Anda di halaman 1dari 6

Nama : Abian Teo Faqra

NPM : 231521007

SUMMARY PENGGUNAAN SISTEM MANAJEMEN BIAYA UNTUK P


ENGAMBILAN KEPUTUSAN STRATEGIK – PRODUK
Dalam dunia dimana teknologi berkembang semakin cepat, maka umur hidup dari suatu prod
uk akan semakin pendek. Misalkan, suatu model telepon genggam biasanya hanya memiliki u
mur satu tahun atau kurang dari satu tahun sebelum model yang lebih baru dikeluarkan. Kare
na itu, perusahaan harus berhati-hati dalam menentukan target biaya dari produk tersebut, kar
ena kesalahan penentuan target biaya, maka bisa saja perusahaan mengalami kerugian. Penen
tuan target biaya yang baik adalah dalam tahapan pengembangan bahkan sebelumproduk ters
ebut diproduksi. Konsep inilah yang disebut dengan target costing.
1. Definisi Target Costing
Sakurai (1996) mengatakan bahwa target costing dapat didefinisikan sebagai suatu alat mana
jemen biaya yang dapat dipergunakan untuk mengurangi biaya dari suatu produk, selama mas
a hidup produk tersebut, sedangkan Kato (1995), mengatakan bahwa dalam kenyataannya tar
get costing bukan merupakan suatu teknik untuk mengkuantifikasikan biaya, namun merupak
an suatu program pengurangan biaya yang menyeluruh, yang bahkan sudah dimulai sebelum
rancangan pertama dari produk tersebut disusun. Target costing merupakan suatu pendekatan
untuk mengurangi biaya dari suatu produk yang baru sepanjang masa hidup dari produk terse
but.
2. Life Cycle Costing
Dari kedua definisi tersebut terlihat, bahwa peranan target costing adalah mengurangi biaya p
roduk selama masa hidup dari produk tersebut. Karena itu konsep target costing tidak dapat d
ipisahkan dengan konsep life cycle costing.
Menurut Hansen danMowen (2011), definisi dari life cycle cost dapat dilihat dari dua sisi, yai
tu
1. Product life cycle
2. Consumable life cycle
Dalam product life cycle, siklus hidup dari suatu produk dapat dibagi menjadi lima tahapan, y
aitu :
1. Tahap pengenalan (introduction stage), dalam tahap ini, perusahaan melakukan kegi
atan-kegiatan seperti pra produksi, start-up, dengan tujuan untuk menempatkan pro
duk tersebut dipasar.
2. Tahap pertumbuhan (growth stage), dalam tahap ini produk tersebut memiliki pertu
mbuhan penjualan yang tinggi
3. Tahap maturitas (maturity stage), dalam tahap ini tingkat pertumbuhan penjualan m
ulai melambat
dan mencapai titik stagnasi
4. Tahap penurunan (decline stage), dalam tahap ini produk tersebut mulai mengalami
penurunan penjualan, sampai akhirnya tidak dapat terjual lagi.
Life cycle cost management memberikan penekanan pada pengurangan biaya, dan bukan pad
a pengendalian biaya. Target costing menjadi alat yang amat berguna untuk melakukan pengu
rangan biaya pada tahap perancangan produk. Penentuan target biaya dalam tahap perancanga
n menjadi amat penting, karena dalam tahap perancangan belum ada biaya yang bersifat com
mitted, semua biaya-biaya tersebut masih bersifat fleksibel, artinya masih dapat diubah-ubah
perusahaan.
Hansen dan Mowen (2009) juga mengatakan bahwa 90% dari biaya yang akan dikeluarkan p
erusahaan ditentukan pada tahap pengembangan produk, dan hanya 10% sisanya yang ditentu
kan pada tahap produksi. Karena itu, jika perusahaan mau menghemat biaya, maka perusahaa
n harus melakukan perencanaan produk yang tepat pada masa pengembangan produk, termas
uk didalamnya menentukan target biaya selama masa hidup dari produk tersebut.
Sedangkan consumable life-cycle melihat siklus hidup produk dari sudut pandang pemakaian
oleh pelanggan. Model ini membagi siklus hidup produk menjadi empat tahap, yaitu:

 Pembelian
 Pengoperasian
 Pemeliharaan
 Pembuangan (disposal)

Secara keseluruhan, yang ingin dilihat adalah berapa total biaya yang dikeluarkan oleh seseor
ang saat mengkonsumsi produk tersebut. Misalkan, jika seseorang membeli printer dengan ha
rga murah, namun selama pemakaian printer harus membeli tinta dengan harga yang mahal,
maka secara keseluruhan biaya pemakaian produk selama siklus hidup produk akan menjadi
mahal. Sebaliknya, jika seseorang membeli sebuah mobil dengan harga mahal, namun dalam
tahap disposal dapat menjual mobil tersebut dengan harga tinggi, maka keseluruhan biaya pe
makaian produk akan menjadi relatif murah.
3. Tahapan Penerapan Target Costing
Menurut Kaplan dan Norton (1999) terdapat empat tahapan yang harus dilalui perusahaan dal
am Target Costing. Keempat tahapan tersebut adalah:
1. Market driven costing
2. Product level target costing
3. Component level target costing
4. Chained target costing

Market Driven Costing


Dalam market driven costing, perusahaan akan menentukan target harga jual dari produk baru
tersebut. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan mengambil harga jual dari produk yan
g sudah ada, dan harga jual tersebut disesuaikan dengan fitur-fitur tambahan yang terdapat da
lam produk baru tersebut. Penyesuaian harga jual tersebut dilakukan dengan menanyakan pad
a konsumen dalam riset pasar yang dilakukan perusahaan. Penentuan harga jual akan disesuai
kan dengan volume penjualan, semakin tinggi volume yang ingin dicapai, maka harga jual ha
rus diturunkan dan sebaliknya. Setelah harga jual ditentukan, perusahaan akan menentukan ta
rget marjin laba untuk produk baru tersebut. Penentuan target marjin laba didasarkan pada ma
rjin laba yang biasanya didapatkan oleh perusahaan pada produk-produk sebelumnya. Target
laba juga dapat ditentukan bukan khusus untuk satu produk, tapi untuk satu lini produk. Misal
kan, penentuan target laba dapat ditentukan untuk lini produk televisi secara keseluruhan.Dal
am hal ini, untuk televisi dengan ukuran kecil akan mendapatkan target laba yang rendah, na
mun dikompensasi dengan target laba yang tinggi pada televisi ukuran besar. Yang terpenting
target laba untuk lini produk secara keseluruhan dapat tercapai. Misalkan, berdasarkan riset p
asar, perusahaan mentargetkan harga jual televise terbaru adalah Rp 5,000,000, sedangkan ta
rget laba adalah 20% dari harga jual, maka selisih antara target harga jual dengan target laba s
ebesar Rp4.000.000 disebut dengan allowable cost. Penentuan allowable cost belum melihat
kemampua apakah perusahaan mampu memproduksi dengan biaya tersebut.

Product Level Target Costing


Dalam tahapan ini, perusahaan akan menghitung current cost untuk membuat produk tersebut.
Current cost merupakan biaya-biaya yang akan dikeluarkan perusahaan untuk membuat bara
ng tersebut dalam kondisi perusahaan saat ini. Misalkan, current cost untuk membuat produk
tersebut adalah Rp4.500.000. Tugas perusahaan adalah untuk membuat current cost tersebut
mendekati allowable cost yang telah dihitung sebelumnya. Namun karena perhitungan allowa
ble cost tidak melihat kondisi perusahaan, ada kemungkinan allowable cost tersebut tidak aka
n tercapai.
Pada dasarnya terdapat tiga cara pengurangan biaya yang dapat dilakukan perusahaan, yaitu:

1) Reverse engineering, dalam metode ini perusahaan akan membongkar produk sejeni
s yang dihasilkan oleh pesaing untuk menemukan rancangan produk yang lebih effis
ien.
2) Value analysis, dalam metode ini perusahaan berusaha untuk memperbandingkan an
tara biaya komponen untuk menghasilkan fitur-fitur yang dikehendaki oleh konsume
n. Jika biaya dari komponen tersebut melebihi kontribusi komponen tersebut dalam
menciptakan nilai bagi konsumen, maka perusahaan harus mencoba untuk menguran
gi biaya komponen tersebut.
3) Perbaikan proses (process improvement), dalam metode ini perusahaan berusaha unt
uk mencarai. cara-cara atau metode produksi yang lebih effisien untuk membuat pro
duk tersebut.

Component-level Target Costing

Dalam proses ini, tim desai target cost untuk setiap komponen yang berada di dalam produk y
ang akan datang, target cost pada tingkat komponen ini membangun harga jual supplier. Oleh
karena itu, component-level target cost ini menyebabkan tekanan kompetitif yang dihadapi ol
eh perusahaan terutama oleh supplier. Fungsi utama tersebut mencerminkan kemampuan kerj
a yang penting dimana produk harus memilikinya dalam memenuhi permintaan fungsi utama
nya. Chief engineer menyusun target costing sebagai fungsi utama. Engineer memutuskan te
ma dari produk dan memutuskan bahwa ada fungsi tertentu yang harus diutamakan. Setelah f
ungsi utama target cost disusun, kemudian tim desain harus dapat menemukan cara untuk me
ndesain fungsi tersebut pada setiap fungsi utama agar bisa diproduksi pada target cost nya. K
emudian tim membagi fungsi utama ke dalam komponen-komponen dan membagi target cost
berdasarkan tingkat fungsi utama ke dalam component level cost. Adapun jumlah dari compo
nent level target cost harus sama dengan fungsi utama yang mengisinya. Component level tar
get cost membangun harga jual yang dapat diijinkan oleh supplier. Perusahaan tidak ingin me
nekan laba dari komponen supplier mereka menjadi nol. Mereka ingin meyakinkan bahwa ju
mlah supply chain tersebut merupakan pendapatan laba yang cukup untuk bertahan hidup, se
mentara mengirim produk permintaan konsumen dengan biaya yang rendah. Oleh karena itu,
mereka membawa supplier utama ke dalam proses produk desain sedini mungkin. Supplier m
enyediakan dan menerima input ke dalam proses desain untuk mengurangi biaya. Supplier ju
ga menyediakan perkiraan biaya untuk setiap komponen.

Chained Target Costing Di lingkungan persaingan yang saat ini semakin tinggi, ini tidak begi
tu menguntungkan untuk kebanyakan produsen yang efisien, karena ini juga membutuhkan su
pply chain yang efisien. Salah satu cara utama untuk mendapatkan supply chain yang efisien
adalah melalui penggunaan chained target costing system. Sistem chained target costing adala
h rantai dimana output dari sistem target cost pembeli menjadi input dari sistem target cost su
pplier. Bersaing yang dihadapi oleh pembeli kepada perancang produk supplier. Jika supplie
r-nya supplier juga menggunakan target costing, maka rangkaian ini dlanjutkan pada supply c
hain. Dengan cara ini, rangkaian sistem target cost memindahkan tekanan bersaing untuk men
gurangi biaya dari pembeli kepada supply chain sehingga membuat jumlah rantai menjadi leb
ih efisien.

Berdasarkan perhitungan dari component level target costing (akan diterangkan berikutnya),
maka perusahaan akan mendapatkan angka target cost sebesar Rp4.100.000. Penentuan angka
target cost ini sudah disesuaikan dengan kemampuan perusahaan, sehingga angka target cost
ini sangat memungkinkan untuk dicapai. Angka inilah yang kemudian akan dijadikan sebagai
target cost perusahaan. Selisih sebesar Rp100.000 antara target cost dengan allowable cost
akan dicoba untuk dicapai setelah produk tersebut diproduksi. Tahapan ini yang disebut d
engan strategic cost reduction challenge.

Chained Target Costing


Setelah semua target biaya komponen ditentukan, maka perusahaan akan meminta pemasok-
pemasok perusahaan untuk mencapai target biaya komponen tersebut. Para pemasok akan
terdorong untuk mencapai terget biaya komponen, karena bila pemasok tersebut dapat
mencapai target biaya komponen, maka perusahaan akan memberikan kontrak untuk
memasok komponen tersebut selama masa hidup dari produk.
Target cost yang telah ditentukan perusahaan harus dapat dicapai, jika pada saat produksi
ternyata terdapat komponen yang mengalami kenaikan harga, maka perusahaan harus
mencari jalan untuk mengurangi biaya dari komponen lainnya. Hal yang paling penting
adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan tidak boleh melebihi target costnya.

Anda mungkin juga menyukai