Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat disusun hingga selesai .Tak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari semua pihak yang telah berkontribusi.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Serang, 26 Agustus 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR .............................................................................................................. 1
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ............................................................................................................. 3
1.2 Rumusan masalah ........................................................................................................ 3
1.3 Tujuan penulisan ......................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Bagaimanakah proses dan gambaran perubahan yang terjadi dalam lingkungan bisnis
di zaman globalisasi .................................................................................................. 4-8
2.2 Apa sajakah jenis tren dalam zaman teknologi informasi....……... .....……………8-11
2.3 Apakah yang dimaksud dengan zaman manajemen kualitas secara strategik ...…11-15
2.4 Bagaimanakah proses tahapan pergeseran paradigma berlangsung …………......15-19
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ……………………………....................………………………............ 20
DAFTAR PUSTAKA ……………………………...………………………………............. 21

2
BAB I
“PENDAHULUAN”
1.1 Latar Belakang
Sekarang ini kita hidup di empat zaman sekaligus, yakni zaman globalisasi ekonomi,
zaman teknologi informasi, zaman strategic quality management, dan zaman revolusi
manajemen. Kita perlu memahami karakteristik setiap zaman tersebut dan dampaknya
terhadap prinsip-prinsip manajemen. Keesmpat zaman tersebut sekarang sedang
berlangsung bersamaan dan karakteristik setiap zaman tersebut belum mapan, sehingga
masih ada kemungkinan besar karakteristik yang teridentifikasi akan sangat berbeda
dengan yang akan diuraikan.
Mungkin sekali karakteristik keempat zaman tersebut tidak akan pernah mapan,
sehingga menuntuk kita untuk senantiasa melakukan pengamatan mengenai tren
perubahan yang akan terjadi dimasa depan, sebagai akibat dari perubahan pesat
pemanfaatan teknologi informasi dalam bisnis khususnya, dan dalam kehidupan umat
manusia pada umumnya.
Gambaran lingkungan bisnis dimasa depan yang akan diuraikan bertujuan untuk
kepentingan pergeseran paradigma manajemen ke paradigma yang sesuai dengan
lingkungan tersebut. Paradigma yang telah di perbarui inilah yang akan menjadi landasan
untuk mendesain sistem perencanaan dan pengendalian manajemen agar sistem yang
akan di desain sesuai dengan tuntutan lingkungan bisnis yang dimasuki oleh perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah proses dan gambaran perubahan yang terjadi dalam lingkungan bisnis
di zaman globalisasi?
2. Apa sajakah jenis tren dalam zaman teknologi informasi?
3. Apakah yang dimaksud dengan zaman manajemen kualitas secara strategik?
4. Bagaimanakah proses tahapan pergeseran paradigma berlangsung?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui proses dan gambaran perubahan yang terjadi dalam lingkungan
bisnis di zaman globalisasi.
2. Untuk mengetahui jenis tren dalam zaman teknologi informasi.
3. Untuk mengetahui pengertian dari zaman manajemen kualitas secara strategik.
4. Untuk mengetahui proses tahapan pergeseran paradigma berlangsung.

3
“Karakteristik Lingkungan Bisnis Global”
A. Zaman Globalisasi Ekonomi
Sekarang kita telah memasuki abad 21, suatu abad yang diawali dengan globalisasi
ekonomi yang melanda semua negara di dunia. Globalisasi ekonomi dimungkinkan
dengan semakin luasnya penerapan teknologi informasi (komputer, telekomunikasi, dan
peralatan kantor elektronik) dalam semua arena kehidupan dan kemajuan yang pesat
dalam bidang transportasi. Globalisasi ekonomi yang melanda Indonesia secara cepat
membuka cakrawala baru bagi manajemen perusahaan Indonesia yang semula hanya
tertuju ke lingkungan domestik, menjadi terbuka ke lingkungan global.
Globalisasi ekonomi telah menciptakan lingkungan bisnis yang menyebabkan
perlunya peninjauan kembali prinsip-prinsip manajemen yang digunakan oleh perusahaan
untuk mampu bertahan dan bertumbuh dalam persaingan tingkat dunia. Untuk dapat
bertahan hidup dan bertumbuh dalam lingkungan bisnis yang telah berubah ini,
manajemen perusahaan perlu mengubah paradigma manajemen mereka agar sikap dan
tindakan mereka dalam running the business menjadi efektif.
 Proses Globalisasi Ekonomi
Secara garis besar, globalisasi ekonomi ditandai dengan empat proses berikut ini:
mobilitas, keserentakan, pencarian jalan bebas hambatan, dan kemajemukan. Kombinasi
keempat proses tersebut mengakibatkan meningkatnya aktivitas lintas batas antarnegara
dan pemanfaatan informasi yang memungkinkan tersebarnya informasi ke seluruh dunia
hampir dalam sekejap.
1. Mobilitas
Jika dimasa lalu, hanya modal yang mengalir secara lancar dihampir semua pelosok
dunia, globalisasi ekonomi sekarang telah memperluas proses mobilitas ke angkatan
kerja dan ide. Pada waktu rumah sakit di Swiss dan Skotlandia kekurangan tenaga
dokter, mereka melakukan rekrutmen tenaga dokter dari Boston, Amerika. Begitu juga
dengan Indonesia ketika mengalami kekurangan property managers karena
berkembangnya bisnis properti di sekitar pertengahan 90-an, banyak perusahaan
properti mendatangkan property managers dari Malaysia.
Di samping modal dan angkatan kerja, ide sangat mudah menembus batas-batas negara
melalui media global, komputer, dan telekomunikasi. Transfer informasi berkecepatan
tinggi memungkinkan transfer informasi melalui komputer dan telekomunikasi tanpa
hambatan oleh kekuasaan pemerintah negara manapun.

4
2. Keserentakan
Perkembangan pesat telekomunikasi dan transportasi memungkinkan setiap perubahan
di negara maju hampir secara serentak dapat diikuti oleh negara-negara lain. CD dapat
dinikmati oleh semua orang di semua negara hanya dalam jangka waktu satu tahun
sejak ditemukan. Mesin faks hanya memerlukan satu bulan untuk masuk ke pasar
Indonesia sejak diperkenalkan di Amerika. Proses keserentakan menjadi semakin tinggi
dalam zaman globalisasi ekonomi ini.
3. Pencarian Jalan Bebas Hambatan
Dalam zaman globalisasi ekonomi, proses pencarian jalan bebas hambatan mewarnai
usaha bisnis. Setiap hambatan, baik yang disebabkan oleh monopoli atau aturan
pemerintah, dipecahkan oleh bisnis melalui pencarian jalan bebas hambatan. Monopoli
siaran TV oleh pemerintah dipecah dengan munculnya TV swasta dan TV kabel.
Teknologi EFT (Electronic Fund Transfer) memungkinkan transfer dana antar
perusahaan yang menembus batas-batas negara dapat berlangsung tanpa dapat dideteksi
oleh Bank Sentral. Proses pencarian jalan bebas hambatan menjadi semakin meluas
dalam zaman globalisasi ekonomi.
4. Kemajemukan (Pluralisme)
Zaman globalisasi ekonomi ditandai dengan meningkatnya proses kemajemukan, yang
menjadikan pusat tidak mampu lagi mengendalikan semua urusan. Zaman ini
menjadikan lingkungan bisnis sangat turbulen. Lingkungan bisnis ini menjadikan
pemusatan pengambilan keputusan dikantor pusat menjadi tidak efektif lagi. Dengan
semakin turbulennya lingkungan bisnis, perusahaan-perusahaan memerlukan kecepatan
respons terhadap setiap perubahan yang terjadi.
 Gambaran Perubahan Lingkungan Bisnis di Zaman Globalisasi Ekonomi
Dengan globalisasi ekonomi yang melanda semua negara di dunia, perusahaan-
perusahaan memasuki lingkungan bisnis yang sangat berbeda dengan sebelumnya. Pasar
tidak hanya dimasuki oleh para pesaing domestik, namun telah didatangi oleh para pesaing
mancanegara yang membawa berbagai produk dan jasa yang sarat dengan pengetahuan
tingkat dunia. Globalisasi ekonomi berdampak terhadap 3C: customer, competition,
change.
a. Customer Memegang Kendali Bisnis
Akibat globalisasi ekonomi, terjadi pergeseran kekuasaan dalam pasar. Keadaan yang
sebelumnya produsen yang menentukan produk dan jasa apa yang harus disediakan

5
dipasar, berubah menjadi customer yang menentukan produk dan jasa apa yang mereka
butuhkan dan harus dipenuhi oleh produsen.
b. Kompetisi Semakin Tajam
Globalisasi ekonomi tidak hanya menambah jumlah pesaing di pasar, namun juga
menyebabkan bervariasinya persaingan. Produk dan jasa dalam persaingan global
bersaing berdasarkan kandungan pengetahuan yang terdapat didalamnya. Persaingan
global diwarnai oleh keadaan dimana perusahaan yang memiliki kinerja yang baik
mendesak keluar perusahaan yang buruk.
c. Perubahan Menjadi Berubah
Globalisasi ekonomi menyebabkan karakteristik perubahan sangat berbeda dengan
sebelumnya. Jika dimasa lalu orang hanya mengenal bahwa yang konstan di dunia ini
hanya perubahan, dalam zaman globalisasi ekonomi ini, perubahan pun telah
mengalami perubahan menjadi konstan, pesat, radikal, serentak, dan pervasif.
Globalisasi ekonomi telah mengubah sifat perubahan yang terjadi dalam bisnis.
 Perubahan Logika Produser ke Logika Customer
Dalam zaman yang di dalamnya customer memegang kendali bisnis, produsen harus
mengubah jalan pikiran mereka ke logika customer dalam menyediakan produk dan jasa.
Berikut ini disajikan perbedaan logika produsen dan logika customer menurut Rosabeth
Moss Kanter dalam bukunya yang berjudul World Class: Thriving Locally in The Global
Economy.
a) Logika Produsen: mereka membuat produk. Logika Customer: mereka membeli jasa.
Dari sisi customer, produk yang dihasilkan oleh produsen hanya sekedar alat berwujud
sebagai media untuk mendapatkan jasa atau manfaat yang dihasilkan oleh produk
tersebut. Suatu produk baru dapat menghasilkan value bagi customer setelah melalui
use process (find, acquire, transport, store, use, dispose of, stop).
b) Logika Produsen: memaksimalkan return atas sumber daya yang mereka miliki. Logika
Customer: seluruh sumber daya perusahaan digunakan untuk menghasilkan manfaat
bagi customer.
Berdasarkan ukuran keuangan, produsen dapat dikatakan sukses jika mereka dapat
meningkatkan nilai investasi mereka dalam alat-alat, fasilitas, orang, atau produk yang
telah mereka miliki. Produsen menginginkan untuk dapat menjual lebih banyak
melampaui kapasitas mereka. Namun, customer tidak peduli dengan kepemilikan
sumber daya tertentu; mereka menginginkan berbagai sumber daya terbaik ditarik
bersama dari berbagai sumber untuk memenuhi kebutuhan mereka.

6
c) Logika Produsen: khawatir tentang kekeliruan yang terlihat. Logika Customer: mereka
meninggalkan produsen karena kekeliruan yang tidak terlihat.
Produsen menginginkan proses yang bebas dari kekeliruan. Customer menginginkan
masalah mereka dapat diselesaikan, dan mimpi mereka terpenuhi. Di masa lalu,
produsen hanya memfokuskan untuk menghasilkan zero defect dalam pengelolaan
kualitas, sehingga dapat menghindarkan diri dari biaya-biaya yang timbul akibat
terjadinya kekeliruan yang terlihat. Dimasa kini, produser lebih mengkhawatirkan
terjadinya kekeliruan yang tak terlihat; kegagalan untuk mengambil resiko dan
kegagalan untuk melakukan inovasi dalam menciptakan nilai baru bagi customer.
d) Logika Produsen: teknologi menciptakan produk. Logika Customer: kebutuhan mereka
yang menciptakan produk.
Produsen yakin bahwa mereka berorientasi ke pasar, jika mereka menanyakan kepada
customer tentang produk yang telah ada. Customer berpikir lain; customer menganggap
perusahaan berorientasi ke pasar, jika customer menentukan prioritas untuk mendesain
produk atau jasa. Oleh karena itu, sekarang banyak perusahaan yang melibatkan
customer dalam forum pengembangan produk.
e) Logika Produsen: kegiatan diorganisasikan untuk kenyamanan internal mereka. Logika
Customer: kenyamanan mereka yang perlu diutamakan.
Menurut logika produsen, pertimbangan manajerial merupakan yang utama. Namun,
apa yang menurut produsen menjadikan perushaan lebih dapat dikelola, sering kali
menghambat layanan kepada customer. Sebagai contoh, dari sudut produsen,
keseragaman dan standarisasi merupakan hal yang sangat memudahkan pengelolaan.
Namun, customer menginginkan keberagaman dan kesesuaian dengan keinginan
mereka. Oleh karena itu, dimasa sekarang produsen yang berorientasi kepada customer
mengutamakan kenyamanan customer dalam mendesain sistem informasi manajemen
untuk melayani transaksi perusahaan dengan customer.
 Prinsip-Prinsip Manajemen Dalam Zaman Globalisasi Ekonomi
Prinsip-prinsip manajemen dalam zaman globalisasi ekonomi telah mengalami
perubahan sebagaimana diuraikan dibawah ini.
1. Pusat tidak lagi berkuasa penuh. Kompetisi dapat datang dari manapun, begitu pula
dengan peluang. Organisasi tidak lagi mengandalkan keputusan terpusat di tangan
manajemen puncak, namun memberdayakan karyawan untuk memungkinkan mereka
mengambil keputusan atas pekerjaan yang menjadi tanggung jawab mereka.

7
2. Semua perusahaan, baik besar maupun kecil, akan menjadi perusahaan global dalam
operasi bisnis mereka. Pasar domestik tidak hanya dilayani oleh perusahaan-perusahaan
dalam negeri, tapi juga dilayani oleh perusahaan-perusahaan luar negeri.
3. Perusahaan akan memfokuskan semua struktur dan proses sistem manajemen mereka
ke customer.
4. Oleh karena lingkungan bisnis global sangat turbulen (sebagai akibat dari kompetisi
yang semakin tajam dan perubahan yang telah berubah), posisi kompetitif perusahaan
hanya dapat dicapai melalui kemajuan berkelanjutan (continuous improvement)
terhadap sistem dan proses yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan value
bagi customer.
B. Zaman Teknologi Informasi
Teknologi informasi terdiri atas tiga komponen: komputer, telekomunikasi, dan peralatan
elektronik kantor. Zaman teknologi informasi ditandai oleh enam tren:
1) Tren Pergeseran dari Hard Automation Technology ke Teknologi Informasi
Di masa lalu, masyarakat memenuhi kebutuhan produk dan jasa mereka dengan
menggunakan teknologi hard automation. Sejak pertengahan abad ke-20, terjadi
perubahan teknologi yang dimanfaatkan oleh masyarakat di dalam memenuhi
kebutuhan produk dan jasa. Masyarakat sekarang berada di dalam zaman teknologi
informasi, yang didalamnya smart technology dimanfaatkan secara luas dan intensif di
hampir semua aspek kehidupan. Kedua jenis teknologi tersebut memiliki karakteristik
yang sangat berbeda satu dengan yang lainnya.
Di dalam hard automation, apa yang harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya
telah di setel di dalam mesin. Sebagai akibatnya, pekerja tidak memiliki kebebasan
dalam memilih apa yang harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.
Smart technology tidak menentukan apa yang harus dikerjakan oleh pekerja, apalagi
menentukan bagaimana mengerjakannya. Dengan demikian, smart technology hanya
akan produktif jika dimanfaatkan oleh smart people. Dan oleh karena smart
technology tidak menentukan apa yang harus dikerjakan dan bagaimana cara
mengerjakannya, maka teknologi ini menyediakan kebebasan dan kemudahan bagi
pemakainya untuk mewujudkan kreativitas mereka. Ide-ide baru sangat mudah
diwujudkan ke dalam desain, sehingga memudahkan inovasi produk baru, sistem
baru, proses baru.
2) Tren Pergeseran ke Knowledge-Based Works

8
Smart technology hanya akan produktif di tangan pekerja yang memiliki pengetahuan
memadai. Dengan smart technology, kreativitas karyawan dalam menghasilkan value
bagi customer akan terpacu dan meningkat, sehingga produk dan jasa yang dihasilkan
oleh karyawan akan sarat dengan kandungan pengetahuan. Dengan kandungan
pengetahuan memadai, produk dan jasa akan mampu bersaing di pasar global.
Dengan semakin ekstensifya pemanfaatan smart technology dalam bisnis, semakin
banyak knowledge workers yang dibutuhkan untuk menjalankan smart technology
dalam menghasilkan produk dan jasa bagi customer. Produk dan jasa yang dihasilkan
oleh perusahaan sangat ditentukan oleh kandungan pengetahuan yang dapat
diwujudkan oleh personel melalui smart technology tersebut. Dengan semakin
ekstensifnya pemanfaatan smart technology dalam operasi perusahaan, tren pekerjaan
berubah menuju ke knowledge-based work-pekerjaan yang memerlukan pengetahuan
memadai untuk dapat menghsilkan produk dan jasa. Knowledge-based work
memerlukan suasana kerja yang merangsang inovasi, toleran terhadap eksperimen hal
yang baru, dan kesediaan manajemen untuk menerima kegagalan eksperimen.
3) Tren Pergeseran ke Responsibility-Based Organization
Di dalam information-based organization, informasi yang dikumpulkan dan disimpan
dalam database dapat diakses oleh siapa saja yang diberi wewenang untuk itu,
sehingga memungkinkan siapa saja melakukan informed judgment dalam
pengambilan keputusan. Di dalam information-based organization, setiap karyawan
bertanggungjawab atas jalannya perusahaan. Mereka dapat memberikan kontribusi
dalam pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan, melalui pengambilan
keputusan berdasarkan informasi yang dapat mereka akses dari shared database. Oleh
karena itu, information-based organization sering kali disebut dengan responsibility-
based organization-suatu organisasi yang setiap anggotanya bertanggungjawab dalam
menjadikan organisasinya sebagai wealth-creating institution.
4) Perdagangan Berjalan Melalui Jalan Raya Elektronik
Pemanfaatan secara ekstensif teknologi informasi dalam bisnis mengubah secara
mendasar cara perusahaan melaksanakan bisnis. Transaksi bisnis menjadi tidak lagi
dilaksanakan melalui kertas, namun dilaksanakan sepanjang jalan raya elektronik,
dengan memanfaatkan share data base, electronic fund transfer, electronic data
interchange, electronic commerce.

9
5) Kekayaan Lebih Banyak Dihasilkan dari Human Assets Dibandingkan dari Financial
Assets
Dalam zaman teknologi informasi, kekayaan yang dapat diciptakan oleh organisasi
berasal terutama dari human assets, bukan dari financial assets.
Teknologi informasi hanya dapat produktif di tangan knowledge workers. Melalui
pengetahuan yang mereka kuasai, knowledge worker mendesain produk dan jasa yang
sesuai dengan kebutuhan customer, memproduksi produk dan jasa tersebut secara cost
effective, dan memasarkan produk dan jasa tersebut secara efektif. Dengan demikian,
produk dan jasa memiliki kandungan pengetahuan memadai untu memenuhi
kebutuhan customer. Produk dan jasa bersaing melalui kandungan pengetahuan yang
terdapat di dalamnya untuk memenuhi kebutuhan customer.
6) Intangible Assets Menjadi Kekayaan Perusahaan yang Paling Berharga
Jika dimasa lalu tanah, mesin, dan peralatan, gedung, dan aktiva berwujud lain (yang
dapat dinilai dengan uang) merupakan penghasil utama pendapatan perusahaan, di
masa sekarang ini, aktiva tidak berwujud seperti customer confidence, brand name,
cost efectiveness proses yang digunakan memberikan layanan kepada customer,
kecanggihan teknologi informasi, kapabilitas dan komitmen personel-menjadi pemacu
utama nilai pasar perusahaan. Aktiva tidak berwujud ini tidak dapat dinilai dengan
uang dan tidak dapat dicantumkan dalam neraca, namun mempunyai kontribusi besar
dalam menghasilkan nilai pasar perusahaan.
 Prinsip-Prinsip Manajemen Dalam Zaman Teknologi Informasi
Prinsip-prinsip manajemen dalam zaman teknologi informasi dipengaruhi oleh 3 faktor:
1. Dampak Pendayagunaan Knowledge Workers terhadap Prinsip Manajemen
Pendayagunaan knowledge berdampak terhadap:
 Organisasi:
Dalam pendesain struktur SPPM, struktur organisasi yang sesuai dengan zaman teknologi
informasi adalah struktur organisasi nirbatas dan berkapabilitas untuk belajar, berkapasitas
untuk berubah, dan berakuntabilitas tinggi.
 Pengendalian:
Untuk mengendalikan pekerjaan ini, diperlukan aturan yang ketat sehingga
pengendaliannya pun memerlukan supervisor yang mengamati kesesuaian pekerjaan
karyawan dengan aturan yang telah ditetapkan.
 Sistem wewenang (subsidiarity)

10
Prinsip subsidiarity mengajarkan bahwa badan yang lebih tinggi kedudukannya tidak
boleh mengambil tanggung jawab yang dapat dan harus dilaksanakan oleh badan yang
berkedudukan lebih rendah. manajer tidak boleh merebut tanggungjawab yang menjadi
beban karyawan, karena akhirnya karyawan menjadi tidak kreatif.
1. Dampak Penyediaan Fasilitas Information Sharing terhadap Prinsip Manajemen
Teknologi informasi memungkinkan untuk mewujudkan organisasi dengan jenjang yang
lebih sedikit, memungkinkan hubungan antar organisasi perusahaan berjalan lebih cepat
dan harmonis.
2. Kemampuan Teknologi Informasi untuk Menjadikan Transaksi Berlangsung pada
Kecepatan Cahaya
Digitalisasi teks, grafik, uang, saham, obligasi, dokumen dan lain sebagainya
menyebabkan transaksi dapat dilaksanakan secara maya namun nyata, sehingga transaksi
bisnis dapat terlaksana pada kecepatan cahaya.
 Zaman Strategic Quality Management
1) Zaman Inspeksi
Dalam zaman ini, kualitas produk hanya terbatas pada atribut yang melekat pada produk.
Oleh karena itu, kualitas hanya dipandang sebagai masalah yang berkaitan dengan produk
rusak,cacat, atau penyimpangan yang terjadi dalam atribut yang melekat pada produk.
Kualitas produk merupakan masalah yang berkaitan dengan atribut produk yang perlu
diperbaiki, atau berkaitan dengan bagaimana menyingkirkan produk yang atributnya
menyimpang dari atribut yang diinginkan produk yang baik, yang atributnya memenuhi
syarat.
2) Zaman Pengendalian Kualitas Secara Statistik (Statistical Quality Control Era)
Pada zaman statistical quality control, Departemen Inspeksi dilengkapi dengan alat dan
metode statistik dalam mendeteksi penyimpangan yang terjadi pada atribut produk yang
dihasilkan proses produksi.
3) Zaman Jaminan Kualitas (Quality Assurance Era)
Dalam zaman ini konsep kualitas mengalami perluasan dari konsep yang sempit, hanya
terbatas pada tahap produksi, ke tahap desain dan koordinasi dengan Departemen Jasa
(seperti bengkel, energi, perencanaan, pengendalian produksi dan pergudangan).
C. Zaman Manajemen Kualitas Secara Strategik (Strategic Quality Management Era)
Dalam zaman strategic quality management ini, untuk pertama kalinya dalam sejarah
penanganan kualitas, keterlibatan manajemen puncak sangat besar dan menentukkan
dalam menjadikan kualitas yang dapat menempatkan perusahaan pada posisi kompetitif.

11
Oleh karena itu, kualitas produk menjadi tanggung jawab setiap orang di dalam organisasi,
sejak dari manajemen puncak sampai dengan karyawan, dari fungsi produksi dan inspeksi
sampai dengan fungsi-fungsi lain dalam organisasi perusahaan, bahkan meluas sampai
organisasi pemasok dan mitra bisnis.
Penanganan kualitas produk dalam zaman strategic quality management ini
mengakomodasi semua unsur-unsur penanganan kualitas yang dikembangkan di zaman
sebelumnya. Konsep kualitas produk tidak lagi terbatas pada kepentingan internal
perusahaan, namun sudah mulai memasukkan kebutuhan customer di dalam penanganan
kualitas. Penanganan kualitas berdasarkan strategic quality management inilah yang
menjadi dasar pengembangan total quality management.
 Prinsip-prinsip Manajemen Dalam Zaman Strategic Quality Management
Zaman strategic quality management berdampak terhadap prinsip-prinsip manajemen
berikut ini: (1) penggunaan value-based strategy, (2) posisi kompetitif perusahaan dicapai
melalui kinerja dan penerapan pengetahuan.
a. Value-based Strategy
Oleh karena kualitas telah menjadi kepentingan manajemen puncak sampai dengan
karyawan, strategi yang dipilih perusahaan tidak lagi diarahkan untuk mengalahkan
pesaing, namun untuk menghasilkan value terbaik bagi customer.Dalam zaman strategic
quality management, kualitas dikelola secara strategik.
b. Keunggulan Kompetitif
Dalam zaman strategic quality management, keunggulan kompetitif perusahaan diperoleh
dengan: (1) menyediakan value terbaik bagi customer, dan (2) menjadikan organisasi
unggul (distinct) dari pesaing.
Untuk menyediakan value terbaik bagi customer, perusahaan melakukan kegiatan utama
berikut ini:
1. Mendesain produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan customer
2. Memproduksi produk dan jasa secara cost effective.
3. Memasarkan produk dan jasa secara efektif kepada customer.
Untuk menjadikan organisasi unggul dari pesaing, perusahaan menjadikan produktif
pengetahuan yang dikuasai oleh karyawan. Di samping itu, untuk menjadikan organisasi
berbeda, manajemen harus menerapkan pengetahuan di dalam pengelolaan.
 Zaman Revolusi Manajemen
Dalam sejarahnya, perubahan teknologi yang dimanfaatkan oleh umat manusia telah
menimbulkan berbagai revolusi. Revolusi pertama terjadi pada waktu di Inggris, untuk

12
pertama kalinya masyarakat menerapkan pengetahuan (knowledge) ke dalam alat, produk
dan proses (the application of knowledge to tool, product and process). Di masa
sebelumnya, produk dihasilkan oleh para pengrajin (craftsman) dengan menggunakan
tenaga kerja manusia. Dengan menerapkan pengetahuan ke alat, produk dan proses,
masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya melalui mesin-mesin bertenaga uap dan
kemudian dengan tenaga listrik. Revolusi ini dikenal dengan Revolusi Industri.
Revolusi kedua terjadi di Amerika, dimulai pada waktu F. W. Taylor
memperkenalkan gerakan scientific management. Revolusi kedua ini dikenal dengan nama
Revolusi Produktivitas. Dalam revolusi ini, gerakan scientific management menerapkan
pengetahuan ke dalam pekerjaan (the application of knowledge to work).
Revolusi ketiga terjadi sejak tahun 1945-an sampai sekarang. Di dalam proses
pembuatan produk terdapat tiga faktor utama: alat, pekerjaan dan manajemen. Faktor
terakhir ini merupakan pengetahuan (knowledge) yang digunakan untuk memanfaatkan
alat, pekerjaan dan faktor produksi lain, termasuk modal manusia untuk menghasilkan
produk.
 Prinsip-prinsip Manajemen dalam Zaman Revolusi Manajemen
Matthew J. Kierman membuat perbandingan manajemen abad ke-20 dengan manajemen
abad ke-21 yang dibangun berdasarkan paradigma baru.
1) Dari lingkungan stabil ke lingkungan yang turbulen. Globalisasi ekonomi
mengubah secara radikal lingkungan bisnis yang dihadapi oleh perusahaan, dari
lingkungan bisnis yang stabil yang di dalamnya hampir semuanya serba dapat
diprediksi, menjadi lingkungan bisnis yang turbulen, yang di dalamnya hampir
semuanya sulit diprediksi.
2) Dari ukuran dan skala ekonomi menuju kecepatan dan kemampuan untuk
merespon. Teknologi hard automation melahirkan pendekatan produksi massa untuk
memenuhi kebutuhan pasar yang dianggap sebagai mass market. Oleh karena itu, di
masa lalu, untuk memanfaatkan teknologi hard automation diperlukan skala ekonomi
tertentu agar produk yang dihasilkan dapat ditanggung harganya oleh customer. Di
lingkungan bisnis yang di dalamnya customer memegang kendali, kecepatan dan
kemampuan perusahaan untuk merespon setiap perubahan kebutuhan customer
menentukkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan.
3) Pergeseran leadership dari puncak ke leadership dari setiap orang. Untuk
memasuki lingkungan bisnis yang turbulen, organisasi perusahaan memerlukan
banyak pimpinan (leader). Di dalam manajemen tradisional, pimpinan adalah orang

13
yang berada di puncak organisasi, dan yang mengarahkan jalannya perusahaan
berdasarkan berbagai kebijakan dan aturan yang dibuatnya.
4) Dari kekakuan organisasi ke fleksibilitas permanen. Struktur organisasi berbentuk
piramid yang tinggi dan dengan birokrasi yang ketat, merupakan karakteristik
organisasi yang sangat ketat yang menerapkan kontrol terhadap aktivitas yang
dilakukan untuk pencapaian tujuan perusahaan. Organisasi ini menjadi sangat kaku
untuk menghadapi lingkungan bisnis yang di dalamnya customer memegang kendali,
kompetisi sangat tajam dan yang perubahan berlangsung konstan, pesat, radikal dan
pervasif.
5) Dari pengendalian melalui aturan ke pengendalian melalui visi dan values.
Manajemen tradisional dibangun pada waktu masyarakat menggunakan teknologi
hard automation. Teknologi ini dijalankan oleh skilled workers yang memerlukan
intruksi rinci di dalam menjalankan pekerjaan mereka. Manajemen kontemporer
dibangun dalam smart techonology era. Teknologi ini hanya produktif di tangan
knowledge workers.
6) Dari informasi yang dijaga ketat ke information sharing. Dengan teknologi
manual, manajemen tradisional mengumpulkan secara terpusat informasi untuk
kepentingan pengambilan keputusan. Oleh karena pengumpulan informasi
dilaksanakan secara terpusat dan pusat informasi dijaga ketat, hanya manajemen
puncak yang dapat melakukan akses ke dalam pusat informasi. Smart technology
menyediakan shared database yang memungkinkan information sharing di antara
anggota organisasi. Shared database mampu mengatasi kendala pengambilan
keputusan yang dihadapi oleh manajemen tradisional, yang tidak mungkin
dilaksanakan oleh manajemen bawah dan karyawan.
7) Dari analisis kuantitatif ke kreativitas dan intuisi. Di dalam lingkungan bisnis
yang stabil, masa depan dapat diprediksi dengan baik, bahkan masa depan dapat
diprediksi dengan tingkat kepastian tinggi melalui proyeksi apa yang telah dicapai di
masa lalu. Di dalam lingkungan bisnis yang turbulen, manajemen menghadapi
lingkungan bisnis yang penuh ketidakpastian.
8) Dari kebutuhan tentang kepastian ke kesediaan untuk menerima keraguan. Jika
masa depan dibangun berdasarkan tren yang akan terwujud di masa depan,
manajemen dituntut untuk memiliki kesediaan menerima keraguan dalam memasuki
masa depan.

14
9) Dari reaktif dan penghindaran risiko ke proaktif dan keberanian menghadapi
risiko. Di dalam zaman strategic quality management, produk berkualitas hanya
dapat dihasilkan secara konsisten melalui penanaman kualitas ke dalam semua aspek
manajemen.
10) Dari independensi perusahaan ke saling ketergantungan antarperusahaan.
Dalam manajemen tradisional, tanggung jawab manajemen perusahaan hanya
mencakup daerah yang dibatasi oleh batas-batas organisasi perusahaannya. Didalam
manajemen kontemporer, manajemen menyadari bahwa perusahaan merupakan salah
satu mata rantai yang menghubungkan pemasok dengan customer. Keberadaan
perusahaan ditentukan dari seberapa baik perusahaan berfungsi sebagai mata rantai
fungsional yang menghubungkan pemasok dengan customer.
11) Dari integrasi vertikal ke virtual integration. Didalam manajemen tradisional,
perusahaan bersemangat besar untuk menguasai mata rantai hulu dan hilir melalui
akusisi, merger atau pendirian perusahaan baru.
12) Dari focus masalah internal ke lingkungan kompetitif. Perhatian manajemen di
masa lalu tertuju ke masalah-masalah internal. Efisiensi, produktivitas, inspeksi
kualitas produk dan profitabilitas adalah contoh-contoh fokus perhatian manajemen
terhadap masalah internal perusahaan.
13) Dari keunggulan kompetitif jangka panjang ke inovasi berkelanjutan
keunggulan kompetitif. Di dalam lingkungan bisnis yang stabil keunggulan
kompetitif dapat dipertahankan dalam jangka waktu lama. Oleh karena itu,
manajemen di masa lalu berusaha untuk membangun keunggulan kompetitif jangka
panjang.
D. Tahap Pergeseran Paradigma
Paradigma adalah lensa yang kita gunakan untuk memandang dunia. Paradigma
menentukan sikap kita yang menentukan tindakan kita terhadap sesuatu. Paradigma bisnis
adalah cara orang berpikir dan cara melaksanakan bisnis.
Paradigma ibarat peta yang menggambarkan suatu teritorial. Jika, suatu manajemen
menggunakan peta yang tudak menggambarkan dengan akurat lingkungan bisnis yang di
hadapi oleh perusahaan, maka manajemen akan banyak melakukan kesalahan dalam
pengambilan keputusan.
Sebelumnya telah diuraikan secara mendalam mengenai dampak zaman globalisasi
ekonomi, zaman globalisasi teknologi informasi, zaman strategic quality management dan
zaman Revolusi Manajemen terhadap lingkungan bisnis yang di hadapi oleh perusahaan-

15
perusahaan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Lingkungan bisnis yang telah berubah
tersebut memerlukan paradigma yang baru sesuai dengan kondisi lingkungan bisnis
tersebut. Pergeseran paradigma terjadi melalui tiga tahap, yaitu: normalcy, anomali, dan
penggantian.
1. Normalcy
Dalam tahap ini, praktik-praktik manajemen benar-benar sesuai dengan prinsip-
prinsip atau kebenaran yang di yakini oleh masyarakat. Antara pemikiran dan
tindakan berjalan normal. Sebagai peta, paradigma bener-benar cocok dengan realitas
yang di gambarkan dalam paradigma tersebut Sebagai contoh, pada waktu teknologi
manufaktur menghasilkan produk secara massa, dan skala ekonomi menjadi
penghalang untuk menghasilkan produk dalam jumlah kecil, praktik-praktik
manajemen yang cocok dengan realitas tersebut adalah management by exception,
dan mass production. Produser adalah orang yang mengetahui mengenai kebutuhan
costumer. Selain itu, organisasi di bangun untuk memberikan kenyamanan bagi
manajemen dalam melaksanakan transaksi bisnis dengan pemasok dan customer.
Dalam tahap normalcy, praktik-praktik manajemen mampu menyelesaikan berbagai
masalah yang timbul, karena kesesuaian antara praktik-praktik tersebut dengan
paradigma manajemen yang di gunakan.
2. Anomali
Dalam tahap ini, berdasarkan pengamatan karakteristik lingkungan bisnis yang
dimasuki oleh perusahaan-perusahaan, dijumpai berbagai bukti yang bertentangan
dengan asumsi manajemen tentang lingkungan bisnis yang selama ini digunakan.
Realitas yang terdapat dalam lingkungan bisnis tidak lagi sesuai dengan paradigma
yang digunakan. Praktik-praktik manajemen yang sebelumnya dapat menjanjikan
sukses untuk penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi oleh manajemen, tidak
lagi dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Sebagai contoh,
dalam lingkungan bisnis global sekarang ini telah terjadi kematian sistem perencanaan
strategik, sistem anggaran, sistem akuntansi biaya (the death of strategic planning,
budgeting, and accounting). Sistem anggaran dalam manajemen tradisional disusun
berdasarkan organisasi fungsional sehingga berfokus ke pencapaian tujuan fungsi,
bukan tujuan perusahaan secara keseluruhan, yaitu menghasilkan value terbaik bagi
customer. Manajer perusahaan yang menghadapi kompetisi global, tidak lagi dapat
menggunakan informasi biaya yang dihasilkan oleh akuntansi biaya tradisional untuk
menghadapi persaingan harga yang ketat, karena informasi biaya tersebut dihasilkan

16
oleh sistem informasi yang berfokus ke biaya produksi. Jika di masa lalu, informasi
kasar tentang biaya produk dapat menjanjikan sukses perusahaan dalam menghadapi
persaingan domestik, di masa kini dan di masa mendatang, informasi biaya yang
akurat dan tepat waktu sangat menentukan posisi kompetitif perusahaan.
3. Penggantian
Dalam tahap ini paradigma yang sebelumnya digunakan untuk menjalankan bisnis
(running the business) diganti dengan paradigma baru, paradigma yang dibangun atas
dasar karakteristik lingkungan bisnis baru yang berhasil diamati. Berdasarkan
paradigma baru ini, kemudian dibangun prinsip-prinsip manajemen baru yang sesuai
dengan tuntutan lingkungan bisnis yang di gambarkan dalam paradigma baru
tersebut. Sebagai contoh, oleh karena lingkungan bisnis sekarang dan di masa depan
dikendalikan oleh customer, maka paradigma manajemen yang pas dengan
lingkungan baru tersebut adalah paradigma customer value strategy. Paradigma lama
yang memfokuskan ke kepentingan produsen kemudian diganti dengan paradigma
customer value, dan prinsip-prinsip manajemen baru dibangun berdasarkan paradigma
customer value tersebut.
 Pergeseran Paradigma Manajemen yang Sedang Berlangsung Sekarang
Lingkungan bisnis yang telah berubah tersebut memerlukan paradigma baru untuk
menghadapinya. Paradigma baru yang sedang berkembang (emerging paradigm) dalam
manajemen untuk menghadapi lingkungan bisnis global adalah (1) cuctomer value
strategy, (2) continuous improvement, (3) organizational system.

17
Gambar tersebut menjelaskan pengetahuan manajemen modern dan paradigma yang
melandasinya.
1. Customer value strategy
Oleh karena dalam lingkungan bisnis di jaman globalisasi ekonomi ini customer
memegang kendali bisnis, maka manajemen perusahaan harus mengubah paradigma
mereka ke strategi penyediaan value terbaik bagi customers. Dalam paradigma ini,
manajemen pertama kali harus mengenali siapa customer perusahaan dan kebutuhan
customer apa yang dipenuhi oleh perusahaan. Customer value strategy adalah strategi
manajemen untuk menyediakan value terbaik bagi customer untuk menjadikan
perusahaan mampu bertahan dan bertumbuh di dalam lingkungan bisnis yang
dimasukinya. Paradigma cuctomer value strategy adalah pandangan bahwa satu-
satunya alasan keberadaan bisnis perusahaan adalah customer, oleh karena itu untuk
mempertahankan keberadaan dan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang,
perusahaan harus mampu memproduksi produk dan jasa yang menghasilkan value
terbaik bagi customer.
2. Continuous improvement.
Oleh karena dalam lingkungan bisnis di jaman globalisasi ekonomi ini kompetisi
semakin tajam dan perubahan telah mengalami perubahan, costumer value akan
senantiasa mengalami perubahan dengan pesat dan radikal. Paradigma contitnuous
improvement adalah pandangan bahwa perusahaan hanya akan mampu bertahan dan
bertumbuh dalam jangka panjang, jika mampu secara berkelanjutan melakukan
improvement terhadap sistem dan proses yang digunakan untuk menghasilkan value
bagi customer.
3. Organizational system.
Paradigma organizational system adalah pandangan bahwa untuk mampu bertahan
dan bertumbuh di lingkungan bisnis global, sistem organisasi perusahaan harus
didesain sedemikian rupa sehingga berorientasi untuk memuasi kebutuhan customer
dan untuk memungkinkan dilaksanakannya improvement berkelanjutan terhadap
sistem dan proses yang digunakan untuk menghasilkan value bagi customer. Desain
sistem organisasi yang memenuhi tujuan tersebut adalah pendekatan lintas fungsional
(cross functional approach) dan pemberdayaan karyawan (employee empowerment).
Dalam desain ini, sumber daya perusahaan diorganisasi menurut sistem yang
digunakan untuk melayani customer. Dengan organisasi yang didesain seperti ini,
customer akan memperoleh manfaat besar berikut ini :

18
1) Oleh karena organisasi didesain berdasarkan sistem yang digunakan untuk memuasi
kebutuhan customer, customer akan memperoleh value terbaik dari organisasi ini.
2) Oleh karena case manager dalam desain organisasi ini bertanggung jawab untuk
melakukan improvement berkelanjutan terhadap sistem yang dipimpinnya, customer
akan mendapat value yang sesuai dengan perubahan kebutuhan mereka.
Untuk memungkinkan organisasi responsif terhadap perubahan kebutuhan costumers,
organisasi harud didesain sedemikian rupa sehingga karyawan berdaya (empowered)
Pemberdayaan karyawan (employee empowerment) dapat diwujudkan dengan sistem
organisasi yang memungkinkan karyawan mendapatkan kompetensi, informasi,
wewenang, dan penghargaan, sehingga karyawan mampu melakukan pengambilan
keputusan atas pekerjaan yang menjadi tanggung jawab mereka.

19
BAB III
“PENUTUP”
3.1 Kesimpulan
Proses globalisasi ekonomi ditandai dengan empat proses berikut ini: mobilitas,
keserentakan, pencarian jalan bebas hambatan, dan kemajemukan. Kombinasi keempat
proses tersebut mengakibatkan meningkatnya aktivitas lintas batas antarnegara dan
pemanfaatan informasi. Dengan globalisasi ekonomi yang melanda semua negara di dunia,
perusahaan-perusahaan memasuki lingkungan bisnis yang sangat berbeda dengan
sebelumnya. Pasar tidak hanya dimasuki oleh para pesaing domestik, namun telah
didatangi oleh para pesaing mancanegara yang membawa berbagai produk dan jasa yang
sarat dengan pengetahuan tingkat dunia.
Zaman teknologi informasi ditandai oleh enam tren, yakni Tren Pergeseran dari Hard
Automation Technology ke Teknologi Informasi, Tren Pergeseran ke Knowledge-Based
Works, Tren Pergeseran ke Responsibility-Based Organization, Perdagangan Berjalan
Melalui Jalan Raya Elektronik, Kekayaan Lebih Banyak Dihasilkan dari Human Assets
Dibandingkan dari Financial Assets, dan Intangible Assets Menjadi Kekayaan Perusahaan
yang Paling Berharga.
Zaman strategic quality management ini, untuk pertama kalinya dalam sejarah
penanganan kualitas, keterlibatan manajemen puncak sangat besar dan menentukkan
dalam menjadikan kualitas yang dapat menempatkan perusahaan pada posisi kompetitif.
Lingkungan bisnis yang telah berubah tersebut memerlukan paradigma baru untuk
menghadapinya. Paradigma baru yang sedang berkembang (emerging paradigm) dalam
manajemen untuk menghadapi lingkungan bisnis global adalah (1) cuctomer value
strategy, (2) continuous improvement, (3) organizational system.

20
DAFTAR PUSTAKA
 Mulyadi. 2007. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Jakarta. Salemba
Empat

21

Anda mungkin juga menyukai