Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakat.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Pamulang, 23 April 2017

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. 1


DAFTAR ISI ................................................................................................ 2

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 3


A.LATAR BELAKANG ..................................................................... 3
B.RUMUSAN MASALAH ................................................................. 4
C.TUJUAN PENULISAN ................................................................... 4

BAB 2 PEMBAHASAN .............................................................................. 5


A.SENTRALISASI .............................................................................. 5
B.DESENTRALISASI ........................................................................ 8
C.HAKEKAT SENTRALISASI DAN DESENTRALISASI ........... 11
D.PENGERTIAN MANAGER & TANGGUNG JAWAB SOSIAL
MANAGER .....................................................................................16

BAB 3 PENUTUP ....................................................................................... 18


A.KESIMPULAN ................................................................................ 18
B.KRITIK DAN SARAN .................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 19

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sentralisasi merupakan salah satu fungsi dalam manajemen suatu


organisasi. Dan berfungsi untuk memusatkan seluruh wewenang sejumlah
kecil manajer atau yang berada di posisi puncak pada suatu struktur
organisasi. Dan sentralisasi memiliki kelebihan seperti Lebih mudah
untuk menerapkan kebijakan umum dan praktek untuk bisnis secara
keseluruhan, mencegah bagian lain dari bisnis menjadi terlalu mandiri,
Lebih mudah untuk mengkoordinasikan dan mengendalikan dari pusat,
Lebih cepat pengambilan keputusan lebih mudah untuk menunjukkan
kepemimpinan yang kuat.

Sedangkan penyerahan urusan pemerintah dari pusat kepada daerah.


Pelimpahan wewenang kepada Pemerintahan Daerah semata- mata untuk
mencapai suatu pemerintahan yang efisien. Yang memiliki fungsi Harus
meningkatkan motivasi staf, Keputusan yang dibuat lebih dekat dengan
pelanggan, Konsisten dengan bertujuan untuk menyanjung hirarki, Cara
yang baik untuk melatih dan mengembangkan manajemen junior.

Dan untuk mengatasi kelemahan Sistem informasi manajemen seperti


dengan meningkatkan efisiensi operasional yaitu menginvestasikan di
dalam teknologi sistem informasi yang dapat menolong operasi
perusahaan menjadi lebih efisien, memperkenalkan inovasi dalam
bisnisyaitu Penggunaan ATM (automated teller machine) dalam
perbankan merupakan contoh yang baik dari inovasi teknologi sistem
informasi. dan membangun sumber-sumber informasi strategis yaitu
Teknologi sistem informasi memampukan perusahaan untuk membangun
sumber informasi strategis sehingga mendapat kesempatan dalam
keuntungan strategis

3
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka penulisan dapat


merumuskan beberapa masalahnya, diantaranya sebagai berikut :
1. Apa Pengertian Sentralisasi
2. Apa Kelebihan Sentralisasi
3. Apa Kelemahan Sentralisasi
4. Apa Dampak Positif dan Negatif Sentralisasi
5. Apa Pengertian Desentralisasi
6. Apa Kelebihan Desentralisasi
7. Apa Kelemahan Desentralisasi
8. Apa Dampak Positif dan Negatif Desentralisasi
9. Apa saja Faktor yang Mempengaruhi Derajat Desentralisasi
10. Apa Pengertian Manajer dan Tanggung Jawab Sosial Manajer

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, penulis mencoba merumuskan


beberapa tujuan, yang sebagai berikut :

1. Mengetahui Pengertian Sentralisasi


2. Mengetahui Kelebihan Sentralisasi
3. Mengetahui Kelemahan Sentralisasi
4. Mengetahui Dampak Positif dan Negatif Sentralisasi
5. Mengetahui Pengertian Desentralisasi
6. Mengetahui Kelebihan Desentralisasi
7. Mengetahui Kelemahan Desentralisasi
8. Mengetahui Dampak Positif dan Negatif Desentralisasi
9. Mengetahui Faktor yang Mempengaruhi Derajat Desentralisasi
10. Mengetahui Pengertian Manajer dan Tanggung Jawab Sosial
Manajer

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sentralisasi

1. Pengertian Sentralisasi

Sentralisasi adalah memusatkan seluruh wewenang sejumlah kecil


manajer atau yang berada di posisi puncak pada suatu struktur organisasi.
Sentralisasi banyak digunakan pada pemerintahan lama di Indonesia
sebelum adanya otonomi daerah.
Dewasa ini, urusan- urusan yang bersifat sentral adalah :
a. Luar Negeri
b. Peradilan
c. Hankam
d. Moneter dalam arti mencetak uang, maupun menentukan nilai uang
e. Pemerintahan Umum

Kelemahan dari sistem sentralisasi adalah di mana seluruh


keputusan dan kebijakan di daerah dihasilkan oleh orang-orang yang
berada di pemerintah pusat, sehingga waktu yang diperlukan untuk
memutuskan sesuatu menjadi lama. Kelebihan sistem ini adalah di mana
pemerintah pusat tidak harus pusing-pusing pada permasalahan yang
timbul akibat perbedaan pengambilan keputusan, karena seluluh
keputusan dan kebijakan dikoordinir seluruhnya oleh pemerintah pusat.

2. Kelebihan Sentralisasi :

a. Lebih mudah untuk menerapkan kebijakan umum dan praktek untuk


bisnis secara keseluruhan.
b. Mencegah bagian lain dari bisnis menjadi terlalu mandiri.

5
c. Lebih mudah untuk mengkoordinasikan dan mengendalikan dari
pusat.
d. Lebih cepat pengambilan keputusan lebih mudah untuk menunjukkan
kepemimpinan yang kuat.

3. Kelemahan Sentralisasi

a. Manajer lokal cenderung jauh lebih dekat dengan kebutuhan


pelanggan.
a. Kurangnya otoritas turun hirarki mungkin mengurangi motivasi
manajer.
b. Layanan pelanggan tidak mendapat manfaat dari fleksibilitas dan
kecepatan dalam pengambilan keputusan local.

4. Dampak Positif dan Negatif Sentralisasi

a. Segi Ekonomi
efek positif yang di berikan oleh sistem sentralisasi ini adalah
perekonomian lebih terarah dan teratur karena pada sistem ini hanya
pusat saja yang mengatur perekonomian.

Sedangkan dampak negatifnya adalah daerah seolah-olah hanya di


jadikan sapi perahan saja dan tidak dibiarkan mengatur kebijakan
perekonomiannya masing- masing sehingga terjadi pemusatan
keuangan pada Pemerintah Pusat.

b. Segi Sosial Budaya

perbadaan kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia dapat di


persatukan. Sehingga setiap daerah tidak saling menonjolkan
kebudayaan masing-masing dan lebih menguatkan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika yang di miliki bangsa Indonesia.

6
Sedangkan dampak negatif yang di timbulkan sistem ini adalah
pemerintah pusat begitu dominan dalam menggerakkan seluruh
aktivitas negara. Dominasi pemerintah pusat terhadap pemerintah
daerah telah menghilangkan eksistensi daerah sebagai tatanan
pemerintahan lokal yang memiliki keunikan dinamika sosial budaya
tersendiri, keadaan ini dalam jangka waktu yang panjang
mengakibatkan ketergantungan kepada pemerintah pusat yang pada
akhirnya mematikan kreasi dan inisiatif lokal untuk membangun
lokalitasnya.

c. Segi Keamanan dan Politik

Dampak positif yang dirasakan di bidang politik sebagai hasil


penerapan sistem sentralisasi adalah pemerintah daerah tidak harus
pusing-pusing pada permasalahan yang timbul akibat perbedaan
pengambilan keputusan, karena seluluh keputusan dan kebijakan
dikoordinir seluruhnya oleh pemerintah pusat. Sehingga keputusan
yang dihasilkan dapat terlaksana secara maksimal karena pemerintah
daerah hanya menerima saja.

Sedangkan dampak negatifnya adalah terjadinya kemandulan


dalam diri daerah karena hanya terus bergantung pada keputusan yang
di berikan oleh pusat. Selain itu, waktu yang dihabiskan untuk
menghasilkan suatu keputusan atau kebijakan memakan waktu yang
lama dan menyebabkan realisasi dari keputusan tersebut terhambat.

B. Desentralisasi

1. Pengertian Desentralisasi

Desentralisasi secara sederhana di definisikan sebagai


penyerahan.kewenangan atau sebagai pengalihan tanggung jawab,

7
kewenangan, dan sumber-sumber daya (dana, manusia dll) dari
pemerintah pusat ke pemerintah daerah baik mengenai politik
pelaksanaannya, perencanaan, dan pelaksanaannya maupun mengenai
segi pembiayaannya. Perangkat pelaksananya adalah perangkat daerah itu
sendiri.

Menurut UU Nomor 5 Tahun 1974 desentralisasi adalah penyerahan


urusan pemerintah dari pusat kepada daerah. Pelimpahan wewenang
kepada Pemerintahan Daerah semata- mata untuk mencapai suatu
pemerintahan yang efisien.

Kelemahan dari sistem desentralisasi pada otonomi khusus untuk


daerah adalah euforia yang berlebihan di mana wewenang tersebut hanya
mementingkan kepentingan golongan dan kelompok serta digunakan
untuk mengeruk keuntungan pribadi atau oknum. Hal tersebut terjadi
karena sulit untuk dikontrol oleh pemerintah di tingkat pusat.

2. Kelebihan Desentralisasi

a. Harus meningkatkan motivasi staf.


b. Keputusan yang dibuat lebih dekat dengan pelanggan.
c. Konsisten dengan bertujuan untuk menyanjung hirarki.
d. Cara yang baik untuk melatih dan mengembangkan manajemen
junior.

3. Kelemahan Desentralisasi

a. Pengambilan keputusan tidak selalu strategis.


b. Sulit untuk mencapai kontrol keuangan yang ketat atau risiko biaya

4. Dampak Positif dan Negatif Desentralisasi

a. Segi Ekonomi

8
Dari segi ekonomi banyak sekali keuntungan dari penerapan
sistem desentralisasi ini dimana pemerintahan daerah akan mudah
untuk mengelola sumber daya alam yang dimilikinya, dengan
demikian apabila sumber daya alam yang dimiliki telah dikelola
secara maksimal maka pendapatan daerah dan pendapatan masyarakat
akan meningkat.

Tetapi penerapan sistem ini membukan peluang yang sebesar-


besarnya bagi pejabat daerah (pejabat yang tidak benar) untuk
melalukan praktek KKN. “Setelah Gubernur Nanggroe Aceh
Darussalam, resmi menjadi tersangka korupsi pembelian genset
senilai Rp 30 miliar, lalu giliran Gubernur Sumatera Barat Zainal
Bakar resmi sebagai tersangka kasus korupsi anggaran dewan dalam
APBD 2002 sebesar Rp 6,4 miliar, oleh Kejaksaan Tinggi Sumatera
Barat. Dua kasus korupsi menyangkut gubernur ini, masih ditambah
kasus korupsi yang menyangkut puluhan anggota DPRD di berbagai
wilayah indonesia

b. Segi Sosial Budaya


Dampak perkuatnya ikatan sosial budaya pada suatu daerah.
Karena dengan diterapkannya sistem desentralisasi ini pemerintahan
daerah akan dengan mudah untuk mengembangkan kebudayaan yang
dimiliki oleh daerah tersebut. Bahkan kebudayaan tersebut dapat
dikembangkan dan di perkenalkan kepada daerah lain. Yang nantinya
merupakan salah satu potensi daerah tersebut.

Sedangkan dampak negatif dari desentralisasi pada segi sosial


budaya adalah masing- masing daerah berlomba-lomba untuk
menonjolkan kebudayaannya masing-masing. Sehingga, secara tidak
langsung ikut melunturkan kesatuan yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia itu sendiri.

9
c. Segi Keamanan dan Politik

Dampak positif yang didapat melalui desentralisasi adalah


sebagian besar keputusan dan kebijakan yang berada di daerah dapat
diputuskan di daerah tanpa adanya campur tangan dari pemerintahan
di pusat. Hal ini menyebabkan pemerintah daerah lebih aktif dalam
mengelola daerahnya.

Tetapi dampak negatif yang terlihat dari sistem ini adalah euforia
yang berlebihan di mana wewenang tersebut hanya mementingkan
kepentingan golongan dan kelompok serta digunakan untuk mengeruk
keuntungan pribadi atau oknum. Hal tersebut terjadi karena sulit untuk
dikontrol oleh pemerintah di tingkat pusat.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Derajat Desentralisasi

Desentralisasi mempunyai nilai hanya bila dapat membantu


organisasi mencapai tujuannya dengan efisien. Penentuan derajat
desentralisasi sangat dipengaruhi oleh factor-faktor sebagai berikut :

a. Filsafat managemen. Banyak manager puncak yang sangat otokratik


dan menginginkan pengawasan pusat yang kuat. Hal ini akan
mempengaruhi kesediaan managemen untuk mendelegasikan
wewenangnya.

b. Ukuran dan tingkat pertumbuhan organisasi. Organisasi tidak


mungkin efisien bila semua wewenang pembuatan keputusan ada pada
satu atau beberapa manager puncak saja. Suatu organisasi yang
tumbuh semakin besar dan kompleks, ada kecenderungan untuk
meningkatkan desentralisasi. Begitu juga, tingkat pertumbuhan yang
semakin cepat akan memaksa manajemen meningkatkan delegasi
wewenangnya.

10
c. Stategi dan lingkungan organisasi. Strategi organisasi akan
mempengaruhi tipe pasar, lingkungan teknologi, dan persaingan yang
harus dihadapinya. Faktor-faktor ini selanjutnya akan mempengaruhi
derajat desentralisasi.

d. Penyebaran geografis organisasi. Pada umumnya, semakin menyebar


satuan-satuan organisasi secara geografis, organisasi akan cenderung
melakukan desentralisasi , karena pembuatan keputusan akan lebih
sesuai dengan kondisi local masing-masing.

e. Tersedianya peralatan pengawasan yang efektif. Organisasi yang


kekurangan peralatan-peralatan efektif untuk melakukan pengawasan
satuan-satuan tingkat bawah akan cenderung melakukan setralisasi
bila manajemen tidak dapat dengan mudah memonitor pelaksanaan
kerja bawahannya.

f. Kualitas Manager. Desentralisasi memerlukan lebih banyak manager-


manager yang berkualitas, karena mereka harus membuat keputusan
sendiri.

g. Keaneka-ragaman produk dan jasa. Makin beraneka-ragam produk


atau jasa yang ditawarkan, organisasi cenderung melakukan
desentralisasi, dan sebaliknya semakin tidak beraneka-ragam, lebih
cenderung sentralisasi.

h. Karakteristik-karakteristik organisasi lainnya, seperti biaya dan risiko


yang berhubungan dengan pembuatan keputusan, sejarah
pertumbuhan organisasi, kemampuan managemen bawah, dan
sebaginya.

C. Hakekat Sentralisasi dan Desentralisasi

Dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2005 tentang


Perubahan atas PP No 6/2005 tentang pemilihan dan pemberhentian Kepala

11
Daerah dan Wakil Kepala Daerah membawa Indonesia pada titik di mana
masalah peran pusat dan daerah masuk kembali pada wacana public.

Sentralisasi dan desentralisasi sebagai bentuk penyelenggaraan negara


adalah persoalan pembagian sumber daya dan wewenang. Pembahasan
masalah ini sebelum tahun 1980-an terbatas pada titik perimbangan sumber
daya dan wewenang yang ada pada pemerintah pusat dan pemerintahan di
bawahnya. Dan tujuan "baik" dari perimbangan ini adalah pelayanan negara
terhadap masyarakat.

Seperti telah diketahui, pemahaman dan tujuan "baik" semacam itu


sudah dipandang ketinggalan zaman. Saat ini desentralisasi dikaitkan
pertanyaan apakah prosesnya cukup akuntabel untuk menjamin
kesejahteraan masyarakat lokal. Semata birokrasi untuk pelayanan tidak
cukup untuk menjamin kesejahteraan masyarakat, bahkan sering merupakan
medium untuk melencengkan sumber daya publik. Kontrol internal lembaga
negara sering tak mampu mencegah berbagai macam pelanggaran yang
dilakukan pejabat negara.

Di Indonesia sejak tahun 1998 hingga baru-baru ini, pandangan politik


yang dianggap tepat dalam wacana publik adalah bahwa desentralisasi
merupakan jalan yang meyakinkan, yang akan menguntungkan daerah.
Pandangan ini diciptakan oleh pengalaman sejarah selama masa Orde Baru
di mana sentralisme membawa banyak akibat merugikan bagi daerah.
Sayang, situasi ini mengecilkan kesempatan dikembangkannya suatu diskusi
yang sehat bagaimana sebaiknya desentralisasi dikembangkan di Indonesia.
Jiwa desentralisasi di Indonesia adalah "melepaskan diri sebesarnya dari
pusat" bukan "membagi tanggung jawab kesejahteraan daerah".

Karena takut dianggap tidak politically correct, banyak orang enggan


membahas peran pusat dan daerah secara kritis. Kini sudah saatnya proses
pembahasan dibuka kembali dengan mempertimbangkan fakta-fakta secara
lebih jujur

12
Sentralisasi dan desentralisasi tidak boleh ditetapkan sebagai suatu
proses satu arah dengan tujuan pasti. Pertama- tama, kedua "sasi" itu adalah
masalah perimbangan. Artinya, peran pemerintah pusat dan pemerintah
daerah akan selalu merupakan dua hal yang dibutuhkan. Tak ada rumusan
ideal perimbangan. Selain proses politik yang sukar ditentukan, seharusnya
ukuran yang paling sah adalah argumen mana yang terbaik bagi masyarakat.

Kedua, batas antara pusat dan daerah tidak selalu jelas. Kepentingan
di daerah bisa terbelah antara para elite penyelenggara negara dan
masyarakat lokal. Adalah mungkin pemerintah pusat memainkan peran
menguatkan masyarakat lokal dalam menghadapi kesewenangan kekuasaan.
Ketiga, dalam suatu masyarakat yang berubah, tanggung jawab pusat
maupun daerah akan terus berubah pula.

Dalam penyelenggaraan negara selalu ada aspek dan definisi baru


tentang peran pusat dan daerah. Misalnya, globalisasi akan meningkatkan
kembali campur tangan pusat di daerah di sisi-sisi tertentu. Karena itu,
desentralisasi dan sentralisasi dapat terjadi bersamaan pada aspek-aspek
berbeda.

Pusat mempunyai kecenderungan untuk mendorong sentralisasi


karena berbagai alasan. Untuk alasan "negatif" dapat disebut alasan seperti
kontrol sumber daya dan menjadikan daerah sebagai sapi perah. Namun, ada
alasan-alasan yang dapat bersifat "positif", seperti kestabilan politik dan
ekonomi, menjaga batas kesenjangan agar tidak terlalu buruk, dan
mendorong program secara cepat.

Harus diingat, dalam banyak negara, termasuk Indonesia, pusat


mempunyai sumber daya manajerial, kecakapan lebih banyak dalam
berinteraksi secara global, dan ada pada domain di mana pengaruh etik
pembangunan yang diterima secara internasional. Pemerintah pusat juga
berada pada hot spot proses politik. Adalah lebih mungkin terjadi situasi di
mana pemerintah di bawah tekanan jika kekuatan masyarakat sipil bersatu.

13
Bagaimana hal-hal itu dapat menghasilkan sesuatu yang positif atau
negatif tergantung pada situasinya. Pertama yang penting adalah legitimasi
politik pemerintah pusat. Secara sederhana, harus dibedakan antara
legitimasi terhadap para pemimpin di tingkat nasional dan legitimasi
terhadap birokrasi. Pemerintah pusat sering harus mengandalkan birokrasi
untuk programnya terhadap daerah. Kepopuleran individu selalu tidak
bertahan lama dan dapat segera dirusak oleh ketidakmampuan memperbaiki
mutu birokrasi.

Di Indonesia, birokrasi yang sebenarnya memiliki kompetensi dan


orientasi lumayan pada awal reformasi kini mulai dibelokkan kekuatan
politik partai dan kelompok. Penyelenggara negara di tingkat pusat terdiri
dari beberapa partai politik. Kombinasi antara partai politik yang hampir
seluruhnya punya masalah akuntabilitas dan sistem politik representasi (oleh
partai politik yang dapat dikatakan sama di DPRD) yang tidak akuntabel di
tingkat lokal membuat masyarakat lokal tidak mudah memercayai "pusat".
Jika ingin memperbaikinya, pemerintah pusat harus mampu membuat
standar akuntabilitas sendiri agar mendapat dukungan masyarakat lokal.

Indonesia kini mulai mengalami apatisme terhadap desentralisasi.


Situasi ini bisa dimanfaatkan pemerintah pusat untuk melakukan perubahan
di tingkat daerah. Kasus Argentina dan Brasil yang bersifat federalis
menunjukkan jatuhnya legitimasi para elite politik lokal memberikan
kesempatan kepada elite nasional untuk melakukan resentralisasi di bidang
ekonomi untuk bidang- bidang tertentu. Kedua pemerintahan banyak
menggunakan struktur internal (birokrasi) untuk mengubah arah, tanpa
terlalu banyak berurusan dengan struktur politik yang ada.

Kembali kepada persoalan awal, masalah sentralisasi dan


desentralisasi bukan lagi dipandang sebagai persoalan penyelenggara negara
saja. Pada akhirnya kekuatan suatu bangsa harus diletakkan pada
masyarakatnya. Saat ini di banyak wilayah, politik lokal dikuasai selain oleh
orang-orang partai politik juga kelompok-kelompok yang menjalankan

14
prinsip bertentangan dengan pencapaian tujuan kesejahteraan umum.
Kekuatan kelompok pro pembaruan lemah di banyak daerah dan langsung
harus berhadapan dengan kekuatan-kekuatan politik local dengan
kepentingan sempit.

Pemerintah pusat seharusnya memperkuat elemen masyarakat untuk


berhadapan dengan kekuatan tadi. Sebagai contoh, KPU daerah diberi
wewenang untuk merekomendasikan penghentian pilkada, bukan melalui
gubernur dan DPRD. Namun, sebagai institusi KPU daerah harus diperkuat
secara institusional dan organisatoris. Meskipun pemerintah pusat mungkin
tidak diharapkan untuk ikut mendorong perubahan sistem politik yang ada
sekarang, perbaikan penegakan hukum di daerah-daerah sangat membantu
kekuatan masyarakat pro perubahan.

Birokrasi sekali lagi adalah alat pemerintah pusat untuk melakukan


perbaikan daerah. Birokrasi, jika dirancang secara sungguh-sungguh, bisa
berperan sebagai alat merasionalisasikan masyarakat. Pemerintah pusat,
misalnya, membantu pemerintah daerah dalam mendesain pelayanan publik
yang akuntabel. Pemerintah daerah sering pada situasi terlalu terpengaruh
dengan kepentingan perpolitikan lokal.

Terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah representasi persoalan


daerah di tingkat pusat. Sekarang ini sistem perwakilan daerah yang ada baik
di DPR maupun asosiasi bersifat elitis. Tetap yang berlaku antara hubungan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Persoalan daerah harus ditangani
oleh sesuatu badan yang lebih independen dari kepentingan yang ada di
pusat dan daerah. Badan ini seharusnya mampu membahas apa peran
pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang paling diperlukan untuk
kesejahteraan daerah. Perlu dipikirkan suatu badan yang otoritatif untuk
membuat advokasi, rekomendasi kebijakan, dan pemonitoran yang mewakili
orang-orang kompeten baik unsur pemerintah pusat, pemerintah daerah,
maupun masyarakat.

15
D. Pengertian Manajer dan Tanggung Jawab Sosial Manajer

Manajer adalah seseorang yang mengarahkan orang lain dan


bertanggung jawab atas pekerjaan tersebut. Pemimpin adalah mereka yang
menggunakan wewenag formal untuk mengorganisasi, mengarahkan dan
mengontrol para bawahan yang bertanggungjawab, supaya semua bagian
pekerjaan dikoordinasi untuk mencapai tujuan perusahaan (Robert
Tanembaum).

Tugas-tugas Manajer :

1. Siklus pengambilan keputusan, POSDC, penilaian dan pelaporan.


2. Manajer harus dapat menciptakan kondisi yang akan membantu
bawahannya mendapatkan kepuasan dalam pekerjaannya.
3. Harus berusaha agar para bawahannya bersedia memikul tanggung jawab.
4. Harus membina bawahannya agar dapat bekerja secara efektif dan efisien.
5. Manajer harus membenahi fungsi-fungsi fundamental manajemen dengan
baik.
6. Manajer harus mewakili dan membina hubungan yang harmonis dengan
pihak luar.

a. Tanggung Jawab Sosial Manajer

Tanggung jawab Sosial Manajer / Perusahaan atau Corporate


Social Responsibility adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya
(namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab
terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan
lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan.

Seorang manajer mempunyai tanggung jawab social atas


keputusan-keputusan yang diambil, mengapa dikatakan demikian karena
mempengaruhi dalam pencapaian tujuan organisasi baik dalam jangka

16
pendek maupun dalam jangka panjang, disamping itu juga menyangkut
hajat hidup orang banyak yang kesemuanya menggantungkan dirinya
kepada organisasi tersebut (ini kalau dilihat dari segi dimana seseorang
bekerja). Atas dasar ini maka seorang manajer dituntut untuk dapat
mengimplementasikan etika berusaha (the ethics of manager). Ada lima
faktor yang mempengaruhi keputusan manajer dalam etika berusaha ini,
yaitu hukum; peraturan-peraturan pemerintah termasuk di dalamnya
undang-undang yang dikeluarkan oleh pemerintah; kode etik industri dan
perusahaan tekanan-tekanan sosial; tegangan antar standar perorangan dan
kebutuhan organisasi.

b. Mengapa harus memiliki Tanggung Jawab Sosial

Dengan menunjukkan tanggung jawab social, membantu


perusahaan untuk memiliki reputasi yang baik. Dengan reputasi yang baik
dapat meningkatkan bisnis dan meningkatkan kemapuan untuk
memperoleh sumber daya dari stakeholder, meningkatkan keuntungan dan
kemakmuran pemegang saham.

Jika semua perusahaan melakukan tanggung jawab sosial seperti


menyediakan pengobatan, dana pension, dan sebagainya, maka kualitas
kehidupan akan meningkat, mengurangi kejahatan, kemiskinan, dan
tingkat penganguran akan relatif rendah.

17
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasaran uraian di atas, pengertian sentralisasi adalah


memusatkan seluruh wewenang atas segala urusan yang menyangkut
pemerintahan kepada tingkat pusat dan pengertian desentralisasi adalah
pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat kepada satuan organisasi
pemerintahan di wilayah untuk meyelenggarakan segenap kepentingan
setempat dari sekelompok penduduk yang mendiami wilayah tersebut.

Dampak-dampak yang di timbulkan oleh sentralisasi dan


desentralisasi terbagi dua yaitu dampak positif dan dampak negatif.
Dampak-dampak tersebut dapat di rasakan oleh masyarakat dalam bidang
ekonomi, sosial budaya, dan keamanan dan politik yang kesemuanya itu
berpengaruh dalam kehidupan bangsa Indonesia.

2. Kritik Dan Saran

Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi


pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan
sampaikan kepada kami.

Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan dan


memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang tak luput dari
salah khilaf, Alfa dan lupa.

18
DAFTAR PUSTAKA

Manajemen Edisi 2. Dr.T.Hani Handoko, M.B.A. BPFE - Yogyakarta

Kansil, C.S.T . 2005. Sistem Pemerintahan Indonesia. PT Bumi Aksara : Jakarta.

Dimock, E. Marshall. Administrasi Negara. Erlangga : Jakarta.

Rodee, Clyner Carlton. Pengantar Ilmu Politik. 2000. PT Rajagrafindo Persada :


Jakarta

Tjokroamidjojo, Bintoro. 1990. Pengantar Administrasi Pembangunan. LP3ES :


Jakarta

Ndraha, Talizidu. 1988. Metodologi Pemerintahan Indonesia. Bina Aksara :


Jakarta

Kansil, C.S.T dan Christine S.T Kansil. 2002. Pemerintahan Daerah Indonesia.
Sinar Grafika : Jakarta

MaCandrews, Colin dan Ichlasul Amal. 1993. Hubungan Pusat Daerah dalam
pembangunan. PT Rajagrafindo Persada : Jakarta

https://www.academia.edu/9323342/sentralisasi_dan_desentralisasi_manajemen

19

Anda mungkin juga menyukai