Anda di halaman 1dari 67

PENANGANAN PASCA PANEN DAN STANDARISASI

BAHAN BAKU JAMU


(RAMUAN JAMU TEKANAN DARAH TINGGI)
Oleh : Kelompok 2
Nama Anggota :
1. Lilla Nur Firli (20-10)
2. Kiki Qurniya Rukmana(20-26)
3. Ajeng Putri Devinta (20-29)
GROUP 2 4. Roudhotul Firdaus (20-33)
5. Tri Ananda (20-51)
6. Jihan Fatmalah (20-64)
7. Ikhar Ridho Dayli (20-68)
Proses Pelaksanaan Pascapanen

Tujuan pengelolaan pascapanen tanaman


obat

• Membuat simplisia nabati siap dikonsumsi baik


secara langsung oleh masyarakat umum, bahan
baku jamu, industri OT maupun untuk keperluan
eksport (kemenkes RI, 2011).
Kegiatan yang dilakukan
• Pengumpulan bahan, sortasi basah, pencucian,
penirisan, pengubahan bentuk, pengeringan, sortasi
kering, pengemasan dan penyimpanan (kemenkes
RI, 2011)
RAMUAN JAMU Daun Kumis Kucing
TEKANAN
Rimpang Kunyit
DARAH TINGGI
Herba Pegagan

Herba Seledri

Herba Meniran

Rimpang Temulawak
Ramuan Tekanan Darah Tinggi
Komposisi ramuan jamu tekanan darah tinggi
untuk penggunaan satu hari, terdiri dari bahan
kering :
Herba selederi 15 gram
Herba pegagan 9 gram
Daun kumis kucing 9 gram
Rimpang Temulawak 9 gram
Rimpang kunyit 9 gram
Herba meniran 9 gram
Dikutip dari buku ‘Tujuh Ramuan Jamu Santifik, Pemanfaatan Mandiri oleh masyarakat’ Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Tradisional (B2P2TOOT), 2016, Hal 4
Daun Kumis Kucing
 Nama Daerah : Kumis
Kucing
 Nama Ilmiah :
Orthosiphon stamineus
Benth.
 Sinonim : Orthosiphon.
aristatus (Bl) Miq
 Bagian yang digunakan : Helai daun berbentuk bulat telur lonjong,
Daun atau belah ketupat, panjang 1 cm-10 cm,
 Kandungan : Garam lebar 7,5 mm-5 cm. Urat daun sepanjang tepi
kalium, orthisiphon berambut tipis atau gundul, kedua
glikosida, minyak atsiri, permukaan berbintik-bintik, panjang tangkai
saponin. 3 cm.
 Khasiat : Diuretik
Penanaman Kumis Kucing
• Penyiapan Bibit
Cara yang paling mudah dan biasa untuk mengembangkan kumis kucing
adalah perbanyakan vegetatif dengan stek batang/cabang. Satu hektar lahan
dengan jarak tanam 40 x 40 cm diperlukan 50.000-62.500 stek/ha.
• Pengaturan Lahan
Tanaman ini dapat dengan mudah tumbuh di lahan-lahan pertanian, untuk
produksi sebaiknya dipilih tanah yang gembur, subur, banyak mengandung
humus/bahan organik dengan tata air dan udara yang baik. Ketinggian tempat
optimum tanaman kumis kucing 500 - 1.200 m dpl.
• Waktu dan Cara Panen
Tanaman kumis kucing dipanen menjelang berbunga. Panen dilakukan
dengan cara memangkas 8 daun dari pucuk. Tanaman ini dapat dipanen
sepanjang tahun.
Pascapanen Daun Kumis Kucing
• Setelah dipanen dengan cara dipetik, digunting, atau
dipangkas dengan alat panen, daun kumis kucing
diproses hingga menjadi simplisia daun.
• Menurut Kementerian Pertanian (2011), beberapa
tahapan untuk membuat simplisia daun, termasuk daun
kumis kucing adalah sebagai berikut :
3. Penyiapan
Peralatan dan
1. Penyiapan Bahan
Bahan Baku Kemasan

2. Penyediaan 4. Proses
Air Pencucian Penanganan
Pascapanen
Proses Penanganan Pascapanen Daun
Proses a. Penyortiran Awal
Pasca
Panen untuk b. Pencucian dan Penirisan
Membuat
Simplisia c. Penimbangan bahan baku
Daun yaitu d. Perajangan
sebagai
berikut: e. Pengeringan
f. Penyortiran Akhir
g. Pengemasan dan Pelabelan
h. Penyimpanan
Penanganan Pascapanen Daun

Penyotiran Pencucian Penimbangan


awal dan bahan baku
Penirisan

Proses penyortiran awal Pencucian dilakukan Penimbangan


bertujuan untuk memisahkan sebanyak 3 - 4 kali dilakukan terhadap
daun sesuai dengan sampai air bekas daun segar yang
kebutuhan dan persyaratan, pencucian jernih, telah dicuci bersih
bebas dari kotoran atau kemudian daun yang dan sudah ditiriskan
bahan-bahan asing lainnya sudah bersih untuk mengetahui
yang terikut pada saat ditiriskan dalam berat segar bahan
pemanenan; menjaga kualitas keranjang plastik/rak baku.
bahan baku dan pengering.
mempermudah proses
pengolahan selanjutnya.
Penanganan Pascapanen Daun

Perajangan Pengeringan Penyortiran


akhir

Dipisahkan dari benda-benda


Ukuran perajangan Pencucian dilakukan sebanyak 3 - 4 kali
sampai air bekas pencuDaun dilayukan asing seperti bagian tanaman
disesuaikan dengan yang tidak diinginkan dan
dengan cara dikeringkan dibawah cahaya
kebutuhan. kotoran lainnya (pasir, batu
matahari dengan ditutupi kain hitam (agar
warna lebih tajam). Setelah layu daun kerikil, dan bahan asing
diangin-anginkan di dalam ruangan hingga lainnya). Kandungan benda
kering, atau menggunakan mesin asing tidak lebih dari 2%.
pengeringan rak (tray dryer). Suhu
Warna dan aroma tidak
pengeringan maksimal 50°C dengan
ketebalan tumpukan 3-4 cm. Kadar air
berbeda jauh dari aslinya,
maksimal 5% dan ketika diremas akan tidak mengandung bahan
hancur (menandakan kering optimal). yang beracun dan berbahaya
cian jernih, kemudian daun yang sudah serta tidak tercemar oleh
bersih ditiriskan dalam keranjang jamur.
plastik/rak pengering.
Penanganan Pascapanen Daun

Pengemasan Simplisia harus segera dikemas agar tidak terjadi penyerapan


dan Pelabelan kembali uap air, dilakukan secara hati-hati agar tidak hancur,
dan ditutup rapat supaya aman selama penyimpanan maupun
pengangkutan.
Menggunakan bahan kemasan yang baik, bersih, kering,
mampu melindungi produk dari kerusakan mekanis, tidak
mengandung zat kimia yang menyebabkan perubahan
kandungan kimia, warna, rasa, bau, tidak bersifat racun
(toksin) dan kadar air produk, serta ukuran dan bentuknya
menarik.
Kemasan diberi label yang ditempelkan atau diikatkan pada
kemasan, dengan mencantumkan : nama produk, bagian
tanaman produk yang digunakan, tanggal pengemasan,
nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih,
metode penyimpanan.

Selanjutnya simplisia diangkut ke konsumen atau segera


disimpan untuk proses pengolahan selanjutnya.
Penanganan Pascapanen Daun

Penyimpanan
• Gudang penyimpanan harus bersih, suhu kamar tidak melebihi 30°C,
terpisah dari bahan lain yang dapat menyebabkan kontaminasi dan harus
bebas dari hama gudang, kutu, rayap dan tikus.
• Simplisia yang dikemas disimpan dengan cara ditumpuk di atas rak dengan
ketinggian minimal 10 cm dan diberi alas.
• Menggunakan prinsip "pertama masuk pertama keluar" /First In First Out
(FIFO) sehingga harus dilakukan dilakukan pencatatan tanggal
penyimpanan simplisia.
• Jika penyimpanan dengan baik dan benar, maka produk dapat disimpan
maksimal hingga 1 tahun.
• Perlu dilakukan pemeriksaan gudang secara rutin, meliputi pengecekan
dan pengujian mutu seluruh simplisia yang ada di dalam gudang agar
dapat diketahui lebih dini simplisia yang masih baik mutunya dan yang
telah rusak.
Pengujian Pendahuluan
Standarisasi • Uji Organoleptis/Pemerian simplisia
Bahan Baku Bau aromatik; rasa agak asin, agak pahit, dan kelat.
• Uji Makroskopis
Daun tunggal, bertangkai, letak berseling berhadapan,
warna hijau, rapuh; bentuk bundar telur, lonjong, belah
ketupat memanjang atau bentuk lidah tombak, ujung lancip
atau tumpul; panjang 2 -12 cm, lebar 1 -8 cm.
• Uji Mikroskopis
Fragmen pengenalnya yaitu epidermis atas dan epidermis
bawah, rambut penutup dengan kutikula bergaris dan berizi
zat warna ungu, rambut kelenjar; fragmen mesofil,
pembuluh kayu dengan penebalan spiral, tangga dan jala.
Parameter Spesifik
• Kandungan : Garam kalium, orthisiphon glikosida, minyak atsiri, saponin.
Standarisasi • Penggunaan simplisia : Diuretik.
Bahan Baku • Identifikasi
Proses identifikasi dilakukan dengan pengambilan sejumlah tertentu serbuk
simplisia yang kemudian ditambahkan dengan beberapa reagen untuk diamati
perubahan warnanya. Beberapa reagen tersebut antara lain asam sulfat P, asam
klorida pekat P, larutan natrium hidroksida P 5% b/v, amonia (25%) P, besi (III)
klorida LP, tembaga (II) asetat P, timbal (II) aetat P, asam asetat glasial P, natrium
nitrit P.Selain menggunakan reagen juga dilakukan pengujian menggunakan KLT,
dengan penandaan bercak kromatogram sebagai berikut :
Dengan sinar biasa Dengan sinar UV 366 nm
No. hRx Dengan
Tanpa peraksi Tanpa pereaksi Dengan pereaksi
pereaksi

1. 16-20 - Hijau tua - Hijau tua


2. 20-33 - Ungu tua - Ungu tua
3. 77-86 - Ungu tua - Merah jingga
4. 88-95 - Ungu muda - Ungu
5. 133-141 - Ungu - Ungu
6. 147-155 - Ungu muda - Kuning jingga
7. 172-181 - Coklat merah - Kelabu
8. 197-209 - Biru ungu - Hijau
Standarisasi Bahan Baku
Parameter Non Spesifik
Kadar abu tidak lebih dari 12 %

Kadar abu yang tidak larut dalam asam , tidak lenih dari 2 %

Kadar sari yang larut dalam air, tidak kurang dari 11 %

Kadar sari yang larut dalam etanol, tidak kurang dari 4 %

Bahan organik asing, tidak lebih dari 2%


Kunyit
• Nama Ilmiah : Curcuma longa L.
• Sinonim : Curcuma domestica
• Nama Daerah : Rimpang kunyit, koneng, kunir, konyet,
kunir bentis, temu koneng, temu kuning,
guraci.
• Bagian yang digunakan: Rimpang
• Khasiat: Kholagogum.
• Uraian morfologi rimpang kunyit:
Semak tinggi ±70 cm, batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang,
berwarna hijau kekuningan. Daun tunggal membentuk lanset memanjang. Helai
daun 3-8, ujung dan pangkal daun runcing, tepi rata, panjang 20-40 cm, lebar
8-12 cm. Pertulangan daun menyirip, daun berwarna hijau pucat. Bunga
majemuk berambut bersisik. Panjang tangkai 16-40 cm. panjang mahkota 3 cm,
lebar 1 cm, berwarna kuning. Kelopak silindris, bercangap 3, tipis dan
berwarna - 27 - ungu. Pangkal daun pelindung putih. Akar serabut berwarna
coklat muda. Rimpang warna kuning jingga, kuning jingga kemerahan sampai
kuning jingga kecoklatan.
Kunyit

Kandungan:
Kurkuminoid yaitu campuran dari kurkumin
(diferuloilmetan), monodeksmetoksikurkumin dan
bisdesmetoksikurkumin. Struktur fenolnya
memungkinkan untuk menghilangkan radikal bebas.
Minyak atsiri 5,8% terdiri dari a-felandren 1%, sabinen
0,6%, sineol 1%, borneol 0,5%, zingiberen 25%, dan
seskuiterpen 53%. Mono- dan seskuiterpen termasuk
zingiberen, kurkumen, α- dan βturmeron.
Penanaman Kunyit
• Penyiapan Bibit
Untuk bibit bisa menggunakan rimpang induk dan anak rimpang. Rimpang induk
digunakan seperempat bagian (satu rimpang induk dibelah menjadi empat bagian
membujur), sedangkan anak rimpang, dengan ukuran 15 - 20 g/potong. Sebelum ditanam
benih ditumbuhkan dahulu sampai mata tunasnya tumbuh dengan tinggi tunas 0,5 - 1 cm,
sehingga diperoleh tanaman yang seragam.
• Pengaturan Lahan
Tanah diolah agar menjadi gembur, diupayakan agar drainase sebaik mungkin,
sehingga tidak terjadi penggenangan lahan, oleh karena itu perlu dibuat parit-parit pemisah
petak. Ukuran petak, lebar 2 - 3 m dengan panjang petak disesuaikan dengan kondisi di
lapangan.
• Waktu dan Cara Panen
Panen yang tepat berdasarkan umur tanaman perlu dilakukan untuk mendapatkan
produktivitas yang tinggi, yaitu pada tanaman umur 10 - 12 BST, biasanya daun mulai
luruh atau mengering. Dapat pula dipanen pada umur 20 - 24 BST. Panen dilakukan dengan
cara menggali dan mengangkat rimpang secara seluruhan.
Penanganan Pascapanen Rimpang Kunyit

• Rimpang kunyit dipanen dengan cara menggali dan mengangkat rimpang secara seluruhan.
• Menurut Kementerian Pertanian (2011), beberapa tahapan untuk membuat simplisia daun,
termasuk daun kumis kucing adalah sebagai berikut :

Proses
Penyiapan Pengolahan
Penyediaan Peralatan dan
Penyiapan Air Pencucian
Bahan Baku Bahan
Kemasan

1 2 3 4
Proses Penanganan Pascapanen Rimpang
1.Penyortiran Awal/Sortasi Basah
Dilakukan dengan memilih rimpang yang berukuran besar/tua (umur tanaman 9-12 bulan),
segar, tidak busuk dan tidak cacat atau rusak. kemudian rimpang dibersihkan dari tanah atau
kotoran lain yang masih menempel pada rimpang lalu rimpang dikelompokkan sesuai ukuran,
dipisahkan rimpang dari sisa batang atau daun yang masih terikut juga bahan organik asing
yang lain.

2.Pencucian dan Penirisan


Rimpang dicuci dengan air bersih yang mengalir sebanyak 3 - 4 kali sampai rimpang benar-
benar bersih.

3.Perajangan
Umumnya ketebalan perajangan untuk rimpang temulawak adalah sebesar 7 - 8 mm, jahe,
kunyit dan kencur 3 - 5 mm, dengan bentuk irisan berupa split atau slice tergantung tujuan
pemakaian.
Proses Penanganan Pascapanen Rimpang
4. Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan sinar matahari, oven, blower dan fresh
dryer pada suhu 40- 60°C. Disamping menggunakan sinar matahari langsung, penjemuran juga
dapat dilakukan dengan menggunakan blower pada suhu 40-50°C.

5. Penyortiran Akhir
Dilakukan untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian tanaman yang tidak diinginkan
dan kotoran lainnya yang masih tertinggal (pasir, batu kerikil, dan bahan asing lainnya).
Simplisia rimpang yang baik memiliki kandungan benda asing tidak lebih dari 2%. Warna dan
aroma tidak menyimpang jauh dari aslinya, tidak mengandung bahan yang beracun dan
berbahaya serta tidak tercemar oleh jamur.

6. Pengkelasan (grading) dan Penimbangan


Pengkelasan bertujuan menyeragamkan hasil akhir pengeringan untuk mendapatkan simplisia
rimpang yang seragam, kemudian simplisia rimpang ditimbang untuk mengukur berat kering
simplisia sehingga dapat diketahui rendemen hasil dari proses pengeringan dan proses
pascapanen yang dilakukan. .
Proses Penanganan Pascapanen Rimpang

7. Pengemasan dan Pelabelan


Simplisia yang sudah di grading berdasarkan kualitasnya, segera dikemas untuk menghindari
penyerapan kembali uap air. Pengemasan harus dilakukan secara hati-hati agar tidak hancur.
Bahan kemasan pengemas yang baik harus memenuhi kriteria. Selanjutnya kemasan diberi label
yang ditempelkan pada bagian tengah kemasan yang mencantumkan : nama produk, bagian
tanaman produk yang digunakan, tanggal pengemasan, nomor/kode produksi, nama/alamat
penghasil, berat bersih, metode penyimpanan.

8. Penyimpanan
Penyimpanan dapat dilakukan di ruang biasa (suhu kamar) ataupun di ruang ber-AC. Suhu
gudang tidak lebih dari 30°C dengan kelembaban udara seminimal mungkin (+ 65%) untuk
mencegah terjadinya penyerapan air. Dalam jangka waktu tertentu perlu dilakukan pemeriksaan
gudang secara rutin, meliputi pengecekan dan pengujian mutu seluruh simplisia yang ada di
dalam gudang agar dapat diketahui lebih dini simplisia yang masih bermutu dan mengalami
kerusakan.
Standarisasi Bahan Baku

Pengujian Pendahuluan
Uji Organoleptis/Pemerian simplisia
Bau khas aromatik; rasa agak pahit, agak pedas, lama kelamaan
menimbulkan rasa tebal.
Uji Makroskopis
Kepingan: Ringan, rapuh, warna kuning jingga, kuning jingga kemerahan
sampai kuning jingga kecoklatan; bentuk hampir bundar sampai bulat
panjang, kadang-kadang bercabang; lebar 0,5 cm sampai 3 cm, panjang 2 cm
sampai 6 cm, tebal 1 mm sampai 5 mm; umumnya melengkung tidak
beraturan, kadang-kadang terdapat pangkal upih daun dan pangkal akar.
Batas berdebu, warna kuning jingga sampai coklat kemerahan.
Uji Mikroskopis
Fragmen pengenalnya yaitu butir pati; gumpalan tidak beraturan zat berwarna
kuning sampai kuning coklat; parenkim dengan sel sekresi; fragmen
pembuluh tangga dan pembuluh jala; fragmen rambut penutup warna kuning;
tidak terdapat serabut.
Standarisasi Bahan Baku
Parameter Spesifik
• Kandungan
Kurkuminoid, monodeksmetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin.
Minyak atsiri 5,8% terdiri dari a-felandren 1%, sabinen 0,6%, sineol 1%,
borneol 0,5%, zingiberen 25%, dan seskuiterpen 53%. Mono- dan
seskuiterpen termasuk zingiberen, kurkumen, α- dan βturmeron.
• Penggunaan simplisia : Kholagogum.
• Identifikasi
Proses identifikasi dilakukan dengan pengambilan sejumlah tertentu
serbuk simplisia yang kemudian ditambahkan dengan beberapa reagen
untuk diamati perubahan warnanya. Beberapa reagen tersebut antara lain
asam sulfat P, asam sulfat 10 N, asam klorida pekat P, larutan natrium
hidroksida P 5% b/v, amonia (25%) P, besi (III) klorida P 5% b/v, timbal
(II) aetat P 5% b/v.
Identifikasi
Selain menggunakan reagen juga dilakukan pengujian menggunakan
KLT, dengan penandaan bercak kromatogram sebagai berikut :
Dengan sinar biasa Dengan sinar UV 366 nm
No. hRx
Tanpa peraksi Dengan pereaksi Tanpa pereaksi Dengan pereaksi

Lembayung
1. 4-8 - Merah jambu -
Lembayung
2. 17-23 - Merah jambu -
Lembayung
Lembayung
3. 24-30 - Coklat tua -
Lembayung
4. 31-37 - Lembayung -
Lembayung
5. 46-52 - Merah jambu -
Lembayung
6. 55-61 - Merah jambu -
Lembayung
7. 66-80 - Merah jambu -
Lembayung
Lembayung
8. 84-88 - Merah jambu -
Lembayung
9. 93-100 - Lembayung -
Lembayung
10. 106-117 - Biru lembayung -
Lembayung
11. 117-134 - Lembayung -
Lembayung
12. 172-177 - Merah jambu -
Lembayung
13. 179-183 - Merah jambu -
Lembayung
Parameter Non Spesifik dalam standarisasi bahan baku
rimpang kunyit diantaranya:
Kadar abu Tidak lebih dari 9%
Kadar abu yang tidak larut Tidak lebih dari 1,6%
dalam asam
Kadar sari yang larut dalam air Tidak kurang dari 15%
Kadar sari yang larut dalam Tidak kurang dari 10%
etanol
Bahan organik asing Tidak lebih dari 2%
HERBA PEGAGAN

 Nama daerah: Pegagan


 Nama ilmiah :Centella asiatica (L)
 Bagian yang digunakan: Herba
 Khasiat : Insufisiensi vena kronik,
venous hypertension.
 Kandungan kimia Triterpen:
termasuk asam asiatik dan asam Herba tahunan tanpa batang dengan
mandekasik (6-hidroksi asam rimpang pendek dan stolon-stolon yang
asiatik), asam terminolik, serta melata, panjang 10-80 cm. Daun tunggal,
derivat ester triterpen glikosida: tersusun dalam roset yang terdiri dari 2-10
termasuk asiatikosida, asiatikosida daun, kadang agak berambut. Daun
A, asiatikosida B dan tunggal, Buah pipih, kurang lebih 7 mm
madekassosida.
dan tinggi kurang lebih 3 mm.
Penanaman pegagan
• Penyiapan bibit
tanaman dipotong pada pangkal batang (2-10 cm) dan dibersihkan
dan kotoran yang menempel. umur bibit pegagan yang baik adalah
pada umur 3-4 MST (Minggu setelah tanam)
• Pengaturan lahan
Pegagan berasal dari Asia tropik, menyukai tanah yang agak
lembab, cukup sinar atau agak terlindung. ketinggian tempat
optimum untuk tanaman pegagan adalah 200 - 800 m dpl.
• Waktu dan cara panen
Panen pegagan biasanya dilakukan setelah tanaman berumur 3 – 4
bulan, dengan cara memangkas bagian daun dan batangnya. Selang
pemanenan dengan panen selanjutnya sekitar dua bulan.
Pascapanen Sortasi basah
untuk memisahkan kotoran atau bahan asing serta bagian
herba Pegagan tanaman lain yang tidak diinginkan dari bahan simplisia. Kotoran
yang dimaksud dapat berupa tanah, kerikil, rumput gulma,
tanaman lain yang mirip, bahan yang telah busuk/rusak, serta
bagian tanaman lain yang memang harus dipisahkan dan
dibuang

Pencucian
Pencucian dilakukan sebanyak 3 - 4
kali sampai air bekas pencucian jernih

Pencucian

untuk memperluas permukaan bahan baku. Semakin luas


permukaan maka bahan baku akan semakin cepat kering.
Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin
perajangan khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan
dengan ukuran yang dikehendaki.
Pascapanen
herba Pegagan Pengeringan
bahan dikeringkan diruang pengeringan dengan bantuan
cahaya matahari hingga mencapai kadar air 10- 13 %.

Sortasi kering
Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah
mengalami proses pengeringan. Pemilihan dilakukan
terhadap bahan-bahan yang terlalu gosong.

Penyimpanan dan pelabelan

Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka


simplisia perlu ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri
agar tidak saling bercampur antara simplisia satu dengan
lainnya. Serta diberikan pelabelan pada
kemasan(Gunawan, 2010).
• Pemerian simplisia
Standarisasi Bau aromatik, mula-mula tidak berasa kemudian berasa pahit.
bahan baku • Makroskopis
Berupa batang, helaian daun, bunga dan buah, batang
beruas-ruas pendek, berupa stolon, permukaan umumnya
licin, ujung daun membulat atau tumpul, tulang daun pada
permukaan bawah agak berambut, stolon dan tangkai daun
berwarna cokelat kelabu.
• Mikroskopis
Fragmen pengenal adalah epidermis atas, urat daun dengan
kristal kalsium oksalat bentuk roset, mesofil daun, berkas
pengangkut dengan penebalan tipe tangga, dan epidermis
bawah dengan stomata.
• Identifikasi
Standarisasi Proses identifikasi dilakukan dengan pengambilan sejumlah
bahan baku tertentu serbuk simplisia yang kemudian ditambahkan
dengan beberapa reagen untuk diamati perubahan
warnanya. Beberapa reagen tersebut antara lain FeCl₃, etil
asetat, Lieberman-burchard.
Selain menggunakan reagen juga dilakukan pengujian
menggunakan KLT, dengan penandaan bercak
kromatogram sebagai berikut :
Fase gerak : n-heksan : p-etil asetat : p-dietilamin (80:20:2)
Deteksi : Lieberman-burchard
Rf pembanding asiatikosida 0,33
Standarisasi • Susut pengeringan tidak lebih dari
10%
bahan baku • Abu total tidak lebih dari 11,6%
• Abu tidak larut asam : tidak lebih dari
2,3%
• Sari larut air : tidak kurang dari 15,4%
• Sari larut etanol : tidak kurang dari
4,4%
• Kandungan kimia simplisia : kadar
asiatikosida tidak kurang dari 0,07%
HERBA SELEDRI
Seledri merupakan tanaman semak dua musim (biennial).
Batang :
bulat, beralur, tegak, tinggi bisa mencapai 1 m.
Daun :
tunggal berbentuk menyirip (pinnatipartusI) berbagi lime
sampai sembilan dengan masing-masing bagian daun
berujung meruncing, tepi bergerigi, panjang 10-30 cm,
lebar 5-15 cm, berbau harum.
Bunga :
Nama Daerah : majemuk, berbentuk payung, tangkai muncul seperti
Seledri, saladri batang dari pokok tanaman, kelopak kecil, bertaju lima,
Klasifikasi: hijau, mahkota halus, berbagi lima, berwarna putih.
Divisi : Spermatophyta Biji :
Subdivisi : Angiospermae keras, kecil, beralur, berwarna coklat. Akar serabut,
Kelas : Dicotyledonae berwarna putih kekuningan,
Ordo : Apiales Kandungan :
Famili : Apiaceae Flavo-glukosida (apiin), mait, zat pahit, minyak atsiri,
Genus : Apium vitamin, kolin, lipase,
Spesies : Apium graveolens L. Khasiat :
Bagian yang digunakan : Memacu enzim pencernaan (Stomakik), diuretik
Herba
PENANAMAN
Untuk membudidayakan seledri maka diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Persiapan bibit
Untuk penyiapan bibit seledri dimulai dengan pesemaian benih di bak pesemaian yang telah diisi dengan media
semai berupa campuran pasir halus dan kompos. Benih akan berkecambah dalam waktu 7-12 hari sejak
penyemaian. Pisahkan bibit setelah memiliki daun 2-3 hulai dalam polibag yang berisi media tanam berupa
campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Kemudian bibit ditempatkan dalam empat
pesemaian yang ternaungi dari air hujan dan memiliki aeresi cukup baik. setelah bibit dalam persemaian
memiliki tinggi antara 15-20 cm maka bibit siap dipindahkan ke lahan penanaman
2. Persiapan lahan
Lahan untuk penanaman dipilih yang tidak ternaungi atau ditempat yang lapang dengan cahaya matahari.
Sebelum penanaman lahan dibersihkan dari gulma dan dicangkul sedalam kurang lebih 30 cm sambil
digemburkan. Lahan dibiarkan terbuka selama 7 minggu untuk membunuh mikroba dan selanjutnya diberi pupuk
kandang dengan dosis 20ton/Ha. Selanjutnya dibuat bedengan dengan lebar 1 m dan tinggi 30 cm dan
panjangnya menyesuaikan panjang lahan
3. Penanaman
Bibit seledri ditaman dalam bedengan dengan jarak tanam 20 x 40 cm. Setelah bibit tertanam maka bedengan
ditutup dengan mulsa jerami untuk menjaga kelembaban tanah
Panen tanaman seledri sudah dapat
dilakukan sejak tanaman berumur 8
minggu, yaitu dengan memetik herba
yang telah dewasa atau yang
PEMANENAN pertumbuhannya sudah maksimal.
Herba yang sudah dipanen
dikumpulkan dan dilakukan
penanganan pascapanen
PENANGANAN PASCAPANEN
• Pengelolahan pascapanen seledri dimulai dengan dilakukan
sortasi basah untuk memisahkan dari kotoran atau benda asing
lainnya.
• Kemudian pencucian herba dengan air bersih, kemudian segera
ditiriskan di tempat penirisan
• Setelah herba bebas dari air pencucian kemudian dilayukan di
tempat pelayuan selama kurang lebih 24 jam
• Setelah layu herba segera dikeringkan dibawah sinar matahari
langsung atau dalam oven hingga kadar air mencapai 10%
ditandai dengan mudahnya daun hancur ketika diremas.
• Bahan yang telah kering harus segera dikemas jika tidak langsung
digunakan. Bahan pengemas harus terbuat dari bahan yang kedap
air, kuat dan bersih. Setelah dikemas langsung ditutup rapat, diberi
label dan disimpan di tempat yang bersih, sejuk dan terhindardari
sinar matahari.
STANDARISASI SIMPLISIA
Pengujian Pendahuluan
• Organoleptis
Bau aromatis, rasa agak asin, sedikit pedas, menimbulkan
rasa tebal dilidah.
• Makroskopik
Daun majemuk menyirip, tipis, rapuh, warna hijau tua sampai
hijau kecoklatan, jumlah anak daun 3-7 helai, panjang anak
daun 2-7,5 cm, lebar 2-5 cm, pangkal dan ujung anak daun
runcing, panjang ibu tangkai daun sampai 12,5 cm, terputar,
beralur, panjang tangkai anak daun 1-2,7 cm.
• Mikroskopik
Secara organoleptis ciri simplisia seledri adalah berupa helaian
daun seledri kering, berbentuk tidak beraturan, menggulung
atau melintir berwarna hijau, berbau harum, dan berasa sedikit
menyengat
STANDARISASI SIMPLISIA
Parameter non spesifik
Kadar abu tidak lebih dari 12 %

Kadar abu yang tidak larut dalam asam , tidak lebih dari 6
%

Kadar sari yang larut dalam air, tidak kurang dari 40 %

Kadar sari yang larut dalam etanol, tidak kurang dari 11


%

Bahan organik asing, tidak lebih dari 2%


STANDARISASI SIMPLISIA
Parametes Spesifik
• Indenfitikasi
A. Pada 2 mg seruk daun ditambahkan 5 tetes asam sulfat
P; terjadi warna coklat kehijauan.
B. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat
10 N; terjadi warna kuning.
C. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes larutan
natrium hidroksida P 5% b/v; dalam etanol; terjadi warna
hijau.
D. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes amonia (25%)
P; terjadi warna coklat muda.
E. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes larutan
Besi(III) klorida P 5% b/v; terjadi warna hijau kecoklatan.
Uji KLT
Dilakukan dengan penandaan bercak kromatogram sebagai berikut :
Dengan sinar biasa Dengan sinar UV 366 nm
No. hRx Tanpa Dengan pereaksi Tanpa Dengan pereaksi
peraksi I II pereaksi I II
1. 4-7 Kuning Ungu Kuning Biru Ungu Biru
2. 9-12 Hijau - Hijau Violet Ungu Violet
3. 12-15 Hijau - Hijau Merah - Merah
4. 27-31 Hijau Hijau Hijau Merah Merah Merah
5. 47-52 - - - Biru Ungu Biru
6. 82-88 - - - Biru Ungu Biru
128-
7. - Violet - - Violet -
132
132-
8. Kuning - - - - -
134

Catatan : Harga Rx dihitung terhadap bercak warna merah (yang diamati dengan
sinar biasa atau warna ungu dengan sinar UV 366 nm)
Tanda I = Pereaksi anisaldehid-asam sulfat I LP.
II = Pereaksi AlCl3 LP.
HERBA MENIRAN

 Kingdom : Plantae
 Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
 Kelas : Dicotyledonae
 Bangsa : Euphorbiales
 Suku : Euphorbiaceae
 Marga : Phyllanthus
 Jenis : Phyllanthus niruri L.
 Nama Daerah : Meniran
Penanaman Herba Meniran
• Penyiapan Bibit
Pembibitan meniran dilakukan agar pertumbuhannya
seragam dan resiko kematian dapat diperkecil. Media
tanam yang digunakan adalah campuran sekam dan
tanah dengan perbandingan 1 : 1 atau campuran sekam,
pupuk kandang dan tanah dengan perbandingan 1 : 1 : 1.
Bibit meniran diperoleh dari biji yang berasal dari
tanaman induk yang sudah tua. Biji disebarkan di media
tanam secara merata. Setelah satu minggu dan muncul
tunas, bibit dapat dipindahkan ke polibeg berukuran 5 x
10 cm. Pembibitan dengan menggunakan polibeg ini
dilakukan selama 3 minggu. Setelah itu bibit bisa
langsung ditanam di lahan yang telah disiapkan.
Penanaman Herba Meniran
• Pengaturan Lahan
Meniran tumbuh di daerah dataran rendah sampai ke dataran tinggi
dengan ketinggian 1.000 m di atas permukaan laut. Meniran dapat dijumpai
pada hampir semua tempat, di semak-semak, pekarangan rumah, di antara
rerumputan, dan di tempat-tempat lain. Meniran dapat tumbuh pada berbagai
jenis tanah, terutama tanah berpasir. Meniran menyukai tempat yang lembab
dan akan tumbuh dengan subur apabila tanah kaya akan bahan organik.
Meniran hijau lebih toleran tumbuh di tanah yang miskin bahan organik
dibandingkan dengan meniran merah
Tanah pada lahan yang akan digunakan sebagai tempat budidaya meniran
dicangkul dengan kedalaman 20 cm, dibersihkan dari gulma dan batu-batuan.
Kemudian dibuat bedengan dengan lebar 1 m dan tinggi 20 cm – 30 cm,
panjang bedengan disesuaikan dengan ukuran lahan, jarak antar bedengan 50
cm. Di atas bedengan yang telah disiapkan diberi pupuk kandang sebanyak satu
karung untuk setiap satu meter persegi lahan.
Penanaman Herba Meniran
• Pemeliharaan
Pada awal pertumbuhan, terutama pada musim kemarau, meniran perlu disiram.
Ketika tanaman masih muda, biasanya meniran kurang mampu bersaing dengan gulma,
karena itu penyiangan perlu dilakukan agar pertumbuhannya baik. Penyiangan dapat
dilakukan secara manual yaitu dengan mencabut gulma.
Meniran dapat tumbuh baik di berbagai keadaan tanah yang marginal. Apabila lahan
banyak mengandung humus atau pupuk kandang dan kompos, pemupukan tidak perlu
dilakukan. Apabila pertumbuhannya kurang bagus dapat diberikan urea sebanyak 100
kg/ha pada saat penyiangan gulma.
Pertumbuhan meniran hampir tidak pernah mengalami gangguan akibat serangan hama
atau penyakit. Apabila terdapat gangguan hama penyakit, pengendalian cukup dilakukan
dengan cara mekanis yaitu menangkap atau membuang bagian tanaman yang terserang.

• Pemanenan
Pemanenan dilakukan setelah tanaman berumur 2 – 3 bulan di lahan. Ciri tanaman
meniran yang siap dipanen adalah daun tampak hijau tua hampir menguning dan buah
agak keras jika dipijit.
• Meniran yang telah dipanen dikeringkan
selama beberapa jam, lalu dijemur di
bawah sinar matahari langsung atau
menggunakan oven.
Pascapanen • Pengeringan dengan sinar matahari
dilakukan selam 3 – 5 hari tergantung
Herba Meniran keadaan cuaca. Meniran yang telah
dikeringkan dikemas dalam wadah yang
kedap udara agar simplisia ini tidak
mudah berjamur.
Penyortiran Awal
Proses
Proses penyortiran awal bertujuan untuk memisahkan
Penanganan daun sesuai dengan kebutuhan dan persyaratan, bebas
Pascapanen dari kotoran atau bahan-bahan asing lainnya yang terikut
pada saat pemanenan; menjaga kualitas bahan baku dan
Daun mempermudah proses pengolahan selanjutnya.

Pencucian dan Penirisan


Pencucian dilakukan sebanyak 3 - 4 kali sampai air
bekas pencucian jernih, kemudian daun yang sudah
bersih ditiriskan dalam keranjang plastik/rak
pengering.

Penimbangan bahan baku

Penimbangan dilakukan terhadap daun segar yang telah


dicuci bersih dan sudah ditiriskan untuk mengetahui berat
segar bahan baku.
Perajangan
Proses
Ukuran perajangan disesuaikan dengan kebutuhan.
Penanganan
Pascapanen Pengeringan

Daun Daun dilayukan dengan cara dikeringkan dibawah cahaya


matahari dengan ditutupi kain hitam (agar warna lebih
tajam). Setelah layu daun diangin-anginkan di dalam
ruangan hingga kering, atau menggunakan mesin
pengeringan rak (tray dryer). Suhu pengeringan maksimal
50°C dengan ketebalan tumpukan 3-4 cm. Kadar air
maksimal 5% dan ketika diremas akan hancur
(menandakan kering optimal).
Penyortiran akhir

Dipisahkan dari benda-benda asing seperti bagian tanaman


yang tidak diinginkan dan kotoran lainnya (pasir, batu
kerikil, dan bahan asing lainnya). Kandungan benda asing
tidak lebih dari 2%. Warna dan aroma tidak berbeda jauh
dari aslinya, tidak mengandung bahan yang beracun dan
berbahaya serta tidak tercemar oleh jamur.
Pengemasan Simplisia harus segera dikemas agar tidak terjadi penyerapan
dan Pelabelan kembali uap air, dilakukan secara hati-hati agar tidak hancur,
dan ditutup rapat supaya aman selama penyimpanan maupun
pengangkutan.
Menggunakan bahan kemasan yang baik, bersih, kering,
mampu melindungi produk dari kerusakan mekanis, tidak
mengandung zat kimia yang menyebabkan perubahan
kandungan kimia, warna, rasa, bau, tidak bersifat racun
(toksin) dan kadar air produk, serta ukuran dan bentuknya
menarik.
Kemasan diberi label yang ditempelkan atau diikatkan pada
kemasan, dengan mencantumkan : nama produk, bagian
tanaman produk yang digunakan, tanggal pengemasan,
nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih,
metode penyimpanan.

Selanjutnya simplisia diangkut ke konsumen atau segera


disimpan untuk proses pengolahan selanjutnya.
Penyimpanan Gudang penyimpanan harus bersih, suhu kamar tidak melebihi
30°C, terpisah dari bahan lain yang dapat menyebabkan
kontaminasi dan harus bebas dari hama gudang, kutu, rayap dan
tikus.
Simplisia yang dikemas disimpan dengan cara ditumpuk di atas
rak dengan ketinggian minimal 10 cm dan diberi alas.
Menggunakan prinsip "pertama masuk pertama keluar" /First In
First Out (FIFO) sehingga harus dilakukan dilakukan pencatatan
tanggal penyimpanan simplisia.

Jika penyimpanan dengan baik dan benar, maka produk dapat


disimpan maksimal hingga 1 tahun.

Perlu dilakukan pemeriksaan gudang secara rutin, meliputi


pengecekan dan pengujian mutu seluruh simplisia yang ada di
dalam gudang agar dapat diketahui lebih dini simplisia yang
masih baik mutunya dan yang telah rusak.
Standarisasi Bahan Baku
Pengujian Pendahuluan
• Uji Organoleptis/Pemerian simplisia
Bau khas herba meniran, berwarna coklat tua dan rasa yang pahit.
Standar BPOM, 2004 menyatakan bahwa ekstrak herba meniran
umumnya ekstrak kental, warna hitam, tidak berbau dan rasa pahit.
• Uji Makroskopis
Batang ramping, bulat, garis tengah sampai 3 mm, garis tengah cabang
1 mm. Daun kecil, bentuk bundar telur sampai bundar memanjang.
Bunga dan buahn terdapat pada ketiak daun. Buah berwarna hijau
kekuningan sampai kuning kecokelatan.
Standarisasi Bahan Baku
Pengujian Pendahuluan
• Uji Mikroskopis
Fragmen pengenal adalah epidermis atas dengan kristal kalsium
oksalat bentuk roset, epidermis atas dengan kristal kalsium oksalat
bentuk prisma di palisade, epidermis bawah dengan stomata, kulit
buah, dan kulit biji tampak tangensial.

Epidermis atas Epidermis atas Epidermis bawah


dengan kristal dengan kristal dengan stomata
kalsium oksalat kalsium oksalat
bentuk roset bentuk prisma di
palisade
Standarisasi Bahan Baku
Parameter Spesifik
• Identifikasi Senyawa Kimia : Meniran
mengandung lignan yang terdiri dari phyllanthine, H3C O
hypophyllanthine, phyltetralin, lintretalin, nirathin, O
CH3
nitretalin, nirphylline, nirurin, dan niruriside. Terpen
yang terdiri dari cymene, limonene, lupeol, dan
lupeol acetate. Flavanoid terdiri dari quercetin, H3C O

quercitrin, isoquercitrin, astragalin, rutine, dan O


CH3
physetinglucoside. Lipid terdiri dari ricinoleic acid,
dotriancontanoic acid, linoleic acid, dan linolenic H3C
acid. Benzenoid terdiri dari methylsalicilate. O
O
Alkaloid terdiri dari norsecurinine, 4-metoxy CH3
norsecurinine, entnorsecurinina, nirurine, phyllantin,
dan phyllochrysine. Steroid berupa beta-sitosterol. Filantin
(Kementrian Kesehatan
Alcanes berupa triacontanal dan triacontanol. Republik Indonesia, 2017)
Komponen lain berupa tannin, vitamin C dan
vitamin K.
Standarisasi Bahan Baku
Parameter Spesifik
• Pola kromatrogram :

Keterangan :
S: Simplisia herba meniran
P: Pembanding kuersetin
Rf pembanding kuersetin 0,56
Rx 1. 0,21
R­x 2. 0,60
Rx 3. 0,93
Rx 4. 1,24
Rx 5. 1,52
Filantin
Rx 6. 1,69 (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2017)
Rx 7. 1,79
Standarisasi Bahan Baku
Parameter Non Spesifik

Kadar abu tidak lebih dari 7,2%

Kadar abu yang tidak larut dalam asam , tidak lebih dari 1,2%

Kadar sari yang larut dalam air, tidak kurang dari 20,3%

Kadar sari yang larut dalam etanol, tidak kurang dari 10,5%

Bahan organik asing, tidak lebih dari 2%

Tidak memiliki minyak atsiri (Krisyanella dkk., 2013)


Cemaran Mikroba : Meniran mengandung flavonoid, hipolantin. Zat- zat tersebut merupakan senyawa yang terkandung dari
tumbuhan yang berkhasiat sebagai antimikroba. (Yuliana dan Wulandari Program Studi Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada, 2019)
RIMPANG TEMULAWAK
Khasiat :
Temulawak memiliki khasiat dalam mengobati berbagai
penyakit misalnya gangguan fungsi hati yang mana
temulawak dapat meningkatkan produksi dan sekresi
empedu, menurunkan kadar kolesterol di hati, dan
mengaktifkan enzim emecah lemak di hati. Selain itu
temulawak juga berkhasiat sebagai agen antiinflamasi.

Morfologi :
• Bagian tanaman temulawak yang digunakan sebagai
agen anti hipertensi adalah bagian rimpangnya.
Kingdom : Plantae Rimpang temulawak berwarna jingga kecoklatan
Divisi : Spermatophyta • Rimpang temulawak terdiri dari rimpang induk (empu)
Bangsa : Zingiberales yang berbentuk bulat seperti telur berwarna kuning
Suku : Zingiberaceae tuaatau cokelat kemerahan dan rimpang anakan
Marga : Curcuma (cabang). Dari rimpang induk akan muncul rimpang
Spesies : Curcuma kedua yang lebih kecil dengan arah pertumbuhannya
xanthorrhiza Roxb. kesamping. Rimpang tersebut berwarna lebih muda
dengan bentuk bermacam-macam yang berjumlah
sekitar 3-7 buah.
Penanaman
• Tanaman temulawak tumbuh pada ketinggian 5 – 1.500 m diatas permukaan
laut. Untuk memperoleh hasil yang baik, temulawak perlu ditanaman di tanah
yang subur dan baik tata pengairannya. Curah hujan yang dikehendaki yaitu
antara 1500 – 4000mm pertahun.
• Untuk memperbanyak tanaman dipergunakan rimpang yang sudah cukup tua
dari tanaman yang berumur 9 bulan. Rimpang terlebih dahulu disimpan di
tempat yang sejuk dan lembab agar tunasnya cepat tumbuh. Rimpang ditanam
dengan cara ditimbuni tanah sedikit di dalam keranjang atau di kebun. Rimpang
disiram setiap hari agar selalu lembab. Setelah tunas tumbuh, rimpang tersebut
dipotong-potong. Tiap potongan mengandung 2 sampai 3 mata tunas. Setelah
itu potongan rimpang sebagai bibit dapat ditanam di kebun.
Pemanenan
Tanaman temulawak dapat dipanen setelah berumur 9 bulan atau
lebih. Pemanenan dapat dilakukan jika daun dan bagian tanaman
diatas sudah mengering

Cara pemanenan dilakukan dengan membongkar rimpang


menggunakan garpu. Hasil rimpang segar berkisar antara 10 ton
sampai 20 ton tiap hektar pada umur 9 sampai 24 bulan. Rimpang
yang baru dibongkar dapat segera dibersihkan dari akar dan tanah
yang melekat.
Penanganan Pasca Panen
• Penyortiran basah dilakukan untuk memisahkan kotoran atau bahan asing
Penyortiran (tanah, kerikil dan rumput) dari simplisia. Proses ini bertujuan untuk mengurangi
basah jumlah pengotor yang ikut tertinggal.

• Pencucian dapat dilakukan denngan cara perendaman, penyemprotan maupun


dengan disikat. Setelah dilakukan pencucian, simplisia kemudian ditimbang untuk
Pencucian mengetahui bobot basah rimpang temulawak.

• Ukuran perajangan berpengaruh pada kualitas bahan simplisia. Ketebalan


Perajangan
perajangan berkisar 2-3 mm.

• Pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air dalam simplisia sehingga tidak
mudah rusak dan dapat disimpan dalam waktu yang lama. Simplisia dikatakan
Pengeringan baik apabila kadar airnya kurang dari 10%.
Penanganan Pasca Panen
• Penyortiran kering dilakukan untuk memisahkan zat asing yang tidak diinginkan
Penyortiran yang masih melekat pada simplisia kering.
kering

• Bahan yang dapat digunakan untuk mengemas simplisia kering antara lain karung
goni, plastik atau peti kayu yang kedap udara.
Pengemasan

• Penyimpanan yang baik harus memperhatikan kelembapan, intensitas cahaya


matahari secara langsung, suhu yang tepat dan bebas hama.
Penyimpanan
Standarisasi Bahan Baku
A. Pengujian Pendahuluan
Uji mikroskopik
Uji makroskopik Epidermis bergabus terdapat
sedikit rambut berbentuk kerucut.
Keping tipis, bentuk bundar
Uji organoleptis atau jorong, ringan keras garis
Hipedermis agak menggabus,
dibawahnya terdapat periderm.
bau khas yang tajam, terasa tengah sampai 6cm, tebal Korteks dan silinder pusat
agak pahit, dan berwarna 2mm-5mm, permukaan luar parenkimatik terdiri dari sel
kuning atau jingga cenderung berkerut, warna coklat kuning parenkim berdinding tipis berisi
kecoklatan, serta bentuknya sampai coklat, bidang irisan butir pati, dalam parenkim tersebar
beruas renggang berwarna coklat kuning banyak sel minyak yang berisi
buram, melengkung dan tidak minyak berwarna kuning dan zat
berwarna jingga juga terdapat
beraturan idioblas berisi hablur kalsium
oksalat berbentuk jarum kecil.
Persyaratan :
• Kadar abu tidak lebih dari 4,4%
• Kadar abu yang tidak larut dalam asam tidak lebih dari 0,74%
• Kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 8,9%
• Kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari 3,5%
• Bahan organik asing tidak lebih dari 2%
B. Parameter Spesifik

Reagen (5 tetes) Warna


Asam sulfat p Ungu kecoklatan
Asam klorida pekat Ungu kecoklatan
Natrium hidroksida P Merah kecoklatan
5% b/v
Rimpang temulawak (2 g) Kalium hidroksida P Merah kecoklatan
5% b/v
Amonia 25% p Merah kecoklatan
Kalium iodida p 6% b/v Hijau
Besi (III) klorida P 5% Coklat
b/v
B. Parameter non Spesifik

Penentuan Kadar Air

Penetapan kadar abu


total

Penetapan kadar • Larutan stok yang digunakan yaitu larutan stok arsen tioksida dan larutan
arsen stok arsen

• Bahan yang digunakan yaitu campuran 2 bagian asam nitrat (1000g/L)


Penetapan kadar Pb LP dan 1 bagian asam perklorat (1170 g/L) LP
dan Cd • Penetapan kadar Pb dan Cd dilakukan dengan spektrofotometri serapan
atom (AAS).
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1980. Materia Medika Indonesia Jilid IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Panen dan Pascapanen Tanaman Obat. Tawangmangu.
Kementerian Kesehatan Badan Litbang Kesehatan
Kementerian Pertanian. 2011. Pedoman Teknologi Penanganan Pascapanen Tanaman Obat. Jakarta.
Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Hortikultura
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 Tentang Formularium Obat Herbal Asli
Indonesia
Sitorus, F., A. Suryani, dan B. Suharjo. 2018. Usaha tani dan tataniaga kumis kucing di kampung ciwaluh dan
kampung lengkong, kabupaten bogor. MANAJEMEN IKM: Jurnal Manajemen Pengembangan Industri
Kecil Menengah. 13(1):10.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Farmakope Herbal Indonesia Edisi II. Edisi II. Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 Tentang Formularium Obat Herbal Asli
Indonesia
Kemenkes RI. 2015. Pedoman Budidaya, Panen dan Pascapanen Tanaman Obat. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional
DAFTAR PUSTAKA
Suharmi, S. S. S. 2015. Effect of water extract of meniran (phyllanthus niruri l.) on toxic effect of aflatoxin b1 in
liver of rats (rattus norvegicus) (in vivo). Journal of the Medical Sciences (Berkala Ilmu Kedokteran).
30(2)
Yuliana, A. dan S. Wulandari Program Studi Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada. 2019. UJI CEMARAN MIKROBA
PATOGEN DARI JAMU TRADISIONAL DI DAERAH CIPEDES KOTA TASIKMALAYA
Krisyanella, N. Susilawati, dan H. Rivai. 2013. Pembuatan dan karakterisasi serta penentuan kadar flavonoid
dari ekstrak kering herba meniran (phyllanthus niruri l.). Jurnal Farmasi Higea. 5(1):9–19.
Anonim. 1979. Materi Medika Indonesia Edisi III. Jakarta :Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Pulung, Maria L. 2018. Standarisasi Bahan Rimpang Temulawak Asal Manokwari Papua Barat sebagai
Antimalaria Alami. Manokwari : Universitas Papua
Rukmana,Rahmat. 1995. Temulawak : Tanaman Rempah dan Obat. Yogyakarta : Kanisius
Sudarsono, Pudjoanto, A., Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I. A., Drajad, M., Wibowo, S., dan Ngatidjan,
1996, Tumbuhan Obat, Hasil Penelitian, Sifat-sifat dan Penggunaan, 44-52, Pusat Penelitian Obat
Tradisional, UGM, Yogyakarta.
Rahardjo, Mono dan Rostiana, Otih. 2013. Standar Prosedur Operasional Budidaya Kunyit. Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai