Dosen:
Rista Bintara, SE, M.Ak
2023
RANGKUMAN MATERI BAB 6-12
Estimasi Biaya
Perkiraan biaya atau estimasi biaya adalah seni memperkirakan (the art of
approximating) kemungkinan jumlah biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan yang
didasarkan atas informasi yang tersedia pada waktu itu (Soeharto, 1997 dalam
Sudiarta, 2011).
3) Metode titik tertinggi dan terendah, Meningkatkan keterbatasan akurasi dari metode
visual fit menggunakan metode titik tertinggi dan terendah yang menggunakan metode
aljabar untuk menentukan garis estimasi tertentu, mewakili titik tertinggi dan terendah
dalam data.
Metode-metode ini diurutkan dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi
keakuratannya. Namun biaya dan usaha yang diperlukan untuk mengolah metode
tersebut adalah kebalikan dari urutannya, metode titik tertinggi dan terendah adalah
yang paling mudah dan paling murah, sedangkan metode analisis regresi adalah yang
paling akurat dan paling mahal, memerlukan banyak waktu, pengumpulan data dan
keahlian. Dalam memilih metode estimasi yang terbaik, akuntan manajemen harus
mempertimbangkan tingkat keakuratan yang diharapkan serta keterbatasan dari segi
biaya, waktu dan usaha.
Relevan cost atau biasa disebut juga biaya sesungguhnya adalah semua biaya-biaya
yang sesungguhnya dikeluarkan untuk menghasilkan sebuah produk. Yang termasuk
ke dalam relevan cost yaitu biaya produksi (biaya bahan baku, tenaga kerja langsung,
dan overhead pabrik) dan biaya non-produksi (biaya pemasaran atau penjualan dan
biaya administrasi). Biaya yang relevan untuk sebuah keputusan adalah biaya yang
harus membuat perbedaan dalam memilih diantara pilihan keputusan-keputusan yang
tersedia. Biaya yang relevan bisa berupa biaya variabel atau biaya tetap. Umumnya,
biaya variabel relevan untuk pengambilan keputusan karena berbeda untuk setiap
pilihan dan belum dilakukan. Sebaliknya, biaya tetap seringkali tidak relevan, karena
biasanya tidak berbeda untuk pilihannya.
Target Costing atau penetapan harga merupakan aktivitas yang diterapkan oleh
perusahaan untuk memudahkan dalam penentuan harga produk yang sesuai dengan
target. Target costing adalah teknik manajemen biaya yang bertujuan untuk
meminimalkan biaya berdasarkan selisih antara harga jual dan target marjin
keuntungan suatu produk agar posisi bersaing lebih baik di pasar. Harga produk
dipengaruhi berbagai faktor, seperti faktor lingkungan dan permintaan pasar. Harga
produk sederhananya harus dapat menutupi biaya dan mendapatkan keuntungan,
seperti yang terlihat pada formula di bawah ini: Harga produk = harga pokok produksi
+ target laba juga berfungsi sebagai salah satu strategi bagi manajemen biaya untuk
memperkuat daya saing perusahaan dalam menghadapi keadaan business yang tidak
menentu dan juga ada tantangan dalam business tersebut (Bonzemba & Okano,
1998). Dalam menetapkan target costing, perusahaan menetapkan biaya tersebut
melalui perbandingan dengan produk yang kompetitif (produk yang sama) (Helms,
Ettkin, Baxter, & Gordon, 2005). Penetapan target costing berkaitan dengan
pencapaian target perusahaan yang didampingi oleh departemen perencanaan,
pengembangan, dan desain produk (Tani, 1995). Oleh karena itu, efek penetapan
biaya target dalam lingkungan bisnis yang kompetitif tidak dapat terlalu detail, karena
menggabungkan teknik akuntansi manajemen dasar dengan pengetahuan fungsi
manajemen tentang lingkungan bisnis. Saat menentukan target costing, yang pertama
harus menetapkan harga jual dulu, setelah itu dikurangi target pendapatan dan
akhirnya biaya yang diperlukan oleh produk tersebut.
Setelah itu, target costing diolah untuk menetapkan target costing secara internal dan
supplier. Supplier tentunya faktor utama yang mempengaruhi penetapan biaya target
karena suplier dapat mengakibatkan pengurangan target costing saat masuk ke
pasaran (Fridh & Borgernas, 2003). Target costing merupakan strategi untuk
menghadapi persaingan yang ketat di pasaran (Kaur, 2014). Oleh karena itu, dari
kesimpulan diatas, tujuan dari target costing yaitu untuk mengurangi biaya produksi
agar dapat meningkatkan keuntungan produk dan mampu bersaing secara kompetitif.
Langkah mengimplementasikan target costing
THEORY OF CONSTRAINTS
throughput adalah harga yang dihasilkan suatu sistem melalui penjualan. Throughput
tidak sama dengan penjualan (Rohl, Jock, 1996). Untukmenghitung throughput dapat
diilustrasikan sebagai berikut: apabilaperusahaan menjual produk sebesar
Rp50.000,00 Jika produk mengandungkomponen yang dibeli dari supplier sebesar
Rp35.000,00 Maka throughput adalah Rp15.000,00 yang diperoleh dari (Rp50.000,00
– Rp35.000,00) jumlah sebesar Rp15.000,00 yang dihasilkan oleh perusahaan. Nilai
lain juga harus dikurangi dari pendapatan penjualan ketika menghitung throughput
termasuk biaya: 1) subkontrak, 2) Komisi penjualan yang dibayarkan, 3) Biayadinas,
dan 4) transportasi jika perusahaan tidak memiliki alat transportasi sendiri.
A. JUST IN TIME
Just In Time atau sering disingkat dengan JIT adalah suatu system produksi yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan tepat pada waktunya sesuai
dengan jumlah yang dikehendakinya. Tujuan system produksi Just In Time (JIT)
adalah untuk menghindari terjadinya kelebihan kuantitas/jumlah dalam produksi
(overproduction), persediaan yang berlebihan (excess Inventory) dan juga
pemborosan dalam waktu penungguan (waiting). Kelebihan:
1. Tingkat Persediaan atau Stock Level yang rendah sehingga menghemat tempat
penyimpanan dan biaya-biaya terkait seperti biaya sewa tempat dan biaya asuransi.
Kelemahan:
1. Sistem Produksi Just In Time tidak memiliki toleransi terhadap kesalahan atau “Zero
Tolerance for mistakes” sehingga akan sangat sulit untuk melakukan
perbaikan/pengerjaan ulang pada bahan-bahan produksi ataupun produk jadi yang
mengalami kecacatan. Hal ini dikarenakan tingkat persediaan bahan-bahan produksi
dan produk jadi yang sangat minimum
2. Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap Pemasok baik dalam kualitas maupun
ketepatan pengiriman yang pada umumnya diluar lingkup perusahaan manufakturing
yang bersangkutan. Keterlambatan pengiriman oleh satu pemasok akan
mengakibatkan terhambatnya semua jadwal produksi yang telah direncanakan. 3.
Biaya Transaksi akan relatif tinggi akibat frekuensi Transaksi yang tinggi.
Lean manufacturing adalah strategi, metode atau budaya yang ditujukan untuk
mencapai siklus produksi sesingkat mungkin. Salah satu cara untuk mencapainya
adalah dengan mengurangi persediaan yang dapat terbuang atau tidak terpakai
(waste product). Tujuannya adalah untuk mengurangi tingkat stok yang tidak efisien
dan memproduksi barang hanya untuk kebutuhan pelanggan. Manfaatnya adalah
biaya yang lebih rendah, kinerja yang lebih baik, dan waktu atau siklus produksi yang
lebih singkat. Prinsip lean manufacturing berbeda dengan prinsip umum perusahaan
manufaktur. Pertama, perusahaan manufaktur besar cenderung berfokus pada
efisiensi dan pemanfaatan mesin secara penuh, yang dapat memakan waktu dan
meningkatkan persediaan. Namun, manufaktur ramping lebih tentang bagaimana
perusahaan mengurangi persediaan yang tidak terpakai/terjual, karena merupakan
"dosa" untuk memproduksi kelebihan persediaan.
Ada beberapa teknologi lean manufacturing yang dapat diadaptasi oleh perusahaan
manapun untuk proses produksi yang berbeda, yaitu:
1. 5S
Sistem 5S adalah metode organisasi yang berasal dari akronim Jepang lima kata:
Selain itu, pekerja harus "mengatur" dengan memastikan bahwa selalu ada ruang
untuk setiap benda atau barang yang diperlukan, dan benda-benda tersebut harus
selalu berada di tempat yang teratur. Tujuan dari penerangan adalah untuk
membersihkan tempat kerja secara teratur dan menjaga tempat kerja dalam kondisi
sedemikian rupa sehingga selalu "bersih dan terang".
Istilah Kaizen adalah praktik bisnis yang berfokus pada perbaikan terus-menerus.
Selalu ada ruang untuk evaluasi di Kaizen, dan karyawan harus selalu mencari
peluang untuk meningkatkan kreativitas dan keterampilan mereka. Filosofi Kaizen
juga menekankan bahwa ide setiap orang penting dan semua karyawan harus terlibat
dalam proses pengembangan perusahaan.
3. Kanban
Teknik Kanban mengandalkan semua jenis elemen visual untuk mengelola inventaris
perusahaan. Sebagai contoh implementasi, kartu Kanban dapat ditempatkan di area
yang terlihat dan strategis untuk memberi sinyal kepada pekerja kapan harus
membuat atau mengisi kembali persediaan. Dengan proses ini, produk hanya dirakit
dan diproduksi ketika ada permintaan konsumen dan perusahaan dapat mengurangi
kerugian dan pemborosan produk. Metode Kanban menjadi sangat responsif dan
efisien karena produk dibuat hanya untuk kebutuhan pelanggan, bukan untuk
memprediksi kebutuhan mereka di masa depan.
Idealnya, setiap karyawan ditugaskan ke satu value stream dan alih-alih dibagi di
beberapa departemen. Penilaian persediaan juga berubah dalam prinsip lean
accounting. Karena fokus pada produksi hanya untuk pemenuhani permintaan
pelanggan, kuantitas persediaan cenderung jauh lebih rendah daripada operasi
manufaktur tradisional. Dengan demikian, penilaian persediaan di Laporan Neraca
akan dilakukan lebih cepat.
Lean accounting cenderung lebih “realtime” alasannya yaitu laporan yang dihasilkan
tidak harus menunggu tiap akhir minggu atau akhir bulan. Laporan dapat dengan
mudah dihasilkan di tiap penghujung hari. Hal ini akan membuat proses evaluasi akan
lebih efektif. Satu lagi perbedaan yang signifikan adalah akuntansi tradisional melihat
dan menilai persediaan sebagai aset. Sedangkan lean accounting menilai persediaan
sebagai kewajiban.
Dengan kata lain, persediaan harus benar-benar dimanfaatkan dan jangan sampai
menjadi waste product. Banyak perusahaan manufaktur besar maupun menengah
sudah mengimplementasikan lean manufacturing dan lean accounting. Dengan kedua
metode tersebut, diharapkan proses produksi perusahaan manufaktur dan pelaporan
akuntansinya bisa menjadi lebih efektif dan efisien. Ditambah dengan penggunaan
software akuntansi, pencatatan dan pelaporan setiap transaksi perusahaan
manufaktur Anda bisa berjalan lebih efektif dan semakin baik.
TQM (Total Quality Management) adalah suatu pendekatan manajemen untuk suatu
organisasi yang
menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya yang dilakukan untuk
mendapatkan
kepuasan dari pelanggan yang berdampak akan memberi keuntungan bagi seluruh
masyarakat dan
anggota organisasi tersebut. Hal ini karenakan atas partisipasi semua anggota
organisasi terebut
Intinya TQM (Total Quality Management) akan memberikan keuntungan bagi sebuah
organisasi
1. Sedikit atau bahkan tidak memiliki masalah dengan produk atau pelayanan
2. Kepedulian terhadap pelanggan lebih baik atau pelanggan lebih diperhatikan.
3. Kepuasan pelanggan terjamin
SIX SIGMA
Six Sigma adalah strategi manajemen bisnis yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas proses dengan meminimalkan dan akhirnya menghilangkan kesalahan dan
variasi. Konsep Six Sigma diperkenalkan oleh Motorola pada tahun 1986, tetapi
dipopulerkan oleh Jack Welch yang memasukkan strategi tersebut kedalam proses
bisnisnya di General Electric. Konsep Six Sigma muncul ketika salah satu eksekutif
senior Motorola mengeluhkan kualitas Motorola yang buruk. Bill Smith akhirnya
merumuskan metodologi pada tahun 1986. Kualitas memainkan peran penting dalam
keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi. Mengabaikan aspek penting seperti
kualitas, tidak akan membuat Anda bertahan dalam jangka panjang. Six Sigma
memastikan kualitas produk yang unggul dengan menghilangkan cacat dalam proses
dan sistem. Six sigma adalah proses yang membantu dalam meningkatkan
keseluruhan proses dan sistem dengan mengidentifikasi dan akhirnya menghilangkan
rintangan yang mungkin menghentikan organisasi untuk mencapai tingkat
kesempurnaan. Menurut sigma, segala jenis tantangan yang muncul dalam proses
organisasi dianggap sebagai cacat dan perlu dihilangkan. Organisasi yang
mempraktikkan Six Sigma menciptakan level khusus bagi karyawan di dalam
organisasi. Level seperti itu disebut sebagai: “Sabuk hijau”, “Sabuk hitam” dan
seterusnya. Individu yang disertifikasi dengan salah satu sabuk ini sering kali ahli
dalam proses six sigma. Menurut Six Sigma setiap proses yang tidak mengarah pada
kepuasan pelanggan disebut sebagai cacat dan harus dihilangkan dari system untuk
memastikan kualitas produk dan layanan yang unggul. Setiap organisasi berusaha
keras untuk mempertahankan kualitas merek yang sangat baik dan proses six sigma
memastikan hal yang sama dengan menghilangkanberbagai cacat dan kesalahan
yang menghalangi kepuasan pelanggan. Proses Six Sigma berasal dari proses
manufaktur tetapi sekarang juga digunakan di bisnis lain. Anggaran dan sumber daya
yang tepat perlu dialokasikan untuk penerapan Six Sigma dalam organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Strategis Daya saing & Globalisasi. Buku Satu. Penerbit Salemba. Jakarta. Glass,
N.M.,(1991), Pro-active Management: How to Improve Your Management
Performance. East Brunswick, NJ:Nicholas Publishing.
Rangkuti, Freddy, 2008, Analisa SWOT Teknik Membedah kasus Bisnis, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Freeman, John. H And Michael T. Hannan (1997). Growth And Decline Process In
Organizations.