Anda di halaman 1dari 10

PENGGUNAAN SISTEM MANAJEMEN BIAYA UNTUK

PENGAMBILAN KEPUTUSAN STRATEJIK :


PRODUCT PROFITABILITY ANALYSIS DAN TARGET COSTING

Dibuat Oleh:

1. Amrina Rusda – 01044882326002

PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

FAKULTAS EKONOMI

2024
A. Product Profitability Analysis
1. Definisi Product Profitability Analysis
Menurut Hilton et al (2003) menyatakan bahwa profitabilitas berkaitan dengan profit
atau laba dan merupakan ukuran bagi perusahaan apakah telah menjalankan usahanya untuk
memenuhi kebutuhan konsumernya melalui produk atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan
tersebut dalam rangka untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. sedangkan
pengertian dari produk itu sendiri adalah hasil atau output dari proses manufacturing yang
akan ditawarkan di pasar untuk memuaskan kebutuhan pelanggan.
Berdasarkan definisi atas profitabilitas dan produk diatas, dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan profitabilitas produk merupakan laba atau profit yang diperoleh dari
hasil penjualan produk barang atau jasa kepada konsumen yang dapat menghasilkan laba bagi
perusahaan.

2. Manfaat Product Profitability Analysis


Setelah mendapatkan informasi mengenai profitabilitas atas suatu produk yang
dihasilkan oleh perusahaan, pihak manajemen dapat menggunakan informasi tersebut untuk
mengambil keputusan strategis untuk dapat bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis.
Misalnya, dengan cara menurunkan harga jual untuk produk yang menghasilkan keuntungan
yang tinggi sehingga produk tersebut mempunyai daya saing yang kuat di pasar atau
menghentikan produk yang ternyata menghasilkan kerugian bila terus menerus diproduksi
oleh perusahaan.

3. Product Profitability Analysis dengan Activity Based Costing


Bila perusahaan menerapkan sistem perhitungan biaya menggunakan metode tradisional
dengan perataan biaya atau dengan satu standar alokasi biaya saja, perusahaan dapat
mengalami ketidakakuratan perhitungan biaya produksi yang dapat menyebabkan adanya
kekurangan biaya pada produk yang berarti sebuah produk yang sebenarnya membutuhkan
biaya sumber daya yang banyak tetapi justru perusahaan mentapkan biaya per unitnya lebih
rendah dari yang seharusnya. Sebaliknya, produk dapat kelebihan biaya yang berarti sebuah
produk yang sebenarnya mengkonsumsi sumber daya dalam jumlah sedikit tetapi justru
perusahaan salah menetapkan biaya produksi per unit dengan menetapkan biaya produksi per
unit yang lebih tinggi dari yang seharusnya.
B. Target Costing
1. Definisi Target Costing
Menurut Hansen dan Mowen (2000) target costing adalah suatu metode penentuan
biaya produk atau jasa berdasarkan harga (harga target) dimana pelanggan bersedia
membayarnya. Menurut Ford (1923) dalam Blocher et al. terjemahan Tim Penerjemah
Penerbit Salemba (2008:617) menjelaskan bahwa target costing adalah suatu metode dimana
perusahaan menentukan biaya yang harus dikeluarkan untuk suatu barang dan jasa yang
didasarkan pada harga pasar kompetitif, dengan demikian perusahaan dapat memperoleh laba
yang diharapkan dengan menghitung selisih antara harga kompetitif dengan laba yang
diharapkan.
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa target costing merupakan
Penentuan biaya yang diharapkan untuk suatu produk berdasarkan harga yang kompetitif,
sehingga produk tersebut akan dapat memperoleh laba yang diharapkan dan proses ini
dilakukan pada saat tahap perencanaan produk.

2. Tujuan dan Alasan menggunakan Target Costing


Menurut Malue (2013) tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan dengan menerapkan
target costing adalah untuk menurunkan total biaya dari total biaya sebelumnya sehingga
perusahaan pun bisa mendapatkan laba yang maksimal tanpa harus menaikan harga jualnya.
Berdasarkan hal tersebut,dapat disimpulkan bahwa perusahaan menerapkan target costing
dengan tujuan sebagai alat strategi perusahaan selama tahap perencanaan untuk
meminimalkan biaya produksi untuk mencapai laba yang diinginkan oleh perusahaan.
Menurut Garrison, Noreen (2001), alasan menggunakan metode target costing ini
berkaitan dengan pengamatan dua karakteristik dari market dan cost cost yang penting,yaitu:
1. Banyak perusahaan yang tidak dapat mengendalikan harga. Pada kenyataan yang terlihat
saat ini, harga sangat bergantung kepada pasar. Permintaan dan penawaran yang terjadi
dalam pasarlah yang sangat menentukan harga suatu produk atau jasa. sehingga
perusahaan yang tidak berusaha mengetahui hal ini atau mengabaikan hal ini akan
berbahaya karena mereka akan menanggung resikonya sendiri. Karena itu antisipasi dari
harga pasar dilakukan dengan menggunakan target costing.
2. Banyak perusahaan yang menentukan biaya dari suatu produk pada tahap desain,
sehingga sekali produk tersebut telah selesai di desain dan masuk dalam proses produksi,
tidak banyak yang dapat dilakukan untuk mengurangi biaya secara signifikan. Padahal
kesempatan untuk mengurangi biaya kebanyakan berasal dari desain produk. misalnya,
dengan ,menggunakan bahan baku yang tidak mahal namun masih tetap dapat memenuhi
kebutuhan konsumen.

3. Kegunaan Target Costing


Target costing mempertimbangkan faktor eksternal perusahaan (pasar). Melalui analisis
pasar dan pesaing dapat membantu manajemen dalam merancang produk yang dibutuhkan
konsumen dengan harga yang kompetitif. Menurut Albano, Bird, Clifton, Townsend (2003),
metode target costing membantu perusahaan untuk:
a) Menjamin bahwa produk disesuaikan dengan kebutuhan konsumen dengan lebih baik
Penggunaan target costing di dalam sebuah perusahaan akan menjamin produk yang
diproduksi tersebut telah disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.
b) Menyesuaikan harga dari keistimewaan produk dengan kesediaan konsumen untuk
membayarnya
Penggunaan target costing dapat menyesuaikan harga dari kualitas yang dimiliki oleh
produk tersebut dan didasarkan pada tingkat berapakah kemampuan dan kesediaan
konsumen untuk membayar produk tersebut.
c) Mengurangi siklus pengembangan produk
Perusahaan yang menerapkan proses target costing dapat mengurangi siklus
pengembangan produk. siklus pengembangan produk disini adalah siklus dimana
perusahaan harus melakukan perubahan-perubahan atau pengembangan-pengembangan
terhadap biaya produksi suatu produk ketika produk tersebut telah memasuki tahap
produksi.
d) Mengurangi biaya produk secara signifikan
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa pada proses target costing, pihak
manajemen akan membuat pengurangan pada biaya produk tersebut. Pengurangan biaya
produk pada proses target costing dapat menjadi lebih signifikan daripada melakukan
pengurangan biaya ketika telah memasuki tahap memproduksi produk.
e) Meningkatkan kerjasama antar departemen dalam perusahaan berkaitan dengan
penyusunan, pemasaran, perencanaan, pengembangan, pembuatan, penjualan,
pendistribusian, dan penempatan produk.
f) Menggunakan konsumen dan pemasok untuk merancang produk yang benar dan untuk
mengintegrasikan seluruh rantai persediaan dengan lebih efektif.
Pada proses target costing, dalam merancang sebuah produk juga digunakan pandangan
terkait konsumen dan pemasok. Sehinnga, pada tahap perencanaan, konsumen dan
pemasok juga menjadi pertimbangan bagi manajemen dalam menentukan biaya atas
produk yang akan diluncurkan tersebut.

4. Karakteristik target costing


1. Target harga jual ditentukan selama perencanaan produk, pada cara orientasi pasar
Penetapan target harga jual merupakan poin awal dalam proses target costing. Hal ini
juga diungkapkan oleh Kato (1993) dalam Everaert (2006) yang menjelaskan bahwa
penawaran tingkat harga dari produk yang ada atau tingkat harga kompetitor merupakan
sebuah poin awal dalam proses target costing. Apabila manajemen percaya bahwa produk
yang dimilikinya memiliki fungsi atau kualitas yang lebih bagus daripada produk
kompetitor, maka harga dari produknya tersebut dapat lebih tinggi dari harga produk
kompetitor. Sebaliknya, apabila produk yang dimiliki perusahaan tersebut memiliki
fungsi atau kualitas yang lebih rendah dari produk kompetitor, maka harga produk
tersebut bisa dinilai rendah.
2. Target profit margin ditentukan selama perencanaan produk, berdasarkan perencanaan
profit yang strategis
Karakteristik kedua dari sistem target costing adalah penetapan awal target profit
margin selama perencanaan produk produk baru. Kato (1993) dan Monden and Hamada
(1991) menjelaskan bahwa total target profit untuk sebuah produk di masa depan dapat
berasal dari rencana profit jangka menengah, yaitu startegi manajemen dan bisnis antara 3
sampai 5 tahun. Target profit ini dapat diuraikan menjadi target profit tiap-tiap produk.
Dengan adanya estimasi volume penjualan produk di masa depan, target profit untuk
suatu produk di masa depan dapat diubah menjadi target profit margin per unit.
3. Target cost ditentukan sebelum NPD (new product development) dimulai yang
didasarkan pada pengurangan atau penambahan metode
Karakteristik ketiga dalam target costing adalah target cost (target biaya) ditentukan
sebelum proses NPD dimulai, yaitu sebelum desain dan pengembangan produk benar-
benar dimulai. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memutuskan berapa
target cost untuk sebuah produk baru, yaitu:
a. Perhitungan The Ongoing cost (biaya yang sedang berlangsung).
Ketika NPD dimulai, perhitungan Ongoing cost ini didasarkan pada biaya aktual dari
produk dengan mempertimbangkan faktor-faktor pengurangan atau penambahan
biaya. Rhe Ongoing cost ini disebut juga sebagai Drifting Cost.
b. Perhitungan The as-if cost.
The as-if cost merupakan biaya pembuatan suatu produk hanya jika perusahaan
mengimplementasikan semua ide pengurangan biaya yang tersedia. The as-if cost
sebenarnya merupakan sebuah pengurangan biaya yang nyata.
c. Perhitungan The allowable cost
The allowable cost dihitung dengan perbedaan antara target harga jual dan target
profit margin. The allowable cost merupakan biaya dimana produk harus diproduksi
dengan tujuan untuk mendapatkan target profit margin ketika terjual pada target
harga jual yang telah ditetapkan.
d. Target cost ditentukan pada suatu tempat antara as-if cost dan allowable cost, baik
menggunakan metode top down atau bottom up.
Dalam metode top-down, target cost ditetapkan pada tingkat allowable cost, yaitu
pada selisih antara target harga jual dan target profit margin. Kemudian, biaya target
ini kurang lebih dibebankan pada tim NPD.
4. Target cost dibagi menjadi target cost untuk komponen, fungsi, biaya item, desainer atau
pemasok.
5. Target costing membutuhkan kerjasama lintas fungsional
Kerjasama dari berbagai departemen diperlukan dalam pelaksanaan target costing
(Monden dan Hamada, 1991). Yoshikawa et al. (1993) melaporkan bahwa proses target
costing memerlukan upaya partisipatif yang melibatkan perwakilan dari produksi, teknik,
desain, pemasaran, akuntansi dan penjualan.
6. Informasi biaya yang detail tersedia untuk mendukung pengurangan biaya
Kato (1993) berpendapat bahwa seorang perancang desain biaya membutuhkan
informasi biaya yang rinci setiap saat. Target costing membutuhkan manajer untuk
mengestimasi secara konstan biaya produksi suatu produk ketika bergerak melalui proses
NPD, dan mereka harus memanfaatkan informasi dari seluruh bagian organisasi.
7. Menetapkan atau membuat sebuah aturan umum bahwa “target cost tidak dapat
dilampaui”
Aturan tentang “target cost tidak dapat dilampaui” memiliki tiga konsekuensi,
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pertama,setiap kali kenaikan biaya pada suatu produk selama NPD, menyebabkan
harus adanya pengurangan pada bagian lain dengan jumlah yang setara.
b. Kedua, meluncurkan produk dengan biaya di atas target tidak diperbolehkan; hanya
produk yang menguntungkan yang diluncurkan.
c. Ketiga, proses produksi dikelola dengan hati-hati untuk memastikan bahwa target cost
benar-benar tercapai.

5. Proses Target Costing


Menurut Morgan (1993), proses penerapan metode target costing terdiri dari 3 tahapan
yang dapat diringkas pada gambar dibawah ini.

Penjelasan atas gambar tahapan proses target costing diatas adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi produk berkualitas tinggi yang memenuhi permintaan konsumen
Pada tahap ini, manajemen akan mengidentifikasi produk-produk mana yang
memenuhi permintaan konsumen. Selain itu, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan
pada tahap ini, yaitu:
a. Pihak manajemen akan menentukan harga jual produk yang akan diluncurkan ke
pasar. Dalam hal ini, pihak manajemen akan menentukan harga jualnya berdasarkan
kualitas produk yang akan diluncurkan tersebut, harga kompetitif produk tersebut di
pasaran, serta seberapa besar konsumen bersedia membayar produk tersebut.
b. Setelah pihak manajemen menetapkan harga jual produk yang akan diluncurkan
tersebut, kemudian pihak manajemen akan menentukan berapa besar target profit
yang diinginkan oleh perusahaan atas produk yang akan diluncurkan tersebut.
c. Hal yang harus dilakukan berikutnya adalah proses perhitungan target cost.
Perhitungan target cost dapat ditentukan dengan cara mencari selisih antara harga jual
yang telah ditetapkan untuk produk tersebut dengan target profit yang juga telah
ditentukan untuk produk yang akan diluncurkan tersebut.
d. Setelah allowable cost diketahui, maka langkah yang harus dilakukan berikutnya
adalah menghitung drifting cost (biaya taksiran). Drifting cost adalah penjumlahan
biaya bahan baku, biaya proses, dan biaya lainlain yang diperkirakan akan terjadi
untuk memproduksi produk yang bersangkutan. Drifting cost merupakan biaya yang
diestimasi berdasarkan biaya produk yang sedang berjalan. Komponen-komponen
yang termasuk dalam penentuan drifting cost ini antara lain, biaya tenaga kerja, biaya
bahan baku, biaya overhead, dan biaya-biaya lainnya.
2. Menetapkan target cost dengan menerapkan value engineering (VE)
Setelah mengetahui berapa besarnya allowable cost dan drifting cost, maka tahap
selanjutnya dalam metode target costing adalah melakukan value engineering. Value
engineering adalah sebuah upaya sistematis dengan cara mengevaluasi fungsi-fungsi dan
proses dalam organisasi serta melakukan perbaikan yang dibutuhkan agar dapat
menurunkan biaya sekaligus memuaskan kebutuhan konsumen. Value engineering
dilaksanakan dengan tujuan agar drifting cost atau biaya taksiran mencapai angka yang
sama atau kurang dari allowable cost atau target cost yang telah dihitung pada tahap
awal. Proses ini memerlukan peran serta semua fungsi dalam perusahaan untuk
bekerjasama menekan biaya sampai mencapai target.
Proses awal value engineering yaitu dengan mengevaluasi kegitan perusahaan mulai
dari merancang, mengembangkan, memproduksi, memasarkan, dan melayani konsumen
yang memakai produk tersebut. Tugas setiap departemen adalah untuk memeriksa biaya
dan kinerjanya kemudian mencari cara untuk memperbaikinya dengan tujuan agar target
cost dapat tercapai dan meningkatkan kepuasan pelanggan atas produknya.
3. Mencapai target cost pada tahap produksi berdasarkan perubahan praktek saat ini.
Setelah melakukan desain dan value enginering, maka target cost diharpakan dapat
tercapai dengan artian bahwa drifting cost sama dengan atau kurang dari biaya yang
diijinkan atau allowable cost.

DAFTAR PUSTAKA

Dicky, Yoanes. 2011. Penerapan Activity Based Costing (ABC) System dalam Perhitungan
Profitabilitas Produk. Jurnal Akuntansi Universitas Kristen Maranatha,Vol.3,No.1
Himawan dan Pendajaya. 2005. Penerapan Metode Target Costing sebagai Alat Bantu
Manajemen dalam Mengoptimalkan Perencanaan Laba. e-Journal ESENSI, volume 8
No.2

Malue, Jurgen. 2013. Analisis Penerapan Terget Costing sebagai Sistem Pengendalian Biaya
Produksi Pada PT Celebes Mina Pratama. Ejournal.unsrat.ac.id

Morgan, Malcom J. 1993. A case study in target costing : Accounting for Strategy. Research
in Management Accounting. Vol 5, pg 20.

Patricia Everaert, Stijn Loosveld, Tom Van Acker, Marijke Schollier, Gerrit Sarens. 2006.
Characteristics of target costing: theoretical and field study perspectives. Qualitative
Research in Accounting & Management, Vol. 3 Iss: 3, pp.236 - 263

Anda mungkin juga menyukai