Anda di halaman 1dari 18

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

DIABETES MELITUS (DM)

TAHUN 2024

Pokok Bahasan : Diabetes Melitus (DM)

Sub Pokok Bahasan : Diabetes Melitus (DM)

Sasaran : Orang tua dan Anak

Tempat :R

Waktu : 10.00

Pengajar :

I. Tujuan Instruksional Umum ( TIU )


Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit diharapkan sasaran
dapat menjelaskan kembali tentang Diabetes Melitus (DM).

II. Tujuan Instruksional Khusus ( TIK )


Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit diharapkan sasaran
memahami tentang:
A. Pengertian diabetes melitus (DM)..
B. Etiologi diabetes melitus (DM)
C. Tanda dan gejala diabetes melitus (DM)
D. Pemeriksaan penunjang diabetes melitus (DM)
E. Penatalaksanaan diabetes melitus (DM)
F. Komplikasi diabetes melitus (DM)
G. Faktor risiko diabetes melitus (DM)
H. Pencegahan dan deteksi dini diabetes melitus (DM)
I. Aktivitas dan latihan fisik pada diabetes melitus (DM)
J. Manajemen diet pada diabetes melitus (DM)
K. Manajemen stres pada diabetes melitus (DM)

III. METODE
Metode yang digunakan adalah ceramah dan tanya jawab

IV. MEDIA PENYULUHAN


A. Leaflet

V. MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian diabetes melitus (DM)..
B. Etiologi diabetes melitus (DM)
C. Tanda dan gejala diabetes melitus (DM)
D. Pemeriksaan penunjang diabetes melitus (DM)
E. Penatalaksanaan diabetes melitus (DM)
F. Komplikasi diabetes melitus (DM)
G. Faktor risiko diabetes melitus (DM)
H. Pencegahan dan deteksi dini diabetes melitus (DM)
I. Aktivitas dan latihan fisik pada diabetes melitus (DM)
J. Manajemen diet pada diabetes melitus (DM)
K. Manajemen stres pada diabetes melitus (DM)

VI. KEGIATAN
No Kegiatan Penyuluh Penanggung Peserta
Jawab
1 Pembukaan a. Memberi salam pembuka Perawat Menjawab
(3 Menit) b. Memperkenalkan diri puskesmas salam.
c. Menjelaskan pokok Mendengarkan
bahasan dan tujuan
penyuluhan
d. Memberikan leaflet
2 Penyuluhan a. Memberikan penjelasan Perawat Keluarga
(10 Menit) tentang pengertian diabetes puskesmas menyimak
melitus (DM).
b. Memberikan penjelasan
tentang Etiologi diabetes
melitus (DM).

c. Memberikan penjelasan
tentang Tanda dan gejala
diabetes melitus (DM).

d. Memberikan penjelasan
tentang Pemeriksaan
penunjang diabetes melitus
(DM).
e. Memberikan penjelasan
tentang Penatalaksanaan
diabetes melitus (DM).
f. Memberikan penjelasan
tentang Komplikasi
diabetes melitus (DM).
g. Memberikan penjelasan
tentang Faktor risiko
diabetes melitus (DM).
h. Memberikan penjelasan
tentang Pencegahan dan
deteksi dini diabetes
melitus (DM).
i. Memberikan penjelasan
tentang Aktivitas dan
latihan fisik pada diabetes
melitus (DM).
j. Memberikan penjelasan
tentang Manajemen diet
pada diabetes melitus (DM)
k. Memberikan penjelasan
tentang Manajemen stres
pada diabetes melitus
(DM).
3 Penutup (2 a. Melakukan evaluasi Perawat Menjawab
Menit ) b. Menyimpulkan materi puskesmas pertanyaan;
penyuluhan Menyimak;
c. Mengucapkan salam kesimpulan
penutup Menjawab
salam.

VII. EVALUASI
Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman sasaran setelah diberikan
penyuluhan selama 15 menit diberikan pertanyaan :
A. Jelaskan secara singkat Pengertian diabetes melitus (DM)?
B. Jelaskan secara singkat Etiologi diabetes melitus (DM)?
C. Sebutkan Tanda dan gejala diabetes melitus (DM)?
D. Sebutkan Pemeriksaan penunjang diabetes melitus (DM)?
E. Sebutkan Penatalaksanaan diabetes melitus (DM)?
F. Sebukan Komplikasi diabetes melitus (DM)
G. Sebutkan Faktor risiko diabetes melitus (DM)
H. Pencegahan dan deteksi dini diabetes melitus (DM)
I. Jelaskan Aktivitas dan latihan fisik pada diabetes melitus (DM)
J. Jelaskan Manajemen diet pada diabetes melitus (DM)
K. Manajemen Stres pada diabetes melitus (DM)

LAMPIRAN MATERI

KONSEP DIABETES MELITUS (DM)

A. PENGERTIAN DIABETES MELITUS (DM)


Diabetes Melitus termasuk suatu penyakit yang merupakan
indung atau inangnya dari segala penyakit yang ada di dalam tubuh
manusia pada umumnya. Diabetes Mellitus bisa mengakibatkan
berbagai jenis penyakit lainnya. Komplikasi penyakit ini bisa
timbul dari kepala hingga kaki, mulai dari penyakit jantung dan
stroke, gagal ginjal yang menyengsarakan, hingga infeksi terutama
pada kaki yang bisa berlanjut pada amputasi dan semua pada
akhirnya bisa merengut nyawa (Gunawan A.W, 2020). Diabetes
mellitus termasuk penyakit kronis yang serius, dimana kondisi
pancreas tidak mampu memanifestasikan insulin dalam tubuh,
tetapi dapat juga terjadi apabila tubuh sedang tidak efektif dalam
menggunakan insulin yang dihasilkan (Senja & Prasetyo, 2019)
Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit
degeneratif yang tidak menular dan diprediksi jumlahnya akan
terus meningkat setiap tahunnya sehingga dianggap sebagai
ancaman utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. Data WHO
menunjukkan bahwa sekitar 422 juta orang di dunia menderita
DM, dimana sebagian besar merupakan negara dengan penduduk
berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2021). Menurut
Internasional of Diabetic Federation (IDF) bahwa tingkat
prevalensi global penderita DM akan terus meningkat sebesar 8,3%
dari keseluruhan penduduk di dunia dan mengalami peningkatan
menjadi 387 juta kasus (Suyono, 2014). IDF pada tahun 2019
menempatkan Indonesia sebagai negara peringkat keenam dalam
jumlah penderita DM yang mencapai 10,3 juta dan diprediksi
mengalami kenaikan menjadi 13,7 juta pada tahun 2030.
B. ETIOLOGI DIABETES MELITUS (DM)
Menurut American Diabetes Association (2021), diabetes
mellitus terjadi karena organ pankreas tidak mampu memproduksi
hormon insulin sesuai dengan kebutuhan tubuh. Di bawah ini
beberapa etiologi/sebab sehingga organ pankreas tidak mampu
memproduksi insulin berdasarkan tipe/klasifikasi penyakit diabetes
mellitus tersebut:
a. Diabetes mellitus tipe I
Diabetes tipe 1 atau IDDM (Insulin Dependent Diabetes Millitus)
sangat tergantung pada insulin. Disebabkan oleh kerusakan sel beta
pankreas sehingga tubuh tidak dapat memproduksi insulin alami
untuk mengontrol kadar glukosa darah. Faktor penyebabnya antara
lain:
1) Faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau
Langerhans dan insulin endogen
2) Faktor lingkungan
Penyelidikan juga sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktor-
faktor eksternal yang dapat memicu dekstruksi sel beta. Sebagai
contoh hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau
toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
dekstruksi (hilangnya) sel beta. Virus penyebab DM adalah
Rubela, Mumps, dan Human coxsackievirus B4. Melalui
mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan
destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang
melalui reaksi autoimunitas yang menyebabkan hilangnya
autoimun (aktivasi limfosit T reaktif terhadap antigen sel pulau
kecil) dalam sel beta.
b. Diabetes mellitus tipe II
Diabetes tipe 2 atau NIDDM (Non-Insulin Dependent Diabetes
Millitus) tidak tergantung insulin. Disebabkan oleh gangguan
metabolisme dan penurunan fungsi hormon insulin dalam
mengontrol kadar glukosa darah dan hal ini bisa terjadi karena
faktor genetik dan juga dipicu oleh pola hidup yang tidak sehat.
Selain itu tedapat pula faktor risiko tertentu yang berhubungan
dengan proses terjadinya diabetes tipe 2. Faktor-faktor ini adalah :
1) Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun.
2) Obesitas
Orang yang mengalami obesitas, tubuhnya memiliki kadar lemak
yang tinggi atau berlebihan sehingga jumlah cadangan
energydalam tubuhnya banyak begitupun dengan yang tersimpan
dalam hati dalam bentuk glikogen. Insulin merupakan hormon
yang bertugas untuk menurunkan kadar glukosa dalam darah
mengalami penurunan fungsi akibat dari kerja kerasnya dalam
melakukan tugas sebagai pendistribusian glukosa sekaligus
pengkompensasi dari peningkatan glukosa darah, sehingga
menyebabkan resistensi insulin dan berdampak terjadinya DM tipe
2.
3) Riwayat keluarga
c. Diabetes mellitus gestasional
Diabetes gestational terjadi karena kelainan yang dipicu oleh
kehamilan, diperkirakan karena terjadinya perubahan pada
metabolisme glukosa (hiperglikemia akibat sekresi hormone-
hormon plasenta). Teori yang lain mengatakan bahwa diabetes tipe
2 ini disebut sebagai “unmasked” atau baru ditemukan saat hamil
dan patut dicurigai pada wanita yang memiliki ciri gemuk, riwayat
keluarga diabetes, riwayat melahirkan bayi > 4 kg, riwayat bayi
lahir mati, dan riwayat abortus berulang.
d. Diabetes tipe lain
Ada diabetes yang tidak termasuk kelompok diatas, yaitu diabetes
yang terjadi sekunder atau akibat penyakit lain, yang mengganggu
produksi insulin atau mempengaruhi kerja insulin, seperti radang
pankreas (pankreatitis), gangguan kelenjar adrenal atau hipofisis,
penggunaan hormon kortikosteroid, pemakaian beberapa obat
antihipertensi atau antikolesterol, malnutrisi atau infeksi. Demikian
juga pasien stroke, pasien infeksi berat, penderita yang dirawat
dengan berbagai keadaan kritis, akhirnya memicu kenaikan gula
darah dan menjadi penderita diabetes.
C. TANDA DAN GEJALA DIABETES MELITUS(DM)
Menurut Purwanto (2016), tanda gejala yang khas dialami
oleh pasien DM disebut TRIAS DM yaitu poliuria (sering BAK),
polidipsia (mudah haus) dan poliphagia (mudah lapar) serta
beberapa tanda gejala lainnya yaitu:
a. Poliuria
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui
membrane dalam sel menyebabkan hiperglikemia sehingga serum
plasma meningkat atau hiperosmolariti menyebabkan cairan
intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau cairan intravaskuler, aliran
darah keginjal meningkat sebagai akibat dari hiperosmolariti dan
akibatnya akan terjadi diuresis osmotic (poliuria).
b. Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam
vaskuler menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga
efeknya adalah dehidrasi sel akibat dari dehidrasi sel mulut
menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan seseorang
haus terus dan ingin selalu minum (polidipsia).
c. Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari
menurunnya kadar insulin maka produksi energi menurun,
penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar. Maka reaksi yang
terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan (poliphagia).
d. Penurunan berat badan

Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka


sel kekurangancairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme,
akibat dari itu maka sel akan menciut, sehingga seluruh jaringan
terutama otot mengalami atrofi dan penurunan secara otomatis.
e. Malaise atau kelemahan.
f. Kesemutan pada ekstremitas.
g. Ketoasidosis & penurunan kesadaran bila berat.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG DIABETES MELITUS
(DM)
Menurut Purwanto (2016), untuk mengetahui apakah
seseorang mengalami diabetes melitus, maka akan dilakukan
beberapa pemeriksaan diagnostik yang meliputi:
a. Gula darah meningkat
Kriteria diagnostik menurut WHO untuk diabetes mellitus:
1) Glukosa plasma sewaktu/random : > 200 mg/dL (11,1 mmol/L).
2) Glukosa plasma puasa/nuchter : > 140 mg/dL (7,8 mmol/L).
3) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian
setelah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial) : >
200 mg/dL.
b. Tes toleransi glukosa
Pada tes toleransi glukosa oral pasien mengkonsumsi
makanan tinggi karbohidrat (150-300gr) selama 3 hari sebelum tes
dilakukan, sesudah berpuasa pada malam hari keesokan harinya
sampel darah diambil, kemudian karbohidrat sebanyak 75 gr
diberikan pada pasien.
1) Aseton plasma (aseton) : positif secara mencolok.
2) Osmolaritas serum : meningkat <330 m osm/lt.
3) Gas darah arteri pH rendah dan penurunan HCO3 (asidosis
metabolik).
4) Alkalosis respiratorik.
5) Trombosit darah : mungkin meningkat/ dehidrasi, leukositosis,
hemokonsentrasi, menunjukkan respon terhadap stres/infeksi.
6) Ureum/ kreatinin : mungkin meningkat,/ normal lochidrasi/
penurunan fungsi ginjal.
7) Amilase darah : mungkin meningkat.
8) Insulin darah : mungkin menurun sampai tidak ada (pada tipe 1),
normal sampai meningkat pada tipe 2 yang mengindikasikan
insufisiensi insulin.
9) Peningkatan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormon tiroid
dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan insulin.
10) Urine : gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolaritas
mungkin meningkat.
11) Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada
saluran kemih, infeksi pada luka.
c. HbA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk
memperoleh kadar gula darah yang sesungguhnya karena pasien
tidak dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3 bulan. HBA1c
menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang
normal antara 4 - 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan
bahwa orang tersebut menderita DM dan beresiko terjadinya
komplikasi.
E. PENATALAKSANAAN DIABETES MELITUS (DM)
Penderita diabetes mellitus sebaiknya melaksanakan 5 pilar
pengelolaan diabetes mellitus yaitu edukasi, terapi gizi medis,
latihan jasmani, dan intervensi farmakologis dan pemantauan kadar
gula darah (Rokhman & Supriati, 2018).
Terapi yang efektif bagi semua tipe penderita DM akan
mengoptimalkan kontrol glukosa darah dan mengurangi
komplikasi meliputi terapi non medis dan medis:
a. Non medis
1) Manajemen diet
Rencana diet yang dimaksudkan untuk mencapai dan
mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid mendekati normal
dan mempertahankan berat badan dalam batas-batas normal atau
10% dari berat badan idaman, mencegah komplikasi akut dan
kronik. Selain itu penatalaksanaan nutrisi dimulai dari menilai
kondisi gizi dengan menghitung indeks masa tubuh (IMT) BB
(kg) / TB (m) untuk melihat apakah penderita DM mengalami
kegemukan atau obesitas, normalnya IMT pada orang dewasa
antara 18-25 kg/m2
2) Latihan fisik (olahraga)
Bertujuan mengaktifasi insulin dan reseptor insulin di
membran plasma sehingga dapat menurunkan kadar glukosa darah.
Memperbaiki pemakaian insulin dan sirkulasi dalam darah, tonus
otot, mengubah kadar lemak darah sebagai peningkatan kadar HDL
kolestrol dan menurunkan kolestrol total serta trigliserida.
3) Pemantauan kadar gula darah
Pemantauan kadar gula secara mandiri atau self monitoring
blood glucose (SMBG) sebagai deteksi dini dan mencegah
hiperglikemia atau hipoglikemia untuk mengurangi komplikasi
jangka panjang.
4) Penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit (PKMRS)
Merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada
penderita DM, melalui bermacam- macam cara.
b. Medis
1) Penanganan DM tipe I :
a) Terapi sulih insulin, perencanaan makanan dan latihan fisik
(bentuk terapi insulin yang mutakhir melliputi penyuntikan
preparat mixed insulin, splitmixed,dan penyuntikan insulin reguler
(RI) lebih dari satu kali per hari serta penyuntikan insulin subkutan
yang kontinu).
b) Transplantasi pankreas (yang kini menentukan terapi
imunosupresi yang lama)
2) Penanganan DM tipe 2 meliputi:

Obat antidiabetik oral untuk menstimulasi produksi insulin


endogen meningkatkan sensitivitas terhadap insulin pada tingkat
seluler, menekan glukoendogenesa pada hepar, dan memperlambat
absorbsi karbohidrat dalam traktus GI (dapat digunakan kombinasi
obat-obatan tersebut). Obat-obatan yang dapat dikonsumsi bagi
penderita diabetes mellitus antara lain glimepiride dan metformin.
F. KOMPLIKASI DIABETES MELITUS (DM)
Menurut Mustika (2019), komplikasi yang dapat
ditimbulkan oleh diabetes mellitus antara lain:
a. Penyakit jantung
Makroangiopati diabetik mempunyai gambaran
histopatologis berupa aterosklerosis. Gangguan-gangguan biokimia
yang ditimbulkan akibat insufisiensi insulin berupa:
1) Penimbunan sorbitol dalam intima vaskuler,
2) Hiperlipoproteinemia dan,
3) Kelainan pembekuan darah. Pada akhirnya makroangiopati
diabetik ini akan mengakibatkan penyumbatan vaskuler.
b. Gagal ginjal
Terjadi akibat hipoksia yang berkaitan dengan diabetes
jangka panjang, glomerulus, seperti sebagian besar kapiler lainnya,
menebal. Terjadi hipertropi ginjal akibat peningkatan kerja yang
harus dilakukan oleh ginjal pengidap diabetes mellitus kronik
untuk menyerap ulang glukosa.
c. Retinopati
Ancaman paling serius terhadap penglihatan adalah
retinopati. Retina adalah jaringan yang sangat aktif bermetabolisme
dan pada hipoksia kronik akan mengalami kerusakan secara
progresif.
d. Stroke
Diabetes mellitus dapat menyebabkan stroke iskemik
karena terbentuknya plak aterosklerotik pada dinding pembuluh
darah yang disebabkan oleh gangguan metabolisme glukosa
sistemik. Diabetes mellitus mempercepat kejadian aterosklerosis
(penimbunan plak lemak, kolesterol, dan zat laindalam dinding
pembuluh darah) baik pada pembuluh darah kecil maupun
pembuluh darah besar di seluruh pembuluh darah, termasuk
pembuluh darah otak.
e. Impotensi
Impotensi disebabkan pembuluh darah mengalami
kebocoran sehingga penis tidak bisa ereksi. Impotensi pada
penderita diabetes juga bisa disebabkan oleh faktor psikologis.
f. Luka gangren (luka yang lama sembuh dan cenderung
membusuk) yang harus di amputasi, infeksi kaki mudah timbul
pada penderita diabetes kronis dan dikenal sebagai penyulit
gangren atau ulkus. Jika dibiarkan, infeksi akan mengakibatkan
pembusukan pada bagian luka karena tidak mendapat aliran darah.
Pasalnya, pembuluh darah penderita diabetes banyak tersumbat
atau menyempit. Jika luka membusuk, mau tidak mau bagian yang
terinfeksi harus diamputasi.
G. FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS (DM)
Faktor-faktor risiko diabetes melitus (DM), faktor yang
dapat diubah menurut (kemenkes, 2019)
1. Kegemukan (Berat badan lebih /IMT > 23 kg/m2) dan Lingkar
Perut (Pria > 90 cm dan Perempuan > 80cm)
2. Kurang aktivitas fisik
3. Dislipidemia (Kolesterol HDL ≤ 35 mg/dl, trigliserida ≥250
mg/dl
4. Riwayat penyakit jantung
5. Hipertensi/ Tekanan darah Tinggi (> 140/90 mmHg)
B. PENCEGAHAN DAN DETEKSI DINI PENYAKIT
DIABETES MELITUS (DM)
Diabetes Melitus adalah gangguan metabolisme yang
secara genetik dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi
berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Jika telah berkembang
penuh secara klinis maka diabetes melitus ditandai dengan
hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis dan penyakit
vaskular mikroangiopati (Guyton & Hall, 2016). Diabetes Melitus
telah menjadi masalah kesehatan dunia. Angka prevalensi dan
insidensi penyakit diabetes melitus meningkat secara drastis di
seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia.
World Health Organization (WHO) (2019) menyatakan tipe
diabetes yang paling sering terjadi adalah Diabetes Mellitus tipe 2
dan kejadiannya meningkat secara drastis di negara dengan
pendapatan rendah. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi
adanya peningkatan jumlah penyandang Diabetes Melitus tipe 2
yang menjadi salah satu ancaman kesehatan global. Meningkatnya
prevalensi diabetes melitus di wilayah Indonesia tentu saja harus
dicegah. Salah satu cara mencegahnya adalah dengan mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit diabetes
melitus di masyarakat.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya menyatakan bahwa sosiodemografi, faktor perilaku
dan gaya hidup serta keadaan klinis atau mental berpengaruh
terhadap kejadian diabetes melitus (Nugraheni, Inayatur, Iva, 2020)
Peningkatan prevalensi penyakit diabetes melitus ini.
I. AKTIFITAS DAN LATIHAN FISIK PADA DIABETES
MELITUS (DM)
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit gangguan
metabolisme glukosa sebagai akibat gangguan produksi insulin,
kerja insulin atau kedua duanya.(Soelistijo, 2021). Diabetes adalah
salah salah satu penyebab kematian di dunia. Penyebab kematian
pada pasien diabetes berasal dari komplikasi yang menyertai
penyakit diabetes tersebut (Standards of medical care ,and
Diabetes, 2014).
Diabetes mellitus merupakan salah satu prioritas dari 4
(empat) penyakit tidak menular yang menjadi perhatian penting di
dunia.(Rochmawati, Hayuningsih S and EL, Fary V, Kusmintarti
A, 2021).
Riskesdas tahun 2013 menunjukan bahwa beberapa faktor
risiko penyakit diabetes mellitus adalah faktor risiko gaya hidup
atau perilaku seperti : merokok, kurang aktivitas fisik serta kurang
mengkonsumsi sayur dan buah. (Kemenkes RI, 2013).
Aktivitas fisik umumnya diartikan sebagai gerak tubuh
yang ditimbulkan oleh otot-otot skeletal dan mengakibatkan
pengeluaran energy. Aktivitas fisik merupakan bentuk perilaku,
sedangkan pengeluaran energy merupakan hasil dari sebuah
perilaku. Saat melakukan aktifitas fisik, otot menggunakan glukosa
yang disimpan sehingga glukosa tersebut berkurang misalnya Jalan
kaki. (Gibney, M.J., Margetts B.M. and J.M., 2005)
J. MANAJEMEN DIET PADA PENYAKIT DIABETES
MELITUS DM
Diabetes merupakan gangguan metabolik yang ditandai
dengan adanya hiperglikemia kronik dan gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein akibat kerusakan sekresi insulin,
kerja insulin, atau keduanya. Seiring waktu, Diabetes
menyebabkan kerusakan serius pada jantung, pembuluh darah,
mata, ginjal, dan saraf. Yang paling umum adalah diabetes tipe 2,
biasanya pada orang dewasa, yang terjadi ketika tubuh menjadi
resisten terhadap insulin atau tidak menghasilkan cukup insulin
(Webster-Gandy, 2020).
Dalam 3 dekade terakhir prevalensi diabetes tipe 2 telah
meningkat secara dramatis di negara-negara dari semua tingkat
pendapatan. Diabetes tipe 1, dulu dikenal sebagai juvenile diabetes
atau insulin-dependent diabetes, adalah kondisi kronis di mana
pankreas memproduksi sedikit atau tidak menghasilkan insulin
dengan sendirinya. Bagi penderita diabetes, akses ke pengobatan
yang terjangkau, termasuk insulin, sangat penting untuk
kelangsungan hidup mereka (World Health Organization, 2022).
Di seluruh dunia, diperkirakan 170 juta orang menderita
diabetes pada tahun 2000, dan angka ini akan meningkat sekitar
366 juta jiwa pada tahun 2030. Diantara negara-negara yang
memiliki angka penyandang diabetes paling tinggi adalah India,
Cina, Amerika Serikat, Indonesia, dan Jepang
K. MANAJEMEN STRESS PADA PENYAKIT DIABETES
MELITUS DM
Data World Health Organization (WHO) menunjukkan
bahwa sekitar 422 juta orang di dunia menderita DM, dimana
sebagian besar merupakan negara dengan penduduk
berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2021). Untuk
prevalensi DM di Indonesia, data menunjukkan bahwa Indonesia
menduduki peringkat ke-7 terbanyak di dunia dengan jumlah 19,47
juta orang . Selanjutnya menurut Hasil Riset Kesehatan Dasar
menyatakan bahwa berdasarkan kategori diagnosis dokter pada
penduduk umur ≥ 15 tahun sebesar 1,5% pada tahun 2013 dan
meningkat 2% pada tahun 2018 termasuk prevalensi DM
berdasarkan hasil pemeriksaan gula darah pada tahun 2013
sejumlah 6,9% dan meningkat menjadi 8,5% pada tahun 2018
(Kemenkes, 2018).
Stres yang berlangsung dalam waktu lama dapat
mengganggu kinerja seluruh sistem imunitas yang melibatkan
imunitas alami, imunitas humoral dan imunitas seluler. Stres yang
dialami akan memodulasi sistem imun melalui jalur HPA
(Hypothalamic-Pituitary Adrenocortical) axis dan sistem limbik
(mengatur emosi dan learning process). Kondisi stres tersebut akan
menstimulasi hipotalamus untuk mensekresi neuropeptida yang
nantinya akan mengaktivasi ANS (Autonomic Nerve System) dan
hipofisis untuk melepaskan kortikosteroid dan katekolamin yang
merupakan hormon-hormon yang bereaksi terhadap kondisi stres.
Peningkatan kadar glukokortikoid akan mengganggu sistem
imunitas.

DAFTAR PUSTAKA

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1340/faktor-yang-
mempengaruhi-pertumbuhan-dan-perkembangan-anak

Anda mungkin juga menyukai