Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PENGANTAR HUKUM INDONESIA

PENGANTAR HUKUM PAJAK

DI SUSUN OLEH :
1. CANNA PRAMUDYA OASIS 33020210099
2. YUSUF EFFENDI 33020210102
3. AMRI NURYAHYA 33020210104

HUKUM EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga
penulis dapat menyelmakalahkan penugasan ujian akhir semester dalam bentuk makalah ini tepat
pada waktunya.
Adapun makalah dengan judul Pengantar Hukum Pajak disusun untuk memenuhi Tugas Makalah
Semester Genap dalam bentuk Proyek Penugasan Kelompok Mata Kuliah Pengantar Hukum
Indonesia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai hukum pajak,
asas-asas hukum pajak, sifat, objek, wewenang, dan jenis hukum pajak, pembagian, asas dan sumber
hukum pajak, serta fungsi dan peraturan-peraturan mengenai hukum pajak.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Aina Sufya Fuaida, selaku dosen pengampu mata
kuliah Pengantar Hukum Indonesia yang telah memberikan proyek penugasan dalam rangka tugas
pada Semester Genap ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan juga wawasan. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian ilmu dan
pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelmakalahkan tugas makalah ini dengan baik dan tepat
waktu.
Penulis menyadari, makalah yang penulis susun ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan sangat penulis nantikan demi kesempurnaan karya tulis
makalah ini.

Salatiga, 27 Februari 2022

Penulis
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu ciri khas negara Indonesia adalah bahwa negara Indonesia termasuk dalam negara hukum.
Adapun pengertian dari hokum sendiri adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian
kekuasaan kelembagaan. Hukum adalah peraturan-peraturan yang dibuat oleh badan yang berwenang
yang berisi perintah ataupun larangan untuk mengatur tingkah laku manusia yang dapat dipaksakan
dengan suatu sanksi dalam pelaksanaannya guna mencapai keadilan, keseimbangan dan keselarasan
dalam hidup.
Adapun pengertian pajak merupakan suatu hal yang mendasar dalam membiayai kegiatan
pemerintahan dan pembangunan negara. Dengan demikian pajak sangat menentukan bagi kelangsungan
eksistensi pembangunan untuk sekarang dan masa yang akan datang. Konsekuensi dari tujuan tersebut
timbul kewajiban penduduk negara untuk menyerahkan sebagian pendapatannya kepada negara. Adapun
pengertian lain mengenai pajak dapat berupa kontribusi wajib, terutang oleh orang atau badan, bersifat
memaksa, berdasarkan undang-undang, tidak mendapatkan imbalan langsung, dan digunakan untuk
keperluan negara bagi kemakmuran rakyat.
Pajak memiliki beberapa sifat. Adapun 4 sifat pajak ini berlaku di Indonesia. Sifat ini kemudian
disampaikan dengan berbagai sebutan dan cara berbeda tergantung konteksnya. Adapun sifat pajak yang
pertama, yakni pajak bersifat sebagai kontribusi wajib untuk warga negara yang telah memenuhi syarat
objektif dan subjektif pelaksanaan kewajiban pajak. Sebagai contonhya, telah memiliki penghasilan,
memiliki penghasilan di atas PTKP, melakukan transaksi dagang atau jual beli, serta melakukan kegiatan
ekonomi yang berorientasi pada keuntungan. Adapun sifat pajak yang kedua yakni pajak bersifat
memaksa. Diartikan sebagai kewajiban yang tidak dapat dielakkan. Warga negara yang telah memenuhi
syarat objektif dan subjektif kemudian ‘dipaksa’ oleh regulasi yang berlaku untuk melaksanakan
kewajiban pajaknya. Kewajiban pajak sendiri mulai dari menghitung, membayar atau menyetor hingga
melaporkan pajak dengan surat pemberitahuan. Adapun sifat pajak yang ketiga yakni timbal balik dari
pajak bersifat tidak langsung. Tidak sama dengan transaksi ekonomi pada umumnya yang memberikan
timbal balik secara langsung, pajak memiliki timbal balik untuk jangka panjang. Setelah kewajiban
dilaksanakan, maka warga negara akan mendapat imbalan berupa pembangunan infrastruktur dan fasilitas
umum yang bisa dinikmati untuk jangka panjang. Dan adapun sifat pajak yang terakhir yakni pajak
bersifat baku karena memiliki dasar undang-undang yang jelas. Pajak diatur dalam undang-undang yang
berlaku di Indonesia. Undang-undang ini kemudian dibedakan sesuai peruntukannya, dan berlaku secara
umum untuk setiap subjek dan objek yang disebutkan dalam undang-undang tersebut.
Pajak juga memiliki beberapa fungsi yang sangat penting bagi kesejahteraan bangsa Indonesia.
Adapun fungsi pajak seperti yang sudah diketahui bersama bahwa pajak merupakan pemasukan besar
untuk negara dimanapun letaknya. Terdapat beberapa fungsi yang kemudian memiliki efek pada
kelangsungan hidup suatu negara. Adapun fungsi pajak yang telah tersebut diatas diantaranya fungsi
anggaran dimana pajak pada fungsi ini menjadi pemasukan keuangan negara terbesar yang merupakan
wujud pengumpulan dana dari warga negara ke kas negara. Fungsi ini berperan besar untuk membiayai
pembangunan nasional atau pengeluaran negara lain. Sebagai pemasukan, pajak berfungsi menjaga
keseimbangan belanja negara dan pendapatan negara. Adapun fungsi pajak selanjutnya adalah fungsi
mengatur, yakni pajak menjadi alat pelaksanaan kebijakan negara dalam lapangan sosial dan ekonomi.
Fungsi ini antara lain digunakan untuk menghambat inflasi, alat mendorong kegiatan ekspor, proteksi
terhadap barang produksi dalam negeri dan menjadi pengatur investasi modal yang membantu
perekonomian agar makin produktif.

3
4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
PENDAHULUAN......................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................3
1.1 Rumusan Masalah...........................................................................................................................5
1.2 Tujuan Penelitian............................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
2.1 PENGERTIAN HUKUM, PAJAK DAN HUKUM PAJAK.........................................................6
2.2 SIFAT, SUBJEK, OBJEK, JENIS, DAN WEWENANG PAJAK...................................................9
SIFAT PAJAK.......................................................................................................................................9
SUBJEK PAJAK.................................................................................................................................10
OBJEK PAJAK...................................................................................................................................10
OBJEK PAJAK...................................................................................................................................12
JENIS PAJAK.....................................................................................................................................17
WEWENANG PAJAK........................................................................................................................18
2.3 PEMBAGIAN HUKUM PAJAK, ASAS ASAS PEMUNGUTAN PAJAK, DAN SUMBER
HUKUM PAJAK.................................................................................................................................19
PEMBAGIAN HUKUM PAJAK........................................................................................................19
ASAS-ASAS PEMUNGUTAN PAJAK..............................................................................................20
SUMBER HUKUM PAJAK...............................................................................................................21
2.4 FUNGSI HUKUM PAJAK, DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG
MENGATUR TENTANG PAJAK.....................................................................................................22
FUNGSI HUKUM PAJAK.................................................................................................................22
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG MENGATUR TENTANG PAJAK............22
BAB III.....................................................................................................................................................23
PENUTUP................................................................................................................................................23
3.1 KESIMPULAN........................................................................................................................23
3.2 SARAN...........................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................25

5
1.1 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Hukum baik secara etimologi maupun secara terminologi, Pajak
dan Hukum Pajak?
2. Apa sajakah sifat, subjek, objek, jenis, dan wewenang pajak?
3. Apa sajakah pembagian hukum pajak, asas asas pemungutan pajak, dan sumber hukum
pajak?
4. Apa sajakah fungsi hukum pajak, dan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
pajak?

1.2 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui pengertian tentang Hukum, Pajak dan Hukum Pajak
2. Mengetahui sifat, subjek, objek, jenis, dan wewenang pajak
3. Mengetahui pembagian, asas-asas pemungutan, dan sumber hokum pajak
4. Mengetahui fungsi hokum pajak dan peraturan erundang-undangan yang mengatur tentang pajak

6
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN HUKUM, PAJAK DAN HUKUM PAJAK
PENGERTIAN HUKUM
Hokum memiliki beberapa pengertian diantarannya adalah sebagai berikut :
Secara Etimologi, Kata hukum berasal dari bahasa Arab hukm yang berarti putusan, ketetapan, perintah,
pemerintahan, kekuasaan, dan hukuman,1
Kata Recht berasal dari “rectum” (bahasa Latin) yang mempunyai arti bimbingan atau tuntutan, atau
pemerintahan dari kata recht tersebut timbul juga istilah “Gerechtigdheid”. Ini adalah bahasa belanda atau
“gerechtigkeit” dalam bahasa jerman berarti keadilan sehingga hukum juga mempunyai hubungan erat
dengan keadilan,
Kata ius (Latin) berarti hukum, berasal dari bahasa latin “iubere” artinya mengatur atau memerintah.
Perkataan mengatur dan memerintah itu mengandung dan berpangkal pokok pada kewibawahan,
Kata lex berasal dari bahasa Latin dan berasal dari kata “lesere”. Lesere artinya mengumpulkan ialah
mengumpulkan orang-orang untuk diperintah.2

PENGERTIAN PAJAK
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Pembayaran pajak
merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung
dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan
nasional. Sesuai falsafah undang-undang perpajakan, membayar pajak bukan hanya merupakan
kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap warga Negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran
serta terhadap pembiayaan negara dan pembangunan nasional. 3
Adapun pengertian pajak berdasarkan UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1 adalah kontribusi
wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 4
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh perseorangan atau perusahaan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dan digunakan untuk keperluan negara demi
kemakmuran rakyat. Singkatnya, pajak adalah pungutan yang diwajibkan oleh negara yang ditunjukan
baik kepada individu maupun perusahaan dikutip dari situs resmi Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Para
pembayar pajak mungkin tidak menyadari langsung manfaat dari bayar pajak. Padahal, tanpa disadari,

1
Hukum - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
2
Pengertian Tentang Hukum Dari Segi Etimologi Dan Para Pakar Hukum | Belajar Ilmu Hukum
(belajartentangilmuhukum.blogspot.com)
3
Pajak | Direktorat Jenderal Pajak
4
√ Pengertian Pajak Menurut Para Ahli Berdasarkan Undang-Undang (pajakbro.com)

7
banyak fasilitas umum yang digunakan saat ini merupakan hasil dari pembayaran pajak; seperti rumah
sakit, sekolah, kendaraan umum, hingga jalan yang dilewati sehari - hari. 5

5
https://www.hipajak.id/artikel-pajak-dan-jenis-pajak

8
PENGERTIAN PAJAK MENURUT PARA AHLI
Menurut Mr. Dr. N. J. Feldmann, Dalam bukunya De Overheidsmiddelen van Indonesia (Leyden, 1949)
menyatakan bahwa Belastingen zijn aan de Overheid (volgens algemene, door haar vastgestelde normen)
verschuldigde afdwingbare prestaties, waargeen tegenprestatie tegenover staat en uitsluitend dienen tot
dekking van publieke uitgaven. Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada
penguasa, (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan
semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum. Feldmann (seperti juga halnya
Seligman) berpendapat bahwa terhadap pembayaran pajak, tidak ada kontraprestasi dari negara. Dalam
mengemukakan kritik-kritiknya terhadap definisi dari sarjana-sarjana lain ternyata bahwa Feldmann tidak
berhasil pula dengan definisinya, untuk memberikan gambaran tentang pengertian pajak.
Menurut Prof. Dr. M. J. H. Smeets, Dalam bukunya De Ecnomische betekenis der Belastingen (1951)
menyatakan bahwa Belastingen zijn aan de overheid (volgens normen) verschuldigde, afdwingbare
prestaties, zonder dat hiertegenover, in het individuele geval, aanwijsbare tegen-prestaties staan; zij
strekken tot dekking van publieke uitgaven. “Pajak adalah prestasi kepada Pemerintah yang terutang
melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya kontra prestasi yang dapat
ditunjukkan dalam hal yang individual; maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah”.
Dalam bukunya ini Smeets mengakui, bahwa definisinya hanya menonjolkan fungsi budgeter saja; baru
kemudian ia menambahkan fungsi mengatur pada definisinya.
Menurut Dr. Soeparman Soemohamidjojo, Dalam disertasinya yang berjudul “pajak berdasarkan asas
gotong royong” (Universitas Padjajaran Bandung, 1964), mendefinisikan pajak sebagai iuran wajib,
berupa uang dan barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup
biaya produksi barangbarang dan jasa-jasa secara kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. Dengan
mencantumkan istilah iuran wajib, ia mengharapkan terpenuhinya ciri, bahwa pajak dipungut dengan
bantuan dari dan kerja sama dengan wajib pajak sehingga perlu pula dihindari penggunaan istilah
“paksaan”. Lebih-lebih (demikian pula menurut sarjana lainnya) bilamana suatu kewajiban harus
dilaksanakan berdasarkan undang-undang, dalam hal kewajiban tersebut tidak dilaksanakan maka
undang-undang menunjukkan cara pelaksanaan yang lain, hal ini tidak mengenai pajak (saja dan cara ini
biasanya adalah untuk memaksa). Selanjutnya, (menurut pendapatannya) berkelebihanlah kiranya, kalau
khusus mengenai pajak, sekali lagi ditekankan pentingnya paksaan itu, seakan-akan tidak ada kesadaran
masyarakat untuk melakukan kewajibannya. Ia sudah menganggapnya cukup dengan menyatakan bahwa
pajak adalah “iuran wajib” (tidak usah diberi tambahan “yang dapat dipaksakan”). Adapun mengenai
kontraprestasi, Dr. Soeparman berpendirian bahwa justru untuk menyelenggarakan kotraprestasi itulah
perlu di pungut pajak.6
PENGERTIAN HUKUM PAJAK
Hukum pajak adalah sekumpulan peraturan yang mengatur hak dan kewajiban serta hubungan antara
wajib pajak dan pemerintah selaku pemungut pajak.

6
MODUL 1 (ut.ac.id)

9
PENGERTIAN HUKUM PAJAK MENURUT PARA AHLI
Menurut Santoso Brotodihardjo, hukum pajak atau yang juga dikenal sebagai hukum fiskal merupakan
aturan-aturan yang meliputi wewenang atau hak pemerintah dalam mengambil kekayaan seseorang dan
memberikannya kembali ke masyarakat melalui kas negara. Dalam hal ini, hukum pajak merupakan
hukum publik yang mengatur hubungan orang pribadi atau badan hukum yang memiliki kewajiban untuk
menunaikan pajak (wajib pajak) dengan negara.

Menurut Bohari, hukum pajak merupakan kumpulan peraturan perundang-undangan yang mengatur
rakyat selaku pihak yang membayar pajak dengan pemerintah selaku pemungut pajak.

Menurut Rachmat Soemitro, hukum pajak adalah kumpulan peraturan yang mengatur hubungan rakyat
selaku pembayar pajak dengan pemerintah selaku pemungut pajak.

Menurut Erly Suandy, hukum pajak atau hukum fiskal merupakan bagian dari hukum publik yang
mengatur hubungan antara rakyat selaku wajib pajak dengan penguasa atau pemerintah selaku pemungut
pajak.

Menurut Dr. Soeparman Soehamidjaja, hukum pajak adalah hukum yang mengatur masalah perpajakan
yang akan meringankan biaya produksi barang dan jasa untuk mencapai kesejahteraan umum. 7

2.2 SIFAT, SUBJEK, OBJEK, JENIS, DAN WEWENANG PAJAK


SIFAT PAJAK
Pajak bersifat sebagai kontribusi wajib untuk warga negara yang telah memenuhi syarat objektif dan
subjektif pelaksanaan kewajiban pajak. Misalnya, telah memiliki penghasilan, memiliki penghasilan di
atas PTKP, melakukan transaksi dagang atau jual beli, serta melakukan kegiatan ekonomi yang
berorientasi pada keuntungan.

Kedua pajak bersifat memaksa. Diartikan sebagai kewajiban yang tidak dapat dielakkan. Warga negara
yang telah memenuhi syarat objektif dan subjektif kemudian ‘dipaksa’ oleh regulasi yang berlaku untuk
melaksanakan kewajiban pajaknya. Kewajiban pajak sendiri mulai dari menghitung, membayar atau
menyetor hingga melaporkan pajak dengan surat pemberitahuan.

Ketiga, timbal balik dari pajak bersifat tidak langsung. Tidak sama dengan transaksi ekonomi pada
umumnya yang memberikan timbal balik secara langsung, pajak memiliki timbal balik untuk jangka
panjang. Setelah kewajiban dilaksanakan, maka warga negara akan mendapat imbalan berupa
pembangunan infrastruktur dan fasilitas umum yang bisa dinikmati untuk jangka panjang.

Terakhir, pajak bersifat baku karena memiliki dasar undang-undang yang jelas. Pajak diatur dalam
undang-undang yang berlaku di Indonesia. Undang-undang ini kemudian dibedakan sesuai
peruntukannya, dan berlaku secara umum untuk setiap subjek dan objek yang disebutkan dalam undang-
undang tersebut.8

7
Hukum Pajak: Pengertian, Fungsi dan Sejarahnya (online-pajak.com)
8
Sifat-Sifat Pajak yang Berlaku Di Indonesia - Klikpajak

10
SUBJEK PAJAK
Menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan (PPh), subjek pajak PPh
terdiri dari tiga yaitu orang pribadi, badan dan warisan. Subjek pajak tersebut juga digolongkan menjadi
dua yaitu subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri.

Subjek Pajak Dalam Negeri

Berikut ini yang dimaksud dengan subjek pajak dalam negeri:

1. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia.


2. Orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau
orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk
bertempat tinggal di Indonesia.
3. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.
4. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.

Subjek Pajak Luar Negeri

Berikut ini yang dimaksud dengan subjek pajak luar negeri:

1. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari
183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui
bentuk usaha tetap di Indonesia
2. Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia
3. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari
183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari
Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia
4. Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat di Indonesia, yang memperoleh penghasilan dari
Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia.9

OBJEK PAJAK
Sedangkan objek pajak yang dikenakan PPN diatur dalam pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1984
tentang PPN dan perubahannya yakni Undang-Undang 42 Tahun 2009 yang mulai berlaku sejak 1 Januari
2010.

Dalam pasal tersebut, pungutan PPN dikenakan atas:

1. Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) di dalam daerah pabean yang dilakukan pengusaha.
2. Impor BKP.
3. Penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha.
4. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
5. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
6. Ekspor BKP Berwujud oleh PKP.
7. Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh PKP.
8. Ekspor JKP oleh PKP.
9
Objek Pajak dan Subjek Pajak, Ini Penjelasan Lengkapnya (online-pajak.com)

11
PBB adalah termasuk jenis pajak objektif, yang mana pengenaan pajaknya lebih ditekankan pada objek
pajaknya. Hal ini dapat Anda lihat melalui susunan pasal tentang objek pajak PBB berikut ini:

 Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman, serta laut wilayah
Indonesia, dan tubuh bumi yang ada di bawahnya.
 Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam/dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau
perairan. Termasuk dalam pengertian bangunan adalah jalan lingkungan yang terletak dalam
suatu kompleks bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya, dan lain-lain yang
merupakan satu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut.
 Jalan tol.
 Kolam renang.
 Tempat olahraga.
 Galangan kapal, dermaga.
 Taman mewah.
 Tempat penampungan / kilang minyak, air dan gas, pipa minyak.
 Fasilitas lain yang memberikan manfaat.

Subjek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh
hak atas suatu tanah dan bangunan. Subjek yang berkewajiban untuk membayar pajak disebut wajib pajak
BPHTB.

Sedangkan yang termasuk dalam objek BPHTB meliputi:

1. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah pajak yang dikenakan atas
perolehan hak atas tanah dan atau bangunan.
2. Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang
mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan.
3. Hak atas tanah adalah hak atas tanah termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan di atasnya
sebagaimana dalam undang-undang nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Yang menjadi objek pajak BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan, perolehan
hak atas tanah dan atau bangunan

5. Pemindahan hak karena :



o Jual beli
o Tukar-menukar
o Hibah
o Hibah waris
o Waris
o Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya
o Perpisahan hak yang mengakibatkan peralihan
o Penunjukkan pembeli dalam lelang
o Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap
o Penggabungan usaha
o Peleburan usaha
o Pemekaran usaha
o Hadiah.

12
6. Pemberian hak baru karena :

o Pelanjutan pelepasan hak,


o Diluar pelepasan hak.
Hak atas tanah adalah hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak milik atas satuan
rumah susun atau hak pengelolaan

OBJEK BEA MATERAI


Objek Bea Meterai dibagi tergantung tarif Bea Meterai yang digunakan. Berikut penjelasannya:

1. Objek yang dikenakan tarif Bea Meterai Rp 6.000 di antaranya:

 Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat
pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata.
 Akta-akta notaris termasuk salinannya.
 Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah termasuk rangkap-rangkapnya.
 Surat yang memuat jumlah uang lebih dari Rp 1.000.000.
o Menyebutkan penerimaan uang.
o Menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening bank.
o Berisi pemberitahuan saldo rekening di bank.
o Berisi pengakuan bahwa hutang uang seluruhnya atau sebagiannya telah dilunasi atau
diperhitungkan.
 Surat berharga seperti wesel, promes, aksep, dan cek yang harga nominalnya lebih dari Rp
1.000.000.
 Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun, sepanjang harga nominalnya lebih dari Rp
1.000.000.
 Dokumen lain yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan:
o Surat-surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan.
o Surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea Meterai berdasarkan tujuannya, jika
digunakan untuk tujuan lain atau digunakan untuk orang lain, lain dari maksud semula
untuk orang lain, lain dari maksud semula.
Objek yang dikenakan tarif Bea Cukai Rp 3.000 di antaranya:

 Surat yang memuat jumlah uang lebih dari Rp 250.000 tetapi tidak lebih dari Rp 1.000.000.
 Surat berharga seperti wesel, promes, aksep, dan cek yang harga nominalnya lebih dari Rp
250.000 tetapi tidak lebih dari Rp 1.000.000.
 Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun, sepanjang harga nominalnya lebih dari dari Rp
250.000 tetapi tidak lebih dari Rp 1.000.000.
 Cek dan bilyet giro dengan harga nominal berapa pun.
OBJEK PAJAK
Berikut yang termasuk objek pajak dikutip dari situs pajak :
1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,
gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya.
Kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang Pajak Penghasilan.
2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan maupun penghargaan.
3. Laba usaha.
4. Keuntungan karena berjualan atau pengalihan harta, termasuk:

13
Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan
lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;

Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau


anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;

Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,


pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa
pun;

Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan,


kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan,
koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil.
 Ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan,
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan,
atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan; dan
 Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak
penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan
dalam perusahaan pertambangan;
5 Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan
sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak.
6 Bunga yang termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena
jaminan pengembalian utang.

7 Dividen, dalam nama dan bentuk apapun, termasuk dividen hasil


dari perusahaan asuransi terhadap pemegang polis, dan
pembagian hasil sisa usaha koperasi.

8 Royalti atau pengembalian atas penggunaan hak.

9 Sewa atau penghasilan lain dengan penggunaan harta.

10 Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.


11 Keuntungan dari pembebasan utang, kecuali sampai dengan
jumlah tertentu yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah.

12 Keuntungan dari selisih kurs mata uang asing.

13 Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.

14 Premi asuransi.

15 Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya


yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas.

16 Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang


belum dikenakan pajak.

14
17 Penghasilan dari usaha yang berbasis syariah.

18 Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang


yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara
perpajakan.

19 Surplus Bank Indonesia.

15
Sedangkan yang Dikecualikan dari Objek Pajak adalah:
 Bantuan atau sumbangan

Di dalamnya termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang
diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang
diterima oleh penerima sumbangan yang berhak.

Ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang
bersangkutan.

 Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat,
badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial.

Termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang
bersangkutan.

 Warisan

 Harta yang termasuk setoran tunai diterima oleh badan.

 Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah.

Kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final
atau Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit).

 Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada pribadi seperti asuransi jiwa, asuransi kesehatan,
asuransi kecelakaan, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.

 Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak
dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan
modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat
dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan.

Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang menerima
dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% dari
jumlah modal yang disetor.

 Iuran yang diterima atau diperoleh dari dana pensiun yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan,
baik yang dibayar oleh pemberi kerja ataupun pegawai.

 Penghasilan dari modal yang dihasilkan oleh dana pensiun sebagaimana yang disebut dalam
nomor sebelumnya, dalam bidang-bidang tertentu yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan;

16
 Bagian laba yang didapat dari anggota perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas
saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan
kontrak investasi kolektif.

 Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari
badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia.

Dengan syarat badan pasangan usaha tersebut merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah,
atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan; dan sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.

 Beasiswa berdasarkan persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur oleh Peraturan Menteri
Keuangan.
 Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang
pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang
membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 tahun
sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

 Bantuan atau santunan yang dibayar oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib
Pajak tertentu, yang telah diatur lebih lanjut berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. 10

10
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5469975/apa-itu-objek-pajak-ini-jenisnya-dan-yang-
dikecualikan

17
JENIS PAJAK
Pajak memiliki beberapa jenis yang dapat didasarkan oleh lembaga pemungut pajak juga sifatnya. Jenis
pajak berdasarkan lembaga pemungutnya, terbagi menjadi dua:

1. Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh negara atau pemerintah pusat. Sebagian besar dari pajak
pusat dikelola oleh Direktorat Jenderal Pusat (DJP) - Kementerian Keuangan. Pajak Pusat meliputi :

 Pajak Penghasilan (PPh)


 Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
 Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
 Bea Meterai
 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

2. Pajak Daerah adalah pajak yang pemungutannya dilakukan oleh Pemerintah Daerah di tingkat
Provinsi dan Kabupaten/Kota. Pajak daerah meliputi :

 Pajak Kendaraan Bermotor


 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
 Pajak Air Permukaan
 Pajak Rokok
 Pajak Kabupaten yang terdiri dari:
 Pajak Hotel
 Pajak Restoran
 Pajak Hiburan
 Pajak Reklame
 Pajak Penerangan Jalan
 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
 Pajak Parkir
 Pajak Air Tanah
 Pajak Sarang Burung Walet
 Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan
 Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan

Berdasarkan sifatnya, jenis pajak dibagi menjadi dua, yakni:

 Pajak Langsung.

Pajak yang dikenakan pada wajib pajak secara berkala baik perorangan maupun badan
usaha. (Contoh = Pajak Penghasilan dan Pajak Bumi dan Bangunan)

 Pajak Tidak Langsung

Pajak yang diberikan oleh wajib pajak bila melakukan peristiwa atau perbuatan tertentu. (Contoh
= Pajak Penjualan atas Barang Mewah)11.

WEWENANG PAJAK
Tugas dan Wewenang Pengadilan Pajak
11
https://www.hipajak.id/artikel-pajak-dan-jenis-pajak

18
Berdasarkan dengan UU No.14 Tahun 2002, Pasal 31, 32, dan 33 dijelaskan tugas dan wewenang
dari pengadilan pajak itu sendiri, yaitu:

1. Pengadilan pajak memiliki kewenangan yang bersifat administratif dimana memiliki arti bahwa
lingkupnya berada dalam administrasi negara
2. Pengadilan pajak memiliki tugas dan wewenang dalam memeriksa dan memutus hal-hal yang
berkaitan dengan sengketa pajak
3. Bertanggung jawab dalam memeriksa dan memutuskan sengketa atas keputusan keberatan pada
tingkat banding, kecuali ditentukan lain sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku
4. Pengadilan pajak memiliki wewenang untuk memeriksa dan memutus sengketa gugatan yang
berkaitan dengan pelaksanaan penagihan pajak atau keputusan pembetulan atau keputusan
lainnya sesuai dengan Pasal 23 ayat (2) pada UU KUP
5. Pengadilan pajak memilki wewenang dalam mengawasi kuasa hukum yang memberikan bantuan
hukum kepada pihak yang sedang bersengketa dalam sidang pengadilan pajak
6. Pengadilan pajak memiliki peranan, yaitu sebagai pengadilan tingkat pertama dan terakhir yang
bertugas dalam memeriksa dan memutus sengketa pajak. Dalam pemeriksaan sengketa pajak,
pengadilan pajak memiliki wewenang untuk memanggil atau meminta data dan keterangan yang
berkaitan dengan sengketa pajak dari pihak ketiga sesuai UU yang berlaku. 12

12
https://www.pajakku.com/read/60cc494e58d6727b1651ab0f/unifikasi.pajakku.com

19
2.3 PEMBAGIAN HUKUM PAJAK, ASAS ASAS PEMUNGUTAN PAJAK, DAN
SUMBER HUKUM PAJAK
PEMBAGIAN HUKUM PAJAK
 HUKUM PAJAK MATERIAL
Memuat norma-norma yang menerangkan keadaan-keadaan perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa
hukum yang harus dikenakan pajak atau dengan kata lain Segala sesuatu tentang tentang timbulnya,
besarnya, dan hapusnya utang pajak dan pula hubungan hukum antara pemerintah dengan wajib pajak,
termasuk didalamnya peraturan-peraturan yang memuat kenaikan-kenaikan, denda-denda dan hukuman-
hukuman serta cara-cara tentang pembebasan dan pengembalian pajak.

 HUKUM PAJAK FORMIL


Peraturan peraturan mengenai cara-caraa untuk menjelmakan hukum pajak material menjadi suatu
kenyataan, Memuat cara-cara penyelenggaraan mengenai penetapan suatu hutang pajak, Kontrol
Pemerintah terhadap penyelenggaraan pemingutan Pajak, Kewajiban para wajib pajak (sebelum dan
sesudah menerima surat ketetapan pajak), Prosedur pemungutan pajak.
Tujuan adanya Pajak Formil yaitu adalah Melindungi baik, baik Fiscus maupun wajib Pajak, Memberi
jaminan bahwa hukum material dapat diselenggarakan dengan baik
BERDASARKAN GOLONGANNYA
Pajak berdasarkan golongannya dibagi menjadi :

 Pajak Langsung
Pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh WP ybs dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain

 Pajak Tidak langsung


Pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain
Contohnya : PPN dan PPenjBM
BERDASARKAN WEWENANG PEMUNGUTNYA
Pembagian pajak berdasarkan wewenang pemungutnya dibagi menjadi :

 Pajak Pusat
Pajak yang wewenang pemungutannya dilakukan oleh Pem. Pusat dan dilakukan oleh DepKeu
melalui Dirjen pajak, diatur oleh UU, dan hasilnya akan masuk APBN.

 Pajak Daerah
Pajak yang wewenang pemungutannya dilakukan oleh Pem. Daerah dan dilakukan oleh BPKD
melalui Dispenda, diatur oleh Perda, dan hasilnya akan masuk APBD.

BERDASARKAN SIFATNYA

20
 Pajak Subjektif
Pajak yang memperhatikan kondisi/ keadaan WP, Dalam mementukan pajak harus ada alas an-alasan
objektif yang berhubungan erat dengan keadaaan materialnya yaitu gaya pikul.

 Pajak Objektif
Pengenaan pajak yang hanya memperhatikan kondisi objeknya.13

ASAS-ASAS PEMUNGUTAN PAJAK


Dalam memungut pajak, institusi pemungut pajak hendaknya memerhatikan berbagai faktor yang
selanjutnya dikenal sebagai asas pemungutan pajak. Pada uraian di bawah ini disajikan berbagai asas
pemungutan pajak menurut para ahli ekonomi.

Adam Smith

1. Asas Equality, pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus sesuai dengan kemampuan
dan penghasilan wajib pajak. Negara tidak boleh bertindak diskriminatif terhadap wajib pajak.
2. Asas Certainty, semua pungutan pajak harus berdasarkan UU, sehingga bagi yang melanggar
akan dapat dikenai sanksi hukum.
3. Asas Convinience of Payment, pajak harus dipungut pada saat yang tepat bagi wajib pajak (saat
yang paling baik), misalnya disaat wajib pajak baru menerima penghasilannya atau disaat wajib
pajak menerima hadiah.
4. Asas Efficiency, biaya pemungutan pajak diusahakan sehemat mungkin, jangan sampai terjadi
biaya pemungutan pajak lebih besar dari hasil pemungutan pajak.

W.J. Langen

1. Asas Daya Pikul, besar kecilnya pajak yang dipungut harus berdasarkan besar kecilnya
penghasilan wajib pajak. Semakin tinggi penghasilan maka semakin tinggi pajak yang
dibebankan.
2. Asas Manfaat, pajak yang dipungut oleh negara harus digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang
bermanfaat untuk kepentingan umum.
3. Asas Kesejahteraan, pajak yang dipungut oleh negara digunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
4. Asas Kesamaan, dalam kondisi yang sama antara wajib pajak yang satu dengan yang lain harus
dikenakan pajak dalam jumlah yang sama (diperlakukan sama).

13
https://nurma.staff.uns.ac.id

21
5. Asas Beban Yang Sekecil-kecilnya, pemungutan pajak diusahakan sekecil-kecilnya (serendah-
rendahnya) jika dibandingkan dengan nilai obyek pajak sehingga tidak memberatkan para wajib
pajak.

Adolf Wagner

1. Asas Politik Finansial, pajak yang dipungut negara jumlahnya memadai sehingga dapat
membiayai atau mendorong semua kegiatan negara.
2. Asas Ekonomi, penentuan obyek pajak harus tepat, misalnya: pajak pendapatan, pajak untuk
barang-barang mewah
3. Asas Keadilan, pungutan pajak berlaku secara umum tanpa diskriminasi, untuk kondisi yang
sama diperlakukan sama pula.
4. Asas Administrasi, menyangkut masalah kepastian perpajakan (kapan, dimana harus membayar
pajak), keluwesan penagihan (bagaimana cara membayarnya) dan besarnya biaya pajak.
5. Asas Yuridis, segala pungutan pajak harus berdasarkan undang-undang. 14

SUMBER HUKUM PAJAK


Sebagaimana diatur dalam UUD 1945 Pasal 23A, disebutkan bahwa Pajak dan pungutan lain yang
bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang.

14
https://www.pajak.go.id/id/asas-pemungutan-pajak

22
2.4 FUNGSI HUKUM PAJAK, DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
YANG MENGATUR TENTANG PAJAK
FUNGSI HUKUM PAJAK
untuk mencapai kondisi meningkatnya ekonomi suatu negara yaitu (1) untuk membatasi konsumsi dan
dengan demikian mentransfer sumber dari konsumsi ke investasi. (2) untuk mendorong tabungan dan
menanam modal. (3) untuk mentransfer sumber dari tangan masyarakat ke tangan pemerintah sehingga
memungkinkan adanya investasi sumber dari tangan masyarakat ke tangan pemerintah sehingga
memungkinkan adanya investasi pemerintah. (4) untuk mmodifikasi pola investasi. (5) untuk mengurangi
ketimpangan ekonomi dan (6) untuk memobilisasi surplus ekonomi (Nurkse, 1971) dalam (Muchlis,
2002).15

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG MENGATUR TENTANG PAJAK


Sebagaimana diatur dalam UUD 1945 Pasal 23A, disebutkan bahwa Pajak dan pungutan lain yang
bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang.

15
http://repository.ubharajaya.ac.id/7224/1/Diktat%20Hukum%20Pajak.pdf

23
BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Secara Etimologi, Kata hukum berasal dari bahasa Arab hukm yang berarti putusan, ketetapan, perintah,
pemerintahan, kekuasaan, dan hukuman,16
Kata Recht berasal dari “rectum” (bahasa Latin) yang mempunyai arti bimbingan atau tuntutan, atau
pemerintahan dari kata recht tersebut timbul juga istilah “Gerechtigdheid”. Ini adalah bahasa belanda atau
“gerechtigkeit” dalam bahasa jerman berarti keadilan sehingga hukum juga mempunyai hubungan erat
dengan keadilan.
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.
Menurut Mr. Dr. N. J. Feldmann, Dalam bukunya De Overheidsmiddelen van Indonesia (Leyden, 1949)
menyatakan bahwa Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa,
(menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata
digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum. Feldmann (seperti juga halnya Seligman)
berpendapat bahwa terhadap pembayaran pajak, tidak ada kontraprestasi dari negara. Dalam
mengemukakan kritik-kritiknya terhadap definisi dari sarjana-sarjana lain ternyata bahwa Feldmann tidak
berhasil pula dengan definisinya, untuk memberikan gambaran tentang pengertian pajak.
Pajak bersifat sebagai kontribusi wajib untuk warga negara yang telah memenuhi syarat objektif dan
subjektif pelaksanaan kewajiban pajak , Kedua pajak bersifat memaksa , dapat diartikan sebagai
kewajiban yang tidak dapat dielakkan, Ketiga, timbal balik dari pajak bersifat tidak langsung. Tidak sama
dengan transaksi ekonomi pada umumnya yang memberikan timbal balik secara langsung, pajak memiliki
timbal balik untuk jangka panjang. Setelah kewajiban dilaksanakan, maka warga negara akan mendapat
imbalan berupa pembangunan infrastruktur dan fasilitas umum yang bisa dinikmati untuk jangka Panjang,
terakhir, pajak bersifat baku karena memiliki dasar undang-undang yang jelas. Pajak diatur dalam
undang-undang yang berlaku di Indonesia. Undang-undang ini kemudian dibedakan sesuai
peruntukannya, dan berlaku secara umum untuk setiap subjek dan objek yang disebutkan dalam undang-
undang tersebut.

Subjek pajak dalam negeri diantaranya adalah orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia
(WNI), Orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk
bertempat tinggal di Indonesia, Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia,
Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak. Adapun Subjek
pajak luar negeri Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, yang menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia, Badan yang tidak didirikan dan
tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia, Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia
atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, yang dapat
menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau
16
Hukum - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

24
melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia, Badan yang tidak didirikan dan
tidak bertempat di Indonesia, yang memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

3.2 SARAN

25
DAFTAR PUSTAKA
Hukum - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pengertian Tentang Hukum Dari Segi Etimologi Dan Para Pakar Hukum | Belajar Ilmu Hukum
(belajartentangilmuhukum.blogspot.com)
Pajak | Direktorat Jenderal Pajak
√ Pengertian Pajak Menurut Para Ahli Berdasarkan Undang-Undang (pajakbro.com)
https://www.hipajak.id/artikel-pajak-dan-jenis-pajak
MODUL 1 (ut.ac.id)
Hukum Pajak: Pengertian, Fungsi dan Sejarahnya (online-pajak.com)
Sifat-Sifat Pajak yang Berlaku Di Indonesia - Klikpajak
Objek Pajak dan Subjek Pajak, Ini Penjelasan Lengkapnya (online-pajak.com)
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5469975/apa-itu-objek-pajak-ini-jenisnya-dan-yang-
dikecualikan
https://www.hipajak.id/artikel-pajak-dan-jenis-pajak
https://www.pajakku.com/read/60cc494e58d6727b1651ab0f/unifikasi.pajakku.com
https://nurma.staff.uns.ac.id
https://www.pajak.go.id/id/asas-pemungutan-pajak
http://repository.ubharajaya.ac.id/7224/1/Diktat%20Hukum%20Pajak.pdf

26

Anda mungkin juga menyukai