Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

EKONOMI MANAJERIAL
Teori dan Estimasi Biaya

DOSEN PEMBIMBING : BAKRI, SE,. M.M.


PENYUSUN : 1. AGUSTIAN KRISS DWI Y (041810006)
2. MIFTAHUL AHSAN (041810022)
3. REVA DESY RISMAYANTI (041810028)
4. ROHMAWATI (041810029)
5. UMU KHABIBAH (041810032)
KELAS : MANAJEMEN A

FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN


UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
2019 / 2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji Syukur atas Kehadirat Allah SWT karena atas Rahmat da
Hidayah-nya sehingga makalah yang bejudul “ TEORI dan ESTIMASI BIAYA “ telah
diselesaikan, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang secara langsung dan tidak langsung yang telah membantu menyelesaikan makalah
ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan ang berlipat ganda atassegala bantuan yang
telah diberikan.
Makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk mendapatkan pengetahuan
baru tentang pemahaman perusahaan dan strategi pemasaran di dunia bisnis nasional dan
internasional.
Akhir kata penulis mengharapkan kritik dan saran guna untuk memperbaiki makalah
ini agar menjadi lebih baik. Mudah-mudahan dapat memberikan manfaat yang besar dan
dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Lamongan, 16 februari 2020

penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam bab pertama, kita membicarakan proses pemasaran yang digunakan
perusahaan untuk menciptakan nilai bagi consumer untuk selanjutnya menangkap
kembali nilai dari konsumen itu. Berikutnya, kita menggali lebih dalam ke langkah
kedua dan ketiga proes pemasaran merancang strategi pemasaran yang digerakkan
oleh pelanggan dan membangun program pemasaran. Untuk memulainya, kita melihat
keseluruhan perencanaan strategis organisasi.
Berikutnya kita membicarakan bagaimana pemasar, di pandu oleh rencana
strategis, bekerja sama dengan pihak lain di dalam dan di luar perusahaan untuk
melayani pelanggan. Kemudian kita mempelajari strategi pemasaran dan perencanaan
bagaimana pemasar memilih target pasar, memposisikan penawaran pasar mereka,
mengembangkan bauran pemasaran dan menata program pemasaran mereka.
Akhirnya kita melihat langkah penting dalam mengukur dan menata keuntungan
pemasaran.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian strategi pemasaran ?
2. Apa pengertian bauran pemasaran ?
3. Bagaimana mengelola usaha pemasaran ?
4. Bagaimana mengukur dan mengelola pengembalian pemasaran ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui beberapa pengertian dari strategi pemasaran.
2. Untuk mengetahui pengertian bauran pemasaran.
3. Agar mengerti tentang mengelola usaha pemasaran.
4. Agar mengerti cara mengukur dan mengelola pengembalian pemasaran.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat makalah ini adalah :
a. Bagi penulis
Untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan wawasan serta sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah ekonomi
manajerial di fakultas ekonomi Universitas Islam Lamongan.
b. Bagi pembaca
Hasil makalah ini diharapkn nantinya dapat memambah pengetahuan
dan wawasan supaya bisa mengembangkan ilmu ekonomi terutama
pada mata kuliah ekonomi manajerial.
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN

7.1 SIFAT-SIFAT BIAYA


Pada bagian ini akan dibicarakan biaya-biaya lain yakni: biaya-biaya pabrik (sering pula
disebut biaya overhead pabrik). Dalam mengadakan perencanaan dan pengawasan biaya
sangat perlu diketahui sifatsifat biaya. Pada dasarnya menurut sifatnya dikenal 3 (tiga)
macam biaya yakni :
- Biaya tetap (fixed cost)
Yaitu biaya-biaya yang cenderung untuk bersifat constant secara total dari bulan ke
bulan, tanpa terpengaruh oleh volume kegiatan, dengan beberapa asumsi tertentu seperti
kebijaksanaan management, periode waktu dan lain-lain. Biaya-biaya yang termasuk kategori
biaya tetap ini antara lain adalah:
a. gaji
b. pajak kekayaan
c. asuransi
d. penyusutan (kecuali yang menggunakan performance method).
- Biaya variable (variable cost)
Yaitu biaya-biaya yang secara total selalu mengalami perubahan, di mana perubahan itu
searah dan sebanding dengan perubahan tingkat kegiatan. Dalam hal ini tingkat kegiatan
perusahaan dinyatakan dalam satuan aktivitas (activity base), seperti jam buruh langsung
(DLH) jam mesin (DMH) dan unit barang (kg, liter dan lain-lain). Biaya-biaya yang termasuk
katagori biaya variabel antara lain adalah:
a. biaya bahan mentah langsung
b. biaya tenaga kerja langsung
c. tenaga (power)
- Biaya semi variable (Semi variable cost)
Yaitu biaya-biaya yang tidak bersifat tetap, tetapi tidak pula bersifat variabel. Biaya ini
mengalami perubahan, tetapi tidak sebanding dengan perubahan tingkat kegiatan. Biaya-
biaya yang termasuk kategori biaya semi variabel antara lain adalah :
a. biaya tenaga kerja tak langsung
b. biaya pemeliharaan
c. biaya peralatan
d. biaya bahan mentah tak langsung dan lain-lain.
Terhadap ketiga macam kategori biaya di atas, dapat dilakukan penggolongan lain atas dasar
dapat tidaknya biaya itu dikendalikan, sehingga diperoleh cara pengelompokan lain, yakni
biaya yang:
a. Dapat dikendalikan (controllable).
b. Tidak dapat dikendalikan (non controllable).
- Biaya yang controllable, dapat dikatakan sebagai biaya yang sangat terpengaruh oleh
kebijaksanaan-kebijaksanaan pimpinan perusahaan. Tetapi harus sangat hati-hati dalam
mengelompokkan biaya sebagai controllable atau non controllable, karena hal ini sangat
erat hubungan nya dengan tanggung jawab (bagian) dan waktu.Umpamanya gaji
mandor dalam pabrik, merupakan biaya yang non controllable bagi bagian produksi,
karena gaji seorang mandor pada umumnya ditentukan oleh pimpinan
perusahaan.Sehingga apabila dipandang dari segi organisasi perusahaan yang lebih luas,
gaji mandor merupakan biaya yang controllable.Contoh di atas dipandang dari segi
penanggung jawab biaya.Dari segi waktu, dapat diambil contoh biaya penyusutan
(depreciation).Pada umumnya dikatakan bahwa untuk jangka pendek biaya penyusutan
merupakan biaya yang non controllable, tetapi untuk jangka panjang merupakan biaya
yang controllable.
7.2 FUNGSI BIAYA JANGKA PENDEK
Dalam jangka pendek perusahan adalah jangka waktu di mana sebagian faktor
produksi tidak dapat di tambah jumlahnya. Teori – teori biaya produksi dalam jangka pendek,
yakni:
a. Biaya Total dan Jenis-jenis Biaya Total
- Biaya total (Total Cost/TC) yaitu biaya yang meliputi keseluruhan jumlah biaya produksi
yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendanai aktivitas produksi.
Rumus :TC=TFC+TVC
- Biaya tetap total (Total Vixed Cost/TFC) yaitu biaya yang meliputi perbelanjaan untuk
memperoleh faktor-faktor produksi yang tetap jumlahnya, artinya biaya ini besarnya tidak
dipengaruhi oleh jumlah Output yang dihasilkan. Contoh: biaya telepon, Biaya Pemeliharaan
Bangunan, biaya penyusutan, adalah contoh dari faktor produksi yang dianggap tidak
mengalami perubahan dalam jangka pendek
TFC = TC-TVC
- Biaya berubah total (Total Variabel Cost/TVC) yaitu keseluruhan biaya yang dikeluarkan
perusahaan dalam faktor produksi dan bersifat Variabel atau dapat berubah – ubah sesuai
dengan hasil produksi yang akan dihasilkan. Semakin banyak produk yang dhasilkan, maka
semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan.Contoh : Biaya bahan baku , upah tenaga
kerja, bahan bakar,dll.
TVC = TC-TFC
Pembiaayaan bersifat tetap di sebut biaya tetap atau total fixed cost (TFC) Biaya tetap
total (total fixsed cost/TFC) dapat di katakan biaya yang sifatnya wajib di keluarkan oleh
produsen dimana ada atau tidak ada aktivitas produksi. Jika biaya tetap tersebut tidak di
keluarkan, maka konsekuensinya dapat menghambat jalannya proses produksi yang lainnya.
Membeli mesin, mendirikan bangunan pabrik adalah contoh dari faktor produksi yang
dianggap tidak mengalami perubahan dalam jangka pendek.
Sedangkan biaya variabel (variable cost) merupakan keseluruhan biaya yang harus
dikeluarkan ketika ada aktivitas proses produksi. Oleh sebab itu biaya berubah biasanya
merupakan perbelanjaan untuk membayar tenaga kerja yang digunakan.
Jadi besar kecilnya biaya veriabel yang dikeluarka produsen sesuai dan tergantung pada
skala proses produksi yang di lakukan. Dengan kata lain semakin besar skala proses produksi,
biaya variabel semakin besar. Tetapi jika skala proses produksi relatif kecil maka biaya
varibel yang di keluarkan menjadi relatif kecil juga.
b. Biaya Rata-rata Dan Marjinal
- Biaya tetap rata-rata (Average Fixed Cost/AFC) biaya tetap yang dibelanjakan untuk
menghasilkan setiap unit produksi
AFC =
- Biaya berubah rata- rata (Average Variabel Cost/AVC) biaya variabel yang dibelanjakan
untuk menghasilkan setiap unit produksi
AVC =
- Biaya total rata-rata (Average Cost/AC) keseluruhan biaya yang digunakan untuk
menghasilkan setiap unit produksi.
ATC =
Q = total Output
- Biaya Marginal (Marginal Cost / MC) Kenaikan biaya produksi yang dikeluarkan untuk
menambah satu unit output.
MCn = TCn – TCn-1
Dimana MCn adalah biaya marjinal produksi ke-n;
TCn adalah biaya total pada waktu jumlah produksi n;
TCn-1 adalah biayatotal pada waktu jumlah produksi n-1.
Atau dapat juga dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
MCn = ∆TC/∆Q
Dimana MCn adalah biaya marjinal produksi ke-n;
∆TC adalah pertambahan jumlah biaya total;
∆Q adalah pertambahan jumlah produksi.
7.3 FUNGSI BIAYA JANGKA PANJANG
Biaya Jangka Panjang (long run cost) adalah periode dimana seluruh biaya berubah
(variabel). Dalam jangka panjang semua biaya adalah biaya variable (tidak ada biaya tetap).
Cost = f (Q, W, i) → Q = Output, W = Upah dan Gaji, i = Biaya Modal
→ TC = αQβ Wτ iδ (Model Cobb - Douglas)
- Menurut Karakteristik Jumlahnya
Berdasarkan Karakteristik Jumlahnya biaya dapat dikelompokkan menjadi:
a. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yg jumlah totalnya tetap (fixed), tidak dipengaruhi oleh besar
kecilnya output. Pengertian biaya tetap ini hanya berlaku untuk analisis dalam waktu
yang relatif pendek.Yaitu sepanjang kapasitas produksi atau kapasitas produksi belum
berubah.
Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang jumlahnya tidak berubah (konstan),
terlepas dari perubahan tingkat aktivitas dalam kisaran relevan (relevant range) tertentu
(simamora, 2002:147).Besar kecilnya biaya tetap dipengaruhi oleh kondisi perusahaan
jangka panjang, teknologi dan metode serta strategi manajemen.
Dengan kata lain biaya tetap adalah biaya yang didalam jarak kapasitas tertentu
totalnya tetap, meskipun volume kegiatan perusahaan berubahubah. Jarak kapasitas
adalah serangkaian tingkat volume kegiatan perusahaan yang dapat dicapai tanpa
menambah kapasitas.Contoh biaya tetap adalah biaya sewa periodik, biaya penyusutan
aktiva tetap, biaya gaji manajer.
b. Biaya Variabel (Variabel Cost)
Menurut Garrison dan Noreen yang diterjemahkan oleh A.Torok Budi Santoso
(2000) menjelaskan,"Biaya variabel adalah biaya yang berubah secara proporsi dengan
perubahan aktivitas.". Aktivitas tersebut dapat diwujudkan dengan berbagai bentuk
seperti unit yang diproduksi, unit yang dijual, kilometer, jam kerja, dan sebagainya.
Contoh yang menggambarkan biaya variable adalah biaya bahan langsung. Biaya
bahan langsung yang digunakan selama satu periode akan bervariasi sesuai dengan
tingkat unit yang dihasilkan. Biaya variabel merupakan biaya yang berubah sesuai
perubahan output.
Ada beberapa contoh yang menunjukan bahwa biaya akan berubah-ubah sesuai
dengan produk dan jasa yang dapat dihasilkan oleh perusahaan. Dalam
perusahaan dagang, biaya variabel meliputi harga pokok penjualan, komisi penjualan,
dan biaya tagihan.
Biaya variable atau total variable cost, TVC adalah biaya yang jumlahnya berubah
(variabel) sesuai dengan perubahan tingkat atau volume produksi. Contoh biaya bahan
baku, biaya energi, komisi penjualan, upah tenaga kerja.
TVC= f (Q) → TVC adalah fungsi dari output
1) TVC: Total Variabel Cost → Berubah sesuai dengan perubahan dari output
2) AVC: Variabel Cost/Unit → Tetap, sepanjang skala/kapasitas produksi dan harga
input tidak berubah.
Penggunaan konsep biaya tetap dan biaya variable ini sangat penting bagi perusahaan,
khususnya untuk perencanaan produksi seperti analisisi pulang pokok (Break Event
point), dan perencanaan laba perusahaan t ermasuk kebijakan memberhentikan (shut-
down) operasi.
- Menurut Karakteristik Satuannya
Berdasarkan karakteristik satuannya biaya dapat dikelompokkan menjadi:
a. Biaya total (total cost/ TC) adalah jumlah dari keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk
menghasilkan output. → TC = TFC + TVCKarena biaya variabel merupakan unsur biaya
total, maka biaya total memiliki sifat sebagaimana yang juga dimiliki oleh biaya variabel,
yakni bahwa besarnya biaya total itu berubah-ubah relatif perubahan jumlah output yang
dihasilkan. Namun, fixed cost yang juga bagian dari biaya total, nilai eksistensinya tetap
tidak berubah.
b. Biaya rata-rata perunit output (Average Total Cost / ATC) adalah jumlah dari keseluruhan
biaya yang dikeluarkan dibagi dengan jumlah output. Untuk mencapai keuntungan, biaya
rata-rata per unit produksi ini berguna sebagai informasi dasar untuk menentukan
produksi yang paling efisien. Perusahaan akan berproduksi pada tingkat biaya rata-rata
per unit output (ATC) yang paling rendah .
ATC = TC/Q = TFC/Q + TVC/Q → ATC = AFC + AVC
AFC : Biaya tetap rata-rata per unit (Avarage Fixed Cost)
AVC: Biaya variable rata-rata per unit (Avarage Variabel Cost)
c. Biaya Marginal (Marginal Cost / MC) adalah tambahan biaya yang dikelurkan karena ada
tambahan satu unit output (MCi = TCi –TCi-1)
- Fungsi biaya jangka Panjang
a. Total Biaya Jangka Panjang ( Long-Run Total Cost ) LTC = f (q)
b. Biaya Rata-rata Jangka Panjang ( Long-Run Average Cost ) = LAC = LTC/Q
c. Biaya Marjinal Panjang ( Long-Run Marginal Cost) = LMC = LTC/Q
7.4 UKURAN PABRIK DAN SKALA EKONOMI
Skala Ekonomi adalah fenomena turunnya biaya produksi perunit (Average Cost)
yang terjadi bersamaan dengan meningkatnya jumlah produksi (output) suatu
perusahaan. Skala Ekonomi merupakan konsep lama serta merujuk pada pengurangan
biaya per unit pada saat ukuran fasilitas dan tingkat pemakaian input lainnya meningkat.
Skala ekonomi terjadi tatkala biaya total rata-rata jangka panjang menurun bersamaan
dengan meningkatnya jumlah output. Ketika produksi semakin tinggi maka akan
mengakibatkan suatu perusahaan menambah kapasitas produksinya, dan pertambahan
kapasitas ini akan menyebabkan kegiatan produksi perusahaan menjadi bertambah
efisien.
Skala ekonomi biasanya terjadi pada perusahaan yang mempunyai kapasitas besar,
dimana perusahaan baru akan sulit untuk memasuki pasar. Hal ini terjadi dikarenakan
suatu perusahaan bisa memproduksi (output) dalam jumlah besar sehingga biaya
produksi per unitnya menjadi rendah, karena biaya produksi yang rendah ini maka
perusahaan bisa menjual hasil produksinya tersebut dengan harga yang lebih murah
sehingga perusahaan dapat menikmati skala ekonomi hingga ke tingkat produksi yang
sangat besar. Oleh sebab inilah, perusahaan baru tidak bisa menjual produknya semurah
seperti perusahaan yang sudah lama berkecimpung dalam produk tersebut.
Kecenderungan perbedaan biaya produksi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor,
faktor tersebut antara lain yaitu:
1) Perusahaan lama bisa menurunkan biaya produksi karena memiliki pengetahuan yang
mendalam tentang kegiatan memproduksinya yang dikumpulkan dari pengalaman-
pengalaman masa lalu.
2) Perusahaan lama sudah pasti lebih dikenal oleh bank dan juga para penyedia bahan
mentah. Oleh sebab itu perusahaan lama bisa memperoleh kredit yang lebih baik
dengan harga bahan mentah yang lebih murah.
3) Para pekerja/karyawan sudah lebih berpengalaman dalam mengerjakan pekerjaan-
pekerjaan mereka, dimana hal ini tentu saja secara otomatis dapat menaikkan
produktivitas pekerja, yang pada akhirnya akan memungkinkan penurunan biaya
produksi.
Faktor-Faktor Penyebab Skala Ekonomi
Sementara itu berbicara mengenai faktor-faktor yang dapat menimbulkan skala
ekonomi, dalam hal ini terdapat faktor-faktor penting yang bisa menimbulkan skala
ekonomi, diantaranya yaitu:
1) Pengurangan harga barang mentah dan kebutuhan produksi lain.
2) Spesialisasi biaya produksi ataupun biaya-biaya tetap dalam proses produksi seperti
misalnya biaya pembelian gedung, mesin maupun infrastruktur produksi.
3) Memungkinkan produk sampingan (by products) di produksi.
4) Mendorong perkembangan usaha lain.
Biaya-biaya tetap dalam produksi, seperti biaya mesin atau infrastruktur produksi,
pembelian gedung, dan sebagainya merupakan penyebab utama skala
ekonomi.Peningkatan hasil produksi memungkinkan suatu perusahaan untuk
mengalokasikan biaya-biaya tetap dalam komponen biaya produksi per unit. Komponen
biaya tetap per unit nantinya akan menurun bersamaan dengan meningkatnya jumlah
produksi dan pada saat yang sama, biaya variabel tidak berubah.
Dalam hal ini sumber-sumber umum skala ekonomi ialah manajemen (meningkatkan
spesialisasi manajer), pembelian (Sebagian besar membeli bahan melalui kontrak jangka
panjang), keuangan (memperoleh beban bunga yang lebih rendah pada saat meminjam
dari bank serta mempunyai akses ke berbagai instrumen keuangan yang lebih besar),
teknologi (mengambil keuntungan dari hasil skala dalam fungsi produksi), dan
pemasaran (mengalokasikan biaya iklan selama rentang yang lebih besar dipasar media
output).
Setiap faktor-faktor tersebut mengurangi biaya rata-rata produksi jangka panjang
(LRAC) dengan mengubah kurva biaya total rata-rata jangka pendek (SRATC) ke bawah
dan ke kanan. Seperti halnya kurva dibawah ini:
Peningkatan jumlah produksi dari Q ke Q2 mengakibatkan turunnya biaya produksi
per unit dari C ke C1.Biaya rata-rata (AC) adalah biaya yang dikeluarkan untuk setiap
unit produksi. Dalam jangka panjang perusahaan bisa menambah seluruh faktor produksi
ataupun input yang dipergunakan. Oleh karenanya, dalam jangka panjang tidak ada biaya
tetap, seluruh jenis biaya yang dikeluarkan ialahbiaya variabel. Dalam hal ini berarti
bahwa perusahaan tidak hanya bisa menambah tenaga kerja akan tetapi juga bisa
menambah jumlah mesin serta peralatan produksi lainnya seperti luas tanah, pabrik dan
sebagainya.
Jenis-Jenis Skala Ekonomi
Terdapat beberapa jenis skala ekonomi yang bergantung pada karakteristik tertentu dari suatu
industri, jenis-jenis skala ekonomi tersebut antara lain yaitu:
1) Skala Ekonomi Meningkat (IRS)
Skala Ekonomi Meningkat (Increasing Returns to Scale Economies). Yaitu ketika terjadi
peningkatan dalam skala produksi perusahaan dan mengakibatkan biaya rata-rata yang lebih
rendah. Peningkatan presentase fungsi produksi tertentu menyebabkan presentase
peningkatan yang lebih besar dalam produksi output. Contohnya seperti ketika sebuah
perusahaan menggandakan input maka perusahaan akan memperoleh output yang lebih besar.
Ketika perusahaan menetapkan harga input tidak berubah bersama tingkat output maka hal
tersebut akan mengakibatkan output meningkat dan biaya rata-rata produksi akan turun.
Dalam hal ini skala ekonomi berkaitan langsung dengan pengurangan biaya per unit output
karena produksi skala yang lebih besar.
2) Skala Ekonomi Konstan (CRS)
Skala Ekonomi Konstan (Constant Returns to Scale Economies). Yaitu ketika biaya rata-
rata dan skala produksi tidak berubah atau tetap. Hubungan kuantitas antara input dengan
output tetap konstan ketika output meningkat. Apabila harga input tetap, penghasilan konstan
maka biaya produksi rata-rata dan juga skala ekonomi tidak berubah (konstan). Dalam artian
skala penghasilan yang konstan berarti kurva biaya rata-rata jangka panjang perusahaan tetap
datar.
3) Skala Ekonomi Menurun (DSR)
Skala Ekonomi Menurun (Decreasing Returns to Scale). Yaitu ketika peningkatan skala
produksi perusahaan mengakibatkan biaya rata-rata yang lebih tinggi. Tatkala biaya rata-rata
meningkat bersamaan dengan skala produksi, maka suatu perushaan akan menghadapi skala
menurun atau skala disekonomis. Skala ekonomi menurun seperti ini terlihat pada inefisiensi
birokrasi. Ketika ukuran suatu perusahaan meningkat melebihi suatu titik tertentu maka usaha
perusahaan tersebut akan menjadi lebih sulit untuk dikelola.
Skala ekonomi adalah konsep lama dan merujuk pada pengurangan biaya per unit saat
ukuran fasilitas dan tingkat penggunaan input lainnya meningkat. Sumber–sumber umum
skala ekonomi adalah pembelian (sebagian besar membeli bahan melalui kontrak jangka
panjang), manajemen (meningkatkan spesialisasi manajer), keuangan (memperoleh beban
bunga yang lebih rendah saat meminjam dari bank dan memiliki akses ke berbagai instrumen
keuangan yang lebih besar), pemasaran (mengalokasikan biaya iklan selama rentang yang
lebih besar di pasar media output), dan teknologi (mengambil keuntungan dari hasil skala
dalam fungsi produksi). Skala ekonomis adalah sebuah konsep praktis yang penting untuk
menjelaskan fenomena dunia nyata seperti pola-pola perdagangan internasional, jumlah
perusahaan di pasar, dan bagaimana perusahaan bisa terlalu besar untuk gagal.
Skala ekonomi juga berperan dalam monopoli “alamiah”.Monopoli alami sering
didefinisikan sebagai perusahaan yang menikmati skala ekonomis untuk ukuran perusahaan
yang wajar, karena itu selalu lebih efisien bagi satu perusahaan untuk memperluas daripada
mendirikan perusahaan baru, monopoli alami tidak memiliki saingan.Karena tidak memiliki
saingan, maka kemungkinan monopoli memberikan kekuatan pasar yang signifikan.Oleh
karena itu, beberapa industri yang dikategorikan sebagai monopoli alami telah diatur atau
dimiliki oleh negara.Untuk memperluas daripada mendirikan perusahaan baru.Pemanfaatan
skala ekonomi membantu menjelaskan mengapa perusahaan tumbuh besar di beberapa
industri. Ini juga merupakan pembenaran untuk kebijakan perdagangan bebas, karena
beberapa skala ekonomi mungkin memerlukan pasar yang lebih besar daripada yang mungkin
dalam suatu negara tertentu misalnya, tidak akan efisien bagi pembuat Liechtenstein untuk
memiliki mobil sendiri, jika mereka hanya akan menjual untuk pasar lokal mereka.
Skala ekonomi terkait dengan betapa mudahnya menjadi bingung dengan gagasan
ekonomi teoritis terhadap skala hasil. Di mana skala ekonomi mengacu pada biaya suatu
perusahaan, skala hasil menggambarkan hubungan antara input dan output dalam jangka
panjang (semua input variabel) fungsi produksi. Sebuah fungsi produksi memiliki skala hasil
konstan jika proporsi peningkatan semua input dan output adalah sama. Hasil akan
mengalami penurunan jika, katakanlah, penggandaan hasil input kurang dari dua kali lipat
output, dan meningkat jika input dua kali lipat lebih dari output. Jika fungsi matematika
digunakan untuk mewakili fungsi produksi, dan jika fungsi produksi adalah homogen (sama),
maka skala hasil yang diwakili oleh tingkat homogenitas fungsi.
Fungsi produksi homogen dengan skala hasil konstan adalah homogenitas tingkat
pertama, peningkatan skala hasil yang diwakili oleh derajat homogenitas lebih besar dari satu,
dan penurunan skala hasil dengan derajat homogenitas yang kurang dari satu. Jika perusahaan
merupakan pesaing sempurna di semua pasar input, dan dengan demikian harga per unit dari
semua input tidak terpengaruh oleh berapa banyak masukan pembelian yang dilakukan
perusahaan, maka dapat ditampilkan bahwa pada tingkat output tertentu, perusahaan memiliki
skala ekonomi jika skala hasil meningkat, dan memiliki skala dis-ekonomis jika skala hasil
mengalami penurunan, dan tidak memiliki skala ekonomi maupun dis-ekonomis jika skala
hasilnya konstan.
Dalam hal ini, dengan persaingan sempurna di pasar output ekuilibrium jangka panjang,
maka akan melibatkan semua perusahaan yang beroperasi pada titik minimum kurva jangka
panjang mereka rata-rata biaya (yaitu, di perbatasan antara skala ekonomi dan skala dis-
ekonomis). Namun, jika perusahaan pesaing tidak sempurna berada di pasar input, maka
kesimpulan di atas berubah. Misalnya, jika kembali terjadi peningkatan skala hasil dalam
beberapa rentang tingkat produksi, namun perusahaannya begitu besar dalam satu atau lebih
pasar input yang meningkatkan pembelian atas input yang meningkatkan biaya input per-unit,
maka perusahaan bisa memiliki skala ekonomi dalam beberapa rentang tingkat output
meskipun ia mengalami penurunan hasil produksi di rentang output.
Berikut contoh dari skala ekonomi:
Seandainya kita dapat mengasumsikan bahwa jika input untuk suatu industri di
lipatduakan, maka output industri tersebut juga akan berlipat dua. Namun dalam
kenyataannya, banyak industri atau sektor ekonomi yang beroperasi atas dasar skala
ekonomis, sehingga semakin besar skala produksinya, akan semakin besar pula
produktivitasnya. Sebagai contoh sederhana, untuk memproduksi 10 unit produk, misalnya
diperlukan 15 jam kerja, sedangkan untuk memproduksi 25 unit diperlukan 30 jam kerja.
Adanya skala ekonomis dapat dilihat dari kenyataan bahwa dengan melipatduakan input
tenaga kerja dari 15 menjadi 30 jam kerja menyebabkan output industri tersebut meningkat
lebih dari dua kali lipat, yakni dari 10 menjadi 25 unit. Dalam kenyataannya, dengan
pelipatan input, output dapat meningkat dengan kelipatan 2,5. Demikian pula halnya,
keberadaan skala ekonomis itu dapat dilihat dengan mengamati rata-rata jumlah tenaga kerja
yang dikerahkan untuk menghasilkan setiap unit output : jika output yang ada hanya 5 unit,
maka rata-rata kebutuhan input tenaga kerja adalah 2 jam, sedangkan apabila outputnya 25
unit, maka kebutuhan rata-rata akan input tenaga kerjanya pun segera turun menjadi 1,2 jam.
Dari contoh tersebut dapat dilihat mengapa skala ekonomis mampu memberikan
ransangan tersendiri bagi berlangsungnya hubungan-hubungan internasional. Perdagangan
memungkinkan setiap negara untuk menghasilkan dan memperoleh variasi barang yang
terbatas serta meraih keunggulan skala ekonomis tanpa mengorbankan keragaman
konsumsinya. Perdagangan internasional akan meningkatkan keragaman barang yang
tersedia. Perdagangan yang saling menguntungkan bisa terus meningkat berkat bekerjanya
prinsip skala ekonomi.

7.5 KURVA PEMBELAJARAN


Kurva Pembelajaran atau kurva pengalaman (learning curve) adalah sebuah kurva garis
yang menunjukkan hubungan antara waktu yang diperlukan untuk produksi dan jumlah
komulatif unit yang diproduksi. Teori pembelajaran atau pengalaman telah diaplikasikan
secara luas di dunia bisnis.Di dunia manufaktur, kurva pengalaman dapat digunakan untuk
mengestimasi waktu untuk mendisain produk dan produksi, serta biayanya. Kurva
pengalaman penting dan menjadi bagian yang integral dalam perencanaan strategi
perusahaan. Keputusan harga, investasi dan biaya operasi didasarkan pada kurva
pengalaman.Kurva pengalaman juga diaplikasikan selain pada level individu, juga pada level
organisasi. Pengalaman/pembelajaran individual akan berdampak pada perbaikan hasil ketika
orang mengulang suatu proses dan memperoleh ketrampilan atau efisiensi dari pengalaman
mereka. Dengan demikian “practice makes perfect”. Sementara pengalaman atau
pembelajaran organisasional merupakan hasil dari latihan sebagaimana dalam pengalaman
atau pembelajaran individual, tetapi juga datang dari perubahan administrasi, peralatan, dan
disain produk.
Pola atau gejala belajar tersebut pertama kali diobservasi pada tahun 1925 oleh
komandan Wright – Patterson Air Force Base di Ohio (( Miquel A. Requero, “An Economic
Study Of The Military Airframe Industry”, Wright Patterson Air Force Base, Ohio
Department of The Air Force, October 1957, pp 213)) . Dan, di dalam literatur, gejala
Learning Curve pertama kali dilaporkan oleh T.P. Wright[1] dalam “Factory Affecting The
Cost Of Airplanes” Journal of Aeronautical Sciences, vol. 3, no. 4, (1936), pp. 122-128.
Wright melaporkan bahwa pengalaman berperanan di dalam meningkatkan produktifitas, hal
itu tercermin di dalam jam kerja langsung rata-rata untuk memproduksi kerangka pesawat
(tanpa mesin) yang menurun dengan tingkat terntu bila jumlah yang diproduksi menjadi dua
kali lipat. Jumlah jam kerja langsung rata-rata untuk memproduksi kerangka pesawat yang
keempat adalah 80% dari yang diperlukan untuk unit yang kedua; untuk kerangka pesawat
yang kedelapan hanya 80% dari unit yang keempat, dan untuk kerangka pesawat yang
keseratus hanya 80% dari yang kelima puluh. Dengan demikian disimpulkan bahwa tingkat
belajar dari pengalaman pada pembuatan kerangka pesawat tersebut dalah 80% pada jumlah
kelipatan dua.
Konsep learning curve (kurva pembelajaran) menyatakan bahwa:
Bertambahnya pengalaman sampai pada batas tertentu dapat meningkatkan efisiensi.
Bila jumlah produksi meningkat dua kali maka waktu yang diperlukan untuk mengerjakan
satu satuan unit produk berkurang dengan tingkat konstanta tertentu.Misalnya, diketahui
learning curve 80% artinya bila produksi pertama butuh waktu 100 JTKL maka waktu rata-
rata akumulasi setiap satuan unit produksi yang kedua, kemudian keempat dan selanjutnya
kedelapan adalah untuk yang kedua sebesar 80% x 100 = 80, yang keempat adalah 80% x
80% x 100 = 64, dan yang kedelapan sebesar 80% x 80% x 80% x 100 = 51. Batas nilai
pembelajaran biasanya berkisar antara angka 60 - 50.
Konsep Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva PengalamanDengan menggunakan
pendekatan tabel, maka faktor perbaikan per unit atau pun faktor perbaikan komulatif
langsung ditentukan dengan hanya melihat tabel tanpa perlu menghitung, terutama bila
jumlah produknya sangat banyak. Namun bila tidak tersedia tabel maka model analisis yang
menggunakan logaritma dapat menjadi cara yang cukup mudah untuk mengestimasi output.
Rumusnya adalah sebagai berikut:
Dimana
x = jumlah unit produk
Yx = jumlah jam kerja langsung yang diperlukan untuk membuat unit produk yang ke-x
K = jumlah jam kerja langsung yang diperlukan untuk membuat unit produk yang pertama
x = log b/log 2 dimana b = persentase tingkat pembelajaran.
Pada bagian aritmatik, dengan koordinat linier, hubungan antara waktu rata-rata dengan
banyaknya unit yang diproduksi berupa sebuah kurva yang menurun dengan cepat dan
kemudian agak landai .
Pada bagianyang berskala logaritmik hubungan tersebut berupa sebuah garis lurus
Asumsi Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman
Teori kurva pemngalaman didasarkan pada tiga asumsi:
Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu atau unit produk
tertentu akan berkurang setiap kali tugas tersebut dilakukan.
Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu akan menurun pada
suatu tingkat penurunan.
Pengurangan waktu akan mengikuti pola yang dapat diprediksi.
Setiap asumsi tersebut di atas ditemukan kebenarannya pada industri pesawat terbang dimana
kurva pengalaman pertama kali diaplikasikan. Beberapa penelitian yang telah dilakukan pada
industri pesawat terbang menunjukkan bahwa setiap kali orang melakukan pekerjaan yang
sama akan terdapat penurunan waktu penyelesaian sebesar 20% atau tingkat kecepatan
belajar atau tingkat kurva pengalaman sebesar 80% untuk setiap dua kali jumlah produk yang
dihasilkan. Dengan demikian bila orang membuat produk pertama, kedua dan keempat, serta
ke delapan maka waktu yang dipergunakan untuk menyelesaikan berturut-turut adalah adalah
100%, 80%, dan 80%x80%, serta 80%x80%x80% dari waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan produk yang pertama.
Estimasi Persentase Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva PengalamanJika produksi
telah dilakukan beberapa kalo maka persentase learning dapat dengan mudah diperoleh dari
catatan-catatan produksi. Semakin panjang atau banyak data historis yang tersedia, maka
estimasi dapat lebih akurat.Oleh karena berbagai variasi masalah mungkin saja terjadi selama
tahapan produksi, maka banyak perusahaan tidak mengumpulkan data untuk kepentingan
analisis learning sampai semua unit selesai diproduksi.
Lain dari itu penggunaan analisis statistik juga dimungkinkan. Misalnya dengan mencari
bentuk model yang paling cocok untuk data-data historis yang ada apakah ekxponensial atau
garis lurus. Jika produksi belum pernah dilakukan, maka mengestimasi persentase learning
menjadi hal yang sedikit memerlukan pengamatan langsung, atau dengan salah satu cara
berikut:
Mengasumsikan persentase learning sama dengan persentase learning pada industri
sejenis.
Mengasumsikan bahwa persentase learning sama dengan yang digunakan untuk
pembuatan produk yang sama atau mirip.
Menganalisis kemiripan dan perbedaan antara saat permulaan produksi yang diusulkan
dan yang terjadi dan mengembangkan persentase learning yang sesuai dengan situasi.
Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman IndividuAda beberapa faktor yang
mempengaruhi kinerja individu dan tingkat pembelajaran. Setidaknya ada dua unsur yakni :
1) tingkat pembelajaran dan
2) tingkat kinerja atau performance awal. Sebagai ilustrasi, misalnya ada dua pelamar A dan
B. Keduanya menjalani tes mekanis sederhana yang diberikan oleh departemen personalia
sebagai bagian dari aplikasi mereka untuk bekerja di perakitan bidang manufaktur. A
memiliki titik awal performance waktu jauh lebih cepat dari B tetapi memiliki tingkat
belajar lebih lambat dari B. Meskipun B memiliki performance awal yang lebih rendah
dari A. tetapi jelas merupakan pilihan yang baik karena memiliki tingkat belajar yang
lebih cepat daripada A. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pembelajaran merupakan hal
penting selain tingkat kinerja awal.
Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja individu berdasarkan
kurva pembelajaranyakni:
Perekrutan/pemilihan pekerja yang memadai.Sebuah tes harus diberikan untuk
membantu memilihpekerja. Tes ini harus mewakili pekerjaan yang direncanakan: tes
ketangkasan untuk perakitan kerja, tes kemampuan mental untuk pekerjaan mental, tes untuk
interaksi dengan pelanggan untuk pekerjaan front office, dan sebagainya.
Pelatihan yang meamdai.Semakin efektif pelatihan, semakin cepat laju pembelajaran.
Motivasi. Peningkatan produktivitas berdasarkan kurva pembelajaran tidak tercapai kecuali
ada hadiah atau reward. Hadiah dapat berupa uang (individu atau kelompok rencana
insentif) atau nonmoneter (karyawan penghargaan bulan, dll).
Spesialisasi pekerjaan. Sebagaimana diketahui bahwa semakin sederhana tugas, semakin
cepat belajar. sejauh faktor kebosanan tidak mengganggu. Namun, jika faktor kebosanan
telah berubah menjadi faktor yang bersifat mengganggu, maka mendesain ulang tugas perlu
dilakukan.
Hanya melakukan satu atau sedikit pekerjaan pada satu waktu. Pembelajaran akan lebih
cepat untuk pekerjaan yang dilakukan satu per satu hingga selesai pada satu waktu daripada
melakukan banyak pekerjaan secara simultan secara bersamaan Gunakan alat atau peralatan
yang membantu atau mendukung kinerja.
Menyediakan akses cepat dan mudah untuk bantuan. Manfaat pelatihan diwujudkan dan
dilanjutkan dengan senantiasa menyediakan pendampingan.
Mengijinkan pekerja untuk membantu mendesain ulang tugas-tugas mereka. Studi terkait
Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman Individu telah dilakukan oleh para pakar
seperti Miguel A. Requero dan W.B. Hirschman, Blankenship & Taylor, dan
Cochran.Penelitian mereka berhasil menemukan beberapa gejala sehubungan dengan kurva
pembelajaran individu. Temuan-temuan tersebut antara lain:
Gejala Kurva Belajar Mesin-manusia
Studi Miguel A. Requero dan W.B. Hirschman pada perusahaan pesawatan terbang
untuk pekerjaan perakitan dan pekerjaan mesin menemukan bahwaApabila konsep belajar
dikaitkan dengan orang, maka semakin kecil proporsi manusia, maka semakin berkurang
kapasitas untuk belajar,
Learning Curve pada akhir kontrak menunjukkan kurva belajar yang justru menaik(
memburuk). Hal ini dapat terjadi bila pekerja dipindahkan ke bagian lain dan menyebabkan
kegiatan menjadi tidak efisien.
Gejala kurva menaik (memburuk) dapat terjadi di tengah kontrak. Gejala tersebut terjadi
karena pemberhentian kegiatan sementara, sebagai misal karena disebabkan oleh pengenalan
perubahan model, atau memindahkan kegiatan pada tempat yang baru. Segera setelah
kegiatan tersebut dimulai lagi, kurva akan menurun dengan cepat dan mendekati slope kurva
yang lama.
Gejala Kurva Belajar dari PengalamanPenelitian Blankenship & Taylor pada tahun 1938
di pabrik tekstil dan kemudian penelitian E.N. Corlett & V.J. Marcombe tentang Gejala kurva
belajar dalam pelatihan Gejala belajar dari pengalaman yang memungkinkan seseorang
memperbaiki kinerjanya tampak dengan jelas di dalam proses pelatihan Pada 10 minggu
pertama, terjadi peningkatan kinerja yan sangat tajam, dan hal itu terjadi pada setiap keompk
baik covering, trimming maupun hemming. Setelah 10 minggu yang pertama, peningkatan
kinerja lebih rendah dibanding sebelumnya.Dan, pada minggu ke-30 dan seterusnya, relatif
tidak ada perbaikan kinerja lagi pada ketiga kelompok tersebut, dan bahkan pada minggu
setelah ke-40, tidak ada lagi perbaikan kinerja.Kiranya gejala inilah yang umum terjadi bila
seoran melaksanakan suatu kegiatan. Semakin lama seseorang mengerjakan pekerjaan yang
sama, semakin ahli ia mengerjakan pekerjaan itu, dan semakin sedikit waktu yang ia
butuhkan untuk mengerjakan setiap unitnya. Atau dengan kata lain, semakin sering seseorang
menghadapi suatu masalah, semakin berpengalaman ia menangani masalah tersebut.
Gejala Kehilangan Pedoman
Penelitian ini didasarkan pada lapran Cochran pada bulan Januari, 1969[14] Sebuah
kelas dengan 18 gadis yang belajar mengetik selama periode satu tahun, menunjukkan
bagaimana pengaruh tidak ada kegiatan selama beberapa hari berturut-turut terhadap adaptasi
seseorang. Apakah tingkat kecepatan seseorang untuk mengerjakan suatu pekerjaan berubah
bila ia berhent untuk sementara waktu? Hasil penelitian tersebut mampu menjawab
pertanyaan tersebut.
Hal yang dapat kita pelajari dari penelitian yang telah dilakukan oleh Cochran pada
bulan Januari 1969 ini adalah bahwa proses belajar dari pengalaman bagi seseorang yang
mengerjakan pekerjaan berulang akan terputus bila ia berhenti selama waktu tertentu, ia
seakan-akan harus belajar untuk mulai mengerjakan pekerjaan berulang akan terputus bila ia
berhenti selama waktu tertentu, ia seakan-akan harus belajar untuk mulai mengerjakan suatu
pekerjaan yang kurang dikenalnya. kehilangan pedoman, yaitu istilah untuk menandai
peristiwa tersebut, akan menyebabkan produktifitas menurun, namun, itu tidak berlangsung
lama karena kecepatan akan kembali seperti sebelumnya, dan proses belajar dari pengalaman
tersebut akan berlanjut. Semakin sering seseorang mengerjakan suatu pekerjaan yang sama,
semakin kecil pengaruh tahap kehilangan pedoman baginya.
Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman Organisasi
Tidak hanya individu, Organisasi juga belajar. Bagaimanapun, pembelajaran organisasi
adalah penting untuk mempertahankan keunggulan kompetitif. Untuk individu, relatif mudah
untuk menjelaskan konsep bagaimana pengetahuan diperoleh dan dipertahankan dan
bagaimana hal ini menghasilkan efek belajar individu.Sedikit berbeda dalam konteks
organisasi, sumber utama pembelajaran organisasi adalah pembelajaran individu
karyawan.Sebuah organisasi memperoleh pengetahuan dalam teknologi, struktur, dokumen
dan prosedur operasi standar.Dengan demikian, dalam konteks organisasi, diharapkan dua
jenis pembelajaran terjadi secara simultan dan sering memberikan efek kombinasi dengan
kurva pembelajaran tunggal.Misalnya, sebagai unit manufaktur menjadi berpengalaman,
pengetahuan tertanam dalam perangkat lunak dan perkakas yang digunakan untuk
produksi.Pengetahuan tertanam dalam struktur organisasi. Sebagai contoh, ketika sebuah
organisasi menggeser kelompok teknik industri dari sebuah organisasi fungsional terpusat
dalam satu daerah ke sebuah organisasi terdesentralisasi di mana individu-individu
dikerahkan pada bagian tertentu dari lantai pabrik, maka pengetahuan tentang bagaimana
menjadi lebih produktif tertanam di struktur organisasi..Pengetahuan dapat terdepresiasi jika
individu meninggalkan organisasi. Misalnya, sebuah perusahaan mempekerjakan beberapa
karyawan baru untuk menggantikan karyawan lama yang keluar. Agar tidak mengganggu
proses dalam mencapai target produksi, karyawan baru tersebut ditempatkan melalui program
pelatihan empat minggu. Hal ini menyebabkan biaya awal naik selama produksi karena para
pekerja belum berpengalaman. Meski pengetahuan dapat tertanam, namun juga dapat
terdepresiasi jika teknologi menjadi tidak dapat diakses atau sulit untuk digunakan. Contoh
dari hal ini adalah kesulitan dalam mengakses data yang dikumpulkan dan disimpan dalam
floopy disk.Sekarang, data tersebut sulit diakses karena data yang direkam oleh peralatan
yang lama tidak dapat dibaca dengan peralatan yang baru atau peralatan yang lama sudah
tidak dapat dioperasikan lagi. Pengetahuan dapat juga terdepresiasi jika catatan perusahaan
dan proses rutin hilang. Misalnya ketika sebuah perusahaan memutuskan untuk memproduksi
kembali produk-produk yang sudah lama dihentikan, perusahaan tidak dapat menemukan
catatan atau cetak biru produks tersebut. Peneltian Dr. S.A. Billon, College of Busniness,
Michigan State University.memberikan informasi bahwa bahwa dalam “confidence limits”
tertentu, Learning Curve linier bisa digunakan untukmemprediksi kebutuhan waktu produksi.
Namun, ditemukan pula bahwa,
1) Learning Rate cenderung berbeda antara perusahaan yang satu dengan yang lain untuk
pembuatan produk yang sama.
2 ) Learning Rate cenderung berbeda untuk pembuatan produk yang berbeda meskipum oleh
satu perusahaan yang sama.
3) Learning Rate cenderung berbeda untuk pembuatan produk yang sama dengan model yang
berbeda yang dibuat-buat oleh satu perusahaan yang sama. (Hendra Poerwanto G).

7.6 ESTIMASI EMPIRIS FUNGSI BIAYA


Estimasi empiris fungsi biaya penting untuk mencapai berbagai tujuan keputusan
manajerial, fungsi biaya jangka pendek sangat penting bagi perusahaan dalam menentukan
tingkat output optimum pada harga yang di bebankan. Pengetahuan tentang fungsi biaya
jangka panjang penting dalam perencanaan untuk skala optimum pabrik yang di bangun
perusahaan pada jangka panjang.
Masalah Data dan Pengukuran dalam Mengestimasi Fungsi Biaya Jangka Pendek
Metode yang di gunakan dalam mengistimasi fungsi biaya jangka pendek yaitu adalah
analisis regresi,di mana biaya variabel total diregresikan terhadap output dan beberapa
variable lainya,seperti hatga input dan kondisi operasi selama periode waktu di mana ukuran
pabrik tetap.yang biasa di estimasi adalah fungsi biaya variabel total dan fingsi biaya total
karena sulitnya mengalokasikan biaya tetap kedalam berbagai produk yang di produksi oleh
perusahaan.
Mengestimasi Fungsi Biaya Jangka Panjang dengan Cross-Sectional Regression
Analysis
Tujuan estimasi kurva biaya jangka panjang adalah untuk menentukan skala pabrik
terbaik yang di bangun perusahaan untuk meminimumkan biaya dalam memproduksi tingkat
output yang di harapkan dalam jangka panjang. secara teoritis ,kurva biaya jangka panjang
dapat di estimasi dengan analisis regresi menggunakan baik data deret-waktu (observasi
biaya kuantitas untuk perusahaan atau pabrik yang di berikan melampaui waktu) atau data
lintas bagian- cross sectional data (data biaya kuantitas untuk sejumlah perusahaan pada
suatu titik yang di berikan). namun analisis regresi dengan menggunakan data cross-section
untuk mengestimasi kurva biaya jangka panjang juga memunculkan beberapa kesulitan.
Mengestimasi Fungsi Biaya Jangka Panjang dengan Teknik Rekayasa dan Survival
Bila data yang cukup tidak tersedia untuk melakukan estimasi kurva biaya jangka
panjang,maka dapat di gunakan tehnik rekayasa atau survival. tehnik rekayasa menggunakan
pengetahuan mengenai hubungan fisik antara input dan output yang di nyatakan oleh fungsi
produksi untuk menentukan kombinasi input optimum yang di butuhkan dalam memproduksi
berbagai tingkat output. dengan mengalihkan kuantitas optimum masing-masing input dengan
harga input tersebut, kita dapat memperoleh fungsi biaya jangka panjangnya. kelebihan
tehnik rekayasa di banding analisis regresi adalah tehnik rekaysa di dasarakan pada
tekhnologi saat ini, sehingga terhindarkan bercampurnya teknologi lama dan baru yang di
gunakan oleh perusahaan yang berbeda dalam analisis cross-section. Tehnik survival pertama
kali di temukan oleh John Stuart Millpada tahun 1850-an dan di kembangkan oleh George
Stigler satu abad kemudian.
7.7 COST VOLUME PROFIT ANALISIS DAN OPERATING LEVERAGE
Analisis Cost-Volume-Profit (CVP) merupakan model yang sangat berguna untuk
perencanaan dan pengambilan keputusan manajemen dalam menentukan unit
yang harus dijual untuk mencapai laba yang diinginkan.Analisis CVP mendeskripsikan
hubungan antara unit yang dijual, biaya, harga jual, dan profit, yangdapat menjelaskan
beberapa isu penting dalam pengambilan keputusan manajemen sepertidampak pengurangan
biaya tetap total terhadap profit, dampak kebijakan kenaikan harga jualproduk terhadap
profit, dan lain-lain.Manajer dapat menggunakan analisis CVP untuk analisis sensitivitas atas
beberapa alternative skenario karena risiko perubahan harga jual, perubahan biaya tetap,
perubahan biaya variabel,dan perubahan tarif pajak.
Konsep Dasar CVP
Analisis CVP diformulasikan dari konsep sederhana perhitungan profit. Profit dihitung
daripengurangan antara pendapatan total (total revenue) dengan biaya total (total cost).
Pada kondisi break-even point, total revenue sama dengan total cost. Begitu break-even point
telah dicapai, maka semua total fixed cost sudah tertutupi oleh contribution margin yang
dihasilkan. Setiap tambahan unit yang dijual hanya memerlukan tambahan biaya variabel.
Contribution margin yang dihasilkan dari setiap tambahan unit di atas break-even merupakan
profit yang dihasilkan.Untuk mengkonversi unit yang harus dijual menjadi jumlah penjualan
dalam satuan rupiah, makakita mengalikan Q dengan P, atau dengan menggunakan formula
CVP dengan pembagicontribution margin ratio (CMR). Umumnya perusahaan lebih
menyukai penggunaan break-evendalam satuan penjualan.
Tidak ada perubahan dalam komposisi sales-mix untuk analisis CVP multiple produk.
Harga jual dan biaya diasumsikan diketahui dan nilainya pasti.
Asumsi penting dalam analisis CVP adalah harga jual dan biaya diketahui dengan pasti
(certainty).
Dalam prakteknya, asumsi ini jarang terjadi. Risiko dan ketidakpastian sering terjadi
Dalamlingkungan bisnis yang dinamis dan banyak mengalami perubahan.Risiko dan
ketidakpastianmenjadi bagian penting yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan
keputusan bisnis.
Manajer mengelola risiko dan ketidakpastian menggunakan beberapa cara. Umumnya
Risikodikelola melalui identifikasi risiko, penilaian risiko, dan mitigasi risiko.Akuntansi
manajemenmenyediakan alat untuk mengidentifikasi dan menilai risiko melalui penggunaan
margin of safetydan operating leverage.
Margin of safety merupakan ekspektasi unit yang dijual atau penjualan yang dapat diraih
di atasbreak-even. Operating leverage merupakan penggunaan fixed cost untuk
menghasilkanperubahan persentase yang lebih tinggi dalam profit atas peningkatan aktivitas
penjualan.
Operating leverage diukur dalam satuan degree of operating leverage (DOL) dengan formula
sebagai berikut:
degree of operating leverage = total contribution margin/profit
Perusahaan dengan degree of operating leverage tinggi, umumnya menggunakan lebih
Banyakfixed costs, yang mengakibatkan variable costs akan menurun, peningkatan
contribution margindan penurunan profit, maka ini menandakan peningkatan risiko.
Peningkatan fixed costsumumnya terjadi apabila manajer memilih penggunaan automasi
proses produksi dibandingkandengan penggunaan sistem manual.
Perbedaan pilihan penggunaan automasi dengan sistem manual dan dampaknya terhadap
Risikoditunjukkan dalam tabel berikut:

Sistem Manual System Sistem Automasi

Price Sama Sama


Variable costs Relatif lebih tinggi Relatif lebih rendah
Fixed costs Relatif lebih rendah Relatif lebih tinggi
Contribution margin Relatif lebih rendah Relatif lebih tinggi
Break-even point Relatif lebih rendah Relatif lebih tinggi
Margin of safety Relatif lebih tinggi Relatif lebih rendah
Degree of operating
Relatif lebih rendah Relatif lebih tinggi
leverage
Downside risk Relatif lebih rendah Relatif lebih tinggi
Upside potential Relatif lebih rendah Relatif lebih tinggi

Proses produksi yang menggunakan sistem automasi, biaya tetap reltif lebih tinggi,
Sementarabiaya variabel cenderung lebih rendah, sehingga menghasilkan contribution
margin per unit yangrelatif tinggi.Perusahaan yang menggunakan automasi mengharuskan
unit penjualan yang lebihtinggi, agar skala ekonomis dapat dicapai.
Dibandingkan dengan sistem automasi, sistem manual memberikan kemungkinan risiko yang
lebih kecil bila unit penjualan yang dicapai sedikit.Penggunaan degree of operating leverage
dapat membantu Manajer dalam menentukan seberapa berisiko atas penerapan sistem
automasidengan biaya tetap yang lebih tinggi.Manajer menggunakan analisis sensitivitas
untuk mengidentifikasi risiko dan mengembangkanskenario keputusan manajemen.Teknik
yang umumnya digunakan dalam analisis sensitivitasadalah what-if.Dalam analisis CVP,
penggunaan teknik what-if, Manajer mengembangkan skenario pilihanstrategis jika ada
perubahan harga jual, biaya variabel per unit, dan biaya tetap total. Keputusanstrategis
didasarkan pada skenario yang memberikan profit paling tinggi.

Pengertian Operating Leverage Menurut Ahli


Pengertian Operating Leverage
Di dalam manajemen keuangan perusahaan pada umumnya dikenal dua macam leverage,
yaitu operating leverage dan financial leverage. Operating leverage dapat digambarkan secara
mudah dengan menggunakan laporan rugi laba.everage ini membandingkan pengaruh
pedapatan (penjualan) terhadap perubahan keuntungan operasional (Operating Income). Jika
kita ingin menerapkan proses produksi baru dengan mesin-mesin baru yang mahal dan
canggih. Sebagai konsekuensi perusahaan akan mengeluarkan uang yang banyak demi mesin
tersebut dan akan berdampak pada menurunya keuntungan operasional akan tetapi
penggunaan mesin baru akan menghemat beberapa variabel. Contoh dengan mesin baru yang
berkerja lebih cepat tenaga manusia bisa dikurangi. Perusahaan akan lebih menghemat
daripada mempertahankan mesin lama. Tentu saja kedua cara tersebut harus
memperhitungkan derajat dari pengungkit operasioanl atau degree of operational leverage
(dol).
Operating leverage menurut Hanafi (2004:329) bisa diartikan sebagai seberapa besar
perusahaan menggunakan beban tetap operasional. Beban tetap operasional biasanya berasal
dari biaya depresiasi, biaya produksi dan pemasaran yang bersifat tetap (misalnya gaji
bulanan karyawan).Sebagai kebalikannya adalah beban (biaya) variabel operasional. Contoh
biaya variabel operasional adalah biaya tenaga kerja yang dibayar berdasarkan produk yang
dihasilkan (misalnya karyawan harian perusahaan rokok, dibayar Rp.100,00 untuk setiap
rokok yang dilinting). Komposisi biaya tetap/variabel yang berbeda mempunyai implikasi
yang berbeda terhadap risiko dan keuntungan yang diharapkan oleh perusahaan.
Perusahaan yang menggunakan biaya tetap dalam proporsi yang tinggi (relatif terhadap
biaya variabel) dikatakan menggunakan operating leverage yang tinggi. Dengan kata lain,
degree of operating leverage (DOL) untuk perusahaan tersebut tinggi. Perubahan penjualan
yang kecil akan mengakibatkan perubahan pendapatan yang tinggi (lebih sensitive). Jika
perusahaan mempunyai degree of operating leverage (DOL) yang tinggi, tingkat penjualan
yang tinggi akan menghasilkan pendapatan yang tinggi. Tetapi sebaliknya, jika tingkat
penjualan turun secara signifikan, perusahaan tersebut akan mengalami kerugian. Dengan
demikian DOL diibaratkan seperti pisau dengan dua mata bisa membawa manfaat, sebaliknya
bisa juga merugikan.
Adapun kegunaan dari operating leverage adalah leverage operasi dapat mengukur
perubahan pendapatan atau penjualan terhadap keuntungan operasi perusahaan. Dilihat dari
kegunaan operating leverage, dapat disimpulkan bahwa perusahaan dapat mengetahui
perubahan laba operasi sebagai akibat perubahan penjualan, sehingga perusahaan dapat
mengetahui keuntungan operasi perusahaan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Perencanaan strategis memberikan dasar bagi perencanaan lanjutan
perusahaan. Kontribusi pemasaran bagi perencanaan strategis, dan keseluruhan rencana
mendefinisikan peranan pemasaran dalam perusahaan. Walaupun perencanaan formal
menawarkan berbagai macam keuntungan bagi perusahaan, tidak semua perusahaan
menggunakannya dengan baik.
Dalam rencana strategis, departemen fungsionalutama pemasaran, keuangan,
akuntansi, pembelian, operasi, system informasi, sumber daya manusia, dan lain-lain
harusbekerja sama untuk mencapai tujuan strategis. Pemasaran memegang peranan kunci
dalam perencanaan strategis perusahaan dengan menyediakan filosofi konsep pemasaran
dan masukan mengenai peluang pasar yang menarik. Pemasar tidak dapat bekerja
sendirian. Kesuksesan perusahaan bergantung pada bagaimana departemen dapat bekerja
sama dengan baik untuk melayani pelanggan dengan baik.
Manajer pemasaran harus memmastikan bahwa dolar pemasaran mereka tidak
terbuang percuma. Saat ini pemasar menghadapi tekanan yang semakin besar untuk
memperlihatkan bahwa mereka memberikan nilai tambah sejalan dengan biaya yang
mereka keluarkan.

Anda mungkin juga menyukai