Anda di halaman 1dari 4

biaya relevan adalah biaya masa yang akan datang (future costs) yang berbeda besarnya pada berbagai

alternatif. Seluruh keputusan berhubungan dengan masa yang akan datang, oleh karena itu hanya biaya
masa mendatang saja yang relevan bagi sebuah keputusan menerima atau menolak pesanan khusus.
Biaya relevan dapat meliputi : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
PT. Adinata, yakni sebuah perusahaan yang beroperasi di bidang produksi kecap dan saus lombok,
dimana dalam menjalankan aktivitas usahanya, sering mendapat pesanan khusus dari konsumen,
dengan adanya pesanan khusus tersebut, maka perusahaan perlu menerapkan biaya relevan dalam
menentukan apakah pesanan dapat diterima atau ditolak. Dimana menurut Prawironegoro dan Purwanti
(2009:259) bahwa biaya relevan sering juga disebut dengan biaya differensial yaitu biaya yang berbeda-
beda, akibat adanya tingkat produksi yang berbeda yang mengakibatkan perbedaan biaya tetap.

2. ANALISIS PENGARUH PEMUNGUTAN PPh FINAL ATAS PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU
BANGUNAN PADA ASPEK KEUANGAN PERUSAHAAN REAL ESTATE PT. BARUGA ASRINUSA DEVELOPMENT

A. Seiring dengan meningkatnya pembangunan nasional di segala sektor maka semakin banyak dana
yang diperlukan untuk membiayainya. Sementara itu sumber penerimaan dari sector minyak dan gas
(migas) yang dulu menjadi andalan negara kita semakin menurun dan cadangannya semakin menipis
sehingga mengharuskan pemerintah untuk mencari sumber-sumber dana yang lain. Salah satu upaya
yang kini tengah digalakkan oleh pemerintah untuk membiayai pembangunan adalah dengan menggali
dan menggerakkan segala potensi dari masyarakat berupa pajak.Sekripsi Ekonomi Akuntansi Untuk
meningkatkan penerimaan yang berasal dari sektor pajak, pemerintah senantiasa berusaha membuat
kebijaksanaan dan peraturan perpajakan yang diharapkan dapat menciptakan iklim usaha dan investasi
yang kondusif serta mampu mendorong kesadaran masyarakat untuk melaksanakan kewajibannya dalam
pembangunan bangsa dan Negara dalam membayar pajak. Penerimaan pajak penghasilan (PPh)
merupakan salah satu penerimaan terbesar dari penerimaan Negara di luar migas. Penerimaan PPh ini
diharapkan dapat terus meningkat seiring dengan pertumbuhan dunia usaha nasional. Untuk itu
pemerintah mulai melaksanakan suatu terobosan yaitu dengan menerapkan sistem pengenaan PPh yang
bersifat final (PPh-Final). Kebijaksanaan ini diharapkan mampu meningkatkan kepatuhan dan
memberikan kemudahan bagi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sehingga
penerimaan pajak diharapkan dapat meningkat.Sekripsi Ekonomi Akuntansi Ada beberapa jenis
penghasilan yang dikenakan PPh-Final berdasarkan peraturan pemerintah (PP) yaitu : penghasilan atas
bunga, penjualan saham di bursa, penghasilan atas hadiah undian, penjualan tanah dan/atau bangunan,
penghasilan atas sewa tanah dan/atau bangunan, pelayaran dalam negeri, pelayaran atau penerbangan
luar negeri, kantor perwakilan dagang asing di Indonesia, selisih penilaian kembali aktiva tetap, jasa
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan konstruksi dan jasa konsultan. (kecuali konsultan hukum dan
pajak). PPh-Final juga berlaku untuk PPh pasal 21 bagi orang pribadi yang penghasilannya semata-mata
hanya satu dari satu pemberi kerja atau pemotong PPh pasal 21 dan telah dilakukan pemotongan PPh
pasal 21, serta PPh pasal 22 bagi penyalur/dealer/agen produk pertamina dan premix, penyalur/grosir
tepung terigu dan gula pasir, dan penyalur/distributor rokok.
C. PT. Baruga asrinusa, merupakan salah satu perusahaan yang terkena dampak kebijaksanaan PPh-Final.
Sumber penghasilan yang terkena PPh-Final yaitu : Penghasilan dari usaha real estate/developer, yang
diatur dalam PP Nomor 71 Tahun 2008 tentang pembayaran pajak penghasilan atas penghasilan dari
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan.Sekripsi Ekonomi Akuntansi Pajak penghasilan atas
penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dalam operasionalnya harus
memperhatikan dengan seksama faktor-faktor kesederhanaan, tarif, sistem pemungutan, peniadaan
pengenaan pajak ganda, pemerataan dalam pengenaan dan pembebanan, kepastian hukum, menutup
peluang penggelapan pajak dan penyalahgunaan wewenang. Serta dapat pula mendorong kegiatan
ekonomis dan menutup praktek-praktek spekulasi tanah sehingga kehadirannya dapat diterima dan
diakui oleh masyarakat karena saling menguntungkan

3.

A. PERLAKUANAKUNTANSI KREDIT BERMASALAH (NONPERFORMING LOAN)KESESUAIANNYA SEBELUM


DAN SESUDAH PERNYATAANSTANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 31 EFEKTIF DICABUTPADA PT. BANK
NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk.

B.

contohskripsikoe.blogspot.com

http://contohskripsikoe.blogspot.com/2014/09/skripsi-akuntansi-judul-skripsi.html

SKRIPSI AKUNTANSI JUDUL SKRIPSI PERLAKUANAKUNTANSI KREDIT BERMASALAH (NONPERFORMING


LOAN)KESESUAIANNYA SEBELUM DAN SESUDAH PERNYATAANSTANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 31
EFEKTIF DICABUTPADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk.

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah -

Skripsi Akuntansi

Kegiatan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari pembayaran uang, dimana industri
perbankanmemegang peranan yang sangat penting dan strategis dalam sistem perekonomian. Menurut
Undang-undangNomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan menyebutkan bahwa fungsi utama perbankan
Indonesia adalahsebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat yang bertujuan menunjang
pelaksanaan pembangunannasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyatbanyak. Bank berfungsi
untuk menjembatani kedua kelompok masyarakat yang saling membutuhkan.Masyarakat yang memiliki
kelebihan dana dapat menyimpan uang mereka dalam bentuk tabungan, depositoatau giro pada bank,
sedangkan masyarakat yang membutuhkan dana untuk modal usaha atau untuk memenuhikebutuhan
lainnya dapat memperoleh pinjaman dalam bentuk kredit yang disalurkan oleh bank. Skripsi
AkuntansiPendapatan terbesar bank berasal dari bunga, imbalan atau pembagian hasil usaha atas kredit
yang disalurkan.Semakin banyak jumlah kredit yang disalurkan berarti potensi pendapatan semakin
besar. Akan tetapi, dalampelaksanaannya tidak semua dana yang dihimpun dari masyarakat bisa
disalurkan dengan baik sesuai dengantolak ukur yang telah ditetapkan dan penyaluran kreditkepada
masyarakat biasanya mengalami hambatan dalam hal pengembalian pinjaman kepada pihak bank
dannyaris semua bank yang beroperasi di Indonesia mengalami kredit bermasalah. Kredit bermasalah
atau kreditmacet memberi dampak yang kurang baik bagi negara, masyarakat, dan perbankan Indonesia.
Skripsi AkuntansiKemudian risiko yang ditimbulkan atas kredit macet yakni tidak terbayarnya kembali
kredit yang diberikan baiksebagian maupun seluruhnya. Semakin besar kredit macet yang dihadapi,
maka makin menurun pula tingkatkesehatan bank tersebut atau menurunnya profitabilitas yang
diharapkan. Hal ini mempengaruhi kepercayaaanterhadap nasabah. Semakin besar jumlahkredit
bermasalah, makin besar pula jumlah cadangan yang harus disediakan serta makin besar
pulatanggungan bank untuk mengadakan dana cadangan tersebut karena kerugian bank akan
mengurangi modalsendiri.Skripsi AkuntansiSalah satu ruang lingkup kegiatan PT. Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk. adalah memberikan fasilitas kreditkepada sektor usaha, dimana kredit tersebut
bersumber dari dana yang dihimpun dari giro, deposito, dantabungan. Dalam menjalankan fungsinya
sebagai bank umum, kebijaksanaan perkreditan PT. Bank NegaraIndonesia senantiasa diarahkan pada
semua sektor usaha denganpemberian kredit jangka pendek dan menengah serta prioritas sektor-sektor
yang dapat mendorongpertumbuhan ekonomi. Untuk tujuan perkreditan tersebut, PT. Bank Negara
Indonesia telah ikut serta secaraaktif dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat atau sektor usaha
yang pembiayaannya bersumber daridana yang dihimpun dari masyarakat itu sendiri.Di Indonesia,
prinsip akuntansi yang berlaku adalah Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang dikeluarkan olehIkatan
Akuntan Indonesia (IAI). Sebelum tanggal 1 Januari 2010, industri perbankan merupakan
suatuperusahaan yang memiliki suatu karakteritik tersendiri dibuat suatu standar khusus untuk
pelaporan keuanganyang dituang dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 31 (revisi 2000)
mengenai perbankan. Namun,

sejak 1 Januari 2010, Bank Indonesia mewajibkan seluruh perbankan di Indonesia menyusun
laporankeuangannya berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 50 (revisi 2006)
“Instrumen Keuangan:Penyajian dan Pengungkapan”, berisi persyaratan penyajian dari instrumen
keuangan dan pengidentifikasianinformasi yang harus diungkapkan, dan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan No. 55 (revisi 2006)“Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran”, yang mengatur
prinsip- prinsip dasar pengakuan danpengukuran aset keuangan, kewajiban keuangan, dan kontrak
pembelian dan penjualan item non-keuangan.Kedua standar tersebuttelah sesuai dengan International
Financial Reporting System (IFRS) yang sebelumya telah diterapkan olehperbankan internasional. Hal ini
mengakibatkan sejak tanggal 1 Januari 2010 pula Pernyataan Standar AkuntansiKeuangan No.31 efektif
dicabut. Keputusan ini diambil agar perbankan Indonesia bisa diakui secara global untukdapat bersaing
dan menarik investor secara global.Berdasarkan uraian di atas, maka penulis memilih judul “Perlakuan
Akuntansi Kredit Bermasalah (NonperformingLoan) Kesesuaiannya Sebelum dan Sesudah Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan No. 31 Efektif Dicabutpada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 1.2
Rumusan Masalah Skripsi AkuntansiBerdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
yangmenjadi pokok masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana perlakuanakuntansi terhadap kredit
bermasalah (nonperforming loan) pada

Anda mungkin juga menyukai