Anda di halaman 1dari 63

SUSUNAN PENGURUS

Penasehat Dewan Redaksi


Muhamad Zakki Saefurrohim Tri Widyaningsih
Stikes Jenderal Achmad Yani
Universitas Negeri Semarang
Nadhirul Mundhiro
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Penanggung Jawab Resti Ekningtyas
Universitas Respati Indonesia
Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat Seluruh Indonesia Mukhamad Fajar Asyidik
(ISMKMI) Universitas Jember
Rosita Dewi Ambarwati
Pimpinan Umum Universitas Negeri Malang
Wilda
Moch. Thoriq Assegaf Al-Ayubi
UIN Syarif Hidayatullah
UIN Syarif Hidayatullah
Rasyidah Auliyah S
UIN Alauddin Makassar

Administrator
Tim Public Relation
Ayu Sri Wahyuni
Stikes Jenderal Achmad Yani Ahmad Yudi S
Stikes Respati Tasikmalaya
Lisna Sulistiawati
Pimpinan Redaksi Universitas Haluoleo

Eva Dwiyanti Lestari Tresya Kurnia


UIN Syarif Hidayatullah Universitas Jambi

Penanggung Jawab Public


Tim Layout dan Multimedia
Relation
Andi Awaliyah Latif
Fadhil Hidayat UIN Alauddin Makassar
Universitas Jambi
Irfan Sholahuddin
Universitas Negeri Semarang
Penanggung Jawab Layout
dan Multimedia
Muhammad Ainurrohman
Universitas Negeri Malang

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 ii


MITRA BESTARI

Gizi Masyarakat Promosi Kesehatan dan Ilmu


Laila Ulfa, S.KM., M.Kes Perilaku
Universitas Respati Indonesia
Dr. Dewi Rokhma, S.KM.,
Susi Susilowati, SKM., MKM M.Kes
Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi Universitas Jember
Biostatistik dan Ilmu Nurdiyanah S, SKM., MPH
UIN Alauddin Makassar
Kependudukan
Nasir, S.KM., M.P.H
Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi

Tri Bayu Purnama, SKM,


M.Med.Sci
UIN Sumatera Utara

Epidemiologi Kesehatan
Tika Dwi Tama, S.KM., M.Epid
Universitas Negeri Malang

Nildawati, SKM., M.Epid


UIN Alauddin Makassar

Istianah Surury, SKM., M.Epid


Universitas Muhammadiyah Jakarta

Kesehatan Lingkungan & K3


Anita Dwi Mulyaningrum,
S.KM., M.Kes
Universitas Jember

Dr. Ela Laelasari, S.KM., M.Kes


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kesehatan Reproduksi
Rr Arum Ariasih, SKM., MKM
Universitas Muhammadiyah Jakarta

dr. Anindya Hapsari, M.Kes


Universitas Negeri Malang

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 iii


Daftar Isi
Susunan Pengurus ................................................................................................................. ii
Mitra Bestari ............................................................................................................................ iii
Daftar Isi .................................................................................................................................... iv
Petunjuk Penulisan ............................................................................................................... vi
Sambutan Pimpinan Umum BIMKMI ........................................................................... xix
Artikel Penyegar
PEMBUATAN HAND SANITIZER ALAMI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN
PERSONAL HIGIENE MASYARAKAT DESA KALIKAYEN, KABUPATEN
SEMARANG
Siti Khamidah, Muhamad Zakki Saefurrohim, Irfan Sholahuddin
........................................................................................................................................................................................... 1

Penelitian Asli
Efektivitas Program Developing Smoke Change Agent In Junior High School
Promptly (D`SCAHP) di SMPN 2 Gunungsindur Tahun 2018
Nadhirul Mundiroh, Aditya Jaka Laksana, Helia Rachma, Dimas Bagustri Pamungkas, Nadia
Ellya Pramesti, Thresya Febrianti
........................................................................................................................................................................................... 4

PENGARUH PARTIKEL POLUTAN PM10 TERHADAP KEJADIAN GANGGUAN


SALURAN PERNAFASAN DI ASIA
Sausan Dhiyya Ulhaq, Maulida Khairunnisa, Vella Suryaningsih, Ayu Hanifah, Medina
Nurmalasari
....................................................................................................................................................... 10
KAJIAN PENERAPAN 5 PILAR SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI
KAMPUNG KB DESA GALANGPENGAMPON KECAMATAN WONOPRINGGO
KABUPATEN PEKALONGAN
Futkhatul Janah
........................................................................................................................................................................................... 16

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KLB DIFTERI DI DESA BANYUARANG


KABUPATEN JOMBANG
Wardiansyah Naim, Chatarina Umbul Wahyuni, Supaat Setia Hadi, Tri Widyaningsih
........................................................................................................................................................................................... 21

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 iv


Daftar Isi
EPIDEMIOLOGI HIPERTENSI BERDASARKAN BUDAYA KONSUMSI GARAM DI
KAWASAN PESISIR MEDAN BELAWAN
Renipal Falefi, Ryan Rahmat Tanjung, Luthfiah mawar, Ema Rizka Sazkiah, Cindy Lestari,
Waridah Santi Siregar
........................................................................................................................................................................................... 36

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 v


Petunjuk Penulisan
Pedoman Penulisan Artikel

Berkala Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (BIMKMI)


Indonesian Public Health Student Journal

Berkala Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (BIMKMI) adalah


publikasi per semester yang menggunakan sistem seleksi peer-review dan redaktur.
Naskah diterima oleh redaksi, mendapat seleksi validitas oleh mitra bestari, serta
seleksi dan pengeditan oleh redaktur. BIMKMI menerima artikel yang berhubungan
dengan dunia kesehatan masyarakat meliputi epidemiologi, kesehatan lingkungan,
keselamatan dan kesehatan kerja, administrasi dan kebijakan kesehatan,
biostatistika dan kependudukan, promosi kesehatan dan ilmu perilaku, kesehatan
reproduksi, kesehatan global, dan one health baik penelitian lapangan maupun
laboratorium, berbentuk artikel penelitian, artikel tinjauan pustaka, artikel penyegar,
dan artikel laporan kasus. Tulisan merupakan tulisan asli (bukan plagiat) dan sesuai
dengan kompetensi mahasiswa kesehatan masyarakat.

KETENTUAN UMUM:
1. Penulis merupakan mahasiswa S-1, lulusan S-1, atau masih menempuh
jenjang pendidikan S-2 (program studi kesehatan masyarakat atau disiplin ilmu
lain, dengan syarat artikel bertema kesehatan masyarakat).
2. BIMKMI hanya memuat tulisan asli yang belum pernah diterbitkan oleh publikasi
ilmiah lain, sehingga penulis diwajibkan melampirkan surat pernyataan keaslian
artikel (form-nya dapat diunduh di web BIMKES).
3. Naskah dikirim melalui email ke alamat redaksibimkmi@bimkes.org
dengan menyertakan identitas penulis beserta alamat dan nomor telepon yang
bisa dihubungi, atau melalui laman www.bimkes.org.

JENIS-JENIS ARTIKEL DAN SUSUNANNYA


1. Penelitian Asli
Definisi: hasil penelitian asli bidang kesehatan masyarakat
Format penulisan:
 Judul penelitian
 Nama penulis, asal institusi, dan alamat korespondensi (e-mail)
 Abstrak
 Pendahuluan

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 vi


Petunjuk Penulisan
 Metode penelitian
 Hasil penelitian
 Pembahasan atau diskusi
 Kesimpulan dan saran
 Ucapan terima kasih (opsional)
 Daftar pustaka
2. Tinjauan Pustaka (Literature Review)
Definisi: Merupakan sebuah tinjauan terhadap suatu fenomena atau ilmu dalam
dunia kesehatan, ditulis dengan memperhatikan aspek aktual dan bermanfaat
bagi pembaca.
Format penulisan:
 Judul
 Nama penulis, asal institusi, dan alamat korespondensi (e-mail)
 Abstrak
 Pendahuluan
 Pembahasan
 Kesimpulan
 Daftar pustaka
3. Artikel Penyegar
Definisi: Artikel yang bersifat bebas ilmiah, mengangkat topik-topik yang sangat
menarik dalam dunia kesehatan, memberikan human interest karena sifat
keilmiahannya, serta ditulis secara baik. Artikel bersifat tinjauan serta
mengingatkan pada hal-hal dasar atau klinis yang perlu diketahui oleh
pembaca.
Format Penulisan:
 Judul
 Nama penulis, asal institusi, dan alamat korespondensi (e-mail)
 Pendahuluan
 Isi
 Kesimpulan
 Daftar pustaka
Ketiga bagian (Pendahuluan, Isi, dan Kesimpulan) tidak secara eksplisit
dipisahkan menggunakan judul-judul bagian, tetapi satu-kesatuan.
4. Laporan Kasus
Definisi: artikel tentang kasus yang menarik dan bermanfaat bagi pembaca.

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 vii


Petunjuk Penulisan
Format Penulisan:
 Judul
 Abstrak
 Background
 Kasus
 Pemeriksaan penunjang
 Differential diagnosis
 Tata laksana
 Outcome and follow up
 Discussion
 Take home message
 Reference
Note: laporan kasus butuh pengesahan dari supervisor atau dosen pembimbing
penulis.

PETUNJUK UMUM PENULISAN


1. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris (untuk abstrak)
dengan baik dan benar, jelas, lugas, serta ringkas.
2. Keseluruhan naskah dibuat dalam 2 kolom penulisan, kecuali bagian judul
(dan subjudul), nama penulis, dan abstrak.
3. Naskah diketik menggunakan Microsoft Word 2003 dengan ukuran kertas
A4; satu (1) spasi; dengan batas margin kiri, atas, kanan, dan bawah
berturut-turut adalah 4, 3, 3, dan 3 cm.
4. Keseluruhan naskah menggunakan format sentence case, Arial 10, regular,
dan justify; kecuali untuk judul artikel, subjudul artikel, nama penulis, judul
abstrak, judul bagian-bagian isi artikel (Pendahuluan, Metode, Hasil,
Pembahasan, Kesimpulan dan saran, Ucapan terimakasih, serta Daftar
pustaka) beserta sub bagiannya ada ketentuan tersendiri. Berikut ini
ketentuannya:
 Judul artikel: Arial 14, uppercase, bold, left
 Subjudul artikel: Arial 12, title case, bold, left
 Nama penulis, institusi, dan korespondensi: Arial 10, title case,
bold, left
 Judul Abstrak: Arial 10, uppercase, bold, center.
 Judul bagian Pendahuluan, Metode, Hasil, Pembahasan,
Kesimpulan dan saran, Ucapan terimakasih, dan Daftar pustaka:

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 viii


Petunjuk Penulisan
Arial 10, uppercase, bold, left. Untuk judul sub bagian (misal sub
bagian hasil) menggunakan Arial 10, title case, bold, left.
5. Penambahan sub bagian (terutama pada hasil dan pembahasan)
bergantung pada kebutuhan pengirim naskah dengan tidak menyalahi
penulisan karya tulis ilmiah.
6. Ketikan diberi nomor halaman mulai dari halaman awal, dan terdiri dari atas
maksimal 15 halaman (dari halaman awal hingga lampiran [jika ada]).
7. Before and after spacing harus 0 (nol). Jarak antara akhir bagian dengan
bagian selanjutnya hanya 1 kali enter. First line indent pada penulisan awal
paragraf menjorok ke dalam 6-8 huruf (1 cm).
8. Kata asing yang belum diserap ke dalam bahasa Indonesia ditulis dengan
huruf miring (Italic).

PETUNJUK KHUSUS PENULISAN


Penulisan Judul
Judul ditulis secara singkat, jelas, dan padat yang menggambarkan isi naskah,
berjumlah maksimal 20 kata dalam bahasa Indonesia. Ditulis tanpa digarisbawahi, tidak
ditulis di antara tanda kutip, boleh menggunakan titik dua, tidak diakhiri tanda titik (.), dan
tanpa singkatan—kecuali singkatan yang lazim. Jika naskah telah disajikan dalam
pertemuan ilmiah nasional, maka dibuat keterangan berupa catatan kaki. Bila diperlukan
dapat menggunakan subjudul.

Penulisan Nama Penulis


Dibuat taat azas tanpa pencantuman gelar dan dilengkapi dengan keterangan asal
instansi atau universitas. Penulisan nama penulis dimulai dari yang memiliki peran
terbesar dalam pembuatan artikel. Penulisan asal instansi dimulai dari lingkup terkecil.
Contoh:

Nurul M. Rahmayanti,1 Desri Astuti2

1Departemen Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat,


Universitas Indonesia, Depok
2Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Muhammadiyah Jakarta, Jakarta

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 ix


Petunjuk Penulisan
Penulisan Abstrak
Abstrak merupakan miniatur dari artikel sebagai gambaran utama pembaca
terhadap artikel, dituliskan setelah nama penulis, dan terdiri atas maksimal 250 kata.
Abstrak berisi seluruh komponen artikel secara ringkas (pendahuluan, metode, hasil,
diskusi, dan kesimpulan) yang dibuat terstruktur (bagian pendahuluan, metode, hasil,
dan kesimpulan ditulis). Abstrak ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Kata kunci maksimal 8 kata benda dari umum ke khusus, dan sebaiknya bukan
merupakan hasil pemilihan berdasarkan perulangan terbanyak dalam naskah. Abstrak
Bahasa Inggris dan keyword ditulis italic. Abstrak Bahasa Indonesia dan kata kunci ditulis
tegak. Kalimat pertama menyampaikan kontribusi penulis terhadap literatur dan
menjelaskan perbedaan penelitian/telaah yang dilakukan dibanding dengan artikel lain
yang sudah ada. Jelaskan mengapa penelitian dilakukan, bagaimana cara
melakukannya, seberapa signifikan kontribusi dari penelitian tersebut, dan hal apa saja
yang bisa dikembangkan setelah penelitian berakhir.

Penulisan Pendahuluan
Pada bagian pendahuluan tuliskan latar belakang dan penjelasan mengenai
penelitian terkait yang telah lebih dulu dipublikasikan (jika ada). Selain itu dijelaskan pula
hal-hal spesifik dalam penelitian. Kalimat pertama dari pendahuluan menyampaikan
tujuan dari penelitian ini untuk memberikan kontribusi pada bidang tertentu dengan
melakukan atau menemukan sesuatu.
 Kutip beberapa hasil penelitian terbaru mengenai topik yang dibahas beseta
relevansinya.
 Jelaskan mengapa menulis artikel ini dan kontribusi apa yang diberikan pada
pengembangan keilmuan
 Jelaskan kebijakan yang mungkin timbul atau implikasi yang mungkin
diterapkan sebagai hasil dari penemuan tersebut (hanya jika hal tersebut
relevan)
 Jelaskan apakah penelitian mendukung atau memperluas hasil penelitian yang
sudah ada atau justru menyanggah hasil penelitian sebelumnya .

Penulisan Metodologi Penelitian atau Cara dan Bahan


Penulisan metodologi penelitian berisikan desain penelitian, tempat, dan waktu,
populasi dan sampel, teknik pengukuran data, dan analisis data. Sebaiknya
menggunakan kalimat pasif dan kalimat narasi, bukan kalimat perintah.

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 x


Petunjuk Penulisan
Ketentuan:
 Merupakan bagian penting dalam artikel
 Ketahui metode penelitian terkini yang paling sesuai untuk bidang keilmuan
yang dibahas
 Ketahui apakah jenis metode lain ternyata lebih memberikan signifikansi
terhadap hasil penelitian dibanding dengan metode penelitian lama yang
digunakan.

Penulisan Hasil
Ketentuan:
 Setengah bagian dari keseluruhan artikel membahas tentang bagian ini
 Tiap tabel atau grafik harus diikuti satu paragraf yang mendeskripsikan hasil
yang tercantum dalam tabel atau grafik tersebut.
 Edit bagian ini berulang kali sampai penulisa yakin bahwa pembaca memahami
apa yang disampaikan di bagian ini.
 Bila diperlukan, dapat menggunakan subjudul hasil, dengan penomoran
bertingkat.
Contoh:
3. Hasil
3.1 Subjudul hasil (Titlecase, Left, Bold, Font Arial 10)
3.2.1 Sub Subjudul Hasil (Titlecase, Left, Bold, Font Arial 10)

Penulisan Pembahasan
Pembahasan merupakan bagian terpenting dari keseluruhan isi artikel ilmiah,
sehingga pada umumnya memiliki proporsi paling banyak. Fungsi pembahasan adalah
menjawab masalah penelitian atau menunjukkan pencapaian tujuan penelitian, dengan
cara menafsirkan/menganalisis hasil penelitian, juga membandingkan hasil penelitian
dengan hasil dari penelitian-penelitian yang dipakai sebagai referensi. Pada bagian ini
dilakukan juga kajian kesesuaian hasil dengan teori-teori yang dipakai. Bahas apa yang
ditulis dalam hasil, tetapi tidak mengulang hasil. Jelaskan arti kemaknaan statistik (misal
p<0.001, apa artinya?), juga kemaknaan substansi (ukuran asosiasi penyakit, misal OR
atau RR), jika ada. Tekankan aspek baru dan penting. Sertakan juga bahasan dampak
penelitian dan keterbatasannya. Bila diperlukan, dapat menggunakan subjudul
pembahasan, dengan penomoran bertingkat.

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 xi


Petunjuk Penulisan
Penulisan Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan berisikan jawaban atas pertanyaan penelitian. Kesimpulan harus
menjawab tujuan khusus. Bagian ini dituliskan dalam bentuk esai dan tidak mengandung
data angka hasil penelitian. Terdiri atas maksimal tiga paragraf yang merangkum inti hasil
penelitian dan keterbatasan penelitian, serta kemungkinan pengembangan penelitian
yang bisa dilakukan oleh pihak lain untuk mengembangkan hasil yang sudah diperoleh.
Saran berisi rekomendasi hal-hal yang perlu dilakukan oleh satu atau beberapa
pihak, berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh dari penelitian. Saran berorientasi
pada perbaikan situasi kesehatan masyarakat, sehingga dibuat untuk dilaksanakan
melalui advokasi, perbaikan perilaku, pembuatan kebijakan, atau penelitian berikutnya.
Saran dibuat dalam bentuk esai (dalam paragraf-paragraf) atau dalam poin-poin.

Penulisan Ucapan Terimakasih


Ucapan terimakasih bersifat opsional. Jika ditulis, maka ditujukan kepada pihak lain yang
telah membantu atau terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam penelitian.

Penulisan Sitasi
Penulisan sitasi menggunakan cara Vancouver dengan penomoran yang urut
berdasarkan kemunculan dalam naskah. Untuk penulisan sitasi yang berasal dari 2
sumber atau lebih dan tidak berurutan secara lengkap, penomoran dipisahkan
menggunakan koma. Jika lebih dari 2 dan berurutan secara lengkap, maka di antara
nomor awal dan terakhir diberi tanda hubung (-). Nomor kutipan ditulis superscript dan
dibuat dalam tanda kurung siku […]
Contoh penulisan sitasi:
Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah karena tidak mempunyai
tulang belakang (invertebrata). Cacing tanah termasuk kelas Oligochaeta. Famili
terpenting dari kelas ini adalah Megascilicidae dan Lumbricidae.[1]
Bagi sebagian orang, cacing tanah masih dianggap sebagai makhluk yang
menjijikkan dikarenakan bentuknya, sehingga tidak jarang cacing masih dipandang
sebelah mata. Namun terlepas dari hal tersebut, cacing ternyata masih dicari oleh
sebagian orang untuk dimanfaatkan.[2,3]
Menurut sumber, kandungan protein yang dimiliki cacing tanah sangatlah
tinggi, yakni mencapai 58-78 % dari bobot kering. Selain protein, cacing tanah juga
mengandung abu, serat dan lemak tidak jenuh.[4] Selain itu, cacing tanah
mengandung auxin yang merupakan hormon perangsang tumbuh untuk
tanaman.[1,3,4] Manfaat dari cacing adalah sebagai Bahan Baku Obat dan bahan

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 xii


Petunjuk Penulisan
ramuan untuk penyembuhan penyakit.[1-4] Secara tradisional cacing tanah
dipercaya dapat meredakan demam, menurunkan tekanan darah, menyembuhkan
bronkitis, reumatik sendi, sakit gigi dan tipus.

Penulisan Rumus, Tabel, dan Gambar


Rumus kimia atau matematika dituliskan seperti contoh berikut :

√A + B3 + CO2 = ∫ X2 (1)

Tabel dan gambar dapat disisipkan di tengah-tengah artikel seperti contoh ini, atau
di bagian akhir artikel. Judul tabel terletak di atas tabel. Tabel hanya menggunakan garis
horizontal sebanyak 2 atau 3 garis, tanpa menggunakan garis vertikal. Tulisan Tabel 1
ditebalkan (bold), dengan menggunakan ketentuan penomoran angka Arab (1, 2, 3 dan
seterusnya). Tiap tabel disertai narasi penjelasan, dan tunjuk keberadaan/nama tabel
dalam naskah (misal pada tabel 1).

Tabel 1. Judul Tabel ( Titlecase, Arial 10, Regular, Center)


No Judul Artikel Penulis

Judul gambar terletak di bawah gambar, dengan format bold pada tulisan gambar.
Penomoran gambar menggunakan angka Arab,

Gambar 1. Judul Gambar (titlecase, Arial 10, regular, center)

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 xiii


Petunjuk Penulisan
Penulisan Daftar Pustaka
1. BUKU
Penulis Tunggal
Nama penulis (dibalik). Judul buku (Italic). Tempat terbit: Penerbit, Tahun terbit.
Contoh:
Frye, Northrop. Anatomy of Criticism: Four Essays. Princeton: Princeton UP, 1957.

Buku dengan penulis sama


-------------. The Secular Scripture. Cambridge: Harvard UP, 1976.
Dengan dua atau tiga orang penulis
Nama penulis 1 (dibalik), Nama penulis 2, dan Nama penulis selanjutnya. Judul buku
(Italic). Tempat terbit: Penerbit, Tahun terbit.
Contoh:
Howe, Russell Warren, dan Sarah Hays Trott. The Power Peddlers. Garden City:
Doubleday, 1977.

Marquart, James W., Sheldon Ekland Olson, dan Jonathan R. Sorensen. The Rope, the
Chair, and the Needle: Capital Punishment in Texas, 1923-1990. Austin: Univ. of Texas,
1994.
Lebih dari tiga penulis
Nama penulis 1 (dibalik), et al. Judul buku (Italic). Tempat terbit: Penerbit, Tahun terbit.
Contoh:
Edens, Walter, et al., Teaching Shakespeare. Princeton: Princeton UP, 1977.

Tidak ada nama penulis


Merriam-Webster’s collegiate dictionary (10th ed.). Springfield, MA: Merriam-
Webster, 1993.

Editor sebagai penulis


Nama editor (dibalik), editor. Judul buku (Italic). Tempat terbit: Penerbit, Tahun terbit.
Contoh:
Harari, Josue, editor. Textual Strategies. Ithaca: Cornell UP, 1979.

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 xiv


Petunjuk Penulisan
Penulis dan editor
Nama penulis (dibalik). Judul buku (Italic). Editor. Nama editor. Tempat terbit: Penerbit,
Tahun terbit.
Contoh:
Malory, Thomas. King Arthur and his Knights. Editor. Eugene Vinaver. London: Oxford
UP, 1956.

Penulis berupa tim atau lembaga


Nama tim atau lembaga. Judul buku (Italic). Tempat terbit: Penerbit, Tahun terbit.
Contoh:
National Institute for Dispute Resolution. Dispute Resolution Resource Directory.
Washington, D.C.: Natl. Inst. for Dispute Res., 1984.

Karya multi jilid/buku berseri


Nama penulis (dibalik). Judul buku (Italic). Jilid ke-/edisi ke-. Tempat terbit: Penerbit,
Tahun terbit.
Contoh:
Freedberg, S. J. Andrea del Sarto. Jilid kedua. Cambridge: Harvard UP, 1963.

Terjemahan
Nama penulis (dibalik). Judul buku hasil terjemahan (Italic). Penerjemah Nama
penerjemah. Tempat terbit: Penerbit, Tahun terbit. Terjemahan dari Judul buku yang
diterjemah (Italic), Tahun terbit buku yang diterjemahkan.
Contoh:
Foucault, Michel. The Archaeology of Knowledge. Penerjemah A. M. Sheridan Smith.
London: Tavistock Publications, 1972. Terjemahan dari L'Archéologie du savoir,
1969.

Artikel atau bab dalam buku


Nama penulis (dibalik). “judul buku”. Judul bab atau artikel (Italic). Editor Nama editor.
Tempat terbit: Penerbit, Tahun terbit. Halaman bab atau artikel dalam buku.
Contoh:
Magny, Claude-Edmonde. "Faulkner or Theological Inversion." Faulkner: A Collection of
Critical Essays. Editor Robert Penn Warren. Englewood Cliffs: Prentice-Hall, 1966. 66-78.

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 xv


Petunjuk Penulisan
Artikel/istilah dalam buku referensi
Foster, John S., Jr. "Nuclear War." Encyclopedia Americana. Intl. ed. 1998.
“Ginsburg, Ruth Bader.” Who’s Who in America. 52nd ed. 1998.
“Noon.” The Oxford English Dictionary. 2nd ed. 1989.

Brosur, pamflet dan sejenisnya


Nama brosur/pamflet/sejenisnya. Tempat terbit: Penerbit, Tahun terbit.
Contoh:
Jawa Timur. Surabaya: Dinas Pariwisata Jawa Timur, 1999.

Makalah seminar, konferensi dan sejenisnya


Mann, Jill. “Chaucher and the ‘Woman Question.’” This Noble Craft: Proceedings of the
Tenth Research Symposium of the Dutch and Belgian University Teachers of Old and
Middle English and Historical Linguistics, Utrect, 19-10 January 1989. Ed. Erik Kooper.
Amsterdam: Radopi, 1991.173--88.

2. SERIAL
Artikel jurnal dengan volume dan edisi
Nama penulis (dibalik). “Judul artikel.” Nama jurnal (Italic). Volume:Edisi (Tahun terbit):
Halaman.
Contoh:
Dabundo, Laura. “The Voice of the Mute: Wordsworth and the Ideology of Romantic
Silences.” Christiantity and Literature 43:1 (1995): 21-35.

3. PUBLIKASI ELEKTRONIK
Buku Online
Nama penulis (dibalik). Judul buku (Italic). Editor Nama editor. Tahun terbit buku. Tanggal
dan tahun akses <link buku online>
Contoh:
Austen, Jane. Pride and Prejudice. Editor Henry Churchyard. 1996. 10 September 1998
<http://www.pemberley.com/janeinfo/prideprej.html>

Hawthorne, Nathaniel. “Dr. Heidegger’s Experiment.” Twice-Told Tales. Ed. George


Parsons Lathrop. Boston: Houghton, 1883. 1 Mar. 1998
<http://eldred.ne.mediaone.net/nh/dhe.html>

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 xvi


Petunjuk Penulisan
Artikel jurnal online
Nama penulis (dibalik). “Judul artikel.” Nama jurnal (Italic). (Tahun terbit artikel). Tanggal
dan tahun akses jurnal <link jurnal online>
Contoh:
Calabrese, Michael. “Between Despair and Ecstacy: Marco Polo’s Life of the Buddha.”
Exemplaria 9.1 (1997). 22 June 1998
<http://web.english.ufl.edu/english/exemplaria/calax.htm>

Artikel dalam pangkalan data online


Smith, Martin. "World Domination for Dummies." Journal of Despotry Feb. 2000: 66-
72. Expanded Academic ASAP. Gale Group Databases. Purdue University Libraries,
West Lafayette, IN. 19 February 2003. <http://www.infotrac.galegroup.com>.

Fox, Justin. “What in the World Happened to Economics?” Fortune 15 Mar. 1999: 90-
102. ABI/INFORM Global. Proquest Direct. Perpustakaan Universitas Indonesia,
Depok. 23 January 2004. <http://www.proquest.com/pqdauto>.

Artikel di website
“judul artikel.” Nama website (Italic). Tahun terbit artikel. Tanggal dan tahun akses. <link
artikel online>
Contoh:
“Using Modern Language Association (MLA) Format.” Purdue Online Writing Lab. 2003.
Purdue University. 6 Februari 2003. <http://owl.english.purdue.
edu/handouts/research/r_mla.html>.

Publikasi lembaga
Nama lembaga. Judul artikel (Italic). Oleh nama pemulis 1, nama penulis 2, dan
seterusnya. Tanggal publikasi. Tanggal dan tahun akses <link artikel online>
Contoh:
United States. Dept. of Justice. Natl. Inst. Of Justice. Prosecuting Gangs: A National
Assessment. By Claire Johnson, Barbara Webster, dan Edward Connors. Feb 1996. 29
June 1998 <http://www.ncjrs.org/txtfiles/pgang.txt>.
Artikel/istilah dalam koleksi referensi online
“Fresco.” Britannica Online. Vers. 97.1.1. Mar. 1997. Encyclopedia Britannica. 29 Mar.
1997 <http://www.eb.com:180>.

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 xvii


Petunjuk Penulisan
Telnet, FTP, dan gopher
Sowers, Henry, Miram Fields, and Jane Gurney. Online collaborative conference. 29
May 1999. Lingua MOO. 29 May 1999. <telnet://lingua.utdallas.edu:8888>.

Mathews, J. Preface. Numerical Methods for Mathematics, Science, and Engineering.


2nd ed. N.p.: Prentice Hall, 1992. 8 June 1999.
<ftp://ftp.ntua.gr/pub/netlib/textbook/index.html>.

Artikel/data dalam CD-ROM


“U.S. Population by Age: Urban and Urbanized Areas.” 1990 U.S. Census of
Population and Housing. CD-ROM. US Bureau of the Census. 1990.

Artikel jurnal dalam CD-ROM database


Angier, Natalie “Chemists Learn Why Vegetables are Good for You.” New York
Times 13 Apr. 1993, late ed.: C1. New York Times On disc. CD-ROM. UMIProquest.
Oct. 1993.

Artikel/istilah dalam koleksi referensi berbentuk CD-ROM


“Albratoss.” The Oxford English Dictionary. 2nd ed. CD-ROM. Oxford: Oxford UP, 1992.

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 xviii


Sambutan Pimpinan Umum
BIMKMI
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salam Berkala Ilmiah!
Puja dan puji syukur, mari kita curahkan kepada Allah SWT, Tuhan yang
Maha Esa, yang berkat rahmat dan pertolonganNya-lah, Jurnal Berkala Ilmiah
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (BIMKMI) sudah memasuki volume 7
nomor 1. Tak lupa, sholawat serta salam tetap tercurahkan ke Baginda Nabi Besar
Muhammad SAW. Lantas kemudian, Apresiasi setinggi-tingginya kami sampaikan
kepada seluruh mahasiswa kesehatan masyarakat Indonesia yang senantiasa
mengawal, membantu, meramaikan, hingga turut berpartisipasi dalam penyusunan
jurnal BIMKMI Vol 7 no 1 ini. Tanpa kalian semua, kami bukan apa-apa.
Pada kesempatan ini, alhamdulillah, jurnal BIMKMI vol 7 no 1 telah secara
resmi mengorbit. Kami selaku tim penyusun berkala ilmiah, sekali lagi,
mengucapkan terima kasih kepada para penulis dan peneliti, agen intelektual
kesehatan masyarakat, yang telah bersedia berkontribusi dalam berkala ilmiah ini.
Juga kepada sahabat-sahabati tim penyusun Jurnal BIMKMI, kepada Mitra Bestari
yang tanpa putus asa membimbing dan mengoreksi kinerja kami, kepada Ikatan
Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI) yang telah menaungi
kami dan pihak lainnya yang tak dapat kami sebutkan satu-per satu. Kami meminta
maaf apabila masih terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan berkala
ilmiah ini.
Sebagai penutup, tak lupa kami sangat menerima kritik dan saran dari para
pembaca sekalian supaya BIMKMI dapat lebih baik lagi dan lagi sebagai wadah
minat bakat literasi ilmiah mahasiswa kesehatan masyarakat Indonesia. Semoga
dapat menjadi inisiator literasi ilmiah bagi para mahasiswa kesehatan masyarakat
lainnya dan juga menjadi dasar untuk terus berinovasi meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.

Selamat membaca
Selamat berdialektika ilmiah
Salam berkala ilmiah!
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Tangerang Selatan, Agustus 2019


Pimpinan Umum BIMKMI 2019
Moch Thoriq Assegaf Al-Ayub

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 xix


BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 1
Artikel PEMBUATAN HAND SANITIZER ALAMI
SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PERSONAL
HIGIENE MASYARAKAT
Penyegar DESA KALIKAYEN, KOTA SEMARANG
Siti Khamidah1, Muhamad Zakki Saefurrohim2 , Irfan Sholahuddin3
1,
Departemen Kesehatan Lingkungan, 2 Departemen Epidemiologi dan
Biostatisitika,
1,2,3
Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Semarang, Semarang

ABSTRAK
Pendahuluan : Berdasarkan hasil riskesdas K-M-K Prevalensi diare di Desa Kalikayen mencapai
23,65%. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kebiasaan cuci tangan di Desa kalikayen yaitu 3,25 %.
Selain itu, sebesar 41,81 % warga mengkonsumsi air dar mata air yang tidak terlindungi
Pembahasan : 51 % responden tidak mempunyai akses air bersih yang mencukupi, sehingga
menurunkan kebiasaan cuci tangan. Salah satu upaya meningkatkan kebiasaan cuci tangan dengan
cara pre-post test, dapat diketahui bahwa pengetahuan masyarakat mengenai manfaat dan cara
pembuatan hand sanitizer meningkat dari 50 menjadi 83.
Metode : Metode pengambilan data pada kegiatan ini adalah menggunakan pre-post test design
sebagai pengukur pengetahuan. Selain itu, observasi serta penyebaran angket dilakukan untuk
mendapatkan informasi pendukung lainnya. Kemudian data dianalisis menggunakan analisis
univariat.
Kesimpulan : Kegiatan pembuatan hand sanitizer dari bahan alami memberikan dampak positif
kepada warga mengenai pengetahuan tentang pemanfaatan bahan-bahan alami di lingkungan sekitar
serta meningkatkan potensi kebiasaan cuci tangan warga. .

Kata kunci : Hand sanitizer alami, cuci tangan

ABSTRACT
Introduction: Diarrhea is still an important public health problem because it is the third major
contributor to child morbidity and mortality in the world. Based on the results of the risk-smart K-M-K
the prevalence of diarrhea in the Kalikayen Village reached 23.65%. This is due to the low hand
washing habits in Kalikayen Village, which is 3.25%. In addition, 41.81% of residents consume water
from unprotected springs
Discussion: 51% of respondents did not have sufficient access to clean water, thus reducing hand
washing habits. . Based on the pre-post test that has been given, it can be seen that the community's
knowledge of the benefits and how to make hand sanitizers increased from 50 to 83.
Method: The method of data collection in this activity is to use the pre-post test design as a measure
of knowledge. In addition, observations and questionnaires were conducted to obtain other supporting
information. Then the data were analyzed using univariate analysis.
Conclusion: The activity of making hand sanitizers from natural ingredients has a positive impact on
the community regarding knowledge about the use of natural materials in the surrounding environment
and increasing the potential for community handwashing habits.

Keywords: Natural hand sanitizer, hand wash

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 1


1. PENDAHULUAN yang bermanfaat, misalnya, limonene, linalin
Penyakit diare masih menjadi salah satu asetat, geranil asetat, fellandren dan sitral .
masalah kesehatan masyarakat yang penting Lime oil dipercaya memiliki khasiat
karena merupakan penyumbang utama ketiga antiseptik, antivirus, astringen, haemostatik,
angka kesakitan dan kematian anak di dunia. restoratif dan tonikum ( Bambang, 2010).
Data World Health Organization (WHO)
menyebutkan bahwa diare membunuh dua juta 2. METODE PENULISAN
anak di dunia setiap tahunnya. Dari semua Langkah-langkah kegiatan dilakukan
kematian yang terjadi pada anak usia di bawah oleh tim PKL Jurusan Ilmu Kesehatan
lima tahun 14,0% diakibatkan oleh diare. Masyarakat Universitas Negeri Semarang
Indonesia yang merupakan negara Dusun Kebun Taman Desa Kalikayen.
berkembang, penyakit diare menjadi penyebap Kegiatan ini dilaksanakan dengan cara
utama kematian pada balita yaitu 25,2% lebih bergabung dengan pengajian rutinan warga
tinggi di bandingkan pneumonia 15,5%. Angka sehingga jumlah partisipan bisa mencapai 35
kesakitan diare sekitar 200-400 kejadian peserta.
diantara 1000 penduduk setiap tahunnya. langkah-langkah:
Dengan demikian di Indonesia dapat 1. Memberi penjelasan kegunaan dan
ditemukan sekitar 60 juta kejadian setiap keunggulan sediaan hand sanitizer
tahunnya, sebagian besar (70-80%) dari yang terbuat dari bahan alami
penderita ini adalah anak usia dibawah lima tumbuh tumbuhan.
tahun (Balita). Sebagian dari penderita (1-2%) 2. Memberikan penjelasan bahan dasar
mengalami dehidrasi dan jika tidak ditolong pembuatan hand sanitizer antara lain :
(50-60%) diantaranya dapat meninggal. sari lidah buaya, alcohol 70%, sari
Sebanyak 25,2% penyebap kematian anak tumbuhan, dan minyak esensial.
balita adalah penyakit diare. Tahun 2013 3. Menjelaskan bahan-bahan alami yang
angka kematian bayi di Indonesia mencapai 34 diperlukan dalam membuat hand
per 1000 kelahiran. sanitizer alami, antara lain : sari lidah
Berdasarkan hasil RISKES-DASDES K- buaya sebagai sediaan gel, sari
M-K Prevalensi diare di Desa Kalikayen Kota tumbhan seperti Sere wangi, daun
Semarang mencapai 23,65%. Angka ini jeruk, kulit jeruk, perasan jeruk nipis,
merupakan angka prevalensi tertinggi pada daun tembelekan, daun kemangi,
tingkat desa jika dibandingkan dengan Desa daun kemuning, bedogol pisang,
Mluweh dan Kawengen. Hal ini disebabkan bunga kecombrang, bunga krisan,
oleh rendahnya kebiasaan cuci tangan di dan bungalainnya.
Desa kalikayen yaitu 3,25 %. Selain itu, 4. Menjelaskan minyak esensial yang
sebesar 41,81 % warga mengkonsumsi air dar dapat digunakan untuk membuat hand
mata air yang tidak terlindungi. sanitizer anatara lain : minyak
Menurut Ragil dan Veronika (2016) lavender, cengkeh, kayu manis,
dalam Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Kesehatan pipermint, tree tea oil, serta minyak
Vol.14 No.2 faktor-faktor penyebab terjadinya zaitun.
penyakit diare antara lain penyediaan air 5. Menjelaskan cara-cara pembuatan
bersih (p= 0,0001), penggunaan jamban (p= sediaan hand sanitizer menggunakan
0,0001), pengolahan sampah (p= 0,0001), alat dan bahan yang murah dan
sanitasi makanan (p= 0,0001), dan kebiasaan sederhana serta dapat diperoleh
mencuci tangan (p= 0,0001). dengan mudah di lingkungan sekitar.
Oleh karena itu, upaya pembuatan hand 6. Membimbing langsung masyarakat
sanitizer dengan bahan alami dinilai sangat tersebut untuk membuat sediaan
tepat karena dapat meningkatkan kebiasaan hand sanitizer dan diperoleh hasil
cuci tangan masyarakat. Berbagai tanaman berupa sediaan hand sanitizer
diketahui mengandung berbagai zat aktif tangan yang hyegen, mempunyai
yang mempunyai potensi untuk menghambat khasiat anti kuman, dengan aroma
pertumbuhan bakteri salah satunya adalah segar.
jeruk nipis. Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) Alat-alat yang digunakan:
mengandung unsur-unsur senyawa kimia

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 2


Pengaduk , pisau, baskom,, saringan,
tampah, corong, wadah
kemasan.
Bahan-bahan yang digunakan :
Untuk pembuatan sebanyak 100 ml
1. Perasan jeruk nipis sebagai pewangi
dan anti kuman
2. Satu batang lidah buaya diperas
(sari lidah buaya) disaring sebanyak
10 ml Dari 35 responden, 51 % beralasan
3. Minyak zaitun 1-2 tidak mempunyai akses air bersih yang
Cara pembuatan : memadai sehingga mengurangi intensitas cuci
Di dalam suatu wadah dicampurkan etanol, tangan. Sebesar 31 % malas, dan 17 %
dan sari lidah buaya, dicampurkan sampai mengaku tidak mempunyai fasilitas cuci
benar benar homogen dan kelihatan tekstur tangan seperti keran, sabun, maupun hand
yang lembut. Kemudian ditambahkan sari dari sanitizer. Kegiatan ini memberikan dampak
bahan tumbuhan alami, serta minyak essential. positif kepada masyarakat berupa peningkatan
Dimasukkan ke dalam wadah yang telah pengetahuan.
diseterilkan cara dicuci dengan air panas, Kegiatan ini mendapat respon yang
menggunakan corong dengan. Selanjutnya baik dari masyarakat dibuktikan dengan
diberi label. dihasilkannya produk hand sanitizer dari
Metode pengambilan data pada kegiatan ini perasan jeruk nipis oleh masyarakat.
adalah menggunakan pre-post test design Berdasarkan pre-post test yang telah
untuk mengetahui tingkat pengetahuan. Selain diberikan, dapat diketahui bahwa
itu, observasi serta penyebaran angket pengetahuan masyarakat mengenai manfaat
dilakukan untuk mendapatkan informasi dan cara pembuatan hand sanitizer meningkat
pendukung lainnya. Kemudian data dianalisis dari 50 menjadi 83.
menggunakan analisis univariat.
4. SIMPULAN DAN SARAN
3. PEMBAHASAN 4.1. Simpulan
Dusun Kebun Taman merupakan Sebagian besar masyarakat kebun
salah satu dusun di Desa Kalikayen taman memiliki akses yang terbatas terhadap
Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten akses air bersih sehingga kebiasaan cuci
Semarang dengan luas wilayah ± 79.605 Ha tangannya rendah. Kegiatan pembuatan hand
berpenduduk 5.608 Jiwa yang terdiri dari 1.835 sanitizer dari bahan alami memberikan
KK yang tersebar di 20 RT dan 8 RW dengan dampak positif kepada warga mengenai
jumlah penduduk laki-laki 2.803 jiwa dan pengetahuan tentang pemanfaatan bahan-
perempuan 2.805 jiwa. Mayoritas penduduk bahan alami di lingkungan sekitar serta
bermata pencaharian karyawan swasta. Angka meningkatkan potensi kebiasaan cuci tangan
kemiskinan terbanyak di Desa Bligo berada di warga.
RW 06 dengan jumlah penduduk sebanyak 4.2. Saran
253 jiwa (25,6%) dari keseluruhan Kepada institusi kesehatan wilayah
penduduknya yang tercatat sebanyak 987 jiwa. Kabupaten Tegal untuk lebih meningkatkan
Pembuatan hand sanitizer merupakan salah kewaspadaan kejadian kasus DBD mengingat
satu upaya untuk meningkatkan personal kasus DBD di Kabupaten Tegal selalu
hygiene masyarakat. Kegiatan ini diikuti oleh mengalami perubahan. Kemudian perlu
35 peserta yang tergabung dalam pengajian dilakukan penelitian DBD lebih lanjut dengan
rutinan Dusun Kebun Taman desa Kalikayen. variable yang lebih banyak di Kabupaten Tegal
Kegiatan ini dinilai sangat tepat mengingat untuk menjadi bahan pertimbangan dan
rendahnya kebasaan cuci tangan di referensi lebih banyak.
masyarakat. Adapun alasan masyarakat
berupa tidak ada air, malas dan tidak ada 5. DAFTAR PUSTAKA
fasilitas Fauzi, lukman, et al. 2017. Riset Kesehatan
Dasar Desa Kalikayen, Mluweh, dan
Kawengen. Jurusan IKM UNNES.

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 2


Ismawan Bambang. 2010. Herbal Indonesia
Berkhasiat. Depok. PT. Trubus
Swadaya.
Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar
2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI.
Setiyabudi, Ragil., dan Veronika Setyowati.
2016. Penyediaan Air Bersih,
Penggunaan Jamban Keluarga,
Pengelolaan Sampah, Sanitasi Makanan,
dan kebiasaan Mencuci Tangan
Berpengaruh Terhadap Kejadian Diare
Umur 15-50 Tahun. Medisains. Vol. 14
No. 2. 41-49. WHO. Diarrheal Disease;
2014 [diakses 25 Oktober 2018].
Available from : http://www.who.int/media
center/factsheet.

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 3


Penelitian EFEKTIFITAS PROGRAM DEVELOPING
SMOKE CHANGE AGENT IN JUNIOR HIGH
Asli SCHOOL PROMPTLY (D’SCAHP) DI SMPN 2
GUNUNGSINDUR TAHUN 2018
Nadhirul Mundhiro,1 Aditya Jaka Laksana,2 Helia Rachma,3
Dirga Bagustri Pamungkas,4 Nadia Ellya Pramesti,5 Thresya
Febrianti6

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah


Jakarta, Jakarta

ABSTRAK
Prevalensi merokok pada remaja setiap tahunnya selalu meningkat. Program pengendalian dalam
bentuk pencegahan perilaku masih sangat terbatas di sekolah. Sehingga menyebabkan masih banyak
remaja yang belum mengetahui tentang rokok dengan baik. Berdasarkan hal tersebut, program
Developing Smoke Change Agent in Junior High School Promptly (D’SCAHP) muncul dengan metode
permainan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pelajar tentang dampak rokok. Kegiatannya
berupa pemberian intervensi penyuluhan tentang rokok, permainan tebak gambar tentang Kawasan
Tanpa Rokok (KTR), memindahkan barang berdasarkan kandungan bahaya yang terdapat di dalam
rokok, puzzle tentang dampak akibat rokok dan diakhiri dengan permainan monopoli bebas rokok
dengan siswa sebagai figure pemain, dimana hasil akhirnya adalah pembentukan tutor sebaya
dengan nama TIM D’SCAHP. Analisis data pada penelitian ini menggunakan Uji T Dependen.
Program ini menunjukkan dampak yang positif sehingga didapatkan hasil bahwa sebagian besar
pengetahuan pelajar tentang rokok sebelum diberikan intervensi masih rendah (84,6%) dan setelah
diberikan intervensi tingkat pengetahuan rendah menjadi menurun yaitu (19,2%). Rata-rata nilai pre-
test pelajar sebelum dilakukan intervensi, yaitu 42,69, setelah dilakukan intervensi berupa edukasi
bahaya rokok dalam bentuk permainan berubah menjadi 64.62.

Kata Kunci: Pengetahuan, Edukasi, Pengendalian Tembakau, Tutor Sebaya

ABSTRACT
The prevalence of smoking in adolescents every years is always dramatically increase. The controlling
programs in form of behavioural prevention are extremely limited in the school. Hence there are
certainly much more teenager who don’t know about cigarette properly. In consequence, the
Developing Smoke Change Agent in Junior High School Promptly (D’SCAHP) program has been
developed by the interesting games method that it aims to enhance students’ knowledge in respect of
the effects of smoking. The activities consist of providing counseling intervention on cigarettes,
guessing the pictures about Non-Smoking Areas (KTR), moving all items based on dangerous content
within the cigarette, drawing up smoking-impact puzzle pieces, and end with a smoke-free monopoly
game (compilation of all subjects matter) with students as the player. The outcome of D’SCAHP
program is formation of peer tutors named D’SCAHP TEAM. Data analysis in this study used the
Dependent T Test. The final result of this program showed a positive impact that the most of the
students’ knowledge who are previously given an intervention about cigarettes was still low enough
(84,6%). Yet, after being given an intervention, low level of knowledge has become a good one
(19,2%). The average of pretest scores of the students, who have not been intervened, was 42,69.
Nevertheless, after D’SCAHP program was already given toward the students in terms of smoking
impact education in game design, the scores (post-test) significantly changed to be a nice score,
64,62.

Keywords: Knowledge, Education, Tobacco Control, Peer Educator

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 4


1. PENDAHULUAN 6.9% merupakan mantan perokok.[7]
Menurut Levy (dalam Imanda, 2015) Faktor-faktor yang mendasari remaja
perilaku merokok adalah suatu hal yang menjadi perokok berat diawali dengan coba-
dilakukan seseorang berupa membakar rokok coba dan mengikuti teman sepergaulan,
dan menghisapnya serta dapat menimbulkan kemudian rasa ketagihan dan ketergantungan
asap yang dapat terhisap oleh orang-orang untuk merokok timbul karena perokok merasa
disekitarnya.[1] Perilaku merokok sangat lebih maskulin, keren, dan percaya diri.
merugikan kesehatan karena dapat Namun, faktor utama yang menyebabkan
mengakibatkan banyak penyakit, diantaranya mereka menjadi perokok berat adalah latar
penyakit pada sistem kardiovaskuler, sistem belakang keluarga, baik terpengaruh oleh
respirasi, kanker dan masalah kesehatan yang perilaku merokok orang tua sendiri maupun
lainnya, seperti impotensi, kehamilan dari saudara-saudara yang juga perokok aktif.
prematur,Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) Kurangnya perhatian dan pengawasan dalam
dan lain-lainnya.[2] Penyakit-penyakit pergaualan yang tidak pernah didapat dari
tersebut timbul karena bahan rokok yang
orang tua karena sibuk bekerja membuat
terbuat dari tembakau dan mengandung 700
remaja tumbuh sesuai dengan pemikiran
zat kimia berbahaya bagi kesehatan dan 200
masing-masing tanpa ada yang
diantaranya adalah zat beracun.[3]
mengarahkan.[8]
Menurut WHO (2018) di dunia lebih dari 6
juta kematian diakibatkan karena merokok, Penelitian Mustika (2018) menyatakan
sementara sekitar 890.000 kematian orang bahwa pengetahuan remaja terkait rokok
tidak merokok, namun terpapar asap rokok sebagian masih kurang yaitu 55.4%.
(perokok pasif). Sekitar 80% dari 1,1 miliar Rendahnya pengetahuan remaja terhadap
perokok di dunia tinggal di negara bahaya rokok berpengaruh pula pada perilaku
berpenghasilan rendah dan menengah, merokok mereka.[9] Dari hasil penelitian lain
kemudian hampir setengah dari anak-anak menyatakan adanya hubungan antara
menghirup udara di tempat-tempat umum yang pengetahuan dan sikap terhadap perilaku
tercemar oleh asap rokok. Perokok pasif merokok remaja.[15]
menyebabkan lebih dari 890.000 kematian Berdasarkan kondisi yang telah
prematur per tahun.[4] dipaparkan sebelumnya maka diperlukannya
Sementara kondisi di Indonesia. Menurut peningkatan sosialisasi mengenai dampak
data Kementerian Kesehatan RI, prevalensi buruk merokok dikalangan remaja dan agar
perokok pada tahun 1995 sebesar 27% dan lebih efektif dalam mengurangi konsumsi
meningkat menjadi 36,3% pada tahun 2013. tembakau, larangan harus lengkap dan
Pada generasi muda, kebiasaan merokok turut berlaku untuk seluruh jenis iklan di semua
mengalami peningkatan. Prevalensi remaja media, serta kegiatan promosi dan sponsor,
usia 16-19 tahun yang merokok meningkat 3 baik langsung maupun tidak langsung.[11]
kali lipat dari 7,1% di tahun 1995 menjadi Menurut Subramanian (2013) pendidikan
20,5% pada tahun 2014. Perokok pemula usia kesehatan merupakan bentuk pencegahan
10-14 tahun meningkat lebih dari 100% dalam primordial yang efektif untuk menghindari
kurun waktu kurang dari 20 tahun, yaitu dari kebiasaan merokok pada remaja.[12] Menurut
8,9% di tahun 1995 menjadi 18% di Salaudeen A (2011) pendidikan kesehatan
tahun 2013.[5] telah dibuktikan efektif dalam meningkatkan
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun pengetahaun remaja tentang bahaya merokok
2018, menunjukkan prevalensi merokok pada dan juga telah mengubah sikap remaja
remaja usia 10-18 tahun meningkat yaitu 9,1% terhadap rokok karena sebagian besar remaja
dan usia perokok aktif menunjukkan ingin mengenghentikan kebiasaan merokok. [13]
kecenderungan dilakukan pada usia yang Namun, hasil penelitian CISDI (2015)
semakin muda.[6] menunjukan bahwa program pengendalian
dalam bentuk pencegahan perilaku merokok
Berdasarkan data Dinas Kesehatan masih sangat terbatas hanya 69,3% pelajar
(Dinkes) Kota Bogor, sebanyak 446.325 orang yang mendapatkan infromasi tentang bahaya
(44,5%) dari jumlah penduduk Kota Bogor rokok di sekolah.[14]
adalah perokok. Perinciannya, 32% adalah Minimnya program upaya promosi
orang yang merokok setiap hari, 5.6% yang kesehatan pengendalian untuk menurunkan
merokok tidak secara rutin, dan sebanyak minat dan meningkatkan pemahaman

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 5


mengenai dampak rokok inilah yang yang timbul akibat rokok. Kegiatan program
mendorong peneliti untuk melakukan D’SCAHP dilakukan selama 3 bulan dan
pengabdian masyarakat serta penelitian untuk sampai kepada tahap monitoring evaluasi TIM
melihat Efektivitas Program D’SACHP tentang D‘SCAHP. Sementara, untuk pengukuran
edukasi dampak rokok menggunakan metode tingkat pengetahuan dilakukan selama 1 hari
permainan di SMPN 2 Gunungsindur tahun dengan pengukuran pertama sebelum adanya
2018. intervensi dan pengukuran kedua setelah
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan adanya intervensi.
informasi tentang eskalasi program D’SCAHP
sebagai bagain dari upaya peningkatakan 3. HASIL
pengetahuan tentang dampak bahaya rokok 3.1 Karakteristik
serta solusi kreatif dan solutif dalam Karakteristik responden yang mengikuti
pencegahan merokok pada pelajar. Hasil dari program D’SCAHP lebih banyak pelajar
intervensi program ini juga dapat berjenis kelamin perempuan sebanyak 14
memberdayakan pada pelajar untuk menjadi orang (54%) dibandingkan dengan pelajar
peer educator atau tutor sebaya. berjenis kelamin laki-laki sebanyak 12 orang
(46%). Sedangkan usia responden lebih
2. METODE banyak pelajar yang berusia 13 tahun
Program D’SCAHP dilakukan dengan sebanyak 18 orang (73%) dibandingkan
beberapa kegiatan, yaitu penyuluhan tentang dengan pelajar yang berusia 12 dan 14 tahun
rokok dan permainan dengan cara post to masing-masing sebanyak 4 orang (19%) dan 2
post yang berupa tebak gambar seputar orang (8%).
Kawasan Tanpa Rokok (KTR), pindah barang Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik
yang layak konsumsi dan tidak layak konsumsi Reponden dalam Program D’SCAHP di SMPN
(benda yang mengandung zat kimia yang 2 Gunungsindur tahun 2018
terdapat di dalam kandungan rokok),
Karakteristik Frekuensi Presentase
menyusun potongan puzzle dampak akibat (%)
merokok, dan monopoli rokok yaitu pelajar Jenis Kelamin
memainkan permainan populer monopoli Laki-Laki 12 46
dengan desain yang telah dimodifikasi tentang Perempuan 14 54
rokok serta pelajar sendirilah yang menjadi Usia
catur (peraga) dalam permainan tersebut, 12 Tahun 4 19
serta dibentuk Tim D’SCAHP yang bertujuan 13 Tahun 13 73
untuk menjadi tutor sebaya dan melanjutkan
14 Tahun 2 8
program tersebut di sekolah.
Penelitian ini menggunakan desain pra-
eksperimental dengan one group pre-post test 3.2 Pengetahuan
yaitu rancangan eksperimen yang dilakukan
Setelah dilakukan intervensi program
pada satu kelompok
D’SCAHP ada pengingkatan pengetahuan
tanpa ada kelompok pembanding. Populasi yang sebelumnya hanya 3 orang (15,4%)
penelitian ini adalah seluruh pelajar SMPN 2 berpengetahun baik menjadi 20 orang (80,8%)
Gunungsindur. Pengambilan sampel (Grafik 1.)
menggunakan simpel random samplinh dan
didapat 26 pelajar kelas VIII. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan analisis
univariat dan Analisis bivariat Uji T-Dependen.
Instrumen yang digunakan dalam
pengumpulan data berupa kuisioner yang
berisikan pertanyaan-pertanyaan untuk
mengukur tingkat pengetahuan tentang rokok
yang terdiri dari kandungan bahaya rokok,
kandungan zat kimia rokok, dampak jangka
panjang ketika rutin mengkonsumsi rokok,
Kawasan Tanpa Rokok (KTR), dan penyakit

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 6


Grafik 1. Peningkatan Pengetahuan Pelajar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
Kelas VIII SMPN 2 Gunungsindur Sebelum dan telinga. Saat memainkan permainan di
dan Seudah Implementasi Program D’SCAHP program D’SCAHP sebagian besar yang
tahun 2018 digunakan adalah mata, telinga dan tangan
dimana dalam bermain siswa melihat gambar,
Peningkatan nilai rata-rata pengetahuan membaca materi dan penjelasan yang
pelajar secara signifikan dengan nilai rata-rata terdapat di media permainan tebak gambar
pre-test sebesar 42,69 meningkat menjadi seputar Kawasan Tanpa Rokok (KTR), pindah
64,62 setelah dilakukan intervensi. Hasil uji barang yang layak konsumsi dan tidak layak
statistik menghasilkan p value sebesar 0,000 konsumsi (benda yang mengandung zat kimia
yang artinya ada perbedaan yang signifikan yang terdapat di dalam kandungan rokok),
antara pengetahuan sebelum dan sesudah menyusun potongan puzzle dampak akibat
diberikan intervensi (Tabel 2.) merokok, dan monopoli rokok. Penggunaan
Tabel 2. Analisis Peningkatan Pengetahuan media permainan dalam penelitian ini
Pelajar Kelas VII SMPN 2 Gunungsindur membuat siswa mendapatkan pengetahuan
Sebelum dan Sesudah Implementasi Program dengan cara yang menyenangkan, yakni
D’SCAHP tahun 2018. belajar sambil bermain. [16]
Kelas Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
Pengetahuan VIII Notoatmodjo (2012) yaitu dalam jangka waktu
Min Max Mean P Value
yang pendek (immediate impact), pendidikan
kesehatan hanya dapat menghasilkan
Pre-Test 10 70 42,69 0,000 perubahan pengetahuan. Pengetahuan adalah
Post- 40 90 64,62
Test
hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Ketika pengetahuan seseorang
terhadap rokok sudah meningkat maka akan
4. PEMBAHASAN berpengaruh kepada sikap dan kedepannya
Hasil pada penelitian ini sebelum akan mencegah pelajar untuk mengkonsumsi
diberikan intervensi hanya 3 orang (15,4%) rokok. [17] Hal ini sejalan dengan penetilian
yang pengetahuannya baik dan setelah Maseda dkk (2013) yang menunjukan adanya
diberikan intervensi menjadi 20 orang (80,8%) hubungan antara pengetahuan dan sikap
yang memiliki pengetahuan baik dan hasil uji terhadap perilaku merokok pada remaja. [18]
statistik menunjukan p value sebesar 0,000 Memang perlu adanya peningkatan sosialisasi
yang artinya ada perbedaan signifikan antara mengenai dampak buruk merokok di kalangan
pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan remaja. Agar lebih efektif dalam mengurangi
intervensi. konsumsi tembakau, larangan harus lengkap
Perubahan yang bermakna ini dan berlaku untuk semua jenis iklan di semua
menunjukkan bahwa program D’SCAHP media, serta untuk semua kegiatan promosi
dengan metode bermain dan pendekatan dan sponsor, baik langsung maupun tidak
promosi kesehatan ini berhasil menyentuh langsung.[4]
pelajar secara emosional. Peningkatan positif
menunjukkan pentingnya keberadaan program 5. KESIMPULAN
edukasi ini untuk menunjang kontinuitas Program D’SCAHP edukasi dampak
pengetahuan pelajar dengan rokok dengan metode permainan terbukti
memfasilitasi hal ini. Memberikan pengetahuan efektif karena terjadi perubahan atau
merupakan salah satu bagian untuk peningkatan pengetahuan yang positif dan
meningkatkan kesadaran melalui perubahan bermakna pada pelajar kelas VIII SMPN 2
pengetahuan untuk menuju perubahan Gunungsindur. Proporsi tingkat pengetahuan
perilaku. [15] pelajar sebelum intervensi berkategori kurang
Menurut Notoatmodjo (2015) yaitu 84,6% dan setelah intervensi menurun
pengetahuan merupakan hasil penginderaan menjadi 19,2%. Peningkatan pengetahuan ini
manusia terhadap suatu objek tertentu. merupakan salah satu bagian untuk
Penginderaan terjadi melalui panca indera meningkatkan kesadaran menuju perubahan
manusia, yakni indera penglihatan, perilaku agar pelajar tidak merokok.
penciuman, rasa, dan raba, sebagian besar

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 7


9.
6. UCAPAN TERIMAKASIH Khasanah, Nur Ainy. Studi Kasus Perilaku
Kami mengucapkan terimakasih banyak Merokok Kategori Berat pada Remaja
kepada Kementerian Riset Teknologi dan Laki-Laki. 2012. Jurnal Psikosains,
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Vol.4/No.1/Agustus 2012.
10.
(Kemenrisetdikti) yang telah memberikan dana Mustika, W.C. 2018. Hubungan
hibah dalam melaksanakan program D’SACHP Pengetahaun dan Sikap Remaja
ini, Wakil Rektor III UMJ yaitu Bapak Irfan Perokok terhadap Perilaku Merokok di
Purnawan., S.T., M.Chem.Eng, Dosen Kelurahan Baru Kecamatan Siantar
pembimbing kami yaitu Ibu Thresya Febrianti, Utara Tahun 2017.
11.
SKM., M.Epid, Ketua Program Studi Maseda, Devita Rosalina, Baithesda Suba
Kesehatan Masyarakat yaitu Ibu Munaya dan Djon Wongkar. 2013.Hubungan
Fauziah, SKM., M.Kes, semua keluarga besar Penetahuan dan Sikap tentang Bahaya
Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UMJ Merokok dengan Perilaku Merokok pada
yang telah memberi dukungan serta arahan Remaja Putri di SMAN Negeri I
dalam pelaksanaan program ini. Tompasobaru. Ejournal Keperawatan
(E-KP), Volume 1., Nomor 1, Agustus
7. DAFTAR PUSTAKA 2-13
12.
1.
Imanda, T. 2015. Studi Fenomonologi: WHO. 2013. WHO Report on The Global
Intensitas Merokok pada Remaja. Tobacco Edpidemic (Enforcing Bans on
Skripsi: Surakarta. Tobacco
13.
2
Centers for Disease Control and Prevention Subramanian M. An Interventional Study on
(CDC). 2013. Youth and Tobacco Use. Change in The Knowledge of High
National. School Student Regarding III Effect of
3.
Center for Chronic Disease Prevention and Tobacco Use. Asian Journal of Applied
Sciences. 2013. Vol.1:4
Health Promotion, Office on Smoking 14.
Salaudeen A. Effects of Health Education on
and Health. Atlanta. 10 Desember
Cigarette Smoking Habits of Young
2018<http://www.CDC.gov/Tobacco/dat
Adults in Tertiary Institutions in A
a_s
Northern Negarian State. Health
tatistic/Fact_Sheet/youth_data/tobacc Science Journal. 2011, Vol. 5:3, pp 216-
o_Use/> 228
4.
Eriksen,M, Judith M., & Hanna R. The 15.
Center for Indonesia’s Strategic
Tobacco Atlas Fourth Edition. American Development Initiatives. 2015.
Cencer Society: Georgia, 2012. 1, 8, & Penggerak nusantara.
28 <http://cisdi.org/pages/index/penggera
5.
World Health Organization. 2018. k-nusantara>
Tobacco. 1 Desember 2018 diakses 16.
Notoatmodjo. 2015. Promosi Kesehatan dan
<http://www.who.int/news-room/fact-s Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka
heet/detail/tobacco> Cipta.
6.
Kementerian Kesehatan RI. 2016. HTTS 17.
Egmond C, Bruel R. 2007. Nothing is a
2016: Suarakan Kebenaran, Jangan Pratical as a Good Theory: Analysis of
Bunuh Dirimu dengan Candu Rokok. 1 Theories and a Tool for Developing
Desember 2018 diakses Interventions to Influence Energy
<http://www.depkes.go.id/pdf.php?Id= Related Behavior. P 3-4.
16060300002> <http://ww.cres.gr/behave/pdf/paper_fi
7.
Kementerian Kesehatan. 2018. Riset nal_draft_ce1309.pdf>
Kesehatan Dasar Tahun 2018. 10 18.
Notoadmojo, S. H. 2012. Promosi Kesehatan
Desember 2018 diakses dna Perilaku Kesehatan. Jakarta:
<http://www.depkes.go.id/resuorces/dow Rineka Cipti, Hlm 21-23, 49, 51-60, 64-
nload/info-terkini/materi_rakorpop_ 66, 132.
2018/Hasil%Riskesdas%202018.pdf>
8.
Dinas Kesehatan Kota Bogor. 2016.
446 Ribu Warga Bogor Perokok. 5
Desember 2018 diakses
<http://www.radarbogor.id/2017/05/31
/446-warga-bogor-prokok/>

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 8


BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 9
Penelitian PENGARUH PARTIKEL POLUTAN
TERHADAP KEJADIAN GANGGUAN SALURAN
PM10

PERNAFASAN DI ASIA: SISTEMATIK REVIEW


Asli Vella Suryaningsih1, Maulida Khairunnisa2, Sausan Dhiyya Ulhaq3,
Ayu Hanifah4, Medina Nurmalasari5

Peminatan Kesehatan Lingkungan, Program Studi Kesehatan


Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK
Polusi udara diketahui telah menjadi permasalahan lingkungan dan problem kesehatan bagi
masyarakat. Faktor lingkungan yang mempengaruhi risiko gangguan pernapasan ialah iklim, daerah
pemukiman warga yang terlalu dekat dengan kawasan industri, juga tingginya mobilitas penduduk di
daerah industry. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui angka risiko paparan PM10
terhadap kejadian gangguan saluran pernapasan pada anak-anak di Asia serta mengaitkan dengan
teori islami yang terdapat pada Al-Qur’an maupun hadist. Jenis penelitian yang digunakan adalah
systematic review dan metodologi pemikiran islam (epistimologi islam) bayani. Metode systematic
review tidak hanya menyajikan telaah pustaka saja, namun juga telaah sistematis yang dilakukan
untuk mendapatkan kajian kesehatan masyarakat. Nilai OR untuk kejadian gangguan pernafasan
karena PM10 dari semua jurnal paling tinggi ditunjukkan pada angka OR 3,74 dan paling rendah
ditunjukkan pada angka OR 1,00. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Kumpulan udara yang
mengandung PM10 (angin kering) yang bertiup dapat menyebabkan gangguan pernapasan.

Kata Kunci: Gangguan Pernapasan, Pencemaran Udara, PM10

ABSTRACT
Air pollution is known to have become an environmental problem and a health problem for the
community. Environmental factors that influence the risk of respiratory disorders are climate,
residential areas that are too close to the industrial area, as well as high population mobility in the
industrial area. The purpose of this study was to determine the risk numbers of PM10 exposure to
respiratory tract disorders in children in Asia and to associate with Islamic theory contained in the
Qur'an and hadith. The type of research used is a systematic review and methodology of Islamic
thought (Islamic epistimologi) bayani. The systematic review method does not only provide literature,
but also a systematic review of community health studies. OR value for respiratory events because
PM10 from all the highest journals is shown at OR 3.74 and the lowest is indicated by OR 1.00. In this
study it can be concluded that a collection of air containing PM10 (dry wind) that blows can cause
respiratory problems.

Keywords: Air Polution, PM10, Respiratory Disfunction

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 10


1. PENDAHULUAN pernapasan juga banyak terjadi terjadi yang
Polusi udara diketahui telah menjadi disebabkan adanya pencemaran udara salah
permasalahan lingkungan dan problem satunya Particulate Matter (PM10). Particulate
kesehatan bagi masyarakat. Banyak faktor Matter10 (PM10) adalah partikel yang
yang dapat menjadi penyumbang adanya berukuran 10μm atau lebih kecil dan umumnya
polusi udara seperti faktor transportasi, melewati hidung dan tenggorokan kemudian
kebakaran hutan, industrialisasi serta adanya masuk ke dalam paru-paru5. Hasil prevalensi
pertambangan. China telah tercatat sebagai nasional tahun 2013 dan 2018 untuk penyakit
negara yang memegang rekor penghasil asma pada semua umur tidak mengalami
utama gas rumah kaca di dunia. Selain itu, peningkatan yaitu tetap pada angka 4,5%6.
Laporan dari World Bank menyatakan bahwa Walaupun demikian hal ini harus tetap di
750.000 bayi telah lahir prematur di China waspadai. Adanya PM10 yang ada di negeri ini
setiap tahun akibat polusi lingkungan. Kelainan bersumber dari kebakan hutan dari beberapa
saat lahir yang terjadi pada sepersepuluh provinsi seperti Provinsi Riau dan Kalimantan
rumah tangga di China juga menciptakan Selatan serta adanya polutan lain dari asap
keregangan keuangan setiap tahun sebesar kendaraan dapat menjadi faktor penyebab
133 juta dolar AS1. Dengan demikian isu terjadinya asma. Hal tersebut ditambah
lingkungan telah menjadi pilar penting dalam dengan intensitas dan lamanya keterpajanan
warna pembangunan. Bahkan semenjak 1980- penduduk7. Di Indonesia sendiri, adanya
an, polusi udara telah menjadi arus utama PM10 dapat memberikan dampak bagi semua
berbagai kebijakan pembangunan baik di umur penduduk, artinya semua golongan umur
tingkat global maupun nasional 2. berpotensi untuk terpapar PM10 sehingga
Berbagai hasil penelitian menunjukkan berisiko untuk terkena asma.
bahwa kendaraan bermotor merupakan Hasil penelitian menunjukkan banyaknya
kendaraan yang berkontribusi besar dalam tanaman dapat mengurangi jumlah polutan di
pencemaran udara (Budiyono, 2011). Hasil udara (Kusminingrum, 2008)8. Namun tidak
buangan yang dihasilkan oleh asap kendaraan menutup kemungkinan, tetap banyak
banyak mengandung pencemar udara. Dari gangguan pernapasan yang ditimbulkan dari
berbagai jenis zat pencemar udara, benda PM10. Dengan demikan tujuan dari studi ini
partikulat atau particulate matter berdiameter adalah ingin menentukan apakah PM10 dapat
10 mikron (PM10) mendapatkan perhatian memberikan dampak bagi gangguan
khusus karena dinilai memiliki pengaruh lebih pernapasan bagi masyarakat pada semua
besar terhadap gangguan kesehatan manusia. kelompok umur.
Sumber utama PM10 di Indonesia berasal dari
sector transportasi (71%) dan sektor industry 2. METODE
25%, sedangkan sisanya (4%) adalah sektor Studi ini berjenis systematic review,
rumah tangga atau domestik3. dimana disajikan tidak hanya telaah pustaka
Menurut WHO (2011) efek kesehatan dari saja, namun juga telaah sistematis.
paparan PM10 dalam waktu singkat dapat 2.1 Sumber data dan strategi pencarian
mempengaruhi reaksi radang paru-paru, ISPA Seleksi studi dilakukan penentuan kriteria
(infeksi saluran pernapasan atas), gangguan inklusi dengan cara menyertakan semua
pada sistem kardiovaskuler, meningkatnya penelitian tekait polusi udara yang
perawatan gawat darurat, peningkatan mengandung PM10 dan dampak terhadap
penggunaan obat, bahkan kematian. kesehatannya. Desain yang terpilih adalah
Sementara dampak jangka panjang PM10 kasus-kontrol dan kohort engan besar ukuran
dapat meningkatkan gejala gangguan saluran resiko menggunakan Odds Ratio (OR) yang
pernapasan bawah, eksaserbasi asma, dilakukan dalam kurun waktu 1-6 tahun. Kedua
penurunan fungsi paru pada anak-anak, desain tersebut dipilih dalam sistematik review
peningkatan obstruktif paru-paru kronis, karena memiliki nilai rasio yang jelas
penurunan fungsi paru- paru pada orang dibandingkan dengan desain lainnya, sehingga
dewasa, penurunan rata- rata tingkat harapan dapat dinyatakan secara kuantitaif. Penelitian
hidup terutama kematian yang diakibatkan ini mengeluarkan semua artikel yang
oleh penyakit cardiopulmonary dan melakukan studi pada hewan dan review
probabilitas kejadian kanker paru-paru4. artikel, serta studi dengan desain yang bukan
Di Indonesia adanya gangguan kasus kontrol dan kohort.

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 11


study hanya 7 study yang melibatkan peran
3. HASIL polusi udara, PM10 dalam kejadian asma.
3.1 Penelusuran hasil
Terpilih dari sumber pustaka sebanyak
358 buah studi terkait studi kasus control
dampak polusi udara terhadap kesehatan
masyarakat. Pada gambar 1, 129 jurnal
diterbitkan lebih dari 10 tahun, 198 jurnal
diterbitkan lebih dari 10 tahun. Hanya 44 jurnal
tidak diujicobakan kepada manusia, sisanya
pada manusia. Studi mengaitkan peran polusi
udara dalam topik bahasannya diperoleh 45
studi. Tersisa 137 jurnal yang berasal dari
asia, berbahasa inggris, dan diujicobakan Bagan 3.1 Alur Pencarian Data
kepada manusia. 129 studi dikeluarkan karena
bukan berupa case-control study. Dari 137

Tabel 3.1 Karakteristik Demografi Subjek Studi dampak polutan PM10 dan gangguan pernafasan

Segmen Jenis
Nama Penulis Negara Tahun Usia
Penduduk Kelamin
Liu, Wei, et all. India 2011 Penderita atau Tidak ada Laki-laki
pasien diabetes keterangan Dan
type 2 Perempuan
Khafaie, et all China 2006- Anak-anak pra Tidak ada Laki-laki
2012 Sekolah keterangan dan
perempuan
Anna Marie Malaysia 2014 Anak-anak < 18 tahun Laki-laki
Nathan dan
Perempuan
Lee, Hyewon Seoul, 2008- Masyarakat yang < 40- Laki-laki
et, all Korea 2014 Menderita ≥ 65 tahun dan
migrain dan Perempuan
Mengunjungi
Unit gawat
Darurat
Ran Li, et all China 2013 – Anak-anak 10 - ≥ 65 Laki-laki
2014 Remaja tahun dan
Dewasa Perempuan
Lansia
Ching-Yen Taipei and 2001 – Anak-anak 0 – 15 tahun Laki-laki
Kuo, et all Kaohsiung, 2010 dan
Taiwan Perempuan
Chen Huang China 2011 - Anak-anak yang Anak-anak Laki-laki
2014 memiliki riwayat dan
asma dengan perempuan
diagnosis dokter

(jumlah sampel=7)

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 12


Tabel 3.2 Prevalensi Kejadian Penyakit Akibat PM10

Nama Tahun Penyakit OR atau CI Desain % %


Penulis RR Studi Kasus Kontrol
Liu, Wei, et 2011 Dyspnea OR= 1,50 95 % CI = Case-Control - -
all. 1,12-2,01

Khafaie, et all 2006 Asma OR= 1,77 95 % CI = Kohort - -


-
2012 1,29-2,43 Retrospektif

Anna Marie 2014 Pneumoni OR= 1.77 95% CI) = Retrospective 46 345
a
Nathan (1.16– Study (11,8%) (88,2%)
2.68).)
Lee, 2008 Migrain OR= (95% CI: Case- - -
Hyewon, et - 1.032
all
2014 1,007- Crossover
1,057)

Ran Li, et all 2013 Asma OR 95% CI= Case- - -


– =1.000 0.998–1.002 Crosso
2014 ver

Ching-Yen 2001 Asma OR= 95% CI= Case- - -


Kuo, et all – 1.100 0.826–1.060 Crosso
2010 95% CI= ver
0.915–1.322

Chen Huang 2011 Asma OR,: 95% CI = Case - 49 53


- 2.24
2014 1.01–6.72 Control (44.1%) (53,9%)
95% CI =
1.07–4.18

dengan saluran pernafasan.


4. PEMBAHASAN Penilaian paparan PM10 terhadap
Hasil dari beberapa artikel penelitian yang kejadian penyakit pernafasan, erat kaitannya
dianalisis menekankan bahwa ada hubungan dengan faktor pendukung yang menyebabkan
bermakna antara paparan polusi udara PM10 keterpaparan polutan kepada manusia
dengan kejadian gangguan pernafasan antara semakin meningkat. Hasil artikel penelitian
lain adalah asma, disfungsi pernafasan, yang dianalisis menekankan bahwa polusi
dyspnea dan pneumonia dari hasil udara yang salah satunya merupakan PM10
penelusuran terdapat satu jurnal yang atau Respirable Particulate Meter (RSPM)
memaparkan bahwa ada hubungan bermakna dapat menyebabkan beberapa gangguan
antara PM10 dengan kejadian migrain. pernapasan. Selain itu dari salah satu artikel di
Penelitian yang menunjukkan ada hubungan India, SO2 dan NO2 juga diketahui
PM10 dengan kejadian migrain tetap mempunyai risiko yang sama besarnya
dipertimbangkan dalam hasil sistematic review dengan PM10.
ini untuk melihat bahaya lain yang terkandung Udara akan cenderung menyalurkan
dalam PM10. Nilai OR untuk kejadian panas yang dimilikinya ketempat lain sehingga
gangguan pernafasan karena PM10 dari terjadi gerakan udara. Tingginya suhu dapat
semua jurnal paling tinggi ditunjukkan pada mempercepat terjadinya perubahan kadar gas
angka OR 2,24 dan paling rendah ditunjukkan atau pencemar di udara. Semakin tinggi suhu
pada angka OR 1,00 sementara pada hasil udara, maka partikel akan menjadi semakin
jurnal yang menunjukkan hubungan antara kering dan ringan sehingga partikel tersebut
kejadian migrain karena PM10 memiliki nilai menjadi lebih reaktif serta bertahan lama di
OR 1,032. Dari hasil ini dapat menunjukkan udara . Sekitar 50-60 % dari partikel debu
bahwa paparan dari PM10 lebih tinggi berisiko melayang di udara merupakan debu yang
terjadi pada penyakit yang berhubungan mempunyai diameter 10 µm atau lebih dikenal

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 13


dengan PM10. Debu PM10 bersifat sangat baik terhadap kelompok rentan dan kelompok
mudah terhirup dan masuk ke dalam paru- berisiko penting untuk dilakukan oleh pihak
paru, sehingga PM10 dikategorikan sebagai pemerintah dari berbagai sektor seperti dari
Respirable Particulate Metter (RPM). kementerian kesehatan dan kementerian
Akibatnya dapat mengganggu sistem lingkungan hidup. Pemerintah mempunyai
pernapasan bagian atas maupun bagian peran adaptasi dan mitigasi seperti
bawah (alveoli) . penambahan tanaman yang dapat mengurangi
Beberapa artikel penelitian juga polusi udara. Diketahui bahwa beberapa jenis
menyatakan bahwa faktor lingkungan tanaman dapat mengurangi jumlah polusi
mempengaruhi risiko gangguan pernapasan udara (Kusminingrum,2008).
seperti iklim, daerah pemukiman warga yang
terlalu dekat dengan kawasan industry, juga 5. KESIMPULAN
tingginya mobilitas penduduk di daerah PM10 memberikan pengaruh yang
industri. Faktor iklim yang disebutkan pada signifikan terhadap kejadian gangguan saluran
artikel menyebutkan bahwa kelembaban di pernapasan jika dibandingkan dengan
dalam ruangan dapat memainkan peran gangguan penyakit lainnya. Iklim terlebih
penting dalam membentuk partikel di sekitaran kelembaban dalam ruangan memberikan
anak- anak. Hal lain seperti gaya hidup (yaitu, pengaruh terhadap penyebaran partikel di
waktu aktivitas, aktivitas fisik dan merokok) udara kejadian gangguan pernapasan akibat
juga turut menjadi faktor lain yang PM10 lebih sering terjadi pada kalangan anak-
mempengaruhi tingginya risiko terpapar PM10. anak di beberapa wilayah yang memiliki
Masih terkait dengan salah satu gaya hidup, tingkat polusi tinggi seperti kawasan Asia
yaitu aktifitas fisik, menurut salah satu artikel dimana masih memiliki banyak negara
disebutkan bahwa orang yang memiliki berat berkembang.
badan berlebih memiliki lebih tinggi risiko
untuk terkena gangguan pernapasan. 6. SARAN
Tingginya suhu udara yang membuat Hal yang sangat penting dilakukan adalah
partikel menjadi lebih mudah terbawa oleh menanggulangi adanya pencemaran udara,
angin dapat disebabkan oleh aktivitas seperti yang telah diketahui berdasarkan
manusia. Aktivitas manusia yang dapat kesimpulan diatas bahwa polusi udara yang
menghasilkan banyak polutan seperti kegiatan mengandung PM10 sangat berbahaya bagi
industri, pertambangan, mobilisasi dengan kesehatan khususnya gangguan pernapasan,
kendaraan bermotor dapat mempengaruhi baik berupa penggunaan masker dan
kondisi udara menjadi semakin buruk karena penurunan intensitas jika berada di area yang
terjadinya akumulasinya polutan di udara. memiliki polusi udara tinggi seperti daerah
Pada faktor daerah pemukiman warga yang industri.
terlalu dekat dengan kawasan industri juga
memiliki keterkaitan dengan risiko terpaparnya
7. DAFTAR PUSTAKA
ibu hamil akan PM10. Kelompok rentan 1
dengan resiko tinggi juga dibahas dalam .Amri, Ulil. 2011. Globalisasi dan Dampaknya
beberapa artikel penelitian terhadap Lingkungan dan Keamanan
Manusia di Asia Pasifik: Kasus China
Analisis artikel menyatakan bahwa ada
dan Papua Nugini. Jurnal Kajian
faktor-faktor yang meningkatkan resiko terkena
Wilayah, Vol. 2, No. 1 Hal 62-63
gangguan pernafasan selain dari faktor 2.
terbesar yaitu paparan PM10. Faktor dengan Anna Marie Nathan. Clinical Risk Factors for
resiko tinggi itu antara lain adalah penderita Life-Threatening Lower Respiratory
diabetes mellitus yang memiliki Indek Massa Tract Infections in Children: A
Tubuh (IMT) lebih. Adanya paparan PM10 Retrospective Study in an Urban City in
pada penderita diabetes mellitus yang memiliki Malaysia. 2014,Volume 9 . Issue 10
3
IMT lebih diyakini dapat meningkatkan resiko .Black: The environmental Challenge to
terkena gangguan pernapasan yaitu dyspnea China’s Future, Ithaca & London:
dengan OR 1,50. Untuk mengurangi adanya Cornell University Press,2004, hal. 88.
4
paparan PM10 terhadap gangguan kesehatan, .Chahaya S,Indra.2010. dampak emisi gas
diperlukan upaya mitigasi dan adaptasi pada buang terhadap kesehatan dan
polusi udara. Pendekatan secara menyeluruh lingkungan

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 14


5. 17
Chen Huang. Household indoor air quality Oktaviani, devi anggar dan prasasti, corie
and its associations with childhood indria. Kualitas Fisik Dan Kimia Udara,
asthma in Shanghai, China: On-site Karakteristik Pekerja, Serta Keluhan
inspected methods and preliminary Pernapasan Pada Pekerja Percetakan
results. Environmental Research 151 Di Surabaya. Jurnal Kesehatan
(2016) 154–167 Lingkungan. Juli 2015: 8 (2) No. 195–
6.
Ching-Yen Kuo, at all. Application of a Time- 205
18.
Stratified Case-Crossover Ran Li, at all. Impact of Air Pollutants on
7
.Design to Explore the Effects of Air Pollution Outpatient Visits for Acute Respiratory
and Season on Childhood Asthma Outcomes. Int. J. E.nviron. Res. Public
Hospitalization in Cities of Differing Health 2017, 14, 47.
19.
Urban Patterns: Big Data Analytics of Riskesdas 2018.
20
Government Open Data. Int. J. Environ. .World Bank , “Clear Water,Blues Skies,”
Res. Public Health 2018, 15, 647. dalam Elizabeth C. Economy, The Rive
8
.Khafaie, MOrteza Abdullatif, at all. Air
pollution and respiratory health among
diabetic and non-diabetic subjects in
Pune, India—results from the Wellcome
Trust Genetic Study. Volume 24, June
2017, Issue 18, pp 15538–15546
9
.Kusminingrum, Nanny. 2008. Potensi
Tanaman Dalam Menyerap Co2 % Co
Untuk Mengurangi Dampak Pemanasan
Global. Jurnal Permukiman Vol. 3 No. 2
Juli 2008.
10
.Labitta, Anamika.2016. Faktor Risiko
Lingkungan Pada Kejadian Asma Di
Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang
Kota Semarang. JKM.Volume 4, Nomor
4, Oktober 2016.
11
Liu, Wei, at all. Associations of gestational
and early life exposures to ambient air
pollution with childhood respiratory
diseases in Shanghai, China: A
retrospective cohort study. Volumes 92–
93, July–August 2016, Pages 284-293
12.
Liu, Yuewei, at all. Short-Term Exposure to
Ambient Air Pollution and Asthma
Mortality. Volume 15 Issue 2 Oktober
2018
13
Mursinto, Djoko dan Kusumawardani, Deni.
Estimasi Dampak Ekonomi
14
Dari Pencemaran Udara Terhadap
Kesehatan Di Indonesia. KEMAS 11 (2)
(2016) 163-172
15
.Nanang Indra Kurniawan, Jurnal Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik : Poliik Pengelolaan
Lingkungan dan Sumber Daya Alam,
Universitas Gajah Mada Vol. 16,
No.1,Juli 2012, hal 2
16.
Nurjanah, KL. Mufid, A. 2014. Gangguan
Fungsi Paru dan Kadar Continine pada
Urin Karyawan yang Terpapar Asap
Rokok Orang Lain. Jurnal Kemas 10 (1).

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 15


Penelitian KAJIAN PENERAPAN 5 PILAR SANITASI TOTAL
BERBASIS MASYARAKAT DI KAMPUNG KB
DESA GALANGPENGAMPON KECAMATAN
Asli WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN
PROVINSI JAWA TENGAH
Futkhatul Janah1
1
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Pekalongan

ABSTRAK
Pendahuluan: Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling
berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan. Lingkungan dan perilaku merupakan faktor
yang sangat berkaitan dalam mempengaruhi kesehatan. Kesehatan lingkungan dipengaruhi oleh
faktor perilaku dari suatu individu.. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
3 tahun 2014 tentang STBM, dalam rangka memperkuat upaya perilaku hidup bersih dan sehat,
mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat serta
meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar perlu menyelenggarakan STBM. Tujuan penelitian
ini, mengetahui gambaran perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat Kampung KB Desa
Galangpengampon, mengetahui bagaimana peran perangkat desa terhadap pentingnya penerapan
STBM, mengetahui peran 5 pilar STBM dalam percepatan pembangunan kesehatan
Metode: Jenis penelitian ini adalah explanatory research dengan metode deskriptif kualitatif dengan
pendekatan cross sectional. Dengan informan kepala desa, bidan desa, dan masyarakat, dengan
instrument pengumpulan data menggunakan guidance interview.
Hasil: Kepemilikan jamban pada masyarakat kampung KB masih sangat rendah, berdasarkan hasil
orbservasi diperoleh data 80% warga yang belum mempunyai jamban tersebut sebagian besar
melakukan BAB di sungai dan sebagian kecilnya menumpang pada warga lain yang memiliki jamban.
Kesimpulan: Peran baik dari pemerintah desa berupa bantuan jamban yang belum diimbangi dengan
kesadaran warga, menjadikan penerapan belum dilaksanakan dengan baik. Harapannya, pemerintah
desa dibantu petugas kesehatan dari puskesmas dapat melakukan pemicuan lebih dalam agar dapat
merubah perilaku masyarakat.

Kata Kunci: Buang Air Besar Sembarangan, lingkungan, sanitasi, Sanitasi Total Berbasis
Lingkungan, penyakit infeksi

ABSTRACT
Introduction: Health problems are a very complex problem, which are interrelated with other
problems beyond health. Environment and behavior are very related factors in influencing health.
Environmental health is influenced by behavioral factors of an individual. According to the Republic of
Indonesia Minister of Health Regulation Number 3 of 2014 concerning CBTS, in order to strengthen
clean and healthy behavior efforts, prevent the spread of environmental-based diseases, improve
community capacity and improve access to drinking water and basic sanitation, CTBS is required. The
purpose of this study, to know the description of clean and healthy life behaviors of the KB Village
community in Galangpampampon Village, to know the role of village officials in the importance of
implementing CTBS, to know the role of the five pillars of CTBS in accelerating health development
Methods: This type of research is explanatory research with a qualitative descriptive method with a
cross sectional approach With village head informants, village midwives, and the community, with data
collection instruments using guidance interviews.
Result: Latrine ownership in KB village communities is still very low, based on the results of the
observations obtained 80% data, most of the residents who do not have latrines do defecation in the
river and a small part of it hitches to other residents who have latrines.

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 16


Conclusion: The good role of the village government in the form of toilet assistance that has not been
balanced with the awareness of the residents, has made implementation not well implemented. The
hope is that the village government, assisted by health workers from the puskesmas, can initiate
deeper triggers to change people's behavior.

Keyword: BABS, environment, sanitation, STBM, infectious diseases

1. PENDAHULUAN acuh terhadap kesehatan pribadi, keluarga dan


Masalah kesehatan adalah suatu lingkungan mereka. Perilaku tidak sehat yang
masalah yang sangat kompleks, yang saling masih sangat melekat pada warga adalah
berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar buang air besar sembarangan (BABS). Mereka
kesehatan. Banyak faktor yang mempengaruhi
[7]
lebih memilih untuk buang air besar di sungai
kesehatan, menurut Hendrik L.Blum dalam [7]
karena lokasi rumah yang sangat dekat dengan
ada 4 faktor yang mempengaruhi kesehatan, sungai, dan dirasa sudah nyaman dengan
yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan kebiasaan tersebut. Hal ini diketahui karena
dan hereditas (keturunan). Lingkungan dan 80% dari total jumlah penduduk belum
perilaku merupakan faktor yang sangat mempunyai jamban sehat. Masih melekatnya
berkaitan dalam mempengaruhi kesehatan, perilaku tersebut dapat menjadi pemicu
pada dasarnya perilaku seseorang tergantung terjadinya penyebab penyakit lingkungan
pada lingkungan dimana orang tersebut berada. seperti diare. Berlatar belakang masalah
Namun, menurut HL.Bloom dari keempat faktor sanitasi yang dihadapi oleh masyarakat
tersebut yang paling dominan/besar Galangpengampon, pemerintah melakukan
mempengaruhi status kesehatan manusia upaya untuk menanggulangi masyarakat
adalah faktor lingkungan, kemudian perilaku, tersebut. Dalam hal ini, pemerintah mengajak
pelayanan kesehatan dan keturunan. Faktor masyarakat untuk berpartipasi secara aktif
lingkungan mencakup beberapa aspek yaitu dalam program yang dicanangkan. Program
ekonomi, social, budaya dan lingkungan fisik, pemerintah untuk mengatasi permasalahan
yang dapat menjadi penyebab utama terjadinya sanitasi disini bernama CLTS (Community Lead
penyakit menular. Total Sanitation) atau lebih sering dikenal
Kesehatan lingkungan adalah suatu dengan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum (STBM).
sehingga berpengaruh positif terhadap
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
terwujudnya status kesehatan yang optimal. [7]

Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2014


Kesehatan lingkungan dipengaruhi oleh faktor
tentang STBM, dalam rangka memperkuat
perilaku dari suatu individu. Dengan perilaku
upaya perilaku hidup bersih dan sehat,
individu yang jauh dari perilaku sehat, maka
mencegah penyebaran penyakit berbasis
akan mengurangi tingkat kesehatan lingkungan.
lingkungan, meningkatkan kemampuan
Beberapa contoh faktor lingkungan yang telah
masyarakat serta meningkatkan akses air
disebutkan oleh blum sebelumnya yaitu
minum dan sanitasi dasar perlu
pengelolaan air bersih, limbah air dan sanitasi
menyelenggarakan STBM. Pelaksanaan STBM
dasar. Yang menjadi fokus utama dari beberapa
dengan lima pilar yaitu stop buang air besar
contoh tersebut adalah akses sanitasi dasar
sembarangan, Cuci Tangan Pakai Sabun,
karena merupakan akses kesehatan pertama
Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah
yang langsung berhubungan dengan setiap
Tangga, Pengamanan Sampah Rumah Tangga
rumah tangga. [8]

dan Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga


Kampung KB Desa Galangpengampon akan mempermudah upaya meningkatkan
merupakan salah satu kampung KB di akses sanitasi masyarakat yang lebih baik serta
Kabupaten Pekalongan yang letaknya berada di mengubah dan mempertahankan keberlanjutan
bantaran sungai Galangpengampon. Terdiri dari budaya hidup bersih dan sehat. Pelaksanaan
dari 3 RT dengan jumlah penduduk 4535 jiwa. program STBM dimulai dari pilar pertama yaitu
Warga desa Galangpengampon 65% Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop
berpendidikan setingkat SD, hal ini BABS). Fokus pertama dilakukan pada Stop
menyebabkan tingkat pengetahuan warga BABS karena pilar tersebut berfungsi sebagai
mengenai kesehatan seperti pentingnya PHBS pintu masuk menuju sanitasi total serta
dalam kehidupan sehari-hari masih kurang. merupakan upaya untuk memutus rantai
Oleh sebab itu masih banyak masyarakat yang

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 17


kontaminasi kotoran manusia terhadap air baku jamban. Selain faktor kebiasaan dipengaruhi
minum, makanan dan lainnya. [4]
juga karena faktor kondisi geografis rumah
warga yang berada dekat dengan bantaran
Berdasarkan latar belakang diatas, maka
sungai Galangpengampon. Selain itu juga
menjadi dasar peneliti untuk melakukan
disebabkan karena faktor kepemilikan jamban
penelitian yang berjudul kajian penerapan 5
pada masyarakat kampung KB masih sangat
pilar sanitasi total berbasis lingkungan di
rendah, berdasarkan hasil orbservasi diperoleh
kampung kb desa galangpengampon
data 80% dari total kepala keluarga belum
kecamatan wonopringgo kabupaten
mempunyai jamban sehat. Berdasarkan hasil
pekalongan. Penelitian ini betujuan untuk:
wawancara menyatakan bahwa warga yang
1. Mengetahui gambaran perilaku hidup belum mempunyai jamban tersebut sebagian
bersih dan sehat masyarakat kampung besar melakukan BAB di sungai dan sebagian
KB desa galangpengampon kecilnya menumpang pada warga lain yang
2. Mengetahui bagaimana peran memiliki jamban.
perangkat desa terhadap pentingnya
penerapan STBM 4. PEMBAHASAN
3. Mengetahui peran 5 pilar STBM dalam 4.1 Peran Perangkat Desa Terhadap
percepatan pembangunan kesehatan Pentingnya Penerapan STBM
Pentingnya penerapan 5 Pilar STBM
dalam meningkatkan derajat kesehatan
2. METODE
masyarakat Kampung KB Desa
Penelitian ini merupakan jenis Galangpengampon menjadi bagian penting dari
explanatory research dengan metode deskriptif peran Perangkat desa terhadap penerapannya.
kualitatif dengan pendekatan cross sectional. Dalam proses perubahan perilaku dalam
Dengan metode sampling simple random masyarakat banyak faktor yang mempengaruhi
sampling. Informan penelitian adalah kepala salah satunya adalah adanya pengaruh dari
desa, bidan desa dan masyarakat. Alat tokoh masyarakat atau orang yang dekat
pengumpulan data berupa guidance interview. dengan masyarakat. Dalam penerapan STBM
Alat pengumpulan data berupa guidance perangkat desa mempunyai peran penting
interview. Penelitian dilakukan di Kampung KB untuk dapat mempengaruhi masyarakat untuk
Desa Galangpengampon Kecamatan dapat menerapkan 5 pilar STBM tersebut, yaitu
Wonopringgo Kabupaten Pekalongan, dengan stop BABS, mencuci tangan pakai sabun,
waktu orbservasi pada Maret 2018. Tahapan mengolah air minum dan makanan dengan cara
penelitian adalah melakukan observasi, yang aman, mengelola sampah rumah tangga
kemudian melakukan wawancaraa dengan dengan benar, dan mengelola limbah cair
Kepala Desa dan perangkatnya untuk rumah tangga dengan benar.
mendapatkan data primer. Pada pilar pertama, yaitu stop buang air
besar sembarangan. Perangkat desa dapat
3. HASIL mempengaruhi masyarakat atau menghimbau
3.1 Gambaran Umum Perilaku ODF (Open agar tidak buang air besar sembarangan,
Defeccation Free) Di Kampung KB misalnya di sungai, dikebun, dll. Hal ini dapat
Desa Galangpengampon dilakukan dengan melakukan subsidi
Perilaku merupakan salah satu faktor menggunakan dana desa untuk membuat
yang berpengaruh terhadap tingkat kesehatan jamban komunal di masyarakat sebagai solusi
seseorang. Dalam hal ini, perilaku yang bagi masyarakat yang tidak mempunyai jamban
dimaksud adalah perilaku kesehatan yang sehat dirumah. Pada pilar pertama ini perangkat
menyimpang, salah satunya adalah Buang Air desa khususnya kepala desa sudah melakukan
Besar di Sungai. Dimana, berdasarkan hasil program pembagian jamban gratis pada
observasi tingkat Buang Air Besar masyarakat yang tidak mempunyai jamban, hal
Sembarangan masyarakat Kampung KB Desa ini merupakan salah satu dukungan kepala
Galangpengampon masih sangat besar. desa dalam penerapan pilar STBM. Namun,
Perilaku ini sudah menjadi kebiasaan yang sulit dalam pelaksanaannya terdapat hambatan
diubah pada masyarakat Kampung KB sehingga tidak dapat digunakan sebagaimana
Galangpengampon. Kebiasaan yang sulit mestinya, hambatan tersebut adalah, adanya
diubah ini karena lamanya kebiasaan tersebut salah sasaran dalam pembagian jamban,
terjadi, masyarakat sudah merasa nyaman jamban yang dibagikan tidak digunakan dengan
dengan melakukan BAB di sungai daripada di baik oleh masyarakat yang mendapat bantuan,

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 18


karena tidak adanya biaya untuk memasang Apabila 5 pilar STBM tersebut dapat
jamban. Sedangkan untuk pilar STBM lainnya, dirapkan dengan baik pada masyarakat
pemeritah desa masih dalam proses mengajak Kampung KB Galangpengampon, maka dapat
atau mempengaruhi warga untuk dapat membantu peningkatan percepatan
menerapkannya. pembangunan kesehatan masyarakat di
4.2 Peran 5 Pilar STBM Dalam Percepatan Indonesia. Hal ini dikarenakan banyak dampak
Pembangunan Kesehatan positif dan pengaruh besar terhadap terciptanya
Percepatan pembanguna kesehatan kondisi kesehatan yang memadai. Namun
dapat didukung dengan adanya penerapan 5 dalam penerapannya diperlukan dukungan lebih
pilar STBM dalam masyarakat. 5 pilar tersebut terutama dari pemerintah desa dan petugas
dapat memberikan pengaruh masing-masing kesehatan puskesmas setempat agar dapat
terhadap percepatan pembangunan kesehatan, dijalankan dengan baik. Pengaruh lain yang
salah satunya dalam pencegahan stunting. dapat ditimbulkan yaitu mampu memutus rantai
Dalam pedoman pelaksanaan Sanitasi Total penularan penyakit infeksi dan penyakit lain
Berbasis Masyarakat menyebutkan bahwa berbasis lingkungan.
keadaan sanitasi dan hygiene, khususnya
kebiasaan buang air besar sembarangan dan 5. KESIMPULAN
cuci tangan pakai sabun telah terbukti secara Dari hasil penelitian diatas dengan
meyakinkan berpengaruh terhadap stunting. melakukan observasi dan wawancara langsung
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun kepada Kepala Desa di Kampung KB Desa
2013 menunjukkan prevalensi stunting keluarga Galangpengampon Kecamatan Wonopringgo
dengan kondisi sanitasi memadai Kabupaten Pekalongan tentang penerapan 5
(menggunakan jamban sehat) sebesar 23,9%, pilar STBM di dapatkan bahwa tingkat
sedangkan untuk keluarga dengan kondisi pemerintah desa sudah berusaha menerapkan
sanitasi buruk (tidak menggunakan jamban atau 5 pilar STBM di Kampung KB khususnya untuk
menggunakan jamban tidak sehat) sebesar mengatasi pilar yang pertama, yaitu Stop Buang
35,5%. Dari sisi perilaku pengolahan air di Air Besar Sembarangan. Pemerintah
rumah tangga, prevalensi stunting keluarga menginisiasinya dengan membagikan jamban
yang menggunakan air minum diolah sebesar gratis pada warga yang tidak memiliki jamban,
27,3% sedangkan keluarga yang menggunakan namun hal tersebut tidak berjalan dengan baik
air minum tidak diolah sebesar 38,0%. karena tidak adanya respon dan kerjasama
Penerapan pilar STBM sangat berkaitan yang baik dari warga masyarakat Kampung KB
dengan kesehatan lingkungan. Dimana mengenai pemasangan dan penggunaannya.
kesehatan lingkungan mempunyai kaitan erat Hal ini karena warga sudah terbiasa nyaman
dengan adanya persebaran penyakit menular melakukan Buang Air Besar di Sungai.
maupun penyakit infeksi. Berdasarkan hasil observasi terdapat 80%
Pada pilar pengelolaan air minum dan air masyarakat Kampung KB yang tidak memiliki
limbah rumah tangga, mempunyai pengaruh jamban sehat dirumah. Berdasarkan hasil
besar terhadap kondisi pencemaran lingkungan wawancara, mereka melakukan Buang Air
dan pemicu penyakit pada individu apabila tidak Besar tersebut di Sungai dengan alasan
dapat mengolahnya dengan baik. Masyarakat kenyamanan, lokasi sungai yang dekat dengan
kampung KB Galangpengampon sudah perumahan warga, dan tidak adanya biaya
menggunakan air minum dari sumber yang baik untuk pemasangan jamban yang disubsidi oleh
dan melakukan pengelolaan dengan baik, pemerintah desa. Sedangkan 4 pilar lainnya,
namun belum ada tindakan lebih pada yaitu mencuci tangan pakai sabun, mengolah
pengelolaan limbah rumah tangga. Sebagian air minum dan makanan dengan cara yang
besar warga hanya mengalirkan limbah rumah aman, mengelola sampah rumah tangga
tangga dekat dengan rumah tanpa membuat dengan benar, dan mengelola limbah cair
tampungan pengelolaannya, sehingga masih rumah tangga dengan aman belum diterapkan
memicu terjadinya pencemaran lingkungan, secara maksimal oleh warga karena minimnya
baik itu udara, tanah dan air. Selain dampak tingkat pengetahuan.
pencemaran lingkungan juga dapat memicu
terjadinya penularan penyakit menular seperti 6. SARAN
DBD, karena lingkungan tercemar tersebut Berdasarkan kesimpulan yang telah
dapat menjadi sumber perkembangbiakan disampaikan, maka dikemukakan saran-
nyamuk. sebagai berikut, masih perlunya peran
pemerintah desa dan petugas kesehatan

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 19


puskesmas dalam mendukung penerapan 5 Kesehatan Indonesia. 6:2(2016): 107-
pilar STBM. Dengan cara melakukan pemicuan 116.
2
lebih dalam agar dapat menyentuh warga Febriani, Windy, dkk. "Faktor Yang
sehingga mereka dapat merubah perilaku yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku Stop
tidak sehat. Selain itu diperlukan adanya Buang Air Besar Sembarangan (Babs):
edukasi warga mengenai peran STBM dan Studi Pada Program STBM Di Desa
dampak yang ditimbulkannya untuk Sumbersari Metro Selatan 2016". Jurnal
menyadarkan masyarakat. Dunia Kesmas. 5:3(2016): 121-130
3
Indriyani, Yulis, dkk. "Kajian Strategi Promosi
7. UCAPAN TERIMAKASIH Kesehatan Sanitasi Total Berbasis
Dengan terselesaikannya artikel ini, Masyarakat (STBM) Kelurahan Tirto
penulis menyampaikan terima kasih sebanyak- Kecamatan Pekalongan Barat Kota
banyaknya kepada : (1) Ibu Rr.Vita Nur Latif, Pekalongan". Unnes Journal of Public
S.KM., M.Kes selaku Ka.Prodi Kesehatan Health. 5:3(2016):240-251.
4
Masyarakat Universitas Pekalongan sekaligus Kasjono, Heru S, dkk. "Model Pemberdayaan
dosen pembimbing. (2) Ibu Ardiana Priharwati, Masyarakat Dalam Melaksanakan 5 Pilar
S.P., M.Kes selaku dosen pembimbing (3) STBM di Sorowajan Bantul". Aksiologiya:
Kedua orang tua yang tercinta (Bapak Sunardi Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat.
dan Ibu Suci Harniti) yang senantiasa 1:2(2017):142-150.
5
mendoakan, membimbing, menasihati, MCA-Indonesia. Pedoman Pelaksanaan
memberikan kasih sayang, serta memberikan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
dorongan baik moral maupun material sehingga Jakarta . Kementrian Kesehatan
penulis dapat menyelesaikan artikel ini. Semua Republik Indonesia, 2015.
6
pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu Modul STBM.___Sanitasi Total Berbasis
persatu yang telah membantu dalam artikel Masyarakat. Kementrian Kesehatan RI
7
ini.Harapan dan do’a penulis semua amal dan Notoatmojo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat
jasa baik dari semua pihak dicatat oleh Allah Ilmu dan Seni. Jakarta. Rineka
Swt sebagai amal mulia di sisi-Nya dan semoga Cipta,2011.
8
mendapatkan balasan yang berlipat dari-Nya. Nugraha, M.Fajar. "Dampak Program Sanitasi
Semoga artikel yang sederhana ini dapat Total Berbasis Masyarakat (STBM) Pilar
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi Pertama di Desa Gucialit Kecamatan
para pembaca pada umumnya. Amin Ya Gucialit Kabupaten Lumajang". Kebijakan
Robbal’alamin. dan Manajemen Publik. 3:2(2015):44-53.
9
Sutiyono, dkk. "Analisis Pelaksanaan Program
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) Sebagai Strategi Peningkatan
8. DAFTAR PUSTAKA
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
1.
Davik, Faruk Ilmid. "Evaluasi Program Sanitasi (PPHBS) Masyarakat oleh Petugas
Total Berbasis Masyarakat Pilar Stop Puskesmas Kabupaten Grobogan".
Babs Di Puksesmas Kabupaten Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia.
Probolinggo". Jurnal Administrasi 2:1(2014):26-35.

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 20


Penelitian PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KLB DIFTERI DI
DESA BANYUARANG KABUPATEN JOMBANG
Wardiansyah Naim1, Chatarina Umbul Wahyuni 2, Supaat Setia Hadi3,
Asli
4
Tri Widyaningsih
1,2
Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Airlangga, 3Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo, 4Program
Studi Kesehatan Masyarakat, Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi

ABSTRAK
Kabupaten Jombang sejak 2013 sampai dengan akhir tahun 2015 tidak ditemukan kasus Difteri,
sampai pada akhirnya tgl 18 Juni 2016 Dinas kesehatan kabupaten jombang mendapatkan informasi
adanya suspect difteri dengan gejala sulit menelan, Bullneck, pseudomembran dan suhu badan ±38o
C di Desa Bayuarang, Wilayah Puskesmas Pulorejo. Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk
investigasi KLB difteri di Kecamtan Ngoro, Jombang. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif.
Penyelidikan epidemiologi dilakukan di RSUD Jombang dan rumah sekitar kasus difteri di Desa
Banyuarang. Data dikumpulkan dengan kuesioner, wawancara, observasi, Pengambilan specimen
dilakukan terhadap kontak langsung dengan kasus yaitu keluarga dan teman bermain, factor risiko
yang diamati adalah riwayat kontak, riwayat bepergian, dan status imunisasi. Telah terjadi KLB difteri
dengan total 1 kasus probable (berusia 6 tahun 2 bulan). Hasil penyelidikan epidemiologi di wilayah
tempat tinggal kasus dan di rumah sakit tidak ditemukan kasus/suspect difteri pada keluarga yang
tinggal serumah dan teman sepermainan. Hasil laboratorium dari BBLK yang dilakukan pada 11
spesimen menunjukkan hasil negatif. KLB difteri yang terjadi selama 11-17 Juni di Desa Banyuarang
disebabkan oleh riwayat bepergian selama 2 minggu. Melakukan profilaksis dan ORI adalah upaya
dilakukan untuk penguatan dan pencegahan.

Kata Kunci : Penyelidikan Epidemiologi, KLB, difteri.

ABSTRACT
Jombang district from the end of 2015 did not find Diphtheria cases, until finally on June 18, 2016. The
Jombang district health office received information about suspected diphtheria with symptoms of
difficulty swallowing, Bullneck, pseudomembrane and body temperature ± 38oC in Bayuarang Village,
Pulorejo publich health center in area. The purpose of this study was to investigate diphtheria
outbreaks in Ngoro Subdistrict, Jombang. This type of research is descriptive research.
Epidemiological investigations were carried out in Jombang General Hospital and houses around
diphtheria cases in Banyuarang Village. Data were collected by questionnaires, interviews,
observations, taking specimens was carried out on direct contact with cases, namely family and
friends playing, the risk factors observed were contact history, travel history, and immunization status.
Diphtheria outbreak has occurred with a total of 1 probable cases (6 years and 2 months old). Results
of epidemiological investigations in the area where the case lives and in the hospital have not found
cases of diphtheria in families who live inhomes and playmates. Laboratory results from BBLK
performed on 11 specimens showed negative results. Diphtheria outbreaks that occurred during June
11-17 in Banyuarang Village were caused by a history of traveling for 2 weeks. Prophylaxis and ORI
are efforts made for strengthening and prevention.

Keywords: Epidemiological investigations Outbreaks, Diphtheria

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 21


1. PENDAHULUAN IR sebesar 14.99 per 100.000 penduduk, dan
Penyakit difteri merupakan penyakit tahun 2012 CFR difteri sebesar 3.88% dengan
menular akut yang disebabkan oleh bakteri IR sebesar 20.99 per 100.000 penduduk. Pada
Corynebacterium diptheriae yang menyerang tahun 2012, Kabupaten Jombang menempati
saluran pernapasan bagian atas, kadang juga urutan kedua di tingkat Provinsi Jawa Timur
menyerang selaput lendir atau kulit serta untuk jumlah kasus difteri tertinggi dan urutan
konjungtiva atau vagina[1]. Difteri merupakan pertama untuk angka CFR tertinggi[5].
salah satu penyakit menular yang dapat
Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten
dicegah dengan imunisasi (PD3I) dan potensial
Jombang, IR difteri pada tahun 2010 sebesar
menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Oleh
17.57 per 100.000 penduduk, kemudian
karena itu difteri harus bisa ditanggulangi
menurun di tahun 2011 menjadi 9.46 per
secepat mungkin agar jumlah kasus tidak terus
100.000 penduduk, meningkat menjadi 121.61
meningkat setiap tahunnya[2].
per 100.000 penduduk di tahun 2012, dan
Jumlah penderita difteri di dunia dari
menurun menjadi 5.62 per 100.000 penduduk di
tahun ke tahun mengalami perubahan.
tahun 2013. Angka CFR difteri di Kabupaten
Berdasarkan data laporan World Health
Jombang paling tinggi terjadi pada tahun 2012
Organization (WHO), jumlah penderita difteri
sebesar 11.58%. Pada tahun 2012, jumlah
tahun 2008 sebanyak 7.088 kasus, menurun
penderita difteri di Kabupaten Jombang
pada tahun 2009 sebanyak 857 kasus,
tersebar di 17 kecamatan dari 21 kecamatan.
meningkat lagi pada tahun 2010 sebanyak
Pada tahun 2013, jumlah penderita difteri di
4,187 kasus, dan tahun 2011 sebanyak 4,880
Kabupaten Jombang tersebar di 8 kecamatan
kasus. Pada tahun 2011, Indonesia merupakan
dari 21 Kecamatan dan ada 4 puskesmas yang
negara tertinggi kedua setelah India yaitu 806
selalu terdapat kasus difteri sejak tahun 2011
kasus (WHO, 2012). Jumlah ini meningkat
sampai 2013[6]. Dinas Kesehatan Provinsi
dibandingkan tahun 2010 dimana Indonesia
Jawa Timur (2014) telah melakukan banyak
juga merupakan negara tertinggi kedua dengan
upaya untuk menekan kasus difteri diantaranya
kasus difteri yaitu 385 kasus[3].
dengan melakukan imunisasi dasar pada bayi
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia dengan vaksin difteri-pertusis-tetanus dan
Tahun 2013, Incidence Rate (IR) difteri di hepatitis B (DPT-HB). Vaksin tersebut diberikan
Indonesia pada tahun 2010 sebesar 1.12 per 3 kali yakni pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4
100.000 penduduk kemudian meningkat di bulan. Upaya lain yang dilakukan yakni
tahun 2011 menjadi 2.26 per 100.000 memberikan imunisasi tambahan tetanus difteri
penduduk, dan 3.37 per 100.000 penduduk di (TD) pada anak sekolah dasar (SD) dan
tahun 2012. Case Fatality Rate (CFR) difteri di sederajat kelas 4-6 serta sekolah menengah
Indonesia pada tahun 2010 sebesar 6.23%, pertama (SMP).
menurun pada tahun 2011 sebesar 4.71%, dan
Berdasarkan laporan W1 Puskesmas
meningkat lagi pada tahun 2012 sebesar
Pulorejo yang dilaporkan di Dinas Kesehatan
6.38%. Pada tahun 2012, Provinsi Jawa Timur
Kabupaten Jombang, diketahui bahwa pada
menempati urutan pertama dengan jumlah
tanggal 18 Juni 2016 terdapat satu kasus difteri
kasus difteri tertinggi di Indonesia.
di wilayah kerja Puskesmas Pulorejo tepatnya
Difteri merupakan kasus “re-emerging di Desa Banyuarang Kecamatan Ngoro.
disease” di Jawa Timur karena kasus difteri Sehingga perlu dilakukan penyelidikan
sebenarnya sudah menurun di tahun 1985, epidemiologi terhadap kasus difteri tersebut.
namun kembali meningkat di tahun 2005 saat Tujuan penyelidikan Epidemiologi penyelidikan
terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di Kabupaten Epidemiologi KLB difteri di wilayah kerja
Bangkalan (Dinkes Prov. Jatim, 2011). Provinsi Puskesmas Pulorejo adalah untuk mencari
Jawa Timur telah ditetapkan sebagai KLB kasus tambahan, memperoleh gambaran
penyakit difteri sejak 7 Oktober 2011 dan setiap epidemiologi, mengetahui sumber penularan,
satu kasus difteri dianggap sebagai KLB[4]. mengidentifikasi faktor risiko dan melakukan
Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Jawa upaya pencegahan, penanganan dan
Timur, tahun 2010 CFR difteri sebesar 5.59% penanggulangan.
dengan IR sebesar 6.47 per 100.000 penduduk,
tahun 2011 CFR difteri sebesar 3.02% dengan

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 22


2. METODE 2.4 Jenis Data
2.1 Metode Penyelidikan Epidemiologi
Data yang dikumpulkan berupa data
1. Merupakan penelitian epidemiologi
sekunder dan data primer. Data sekunder yang
observasional deskriptif dengan
dikumpulkan terkait jumlah penduduk, area
menggunakan desain case study.
geografis, data cakupan imunisasi dan suhu
2. Melihat data primer berupa data
vaksin. Data primer yang dikumpulkan berupa
pengambilan spesimen kontak serumah
hasil wawancara langsung kepada masyarakat
dan, hasil profilaksis, serta hasil Rapid
guna mencari kasus tambahan melalui kegiatan
Convenience Assessment (RCA).
penyelidikan KLB. Instrumen yang digunakan
3. Kegiatan pelacakan epidemiologi
berupa form DIP-1 dan form RCA untuk melihat
dilakukan dengan cara pelacakan
status imunisasi di lingkungan tempat tinggal
kasus yakni dengan pengambilan
pasien.
spesimen pada hidung dan
tenggorokan pasien suspek dan
keluarganya yang berjumlah 9
3. HASIL
spesimen (4 spesimen pada hidung dan
3.1 Penyelidikan Kasus
5 spesimen pada tenggorokan).
Selanjutnya dilakukan pula pelacakan Pemeriksaan Fisik dan Diagnosis Klinis
kontak dan pengambilan spesimen Berdasarkan pemeriksaan fisik yang dilakukan
pada tetangga sebanyak 2 spesimen (2 oleh dokter di Rumah Sakit Umum Daerah
spesimen pada hidung). Jombang pada saat pasien diopname atas
4. Spesimen yang telah diambil kemudian rujukan dari Dokter praktek spesialis THT,
dikirim ke Balai Besar Laboratorium diperoleh hasil bahwa keadaan umum pasien
Kesehatan (BBLK) dalam kondisi suhu adalah baik, dengan keluhan pada saat pasien
ruangan. berobat diantaranya: suhu badan tinggi (panas),
nyeri telan, dan ditemukan adanya stridor,
2.2 Tim Penyelidikan KLB Difteri bullneck, dan pseudomembrane (+).
Kegiatan penyelidikan epidemiologi KLB Diagnosis klinis saat itu adalah suspek
difteri dilakukan oleh petugas dari Dinas difteri tonsil. Pada saat pelaksanaan
Kesehatan Kabupaten Jombang, Tim pemeriksaan fisik pada pasien, petugas yang
Puskesmas Pulorejo, dan dibantu oleh melakukan pemeriksaan terhadap hasil temuan
Mahasiswa FETP Universitas Airlangga. pseudomembrane pasien digunakan untuk
mengetahui apakah diagnosa pasien difteri
tersebut sudah tepat merupakan gejala awal
2.3 Lokasi dan Tanggal Penyelidikan KLB difteri atau bukan. Namun berdasarkan hasil
Difteri laboratorium yang dikirimkan ke BBLK oleh
petugas surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten
Penyelidikan Epidemiologi KLB Difteri
Jombang, menyatakan bahwa hasil tes
dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah
laboratorium pasien dan keluarganya adalah
(RSUD) Jombang dan Desa Banyuarang
negatif. Dugaan sementara yang dapat
Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang yang
dilakukan yaitu kemungkinan terdapat
dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2016. Pada
kesalahan dalam tata laksana pengambilan
waktu yang sama pula, dilakukan pengambilan
spesimen pada tenggorokan pasien, dimana
swab hidung dan tenggorokan pada kontak erat
spesimen tersebut bisa saja diambil setelah
dengan pasien kemudian dirangkai dengan
pemberian antibiotik, atau bisa jadi terjadi
pemberian profilaksis. Lebih lanjut penyelidikan
kesalahan dalam pengiriman spesimen maupun
lanjutan KLB dilaksanakan kembali dengan
pelaksanaan pemeriksaan laboratorium di
pemantauan minum obat profilaksis pada
BBLK.
kontak erat dan dilakukan pula pemeriksaan
Rapid Convenience Assessment (RCA)
terhadap balita yang berada di sekitar rumah
pasien yang dilaksanakan pada tanggal 23 Juni
2016. Selain itu, dilakukan kunjungan ke
Puskesmas Pulorejo untuk melihat pencatatan
data imunisasi dan melihat kondisi cool chain
(tempat penyimpanan vaksin).

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 23


Perjalanan Penyakit Pasien
Berikut merupakan riwayat perjalanan penyakit
pasien :
|11/06/16 |----------------|15/06/2016|--------------------|17/06/2016|----------------|17/06/2016|

Gejala awal Pasien masih Pasien berobat ke dokter Pasien di


yang mengalami nyeri praktek spesialis THT, opname
dirasakan telan, kemudian ditemukan pasien beberapa hari
oleh Pasien mengalami gejala dengan gejala nyeri di RSUD
nyeri telan. tambahan yaitu telan, ditemukan Jombang.
suhu badan psedeumembaran (+),
meningkat (panas) bullneck, stridor, panas,
kemudian pasien di rujuk
ke RSUD Jombang
untuk opname.
Pada kasus difteri ini telah mendapatkan gejala yang dialami penderita adalah demam,
penanganan,serta pemberian profilaksis pada sakit menelan, batuk, bengkak di leher
kontak serumah serta kontak tetangga pada (Bullneck), muncul selaput putih di rongga mulut
saat kasus dilacak. Kasus ini sudah pernah (pseudomembran), maka sesuai dengan definisi
mendapatkan imunisasi lengkap berdasarkan operasional kasus difteri, maka dipastikan
catatan di Buku KMS pasien. Tetapi belum secara klinis menderita ”penyakit difteri
diketahui secara pasti sumber dan Probable”.
kemungkinan penularan sebab, berdasarkan
Kemudian dilakukan pengambilan
hasil wawancara petugas pelacakan kasus
spesimen untuk difteri (swab tenggorokan)
pada keluarga pasien diketahui bahwa pasien
dilakukan terhadap kontak serumah dengan
selama 2 minggu sebelum sakit, sempat tinggal
kasus (ayah, ibu, dan kakak dan adiknya).
dirumah kedua orang tuanya kemudian
Sedangkan untuk pengambilan spesimen
bepergian ke Jakarta. Namun setelah
kontak lainnya dilakukan terhadap (tetangga).
berkunjung ke rumah neneknya di Desa
Spesimen yang diambil berupa swab hidung
Banyuarang Kecamatan Ngoro pasien sudah
dan tenggorokan oleh petugas Kesehatan
mulai mengalami gejala nyeri telan pada saat
Puskesmas Pulorejo. Kemudian diperiksa oleh
makan dan minum.
BBLK Surabaya.
Penegakan Diagnosis
Berdasarkan Buku Pedoman
Penanggulangan KLB Difteri Provinsi Jawa
Timur dalam rangka penanggulangan KLB
Difteri dinyatakan bahwa satu kasus Difteri
adalah Kejadian Luar Biasa. Berdasarkan
informasi yang diperoleh dari orang tua pasien,

Status Imunisasi
Berikut merupakan data status imunisasi pasien berdasarkan hasil buku KMS:
Pernah
No. Imunisasi
Tanggal Tempat Sumber
1 DPT 1 10-07-2010 Posyandu Buku KMS
2 DPT 2 16-08-2010 Posyandu Buku KMS
3 DPT 3 20-09-2010 Posyandu Buku KMS
Sumber : Data Sekunder, 2016
Berdasarkan data yang diperoleh dari Pengobatan yang Telah Diberikan
Buku Kartu Menuju Sehat (KMS) diketahui Adapun pengobatan yang telah diberikan
bahwa pasien tersebut telah mendapatkan kepada pasien tersebut adalah :
imunisasi lengkap DPT1-DPT3.

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 24


a. Pasien diberikan tafering sebagai 3.2 Pemeriksaan Kontak Erat Kontak
pengganti Anti Difteri Serum (ADS). Serumah
Dikarenakan pasien tersebut alergi
Pemeriksaan kontak serumah dilakukan
terhadap ADS.
pada seluruh keluarga yang tinggal serumah
b. Vide 3x370
dengan pasien. Pemeriksaan kemudian
c. PPC`
dilakukan kepada ayah dan ibu kandung,
d. Erytromycin
saudara, sepupu dan kakek pasien. Berikut
merupakan hasil pemeriksaan kontak yang
dilakukan :

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Kontak Serumah (Pengambilan Spesimen) Pasien

Jenis Hubungan dengan


No. Nama Tanggal Ambil Spesimen
Spesimen Kasus

1 Anang 20.06.2016 Hidung Ayah


2 Japa 20.06.2016 Hidung Kakek
3 Sutimah 20.06.2016 Hidung Tante
4 Hersi 20.06.2016 Tenggorokan Ibu
5 Giyem 20.06.2016 Tenggorokan Sepupu
6 Chakr Rahmatullah 20.06.2016 Tenggorokan Kasus

7 Heri Suparwati 20.06.2016 Tenggorokan Sepupu


8 Elang 20.06.2016 Hidung Kakak
9 Ahmad Choiril 20.06.2016 Tenggorokan Kakak
Sumber: Data Primer, 2016

Pemeriksaan kontak erat serumah yang Pemeriksaan kontak tetangga yang


dilakukan dengan mengambil spesimen dilakukan terhadap anak-anak yang memiliki
berjumlah 9 spesimen yang bersumber masing- kontak dengan pasien. Terdapat 2 tetangga
masing 4 spesimen hidung dan 5 spesimen yang bermain dengan pasien. Sehingga anak-
tenggorokan. anak tersebut kemudian diperiksa dan diambil
sampel spesimennya untuk dilakukan uji
laboratorium. Berikut merupakan hasil
3.3 Kontak Tetangga pemeriksaan kontak tetangga (pengambilan
spesimen)

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Kontak Tetangga (Pengambilan Spesimen) Pasien


No. Nama Tgl ambil Spesimen Jenis Spesimen Hubungan dengan Kasus
1 Aufa 20.06.2016 Hidung Tetangga
2 Kevin 20.06.2016 Hidung Tetangga

Sumber: Data Primer, 2016

Pemeriksaan kontak erat tetangga pasien 3.4 Rapid Convenience Assessment


dengan jumlah sampel spesimen yang diambil
Hasil Rapid Convenience Assessment
sebanyak 2 spesimen yang terdiri atas
(RCA) di Desa Banyuarang Kecamatan Ngoro
spesimen hidung.
Kabupaten Jombang

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 25


Definisi Operasional :
Imunisasi Lengkap : Apabila imunisasi Gambar 2. Grafik Distribusi Jenis Kelamin
lengkap dan dilengkapi dengan catatan yang Berdasarkan RCA di Desa Banyuarang
terdapat di buku KMS/ KIA. Tidak Imunisasi: Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang
Apabila melakukan imunisasi lengkap hanya
Berdasarkan hasil RCA yang dilakukan di
berdasarkan keterangan ingatan orang tua/
Desa Banyuarang dengan total sampel yaitu
tidak tercatat di buku KMS/ KIA atau apabila
sebanyak 23 dengan rincian 14 (69%) laki-laki
tidak melakukan imunisasi.
dan 9 (31%) perempuan. Pemilihan responden
Distribusi Berdasarkan Status Imunisasi ini dilakukan secara accidental sampling,
Berikut merupakan grafik distribusi hasil RCA dimana setiap balita atau anak yang
berdasarkan distribusi Status Imunisasi di Desa mempunyai kemungkinan untuk kontak dengan
Banyuarang Kecamatan Ngoro: pasien karena merupakan tetangga dan teman
bermain, yang kemudian akan diwawancara.
Untuk mengetahui status imunisasi DPT para
responden, dalam pelaksanaannya proses
pencarian responden untuk RCA dibantu oleh
Bidan Pustu serta bantuan masyarakat
setempat.
3.5 Distribusi Berdasarkan Kelompok Umur
Berikut merupakan grafik distribusi hasil
RCA berdasarkan distribusi jenis kelamin:
Gambar 1. Grafik Distribusi Status Imunisasi
Berdasarkan RCA di Desa Banyuarang
Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang
Berdasarkan hasil RCA yang dilakukan di
Desa Banyuarang Kecamatan Ngoro
Kabupaten Jombang, total sampel yaitu 23
dengan rincian 17 (74%) orang memiliki
imunisasi lengkap dan 6 (26%) orang memiliki
imunisasi tidak lengkap, yang terdiri atas
tetangga dan teman bermain. Dalam hal ini,
Gambar 3. Grafik Distribusi Kelompok Umur
riwayat status Imunisasi DPT lengkap didukung
Berdasarkan RCA di Desa Banyuarang
dengan data dari Buku KMS/KIA yang dimiliki
Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang
oleh setiap anak dari sampel RCA. Responden
yang memiliki status imunisasinya tidak Berdasarkan hasil RCA yang dilakukan di
imunisasi pada umumnya tidak mendapatkan Desa Banyuarang Kecamatan Ngoro
imunisasi lengkap, hal itu terjadi karena orang Kabupaten Jombang, total sampel yakni 23
tuanya menolak melakukan imunisasi akibat dengan rincian kelompok umur <1 tahun 3
efek yang timbul setelah anaknya diimunisasi orang (13%), 1-4 tahun sebanyak 11 orang
selain itu juga dikarenakan pernyataan (48%), dan >4 tahun sebanyak 9 orang (39%).
imunisasi lengkap hanya berasal dari ingatan
3.6 Profilaksis
orang tua dan tanpa ditunjang oleh data dari
Buku KMS/KIA yang hendaknya dimiliki oleh Salah satu bentuk upaya penanganan
anak tersebut. Distribusi Berdasarkan Jenis yang dapat dilakukan pada saat terjadi KLB
Kelamin Berikut merupakan grafik distribusi difteri yaitu dengan memberikan pengobatan
hasil RCA berdasarkan distribusi Jenis Kelamin yang spesifik bagi pasien maupun kontak erat
di Desa Banyuarang Kecamatan Ngoro: yang dilakukan dengan pasien dalam kurun
waktu 2 minggu sebelum sakit baik kontak erat
dengan kontak serumah maupun kontak
tetangga.

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 26


Kontak Serumah
Berikut merupakan upaya penanganan yang
telah dilakukan melalui pemberian profilaksis:
Tabel 4. Pemberian Profilaksis Kontak Serumah
Jenis Kelamin
No Nama Hub. dengan Kasus Propilaxis (Dosis)
L P
1 Anang Ayah Erytromicyn 4x500 mg
2 Japa Kakek Erytromicyn 4x500 mg
3 Sutimah Tante Erytromicyn 4x500 mg
4 Hersi Ibu Erytromicyn 4x500 mg
5 Giyem Sepupu Erytromicyn 4x500 mg
6 Chakra R. Kasus Erytromicyn 4x500 mg
7 Heri Suparwati Sepupu Erytromicyn 4x500 mg
8 Elang Kakak Erytromicyn 4x500 mg
9 Ahmad Choiril Kakak Erytromicyn 4x500 mg
Sumber: Data Primer, 2016

Kegiatan pemberian profilaksis yang obat tersebut paling tinggi hanya diminum
dilakukan kepada semua kontak serumah hingga hari ke-4. Hal ini kemungkinan
merupakan keluarga pasien dan memberikan disebabkan karena obat profilaksis yang
erytromicyn dengan dosis 4x500 mg. diberikan hanya mencukupi hingga hari ke-4
Pemberian erytromicyn hendaknya dilakukan siang hari, dan tidak diberikan dosis tambahan
selama 7-10 hari. Namun, berdasarkan hasil untuk mencapai target rekomendasi pemberian
pemantauan erytromicyn yaitu selama 7-10 hari.
minum obat profilaksis pada kontak
serumah diketahui bahwa pengkonsumsian

Kontak Tetangga
Berikut merupakan upaya penanganan yang telah dilakukan melalui pemberian profilaksis:
Tabel 5. Pemberian Propilaxis Kontak Tetangga

Jenis Kelamin
No. Nama Hubungan dengan Kasus Propilaxis (Dosis)
L P
1 Aufa Tetangga Erytromicyn 4x500 mg
2 Kevin Tetangga Erytromicyn 4x500 mg
Sumber: Data Primer, 2016

Kegiatan pemberian profilaksis yang 3.7 Faktor Risiko


dilakukan kepada kontak tetangga yang juga
Perilaku Orang Tua
merupakan teman bermain pasien dan
memberikan erytromicyn dengan dosis 4x500 Perilaku orang tua dapat dipengaruhi oleh
mg, namun berdasarkan hasil pemantauan pengetahuan, sikap dan tindakan. Dalam hal ini
minum obat diketahui bahwa obat tersebut penyakit difteri dapat terjadi karena
paling tinggi hanya diminum hingga hari ke-4. pengetahuan orang tua yang masih kurang
Hal ini kemungkinan disebabkan karena obat tentang pentingnya imunisasi pada bayi dan
profilaksis yang diberikan hanya mencukupi balita serta pentingnya memiliki buku KMS bagi
hingga hari ke-4 siang hari, dan tidak diberikan seorang anak. Hal ini dapat diketahui dari
dosis tambahan untuk mencapai target pelaksanaan RCA yang dilakukan di lingkungan
rekomendasi pemberian erytromicyn yaitu sekitar rumah pasien, diperoleh hasil RCA dari
selama 7-10 hari. 23 balita masih terdapat 6 anak yang tidak
imunisasi lengkap. Hal tersebut disebabkan

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 27


karena masih adanya sikap orang tua yang Difteri merupakan salah satu penyakit
masih menolak jika anaknya diimunisasi karena menular yang masih banyak terjadi di Indonesia
khawatir dengan efek demam yang ditimbulkan terutama provinsi Jawa Timur. Kasus Difteri
usai anaknya diimunisasi. Selain itu imunisasi telah menjangkiti seluruh Kabupaten/Kota di
yang dilakukan hanya bersumber dari ingatan Provinsi Jawa Timur salah satunya Kabupaten
orang tua dan tidak didukung dengan Jombang, sehingga peristiwa KLB yang terjadi
menunjukkan buku KMS anaknya. Hal ini memberikan gambaran bahwa program
kebanyakan disebabkan karena buku KMS imunisasi harus mendapatkan perhatian khusus
tersebut sudah hilang. Dengan demikian yang banyak menyebabkan terjadinya KLB[7].
perilaku orang tua dengan sikap menolak untuk Salah satu penyebab seseorang terpapar difteri
melakukan imunisasi pada anaknya merupakan adalah karena tidak imunisasi. Seharusnya,
salah satu faktor risiko terjadinya KLB Difteri. imunisasi dasar pada bayi diberikan pada anak
Oleh karena itu perlu keaktifan dari petugas sesuai dengan umurnya. Sehingga dengan
kesehatan untuk melakukan sosialisasi kepada kondisi tersebut diharapkan agar sistem
masyarakat tentang pentingnya imunisasi serta kekebalan tubuh dapat bekerja secara optimal.
pentingnya kepemilikan buku KMS bagi setiap Akan tetapi, pada kondisi tertentu beberapa
anak guna memantau tumbuh kembang anak. bayi tidak mendapatkan imunisasi dasar secara
lengkap. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Kartono (2008) bahwa sebagian
Status Imunisasi besar status imunisasi DPT dan DT yang tidak
lengkap berisiko mengalami difteri jauh lebih
Berdasarkan hasil RCA yang dilakukan, besar daripada yang lengkap. Kelompok ini
maka diketahui bahwa distribusi status dikenal dengan istilah drop out (DO) imunisasi
imunisasi difteri pada anak maupun balita yang dan dapat menjadi populasi dengan risiko tinggi
berada di lingkungan sekitar tempat tinggal
tertular difteri[8]. Berdasarkan data dari profil
pasien difteri adalah hanya sebesar 26% tidak kesehatan Indonesia tahun 2013 diketahui
diimunisasi dan sebesar 74% yang bahwa drop out rate imunisasi DPT/ HB1-
mendapatkan imunisasi lengkap. Meskipun Campak pada tahun 2013 adalah sebesar
hasil RCA, menunjukkan bahwa hampir semua 3.3%. Angka ini lebih rendah dibandingkan
bayi dan balita telah imunisasi lengkap, namun tahun 2014 yaitu sebesar 3.6%. Drop out rate
hal tersebut masih dapat berisiko tertular DPT/ HB1 campak menunjukkan adanya
penyakit difteri. Sehingga status imunisasi di kecenderungan penurunan sejak tahun 2007
Desa Banyuarang Kecamatan Ngoro hingga tahun 2013 yang artinya semakin sedikit
merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
bayi yang tidak mendapatkan imunisasi dasar
KLB Difteri. Menurut Chin (2000) perlu secara lengkap, dan semakin meningkatnya
dilakukan imunisasi dasar dengan vaksinasi populasi yang berisiko tinggi untuk tertular
berupa Td, DT, DTP, DtaP atau DTP-Hib penyakit difteri.
berdasarkan usia mereka.
Menurut Chin (2000), cara-cara
pemberantasan dapat dilakukan dengan tiga
Mobilitas Penduduk yang Tinggi tahapan yaitu pencegahan; penanganan
pasien, kontak dan lingkungan; serta
Letak Kecamatan Ngoro merupakan penanggulangan. Kegiatan yang dilakukan
salah satu daerah yang dilewati jalan provinsi pada tahapan pencegahan berupa penyuluhan
dan merupakan letak jalur perbatasan antara kepada masyarakat tentang bahaya penyakit
Kabupaten Jombang dan Kabupaten Kediri difteri dan perlunya imunisasi aktif diberikan
sehingga memungkinkan untuk masyarakatnya kepada bayi dan anak-anak, keteraturan jadwal
mudah dan cepat terpapar oleh berbagai dalam melakukan imunisasi yang tepat,
penyakit menular, salah satunya adalah difteri. perlindungan bagi para petugas yang terpajan
Oleh karena itu, mobilitas penduduk yang tinggi dengan penderita dengan memberikan
merupakan salah satu faktor risiko terjadinya imunisasi dasar lengkap dan setiap sepuluh
KLB Difteri. tahun sekali diberikan booster Td. Selanjutnya
pada tahap penanganan pasien, kontak dan
lingkungan dilakukan upaya berupa laporan
wajib kepada petugas kesehatan setempat;
4. PEMBAHASAN isolasi ketat dilakukan pada pasien difteri sambil
dilakukan pemantauan uji laboratorium
terhadap kultur dari sampel tenggorokan dan

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 28


hidung pasien maupun keluarga intinya[9]. Hal ini masih sesuai dengan yang tercantum
Penderita diisolasi sampai masa akut dalam buku pedoman penanggulangan KLB
terlampaui dan biakan usap tenggorok negatif 2 difteri di Jawa Timur (2011). Namun jika ingin
kali berturut-turut[10]. Penderita tetap bersifat mengetahui sumber penularan dan yang
menular hingga basil-basil difteri tidak berhasil menjadi carrier difteri hendaknya upaya
dibiakkan dari tempat infeksi; jika hasil negatif, penanganan kontak dalam hal ini manajemen
penderita sudah bisa dibebaskan dari isolasi. kontak sebaiknya dilakukan dengan mengambil
Lakukan desinfeksi pada barang-barang yang kultur dari sampel tenggorokan dan hidung dari
dipakai oleh/untuk penderita dan terhadap semua kontak yang ada.
barang yang tercemar dengan discharge
Selain pengambilan kultur sampel pada
penderita; lakukan karantina pada pasien
semua kontak erat, perlu juga dilakukan
dewasa yang memiliki pekerjaan terkait
vaksinasi massal di teman bermain maupun
pengolahan makanan hingga pengobatan
tetangga. Hal ini dilakukan agar mencegah
selesai dilakukan dan hasil pemeriksaan
peristiwa KLB untuk tidak terulang kembali di
bakteriologisnya menyatakan bukan carrier;
Desa Banyuarang Kecamatan Ngoro maupun
selanjutnya dilakukan manajemen kontak
wilayah Kerja Puskesmas lainnya. Kegiatan
dimana dalam hal ini semua kontak dengan
vaksinasi dilakukan juga untuk meningkatkan
penderita harus dilakukan kultur dari sampel
kekebalan pada kelompok risiko tinggi di
hidung dan tenggorokan serta diawasi selama 7
masyarakat. Serta pada masyarakat di
hari kemudian diberikan erytromicyn selama 7-
Kecamatan Ngoro yang memiliki tingkat
10 hari atau diberikan imunisasi dasar dengan
mobilitas yang cukup tinggi karena merupakan
vaksinasi berupa Td, DT, DTP, DtaP atau DTP-
jalur yang dilewati jalan provinsi. Sehingga
Hib tergantung dari usia mereka bagi kontak
memudahkan untuk terjadinya penularan
yang belum pernah diimunisasi; selain itu
penyakit difteri dari masyarakat transit/
dilakukan pula investigasi kontak dan sumber
pendatang kepada warga yang berada di
infeksi yang bertujuan untuk mencari carrier
wilayah Kecamatan Ngoro.
dengan menggunakan kultur dari sampel yang
diambil dari hidung dan tenggorokan; terakhir
dapat dilakukan pengobatan spesifik yaitu
5. KESIMPULAN
dengan memberikan antitoksin (ADS) dengan
dosis 20.000-100.000 IU tergantung dari kriteria KLB Difteri di Desa Banyuarang
difteri yang diderita pasien. Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang
sebanyak 1 kasus yaitu anak berjenis kelamin
Soedarmo et al., (2002) menyatakan
laki-laki usia 6 tahun 2 bulan. Keberadaan
bahwa dosis serum anti difteri (ADS) ditentukan
sumber penularan kasus KLB difteri di Desa
secara empiris berdasarkan berat penyakit dan
Banyuarang Kecamatan Ngoro Kabupaten
lama sakit, tidak tergantung dengan berat
Jombang belum dapat diketahui secara pasti.
badan penderita, berkisar antara 20.000-
Faktor risiko yang diidentifikasi dari
120.000 KI. Menurut Chin (2000), upaya
pelaksanaan investigasi KLB difteri di Desa
penanggulangan dapat berupa pelaksanaan
Banyuarang Kecamatan Ngoro Kabupaten
imunisasi seluas mungkin terhadap kelompok
Jombang yaitu perilaku orang tua yang menolak
yang mempunyai risiko terkena difteri, serta
anaknya diimunisasi, status imunisasi yang
melakukan identifikasi terhadap mereka yang
tidak lengkap/ tidak imunisasi serta mobilitas
kontak dengan penderita dan mencari orang
masyarakat yang tinggi di Kecamatan Ngoro.
berisiko.
Upaya pencegahan dan penanggulangan KLB
Untuk penanganan pada kasus difteri pun sudah dilakukan secara komprehensif oleh
yang terjadi di Desa Banyuarang Kecamatan Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang.
Ngoro Kabupaten Jombang, upaya manajemen
kontak yang dilakukan belum maksimal. Sebab,
belum semua kultur dari sampel hidung dan 6. REKOMENDASI
tenggorokan yang terdapat pada semua kontak
baik teman bermain dan tetangga diambil untuk Perlu sosialisasi tentang pencegahan dan
kemudian uji laboratorium dan dipantau selama penanggulangan KLB Difteri sehingga
7 hari. Upaya manajemen kontak yang masyarakat waspada terhadap penyakit difteri
dilakukan hanya mengambil keterwakilan dari dengan gejala klinis tertentu untuk secepatnya
kontak paling erat dengan pasien yaitu hanya melaporkan. Perlu dilaksanakan vaksinasi
11 orang, kontak serumah dan kontak tetangga. massal pada masyarakat di wilayah Kecamatan

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 29


3
Ngoro dan Desa Banyuarang khususnya untuk World Health Organization, 2012, World Health
meningkatkan kekebalan imunitas pada Statistic 2010, WHO Press, Geneva.
populasi yang berisiko tinggi sebab mobilitas 4.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2011,
masyarakat di Kecamatan Ngoro cukup tinggi
Pedoman Penanggulangan KLB Diphteri
yang ditunjang dengan adanya jalur transportasi
Di Jawa Timur. Surabaya: Dinas
provinsi. Perlu dilakukan pelatihan investigasi
Kesehatan Provinsi Jawa Timur
KLB untuk menambah pengetahuan dan
5.
kemampuan para petugas di Puskesmas. Perlu Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2012.
penataan pencatatan dan pelaporan dari Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
pelaksanaan imunisasi di puskesmas, agar Tahun 2012, Dinas Kesehatan Provinsi
lebih efisien pada saat pemeriksaan pelaporan Jawa Timur, Surabaya.
tersebut. 6
Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang, 2014,
Profil Kesehatan Kabupeten Jombang
Tahun 2013, Dinas Kesehatan
7. UCAPAN TERIMA KASIH
Kabupaten Jombang, Jombang.
Penulis mengucapkan terima kasih 7
Steven, 2011. Analisa System Surveilans
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang,
Dinas Kesehatan Tingkat I Jawa Timur.
Puskesmas Pulorejo, dan Departemen
8
Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat. Kartono Basuki. 2008. Lingkungan Rumah dan
Universitas Airlangga yang telah membantu Kejadian Difteri di Kabupaten
dalam penyusunan penelitian ini. Tasikmalaya dan Kabupaten Garut.
KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional Vol. 2, No. 5, April 2008
8. DAFTAR PUSTAKA 9
Nelson. (2004). Textbook of Pediatric (17th
1
Chin James, 2000, Manual Pemberantasan ed).Philadelphia: Saunders. [E-book]
Penyakit Menular, Terjemahan Oleh I 10
Soedarmo, S.S.P., Garna, H. & Hadinegoro,
Nyoman Kandun, Departemen
S.R., 2012, Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anak : Infeksi & Penyakit Tropis, Edisi II,
2.
Kemenkes RI. 2013. Profil Kesehatan Hal 338-345, IDAI, Jakarta.
Indonesia Tahun 2012, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 30


Penelitian GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN
TINDAKAN MAHASISWA TENTANG KONSUMSI
MAKANAN DAN MINUMAN INSTAN
Asli Khairunniza.1
1
Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Muhammadiyah Jakarta, JL. KH. Ahmad Dahlan, Cirendeu Ciputat,
Jakarta Selatan

ABSTRAK
Pendahuluan : Perkembangan zaman di bidang industri makanan dan minuman terjadi semakin
cepat. Industri sadar bahwa Indonesia tengah menghadapi perubahan percepatan dalam bekerja dan
belajar sehingga seseorang tidak memiliki waktu luang untuk memasak makanan. Masyarakat lebih
sering memesan makanan dan minuman instan yang membuat kenyang tanpa memperhatikan
apakah makanan tersebut baik dikonsumsi atau tidak. Berdasarkan data dari World Instant Noodles
Association (WINA), total konsumsi salah satu jenis makanan instan di Indonesia pada tahun 2016
mencapai 14,8 milliar bungkus, angka ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai
13,2 milliar. Tahun 2017 konsumsi makanan dan minuman instan terus meningkat hingga 16 milliar
bungkus. Hal ini menggambarkan bahwa pola konsumsi makanan dan minuman di Indonesia
sangatlah tidak baik dan akan berdampak pada kesehatan.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan
mahasiswa tentang konsumsi makanan dan minuman instan.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa FKM UMJ sedangkan sampelnya adalah mahasiswa
FKM UMJ semester IV sebanyak 80 orang mahasiswa.
Hasil : Hasil analisis univariat menggunakan program komputer didapatkan bahwa distribusi
pengetahuan baik berjumlah 86% sedangkan pengetahuan yang kurang baik berjumlah 14%,
distribusi sikap baik berjumlah 52% sedangkan sikap kurang baik berjumlah 48% dan distribusi
tindakan dalam konsumsi makanan dan minuman instan yang baik berjumlah 37% sedangkan yang
kurang baik berjumlah 63%.
Kesimpulan : Tingkat konsumsi makanan dan minuman instan dikalangan mahasiswa cukup tinggi
meskipun mahasiswa mengetahui dampak dari mengkonsumsi makanan dan minuman instan.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Makanan dan Minuman Instan

1. PENDAHULUAN lagi didukung dengan gaya hidup masyarakat


Zaman yang serba cepat menuntut begitu yang ingin serba instan, sehingga hal ini
banyak perubahan dan perkembangan di membuat masyarakat terutama remaja ingin
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. mengkonsumsinya.
Perkembangan tersebut juga menyebabkan Meskipun makanan dan minuman instan
kemajuan yang pesat dibidang industri, baik memiliki keunggulan-keunggulan dalam
yang berkaitan dengan aspek produksi pangan, kepraktisan, kemudahan, dan cepat dalam
sandang, papan, transportasi, serta bidang- penyajian, namun makanan dan minuman
bidang lainnya. Dalam bidang produksi pangan instan ternyata sangat beresiko terhadap
terjadi perkembangan sangat pesat pada kesehatan karena terkandung zat berbahaya
industri makanan dan minuman cepat saji (fast bagi tubuh. Dalam makanan siap saji sering
food) baik usaha mikro maupun makro. Belum ditemukan 3 zat berbahaya yaitu pengawet,

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 31


perasa dan pewarna makanan. [1]
2. METODE PENELITIAN
Menurut Kustipia (2016), kebiasaan 2.1 Desain Penelitian
perilaku makan remaja dipengaruhi dengan Penelitian ini menggunakan metode
adanya perkembangan kafe, restoran, dan kuantitatif dengan desain studi cross sectional
kedai – kedai unik yang menyajikan makanan dan analisis univariat yang dilakukan untuk
hasil olahan dari lemak dan gula yang mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan
mendominasi, seringnya hang out di restoran tindakan mahasiswa tentang konsumsi
cepat saji atau bahkan mengkonsumsi junk makanan dan minuman instan.
food.[2]
2.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Ditinjau dari umur, usia 17 atau 18 tahun Penelitian ini dilakukan di Fakultas
– 21 atau 22 tahun termasuk ke dalam kategori Kesehatan Masyarakat Universitas
remaja akhir, sehingga jika dilihat berdasarkan Muhammadiyah Jakarta. Penelitian ini telah
kategori tersebut mahasiswa dapat dilakukan pada hari selasa, 03 April 2018. Dan
digolongkan sebagai remaja akhir. Menurut penelitian ini dilakukan pada saat istirahat
CDC tahun 2010 menyatakan bahwa prevalensi kuliah.
obesitas remaja usia 12 – 19 tahun di Amerika 2.3 Populasi dan Sample Penelitian
Serikat telah mencapai 18,4%. Sedangkan di Target populasi (population target) dari
Indonesia berdasarkan Riskesdas tahun 2015, penelitian ini adalah seluruh mahasiswa FKM
prevalensi overweight pada remaja usia 16 – 18 UMJ dan kelompok ini juga dipilih untuk
tahun mengalami peningkatan jika kemudian menjadi populasi studi dari penelitian.
dibandingkan dengan prevalensi tahun 2010 Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah
dari 1,4% menjadi 7,3%. Jawa Timur seluruh mahasiswa FKM UMJ semester IV
merupakan provinsi yang masuk ke dalam berjumlah 80 orang.
kategori lima provinsi yang memiliki prevalensi 2.4 Teknik Pengumpulan Data
overweight di atas dari prevalensi nasional pada Teknik pengumpulan data dilakukan
tahun 2013. Prevalensi overweight dan obesitas dengan mengumpulkan data primer dengan
remaja putri usia 15 – 19 tahun di Kota Malang angket atau kuesioner yang disebarkan kepada
berdasarkan profil pangan dan gizi kota Malang mahasiswa. Data yang akan dikumpulkan
pada tahun 2013 sebesar 8,82% dan 2,94% meliputi gambaran pengetahuan, sikap dan
dimana prevalensi overweight tersebut lebih tindakan tentang konsumsi makanan dan
tinggi jika dibandingkan dengan prevalensi minuman instan.
overweight nasional. Arianto
[3]
(2017), 2.5 Analisis Data
mengatakan mahasiswa memiliki frekuensi Analisis data dalam penelitian ini
konsumsi mie instan rata-rata 3 kali sehari. [4]
menggunakan analisa Univariat. Analisis
Ansari (2016), juga mengatakan bahwa Univariat dilakukan untuk melihat persentase
mahasiswa yang tinggal jauh dari orang tua jumlah per indikator dalam penelitian meliputi
memiliki tingkat konsumsi buah dan sayur yang analisis pengetahuan, sikap dan tindakan
rendah. Berdasarkan penelitian tersebut dapat
[5]
mahasiswa tentang konsumsi makanan dan
disimpulkan bahwa tempat tinggal menjadi minuman instan.
salah satu faktor yang mempengaruhi pola
makan pada remaja. 3. HASIL PENELITIAN
Observasi menunjukan bahwa Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Jenis
mahasiswa kesehatan masyarakat banyak Kelamin
mengkonsumsi makanan dan minuman instan. Jenis Jumlah Persentase
Meskipun mahasiswa sudah mengetahui Kelamin
makanan tersebut tidaklah sehat untuk
Laki-laki 4 5%
dikonsumsi melalui mata kuliah gizi. Sehingga Perempuan 76 95%
hal ini menarik untuk diteliti.
Total 80 100%
Berdasarkan uraian diatas, maka saya
Distribusi jenis kelamin, paling banyak
bermaksud ingin meneliti terkait gambaran
responden perempuan yaitu 76 orang (95%)
pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswa
dan responden laki-laki yaitu 4 orang (5%).
tentang konsumsi makanan dan minuman
Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Umur
instan.
Umur Jumlah Persentase
19 1 1,25%
20 60 75%
21 15 18,75%

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 32


22 4 5,% memiliki sikap yang kurang baik tentang
konsumsi makanan dan minuman instan.

Total 80 100,%
Distribusi umur responden paling banyak
responden dengan umur 20 tahun yaitu 60
orang (75%), selanjutnya responden umur 21
tahun yaitu 15 orang (18,75%), responden umur
22 tahun yaitu 4 orang (5%), dan jumlah
terendah adalah responden umur 19 tahun yaitu
1 orang (1,25%).
Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Kelas
Pendidikan Jumlah Persentase
Kelas A 42 52,5%
Kelas B 38 47,5%
Bagan 3. Gambaran Tindakan Mahasiswa
Total 80 100% tentang Konsumsi Makanan dan Minuman
Distribusi kelas responden paling banyak Instan
berasal dari Kelas A yaitu 42 orang (52,5%), Berdasarkan pada bagan 3 diketahui
sedangkan responden dengan jumlah sedikit bahwa 37% mahasiswa memiliki tindakan yang
berada di Kelas B yaitu 38 orang (47,5%). baik, sedangkan 63% mahasiswa masih
Adapun hasil analisis univariat memiliki tindakan yang kurang baik tentang
pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswa konsumsi makanan dan minuman instan.
tentang konsumsi makanan dan minuman
instan dapat dilihat pada bagan berikut. 4. PEMBAHASAN
4.1 Pengetahun Mahasiswa tentang
Makanan dan Minuman Instan
Makanan dan minuman instan saat ini
semakin banyak digemari oleh masyarakat
Indonesia. Makanan ini menjadi favorit anak-
anak, remaja hingga orang tua, dan mereka
lebih memilih untuk memesan makanan instan
dibandingkan dengan menghabisakan banyak
waktu di dapur untuk memasak makanan. Hal
ini juga sering ditemui pada kalangan
Bagan 1. Gambaran Pengetahuan Mahasiswa
mahasiswa. Untuk itu penting diketahui tingkat
tentang Makanan dan Minuman Instan
pengetahuan mahasiswa terkait makanan dan
Berdasarkan pada bagan 1 diketahui
minuman instan. Hal ini sejalan dengan hasil
bahwa 86% mahasiswa memiliki pengetahuan
penelitian yang telah saya lakukan diketahui
yang baik, sedangkan 14% mahasiswa masih
bahwa terdapat 69 orang (86%) yang memiliki
memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang
pengetahuan baik terkait makanan dan
makanan dan minuman instan.
minuman instan, sedangkan sebanyak 11 orang
(14%) memiliki pengetahuan kurang baik
tentang makanan dan minuman instan. Dari
data di atas menunjukkan bahwa pengetahuan
mahasiswa terkait makanan dan minuman
instan adalah baik.
Hal ini juga dijelaskan dalam penelitian
Sediaoetama (2016), bahwa tingkat
pengetahuan gizi seseorang berpengaruh
terhadap sikap dan perilaku memilih makanan
yang dikonsusmsi. [6]

Bagan 2. Gambaran Sikap Mahasiswa tentang 4.2 Sikap Mahasiswa tentang Konsumsi
Konsumsi Makanan dan Minuman Instan Makanan dan Minuman Instan
Berdasarkan pada bagan 2 diketahui Sikap mahasiswa cenderung
bahwa 52% mahasiswa memiliki sikap yang dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan
baik, sedangkan 48% mahasiswa masih mahasiswa terkait makanan dan minuman

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 33


instan, sehingga tingkat pengetahuan yang baik
mampu mencegah kebiasaan buruk mahasiswa
dalam mengkonsumsi makanan dan minuman 5. KESIMPULAN
instan, sedangkan ketika tingkat pengetahuan Dari hasil penelitian yang dilakukan,
rendah maka hal ini akan menjadi penyebab diketahui bahwa mahasiswa memiliki
tingginya konsumsi makanan dan minuman pengetahuan yang baik terkait makanan dan
instan pada mahasiswa. Hal ini sejalan dengan minumam instan hingga 86%. Selanjutnya
hasil penelitian yang telah saya lakukan bahwa untuk sikap, mahasiswa juga memiliki sikap
diketahui terdapat sebanyak 42 orang (52%) yang baik dalam mengkonsumsi makanan dan
memiliki sikap yang baik, dan terdapat minuman instan mencapai 52%. Sedangkan
sebanyak 38 orang (48%) memiliki sikap yang untuk tindakan sangat berbeda dengan
kurang baik dalam mengkonsumsi makanan pengetahuan dan sikap mahasiswa dimana
dan minuman instan. Jadi dapat disimpulkan tindakan dalam konsumsi makanan dan
bahwa kecenderungan variabel sikap masih minuman instan pada mahasiswa masih kurang
cukup baik, namun jumlah mahasiswa yang baik mencapai 63%. Hal ini menunjukkan
memiliki sikap baik berbeda tipis dengan jumlah bahwa pengetahuan dan sikap yang baik belum
mahasiswa yang memiliki sikap kurang baik. dapat menjamin tindakan seseorang akan baik
Hal ini juga dijelaskan dalam teori pula.
Notoatmodjo (2016) yang mendasari penelitian
ini, mengatakan bahwa seseorang yang
memiliki sikap positif atau negatif berarti telah 6. SARAN
memiliki keyakinan tentang suatu hal yang Saran dalam penelitian ini ditujukan
memberikan kecenderungan untuk bertindak kepada mahasiswa khususnya dan masyarakat
sesuai dengan pendapat dan keyakinannya, Indonesia umumnya, untuk mampu
atau bentuk dari respon suka tidaknya dengan membiasakan hidup sehat dengan
objek yang dirasakannya. [7] mengkonsumsi makanan dan minuman yang
4.3 Tindakan Mahasiswa tentang bergizi serta baik bagi kesehatan dan
Konsumsi Makanan dan Minuman menjauhkan makanan ataupun minuman instan
Instan yang berdampak buruk bagi kesehatan.
Tindakan adalah wujud dari sikap yang
ditunjukkan oleh mahasiswa terhadap konsumsi 7. UCAPAN TERIMAKASIH
makanan dan minuman. Tindakan dapat Ucapan terimakasih saya sampaikan
berbeda dari sikap atau pengetahuan yang kepada Allah SWT yang telah memberikan saya
dimiliki oleh mahasiswa karena tindakan kemampuan untuk menulis, selain itu tak lupa
bersifat aksi atau implementasi dari sebuah shalawat serta salam tercurahkan kepada nabi
keinginan walaupun keinginan tersebut Muhammad SAW yang karena beliaulah kita
bertentangan dengan sikap yang telah semua hadir dalam masa yang penuh dengan
ditunjukkan mengenai makanan dan minuman kecerdasan ini, ketiga terimakasih kepada
instan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang kedua orangtua saya yang senantiasa
telah saya lakukan, bahwa diketahui terdapat mendoakan saya, keempat terimakasih kepada
sebanyak 30 orang (37%) yang memiliki para dosen yang telah mengajarkan saya dalam
tindakan baik terhadap konsumsi makanan dan penelitian serta teman-teman yang bersedia
minuman instan, dan terdapat sebanyak 50 menjadi responden dalam penelitian saya.
orang (63%) yang memiliki tindakan kurang baik
dalam konsumsi makanan dan minuman instan. 8. DAFTAR PUSTAKA
1
Hal ini juga dijelaskan dalam teori Taufiq, Aril. 2016. Makanan dan Minuman
Notoatmodjo (2016) yang mendasari penelitian Instan. Jakarta: Rineka Cipta.
2
ini mengatakan bahwa apabila seseorang Kustipia, Arini. 2016. Perilaku dalam Konsumsi
memiliki pengetahuan yang baik maka Makanan dan Minuman Instan. Jakarta.
3
diharapkan memiliki sikap dan tindakan yang Riskesdas. 2015. Prevalensi Overweight dan
baik pula. Tetapi dalam penelitian ini yang
[7]
Obesitas Remaja di Indonesia. Jakarta:
terjadi adalah kebalikannya, yang mana ketika Kemenkes RI.
4
seseorang memiliki pengetahuan baik dan sikap Arianto, Agus. 2017. Kuliah Gizi. Jakarta.
5
yang baik, namun tindakannya dalam konsumsi Ansari. 2016. Pola Makan Masyarakat
makanan dan minuman instan masih dalam Indonesia. Jakarta: Grasindo.
6
kategori kurang baik. Sediaoetama. 2016. Pengetahuan Makanan
Indonesia. Jakarta: Grasindo.

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 34


7
Notoatmodjo, Soekidjo. 2016. Pengantar
Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset.

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 35


Penelitian EPIDEMIOLOGI HIPERTENSI BERDASARKAN
BUDAYA KONSUMSI GARAM DI KAWASAN
PESISIR MEDAN BELAWAN
Asli Reinpal Falefi, Ryan Rahmat Tanjung, Luthfiah Mawar, Ema Rizka
Sazkiah, Cindy Lestari, Waridah Santi Siregar

Peminatan Epidemiologi, Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas


Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Medan

ABSTRAK
Pendahuluan: Hipertensi menjadi salah satu penyakit dengan prevalensi tertinggi di dunia dan
Indonesia (34,1%). Prevalensi hipertensi tertinggi tahun 2007 sebesar 53,3% di wilayah pesisir. Salah
satu yang menyebabkan hipertensi adalah intake natrium.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian survei cepat dengan analisis deskriptif, dilakukan pada
April hingga Mei 2019. Populasi penelitian ini adalah masyarakat usia >18 tahun di kawasan pesisir
Medan Belawan. Besar sampel yaitu 210 sampel dengan instrument berupa kuesioner. Rincian
sampel yakni, kelurahan Pulau Sicanang (4 cluster), Belawan Bahagia (4 cluster), Belawan II (9
cluster), Bagan Deli (3 cluster), dan Belawan I (7 cluster).
Hasil: Mayoritas hipertensi yaitu perempuan, usia terbanyak 44-58 tahun, tingkat pendidikan masih
rendah, pekerjaan terbanyak sebagai Ibu Rumah Tangga, dan memiliki status hipertensi yang tinggi.
Pemberian garam pada lauk rata-rata 0,85 sendok teh per hari, pada sayur rata-rata 0,92 sendok teh
per hari, frekuensi makan dengan lauk rata-rata 2,59 kali per hari, serta dengan sayur rata-rata 1,44
kali per hari.
Kesimpulan: Konsumsi garam melampaui standar yang dianjurkan, dan konsumsi sayur per hari
masih rendah. Saran berupa peningkatan penyuluhan di wilayah pesisir tentang penggunaan garam.
Kata Kunci: Epidemiologi, Hipertensi, Budaya, Konsumsi, Garam, Pesisir

ABSTRACT
Introduction: Hypertension is one of the diseases with the highest prevalence in the world and
Indonesia (34.1%). The highest prevalence of hypertension in 2007 was 53.3% in coastal areas. One
of the causes of hypertension is sodium intake.
Method: This study is a rapid survey research with descriptive analysis, conducted from April to May
2019. The population of this study was a community aged> 18 years in the coastal area of Medan
Belawan. The sample size is 210 samples with an instrument in the form of a questionnaire. The
sample details are, Pulau Sicanang (4 clusters), Belawan Bahagia (4 clusters), Belawan II (9 clusters),
Bagan Deli (3 clusters), and Belawan I (7 clusters).
Results: The majority of hypertension were women, the highest age was 44-58 years, the level of
education was still low, the highest number of jobs were housewives, and had high hypertension
status. Giving salt on an average side dish of 0.85 teaspoons per day, in vegetables an average of
0.92 teaspoons per day, the frequency of eating with an average dish 2.59 times per day, and with an
average vegetable of 1, 44 times per day.
Conclusion: Salt consumption exceeds recommended standards, and vegetable consumption per
day is still low. Suggestions include increasing counseling in coastal areas about the use of salt.
Keywords: Epidemiology, Hypertension, Culture, Consumption, Salt, Coastal

jumlah penduduk yang bertambah pada 2025


1. PENDAHULUAN mendatang. WHO juga mengatakan negara
World Health Organization (WHO) ekonomi berkembang memiliki penderita
menyebutkan jumlah penderita hipertensi akan hipertensi sebesar 40% sedangkan negara
terus meningkat hingga 29% seiring dengan maju hanya 35%.Jika ditinjau di negara

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 36


Indonesia, proporsi hipertensi di Indonesia memiliki tingkat konsumsi garam sebesar
cukup tinggi, yakni mencapai 32% dari total 62,5%. Di wilayah pesisir Bangladesh (sungai
[10]

jumlah penduduk . [1]


Brahmaputra), terdapat sekitar 20 juta orang
Penelitian yang dilakukan Rusliafa, dkk memiliki risiko hipertensi karena konsumsi
(2014) menunjukkan bahwa penyakit hipertensi garam berlebih.[11]

lebih banyak diderita oleh masyarakat pesisir. Budaya memiliki hubungan yang sangat erat
Hal ini dikarenakan konsumsi natrium pada dengan kesehatan salah satu penyebabnya
makanan olahan laut yang diasinkan lebih ialah karena kebudayaan atau kultur dapat
tinggi. Konsumsi natrium yang tinggi adalah membentuk kebiasaan serta respons terhadap
salah satu faktor risiko terhadap penyakit status sehat atau sakit pada tiap tingkatan
hipertensi di Indonesia. [2]
masyarakat. Pada tingkat awal proses
Berdasarkan Riskesdas tahun 2007, sosialisasi, seorang anak diajarkan tatacara
prevalensi hipertensi tertinggi pada penduduk makan, bahan makanan yang dikonsumsi, cara
umur >18 tahun adalah sebesar 53,3% di buang air kecil dan besar, dan lain-lain.
Kepulauan Natuna (wilayah pantai) . Hal ini[3]
Kebiasaan tersebut terus dilakukan sampai
antara lain berhubungan dengan adanya pola anak tersebut dewasa, bahkan hingga tua.
makan terutama intake natrium yang Kebiasaan tersebut sangat mempengaruhi
mendukung risiko terjadinya hipertensi. perilaku kesehatan dan sulit untuk diubah . [12]

Konsumsi natrium yang tinggi menyebabkan Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah
peningkatan volume darah, retensi cairan dan untuk mengetahui epidemiologi hipertensi
memaksa darah mengalir pada ruang yang berdasarkan budaya konsumsi garam di
sempit. .
[4]
kawasan pesisir Medan Belawan tahun 2019.
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2018
prevalensi hipertensi di Indonesia meningkat 2. METODE
dari tahun 2013menjadi 34,1% di tahun 2018 2.1 Jenis Penelitian
pada penduduk umur >18 tahun. Ditinjau [5]
Penelitian ini menggunakan rancangan
berdasarkan Provinsi, prevalensi hipertensi di survey cepat (rapid survey). Penelitian ini
Sumatera Utara dalam rentang 22,3% - 34,0%. dilakukan di Kecamatan Medan Belawan, Kota
Jika dilihat dari Kabupaten/Kota, prevalensi Medan, Provinsi Sumatera Utara dengan 6
hipertensi di kota Medan sebesar 16.63%. Di kelurahan. Penelitian dilaksanakan pada April
kecamatan Medan Belawan, prevalensi hingga Mei 2019.
hipertensi sebesar 4,03%. [6]
2.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Pada saat ini belum diketahui secara pasti Populasi penelitian ini adalah masyarakat
penyebab dari hipertensi. Data menyatakan, usia >18 tahun yang berdomisili tetap di
hampir 90% penderita hipertensi tidak diketahui kawasan pesisir Medan Belawan, Kota Medan,
penyebab pasti. Namun, terdapat dua faktor Provinsi Sumatera Utara. Sampel yang
yang meningkatkan kemungkinan seseorang digunakan dalam penelitian ini sebesar 210
terkena hipertensi, yaitu faktor yang tidak dapat sampel. Metode perhitungan dilakukan dengan
dikontrol dan faktor yang dapat dikontrol. Salah pendekatan survei cepat WHO yaitu 30 cluster
satu faktor risiko hipertensi yaitu konsumsi x 7 sampel dan menggunakan bantuan software
makanan dengan tingkat asin yang tinggi. [7]
C-Survey. Pada metode pertama menggunakan
Batasan-batasan konsumsi garam yang cluster sampling, dimana dari 6 kelurahan yang
disarankan Kementerian Kesehatan per orang ada dihitung dan didapatkan hasil pada masing-
per hari yaitu Garam tidak melebihi 2000 mg masing kelurahan dengan total 30 cluster
natrium (0,4 sendok teh). Garam dalam jumlah dengan rincian Kelurahan Pulau Sicanang
sedikit dibutuhkan tubuh untuk mengatur sebesar 4 cluster, Kelurahan Belawan Bahagia
kandungan air dalam tubuh. Jika berlebihan, sebesar 4 cluster, Kelurahan Belawan II
dalam penggunaan garam dapat menyebabkan sebesar 9 cluster, Kelurahan Bagan Deli
hipertensi hingga stroke. [8]
sebesar 3 cluster, dan Kelurahan Belawan I
Kebutuhan garam pada sektor rumah tangga sebesar 7 cluster. Kemudian metode kedua
dan kebutuhan garam untuk industri menggunakan simple random sampling,
pengasinan mengalami pelonjakan hingga masing-masing cluster terdiri dari 7 sampel.
13,7% per tahun dalam kurun waktu 2010-2015, Sehingga didapatkan jumlah responden
sehingga menyumbang kontribusi lebih dari sebesar 210 sampel.
50% dari kebutuhan garam nasional. Hasil [9]
Faktor inklusi adalah penduduk tetap daerah
survei tahun 2007 menyatakan salah satu Medan Belawan dengan usia >18 tahun dan
daerah pesisir pantai utara Jawa Tengah mengkonsumsi makanan berasal dari masakan

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 37


sendiri, warung secara rutin dan faktor eksklusi kuesioner. Sebelum diteliti, responden terlebih
penduduk yang berusia <18 tahun, pendatang, dahulu menyetujui penelitian dengan
bukan penduduk tetap daerah Medan Belawan menandatangani lembar informed consent.
dan orang yang mengkonsumsi makanan 2.4 Analisis Data
sembarang makanan (tidak rutin di satu tempat Penelitian ini menggunakan analisis
makan atau tidak terukur konsumsi garam) deskriptif dengan tipe data kategorik (deskriptif
2.3 Pengumpulan Data proporsi) dan numerik (deskriptif sentral).
Pengumpulan data dilakukan dengan Pengolahan data dilakukan melalui program
wawancara, pengukuran berat badan dan tinggi komputerisasi. Analisis tersebut akan
badan. Instrumen yang digunakan adalah menggambarkan epidemiologi hipertensi
kuesioner yang terdiri dari pertanyaan berdasarkan budaya konsumsi garam di
mengenai data demografi responden dan kawasan pesisir Medan Belawan
pertanyaan mengenai gambaran epidemiologi
hipertensi berdasarkan budaya pola konsumsi 3. HASIL
garam di kawasan pesisir Medan Belawan. Diperoleh hasil penelitian yang dijelaskan
Pengukuran riwayat hipertensi dilakukan pada tabel berikut:
dengan wawancara berdasarkan lembar

Tabel 1. Gambaran Karakteristik Responden (n=210)


Variabel Frekuensi Persentase 95% CI
Jenis Kelamin
Laki-laki 71 33,8 27,6 - 40,5
Perempuan 139 66,2 59,5 - 72,4
Umur (tahun)
19-23 5 2,4 0,5 - 4,8
24-28 14 6,7 3,8 - 10,5
29-33 15 7,1 3,8 - 10,5
34-38 26 12,4 8,1 - 16,7
39-43 39 18,6 13,8 - 23,8
44-48 40 19,0 13,8 - 23,8
49-53 28 13,3 8,6 - 18,1
54-58 30 14,3 9,5 - 19,5
59-63 9 4,3 1,9 - 7,1
64-68 4 1,9 0,5 - 3,8
Tingkat Pendidikan
Tidak Sekolah 7 3,3 1,0 - 6,2
SD 36 17,1 12,4 - 22,4
SMP 51 24,3 18,6 - 30,0
SMA 96 45,7 39,1 - 52,4
Perguruan Tinggi 20 9,5 5,7 - 13,8
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 74 35,2 29,0 - 41,9
pedagang 43 20,5 15,2 - 25,7
Nelayan 12 5,7 2,9 - 9,5
Buruh 40 19,0 13,8 - 24,8
Serabutan 10 4,8 1,9 - 7,6
Pelajar 2 1,0 0,0 - 2,4
Wiraswasta 11 5,2 2,4 - 8,6
PNS 7 3,3 1,0 - 6,2
Tenaga Kesehatan 6 2,9 1,0 - 5,2
Satpam 2 1,0 0,0 - 2,4
Guru 3 1,4 0,0 - 3,3
Status Hipertensi
Hipertensi 63 30 23,3 - 36,7
Tidak Hipertensi 147 70 63,3 - 76,7

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 38


Berdasarkan tabel 1, diperoleh proporsi rendah, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga,
tertinggi responden ada pada perempuan, usia dan memiliki status hipertensi yang tinggi.
terbanyak 44 - 48 tahun, tingkat pendidikan

Tabel 2. Karakteristik Responden dengan Status Hipertensi (n=63)


Variabel Frekuensi Persentase 95% CI
Jenis Kelamin
Laki-laki 25 39,7 28,6-52,4
Perempuan 38 60,3 47,6-71,4
Umur (tahun)
19-23 1 1,6 0-4,8
24-28 2 3,2 0-7,9
29-33 3 4,8 0-11,1
34-38 5 7,9 1,6-14,3
39-43 9 14 6,3-23,8
44-48 12 19 9,5-28,6
49-53 12 19 9,5-28,6
54-58 12 19 9,5-30,2
59-63 5 7,9 1,6-15,9
64-68 2 3,2 0-7,9
Tingkat Pendidikan
Tidak Sekolah 4 6.3 1,6-14,3
SD 11 17.5 7,9-27
SMP 14 22.2 12,7-31,7
SMA 32 50.8 39,7-61,9
Perguruan Tinggi 2 3.2 0-7,9
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 21 33.3 22,2-44,4
pedagang 12 19.0 9,5-30,2
Nelayan 4 6.3 1,6-12,7
Buruh 14 22.2 12,7-33,3
Serabutan 3 4.8 0-11,1
Wiraswasta 6 9.5 3,2-17,5
PNS 3 4.8 0-11,1

Berdasarkan tabel 2, diperoleh proporsi pendidikan rendah, pekerjaan sebagai ibu


tertinggi responden dengan status hipertensi rumah tangga.
ada pada perempuan, usia terbanyak 44 - 58
tahun, tingkat
Tabel 3. Budaya Konsumsi Garam di Wilayah Pesisir Medan Belawan (n=210)
Variabel Mean Median Inter Quartil 95% CI of
Range Mean
Pemberian Garam pada Lauk (per sendok 0, 86 0,5 0,5 0,77 - 0,97
teh)
Pemberian Garam pada Sayur (per sendok 0,95 0,5 0,5 0,85 - 1,05
teh)
Frekuensi Makan dengan Lauk 2,45 2,0 1 2,32 - 2,59

Frekuensi Makan dengan Sayur 1,68 2,0 1 1,58 - 1,79

Berdasarkan tabel 3, diperoleh pemberian lauk rata-rata 2,45 kali per hari, serta frekuensi
garam pada lauk dan sayur melebihi takaran makan dengan sayur rata-rata 1,68 kali per hari.
optimal penggunaan garam per hari, frekuensi
makan dengan

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 39


Tabel 4. Karakteristik Konsumsi Garam pada Penderita Hipertensi di Wilayah Pesisir Medan Belawan
(n=63)
Variabel Mea Median Inter Quartil 95% CI of
n Range Mean
Pemberian Garam pada Lauk (per sendok 0.85 0,5 0,5 0,7-1
teh)
Pemberian Garam pada Sayur (per sendok 0,92 1 0,5 0,76-1,08
teh)
Frekuensi Makan dengan Lauk 2,59 2 1 2,19-2,99
Frekuensi Makan dengan Sayur 1,44 1 1 1,26-1,62
pekerjaan tertentu. Semakin pasif pekerjaan,
Berdasarkan tabel 4, diperoleh pemberian maka semakin besar risiko hipertensi . [18]

garam pada lauk dan sayur penderita hipertensi 4.5 Penggunaan Garam
melebihi takaran optimal penggunaan garam Berdasarkan penelitian diperoleh
per hari, frekuensi makan dengan lauk masih penggunaan garam baik pada lauk maupun
optimal namun kurang konsumsi sayur. sayur melebihi kadar yang dianjurkan (0,4
sendok teh) serta rendahnya konsumsi sayur.
4. PEMBAHASAN Konsumsi natrium dalam sehari yang dianjurkan
4.1 Jenis Kelamin kurang lebih sebesar 2400 mg yang dapat
Berdasarkan penelitian, diperoleh dicapai dari penggunaan garam dapur sebesar
proporsi hipertensi paling banyak pada 200 mg sedangkan 400 mg lagi didapatkan
perempuan (60,3%), penelitian ini sejalan pada bahan makan yang digunakan . [19]

dengan data Riskesdas (2018) yaitu prevalensi Pada saat mengkonsumsi garam berlebih
hipertensi menurut jenis kelamin pada jenis maka tubuh tidak akan mampu
kelamin perempuan lebih tinggi . Namun, [5]
mengekskresikan garam yang menumpuk di
penelitian ini bertentangan dengan penelitian dalam darah . Meningkatnya jumlah cairan
[20]

yang dilakukan oleh Rusliafa (2014), jenis tubuh menjadikan jantung memompa lebih
kelamin yang memiliki risiko menderita cepat mengantarkan darah ke seluruh tubuh,
hipertensi pada wilayah pesisir adalah jenis meningkatnya tekanan darah mengakibatkan
kelamin laki-laki dengan persentase 69,0%. [13]
hipertensi.
Gaya hidup laki-laki dapat menaikkan tekanan Masyarakat pesisir memiliki gaya hidup
darah. [14]
yang merupakan faktor risiko dari penyakit
4.2 Usia hipertensi. Gaya hidup masyarakat pesisir yang
Berdasarkan penelitian, diperoleh dapat menjadi faktor risiko diantaranya
proporsi usia paling tinggi yaitu usia 44-58 kebiasaan masyarakat dalam mengonsumsi
tahun (19%). Hal ini bertentangan dengan natrium secara berlebihan dan mengawetkan
penelitian Prasetyaningrum (2014), bahwa hasil laut dengan mengasinkan sehingga
risiko lebih tinggi hipertensi pada saat usia >65 meningkatkan faktor risiko penyakit hipertensi .
[21]

tahun , hal ini dikarenakan adanya perubahan


[15]

pada hormon eksterogen wanita . [16]


5. KESIMPULAN
4.3 Pendidikan Epidemiologi hipertensi berdasarkan
Berdasarkan penelitian, diperoleh tingkat budaya konsumsi garam di kawasan pesisir
pendidikan masih rendah. Tingkat pendidikan Medan Belawan, Kota Medan, Sumatera Utara
secara tidak langsung mempengaruhi tekanan masih tinggi dengan status hipertensi sebesar
darah karena berpengaruh terhadap gaya hidup 30%, pemberian garam pada lauk serta sayur
seseorang yaitu seperti kebiasaan merokok, melebihi standar yang optimal serta rendahnya
kebiasaan mengkonsumsi alkohol, asupan konsumsi sayur per hari.
makan, dan aktivitas fisik . [17]

4.4 Pekerjaan 6. SARAN


Berdasarkan penelitian, diperoleh Saran untuk petugas puskesmas di
proporsi pekerjaan paling tinggi yaitu ibu rumah kawasan pesisir Medan Belawan agar
tangga (33,3%). Hal ini sejalan dengan Nur mengadakan penyuluhan kesehatan secara
Nasry Noor (2008) yang menyatakan bahwa rutin tentang penggunaan garam dan faktor
pekerjaan dengan risiko tinggi hipertensi dilihat risiko hipertensi sehingga perilaku penggunaan
dari besarnya risiko menurut sifat pekerjaan, garam dapat dikendalikan.
lingkungan kerja, dan sifat sosioekonomi pada

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 40


10
Dinkes Demak. Profil Kesehatan Tahun 2010.
7. UCAPAN TERIMAKASIH Demak; 2011.
11
Terima kasih kepada Allah swt yang telah Rasheed S, Siddique AK, Sharmin T, Hasan
memberikan keberkahan sehingga penelitian ini AMR, Hanifi SMA. Salt Intake, and Health
tidak mengalami hambatan yang besar. Terima Risk in Climate Change Vulnerable
kasih juga kepada Ibu Zata Ismah SKM, M.K.M Coastal Bangladesh. 2016.
12
yang telah membimbing sehingga terselesainya Notoadmodjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu
jurnal ini dengan baik, serta rekan-rekan yang Perilaku. Jakarta: Rhineka Cipta; 2010.
13
telah memberikan saran dan kritikan. Rusliafa, Jusniar. Komparatif Kejadian
Hipertensi pada Wilayah Pesisir Pantai
dan Pegunungan di Kota Kendari Tahun
8. DAFTAR PUSTAKA
2014. Makasar; 2014
1
World Health Organization. Global brief on 14
Wahyuni., dkk. Pola Makan dan Jenis Kelamin
Hypertension Geneva; 2013.
2 dan Hubungan Pengetahuan Terhadap
.Rusliafa J, Amiruddin R, Noor NB. Komparatif
Kejadian Hipertensi di Kalurahan
Kejadian Hipertensi pada Wilayah Pesisir
Sambung Macan Sragen. Gaster.
Pantai dan Pegunungan di Kota Kendari
Volume XVI. Surakarta; 2018.
Tahun 2014. MKMI. 2014. 15
3. Prasetyaningrum, Yunita Indah. Hipertensi
Kementrian Kesehatan RI. Riset Kesehatan
Bukan untuk Ditakuti. Fmedia. Imprint
Dasar 2007. Jakarta; 2008.
4 Agro Media Pustaka. Jakarta; 2014
Mulyati H, Syam A dan SS. Hubungan Pola 16
Rahma, Nur Miftakur. Gambaran Hidup
Konsumsi Natrium dan Kalium serta Penderita Hipertensi pada Masyarakat
Aktivitas Fisik denganKejadian Hipertensi
Pesisir. Semarang; 2017
pada Pasien Rawat Jalan di RSUP. 17
Anggara, FHD., dan Prayitno, N. Faktor-
Wahidin SudirohusodoMakassa.
Faktor Yang Berhubungan Dengan
Makassar; 2011.
5 Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga
.Kementerian Kesehatan RI. Laporan Riset
Murni, Cikarang Barat Tahun 2012.
Kesehatan Dasar. Jakarta; 2018.
6 Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat
Dinkes Kota Medan. Profil Kesehatan Kota
STIKes MH. Thamrin. Jakarta. Jurnal
Medan Tahun 2016. Medan; 2017.
7 Ilmiah Kesehatan. 5(1):20-25; 2017.
S PI. Perencanaan Menu Untuk Penderita 18
Nur Nasry Noor. Epidemiologi. Jakarta:
Tekanan Darah Tinggi. Jakarta; 2006.
8 Rineka Cipta; 2008.
Departemen Kesehatan RI. Healthy Starting 19
Ramayulis, Rata. Menu dan Resep untuk
from My Food Plate.
Penderita Hipertensi, PT. Penebar Plus.
http://www.depkes.go.id/article/view/1710
Jakarta; 2010
3100004/healthy-starting-from-my-food- 20
Sitepoe, Mengku. Coret-Coret Anak Desa
plate.html. 2017.
9 Berprofesi Ganda. Jakarta. KPG; 2008.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 21
Saputra, Oktadoni., dkk. Gaya Hidup sebagai
Peningkatan Kualitas Garam Menuju
Faktor Risiko Hipertensi Pada
Swasembada Garam Nasional. Jakarta; Masyarakat Pesisir Pantai. Majority.
2016.
Volume 5 Nomor 3. Lampung; 2016

BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 41


BIMKMI Volume 7 No.1 | Januari – Juni 2019 42

Anda mungkin juga menyukai