Pendahulaan
Sendi bahu merupakan bagi sendi yang memiliki rentang gerak yang besar, hal itu dapat
menyebabkan rentan terhadap dislokasi.1 Dislokasi sendi adalah sendi terjadi ketika tulang
bergeser dari posisinya pada sendi. Hal ini dapat mengakibatkan sendi bahu sulit untuk
bergerak, akibatnya aktifitas kita yang menggunakan lengan dan tangan pun terganggu. Seperti
makan, minum, mengambil barang, mengenakan pakaian, mandi, dan aktifitas sehari-hari yang
mengguanakan ekstrermitas atas. Dislokasi bahu ini sering dijumpai pada atlet-atlet olahraga.
Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi pada bahu adalah sepak bola, volly dan lainlain. Seperti kasus yang dibahas pada makalah ini, dimana seorang laki-laki berumur 20 tahun
dibawa oleh keluarganya ke UGD RS dengan keluhan nyeri pada bahu kanannya sejak 6 jam
yang lalu setelah terjatuh saat bermain sepak bola dengan posisi terjatuh menumpu pada bahu
kanannya. Pada pemeriksaan fisik, tampak penonjolan tulangdisertai udema pada bagian sendi
bahu, lengan atas terletak dalam posisi adduksi dan endorotasi, pergerakan sendi bahu sangat
terbatas, nyeri tekan.
Pembahasan
I.
Anamnesis
anamnesis yang baik disertai dengan empati merupakan seni tersendiri dalam rangkaian
pemeriksaan pasien secara keseluruhan dalam usaha untuk membuka saluran komunikasi
antara dokter dengan pasien. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (autoanamnesis) atau terhadap keluarga atau pengantarnya (alo-anamnesis) jika keadaan pasien
tidak memungkinkan untuk diwawancarai misalnya dalam keadaan gawat darurat.2
Hal-hal yang ditanyakan dokter pada pasien dalam melakukan anamnesis antara lain:
Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur, tempat tanggal lahir, alamat, pekerjaan,
pendidikan terakhir, suku bangsa dan agama. Identitas perlu ditanyakan untuk memastikan
bahwa pasien yang dihadapi adalah memang pasien yang dimaksud.2 Dalam kasus
diberitahukan seorang laki-laki berumur 20 tahun.
Nama : Bondan
Menikah : Belum
TTL
Agama
: Kristen
Umur : 20 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Pendidikan : SMA
Keluhan utama. Merupakan alasan spesifik atau keluhan yang dirasakan seseorang
sehingga ia datang ke dokter atau rumah sakit. Dalam menuliskan keluhan utama, harus disertai
dengan indicator waktu, berapa lama pasien mengalami hal tersebut.2 Dalam kasus, yang
menjadi keluhan utama adalah pasien mengeluh nyeri pada bahu kanan semenjak 6 jam.
KU
Riwayat penyakit sekarang merupakan cerita yang kronologis, terperinci dan jelas
mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien datang
berobat. Keluhan utama ditelusuri untuk menentukan penyebab, ditanya jawab diarahkan
sesuai dengan hipotesis yang dapat berubah bila jawaban pasien tidak cocok.2
RPS
: Pasien terjatuh saat bermain bola dengan menumpu pada bahu kanannya.
Belum dilakukan tindakan pada bahu pasien. Belum ada meminum obat.
: Tidak ada keluarga yang pernah mengalami kecelakaan pada bahu kanan.
terlarang,
1. Pemeriksaan Fisik
Dalam skenario pemeriksaan fisik yang dilakukan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Tekanan Darah: 120/80 mmhg
Suhu
: 360C
Nadi
: 76 permenit
Pernapasan : 17 kali permenit
Status lokalis, saat dilakukan inspeksi (look) tampak ada penonjolan tulang disertai
edema pada bagian anterior. Move (pergerakan) posisi bahu kanan adduksi dan endorotasi,
pergerakan sendi bahu terbatas. Feel (palpasi) dilakukan palpasi Nyeri tekan (+),serta teraba
tonjolan disisi anterior sendi bahu.
2. Diagnosis Kerja
Diagnosis Kerja kasus ini adalah Dislokasi Anterior Glenohumeral Joint Dextra
1. Sendi
Sendi adalah daerah tubuh tempat dua tulang menyatu. Sendi dapat bergerak bebas,
yaitu disebut sendi diartrodial dan tidak dapat bergerak yang disebut sendi sinartrodial. Pada
sendi diartrodial, dua ujung tulang tidak tersambung secara langsung, namun menyatu dalam
kapsul sendi fibrosis yang mengelilingi dan menopang sendi. Terdapat dua kapsul sendi,
lapisan luar dan lapisan membran dalam yang disebut sinovium atau membran sinovial.
Membran sinovil mensekresi cairan licin yang disebut cairan sinovial, yang melumasi sendi.
Membran sinovial juga menutupi tendon yang menghubungkan tulang dengan otot dan ligamen
yang menghubungkan tulang satu sama lain terdapat suplai vaskular yang berkembang dengan
baik pada sinovium, yang dapat rusak pada trauma sendi sehingga menyebabkan
pembengkakan, memar dan nyeri di sekitar sendi. Pada beberapa sendi, membran sinovial
3
membentuk kalung yang tertutup diluar sendi, yang disebut bursa. Bursa ditemukan di daerah
tempat tulang menyatu secara fisik, atau ketika tendon melewati tulang. Bursa juga dapat
mengalami inflamasi. Sendi yang termasuk sendi diartrodial termasuk sendi sarkoiliaka, sendi
interfalangeal, sendi panggul dan lutut, dan sendi bahu dan siku.3
Pada sendi sinartrosis, tulang menyatu dengan jaringan penyambung, kartilago, ligamen
atau tulang lain, dengan demikian, posisinya sangat terfiksasi. Contoh sendi sinartrosis adalah
sendi tulang tengkorak, iga, dan diskus intervertebralis.3
2. Sendi Bahu
Sendi bahu (articulatio glenohumeral). Sendi ini menghubungkan cavitas glenoidase
dan caput humeri. Membrana synovialis pada sendi peluru ini bersifat longgar di bagian
inferior sebagai cadangan untuk gerakan-gerakan sendi tersebut. Sendi bahu tersusun dari
cavitas glenoidase yang relatif kecil, yang berartikulasi dengan kaput humeri hemisferis yang
secara proposional lebih besar. Bahu mempunyai kisaran gerakan yang relatif besar karena
permukaan artikuler yang kecil dan massa otot yang besar ini. Gerakan bahu merupakan
kombinasi gerakan glomerulus dan skapula toraks.4,5
memegang lengan kearah tubuhnya. Secara khas pasien tampak duduk membungkuk di ruang
gawat darurat, menopang lengan yang mengalami cedera dengan tangan yang normal, lengan
yang cedera tersebut biasanya berada dalam posisi fleksi dan menjauhi dada atau sisi tubuh.
Bahu tampak datar kearah lateral dan menonjol kearah anterior. Prosesus akromion menonjol,
juga bahu tampak berhadapan.
4. Pemeriksaan Penunjang
Radiografi sendi bahu
6
Indikasi pemeriksaan sandi bahu dan fraktur, fisur, dislokasi, luksasi, dan kelainan
patologis. Agar tercapai kesesuaian hasil diagnosis dengan alasan pemeriksaan radiografi
kesesuaian hasil diagnosis dengan alasan pemeriksaan radiografi sendi bahu, maka harus
dilakukan prosedur yang benar dan tehnik yang sesuai.
Teknik radiografi sendi bahu dangan proyeksi anteroposterior
Posisi pasien berdiri atau tidur telentang. Pada posisi berdiri, pasien diatur
membelakangi kaset yang diatur vertikaldengan menggunakan standar kaset. Bagian sendi
bahu diletakan di pertengahan kaset. Posisi lengan dan tangan menghadap ke depan
(anteroposterior). Luas lapanan penyinaran dibatasi sesuai dengan besarnya organ tubuh yang
diperiksa. Film yang digunakan berukuran 18 cm 24 cm. Pusat berkas sinar horizontal tegak
lurus film, titik tuju tepat di taju korakoideus (processus coracoideus). Meminta pasien tidak
bergerak selama pemeriksaan. Faktor eksposi diberikan sesuai dengan ketebalan objek. Daerah
gonad harus dilindunggi dari bahya radiasi dengan menggunakan apron jarak fokus ke film 90
cm. Luas lapangan penyinaran dibatasi objek yang di periksa.
Pada posisi tidur terlentang, pasien berbaring di atas meja pemeriksaan. Sendi bahu
yang tidak diperiksa diganjal dengan bantal sedangkan sendi bahu yang diperiksa menempel di
atas kaset dengan posisi anteroposterior. Lengan atas, lengan bawah dan tangan lurus posisi
anteroposteriordi samping tubuh pasien. Kaset diatur horizontal pusat berkas sinar ventrikal
tegak lurus menuju taju korakoideus di pertengahan film. Kriteria yang tampak pada gambar
radiografi adalah sendi bahu dengan proyeksi anteroposterior, bagian distal tulang lengan atas
dan tunerkulum mayus.9
Pemeriksaan radiologis harus meliputi sudut anteroposterior dan lateral. Pada sudut
anteroposterior dapat ditentukan bilamana terjadi rotasi interna dan eksterna. Pada rotasi
interna dapat dilihat lesi Hills-sachs pada caput humerus posterolateral. Pada sudut lateral dapat
dilihat sublukasasi glenohumeral ataupun dislokasi, dapat juga untuk melihat bilamana terdapat
fraktur. Pada dislokasi sendi bahu anterior, kaput humerus berada dibagian depan. Ataupun
medial dan glenoid.
5. Penatalaksanaan
1. Medica mentosa
Pasien yang mengalami dislokasi anterior sendi bahu akan merasakan nyeri yang hebat
pada bahunya. Oleh karena itu, dapat diberikan obat analgesik atau NSAID untuk mengurangi
rasa nyeri dan membuat otot mengalami relaksasi.
Analgesia dan relaksasi yang mencukupi bila dicapai dengan suntikan 20 ml lindokain
1% intra artikular. Obat ini lebih unggul dibandingkan 10 mg morfin IV dan 2 mg midazolam.
Narkotika dan relaksan otot (misalnya morfin dan diazepam) dapat digunakan sebagai obat
tambahan.10
2. Medica non mentosa
Terapi harus segera karena bahu lebih lama tidak direduksi, maka lebih sulit untuk
mendapatkan reduksi karena spasme otot progresif. Reposisi harus dilakukan dengan lembut
serta biasanya diperlukan sedasi. Kadang-kadang anastesi umum diperlukan. Reposisi biasanya
dicapai dengan traksi longitudinal bertahap pada lengan dengan kontraksi yang diterapkan ke
aksila.
Metode rotasi eksterna (teknik hennipen). Pasien dalam posisi telentang lengan dalam
keadaan abduksi dan siku dalam posisi fleksi 90 derajat. Pemeriksa memegang siku di
tempatnya dan menggerakan lengan bawah pasien ke arah luar, dan melakukan rotasi eksterna
bahu. Lengan bawah tidak diberi tekanan untuk memaksakan rotasi eksterna. Jika perlu, lengan
dapat di abduksikan sambil melakukan rotasi eksternal. Reduksi biasanya terjadi dengan
tenang, tidak disadari oleh pasien. Metode ini memiliki angka komplikasi terendah.10
Sebagai alternatif reduktasi metode stimson yang dimodifikasi, Pasien dapat ditetapkan
dalam posisi tengkurap dengan lengan dibiarkan menjuntai dimeja. Digantungkan beban
(sampai 10 pon), reduksi bisanya timbul spontan dalam 15 sampai 20 menit.
Dislokasi anterior berulang lajim dtemukan pada kelompok usia yang lebih muda dan
rekontruksi bisa diperlukan.7,10Perawatan pascareduksi radiograf dilakukan untuk memastikan
pengambilan lokasi dengan baik. Lakukan inmobilisasi lengan pasien dengan balutan sling and
swathe (kain gendongan dan perban selama 6 minggu. Dislokasi berulang lazim terjadi dan
dapat memerlukan perbaikan pembedahan.10
6. Komplikasi
Komplikasi pada dislokasi anterior adalah cedera pada saraf-saraf yang berasal dari
pleksus brakialis, fraktu ujung atas humerus caput atau tumberositas mayor, kompresi dan
8
avulsi glenoid anterior dan robeknya. Komplikasinya antara lain kerusakan nervus radialis dan
aksilaris atau otot-otot rotator lengan.8
Pada pemeriksaan awal perlu diperiksa keadaan neurovaskular dari ekstermitas yang
mengalami cedera, yaitu dengan memeriksa sensasi di insersio otot deltoideus humerus. Daerah
ini menerima persarafan sensoris dari saraf aksilaris. Bila terdapat daerah anestetik lokal
dengan batas jelas maka ada kemugkinan terjadi cedera saraf aksilaris. Demikian pula
kemampuan penderita untuk menegakan otot deltoideus secara minimal dalam usahanya
melalui abduksi juga merupakan faktor untuk menilai fungsi saraf aksilaris. Fungsi saraf
aksilaris perlu untuk abduksi bahu sehingga pasien dapat menempatkan lengan secara
fungsional. Saraf ini sering mengalami cedera pada dislokasi.11
Gangguan saraf ulnaris juga terjadi dalam frekuensi yang sama dengan gangguan saraf
aksilaris pada dislokasi bahu.Kelumpuhan saraf ulnaris sangat berpengaruh dalam fungsi
tangan.11
7.
Prognosi
Tingkat kesembuhan pada kasus ini baik jika tidak timbul komplikasi.
1.
2.
3.
4.
Daftar Pustaka
Kartono, Mohamad. Pertolongan pertama. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2000.
Hl.33-4.
Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Buku ajar ilmu penyakit
dalam.Edisi Kelima. Jakarta: Internal Publishing.hl25-7.
Corwin, Elizabeth J. Buku saku patofisiologi crowin. Edisi Ketiga. Jakarta: EGC;
2009.
Wibowo D.S, Paryana W. Anatomi tubuh manusia. Bandung: Graha Ilmu; 2007.
9
10