Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PADA REMAJA

DIABETES MELITUS

Oleh:

KURNIA IRJAYANTI P
NS

CI Institusi

(NUR KHALID, S.Kep., Ns., MSN)


NIDN -

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
NANI HASANUDDIN MAKASSAR
2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PADA REMAJA DIABETES MELITUS TIPE 1 DENGAN
MEMBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN
TAHUN 2022

A. JUDUL
Pendidikan kesehatan kepada remaja diabetes melitus tipe 1
B. TUJUAN
1. Tujuan intruksional umum (TIU)
Setelah mengikuti penyuluhan mengenai diabetes melitus tipe 1 dengan
pemelihraaan kesehatan tidak efektif selama 1x30 menit responden dapat
mengetahui dan memahami tentang bagaimana hidup sehat bagi penderita
diabetes melitus
2. Tujuan intruksional khusus (TIK)
1) Menjelaskan apa yang dimaksud dengan diabetes melitus
2) Menyebutkan penyebab diabetes melitus
3) Menyebutkan tanda dan gejala diabetes melitus
4) Menyebutkan komplikasi pada diabetes melitus
5) Menyebutkan penatalaksanaan pada diabetes melitus
C. TEMPAT : Sekolah merdeka
D. WAKTU : 09:00 WITA
E. SASARAN : Responden yang mengalami diabetes melitus
F. METODE :
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
G. MEDIA : Benner, Leaflet dan games
H. PENYULUH : Kurnia irjayanti p
I. RENCANA PELAKSANAAN
NO WAKTU RENCANA KEGIATA KEGIATAN PESERTA
PENYULUHAN
1 5 Menit Persiapan Menjawab salam
a. Memberikan salam mendengarkan dan
b. perkenalan memperhatikan
c. menjelaskan TIU dan TIK
d. menyebutkan materi yang
akan diberikan
e. kontrak waktu
2 15 Menit Proses a. Menjawab pertanyaan
a. Menanyakan (review) penyuluh
kepada responden b. Mendengarkan dan
mengenai pengertian memperhatikan
diabetes melitus, penyebab
diabetes melitus, tanda dan
diabetes melitus,
komplikasi diabetes
melitus, pelaksanaan atau
pencegahan diabetes
melitus
b. Memberikan reward jika
jawaban benar
c. Menjelaskan materi :
a) menjelaskan pengertian
diabetes melitus
b) menjelaskan penyebab
diabetes melitus
c) menjelaskan tanda dan
gejala diabetes melitus
d) menjelaskan komplikasi
diabetes melitus
e) menjelaskan
penatalaksanaan
diabetes melitus
d. Memberi kesempatan
kepada responden untuk
menanyakan materi yang
belum jelas
e. menyimpulkan materi
yang sudah disampaikan
3 5 menit Evaluasi Menyebutkan dan
Meminta responden untuk menjelaskan
menjawab pertanyaan
pnyuluh
a) menjelaskan pengertian
diabetes melitus
b) menjelaskan penyebab
resiko diabetes melitus
c) menjelaskan tanda dan
gejala diabetes melitus
d) menjelaskan komplikasi
diabetes melitus
e) menjelaskan
penatalaksanaan diabetes
melitus
4 5 menit Penutup Memperhatikan menjawab
Mengucapkan salam penutup salam
MATERI PENYULUHAN

A. PENGERTIAN
Diabetes yang menyerang remaja umumnya diabetes tipe 1 karena sel beta
pankreas menghasilkan sedikit hormon insulin yang disebabkan oleh faktor
keturunan dan autoimun. Namun, Diabetes melitus tipe 2 pun bisa juga menyerang
para remaja karena remaja termasuk dalam kelompok usia yang konsumtif sehingga
cenderung untuk mengonsumsi berbagai jenis kuliner tanpa mengikuti pola hidup
sehat. Diabetes melitus tipe 2 disebabkan oleh resistansi insulin akibat kurangnya
menjaga gaya hidup sehat tetap seimbang (Awwalia, 2018)
DM adalah penyakit sistemik atau sindroma metabolik yang disebabkan adanya
gangguan menahun pada sistem metabolisme karbohidrat, lemak, dan juga protein
dalam tubuh. Gangguan metabolism disebabkan karena kurangnya insulin (absolute
maupun relatif) yang diperlukan di dalam tubuh untuk proses pengubahan gula
menjadi tenaga dan sintesis lemak atau pembentukan lemak. Kondisi ini dapat
menimbulkan terjadinya peningkatan kadar gula dalam darah atau hiperglikemia dan
diapatkan kandungan gula dalam air kencing serta zat-zat keton dan asam yang
berlebihan. Dapat menimbulkan tanda dan gejala seperti rasa haus terus menerus,
sering buang air kecil, serta terjadi penurunan berat badan. (Rachmawani &
Oktarlina, 2017).
DM atau Diabetes melitus tipe 2 ialah bentuk penyakit yang berhubungan dengan
gaya hidup. Seperti obesitas, pola makan dan kurangnya aktivitas fisik, mengonsumsi
alkohol, merupakan perilaku yang berisiko terkena DM tipe 2 (Departemn Kesehatan
RI,2008). Dalam (Nuari, 2017)

B. PENYEBAB
a. Diabetes Tipe 1
Diabetes mellitus tipe-1 terjadi akibat destruksi sel beta pankreas akibat proses
autoimun, walaupun pada sebagian kecil pasien tidak didapatkan bukti
autoimunitas atau idiopatik. Umumnya, gejala klinis timbul ketika kerusakan sel-
sel pankreas mencapai ≥90%. Banyak faktor yang berkontribusi dalam
patogenesis DM tipe-1, di antaranya faktor genetik, epigenetik, lingkungan, dan
imunologis.8 Namun, peran spesifik masing-masing faktor terhadap patogenesis
DM tipe-1 masih belum diketahui secara jelas. Risiko untuk mengalami DM tipe-
1 berhubungan dengan kerusakan gen, saat ini diketahui lebih dari 40 lokus gen
yang berhubungan dengan kejadian DM tipe-1. Riwayat keluarga jarang
dijumpai, hanya 10%-15% pasien memiliki keluarga derajat pertama dan kedua
dengan DM tipe-1. Faktor lingkungan yang berhubungan dengan DM tipe-1,
antara lain, infeksi virus dan diet. Sindrom rubella kongenital dan infeksi human
enterovirus diketahui dapat mencetuskan DM tipe-1 (Pulungan et al., 2019)
Menurut penelitian, responden yang memiliki IMT ≥ 25 Kg/m² disebabkan
karena pola makan yang tidak seimbang. Pada usia remaja terjadi perubahan fisik
yang ditandai dengan pertumbuhan badan yang cepat. Tidak hanya perubahan
fisik, perubahan yang terjadi pada remaja dapat menimbulkan berbagai masalah
dan perubahan perilaku dalam kehidupan remaja. Salah satu perubahan perilaku
yang dapat dilihat pada remaja adalah perilaku makan dimana perilaku makan
yang sehat cenderung mengarah ke perilaku makan yang tidak sehat. Remaja
cenderung mengikuti trend mengkonsumsi makan cepat saji. Makanan cepat saji
atau fast food bila dikonsumsi dalam jumlah banyak dan sesering mungkin dapat
mengakibatkan berat badan meningkat hingga obesitas karena kandungan energi
dan lemak pada makanan cepat saji sagat tinggi, Semakin sering konsumsi
makanan cepat saji atau fast food maka semakin besar risiko terjadinya obesitas
dan meningkatkan risiko Diabetes Mellitus (Susanti,2016) dalam (Qifti & Yetti,
2020).
b. Diabetes melitus tipe 2
DM tipe 2 ialah paradigma penyakit kronis dimana keterkaitan antara faktor
keluarga dan lingkungan. Sekarang menjadi masalah kesehatan dampak global
yang sangat besar, dengan perkiraan pertumbuhan yang berkelanjutan. Risiko
penting yang diakui secara universal faktor adalah asupan kalori tinggi dengan
asupan serat yang terbatas, yang menghasilkan peningkatan akumulasi lemak
viseral. Peningkatan indeks massa tubuh (IMT) dan peningkatan lingkar perut
faktor resiko lain yang relevan adalah gaya hidup yang tidak banyak beregarak.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa fisik ringan ativitas (jalan ringan 30
menit / hari) mengurangi resiko diabetes hingga 30%. Secara parallel, gaya hidup
dapat menggandakan risiko diabetes (Altobelli, Angeletti, Petrocelli, &
Reimondo, 2020)
Beberapa faktor resiko diabetes melitus tipe 2 menurut Rakhmadany, 2010 :
a. Genetik
Penyakit diabetes adalah penyakit yang dapat menurun ketika salah satu dari
anggota keluarga mengidap diabetes melitus maka anggota keluarga yang
lainnya kemungkinan akan mengidap penyakit diabetes melitus (Manurung,
2018).
b. Usia
Setelah usia 40 tahun manusia akan mengalami perubahan fisiologis dan dm
akan muncul saat masuk ke usia tersebut, setelah usia 45 tahun orang dengan
berat badan yang berlebihan dan tubuh nya tidak lagi peka insunlin (Manurung,
2018).
Sejalan dengan beberapa penelitian yang menyatakan bahwa faktor usia
berpengaruh terhadap diaebetes mellitus tipe 2 dikarenakan terjadinya proses
penuaan, penurunan aktifitas fisik, kegemukan, stres dan penyakit lain dialami
oleh responden dengan usia >45 tahun yang dapat menyebabkan terjadinya
resistensi insulin (Aryndra et al., 2019)
c. Stress
Stress kronis dapat membuat seseorang mengonsumsi makanan yang tinggu
lemak dan manis, agar dapat meningkatkan serotonin otak. Serotonin
mempunyai efek dapat meredahkan stress, membuat tenang, akan tetapi gula
dan lemaklah yang sangat berbahaya dan berisiko terkena diabetes melitus
(Manurung, 2018).
d. Pola makan
Penyakit DM diketahui banyak orang yang kaitannya erat pada asupan
makanan yang di konsumsi, seperti karbohidrat atau lemak, gula, protein dan
energi dapat menadji faktor awal resiko DM. semakin berlebihan asupan
makanan maka akan semakin besar kemungkinan penyebab terjadinya DM.
Karbohidrat dicerna dan diserap dalam bentuk monosakarida. Terutama pada
gula. Peneyerepan gula yang mengakibatkan terjadinya peningkatan pada
glukosa dalam darah dan terjadi peningkatan sekresi hormon insulin agar dapat
mengontrol gula darah (Linder,2008) dalam (Susanti, 2018)
e. Kurangnya aktivitas fisik
Melakukan aktivitas dengan tujuan dapat meningkatkan dan mengeluarkan
energi yang dapat dilakukan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Faktor
resiko diabetes melitus mereka yang hanya melakukan aktivitas yang minim
(Manurung, 2018).
f. Obesitas
Sebanyak 80% Penderita diabetes melitus tipe 2 ialah orang yang
mengalami kegemukan atau obesitas (Manurung, 2018).
g. Merokok
Penelitian universitas di swiss mendapatkan hasil, orang yang dapat
menghabiskan sedikitnya 20 batang rokok dalam sehari berisiko terkena
diabetes melitus 62% lebih tinggi dari pada orang yang tidak merokok, karena
merokok dapat menyebabkan kondisi tahan terhadap insulin, menurut
penelitian. Dapat diartikan merokok mempengaruhi cara tubuh dalam
memanfaatkan insulin dan kekebalan tubuh terhadap insulin menakibatkan
terbentuknya diabetes melitus tipe 2 (Manurung, 2018).
h. Hipertensi
Pada penderita diabetes melitus, hipertensi berhubungan terhadap resistensi
insulin dan abnormalitas pada sistem renin-angitotensin dan konsekuensi
metabolik meningkatkan morbiditas. Abnormalitas metabolik yang
berhubungan dengan peningkatan DM kelainan fungsi tubuh. Sel endotelial
mensintesis beberapa substansi bioaktif kuat yang menagatur struktur pada
fungsi pembuluh darah dalam (Manurung, 2018)
C. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala klinis DM dengan konsekuensi metabolik defisiensi insulin (Price
& Wilson ) :
a. Kadar gula darah puasa yang tidak normal
b. Kadar gula darah yang tinggi dan berat yang mengakibatkan glukosuria yang
berubah menjadi dieresis osmotic yang dapat meningkatkan pengeluaran pada urin
(poliuria) dan akan menimbulkan rasa haus (polydipsia)
c. Rasa lapar yang meningkat (polifagia) dan berat badan berkurang
d. Sering merasa lelah dan mengantuk
e. Kesemutan, gatal, impotensi, mata kabur dan perurotas vulva
Menurut (Sudoyo Aru, dkk 2009) kriteria diagnosis DM:
a. Gejala klasik DM dan glukosa plasma sewaktu lebih dari 200 mg/dl (11,1 mmol/l)
b. Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari
tanpa memperhatikan waktu
c. Gejala Diabetes Melitus dan glukosa plasma darah lebih dari 126 mg/dl (7,0
mmol/l), Puasa yang berarti pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8
jam
Tabel 1. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa metode
Enzimatik patokan penyaring.

Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dL)


Kadar glukosa darah sewaktu DM Belum pasti DM
Plasma vena >200 100 – 200
Darah kapiler >200 80 – 100
Kadar glukosa darah puasa (mg/dL)
Kadar glukosa darah puasa DM Belum pasti DM
Plasma vena >120 110 – 120
Darah kapiler >110 90 – 110
(Nurarif & Kusuma, 2015).

D. KOMPLIKASI
a. Komplikasi awal
1) Hipoglikemi
Kondisi dimana kadar gula darah rendah di dalam tubuh, kadar gula darah
yang rendah membuat tubuh kehilangan energi dan otak mengalami
kekurangan supai makanan yang dapat mengakibatkan penderita akan terlihat
pucat, detang jantung akan meningkat, tubuh berkeringat, mudah merasa lelah
dan rasa lapar yang berlebihan, yang perlu penderita lakukan mengonsumsi
glukosa dalam jumlah yang sedikit seperti dengan mengonsumsi 1 buah jeruk
atau seperempat gelas susu sama dengan 15 gr glukosa (Toruan, 2012).
2) Koma diabetik
Koma diabetik biasa disebut katoasidosis dimana kadar gula darah berada
diatas normal tetapi tidak terlalu tinggi.tanda dan gejala yang dirasakan,
muntah, detak jantung yang meningkat, merasakan lelah dan lemas, napas
yansg berbau aseton dan lakukanlah pemeriksaan ke dokter atau pelayanan
kesehatan (Toruan, 2012)
3) Hiperosmolar
Kondisi dimana gula darah jauh diatas batas normal. Penderita akan
meraskan tanda dan gejala seperti haus, sering buang air kecil, gampang
merasa lelah, keram pada kaki, dehidrasi dan kehilangan kesadaran (Toruan,
2012).
b. Komplikasi berkelanjut
1) Jantung
Kadar gula darahyang sudah tidak normal, keadaan dimana tekanan darah
meningkat yang dapat menyebabkan tinnginya kolesterol dan lemak jahat.
Kondisi seperti ini bisa terkena jantung koroner (Toruan, 2012).
2) Ginjal
Ginjal mengalami inflamasi dan kekurangan protein pada saat
mengeluarkan urine. Urine akan menarik kadar air untuk membantunya keluar
dan penderita akan cepat merasakan haus. Kekurangan protein di dalam urine
mengakibatkan penderita mudah merasa lelah, lemas, pusing, napas tersengal-
sengal dan terdapat pembengkakakkan pada bagian mata dan kaki. Kondisi ini
disebut diabetes nefropati (Toruan, 2012)
3) Saraf
Sistem saraf mengalami kerusakan dan aka meraskan tanda dan gejala
seperti kurangnysa sensitiviats terhadap sistem saraf, merasa seperti terbakar.
Kondisi ini terjadi pada saraf dibagian kaki yang mengakibatkan penderita sulit
untuk berjalan, keram pada kaki, rasa sakit yang berlebih dan kondisi ini
disebut diabetes neuropati (Toruan, 2012)
4) Mata
Kondisi yang dapat mengakibatkan retina mata menjadi rusak, dan
mempunyai efek seperti glukoma, mata katarak atau mengalami kebutaan dan
kondisi ini disebut diabetes retinopati (Toruan, 2012)
5) Kaki
Kondisi dimana kaki penderita mengalami kerusakan yang sangat parah
sehingga tindakan yang harus dilakukan adalah dengan cara mengamputasi
kaki tersebut agar tidak menyebar ke bagian tubuh (Toruan, 2012).
6) Kulit
7) Kondisi ini sering terjadi pada kulit seperti, lebam pada kulit yang tak sembuh
dan luk. kulit kehilangan pigemntasi, kulit menjadi kering, kulit kehilangan
kelembapan akibat keringat yang terus menerus (Toruan, 2012).
E. PENATALAKSANAAN
Penangan diabetes dilakukan bisa dimulai dengan memeriksa kadar gula darah
hingga kaki setiap hari, dengan begitu dapat mencegah dan mengurangi ko plikasi
yang akan terjadi. Berikut beberapa cara atau peran penanganan sehingga dapat
hidup lebih sehat di masa yang akan datang nanti:
a. Pemeriksaan fisik setiap tahun
Dengan melakukan pemeriksaan rutin sebagai penangan diabetes mellitus,
dapat melakukan pemeriksaan fisik sekali setahun. Dokter akan memeriksa dan
mencari masala apa yang timbul di dalam penyakit ini seperti komplikasi pada
ginjal jantung dan mata (Fauzi, 2014).
b. Periksa mata setahun sekali
Melakukan pemeriksaan ke spesialis mata tiap thun dapat membantu
mendeteksi masalah pengelihatan yang berhubungan dengan diabetes untuk
mendteksi sejak dini dapat dilakukan pencegahan dan penanganan lebih mudah,
jika pasien diabetes dengan takanan darah tinggi penyakit kolesterol dan penyakit
ginjal, perlu dilakukan pemeriksaan ke spesialis mata lebih dari sekali setahun
(Fauzi, 2014).
c. Vaksinasi tepat waktu
Melakukan vaksinasi untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat diabetes
mellitus, berikut adalah beberapa vaksinasi:
1) Vaksinasi flu tahunan : penderita diabetes rentan terkena influenza, karena
diabetes maka influenza dapat menjadi komplikasi yang sangat serius, seperti
diabetic ketoacidosis (DKA) dan sindrom hyperosmolar
2) Vaksinasi untuk radang paru : Dokter akan merekomendasikan pnederita
diabetes untuk melakukan vaksinasi radang paru-paru, ketika telah komplikasi
akibat diabetes atau berusia > 65 tahun perlu dilakukan vaksinasi ulang setiap 5
tahun.
3) Vaksinasi lainnya : seperti vakisnasi tetanus dilakukan ulang setiap 10 tahun
dan vaksinasi hepatitis B juga penting
(Fauzi, 2014).
d. Jaga kebersihan dan kesehatan kaki
Penderita berisiko menderita penyakit pada kaki dalam dua cara, yaitu :
1) Merusak saraf yang berada di kaki, mengurangi sensasi nyeri. Berarti terjadi
ruam dan memar tanpa penderita sadari
2) Menyepitkan atau menutup areteri sehingga mengurangi aliran darah menuju
kaki. Kurangnya darah untuk memberi makan jaringan pada kaki, luka akan
semakin sulit untuk sembuh. Luka kecil yang terlindung sepatu atau kaos kaki
dapat berkembang menajdi luka yang lebih serius (Fauzi, 2014).
e. Jangan merokok
Penderita diabetes yang merokok sering kali ditemukan meninggal karena
serangan jantung, stroke dan lainnya, hal ini karena :
1) Merokok dapat menyempitkan pembuluh darah, menurunkan aliran darah ke
kaki. Penyimpitan arteri dapat berisiko stroke, serangan jantung dan luka yang
sukar untuk sembuh
2) Resiko kerusakan saraf dan penyakit ginjal
3) Dapat menganggu sistem kekebalan tubuh dan lebih rentan terkena influenza
atau infeksi paru-paru
(Fauzi, 2014).
f. Minum aspirin tiap hari
Penderita dianjurkan mengonsumsi aspirin setiap hari satu kali untuk
mengurangi resiko terkena serangan jantung, dengan dosis yang telah ditentukan
oleh dokter, mulai dari 81 mg dalam satu hari hingga 325 mg.jika mengonsumsi
dalam jumlah lebih tidak akan meningkatkan keuntungannya dan konsultasikan
kepada dokter apakah obat aspirin aman untuk dimunum setiap hari atau tidak.
Dan mencari tahu berapa jumlah dosis asprin untuk di konsumsi (Fauzi, 2014).
g. Memeriksa kadar gula darah
Dengan memeriksa kadar gula darah dan tetao menjaganya normal,
mengurangi resiko kerusakan pada mata, pebuluh darah, saraf dan ginjal (Fauzi,
2014).
h. Penanganan stress
Stres meningkatkan produksi hormon yang dapat memblokir efek dari insulin
menyebabkan kadar gula darah akan meningkat. Jika sedang stres maka akan sulit
untuk merawat diri sendiri, stres yang berkepanjangan menyebabkan depresi
karena itu penangan stress yang baik sangat dibutuhkan (Fauzi, 2014).
DAFTAR PUSTAKA

Altobelli, E., Angeletti, P. M., Petrocelli, V. F. P., & Reimondo, A. (2020). Lifestyle
risk factors for type 2 diabetes mellitus and national diabetes care systems in
european countries. Nutrients, 1–14. https://doi.org/10.3390/nu12092806
Aryndra, R., Kabosu, S., Adu, A. A., Andolita, I., Hinga, T., Studi, P., & Kesehatan, I.
(2019). Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe Dua di RS Bhayangkara
Kota Kupang. Timorese Journal of Public Health, 1(1), 11–23. Retrieved from
//ojsfkmundana.science/index.php/t/notification%0AFaktor
Awwalia, A. A. & E. S. (2018). Studi prevalensi resiko diabetes melitus pada remaha
usia 15-20 tahun di kabupaten Siduarjo. Medical and Health Science Journal, 2,
19–22.
Fauzi, I. (2014). Buku pintar deteksi dini gejala & pengobatan asam urat, diabetes &
hipertensi. (Adhom M K, Ed.) (Pertama). Yogyakarta: Araska.
Manurung, N. (2018). Keperawatan medikal bedah konsep, mind mapping dan nand nic
noc solusi cerdas lulus ukom bidang keperawatan. (A. W. A. & Ari, Ed.)
(Pertama). Jakarta: CV Trans Info Media.
Nuari, N. A. (2017). Strategi manajemen edukasi pasien diabetes mellitus. (D. S.
Santoso, Ed.) (Pertama). Yogyakarta: cv budi utama.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda NIC-NOC. (B. & O. Yudha, Ed.) (pertama).
Yogyakarta: Mediaction.
Pulungan, A. B., Annisa, D., Imada, S., Kedokteran, F., Indonesia, U., Pulungan, A. B.,
… Imada, S. (2019). Diabetes Melitus Tipe-1 pada Anak : Situasi di Indonesia dan
Tata Laksana. Sari Pediatri, 20(6), 393.
Qifti, F., & Yetti, H. M. & H. (2020). Karakteristik Remaja SMA dengan Faktor Risiko
Diabetes Melitus di. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 20(2), 560–563.
https://doi.org/10.33087/jiubj.v20i2.950
Rachmawani, N. R., & Oktarlina, R. Z. (2017). Khasiat Pemberian Buncis ( Phaseolus
vulgaris L .) sebagai Terapi Alternatif Diabetes Melitus Tipe 2 The Effect of Beans
( Phaseolus vulgaris L .) as Alternative Therapy Of Type 2 Diabetes Mellitus, 6,
71–76.
Susanti, D. N. B. (2018). Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pada
Penderita Diabetes Mellitus. Jurnal Kesehatan Vokasional, 3(1), 29–34. Retrieved
from http://journal.ugm.ac.id/jkesvo%0AHubungan
Toruan, P. L. (2012). Fat-loss not weight-loss for diabetes sakit tapi sehat. (L. AM, Ed.)
(Pertama). jakarta Selatan: Transmedia.

Anda mungkin juga menyukai