yang sesuai dengan diagnosa gizi dan
memperhatikan preskripsi diet dari DPJP/ dokter Residen/Dokter
jaga. Intervensi berupa pemberian makanan sesuai priskripsi diet,
pemberian edukasi dan konseling/penyuluhan gizi sesuai diet.
d) Monitoring dan evaluasi gizi
c. Asuhan gizi pada pasien dengan komplikasi dilakukan oleh Ahli gizi
(Dietisien) dengan pendidikan D4/S1 gizi. Asuhan gizi umum/tanpa
komplikasi dapat dilakukan oleh TRD (ahli madya Gizi) lulusan D3 Gizi.
d. Hasil asuhan gizi ditulis pada formulir asuhan gizi di dokumen medis atau
formulir kolaborasi dengan format ADIME.
e. Asuhan gizi pada pasien berisiko malnutrisi dan kondisi khusus
dilaksanakan selama pasien dirawat di RS.
f. Asuhan klinis pelayanan medis pada pasien dengan komplikasi berisiko
tinggi malnutrisi/sakit kritis dilakukan oleh dokter spesialis Gizi Klinis.

IV. Penentuan Preskripsi Diet (order diet) di ruang rawat inap.


a. Penentuan preskripsi diet (order diet) awal dilakukan oleh DPJP/dokter
residen/dokter jaga
b. DPJP/dokter residen/dokter jaga bertanggung jawab terhadap pemberian
priskripsi diet pasien di ruangan dan dietisien bertanggung jawab terhadap
ketepatan pemberian makanan sesuai dengan priskripsi diet
c. Preskripsi diet (order diet) awal pada pasien baru ditentukan oleh DPJP/dokter
residen/dokter jaga dalam 1x24 jam sejak pasien masuk RS yang terdiri dari
jenis diet dan bentuk makanan. Untuk pasien dengan kondisi khusus
dicantumkan anjuran kebutuhan energi dan atau zat gizi lain. (contoh jenis
diet : DM/RG/RP/RK/Rendah purin/Rendah kholesterol. Contoh bentuk
makanan : Biasa/Lunak/saring/cair.
d. Apabila Dokter hanya menetukan jenis diet, maka dietisien dapat menetukan
bentuk makanan yang sesuai dengan kemampuan akan pasien, dengan
persetujuan dokter yang merawat (DPJP/dokter residen/dokter jaga).
e. Prskripsi diet definitif/lanjutan ditetapkan oleh DPJP bekerjasama dengan
dietisien dalam menentukan bentuk makanan dan kebutuhan zat gizi, jadwal
dan jenis diet yang lebih tepat sesuai kondisi pasien.
Preskripsi diet definitif dituliskan kembali dalam dokumen medis oleh DPJP
dan Dietisien.
Preskripsi diet pada pasien di ruang pelayanan risiko tinggi malnutrisi
(ICU,ULB, Neurologi, Radioterapi dan bedah digestif) ditetapkan oleh dokter
spesialis gizi klinis.
f. Apabila pasien memerlukan perubahan diet (jumlah, jenis, bentuk diet dan
formula khusus) berdasarkan asesmen gizi, dietisien dapat mengusulkan
perubahan atau penambahan jenis diet berkoordinasi dengan DPJP/dokter
residen/dokter jaga.
g. Dalam kondisi tertentu apabila peskripsi diet (ordr diet) awal belum ditetapkan
oleh DPJP, maka dietisien akan menntukan preskripsi diet awal.
h. Preskripsi diet ditulis oleh DPJP/Residen pada formulir rujukan konseling gizi
bagi pasien rawat jalan yang memerlukann diet tertentu.
V. Pengkajian (asesmen) Gizi pada pasien berisiko tinggi
malnutrisi,malnutrisi dan kondisi khusus :

a. Kegiatan pengkajian (asesmen) gizi dilakukan untuk mengetahui masalah gizi


pasien dan penyebabnya. Tujuannya agar pasien mendapatkan intervensi gizi
sesuai kondisi.

b. Pengkajian (asesmen) gizi dilakukan setelah diketahuinya pasien berisiko


malnutrisi atau sudah malnutrisi atau kondisi khusus. Kondisi khusus yang
dimaksud adalah pasien yang menderita penyakit berisiko seperti pasien
penyakit ginjal khronik/hemodialisa, geriatri, anak, pasien dengan penurunan
imunitas, pasien dengan kemoterapi, pasien dengan sakit berat, pasien ICU,
ICCU, luka bakar, pasien dengan gangguan metabolik, pasien DM, sirosis
hepatis.

c. Pengkajian (asesmen) gizi meliputi kegiatan :


a) Pengumpulan data :
1. Antropometri
2. Biokimia
3. Fisik/klinis yang berhubungan dengan kondisi gizi
4. Riwayat makan
5. Riwayat personal yang berhubungan dengan kondisi gizi
b) Menginterpretasikan data yang terkumpul
d. Pengkajian gizi dilakukan pada kunjungan awal pasien baru dalam waktu 2
x24 jam setelah diskrining perawat sebagai dasar dalam menentukan diagnosis
gizi dan intervensi gizi.
e. Asesmen gizi ulang (re asesmen ) dilakukan apabila masalah gizi pasien belum
terselesaikan atau ditemukan masalah baru.
f. Asemen gizi dilakukan oleh ahli gizi (nutrisionis/dietisien) dengan pendidikan
D3/D4/S1 Gizi.
g. Asemen gizi pada pasien berisiko tinggi malnutrisi/penyakit kritis dilakukan
oleh dokyter spesialis gizi klinis sebagai dasar dalam menentukan preskripsi
diet.
VI. Peraturan pemberian makanan bagi pasien rawat inap :
a. Pemberian makanan bagi pasien rawat inap ini bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan gizi berdasarkan preskripsi diet, jenis penyakit dan kondisi pasien.
b. Unit yang mengelola penyediaan makan pasien rawat inap adalah unit produksi
makanan.
c. Kepala unit produksi makanan bertanggung jawab :
a) Menyediakan dan memberikan makan bagi semua pasien rawat inap
sesuai dengan ketentuan tertulis (terlampir dalam panduan)
b) Memantau hasil produksi makanan dan mengendalikan mutu serta arus
biaya penyelenggaraan makanan, apabila pelaksana produksi
dikerjakan oleh pihak ketiga (vendor)
d. Pemantauan mutu layanan makanan pasien dilakukan dengan cara :
a) Pengendalian mutu pelayanan kandungan gizi
b) Pengendalian mutu kepuasan pasien terhadap cita rasa makanan

Jakarta, ......... Juni 2014


Direktur RS Bermutu

( Dr ............................, MARS)

Anda mungkin juga menyukai