Anda di halaman 1dari 23

1.

Desta kumala dewi


2. Zaqia khoirunisa
3. Kamilia nurjanah
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme
tubuh baik berupa urine atau alvi (buang air besar).
Kebutuhan eliminasi terdiri dari atas dua :
1. eliminasi urine (kebutuhan buang air kecil).
2. eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar).
Sistem tubuh yang memiliki peran dalam proses eliminasi
alvi (buang air besar) adalah sistem gastrointestinal bawah
yang meliputi usus halus dan usus besar.
Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering
disebut dengan buang air besar. Terdapat dua pusat yang
menguasai refleks untuk defekasi, yaitu terletak di medulla
dan sumsum tulang belakang. Apabila terjadi rangsangan
parasimpatis, sfingter anus bagian dalam akan mengendur
dan usus besar menguncup. Refleks defekasi dirangsang
untuk buang air besar kemudian sfingter anus bagian luar
diawasi oleh sistem saraf parasimpatis, setiap waktu
menguncup atau mengendur. Selama defekasi. Berbagai
otot lain membantu proses tersebut, seperti otot- otot
dinding perut, diafragma, dan otot- otot dasar pelvis.
1. Usia
2. Diet
3. Asupan cairan
4. Aktivitas
5. Pengobatan
6. Gaya hidup
7. Penyakit
8. Nyeri
9. Keruskan sensoris dan motoris
1. Konstipasi
2. Konstipasi Kolonik
3. infaction
4. Konstipasi dirasakan
5. Diare
6. InkontInensia Usus
7. Kembung
8. Hemorroid
9. fecal
1. Pengkajian Keperawatan
• Keadaan feses, seperti : warna, bau,, bentuk,
konsistensi, konstituen
• Faktor yang memengaruhi eliminasi alvi
• Pemeriksaan fisik
Konstipasi berhubungan dengan:
 Defek persarafan, kelemahan pelvis, imobilitas akibat cedera
medullaspinalis, dan CVA.
 Penurunan respons berdefekasi
 Nyeri akibat hemoroid
 Efek samping tindakan pengobatan (antasida, laksantif, anaestesi)
 Menurunnya peristaltik akibat stress

Konstipasi kolonik berhubungan dengan:


 Defek persarafan, kelemahan otot dasar panggul, imobilitas akibat
cedera medullaspinalis, dan CVA
 Penurunan laju metabolism akibat hipotiroidime atau
hiperparatiroidisme
 Efek samping tindakan pengobatan (antasida, laksantif, anaestesi)
 Menurunnya peristaltik akibat stress
Konstipasi dirasakan berhubungan dengan:
 Penurunan salah akibat penyimpangan susunan
saraf pusat, depresi, kelainan obsesif kompulsif
 Kurangnya informasi akibat keyakinan budaya

Diare berhubungan dengan:


 Malabsorpsi atau inflamasi akibat penyakit
infeksi atau gastritis, ulkus , dan lain- lain
 Peningkatan peristaltik akibat peningkatan
metabolism
 Proses infeksi
 Efek samping tindakan pengobatan (antasida,
laksantif, anaestesi)
 Stress psikologis
Inkontinensia usus berhubungan dengan:
 Gangguan sfingter rektal akibat cedera
rektum atau tindakan pembedahan
 Kurangnya control pada sfingter akibat
cedera medullaspinalis, CVA, dan lain- lain
 Distensi rektum akibat konstipasi kronis
 Kerusakan kognitif
 Ketidakmampuan mengenal atau merespons
proses defekasi akibat depresi atau
kerusakan kognitif
 Kurangnya volume cairan berhubungan
dengan pengeluaran cairan yang berlebihan
(diare)
Tujuan:
 Memahami arti eliminasi secara normal
 Mempertahankan asupan makanan dan
minuman cukup
 Membantu latihan secara teratur
 Mempertahankan kebiasaan defekasi secara
teratur
 Mempertahankan defekasi secara normal
 Mencegah gangguan integritas kulit
Rencana tindakan, seperti :
 Kaji perubahan faktor yang memengaruhi masalah eliminasi
alvi
 Kurangi faktor yang memengaruhi terjadinya masalah seperti:

1. Konstipasi secara umum


2. Konstipasi akibat nyeri
3. Konstipasi kolonik akibat perubahan gaya hidup
 Jelaskan mengenai eliminasi yang normal kepada pasien.

 Pertahankan asupan makanan dan minuman.

 Bantu defekasi secara manual.


Diagnosis :
Konstipasi berhubungan dengan penurunan fungsi
gastrointestinal.
Dengan kriteria hasil :
a. Bowl Elimination.
b. Hidration.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan kebutuhan eliminasi feses kembali adekuat dengan
kriteria :
a. Pola eliminasi feses dalam batas normal (frekuensi, warna,
jumlah, bentuk).
b. Feses lunak dan mudah dikeluarkan tanpa bantuan dan tanpa
keluhan nyeri.
c. Peristaltik usus kembali normal.
Intervensi :
a. Jelaskan pada pasien dan keluarga penyebab konstipasi dan
alasan tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
b. Pantau tanda dan gejala konstipasi.
c. Pantau eliminasi feses :frekuensi, konsistensi. Bentuk, jumlah,
danwarna.
d. Monitor peristaltic usus secara periodic.
e. Anjurkan untuk meningkatkan intake cairan (1500-
2000cc/24jam) jika tidak ada indikasi gagal jantung.
f. Anjurkan dan berikan makanan dengan kandungan tinggi serat.
g. Hindari mobilisasi pasif yang akan semakin menurunkan
peristaltic usus, anjurkan untuk mobilisasi aktif secara bertahap.
h. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat untuk meningkatkan
laju metabolisme pasian : hormone tiroksin.
i. Konsultasikan kedokter jika konstipasi makin memburuk untuk
dipertimbangkan pemberian laksansia.
1. Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan
2. Menolong Buang Air Besar dengan Menggunakan
Pispot
3. Memberikan Huknah Rendah
4. Memberikan Huknah Tinggi
5. Memberikan Gliserin
6. Mengeluarkan Feses dengan Jari
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan eliminasi alvi
dapat dinilai dengan adanya kemampuan dalam:
 Memahami cara eliminasi yang normal.
 Mempertahankan asupan makanan dan minuman cukup
yang dapat ditunjukkan dengan adanya kemampuan dalam
merencanakan pola makan, seperti makan dengan tinggi
atau rendah serat (tergantung dari tendensi diare/ konstipasi
serta mampu minum 2000- 3000 ml).
 Melakukan latihan secara teratur, seperti rentang gerak atau
aktivitas lain (jalan, berdiri, dan lain- lain).
 atau ekskoriasi, keringnya kulit sekitar stoma, dan lain-
lain.
 Mempertahankan defekasi secara normal yang
ditunjukkan dengan kemampuan pasien dalam
mengontrol defekasi tanpa bantuan obat/ enema,
berpartisipasi da;am program latihan secara teratur,
defekasi tanpa harus mengedan.
 Mempertahankan rasa nyaman yang ditunjukkan
dengan kenyamanan dalam kemampuan defekasi, tidak
terjadi bleeding, tidak terjadi inflamasi, dan lain- lain.
 Mempertahankan integritas kulit yang ditunjukkan
dengan keringnya area perianal, tidak ada inflamasi
atau ekskoriasi, keringnya kulit sekitar stoma, dan lain-
lain.
TINDAKAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN KEBUTUHAN ELIMINASI

1. Pengkajian

Pemeriksaan Riwayat kesehatan


 Pola defekasi
 Perilaku defekasi
 Feses
 Diet
 Cairan
 Aktifitas
 Kegiatan spesifik
 Penggunaan medikasi
 Pembedahan atau penyakit yang menetap

Pemeriksaan fisik
 Abdomen
 Periksa terjadinya distensi, kesimetrisan, gerakan peristaltik serta adanya massa pada perut.
 Rektum dan anus
 Periksa adanya tanda – tanda inflamasi, perubahan warna, lesi, fistula, hemoroid, adanya massa.
Karakteristik feses
 Konsistensi bentuk, bau, warna, jumlah unsur abnormal dalam
feses, lendir.

Pemeriksaan Diagnostik
◦ Anoscopy : pemeriksaan anal
◦ Protoscopy : pemeriksaan rektum
◦ Pritosigmoidcopy colon sigmoid : pemeriksaan rektum dan
colon sigmoid
◦ Colonoscopy : pemeriksaan usus besar

Pengambilan spesimen
 Feses yang diambil adalah 2,5cm atau 15 – 30ml cairan
spesimen.
Diagnostik Keperawatan
 Konstipasi berhubungan dengan penurunan mobilitas gastrointestinal
Definisi
 Penurunan defekasi normal yang disertai pengeluaran feses sulit dan tidak tuntas serta
feses yang kering dan banyak

Gejala dan tanda mayor


Subjektif
 Defekasi kurang dari 2x seminggu
 Pengeluaran feses lama dan sulit
Objektif
 Feses keras
 Peristaltik usus menurun
 Kondisi klinik yang mungkin terjadi
 Anemia
 Hipotiroidisme
 Dialisis ginjal
 Pembedahan abdomen
 Paralisis
 Cedera spinal cord
 Imobilisasi yang lama
Evaluasi keperawatan
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan eliminasi alvi
dapat dinilai dengan adanya kemampuan dalam:
1. Memahami cara eliminasi yang normal.
2. Mempertahankan asupan makanan dan minuman
cukup yang dapat ditunjukkan dengan adanya
kemampuan dalam merencanakan pola makan,
seperti makan dengan tinggi atau rendah serat
(tergantung dari tendensi diare/ konstipasi serta
mampu minum 2000- 3000 ml).
3. Melakukan latihan secara teratur, seperti rentang
gerak atau aktivitas lain (jalan, berdiri, dan lain- lain).
1. Mempertahankan defekasi secara normal yang
ditunjukkan dengan kemampuan pasien dalam
mengontrol defekasi tanpa bantuan obat/ enema,
berpartisipasi da;am program latihan secara teratur,
defekasi tanpa harus mengedan.
2. Mempertahankan rasa nyaman yang ditunjukkan
dengan kenyamanan dalam kemampuan defekasi,
tidak terjadi bleeding, tidak terjadi inflamasi, dan
lain- lain.
3. Mempertahankan integritas kulit yang ditunjukkan
dengan keringnya area perianal, tidak ada inflamasi
atau ekskoriasi, keringnya kulit sekitar stoma, dan
lain- lain.

Anda mungkin juga menyukai