Anda di halaman 1dari 15

TUGAS BESAR 2

MANAJEMEN BIAYA STRTEGIK

RANGKUMAN MATERI BAB 6-12

Sandra Selvi Lestari


NIM. 43221110008

Dosen:
Rista Bintara, SE, M.Ak

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA

2023
RANGKUMAN MATERI BAB 6-12

Menurut Thomas L. Wheelen Manajemen strategi adalah serangkaian tindakan


pengambilan keputusan yang menentukan kinerja manajerial perusahaan dalam
jangka panjang. Contoh Tindakan dalam rangka pengambilan putusan yakni:

- Menghitung Estimasi Biaya (Bab 6)


- Pengambilan Keputusan dengan Biaya Relevan dan Penekanan Strategis
(Bab 7)
- Pengambilan Keputusan dengan Target Costing (Bab 8)
- Pengambilan Keputusan dengan Just In Time Inventory Management dan
Supply Chain Management (Bab 9)
- Pengambilan Keputusan dengan Lean Accounting & Manufacturing (Bab 10)
- Pengambilan Keputusan dengan Total Quality Management (TQM) dan Six
Sigma (Bab 11)

Estimasi Biaya

Perkiraan biaya atau estimasi biaya adalah seni memperkirakan (the art of
approximating) kemungkinan jumlah biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan yang
didasarkan atas informasi yang tersedia pada waktu itu (Soeharto, 1997 dalam
Sudiarta, 2011).

Estimasi Biaya untuk ‘Cost Drivers’ yang Berbeda – beda

Metode estimasi biaya berdasarkan aktivitas (activity based), berdasarkan volume


(volume based), berdasarkan strukturnya (structural) atau berdasarkan
pengeluarannya (executional). Berikut enam langkah dari estimasi biaya adalah (1)
menentukan objek biaya yang berkaitan dengan biaya yang diestimasi, (2)
menentukan penggerak biaya, (3) mengumpulkan data yang konsisten dan akurat
atas objek biaya dan penggerak biaya, (4) membuat grafik data, (5) memilih dan
menggunakan metode estimasi yang tepat, dan (6) mengevaluasi keakuratan dari
estimasi biaya.

Lima metode estimasi :


1) Metode klasifikasi rekening, Memerlukan klasifikasi darei masing – masing rekening
biaya dalam catatan keuangan sebagai biaya tetap maupun biaya variabel.
2) metode Visual fit, Keuntungannya bagi akuntan manajemen adalah tidak melihat
kembali data biaya dari periode sebelumnya, baik daftar tabulasi atau bentuk grafik,
dan menggunakan grafik atau tabel untuk mengestimasikan biaya berdasarkan
pertimbangan visual (visual judgment).

3) Metode titik tertinggi dan terendah, Meningkatkan keterbatasan akurasi dari metode
visual fit menggunakan metode titik tertinggi dan terendah yang menggunakan metode
aljabar untuk menentukan garis estimasi tertentu, mewakili titik tertinggi dan terendah
dalam data.

4) metode pengukuran pekerja, dan

5) metode analisis regresi.

Metode-metode ini diurutkan dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi
keakuratannya. Namun biaya dan usaha yang diperlukan untuk mengolah metode
tersebut adalah kebalikan dari urutannya, metode titik tertinggi dan terendah adalah
yang paling mudah dan paling murah, sedangkan metode analisis regresi adalah yang
paling akurat dan paling mahal, memerlukan banyak waktu, pengumpulan data dan
keahlian. Dalam memilih metode estimasi yang terbaik, akuntan manajemen harus
mempertimbangkan tingkat keakuratan yang diharapkan serta keterbatasan dari segi
biaya, waktu dan usaha.

Pengambilan Keputusan dengan Biaya Relevan dan Penekanan Strategis

Relevan cost atau biasa disebut juga biaya sesungguhnya adalah semua biaya-biaya
yang sesungguhnya dikeluarkan untuk menghasilkan sebuah produk. Yang termasuk
ke dalam relevan cost yaitu biaya produksi (biaya bahan baku, tenaga kerja langsung,
dan overhead pabrik) dan biaya non-produksi (biaya pemasaran atau penjualan dan
biaya administrasi). Biaya yang relevan untuk sebuah keputusan adalah biaya yang
harus membuat perbedaan dalam memilih diantara pilihan keputusan-keputusan yang
tersedia. Biaya yang relevan bisa berupa biaya variabel atau biaya tetap. Umumnya,
biaya variabel relevan untuk pengambilan keputusan karena berbeda untuk setiap
pilihan dan belum dilakukan. Sebaliknya, biaya tetap seringkali tidak relevan, karena
biasanya tidak berbeda untuk pilihannya.

Terdapat lima tahapan Pengambilan Keputusan Strategis :

1. Menentukan isu strategis di sekitar masalah : Berkompetisi berdasarkan


strategi kepemimpinan produk (diferensiasi).
2. Mengidentifikasi tindakan alternatif : Mempertimbangkan kampanye periklanan
dan realokasi fasilitas produksi untuk mendukung lini produk
3. Memperoleh informasi dan melakukan analisis atas alternatif : Sistem
perhitungan biaya berdasarkan aktifitas menyajikan informasi biaya yang lebih
komprehensif dan akurat
4. Berdasarkan pada strategi dan analisis : memilih dan mengimplementasikan
alternatif yang diharapkan
5. Menyediakan evaluasi secara terus-menerus atas efektifitas implementas.

Langkah-langkah Analisis Biaya Relevan

Proses pengambilan keputusan memerlukan data yang dapat diukur, dianalisa


dengan tepat dan memungkinkan untuk dilaksanakan. Dalam pengambilan keputusan
tidak ada aturan umum yang membedakan biaya ke dalam biaya relevanatau tidak
relevan, maka dari itu untuk mengetahui mana yang merupakan biaya relevan
diperlukan analisis biaya yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menghimpun seluruh biaya yang berkaitan dengan masing-masing alternatif


yang dipertimbangkan.
b. Mengeliminasi sunk cost.
c. Mengeliminasi biaya yang tidak berbeda diantara alternatif yang
dipertimbangkan
d. Mengambil kesimpulan berdasarkan data biaya lain yang tersisa, yang
merupakan biaya yang berbeda. Biaya tersebut merupakan biaya yang relevan
dengan pengambilan keputusan.
Pengambilan Keputusan dengan Target Costing

Target Costing atau penetapan harga merupakan aktivitas yang diterapkan oleh
perusahaan untuk memudahkan dalam penentuan harga produk yang sesuai dengan
target. Target costing adalah teknik manajemen biaya yang bertujuan untuk
meminimalkan biaya berdasarkan selisih antara harga jual dan target marjin
keuntungan suatu produk agar posisi bersaing lebih baik di pasar. Harga produk
dipengaruhi berbagai faktor, seperti faktor lingkungan dan permintaan pasar. Harga
produk sederhananya harus dapat menutupi biaya dan mendapatkan keuntungan,
seperti yang terlihat pada formula di bawah ini: Harga produk = harga pokok produksi
+ target laba juga berfungsi sebagai salah satu strategi bagi manajemen biaya untuk
memperkuat daya saing perusahaan dalam menghadapi keadaan business yang tidak
menentu dan juga ada tantangan dalam business tersebut (Bonzemba & Okano,
1998). Dalam menetapkan target costing, perusahaan menetapkan biaya tersebut
melalui perbandingan dengan produk yang kompetitif (produk yang sama) (Helms,
Ettkin, Baxter, & Gordon, 2005). Penetapan target costing berkaitan dengan
pencapaian target perusahaan yang didampingi oleh departemen perencanaan,
pengembangan, dan desain produk (Tani, 1995). Oleh karena itu, efek penetapan
biaya target dalam lingkungan bisnis yang kompetitif tidak dapat terlalu detail, karena
menggabungkan teknik akuntansi manajemen dasar dengan pengetahuan fungsi
manajemen tentang lingkungan bisnis. Saat menentukan target costing, yang pertama
harus menetapkan harga jual dulu, setelah itu dikurangi target pendapatan dan
akhirnya biaya yang diperlukan oleh produk tersebut.

Setelah itu, target costing diolah untuk menetapkan target costing secara internal dan
supplier. Supplier tentunya faktor utama yang mempengaruhi penetapan biaya target
karena suplier dapat mengakibatkan pengurangan target costing saat masuk ke
pasaran (Fridh & Borgernas, 2003). Target costing merupakan strategi untuk
menghadapi persaingan yang ketat di pasaran (Kaur, 2014). Oleh karena itu, dari
kesimpulan diatas, tujuan dari target costing yaitu untuk mengurangi biaya produksi
agar dapat meningkatkan keuntungan produk dan mampu bersaing secara kompetitif.
Langkah mengimplementasikan target costing

1. Menentukan harga jual yang kompetitif, Manajemen harus mempertimbangkan


harga produk pesaing, daya beli masyarakat, kondisi perekonomian secara
umum, nilai tukar rupiah, dsb untuk dapat menentukan harga produk.
2. Menentukan laba yang diharapkan, Penentuan harga jual per unit produk
dipengaruhi oleh pangsa pasar (market share) yang ingin diperoleh, tingkat
pertumbuhan yang ingin dicapai perusahaan, volume penjualan yang ingin
direncanakan, dsb.
3. Menetapkan target biaya. Target biaya = harga jual – laba yang diharapkan
4. Melakukan rekayasa nilai. Rekayasa nilai digunakan dalam target costing untuk
menurunkan biaya produk dengan cara menganalisis trade off antara lain: jenis
dan tingkat yang berbeda dalam fungsional produk, biaya produk total.
5. Menggunakan kaizen costing dan pengendalian operasi. Kaizen costing adalah
metode perhitungan biaya dimana secara terus menerus berupaya mencari
cara baru untuk menurunkan biaya dalam proses pembuatan produk dengan
desain dan fungsional yang ada

Keuntungan menerapkan Target Costing adalah:

1) Untuk membuat manajemen melakukan perbaikan ketika memproses suatu


produk dan menginovasi produk tersebut agar mendapatkan keunggulan di
pasaran,
2) Produk yang dibuat sesuai keinginan customer dan biayanya pun dibuat sesuai
dengan spesifikasi yang diberikan dari customer. Dengan begitu, customer
akan lebih merasa produk yang kita buat lebih bernilai ketika disampaikan.
Kekurangan Target Costing adalah memerlukan waktu yang lama untuk
melakukan riset, merancang suatu produk, dan memerlukan tenaga yang
besar.

THEORY OF CONSTRAINTS

Theory of constraint (TOC) adalah pemanfaatan keterbatasan sumber dayayang


dapat menunjukkan kinerja dari suatu sistem. Manajer seharusnyatidakhanya
meminimasi biaya, tetapi melainkan juga memanaj keterbatasandalamsuatu sistem.
Sebagai pengimplementasian theory of constraint menajer perlumempertimbangkan
asumsi dasar mengenai tujuan pemilik suatu perusahaan. TOC mengasumsikan
bahwa visi dan tujuan pemilik perusahaan adalahmemperoleh laba, tidak menurunkan
biaya atau mendorong efesiensi tetapi menghasilkan laba untuk masa sekarang
maupun masa yang Akan datang. Kesuksesan TOC terlihat dari cara
mengimplementasikan cara pengukuranbaru untuk mencapai tujuan perusahaan. Ada
tiga pengukuran yang digunakan dalam theory of constraint throughput,

throughput adalah harga yang dihasilkan suatu sistem melalui penjualan. Throughput
tidak sama dengan penjualan (Rohl, Jock, 1996). Untukmenghitung throughput dapat
diilustrasikan sebagai berikut: apabilaperusahaan menjual produk sebesar
Rp50.000,00 Jika produk mengandungkomponen yang dibeli dari supplier sebesar
Rp35.000,00 Maka throughput adalah Rp15.000,00 yang diperoleh dari (Rp50.000,00
– Rp35.000,00) jumlah sebesar Rp15.000,00 yang dihasilkan oleh perusahaan. Nilai
lain juga harus dikurangi dari pendapatan penjualan ketika menghitung throughput
termasuk biaya: 1) subkontrak, 2) Komisi penjualan yang dibayarkan, 3) Biayadinas,
dan 4) transportasi jika perusahaan tidak memiliki alat transportasi sendiri.

Langkah-langkah dalam Analisis TOC antara lain:

a) Identify the system’s constraints

b) Exploit the system’s constraints

c) Subordinate Everythingtothe step 2 decision

d) Elevate the system’s constraints

e) Break constraint and go back to step 1.

C. LIFE CYCLE COSTING

Life Cycle Costing merupakan teknik manajemen yang digunakan untuk


mengidentifikasi dan memonitor biaya produk selama siklus hidupnya. Siklus hidup
meliputi semua tahap, mulai dari perancangan produk dan pembelian bahan baku
hingga pengiriman dan pelayanan atas produk yang sudahjadi. LCC dapat dijelaskan
sebagai sebuah penilaian secara ekonomi dalammenentukan alternatif desain dengan
memperhitungkan seluruh Biaya signifikan selama masa pakai gedung yang
ditentukan dari masing-masingalternatif, yang dinyatakan dalam nilai dolar ekuivalen
(Kirk & Dell’Isola, 2003). LCC juga dapat dikatakan sebagai sebuah metode yang
digunakan untuk melihat keefektifan biaya sepanjang waktu pemakaian suatu desain
Gedung dengan desain yang lainnya (USDA Forest Service, Technology and
Development, 2013)

Pengambilan Keputusan dengan Just In Time Inventory Management dan


Supply Chain Management

A. JUST IN TIME

Just In Time atau sering disingkat dengan JIT adalah suatu system produksi yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan tepat pada waktunya sesuai
dengan jumlah yang dikehendakinya. Tujuan system produksi Just In Time (JIT)
adalah untuk menghindari terjadinya kelebihan kuantitas/jumlah dalam produksi
(overproduction), persediaan yang berlebihan (excess Inventory) dan juga
pemborosan dalam waktu penungguan (waiting). Kelebihan:

1. Tingkat Persediaan atau Stock Level yang rendah sehingga menghemat tempat
penyimpanan dan biaya-biaya terkait seperti biaya sewa tempat dan biaya asuransi.

2. Bahan-bahan produksi hanya diperoleh saat diperlukan saja sehinggahanya


memerlukan modal kerja yang rendah.

3. Dengan Tingkat persedian yang rendah, kemungkinan terjadinya pemborosan


akibat produk yang ketinggalan zaman, lewat kadaluarsa dan rusak atau usang akan
menjadi semakin rendah.

4. Menghindari penumpukan produk jadi yang tidak terjual akibat perubahan


mendadak dalam permintaan.

5. Memerlukan penekanan pada kualitas bahan-bahan produksi yang dipasokoleh


Supplier (Pemasok) sehingga dapat mengurangi waktu pemeriksaan dan pengerjaan
ulang.

Kelemahan:

1. Sistem Produksi Just In Time tidak memiliki toleransi terhadap kesalahan atau “Zero
Tolerance for mistakes” sehingga akan sangat sulit untuk melakukan
perbaikan/pengerjaan ulang pada bahan-bahan produksi ataupun produk jadi yang
mengalami kecacatan. Hal ini dikarenakan tingkat persediaan bahan-bahan produksi
dan produk jadi yang sangat minimum

2. Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap Pemasok baik dalam kualitas maupun
ketepatan pengiriman yang pada umumnya diluar lingkup perusahaan manufakturing
yang bersangkutan. Keterlambatan pengiriman oleh satu pemasok akan
mengakibatkan terhambatnya semua jadwal produksi yang telah direncanakan. 3.
Biaya Transaksi akan relatif tinggi akibat frekuensi Transaksi yang tinggi.

4. Perusahaan Manufaktring yang bersangkutan akan sulit untuk memenuhi


permintaan yang mendadak tinggi karena pada kenyataannya tidak ada produk jadi
yang lebih.

B. SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

Supply Chain Management (SCM) adalah serangkaian kegiatan yang meliputi


koordinasi, penjadwalan, dan pengendalian terhadap pengadaan, produksi,
persediaan dan pengiriman produk ataupun layanan jasa kepada pelanggan yang
mencakup administrasi harian, operasi , logistik dan pengolahan informasi mulai dari
customer hingga supplier. Untuk penjelasan singkatnya Supply Chain Management
(SCM) adalah mekanisme yang menghubungkan semua pihak yang bersangkutan
dan proses berubahnya bahan baku menjadi sebuah produk. Pihak yang ikut serta
adalah yang bertanggung jawab untuk memberikan barang – barang jadi hasil
produksi ke customer pada waktu dan tempat yang tepat dengan cara yang paling
efisien.

Supply Chain Management memiliki 3 Komponen, yang di antaranya adalah:

1. Upstream Supply Chain Management yaitu sebuah proses dimanaperusahaan


mendapatkan supplier dari pihak luar untuk mendapatkan bahanbaku.

2. Internal Supply Chain Management yaitu sebuah proses dimana


terjadinyaperubahan dari bahan baku menjadi sebuah produk jadi.

3. Downstream Supply Chain Managament yaitu sebuah proses


dimanapendistribusian barang oleh perusahaan ke customer yang dimana
biasanyadilakukan oleh eksternal distributor.
Pengambilan Keputusan dengan Lean Accounting & Manufacturing

Lean manufacturing adalah strategi, metode atau budaya yang ditujukan untuk
mencapai siklus produksi sesingkat mungkin. Salah satu cara untuk mencapainya
adalah dengan mengurangi persediaan yang dapat terbuang atau tidak terpakai
(waste product). Tujuannya adalah untuk mengurangi tingkat stok yang tidak efisien
dan memproduksi barang hanya untuk kebutuhan pelanggan. Manfaatnya adalah
biaya yang lebih rendah, kinerja yang lebih baik, dan waktu atau siklus produksi yang
lebih singkat. Prinsip lean manufacturing berbeda dengan prinsip umum perusahaan
manufaktur. Pertama, perusahaan manufaktur besar cenderung berfokus pada
efisiensi dan pemanfaatan mesin secara penuh, yang dapat memakan waktu dan
meningkatkan persediaan. Namun, manufaktur ramping lebih tentang bagaimana
perusahaan mengurangi persediaan yang tidak terpakai/terjual, karena merupakan
"dosa" untuk memproduksi kelebihan persediaan.

Ada beberapa teknologi lean manufacturing yang dapat diadaptasi oleh perusahaan
manapun untuk proses produksi yang berbeda, yaitu:

1. 5S

Sistem 5S adalah metode organisasi yang berasal dari akronim Jepang lima kata:

Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke. Dalam penerjemahan berurutan,


tujuannya adalah untuk meminimalkan, mengatur, menerangi, membakukan, dan
melestarikan. Istilah tersebut berarti lima langkah untuk mengurangi produk limbah
dan meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Langkah pertama melibatkan
penghapusan elemen dan objek yang dianggap tidak perlu di ruang kerja.

Selain itu, pekerja harus "mengatur" dengan memastikan bahwa selalu ada ruang
untuk setiap benda atau barang yang diperlukan, dan benda-benda tersebut harus
selalu berada di tempat yang teratur. Tujuan dari penerangan adalah untuk
membersihkan tempat kerja secara teratur dan menjaga tempat kerja dalam kondisi
sedemikian rupa sehingga selalu "bersih dan terang".

Standarisasi diperlukan agar seluruh proses kerja dilakukan secara konsisten,


sehingga setiap pegawai diharapkan dapat melaksanakan pekerjaannya sesuai
dengan job description yang telah diatur. Tahap akhir dirancang untuk
mempertahankan dan memperkuat empat tahap sebelumnya.
2. Kaizen

Istilah Kaizen adalah praktik bisnis yang berfokus pada perbaikan terus-menerus.
Selalu ada ruang untuk evaluasi di Kaizen, dan karyawan harus selalu mencari
peluang untuk meningkatkan kreativitas dan keterampilan mereka. Filosofi Kaizen
juga menekankan bahwa ide setiap orang penting dan semua karyawan harus terlibat
dalam proses pengembangan perusahaan.

Perusahaan yang mempraktekkan Kaizen selalu menerima saran perbaikan atau


perbaikan di area manapun dan tidak pernah mengeluh. Ini membantu menciptakan
lingkungan dan budaya saling menghormati dan komunikasi terbuka.

3. Kanban

Teknik Kanban mengandalkan semua jenis elemen visual untuk mengelola inventaris
perusahaan. Sebagai contoh implementasi, kartu Kanban dapat ditempatkan di area
yang terlihat dan strategis untuk memberi sinyal kepada pekerja kapan harus
membuat atau mengisi kembali persediaan. Dengan proses ini, produk hanya dirakit
dan diproduksi ketika ada permintaan konsumen dan perusahaan dapat mengurangi
kerugian dan pemborosan produk. Metode Kanban menjadi sangat responsif dan
efisien karena produk dibuat hanya untuk kebutuhan pelanggan, bukan untuk
memprediksi kebutuhan mereka di masa depan.

Lean manufacturing memiliki banyak keunggulan. Manfaat ini mencakup produktivitas


yang lebih tinggi, layanan pelanggan yang lebih baik, waktu tunggu atau siklus
produksi yang lebih singkat, semangat kerja karyawan yang meningkat, dan
lingkungan kerja yang lebih aman. Setiap orang berkontribusi untuk mencapai tujuan
terpenting dari produksi ramping, yaitu meningkatkan keuntungan.

Di samping aktualnya penerapan lean manufacturing, para ahli akuntansi juga


mempercayai bahwa akuntansi itu sendiri dapat di”ramping”-kan, dan bahwa
penerapannya dapat berkontribusi pada peningkatan profit, bukan hanya sekedar
menghitungnya.

Lean accounting merupakan konsep yang dirancang untuk lebih mencerminkan


kinerja keuangan perusahaan yang telah menerapkan kinerja Lean Manufacturing.
Proses lean accounting dapat meliputi pengorganisasian biaya dengan teknik value
stream, mengubah teknik penilaian persediaan dan memodifikasi laporan keuangan
untuk menginputkan informasi non-keuangan.

Penerapan Lean Accounting pada dasarnya sesuai dengan PABU karena


pelaporannya berbasis aktual dan biaya yang dilaporkan merupakan biaya aktual.
Berbeda dengan pelaporan akuntansi konvensional yang masih menggunakan biaya
standar yang masih harus dikonversikan ke dalam biaya aktual.

Pengaplikasian Lean Accounting pada Perusahaan Manufaktur

Akuntansi konvensional masih menggunakan penerapan biaya standar, activity-based


costing, penentuan harga jual berdasarkan harga pokok, dan penerapan lainnya yang
dirasa masih kurang efisien. Sedangkan penerapan pada lean accounting
menggunakan value stream costing.

Gambaran sederhananya, metode value stream akan memotong alur pengiriman


barang dari hulu ke hilir yang biasanya melewati beberapa departemen fungsional.
Sehingga satu aliran dapat meliputi biaya penjualan dan pemasaran, produksi, desain,
sampai ke pengumpulan uang kas dari pelanggan.

Idealnya, setiap karyawan ditugaskan ke satu value stream dan alih-alih dibagi di
beberapa departemen. Penilaian persediaan juga berubah dalam prinsip lean
accounting. Karena fokus pada produksi hanya untuk pemenuhani permintaan
pelanggan, kuantitas persediaan cenderung jauh lebih rendah daripada operasi
manufaktur tradisional. Dengan demikian, penilaian persediaan di Laporan Neraca
akan dilakukan lebih cepat.

Lean Accounting VS Traditional Accounting

Lean accounting cenderung lebih “realtime” alasannya yaitu laporan yang dihasilkan
tidak harus menunggu tiap akhir minggu atau akhir bulan. Laporan dapat dengan
mudah dihasilkan di tiap penghujung hari. Hal ini akan membuat proses evaluasi akan
lebih efektif. Satu lagi perbedaan yang signifikan adalah akuntansi tradisional melihat
dan menilai persediaan sebagai aset. Sedangkan lean accounting menilai persediaan
sebagai kewajiban.
Dengan kata lain, persediaan harus benar-benar dimanfaatkan dan jangan sampai
menjadi waste product. Banyak perusahaan manufaktur besar maupun menengah
sudah mengimplementasikan lean manufacturing dan lean accounting. Dengan kedua
metode tersebut, diharapkan proses produksi perusahaan manufaktur dan pelaporan
akuntansinya bisa menjadi lebih efektif dan efisien. Ditambah dengan penggunaan
software akuntansi, pencatatan dan pelaporan setiap transaksi perusahaan
manufaktur Anda bisa berjalan lebih efektif dan semakin baik.

Pengambilan Keputusan dengan Total Quality Management (TQM) dan Six


Sigma

TQM (Total Quality Management) adalah suatu pendekatan manajemen untuk suatu
organisasi yang

terpusat pada kualitas untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui


perbaikan terus

menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya yang dilakukan untuk
mendapatkan

kepuasan dari pelanggan yang berdampak akan memberi keuntungan bagi seluruh
masyarakat dan

anggota organisasi tersebut. Hal ini karenakan atas partisipasi semua anggota
organisasi terebut

untuk memperoleh kesuksesan jangka panjang.

Intinya TQM (Total Quality Management) akan memberikan keuntungan bagi sebuah
organisasi

apabila pelanggan/konsumen merasa puas.

Karakteristik TQM (Total Quality Management)

1. Memiliki keinginan yang tinggi dalam sebuah kualitas


2. Memiliki komitmen jangka panjang
3. Membutuhkan kerja sama tim
4. Memperbaiki proses secara berkesinambungan
5. Menyelenggarakan dan pelatihan
6. Memiliki kesatuan dan tujuan
7. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawanTerfokus pada kepuasan
pelanggan

Manfaat TQM bagi pelanggan

1. Sedikit atau bahkan tidak memiliki masalah dengan produk atau pelayanan
2. Kepedulian terhadap pelanggan lebih baik atau pelanggan lebih diperhatikan.
3. Kepuasan pelanggan terjamin

SIX SIGMA
Six Sigma adalah strategi manajemen bisnis yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas proses dengan meminimalkan dan akhirnya menghilangkan kesalahan dan
variasi. Konsep Six Sigma diperkenalkan oleh Motorola pada tahun 1986, tetapi
dipopulerkan oleh Jack Welch yang memasukkan strategi tersebut kedalam proses
bisnisnya di General Electric. Konsep Six Sigma muncul ketika salah satu eksekutif
senior Motorola mengeluhkan kualitas Motorola yang buruk. Bill Smith akhirnya
merumuskan metodologi pada tahun 1986. Kualitas memainkan peran penting dalam
keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi. Mengabaikan aspek penting seperti
kualitas, tidak akan membuat Anda bertahan dalam jangka panjang. Six Sigma
memastikan kualitas produk yang unggul dengan menghilangkan cacat dalam proses
dan sistem. Six sigma adalah proses yang membantu dalam meningkatkan
keseluruhan proses dan sistem dengan mengidentifikasi dan akhirnya menghilangkan
rintangan yang mungkin menghentikan organisasi untuk mencapai tingkat
kesempurnaan. Menurut sigma, segala jenis tantangan yang muncul dalam proses
organisasi dianggap sebagai cacat dan perlu dihilangkan. Organisasi yang
mempraktikkan Six Sigma menciptakan level khusus bagi karyawan di dalam
organisasi. Level seperti itu disebut sebagai: “Sabuk hijau”, “Sabuk hitam” dan
seterusnya. Individu yang disertifikasi dengan salah satu sabuk ini sering kali ahli
dalam proses six sigma. Menurut Six Sigma setiap proses yang tidak mengarah pada
kepuasan pelanggan disebut sebagai cacat dan harus dihilangkan dari system untuk
memastikan kualitas produk dan layanan yang unggul. Setiap organisasi berusaha
keras untuk mempertahankan kualitas merek yang sangat baik dan proses six sigma
memastikan hal yang sama dengan menghilangkanberbagai cacat dan kesalahan
yang menghalangi kepuasan pelanggan. Proses Six Sigma berasal dari proses
manufaktur tetapi sekarang juga digunakan di bisnis lain. Anggaran dan sumber daya
yang tepat perlu dialokasikan untuk penerapan Six Sigma dalam organisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Modul Mercu Buana

Bonny F. Sompie, Robert J. M. Mandagi dan Hence S. D. Roring. (2014). MODEL


ESTIMASI BIAYA TAHAP KONSEPTUAL KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG
DENGAN METODE PARAMETRIK (Studi Kasus pada Bangunan Gedung Publik di
Wilayah Kota Manado dan Kabupaten/Kota sekitarnya). Jurnal Ilmiah Media
Engineering Vol.4 No.2, 103-108. Diakses 11 Juni 2023.

Purwanugraha, H. Andre dan Wibowo, Ardyanto. ANALISIS BIAYA RELEVAN UNTUK


PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMPERTAHANKAN ATAU MENGHENTIKAN
SEGMEN PERUSAHAAN PADA CV. PODO KUMPUL

Strategis Daya saing & Globalisasi. Buku Satu. Penerbit Salemba. Jakarta. Glass,
N.M.,(1991), Pro-active Management: How to Improve Your Management
Performance. East Brunswick, NJ:Nicholas Publishing.

Rangkuti, Freddy, 2008, Analisa SWOT Teknik Membedah kasus Bisnis, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.

Freeman, John. H And Michael T. Hannan (1997). Growth And Decline Process In
Organizations.

Anda mungkin juga menyukai