Anda di halaman 1dari 43

Laboratorium Akuntansi Lanjut B

Universitas Gunadarma

KONSEP DASAR AKUNTANSI PAJAK

A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi pajak


Akuntansi Perpajakan merupakan suatu seni dalam mencatat, menggolongkan,
mengikhtisakan serta menafsirkan transaksi-transaksi finansial yang dilakukan oleh perusahan
dan bertujuan untuk menentukan jumlah penghasilan kena pajak (penghasilan yang digunakan
sebagi dasar penetapan beban dan pajak penghasilan yang terutang) yang diperoleh atau diterima
dalam suatu tahun pajak untuk dipakai sebagai dasar penetapan beban dan/atau pajak penghasilan
yang terutang oleh perusahaan sebagai wajib pajak. Sederhananya, akuntansi perpajakan dapat
didefinisikan sebagai bidang akuntansi yang mengkalkulasi, menangani, mencatat, menganalisa
dan membuat strategi perpajakan sehubungan dengan kejadian ekonomi (transaksi) perusahaan.

Akuntansi perpajakan, secara prinsipil terpengaruh oleh fungsi perpajakan karena merupakan
implementasi ketentuan perpajakan. Selanjutnya ketentuan itu merupakan perwujudan kebijakan
yang dipengaruhi oleh fungsi pajak. Oleh karena fungsi utama pajak adalah penerimaan negara
maka fungsi akuntansi pajak adalah melindungi hak penerimaan tersebut (public fiscal) dan
apabila terdapat keraguan dalam pengakuan dan pengukuran subyek atau obyek pajak terdapat
kecenderungan bahwa perpajakan lebih mengedepankan kepastian dan mengesampingkan
estimasi.

B. Kewajiban Penyelenggaraan Pembukuan


Kewajiban pembukuan oleh Wajib Pajak diatur didalam Undang-undang KetentuanUmum
dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP). Definisi pembukuan menurut Pasal 1 angka 29 UU KUP
adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan
informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah
harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan
keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.

Laporan keuangan disajikan untuk pengisian SPT Tahunan Pajak Penghasilan di akhir tahun.
Tidak hanya besarnya Pajak Penghasilan yang dapat dihitung, pajak-pajak lainnya juga harus
dapat dihitung dari pembukuan tersebut, seperti:

• Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

1
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

• Harga perolehan atau nilai impor dan harga jual atau nilai ekspor
• Harga jual dari barang yang dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
• Pembayaran atas pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah
Pabean di dalam Daerah Pabean dan atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah
Pabean di dalam Daerah Pabean
• Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dan yang tidak dapat dikreditkan.

Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan adalah semua Wajib Pajak Badan dan
Wajib Pajak orang pribadi yang mempunyai kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas yang
mempunyai peredaran bruto dalam 1 (satu) tahun Rp 4.800.000.000 (empat miliar delapan ratus
juta rupiah) atau lebih. Sedangkan untuk Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas yang peredaan brutonya dalam satu tahun kurang dari Rp
4.800.000.000 (empat milyar delapan ratus rupiah) dapat menyelenggarakan pencatatan dan boleh
menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto,
dengan syarat memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan
pertama dari tahun pajak yang bersangkutan.

Dalam menyelenggarakan Pembukuan/Pencatatan menurut UU KUP disyaratkan sebagai


berikut:

• Pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakan dengan memperhatikan


itikad baik dan mencerminkan keadaan atau menunjukkan kegiatan usaha yang
sebenarnya.
• Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan
huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia
atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.
• Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau
stelsel kas. Prinsip taat asas yang dimaksudkan adalah prinsip yang sama digunakan
dalam metode pembukuan dengan tahun-tahun sebelumnya untuk mencegah
penggeseran laba atau rugi.
• Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah dapat
diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat izin Menteri Keuangan.

2
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

• Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal,


penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian, sehingga dapat dihitung besarnya
pajak yang terhutang.

Buku, catatan, dan dokumen termasuk yang diselenggarakan secara program online dan
hasil pengolahan data dari pembukuan elektronik yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di Indonesia, yaitu di tempat kegiatan
atau tempat tinggal Wajib Pajak orang pribadi, atau kedudukan Wajib Pajak badan. Hal itu
dimaksudkan agar apabila Direktur Jenderal Pajak akan mengeluarkan surat ketetapan pajak,
bahan pembukuan atau pencatatan yang diperlukan masih tetap ada dan dapat segera
disediakan. Kurun waktu 10 (sepuluh) tahun penyimpanan buku, catatan, dan dokumen yang
menjadi dasar pembukuan atau pencatatan adalah sesuai dengan ketentuan yang mengatur
mengenai batas kadaluwarsa penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan. Perubahan Tahun
Buku dan Metode Pembukuan, harus mendapat persetujuan dari Direktur Jendral Pajak.

C. Tujuan Pelaporan Keuangan Perpajakan

Tujuan dari pelaporan keuangan perpajakan yaitu:

a) Memberikan informasi-informasi yang diperlukan untuk menghitung besarnya


Penghasilan Kena Pajak (PKP) dan Dasar Pengenaan Pajak (DPP) dalam hal; PPN & PPh.
b) Membantu wajib pajak untuk menghitung besarnya pajak yang terutang.
c) Mengetahui dan menilai tingkat kepatuhan wajib pajak dalam menjalankan sistem self
assessment, terutama apabila sedang terjadi pemeriksaan atau penyidikan pajak.
D. Sanksi Tidak Diselenggarakannya Pembukuan
Wajib Pajak yang sudah mampu melakukan pembukuan untuk tujuan Pajak, namun tidak
melakukannya, penghasilan netonya dihitung berdasarkan norma perhitungan, pajak yang
tidak atau kurang dibayar dari hasil penerapan norma perhitungan akan dikenai sanksi
administrasi berupa kenaikan pajak 50% atau 100% dari pajak yang tidak atau kurang dibayar
(pasal 13 ayat 3) UU KUP.

3
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

AKTIVA TETAP DALAM AKUNTANSI PAJAK

Aset tetap merupakan bagian dari neraca yang dilaporkan oleh manajemen dalam setiap periode
atau setiap tahun. Aset ini digolongkan menjadi asset tetap berwujud dan asset tetap tidak
berwujud.

Asset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan
dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk
dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan diharapkan dapat memberi masa
manfaat pada perusahaan selama bertahun-tahun.

Masa manfaat adalah periode aset tetap diharapkan digunakan oleh perusahaan, atau jumlah
produksi atau unit serupa yang diharapkan perusahaan diperoleh dari asset dan/atau perkiraan
lamanya asset tetap disusutkan.
A. Pengakuan Aset Tetap
 Menurut Komersial
Suatu benda berwujud dapat diakui dan dikelompokkan sebagai asset tetap sesuai ketentuan
akuntansi komersial apabila:

1. Besar kemungkinan (probable) bahwa manfaat keekonomian dimasa yang akan datang
yang berkaitan dengan aset tersebut akan mengalir kedalam perusahaan.

2. Biaya perolehan aset tetap dapat diukur secara andal.


Biaya perolehan ini terdiri atas harga beli, termasuk bea impor, PPN Masukkan yang
tidak dapat dikreditkan, dan biaya lain yang dapat diatribusikan secara langsung
sampai aset tersebut siap dipakai atau berada di tempat. Biaya yang dapat diatribusikan
contohnya adalah biaya persiapan tempat, pengiriman awal, penyimpanan, bongkar
muat, pemasangan, dan biaya professional.

Sebagai contoh PT. Eramandiri membeli sebuah mini bus dengan harga perolehan yang
dirinci sebagai berikut:

Harga Mini Bus : Rp 320.000.000


Jasa Antar Bus : Rp 8.000.000

4
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

PPN yang harus dibayar : Rp 32.000.000 +


Harga Perolehan : Rp 360.000.000

Jurnal yang dibuat oleh PT. Nur Jaya, yaitu :


Perkiraan Debit Kredit

Aktiva – Bus 328.000.000

PPN Masukan 32.000.000

- Kas/Bank/Utang 360.000.000

 Menurut Fiskal
Suatu benda berwujud diakui sebagai aset tetap menurut perpajakan harus memenuhi kriteria
yaitu :

1. Dimiliki dan digunakan dalam usaha atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih,
dan memelihara penghasilan, dengan suatu manfaat yang lebih dari 12 (dua belas)
bulan.

2. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan.

B. Pembelian Aktiva
Berdasarkan PSAK 16, aset tetap yang diperoleh dengan pembelian dalam bentuk siap pakai
dicatat dengan sejumlah harga beli ditambah dengan biaya yang terjadi dalam rangka
menempatkan aset tersebut pada kondisi dan tempat yang siap untuk dipergunakan. PPN yang
tak dapat dikreditkan merupakan salah satu unsur pembentuk harga perolehan, kecuali pajak itu
dibebankan sebagai biaya pada tahun perolehan tersebut.

Dalam ketentuan perpajakan, tergantung dari status hubungan antara penjual dan pembeli,
sehubungan dengan pihak yang terlibat dalam transaksi pembelian aset tetap dipisahkan antara
pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan yang tidak. Harta perolehan atau harga
penjualan dalam hal ini ditentukan sebagai berikut:

5
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

1. Tidak dipengaruhi hubungan istimewa:


a. Bagi pihak pembeli, harga perolehan harta adalah harta yang sesungguhnya dibayar,
Termasuk dalam harga perolehan harta adalah harga beli dan biaya yang dikeluarkan
dalam rangka memperoleh harta tersebut, seperti bea masuk, biaya pengangkutan, dan
biaya pemasangan.

b. Bagi pihak penjual, harga penjualan harta adalah harga yang sesungguhnya diterima.
2. Dipengaruhi hubungan istimewa:
a. Bagi pihak pembeli, harga perolehan harta adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan.
b. Bagi pihak penjual, harga penjualan harta adalah jumlah yang seharusnya diterima.

Contoh :
PT. X (pemegang saham 35% dari PT. Y) menjual sebuah peralatan kepada PT. Y Rp 15 juta.
Harga barang tersebut di pasar bebas Rp 25 juta maka untuk tujuan perpajakan harga perolehan
(dan penjualan) yang dicatat di buku kedua perusahaan tersebut Rp 15 juta akan dihitung kembali
menjadi Rp 25 juta. Jika peralatan itu merupakan barang kena pajak, tanpa memperhatikan
koreksi harga itu PT. X akan memungut PPN sebesar Rp 3 juta. Jika PT. Y Pengusaha Kena
Pajak (PKP), PPN itu dapat dikreditkan dengan PPN keluaran atas penyerahan barang badan
tersebut. Oleh karena itu, PPN tersebut tidak dikapitalisasi sebagai nilai perolehan peralatan.

Sebaliknya, jika PT. Y bukan PKP atau aktiva diperoleh sebelum badan itu dikukuhkan menjadi
PKP terdapat dua pilihan perlakuan perpajakan yaitu dikapitalisasi sebagai nilai perolehan aktiva
sehingga sebagai biaya pada saat pembelian aktiva, nilai aktiva sebesar Rp 25 juta.

6
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

PERSEDIAAN DALAM AKUNTANSI PAJAK

Persediaan (inventories) adalah harta perusahaan yang termasuk penting karena banyak
dana tertanam di dalamnya. Yang termasuk dalam persediaan adalah semua persediaan yang
berada di perusahaan dan yang berada di tempat pihak lain sebagai titipan. Barang yang
dikonsinyasikan termasuk barang dalam persediaan. Barang yang dijual secara cicilan tidak lagi
dimasukkan sebagai persediaan barang, karena hak kepemilikannya telah berpindah. Persediaan
tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal.

1. Jenis persediaan
Pengadaan barang oleh usaha perdagangan seperti pasar swalayan dan grosir, dimaksudkan
untuk dijual kembali, sedangkan pengadaan oleh usaha pabrik dimaksudkan untuk diolah
sebelum dijual. Usaha pabrik biasanya mempunyai tiga jenis persediaan, yaitu

a. Bahan Baku dan Bahan Pelengkap

Bahan baku (raw material) diperoleh langsung dari alam atau bahan yang dibeli dari
pihak ketiga. Contoh bahan yang langsung dari alam ialah minyak bumi, hutan, dan
laut. Biaya perolehan bahan baku terdiri dari harga pembelian, ongkos angkut, biaya gudang,
dan biaya lain-lain yang berhubungan dengan penyimpanan sampai bahan tersebut dipakai
dalam produksi. Bahan baku masih dapat digolongkan ke dalam bahan baku langsung dan
bahan pembantu. Bahan baku langsung ialah bahan-bahan yang dapat diidentifikasi langsung
dalam produk. Misalnya, bahan kayu untuk pembuatan lemari. Bahan baku pelengkap ialah
bahan yang tidak dapat diidentifikasikan dalam produk, seperti minyak pelumas dan kertas
amplas. Bahan tersebut secara fisik tidak terlihat dalam produk. Bahan ini digunakan untuk
diproses lebih lanjut agar memiliki nilai jual.

b. Barang dalam produksi


Barang dalam pengolahan (work in process) ialah barang yang masih dalam proses produksi
tetapi belum sampai tahap akhir. Untuk menyelesaikan produk tersebut, perusahaan masih
memerlukan tambahan pekerjaan sehingga membutuhkan biaya tenaga kerja dan biaya
tidak langsung lainnya.

7
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

c. Barang Jadi
Barang jadi (finished goods) ialah produk yang telah diproses dalam proses produksi sampai
tahap akhir dan siap untuk dijual. Semua biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya tidak
langsung telah selesai dibebankan.

2. Sistem Pencatatan Persediaan


Dalam akuntansi dikenal dua sistem pencatatan persediaan, yaitu Sistem periodik, dan sistem
perpetual. Dalam undang-undang perpajakan sistem pencatatan persediaan tidak diatur secara
jelas. Selama sistem dapat menunjukkan kebenaran pencatatan maka ketentuan perpajakan
dapat menerimanya. Untuk menentukan apakah kedua sistem tersebut sesuai atau dapat
digunakan dalam perpajakan, berikut ini akan dibahas satu per satu. a. Sistem periodik

Dalam sistem periodik, persediaan dihitung dengan melakukan inventarisasi pada setiap
akhir periode. Hasil penghitungan tersebut dapat dipakai untuk menghitung harga pokok
penjualan, yang pada gilirannya dipakai guna menyusun laporan keuangan. Dengan sistem
periodik ini, penghitungan persediaan dapat dilakukan dengan akurat dan benar. Namun terdapat
kelemahan, yaitu jika jumlah dan jenis persediaan banyak sekali maka cara ini sangat mahal.
Sistem ini cocok diterapkan pada perusahaan yang jenis dan jumlah persediaannya tidak banyak.

Sistem ini tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan, karena penilaian persediaan
dalam sistem ini berdasarkan perhitungan yang benar. Faktor penaksiran atau perkiraan tidak
terlihat dalam penilaian persediaan akhir. Tetapi, cara ini tidak praktis dan ekonomis jika jumlah
jenis persediaan sangat banyak.

b. Sistem perpetual
Sistem ini dapat menyajikan keterangan mengenai persediaan dan harga pokok penjualan secara
terus menerus tanpa inventarisasi. Hal ini dapat dilaksanakan karena setiap transaksi yang
berhubungan dengan persediaan selalu dicatat sedemikian rupa, sehingga rekening persediaan
senantiasa menyajikan saldo persediaan fisik. Dengan sistem periodik, nilai persediaan hanya
dapat diketahui jika inventarisasi fisik dilakukan. Sekalipun dalam sistem perpetual tidak
dipersyaratkan inventarisasi, namun perusahaan sering pula melakukannya agar perhitungan
harga pokok persediaan lebih akurat. Sistem perpetual tidak menggunakan cara penaksiran
dalam menghitung nilai persediaan, bahkan inventarisasi masih digunakan sebagai pelengkap

8
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

maka sistem ini tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan. Cara yang tidak sesuai dengan
prinsip perpajakan ialah persediaan dinilai berdasarkan penaksiran atau perkiraan.

Pasal 10 ayat 6 UU PPh No. 10 tahun 1994 sebagaimana diubah terakhir dengan UU No. 36
Tahun 2008, sistem yang sebaiknya digunakan wajib pajak adalah sistem perpetual, walaupun
periodik dperbolehkan.

3. Akuntansi Pajak Pada Persediaan


Berikut pencatatan persediaan untuk kepentingan perpajakan:
• Untuk tujuan PPN, pasal 1 bagian (e) UU PPN 1984 menyatakan penyerahan barang kena
pajak ke pedagang perantara dianggap transaksi penyerahan penjualan. Barang konsinyasi
tidak termasuk persediaan consignor.

• Akuntansi persediaan berkaitan dengan sistem pencatatan dan penilaian. Untuk tujuan
perpajakan UU PPh No. 36 Tahun 2008 pasal 10 ayat (6) menganut Metode FIFO dan Harga
Pokok Rata- rata.

4. Nilai persediaan di Neraca


Nilai persediaan di neraca menurut akuntansi dan perpajakan ditentukan oleh jumlah volume dan
harga per satuan. Penilaian persediaan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu biaya dan metode
penilaian arus masuk dan keluarnya barang.
Pada umumnya nilai persediaan dinyatakan dalam neraca sebesar harga pokok atau harga
perolehannya. Yang termasuk dalam harga perolehan ini adalah seluruh biaya yang secara
langsung atau tidak langsung terjadi, misalnya, ongkos angkut, asuransi, dan lain- lain.
Penilaian persediaan dalam akuntansi bisa menyimpang dari penilaian atas dasar harga pokok
atau nilai perolehan. Penyimpangan dapat dilakukan hanya jika ada kemungkinan manfaat
barang tidak lagi sepadan dengan harga pokok/perolehan, misalnya, karena kerusakan fisik,
susut, perubahan tingkat harga atau sebab-sebab lain namun, dalam akuntansi pajak hal tersebut
tidak diperkenankan.
5. Nilai Persediaan di Laporan Laba Rugi
Baik akuntansi komersil maupun akuntansi fiskal, keduanya menggunakan cara yang sama
dalam menyajikan nilai persediaan pada laporan laba rugi. Jadi mula-mula persediaan awal
ditambah dengan pembelian untuk menghasilkan barang yang tersedia untuk dijual.Kemudian
nilai tersebut dikurangi persediaan akhir.

9
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

Harga pokok penjualan dihitung dengan cara sebagai berikut :


Penjualan XXX
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan Awal XXX
Pembelian Bersih XXX
Barang yang tersedia untuk di jual XXX
Persediaan Ahkir (XXX)
Harga Pokok Penjualan (XXX)
Laba Bruto XXX

6. Metode Penilaian Persediaan


Arus (flows) atau pergerakan harta yang cukup penting dalam suatu kegiatan perusahaan ialah
arus masuk dan keluar barang. Dalam rangka analisis, pengendalian, dan penilaian persediaan,
arus masuk dan keluar harus dinilai dengan cara yang sama.

Namun pada kenyataan pada nilai barang yang masuk dan keluar sering berbeda fluktuasi harga.
Akibatnya timbul persoalan penilaian persediaan didalam harga pokok penjualan. Masalah ini
sama-sama dihadapi dalam akuntansi dan perpajakan. Dalam akuntansi terdapat tiga metode
penilaian persediaan yang pemakaiannya diserahkan kepada manajemen, sedangkan di
perpajakan hanya ada dua metode yang pemakainnya pun diserahkan kepada Wajib pajak.

• First-In, First-Out (Fi-Fo) : Harga yang masuk lebih dahulu akan dikelurakan terlebih
dahulu.
• Last-In, First-Out (Li-Fo) : Harga yang terakhir masuk akan keluar terlebih dahulu.
• Average : Metode rata-rata dengan menghitung saldo persediaan akhir dan harga pokok
penjualan dengan harga rata-rata per-unit dari persediaan yang tersedia untuk dijual.

7. Perbandingan Hasil Perhitungan Metode Penilaian Persediaan


UU tentang pajak telah mengatur, bahwa penilaian persediaan barang hanya boleh menggunakan
perolehan, sedangkan penilaian pemakaian persediaan untuk perhitungan harga pokok penjualan
hanya boleh dilakukan dengan cara rata-rata ataupun mendahulukan persediaan yang didapat
pertama (Fi-Fo).

10
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

UTANG PAJAK DAN UANG MUKA PAJAK

A. Timbulnya Utang Pajak dan Uang Muka Pajak


Wajib Pajak (Perusahaan) dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dapat sebagai pembayar
pajak, sebagai pemotong dan pemungut pajak, dan sebagai pihak yang dipotong dan dipungut
pajaknya. Oleh karena itu pencatatan atas transaksi-transaksi tersebut adalah sebagai berikut:

Pajak yang dipotong/dipungut oleh


1. Dicatat sebagai hutang pajak
sendiri
Pajak yang dipotong/dipungut oleh
2. Dicatat sebagai uang muka pajak
pihak lain
3. Pembayaran pajak Bersifat pelunasan pajak

1. Utang Pajak
Pajak yang bersifat sebagai utang timbul ketika badan diharuskan untuk memotong/memungut
pajak, yaitu:
a. PPN dan PPnBM, yaitu: pajak yang dipungut dari pembeli (PPN Keluaran);
b. PPh Pasal 21, yaitu: pajak yang dipotong dari penghasilan si penerima (individu)
penghasilan;
c. PPh Pasal 22, yaitu: pajak yang dipotong dari pembelian barang dalam hal ditunjuk sebagai
pemungut PPh Pasal 22 atas pembelian barang;
d. PPh Pasal 23, yaitu: pajak yang dipotong dari kebanyakan jasa, bunga. deviden, royalti,
dan sewa kepada wajib pajak dalam negeri;
e. PPh Pasal 26, yaitu: pajak yang dipotong dari penghasilan yang diterima oleh wajib pajak
luar negeri;
f. PPh tertentu yang bersifat final (PPh Pasal 4 ayat (2)), yaitu; pajak yang dipotong dari
wajib pajak lain yang bersifat final, misal: sewa tanah dan/atau bangunan.
2. Uang Muka Pajak
Pajak yang bersifat kredit pajak adalah pajak yang dipotong/dipungut oleh pihak lainnya yang
dibayar sendiri oleh badan, yang dapat diperhitungkan dengan pihak yang terutang. Pajak yang

11
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

dipungut oleh pihak lain biasanya dibuktikan dengan bukti pemotongan untuk PPh dan Faktur
Pajak untuk PPN. Sebenarnya pembayaran atau pelunasan pajak ini merupakan pembayaran
pajak dimuka (prepaid tax), yang pada akhirnya akan diperhitungkan dengan pajak terutang.
Pajak-pajak yang bersifat kredit pajak adalah: PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 24, PPh
Pasal 25, fiskal luar negeri, dan PPN Masukan.

3. Pelunasan Pajak
Pajak ini bersifat sebagai pelunasan pajak dalam tahun berjalan. Pelunasannya dapat melalui
penyetoran sendiri atau melalui pemotongan oleh pihak lain, yaitu:
a. PPh Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final;
b. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);
c. Bea Meterai (BM);
d. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan (BPHTB);
e. Seluruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;
f. PPh Badan/OP Kurang Bayar/PPh Pasal 29.

B. Akuntansi Utang Pajak dan Uang Muka Pajak


1. PPh Pasal 21
a. PPh Pasal 21 ditanggung oleh penerima penghasilan.
Misalnya pada tanggal 10 Februari 2019, PT. Milkyta melakukan pembayaran gaji
karyawannya, dengan data sebagai berikut:

Total Gaji Rp 17.000.000

Potongan:
- PPh Pasal 21 Rp 800.000
- Premi Jamsostek Rp 120.000
- Iuran Pensiun Rp 80.000

Dibayar Rp 16.000.000
Ayat Jurnal pada saat pembayaran gaji:

Perkiraan Debit Kredit

12
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

Biaya Gaji 17.000.000

Utang PPh Pasal 21 800.000

Premi Jamsostek 120.000

Iuran Pensiun 80.000

Kas/Bank 16.000.000

Ayat Jurnal pada saat penyetoran pajak dan iuran lainnya:

Perkiraan Debit Kredit

Utang PPh Pasal 21 800.000

Premi Jamsostek 120.000

Iuran Pensiun 80.000

Kas/Bank 1.000.000

b. PPh Pasal 21 ditanggung oleh pemberi penghasilan/pemberi kerja.


Contoh yang sama dengan point a, namun PPh Pasal 21 ditanggung oleh Pemberi Kerja.
Ayat Jurnal pada saat pembayaran gaji:

Perkiraan Debit Kredit

Biaya Gaji 17.000.000

Beban PPh 21 800.000

Utang PPh Pasal 21 800.000

Premi Jamsostek 120.000

Iuran Pensiun 80.000

Kas/Bank 16.800.000

13
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

Ayat Jurnal pada saat penyetoran pajak dan iuran lainnya:

Perkiraan Debit Kredit

Utang PPh Pasal 21 800.000

Premi Jamsostek 120.000

Iuran Pensiun 80.000

Kas/Bank 1.000.000

c. PPh Pasal 21 ditunjang oleh pemberi penghasilan/pemberi kerja (perhitungan tidak di


gross-up)
Contoh yang sama dengan point a, namun pemberi kerja misalkan memberikan tunjangan
pajak sejumlah Rp 200.000 sehingga menjadikan (misal) PPh Pasal 21 terutang menjadi
sebesar Rp 1.000.000 (bukan perhitungan yang sebenarnya).
Ayat Jurnal pada saat pembayaran gaji:

Perkiraan Debit Kredit

Biaya Gaji 17.000.000

Beban Tunjangan PPh 21 200.000

Utang PPh Pasal 21 1.000.000

Premi Jamsostek 120.000

Iuran Pensiun 80.000

Kas/Bank 16.000.000

Ayat Jurnal pada saat penyetoran pajak dan iuran lainnya:

Perkiraan Debit Kredit

Utang PPh Pasal 21 1.000.000

Premi Jamsostek 120.000

14
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

Iuran Pensiun 80.000

Kas/Bank 1.200.000

2. PPh Pasal 22
Contoh 1
PT. Sukijan menjual sepeda sebanyak 200 Unit kepada Kementrian keuangan dengan harga Rp
500.000.000. Atas pembayaran dilakukan oleh Bendaharawan Kementrian Keuangan akan
dilakukan pemungutan PPh Pasal 22 sebesar 1,5% dari Harga Jual (dasar pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai). Jumlah pemungutan PPh Pasal 22, adalah sebesar:

1,5% × Rp 500.000.000 = Rp 7.500.000

Bagi Perusahaan (PT. Sukijan) PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Bendaharawan dapat
dijadikan sebagai kredit pajak pada akhir tahun saat perusahaan menghitung pajak di akhir
tahun.

Ayat Jurnal yang dilakukan oleh PT. Sukijan adalah:

Perkiraan Debit Kredit

Kas/Bank 492.500.000

Uang Muka PPh 22 7.500.000

Penjualan 500.000.000

Contoh 2
PT. SuperGirl mengimpor bahan baku dengan nilai impor Rp 1.100.000.000. Bahan baku
dibebaskan dari PPN, perusahaan menggunakan API pada waktu impor. Atas impor bahan
baku tersebut, Perusahaan dipungut PPh Pasal 22 impor oleh Direktorat Jendral Bea dan Cukai
sebesar 2,5% karena menggunakan Angka Pengenal Impor (API). Jumlah pemgungutan PPh
Pasal 22 Impor adalah sebesar:

2,5% × Rp 1.100.000.000 = Rp 27.500.000

15
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

Bagi Perusahaan PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Direktorat Jendral Badan Cukai dapat
dijadikan sebagai kredit pajak pada akhir tahun saat perusahaan menghitung pajak diakhir
tahun.
Ayat Jurnal yang dilakukan oleh PT. SuperGirl adalah:

Perkiraan Debit Kredit

Persediaan Bahan Baku 1.100.000.000

Uang Muka PPh 22 27.500.000

Kas/Bank 1.127.500.000

Contoh 3
PT. LalaLand membeli semen sebagai bahan baku dengan harga Rp 800.000.000 (harga belum
termasuk PPN) dari PT. SemenKuat. PT. SemenKuat adalah perusahaan industri semen yang
ditunjuk sebagai pemungut PPh Pasal 22. Selain sebagai pemungut PPh Pasal 22, PT.
SemenKuat adalah Pengusaha Kena Pajak sehingga atas penyerahan Barang Kena Pajak yang
dilakukan harus dipungut juga Pajak Pertambahan Nilai. Besarnya tarif pemungutan PPh Pasal
22 atas industri semen adalah 0,25% × dasar pengenaan pajak. jumlah pemungutan adalah
sebesar:

0,25% × Rp 800.000.000 = Rp
2.000.000
Bagi perusahaan PPh Pasal 22 yang dipungut oleh PT. SemenKuat dapat dijadikan sebagai
kredit pajak pada akhir tahun saat perusahaan menghitung pajak di akhir tahun.
Ayat Jurnal yang dilakukan oleh PT. LalaLand adalah:

Perkiraan Debit Kredit

Persediaan Bahan Baku 800.000.000

PPN Masukan 80.000.000

Uang Muka PPh 22 2.000.000

16
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

Kas/Bank 882.000.000

3. PPh Pasal 23
Contoh 1
Padal Tanggal 20 April 2019 PT. Maleficent melakukan pembayaran atas jasa instalasi internet
kepada PT. Snow White (pengusaha kecil non PKP) sebesar Rp 60.000.000. Atas penghasilan
yang diterima oleh PT. Snow White merupakan objek pemotong PPh Pasal 23 dengan tarif 2%
× jumlah bruto (dasar pengenaan pajak).
Jumlah pemotongan adalah sebesar:
2% × Rp 60.000.000 = Rp 1.200.000

Pemotongan tersebut dilakukan oleh PT. Maleficent. Bagi PT. Snow White, pemotongan
tersebut dapat dijadikan sebagai kredit pajak pada waktu melakukan pelaporan atas
perhitungan PPh Badannya diakhir tahun pajak.
Ayat Jurnal yang dilakukan PT. Maleficent adalah:

Perkiraan Debit Kredit

Biaya Jasa Instal 60.000.000

Utang PPh Pasal 23 1.200.000

Kas/Bank 58.800.000

Utang Pajak tersebut akan dibayar oleh PT. Snow White sesuai dengan ketentuan formal, yaitu
setiap tanggal 10 setelah berakhirnya bulan tahun pajak.
Ayat Jurnal yang dilakukan oleh PT. Snow White adalah:

Perkiraan Debit Kredit

Kas/Bank 58.800.000

Uang Muka PPh 23 1.200.000

Penghasilan Jasa Instal 60.000.000

17
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

Contoh 2
Pada tanggal 22 Juli 2019, PT. Alibaba melakukan pembayaran atas sewa mobil kepada PT.
Simba (pengusaha sudah PKP) sebesar Rp 15.000.000. Atas penghasilan yang diterima oleh
PT. Simba merupakan objek pemotong PPh Pasal 23 dengan tarif 2% × jumlah bruto (dasar
pengenaan pajak).
Jumlah pemotong adalah sebesar:

2% × Rp 15.000.000 = Rp 300.000

Pemotongan tersebut dilakukan oleh PT. Alibaba. Bagi PT. Simba, pemotongan tersebut dapat
dijadikan sebagai kredit pajak pada waktu melakukan pelaporan atas penghitungan PPh
Badannya di akhir tahun pajak.
Ayat Jurnal yang dilakukan oleh PT. Alibaba adalah:

Perkiraan Debit Kredit

Biaya Sewa Kendaraan 15.000.000

PPN Masukan 1.500.000

Utang PPh Pasal 23 300.000

Kas/Bank 16.200.000

Utang pajak tersebut akan dibayar oleh PT. Alibaba sesuai dengan ketentuan formal, yaitu
setiap tanggal 10 setelah berakhirnya bulan takwim pajak.
Ayat Jurnal yang dilakukan PT. Simba adalah:

Perkiraan Debit Kredit

Kas/Bank 16.200.000

Uang Muka PPh 23 300.000

18
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

Pendapatan Sewa Kendaraan 15.000.000

PPN Keluaran 1.500.000

PENDAPATAN DAN BIAYA DALAM AKUNTANSI PAJAK

A. Pendapatan
Pendapatan/penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apapun. Dilihat dari mengalirnya tambahan ekonomis kepada
subjek pajak, penghasilan dapat dikelompokkan menjadi :

1. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas seperti
gaji,honorarium, penghasilan dari praktik dokter, notaris, aktuaris, akuntan, pengacara, dan
sebagainya.
2. Penghasilan dari usaha dan kegiatan.
3. Penghasilan dari modal atau investasi, yang berupa harta gerak ataupun harta tidak bergerak
seperti, bunga, dividen, royalty, sewa, keuntungan, penjualan harta atau hak yang tidak
dipergunakan untuk usaha,dan lain sebagainya.
4. Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang, hadiah, dan lain sebagainya.
Selanjutnya dilihat dari penggunaanya, penghasilan dapat dipakai untuk konsumsi dan dapat pula
ditabung untuk menambah kekayaan Wajib Pajak.

1. Penghasilan yang termasuk Objek Pajak


Sesuai Pasal 4 ayat (1) Undang – Undang Pajak Penghasilan yang termasuk penghasilan
sebagai objek dengan nama dan bentuk apapun termasuk:
a. penggantian atau imbalan yang berkenan dengan pekerjaaan atau jasa
b. laba usaha
c. keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta
d. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan
e. penerimaan kembali pembayaran pajak
f. bunga
g. dividen

19
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

h. royalti, atau imbalan atas penggunaan hak


i. sewa
j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
k. premi asuransi
l. imbalan bunga dan lain sebagainya.
2. Penghasilan yang Tidak Termasuk sebagai Objek Pajak
Pasal 4 ayat (3) terdapat penghasilan yang tidak termasuk kategori Objek Pajak sebagai
berikut :
a. Bantuan atau sumbangan
b. Harta hibahan
c. Warisan
d. Harta setoran tunai sebagai pengganti saham atau penyertaan modal
e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada pribadi
f. Dividen
g. Iuran yang diterima atau diperoleh dari dana pensiun
h. Bagian laba yang di terima anggota
i. Beasiswa yang memenuhi persyaratan
j. Bantuan atau santunan dan lain sebagainya

B. Biaya
Beban-beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi Wajib Pajak Dalam Negeri
danbentuk usaha tetap dapat dibagi dalam 2 (dua) golongan, yaitu:

1. Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1 (satu) tahun. Beban yang
mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1 (satu) tahun merupakan biaya pada tahun yang
bersangkutan, misalnya gaji, biaya administrasi dan bunga, biaya rutin pengolahan
limbah,dsb.

2. Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun. Pengeluaran yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, pembebanannya dilakukan melalui
penyusutan atau melalui amortasi.

Kemudian pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak dapat pula dibedakan
menjadi:
1. Pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya (deductible expenses).

20
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

Pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya adalah pengeluaran yang mempunyai
hubungan langsung dengan usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak yang pembebanannya dapat dilakukan
dalam tahun pengeluaran atau selama masa manfaat dari pengeluaran tersebut.

2. Pengeluaran yang tidak dapat dibebankan sebagai biaya (non-deductible expenses).


Pengeluaran yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto atau tidak dapat
dibebankan sebagai biaya adalah pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang bukan merupakan objek pajak atau pengeluaran dilakukan tidak dalam
batas-batas yang wajar sesuai dengan adat kebiasaan pedagang yang baik. Oleh karena itu,
pengeluaran yang melampaui batas kewajaran dipengaruhioleh hubungan istimewa, maka
pengeluaran tersebut tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.

21
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

IKHTISAR BIAYA YANG DEDUCTIBLE DAN NON DEDUCTIBLE EXPENSES

Non
Deductible
Beban Usaha Deductible Keterangan
Expenses Expenses

Biaya yang dikeluarkan untuk


mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan :
- prinsip realisasi V
- konservatis/penyisihan V
Biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan yang bukan obyek PPh atau V
pengenaan PPh-nya final.
1. Gaji/upah V PPh Ps 21
2. Tunjangan PPh Pasal 21 V PPh Ps 21
3. PPh Dibayar Perusahaan V
4. Premi Asuransi Jiwa Pegawai dibayar V
PPh Ps 21
Perush.
5. Premi Asuransi Jiwa Untuk
pemilik/pemegang saham dan V
keluarganya
6. Iuran JAMSOSTEK
a) Jaminan kecelakaan kerja (JKK) V PPh Ps 21
b) Jaminan Kematian (JKM) V PPh Ps 21
c) Jaminan pelayanan kesehatan V PPh Ps 21
d) Iuran Jaminan Hari Tua (JHT)
(JAMSOSTEK)
Dibayar Perusahaan V
Dibayar Pegawai bagi pegawai V
7. Iuran pensiun ke Dana Pensiun yang
disahkan Menteri Keuangan

22
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

Dibayar Perusahaan V
Dibayar Pegawai bagi pegawai V
8. Iuran pensiun ke Dana Pensiun yang
V
belum disahkan Menteri Keuangan
9. Tunjangan Hari Raya V PPh Ps 21
10. Uang Lembur V PPh Ps 21
11. Pengobatan :
a) Cuma-cuma (langsung ke Rumah
V
Sakit)
b) Penggantian Pengobatan V PPh Ps 21
c) Tunjangan Pengobatan V PPh Ps 21
12. Pemberian Imbalan dalam bentuk natura
& kenikmatan, misal : beras, gula dsb V

13. Pemberian makan & minum untuk V


seluruh karyawan secara bersama-sama
14. Pemberian makan kepada crew V
kapal/pesawat dalam perjalanan
15. KMK 466/KMK.04/2000 Pemberian dlm
bentuk natura & kenikmatan
a) Dalam rangka & berkaitan dengan V
pelaksanaan kerja :
untuk keamanan/keselamatan kerja V
yang diwajibkan, misal : pakaian dan
peralatan bagi pegawai pemadam
kebakaran, proyek, pakaian seragam
pabrik,
hansip/satpam
Beban antar jemput karyawan V
Penyediaan makan/minum untuk awak V
kapal & pesawat
b) Berkenaan dengan situasi lingkungan, V
misal :
pakaian seragam pegawai V
hotel/penyiar TV
makan tambahan bagi operator V
komputer/pengetik

23
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

makan/minum cuma-cuma bagi V


pegawai restoran
c) Imbalan dalam bentuk natura & V
kenikmatan di daerah tertentu :
tempat tinggal/perumahan pegawai V
sepanjang tidak ada tempat tinggal
yang dapat disewa
makan & minum pegawai sepanjang V
tidak ada tempat penjualan makanan

pelayanan kesehatan sepanjang tidak V


ada sarana kesehatan, misal RS,
Poliklinik dsb
Pendidikan pegawai & keluarganya V
sepanjang tidak ada sarana
pendidikan yang setara
Pengangkutan pegawai di lokasi V
bekerja, sedang pengankutan
keluarga terbatas pada kedatangan
pertama dan terputusnya hubungan
kerja
olah raga sepanjang tidak ada sarana V
olah raga. Sarana olah raga tidak
termasuk golf, boating, pacuan kuda

Pembebanan yang masa


manfaatnya lebih dari satu tahun, V
dengan cara penyusutan sesuai
pasal 11 UU No 10 tahun 1994
15. Cuti pegawai :
a) diberikan uang cuti V PPh Ps 21
b) tunjangan cuti V PPh Ps 21
c) dibayar perusahaan V
16. Perjalanan dinas pegawai :
a) didukung bukti-bukti yang V
sah/dipertanggungjawabkan
b) lumpsum (tidak didukung bukti- V
bukti)
c) lumpsum dianggap honor pegawai V

24
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

d) honor/uang saku V PPh Ps 21


e) Fiskal Luar Negri dibayar perusahaan, V
merupakan PPh Ps 25, dibayar
dengan SSP, ditulis nama pegawai
q.q. nama perusahaan dengan NPWP
perusahaan.
f) biaya piknik/rekreasi V
17. Bonus atas prestasi kerja yang V PPh Ps 21
dibebankan pada tahun berjalan
18. Pembagian laba berupa bonus, tantiem, V PPh Ps 23
gratifikasi, jasa produksi, yang
dibebankan ke laba ditahan (Retained
Earning)
19. Biaya seminar, penataran, V
kursus (pendidikan)
20. Honor/uang saku pegawai yang V
PPh Ps 21
mengikuti seminar dsb
21. Bea siswa :
a) ada ikatan kerja dengan perusahaan V PPh Ps 21
b) tidak ada ikatan kerja dengan V
perusahaan (sumbangan)
22. Sumbangan ke karyawan dalam bentuk V
PPh Ps 21
uang
23. Kendaraan perusahaan (sedan) yang
dibawa pulang & dikuasai pegawai :
a) penyusutan kelompok 2 50% 50%
b) biaya reparasi/pemeliharaan 50% 50%
c) bahan bakar/oli dsb 50% 50%
24. Perumahan perusahaan & asrama :
a) pegawai yg menempati tidak diberi
tunjangan perumahan :
penyusutan rumah V
biaya eksploitasi rumah V
b) pegawai yg menempati diberi tunjangan
perumahan minimal sebesar biaya
penyusutan & biaya eksploitasi :
tunjangan perumahan V PPh Ps 21

25
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

biaya penyusutan rumah V


biaya eksploitasi rumah V
25. Mess untuk transit, pendidikan
(sementara) :
a) biaya penyusutan V
b) baiaya eksploitasi V
26. Sewa rumah pegawai yang tidak diberi V
tunjangan sewa minimal sebesar sewa PPh Ps 23
rumah tersebut
27. PPh sewa rumah dibayar perusahaan V
28. Diberikan uang sewa rumah V PPh Ps 21
29. Uang pesangon V PPh Ps 21
30. Upah borongan pekerjaan ke orang V
PPh Ps 21
pribadi
31. Imbalan ke pegawai yang merupakan
pemegang saham :
a) Gaji yang wajar V PPh Ps 21
b) imbalan di atas kewajaran V PPh Ps 23
c) dividen terselubung : PPh Ps 23
premi asuransi jiwa V
biaya listrik, tilpon rumah pribadi V
biaya pemeliharaan mobil pribadi V
PBB rumah pribadi V
Pengeluaran perusahaan untuk V
keperluan pribadi
pembagian laba secara langsung/tidak V
langsung
32. Gaji yang dibayarkan ke anggota/sekutu V
Persekutuan, CV, Firma

33. Beban Bunga :


a) biaya bunga untuk memperoleh Ph yg V
Merupakan obyek Pajak

26
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

b) bunga atas pinjaman yang digunakan


untuk membeli saham yang sudah
beredar atau untuk melakukan akuisisi
saham milik pemegang saham
(penyertaan dlm Negri), bagi PTDN,
BUMN/D, Koperasi, yg bukan objek
pajak:
dibebankan pada th ybs V
dikapitalisasi pada harga perolehan V
investasi saham
c) biaya bunga atas pinjaman untuk V
melakukan penyertaan pada perusahaan
yang baru didirikan atau mengambil right
issue
d) biaya bunga selama masa konstruksi, tidak V
boleh dibebankan pada th ybs, tetapi
menambah harga perolehan aktiva tetap

e) Biaya bunga jika ada penghasilan bunga


deposito/tabungan yang sudah dikenakan
PPh final, tidak semua biaya bunga dapat
dibebankan
f) Biaya bunga atas pinjaman untuk
V
keperluan pribadi
g) pembayaran bunga :
ke bank-bank di Indonesia V
ke bukan bank V PPh Ps 23
ke WPLN non tax treaty V PPh Ps 26
ke WPLN tax treaty V SKT-Ps 26
ke pemegang
saham/hubungan istimewa
wajar V PPh Ps 23
tidak wajar (selisihnya) V PPh Ps 23
34. Beban sewa selain tanah dan/atau
bangunan
a) Ke WPDN orang pribadi V PPh Ps 23
b) Ke WPDN Badan/BUT V PPh Ps 23
35. Sewa tanah dan/atau bangunan

27
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

a) Ke WPDN orang pribadi V PPh Ps 23


b) Ke WPDN Badan V PPh Ps 23
36. Biaya royalty :
a) Ke WPDN V PPh Ps 23
b) Ke WPLN non tax treaty V PPh Ps 26
c) Ke WPLN tax treaty V SKT Ps 26
37. Jasa manajemen-WPDN, pemeberian
jasa dengan ikut serta secara langsung V PPh Ps 23
melaksanakan manajemen
38. Jasa teknik WPDN, pemberian jasa
dalam bentuk pemberian informasi yang
berkenaan dengan pengalaman di bidang V PPh Ps 23
: industri, perdagangan, ilmu
penegtahuan, meliputi :
a) penelitian tanah
b) pembuatan design bangunan
c) pengawasan pelaksanaan bangunan
d) informasi teknik : gambar, petunjuk
produksi, perhitungan dsb
e) latihan teknik
f) informasi bidang manajemen
g) jasa recruitmen pegawai
39. Jasa Konstruksi :
a) Jasa pelaksanaan konstruksi V Psl 23/4(2)
b) jasa pengawasan konstruksi V Psl 23/4(2)
c) jasa perencanaan konstruksi V Psl 23/4(2)
40. jasa konsultan selain V
PPh Ps 23
konsultan konstruksi
41. Pembayaran jasa ke LN, seluruh
pekerjaan dilakukan di LN
a) negara non tax treaty V PPh Ps 26
b) negara tax treaty V SKT Ps 26
42. Beban Litbang (R & D) yang dilakukan
di Indonesia dalam jumlah yang wajar
untuk menemukan teknologi/sistem baru
bagi pengembangan perusahaan :
a) penyusutan aktiva tetap V
b) bahan yang digunakan V

28
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

c) gaji/honor pegawai V PPh Ps 21


d) honor konsultan V PPh Ps 23
e) biaya konsultan yang memborong
litbang yang jumlahnya cukup
material :
amortisasi V
biaya litbang :
dilakukan di Indonesia V
dilakukan di LN V PPh Ps 26
43. sanksi perpajakan : denda, bunga, V
kenaikan
44. PBB untuk tanah/bangunan V
pabrik/kantor
45. PBB untuk tanah/bangunan yang tidak V
digunakan untuk usaha/milik pribadi
46. Pajak Masukan yang tidak dapat
dikreditkan :
a) untuk perolehan BKP/JKP sesuai Ps 6 V

b) masa manfaat lebih dari satu tahun V


dengan penyusutan
c) untuk perolehan BKP/JKP sesuai Ps 9 V

d) FP Standar yang tidak lengkap, tidak V


benar, cacat, kecuali dpt dibuktikan
bhw pjk telah dibayar
47. Biaya entertaiment (SE 27/PJ/1986 :
a) tidak dibuat daftar nominatif V
b) dibuat daftar nominatif : nomor urut,
jenis, nama tempat, alamat dan
jumlah entertaiment diberikan, relasi V
: nama, posisi, nama dan jenis
perusahaan
48. Keperluan pegawai dibayar perusahaan V
49. Keperluan pegawai yang merupakan
pemilik/pemegang saham dibayar
V PPh Ps 23
perusahaan merupakan deviden
terselubung

29
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

50. Biaya promosi :


a) didukung bukti yang sah V
b) tidak didukung bukti V
51. Kerugian piutang bagi perusahaan bukan
bank/sewa guna usaha dengan hak opsi

a) Penyisihan V
b) metode langsung, tidak dibuat daftar
V
nominatif
c) metode langsung : telah dibebankan ke
Laporan rugi laba komersial,
diserahkan ke pengadilan
negeri/BUPLN, diumumkan dalam
salah satu penerbitan, dan dibuat V
daftar nominatif (dilampirkan) :
nama, alamat, tgl pinjaman
diberikan, jumlah piutang dan
keterangan
52. Rugi selisih kurs :
a) kurs tengah BI akhir tahun V
b) pada waktu pembayaran V
53. SGU tanpa hak opsi, pembayaran SGU V PPh Ps 23
54. SGU dengan hak opsi :
a) penyusutan aktiva SGU V
b) bunga SGU V
c) jumlah pembayaran SGU V
55. Kerugian pengalihan harta :
a) digunakan untuk usaha V
b) tidak digunakan untuk usaha V
56. Beban alat tulis kantor V
57. Beban listrik, tilpon, fax V
58. Beban perangko/materai V
59. Beban starco/handphone, penyusutan
50% 50%
kel 1
60. Beban pemeliharaan/perbaikan, pulsa
50% 50%
HP, dsb
61. Macam-macam biaya :
a) tidak diperinci V

30
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

b) diperinci V
62. SE-33/PJ.421/96, biaya bea siswa dalam
rangka GN-OTA yang dikeluarkan
perusahaan, dengan bukti V
setoran/transfer ke BRI a/n Lbg
GNOTA
63. Bantuan keluarga pra sejahtera
dibebankan langsung ke perkiraan V
“Laba Ditahan

31
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

LAPORAN KEUANGAN FISKAL

A. Pengertian Laporan Keuangan Fiskal


Laporan keuangan fiskal adalah laporan keuangan yang disusun sesuai peraturan perpajakan
dan digunakan untuk keperluan penghitungan pajak. Rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh Wajib Pajak
karena terdapat perbedaan penghitungan, khususnya laba menurut akuntansi (komersial) dengan
laba menurut perpajakan (fiskal).

Laporan keuangan komersial atau bisnis ditujukan untuk menilai hasil usaha (Income
statement) dan keadaan keuangan (Balance Sheet) dari satu entitas, sedangkan laporan keuangan
fiskal ditujukan untuk menghitung penghasilan kena pajak dan beban pajak yang harus diba yar ke
Negara.

Laporan keuangan komersil berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum, yaitu
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) atau standar lain, sedangkan untuk kepentingan
fiskal, laporan keuangan disusun berdasarkan Undang-undang dan Peraturan Perpajakan lain.
Perbedaan penggunaan standar atau prinsip dasar dalam penyusunan Laporan Keuangan terutama
laporan rugi laba, mengakibatkan perbedaan perhitungan laba rugi suatu entitas (Wajib Pajak)
antara laba rugi komersil dan laba rugi fiskal, yang akan berakibat adanya perbedaan perbedaan
beban pajak komersial dan beban pajak seharusnya dibayar ke Negara.

Pendekatan penyusunan laporan keuangan fiscal sebagai solusi antara ketentuan akuntansi dan
pajak yaitu :

1. Ketentuan pajak secara dominan mewarnai praktek akuntansi, Dalam pendekatan ini laporan
keuangan fiscal murni disusun atas dasar perpajakan. Dengan demikian dalam melakukan
pembukuan perusahaan menyusun laporan harus menurut ketentuan perpajakan dan
menurut praktek pembukuan.

2. Ketentuan pajakuntuk tujuan penyusunan laporan keuangan merupakan standar indepensi


dari prinsip akuntansi, dalam pendekatan ini perusahaan bebas untuk menyelenggarakan
pembukuan berdasarkan prinsif dan metode akuntansi.

32
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

3. Ketentuan pajak merupakan sisipan terhadap standar akuntansi, pendekatan ini laporan
keuangan atas dasar standar akuntansi. Tetapi preferensi di berikan kepada ketentuan pajak
apabila tidak sesuai dan sejalan dengan standar akuntansi.
Perbandingan Laporan Keuangan Fiskal dan Laporan Keuangan Komersial

No ASPEK Laporan Keuangan Fiskal Laporan Keungan Komersial


1 Pengguna Fiskus Berbagai pengguna (Multi Users)

2 Sifat Informasi Rahasia Dapat digunakan oleh umum, khususnya


untuk laporan keuangan listed company.

3 Pedoman Udang-Undang Perpajakan dan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum


Penyusunan Peraturan Pelaksanaannya (PABU): PSAK, Interpretasi PSAK,
Peraturan Pemerintah untuk Industri,
IFRS, buletin teknis, pedoman atau
praktik konvensional, hasil riset dan
pendapat ahli

4 Mata Uang Wajib dalam Rupiah dan mata uang Dapat menggunakan mata uang lain
Pelaporan US$ sepanjang memperoleh izin selain Rupiah. Jika laporan keuangan
dari otoritas pajak terkait. disajikan dalam mata uang selain mata
uang fungsionalnya, laporan keuangan
harus lebih dahulu dilakukan
remeasurement.

5 Dasar Transaksi dicatat dan dilaporkan Transaksi dicatat dengan asas substance
Pencatatan apabila memenuhi syarat dan over form.
Transaksi ketentuan perpajakan. Transaksi
dicatat dengan mengutamakan
hakikat formal atau hukum
daripada substansinya.

33
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

6 Batas Waktu Disampaikan paling lambat 4 bulan Pasal 66 (1) UU No.40 Tahun 2007
Penyampaian setelahakhir tahun pajak dan dapat “Perseroan Terbatas”, Direksi
melakukan perpanjangan paling menyampaikan laporan tahunan kepada
lama 2 bulan. RUPS setelah ditelaah oleh Dewan
Komisaris dalam jangka waktu 6 bulan
setelah tahun buku Perseoran berakhir.

Sumber : Marisi P. Purba, Akuntansi Pajak Penghasilan, 2009, hal. 3-4

B. Perbedaan Orientasi Pelaporan


Dalam system perpajakan, Negara mempunyai instrument untuk mencapai dua tujuan utama yaitu
menutup kebutuhan finansial dan mempengaruhi kehidupan social ekonomi nasional.Secara
budgetair pajak merupakan alat untuk mentransfer sumberdaya dari masyarakat kepada Negara.

Negara lebih memperhatikan laporan keuangan dilampirkan dalam SPT yang meliputi unsur:
1. Laba tahun berjalan
2. Distribusi laba
3. Peredaran
4. Pengeluaran untuk karyawan dan pembelian jasa yang lain.
Sedangkan tujuan laporan keuangan dalam komersial disusun untuk berbagai pemakai terutama
berkepentingan dengan kinerja ekonomi dan keadaan financial perusahaan yang tercantum dalam
laporan tersebut.

C. Penyusunan Laporan Keuangan


Dalam penyusunan laporan keuangan dengan prinsip akuntansi yang mengatur tentang pengukuran
dan pengakuan berarti dapat dipertanyakan bagaimana suatu laporan keuangan dapat memenuhi
baik untuk keperluan pelaporan komersial maupun laporan fiscal. Dalam penyampaian SPT pajak
badan diharapkan agar dapat melampirkan laporan keuangan, sedangkan untuk penyampaian SPT
orang pribadi tidak perlu melampirkan laporan keuangan.

Susunan laporan keuangan fiskal :


1. Input berupa dokumen dasar
2. Dicatat dalam buku harian jurnal

34
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

3. Diklasifikasikan dengan pencatatan posting pada buku besar


4. Untuk pengawasan, konfirmasi, dan klarifikasi maka di buat buku tambahan, seperti piutang,
hutang dll.

5. Akhir periode akuntansi di susun neraca percobaan yang di sesuaikan terhadap fakta pada akhir
tahun dan catatan penutup.

6. Dari neraca percobaan tersebut dibuat laporan keuangan komersial


7. Rekonsiliasi antara laporan keuangan komersial dan fiskal di atur dalam ketentuan perpajakan
8. Setelah laporan keuangan diatur dalam ketentuan perpajakan akan menghasilkan laporan
keuangan fiskal.

D. Hubungan laporan keuangan fiskal dengan laporan keuangan komersial


Untuk mencocokan perbedaan yang terdapat dalam laporan keuangan komersial dan laporan
keuangan fiskal maka perlu dilakukan rekonsiliasi fiskal / koreksi fiskal. Secara umum ada dua cara
untuk menyusun laporan keuangan fiskal.

Pertama, pendekatan terpisah (separated approach) dimana wajib pajak membukukan segala
transaksi atau informasi berdasarkan prinsip pajak untuk penghitungan PPh terutang dan
berdasarkan prinsip akuntansi untuk keperluan komersial. Tapi pendekatan ini sangat jarang
digunakan karena memakan banyak biaya dan tenaga.

Kedua, extra-compatible approach dimana wajib pajak membukukan semua transaksi atau
informasi hanya berdasarkan prinsip akuntansi, kemudian pada akhir tahun wajib pajak melakukan
koreksi terhadap laporan keuangan komersial tersebut agar sesuai dengan Undang - Undang Pajak
Penghasilan yang dapat digunakan untuk menghitung besarnya PPh terutang. Jadi laporan keuangan
komersial terkait erat dengan laporan keuangan fiskal karena laporan keuangan komersial
digunakan oleh wajib pajak sebagai dasar melakukan rekonsiliasi fiskal untuk menghasilkan
laporan keuangan fiscal.

E. Perbedaan Konsep Laporan Keuangan Fiskal dengan Komersial


1. Konsep penghasilan atau pendapatan
Menurut IAI (2007:13) yang dimaksud dengan penghasilan adalah “Kenaikan manfaat ekonomi
selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atu penurunan

35
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

kewajiban yang menyebakan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.”
Konsep penghasilan dari sudut pandang fiskal tidak jauh berbeda dengan konsep akuntansi, yaiut:
Segala tambahan kemampuan ekonomis yang diterima oleh Wajib Pajak, baik berasal dari
Indonesia atau luar Indonesia yang dikonsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak dengan nama
serta dalam bentuk apapun. Fiskal membagi penghasilan kedalam 3 kelompok yang sesuai dengan
UU No 36 Tahun 2008 Pasal 4 Tentang Pajak Penghasilan, yaitu:

1. Penghasilan yang merupakan Objek Pajak Penghasilan


2. Penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan Final
3. Penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak Penghasilan
Pengelompokan penghasilan tersebut akan berakibat adanya perbedaan mengenai konsep
penghasilan antara SAK dan Fiskal. Penghasilan yang bukan objek pajak berarti atas penghasilan
tersebut tidak dikenakan pajak (tidak menambah laba fiskal), lebihjelasnya tentang
pengelompokkan penghasilan tersebut diuraikan dalam UU No 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat 1, 2 &
3 Tentang Pajak Penghasilan.

2. Konsep Beban
Menurut IAI (2007:13) beban diartikan sebagai “Penurunan manfaat ekonomi selamasuatu
periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau adanya kewajiban
sehingga menyebabkan turunnya ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam
modal”. Sedangkan dari sisi fiskal , beban merupakan biaya untuk menagih, memperoleh, dan
memelihara penghasilan yang terkait langsung dengan perolehan penghasilan.

3. Konsep penyusutan dan nilai persediaan

a. Konsep penyusutan
Perbedaan utamanya terletak pada penentuan umur aktiva danmetode penyusutan yang digunakan.
Akuntansi menetapkan bahwa umur aktiva berdasarkan umur sebenarnya meskipun dalam
menentukan umur tidak terlepas dari tafsiran judgement. Adapun metode penyusutan dalam
akuntansi meliputi:

1. Straight line method (metode garis lurus), dimana pembebanan dihasilkan selama umur manfaat
asset jika residu tidak mengalami perubahan nilai.

36
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

2. Diminishing balance method (metode saldo menurun), menghasilkan pembebanan yang


menurun selama umur manfaat aset.

3. Sum of the unit method ( metode jumlah unit), menghasilkan pembebanan yang menurun selama
umur manfaat aset.

Sementara itu ketentuan perpajakan hanya menentukan dua metode penyusutan yang
berdasarkan berdasarkan pasal UU No 36 tahun 2008 pasal 11 tentang Pajak Penghasilan, yaitu
metode garis lurus dan saldo menurun yang dilakukan secara konsisten.

b. Konsep persediaan
Menurut undang-undang pajak penghasilan Indonesia, persediaan dan penggunaannya untuk
menghitung harga pokok dinilai berdasarkan harga perolehan yang menggunakan metode rata-rata
atau FIFO, dimana harus dilakukan dengan konsisten.

F. Tarif PPh Badan


1. Pasal 17 ayat 1, Tarif PPh Badan sebesar 25% efektif berlaku untuk tahun 2010 dan seterusnya.
Tarif ini diterapkan kepada Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap.

2. Pasal 17 ayat 2b, Tarif ini diterapkan pada wajib pajak badan dalam negeri yang berbentuk
perseroan terbuka yang memperoleh pengurangan tarif sebesar 5% lebih rendah dari tarif normal.
Untuk mendapatkan fasilitas pengurangan tarif ini Wajib Pajak harus memenuhi syarat sebagai
berikut:

a. Paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang disetor dicatat
untuk diperdagangkan di bursa efek di Indonesia
b. Saham sebagaimana dimaksud point a harus dimiliki oleh paling sedikit oleh 300 (tiga ratus)
Pihak.
c. Masing-masing Pihak sebagaimana dimaksud dalam point b hanya boleh memiliki saham
kurang dari 5% (lima persen) dari keseluruhan saham yang ditempatkan dan disetor penuh
d. d.Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c harus dipenuhi dalam
waktu paling singkat 183 (seratus delapan puluh tiga) hari kalender dalam jangka waktu 1
(satu) Tahun Pajak.

37
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

3. Tarif pemungutan pajak untuk Wajib Pajak Badan pasal 31 E UU No.36 Tahun 2008
digolongkan menjadi 3 sesuai dengan peredaran bruto perusahaan, yaitu:
Peredaran Bruto Cara Perhitungan
Lebih dari Rp 50.000.000.000 25% x PKP
Rp 4.800.000.000 s/d Rp 50.000.000.000 (50% x 25%) x PKP dari bagian peredaran bruto
yang memperoleh fasilitas + 25% x PKP dari
bagian peredaran bruto yang tidak memperoleh
fasilitas
Sampai dengan Rp 4.800.000.000 50% x 25% x PKP

Cara mencari PKP dari bagian peredaran bruto yang memperoleh fasilitas

4.800.000.000 X PKP

Penghasilan Bruto

38
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

TAHAPAN MENGHITUNG PPH BADAN

LKK LKF
KOREKSI
FISKAL

PKP DIKURAGI
KOMPENSASI LABA
KERUGIAN FISKAL

PPH PPH
TERUTAN DIKURANGI KURANG
G KREDIT BAYAR
PAJAK

39
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

KASUS PENGISIAN SPT TAHUNAN BADAN 1771

PT. Matahati Senja Tbk., merupakan perusahaan multinasional yang bergerak dibidang
perdagangan umum.
Informasi Perusahaan :
Alamat : Jalan Jingga Matahari No.2 Kembangan, Jakarta Barat 17133,
Indonesia
Telp. (021) 1234567
Fax. (021) 1234789
NPWP : 06.864.767.6-418.000
Nomor Pengukuhan PKP : 06.864.767.6-418.000
Jenis Usaha : Perdagangan Umum
KLU SPT : 52000

Berikut ini laporan laba-rugi yang berakhir pada 31 Desember 2018.


PT. Matahari Senja Tbk.
per 31 Desember 2018

Penjualan Rp 18.900.000.000
Pembelian Rp 7.000.000.000
Persediaan Awal Rp 500.000.000
Persediaan Akhir Rp 650.000.000
HPP Rp 6.850.000.000
Laba Kotor Rp 12.050.000.000
Total Biaya Usaha Rp 2.905.000.000
Laba Sebelum Pajak Rp 9.145.000.000

40
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

Berikut ini adalah total biaya usaha, meliputi :


Gaji Karyawan Rp 1.800.000.000
PPh 21 untuk Karyawan Rp 100.000.000
Biaya Makan untuk Karyawan Rp 175.000.000
Penyusutan Armada Rp 75.000.000
Penyusutan Gedung Rp 140.000.000
Biaya Litbang di Luar Negeri Rp 40.000.000
Biaya Listrik dan Telepon Rp 75.000.000
Biaya Adm Kantor Rp 90.000.000
Biaya Perjalanan Dinas Rp 35.000.000
Biaya Pembuatan Seragam Satpam Rp 15.000.000
Biaya Sumbangan Kepada Korban Banjir Rp 50.000.000
Biaya Pembuatan Seragam selain Satpam Rp 150.000.000
Biaya Perpanjangan STNK Armada Rp 40.000.000
PPh 25 yang telah dibayarkan (Jan-Nov) Rp 120.000.000
Total Biaya Usaha Rp 2.905.000.000

Informasi Tambahan :

1. Dalam gaji karyawan termasuk pengeluaran pribadi direktur sebesar Rp 2.500.000 perbulan
untuk biaya supir.
2. Hasil stock opname ditemukan nilai persediaan akhir lebih tinggi Rp 50.000.000 dari nilai
yang dilaporkan laba-rugi.
3. Harga perolehan armada Rp 400.000.000 dan disusutkan setahun 25% (metode saldo
menurun) yang memiliki masa manfaat 8 tahun.
4. Harga perolehan gedung Rp 1.000.000.000 disusutkan setahun 5% (metode garis lurus).
5. Biaya Litbang di luar negeri selama 15 hari.
6. Dalam biaya listrik dan telepon, terdapat biaya pulsa untuk para manajer sebesar Rp
10.000.000

41
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

NERACA
per 31 Desember 2018
AKTIVA PASIVA
Aktiva Lancar :
Kas Rp 30.000.000.000 Hutang Rp 125.000.000.000
Bank Rp 8.000.000.000
Piutang Rp 60.000.000.000 Modal Rp 112.000.000.000
Persediaan Rp 20.000.000.000 Laba Ditahan Rp 5.800.000.000
Jumlah Aktiva Lancar Rp 118.000.000.000 Laba Tahun Berjalan Rp 25.000.000.000

Aktiva Tidak Lancar :


Aktiva Tetap Rp 150.000.000.000
Akumulasi Penyusutan Rp 200.000.000
Jumlah Aktiva Tak Lancar Rp 149.800.000.000

Jumlah Aktiva Rp 267.800.000.000 Jumlah Pasiva Rp 267.800.000.000

Pemegang Saham PT. Matahari Senja Tbk


Pemegang Saham NPWP Jumlah
Ari Senja 06.411.212.1-112.000 8000 lbr
Ata Jingga 66.887.614.7-411.000 6500 lbr
Jingga Tari 25.315.098.1-418.000 5500 lbr
Nominal : Rp 15.000/lbr ; sebanyak 20.000 lbr

Susunan Pengurus dan Komisaris PT. Matahari Senja


Nama Jabatan NPWP
Angkasa Khatulistiwa Direktur Utama 74.776.410.8-008.000
Badai Khatulistiwa Direktur -
Jagad Khatulistiwa Komisaris -

42
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

LEMBAR KERTAS KERJA

Laba Rugi Koreksi Koreksi Laba Rugi


Nama Akun
Komersial Positif Negatif Fiskal
Penjualan Rp 18.900.000.000
HPP
Pembelian Rp 7.000.000.000
Persediaan Awal Rp 500.000.000
Persediaan Akhir Rp 650.000.000
Laba Kotor Rp 12.050.000.000
Biaya Usaha
Gaji Karyawan Rp 1.800.000.000
PPh 21 untuk Karyawan Rp 100.000.000
Biaya Makan untuk Karyawan Rp 175.000.000
Penyusutan Armada Rp 75.000.000
Penyusutan Gedung Rp 140.000.000
Biaya Litbang di Luar Negeri Rp 40.000.000
Biaya Listrik dan Telepon Rp 75.000.000
Biaya Adm Kantor Rp 90.000.000
Biaya Perjalanan Dinas Rp 35.000.000
Biaya Pembuatan
Rp 15.000.000
Seragam Satpam
Biaya Sumbangan Kepada
Rp 50.000.000
Korban Banjir
Biaya Pembuatan Seragam
Rp 150.000.000
selain Satpam
Biaya Perpanjangan
Rp 40.000.000
STNK Armada
PPh 25 yang telah
Rp 120.000.000
dibayarkan (Jan-Nov)
Total Biaya Usaha Rp 2.905.000.000
Laba Bersih Rp 9.145.000.000

43
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2018/2019

Anda mungkin juga menyukai