DISUSUN OLEH:
Fitriana Rovi Auliarahmi
2111312014
Kelompok B Kelas A2 2021
B. Etiologi
Berbagai mekanisme yang memieu timbulnya frozen shoulder ada 2 yaitu frozen
shoulder primer dan frozen shoulder sekunder. Frozen shoulder primer adalah belum
diketahui secara pasti, sedangkan frozen shoulder sekunder adalah terdapat beberapa
faktor risiko. Faktor risiko frozen shoulder adalah (Wisnu. K, 2017):
C. Patofisiologi
Perubahan patologi yang merupakan respon terhadap rusaknya jaringan lokal berupa
inflamasi pada membrane synovial, menyebabkan perlengketan pada kapsul sendi dan
meningkatkan pengentalan cairan synovial pada sendi glenohumeral dan juga kapsul
sendi glenohumeral menjadi menyempit. Frozen shoulder atau sering juga disebut
capsulitis adhesive umumnya akan melewati proses yang terdiri dari beberapa fase yaitu
(Asih. S, 2020):
1. Fase nyeri (Painfull): berlangsung antara 0-3 bulan. Pasien akan mengalami nyeri
secara spontan yang sering kali parah dan menganggu tidur. Pasien juga takut
untuk mengerakan bahu sehingga menambah kekakuan. Pada fase ini , volume
kapsul glenohumeral secara signifikan berkurang.
2. Fase kaku (Freezing): berlangsung antara 2-9 bulan. Fase ini ditandai dengan
hyperplasia synovial pada sendi glenohumeral, rasa sakit sering kali dikuti dengan
fase kaku.
3. Fase beku (Frozen): berlangsung sampai 4-12 bulan. Difase ini patofisiologi
synovial mulai mereda/membaik dan kapsul sendi. Pasien mengalami keterbatasan
lingkup gerak sendi dalam pola kapsuler yaitu rotasi eksternal paling terbatas,
dikuti gerakan abduksi dan endorotasi.
4. Fase mencair (Trawing phase): berlangsung antara 2-24 bulan. Fase akhir ini
digambarkan sebagai bahu kembali atau mendekati normal
D. Manifestasi Klinis
1. Nyeri
Nyeri menurut IASP (Internastional Assosiation for the Study of Pain) adalah
pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan
jaringan atau yang cenderung merusak jaringan, atau seperti yang dimaksud dengan
kata kerusakan jaringan (Wahyuningtyas. S. J, 2015). Dari definisi diatas nyeri terdiri
dari dua komponen utama, yaitu sensorik (fisik) dan emosional (psikologik).
Komponen sensorik merupakan mekanisme neurofisiologi yang menerjemahkan
sinyal nosiseptor menjadi informasi tentang nyeri (durasi, intensitas, lokasi, dan
kualitas rangsangan). Sedangkan komponen emosional adalah komponen yang
menentukan berat ringannya individu merasa tidak nyaman, dapat mengawali kelainan
emosi seperti cemas dan depresi jika menjadi nyeri kronik (Wahyuningtyas. S. J,
2015).
2. Keterbatasan Range Of Mation (ROM)
Range of motion (ROM) adalah besarnya suatu gerakan yang terjadi pada suatu
sendi. Posisi awal untuk mengukur semua ROM kecuali rotasi adalah posisi anatomis.
Teknik ini memungkinkan terjadinya kontraksi dan peregangan pada otot untuk
menggerakkan masing- masing sendi secara penuh, sesuai gerakan yang normal baik
secara aktif maupun pasif (Suharti et al, 2018). Keterbatasan gerak menunjukkan pola
spesifik dan kapsular. Menggunakan alat goniometer tersebut untuk menggukur
gerakan pada sendi bahu misalnya fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, eksorotasi dan
endorotasi (Suharti et al, 2018).
3. Gangguan aktivitas fungsi
Adanya tanda dan gejala klinis yang ditemukan pada pasien frozen shoulder seperti
adanya nyeri, keterbatasan ROM, spasme otot, dan kemampuan fungsional (Suharti et
al, 2018). Kemampuan fungsional pada saat di rumah yaitu mencuci rambut,
menggosok punggung saat mandi, memakai dan melepas kaos dalam atau baju,
memakai kemeja berkancing dibelakang, memakai celana, mengambil benda diatas,
mengangkat benda berat (Arifin, 2018).
F. Penatalaksanaan Medis
Frozen shoulder adalah kondisi yang bisa sembuh dengan sendirinya, namun
memerlukan waktu bertahun-tahun hingga penderita dapat pulih sepenuhnya. Karena itu,
penderita tetap membutuhkan pemeriksaan dan pengobatan rutin dari dokter. Tujuan
pengobatan frozen shoulder adalah untuk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan sendi
bahu, sehingga dapat mengembalikan kemampuan gerak bahu dan meningkatkan kualitas
hidup. Adapun beberapa pengobatan yang dapat diberikan kepada penderita frozen
shoulder adalah sebagai berikut:
1. Farmakologi (Obat-obatan)
Dokter akan meresepkan obat pereda nyeri, contohnya seperti parasetamol dan
ibuprofen. Namun, jika tak kunjung membaik, dokter dapat mengganti obat pereda
nyeri dengan jenis obat yang berbeda atau memberikan suntikan kortikosteroid
pada area bahu yang sakit.
2. Fisioterapi
Fisioterapi adalah pengobatan yang bertujuan untuk mengembalikan rentang
gerak bahu dan lengan semaksimal mungkin. Pasien harus konsisten dalam
menjalani pengobatan ini agar hasilnya bisa obtimal.
3. Manipulasi sendi bahu
Prosedur ini melibatkan pengobatan bius total (anestesi umum) ke pasien
terlebih dahulu. Kemudian saat pasien tertidur, bahu pasien digerakkan ke berbagai
arah agar jaringan kapsul sendi yang menegang menjadi lebih lemas.
4. Artroskopi
Dilakukan dengan membuat sayatan di sekitar sendi bahu untuk memasukkan
alat kecil yang dilengkapi kamera (artroskopi). Prosedur ini bertujuan untuk
menghilangkan jaringan yang mengeras dan melekat di dalam sendi bahu.
5. Hydrodilatation
Dilakukan dengan menyuntikan air steril yang dicampur dengan kortikosteroid
ke dalam kapsul sendi. Prosedur ini dapat membantu meregangkan jaringan kapsul
sendi bahu dan memudahkan pergerakan sendi. Namun, sebelum itu, pasien akan
diberikan bius lokal di area bahu terlebih dahulu. Hal ini kadang-kadang
dikombinasikan dengan suntikan steroid
6. Suntikan steroid
Menyuntikkan kortikosteroid ke dalam sendi bahu dapat membantu mengurangi
rasa sakit dan meningkatkan mobilitas bahu, terutama jika diberikan segera setelah
bahu beku dimulai.
G. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS)
TENS merupakan suatu cara penggunaan energi listrik untuk merangsang sistem
saraf melalui permukaan kulit. Dalam kasus ini menggunakan metode umum dimana
pemasangan elektroda pada atau sekitar nyeri. Cara ini merupakan cara yang paling
mudal dan paling sering digunakan sebab metode ini dapat langsung diterapkan pada
daerah nyeri tanpa memperhatikan karakter nyeri ataupun letak yang paling optimal
yang hubungannya dengan jaringan penyebab nyeri
2. Micro Wave Diatermy (MWD)
Pengurangan rasa nyeri dapat diperoleh melalui efek stressor yang menghasilkan
panas Juga melalui mekanisme rociceptor, pada cedera jaringan dihasilkan produk-
produk yan merangsang nociceptor seperti prostaglandin dan histamin. Apabila
produk-produ tersebut dihilangkan, maka rangsangan terhadap nociceptor akan hilang
ata berkurane
3. Terapi Manipulasi
Terapi manipulasi adalah Terapi menggunakan gerakan pasif dengan syarat
gerakan pasif tersebut dapat menghilangkan kekakuan sendi. Gerakan pasif yang
digerakkan dengan tiba- tiba, amplitude kecil dan kecepatan yang tinggi, sehingga
pasien tidak mampu menghentikan gerakan yang terjadi
4. Active exercise
Gerakan yang terjadi akibat kontraksi otot yang bersangkutan dan mendapat
bantuan dari luar. Apabila kerja otot tidak cukup untuk melakukan suatu gerakan
maka diperlukan kekuatan dari luar. Kekuatan tersebut harus diberikan dengan arah
yang sesuai
5. Shoulder Wheel
Shoulder wheel merupakan alat yang digunakan untuk membantu menambah
lingkup gerak sendi secara aktif pada pasien frozen shoulder dan dapat juga sebagai
penguatan otot-otot pada bahu.
H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul akibat frozen shoulder adalah kaku dan nyeri di bahu
yang berlangsung lama. Pada beberapa kasus, pasien bisa mengalami kaku atau nyeri
bahu sampai lebih dari 3 tahun walaupun sudah mendapatkan obat-obatan. Komplikasi
juga dapat terjadi akibat manipulasi bahu, misalnya patah tulang lengan atas atau
robekan pada otot lengan atas. (Pittara, 2023)
I. Pencegahan
Pencegahan yang bisa dilakukan adalah mengusahakan agar tangan tetap bergerak
walaupun terbatas. Jarang bergerak dapat memicu kondisi ini serta memperburuk
kondisi, terutama j sedang melalui proses pemulihan pascaoperasi yang bisa berlangsung
lama.
Terutama bagi pasien yang dalam masa pemulihan dari cedera atau operasi,
disarankan untuk selalu menggerakkan bahu agar tidak terjadi frozen shoulder. Jika sulit
menggerakkan bagian tubuh tersebut, diskusikan dengan dokter mengenai jenis gerakan
yang dapat diterapkan untuk mempertahankan jangkauan gerak bahu. Pasien stroke juga
disarankan untuk segera menjalani fisioterapi setelah serangan stroke. Hal ini untuk
mencegah terjadinya kekakuan pada sendi bahu dan sendi lain yang terdampak.
Frozen shoulder dapat dicegah dengan cara-cara berikut:
Gerakkan bahu dan lakukan olahraga secara rutin.
Jaga kadar gula darah agar selalu normal.
Lakukan peregangan jika sering bekerja menggunakan laptop.
8. Integritas ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor
stress multiple (hubungan, keuangan, pekerjaan)
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang
meledak, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), peningkatan pola bicara
9. Eliminasi
Gejala: Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi, obstruksi, riwayat penyakit
ginjal), obstruksi.
10. Makan/cairan
Gejala : Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol),mual,
muntah, perubahan berat badan (naik/ turun), riwayat penggunaan diuretik
Tanda : Berat badan normal atau obesitas. adanva oedem
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin ada dalam penyakit frozen shoulder, antara
lain:
D. Implementasi
Implementasi digunakan untuk membantu klien dalam mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan melalui penerapan rencana asuhan keperawatan dalam bentuk intervensi. Pada
tahap ini perawat harus memiliki kemampuan dalam berkomunikasi yang efektif, mampu
menciptakan hubungan saling percaya serta saling bantu, observasi sistematis, mampu
memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan dalam advokasi serta evaluasi.
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana perawatan.
Tindakan ini mncangkup tindakan mandiri dan kolaborasi.
E. Evaluasi
Penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang
diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Untuk
memudahkan perawat mengetahui atau memantau perkembangan klien, digunakan
komponen SOAP. Penggunaannya tergantung dari kebijakan setempat. Pengertian SOAP
adalah sebagai berikut:
S: Data Subjektif Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah
dilakukan tindakan keperawatan.
O: Data Objektif Data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara
langsung kepada klien, dan yang dirasakan klien setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
A: Analisis Interpretasi dari data subjektif dan objektif. Analisis merupakan suatu
masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi.
P: Planning Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,
dimodifikasi, atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang telah
ditentukan sebelumnya.
Daftar Pustaka
Achmad. A, (2019). Physical Therapy Special Test II. Makassar: Proffesuonal Physiotherapy
Publishing
Arifin, (2018). Penatalaksanaan Fisioterapi Kondisi Frozen Shoulder E.C Tendinitis Muscle
Rotator Cuff Dengan Modalitas Short Wave Diathermy, Active Resisted Exercise Dan
Codman Pendular Exercise. Journal of Materials Processing Technology, 1(1), 1–8
Asih, Sri. (2020). Studi Literatur Penanganan Fisioterapi Pada Kasus Frozen Shoulder
Dengan Modalitas Short Wave Diathermy (Swd) Dan Terapi Latihan. Diploma thesis,
Universitas Muhammadiyah Gresik.
Suharti, A., Sunandi, R., & Abdullah, F. (2018). Penatalaksanaan Fisioterapi pada Frozen
Shoulder Sinistra Terkait Hiperintensitas Labrum Posterior Superior di Rumah Sakit
Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto. 1(80), 51–65.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Defnisi dan
Indikator Diagnosis Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Defnisi dan
Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Defnisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Wahyuningtyas. S. J, (2015). Pengaruh Derajat Depresi Dengan Intensitas Nyeri Kronik.
KTI. Semarang: Universitas Kedokteran Umum
Wijayanti. P. E; Masrurun. A; & Nurseptiani. D, (2019). Gambaran Nyeri Frozen Shoulder
pada Pekerja PT . Java ATBM di Kabupaten Pemalang. 1022– 1025.
Wisnu. K, (2017). Fisik dan Rehabilitas Frozen Shoulder (Adhesive Capsulitis). Skripsi.
Surabaya: Universitas Ilmu Kedokteran. https://pdfcoffee.com/frozen-shoulder-2-pdf-
free.html
Yuniati, Shinta Pristi. (2021). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Frozen Shoulder
Sinistra Dengan Modalitas Infra Red (Ir), Transcutaneus Electrical Nerve
Stimulation (Tens), Dan Terapi Latihan Di Rsud Ibnu Sina Kabupaten
Gresik. Diploma thesis, Universitas Muhammadiyah Gresik.
Zaimsyah. F. R, (2020). Perbedaan Pengaruh Stretching Dengan Terapi Manipulasi
Terhadap Peningkatan Aktivitas Fungsional Bahu Pada Penderita Frozen Shoulder.
Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF), Volume 03 Nomor 02 Agustus 2020. 03, 30–37.