Anda di halaman 1dari 15

BAB II

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Signalling Theory

Signalling Theory menjelaskan bahwa manajemen selalu berusaha untuk

mengungkapkan informasi privat yang menurut pertimbangannya sangat

diminati oleh investor dan pemegang saham khususnya kalo informasi tersbut

memuat berita yang baik (Suwardjono 2013 : 583). Teori signaling pada

dasarnya adalah untuk melandasi pengungkapan sukarela. Pengungkapan

sukarela merupakan hal yang dilakukan oleh perusahaan diluar apa yang

diwajibkan oleh standard akuntansi ataupun peraturan badan pengawas.

Kaitannya Signalling Theory dengan penelitian ini yaitu pada dasarnya

Green Accounting adalah pengungkapan sukarela dalam laporan keuangan

yang ada kaitannya dengan biaya lingkungan (Yoshi 2012) dan juga perusahaan

akan secara sukarela untuk mematuhi kebijkan pemerintah dimana perusahaan

tersebut menjalankan bisnisnya. Dampak dari pengungkapan sukarela tersebut

maka juga akan mencerminkan etika bisnis yang dijalankan oleh perusahaan,

serta pengelolaan sumber daya secara bertanggung jawab Hal ini akan

meningkatkan kepercayaan kepada para investor maupun Stakeholder.

2.1.2 Teori Legitimasi

Teori legitimasi berasal dari konsep legitimasi organisasi yang diungkapkan

oleh Dowling dan Pfeffer (1975) yang mengungkapkan bahwa lehitimasi adalah

sebuah kondisi atau status yang ada ketika sistem nilai entitas kongruen dengan

sistem nilai masyarakat yang lebih luas di tempat entitas tersebut berada. Ketika
terjadi suatu perbedaan, baik yang nyata atau berpotensi muncul di antara kedua

sistem nilai tersebut. Sesuai dengan yang dinyatakan O’Donovan (2002) bahwa

“legitimasi merupakan gagasan agar sebuah organisasi dapat terus beroperasi

dengan sukses, maka organisasi tersebut harus bertindak sesuai dengan aturan

yang diterima secara luas oleh masyarakat”.

Deegan (2004) menyatakan bahwa teori legitimasi adalah sebagai, “Teori

yang menyatakan bahwa organisasi secara berkelanjutan mencari cara untuk

menjamin operasi mereka berada dalam batas dan norma yang berlaku di

masyarakat. Suatu perusahaan akan secara sukarela melaporkan aktivitasnya

jika manajemen menganggap bahwa hal ini adalah yang diharapkan suatu

komunitas”.

2.1.2 Definisi Green Accounting

Akuntansi merupakan suatu ilmu yang dipengaruhi dan mempengaruhi

lingkungan sekitarnya. Akuntansi lingkungan didefiniskan sebagai pencegahan,

pengurangan dan atau penghindaran dampak terhadap lingkungan bergerak dari

beberapa kesempatan, dimulai dari perbaikan kembali kejadian-kejadian yang

menimbukan bencana atas kegiatan-kegiatan tersebut (Arfan 2008 : 14). Latar

belakang pentingnya akuntansi lingkungan pada dasarnya menuntun kesadaran

penuh perusahaan-perusahaan maupun organisasi lainnya yang telah

mengambil manfaat dari lingkungan (Arfan 2008:11). Menurut Yoshi (2012)

mendefinisikan bahwa Green Accounting merupakan akuntansi yang


didalamnya mengidentifikasi, mengukur, menilai dan mengungkapkan biaya

terkait dengan aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan lingkungan.

Berdasarkan definisi diatas maka dijelaskan bahwa green Accounting

merupakan proses pencegahan, pengurangan, dan atau pengindaran terhadap

dampak lingkungan dengan memasukan biaya lingkungan pada laporang

keuangan yang berguna untuk pengambilan keputusan pihak internal maupun

eksternal. Akuntansi lingkungan secara jelas mendefinisikan dan

menggabungkan semua biaya lingkungan ke dalam laporan keuangan

perusahaan.

2.1.3 Peraturan Yang Terkait dengan Green Accounting

1. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup. UU ini mengatur tentang kewajiban setiap orang yang berusaha atau

berkegiatan untuk menjaga, mengelola, dan memberikan informasi yang

benar dan akurat mengenai lingkungan hidup. Akibat hukum juga telah

ditentukan bagi pelanggaran yang menyebabkan pencemaran dan

perusakan lingkungan hidup.

2. Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dalam UU

ini diatur kewajiban bagi setiap penanam modal berbentuk badan usaha

atau perorangan untuk melaksanakan tanggung-jawab sosial perusahaan,

menjaga kelestarian lingkungan hidup dan menghormati tradisi budaya

masyarakat sekitar.
3. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas UU ini

mengatur tentang kewajiban bagi perseroan yang terkait dengan sumber

daya alam untuk memasukkan perhitungan tanggungjawab sosial dan

lingkungan sebagai biaya yang dianggarkan secara patut dan wajar.

4. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

No: KEP 134/BL/2006 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan bagi

Emiten atau Perusahaan Publik. UU ini mengatur tentang kewajiban

laporan tahunan yang memuat Tata Kelola Perusahaan (Corporate

Governance) harus menguraikan aktivitas dan biaya yang dikeluarkan

berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat

dan lingkungan.

5. Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tentang Penetapan Peringkat

Kualitas Aktiva Bagi Bank Umum. Dalam peraturan ini aspek lingkungan

menjadi salah satu syarat dalam pemberian kredit. Standar pengukur

kualitas limbah perusahaan yang dipakai adalah PROPER. Dengan

menggunakan lima peringkat (hitam, merah, biru, hijau, dan emas)

perusahaan akan diperingkat berdasarkan keberhasilan dalam pengelolaan

limbahnya

2.1.4 Fungsi dan Peran Green Accounting

Fungsi akuntansi lingkungan dibagi menjadi fungsi internal dan eksternal

(Fasua,2011) :

1. Fungsi internal
Sebagai salah satu langkah dari sistem informasi lingkungan organisasi, fungsi

internal memungkinkan untuk mengelola dan menganalisis biaya pelestarian

lingkungan yang diban-dingkan dengan manfaat yang diperoleh, serta

mempertimbangkan pelestarian lingkungan yang efektif dan efisien melalui

pengambilan keputusan yang tepat. Hal ini sangat diperlukan keberadaan fungsi

akuntansi lingkungan sebagai alat manajemen bisnis untuk digunakan oleh para

manajer dan unit bisnis terkait.

2. Fungsi eksternal

Dengan mengungkapkan hasil pengukuran kegiatan pelestarian lingkungan,

fungsi eksternal memungkinkan perusahaan untuk mempengaruhi pengambilan

keputusan stakeholder. Diharapkan bahwa publikasi hasil akuntansi lingkungan

akan berfungsi baik sebagai alat bagi organisasi untuk memenuhi tanggung

jawab mereka atas akuntabilitas kepada stakeholder dan secara bersamaan,

sebagai sarana untuk evaluasi yang tepat dari kegiatan pelestarian lingkungan.

2.1.5 Sifat Dasar Green Accounting

Sifat Dasar Akuntansi Lingkungan (Fasua, 2011):

1. Relevan

Akuntansi lingkungan harus memberikan informasi yang valid terkait dengan

manfaat- biaya pelestarian yang dapat memberikan dukungan dalam

pengambilan keputusan stakeholder. Namun, pertimbangan harus diberikan


kepada materialitas dan signifikansi dari relevansi. Dalam akuntansi

lingkungan, materialitas ditempatkan pada aspek kuantitas dan signifikansi

ditempatkan pada aspek kualitas.

2. Handal

Akuntansi lingkungan harus menghilangkan data yang tidak akurat atau bias

dan dapat memberikan bantuan dalam membangun kepercayaan dan keandalan

stakeholder. Pengungkapan data akuntansi lingkungan harus akurat dan tepat

mampu mempresentasikan manfaat-biaya serta tidak menyesatkan.

3. Mudah dipahami

Dengan tujuan pengungkapan data akuntansi lingkungan yang mudah untuk

dipahami, akuntansi lingkungan harus menghilangkan setiap kemungkinan

timbulnya penilaian yang keliru tentang kegiatan perlindungan lingkungan

perusahaan. Untuk memastikan bahwa informasi yang diungkapkan mudah

dipahami bagi para pemangku kepentingan, kata-kata harus dibuat sesederhana

mungkin. Tidak peduli seberapa kompleks kandungan informasinya, sangat

perlu untuk mengungkapkan semua hal yang dianggap penting.

4. Dapat dibandingkan

Akuntansi dapat dibandingkan dari tahun ke tahun bagi sebuah perusahaan dan

juga dapat di bandingkan antarperusahaan yang berbeda di sektor yang sama.

Adalah penting untuk memastikan keterbandingan agar tidak menciptakan

kesalahpahaman antara stakeholder.


5. Dapat dibuktikan

Data akuntansi lingkungan harus diverifikasi dari sudut pandang objektif.

Informasi yang dapat dibuktikan adalah hasil yang sama dapat diperoleh bila

menggunakan tempat, standar, dan metode yang persis sama dengan yang

digunakan oleh pihak yang menciptakan data.

2.1.6 Biaya Lingkungan

Biaya lingkungan mencakup dari keseluruhan biaya-biaya paling nyata

(seperti limbah buangan), untuk mengukur ketidakpastian, biaya lingkungan

pada dasarnya berhubungan dengan produk, proses, sistem, atau fasilitas

penting untuk pengambilan kepurusan manajemen yang baik (Rohelmy et al,

2015).

Hansen dan Mowen (2011) menyatakan biaya lingkungan adalah biaya-

biaya yang terjadi karena adanya kualitas lingkungan yang buruk atau karena

kualitas lingkungan yang buruk mungkin terjadi. Maka, biaya lingkungan

berhubungan dengan kreasi, deteksi, perbaikan, dan pencegahan degradasi

lingkungan. Dengan definisi ini, biaya lingkungan dapat diklasifikasikan

menjadi empat kategori: biaya pencegahan (prevention cost), biaya deteksi

(detection cost), biaya kegagalan internal (internal failure cost), dan biaya

kegagalan eksternal (external failure cost).

Jumlah biaya berdasarkan Environmental Accounting Guidelines (2015)

adalah bagian dari keseluruhan biaya perusahaan dan biaya tersebut digunakan

untuk pelestarian lingkungan. Kategori biaya konservasi lingkungan yaitu


kegiatan bisnis utama, kegiatan administratif, kegiatan penelitian dan

pengembangan, dan kegiatan sosial, sesuai dengan hubungan antara bisnis dan

dampak lingkungan.

Pelaporan biaya lingkungan menjadi suatu hal yang penting jika sebuah

organisasi dengan serius ingin memperbaiki kinerja lingkungannya serta

mengendalikan biaya lingkungannya (Hansen dan Mowen, 2009: 416).

Menurut Hansen dan Mowen (2009: 416), langkah pertama yang baik adalah

laporan yang memberikan perincian biaya lingkungan menurut kategori.

Pelaporan biaya lingkungan memberikan dua hasil yang penting, yaitu:

a. dampak biaya lingkungan terhadap profitabilitas perusahaan, dan

b. jumlah relatif yang dihabiskan untuk setiap kategori

Laporan biaya lingkungan menyediakan informasi yang berhubungan

dengan distribusi relatif dari biaya lingkungan. Laporan biaya lingkungan

menggarisbawahi pentingnya biaya lingkungan dengan menyatakan sebagai

persentase dari total biaya operasional. Di dalam buku Akuntansi Manajerial

oleh Hansen dan Mowen (2009: 416), ada beberapa bukti mengenai isu

pelaporan biaya lingkungan, yaitu perusahaan Amoco menyimpulkan biaya

lingkungan pada pabrik penyulingannya di Yorktown adalah minimal 22% dari

biaya operasional, sedangkan World Resources Institute menyatakan biaya

lingkungan adalah 20% atau lebih dari biaya operasional perusahaan. dengan

demikian, laporan biaya lingkungan tidak hanya memperlihatkan jumlah

kuantitatif dari biaya lingkungan, tetapi juga mengenai persentase biaya

lingkungan dari biaya operasional.


2.2 Penelitian Terdahulu

1. Nor, Bahari dkk (2015)

Nor, Bahari dkk melakukan penelitian yang memiliki tujuan untuk menyelidiki

keberadaan dari pengungkapan lingkungan dan kinerja keuangan 100 perusahaan

dari kapitalisasi pasar di Malaysia pada tahun 2012. Sample penelitian terebut

mengunakan 100 perusahaan kapitalisasi pasar pada tahun 2011. Pemilihan

perusahaan tersebut atas beberapa alasan. Teknik sampling yang digunakan adalah

purposive sampling dimana teknik tersebut digunakan untuk kelompok 100

perusahaan kapitalisasi terbaik. Jenis data pada penelitian tersebut adalah data

sekunder dengan meninjau laporan keuangan tahunan untuk memperoleh

informasi.Hasil dari penelitian ini bahwa ada hubungan yang signifikan antara

jumlah pengungkapan lingkungan dan margin keuntungan, pengungkapan

lingkungan di Malaysia masih rendah.

2. Mike Maya. S, Mukhzardfa, Enggar Diah P.A (2018)

Mike Maya, S, Mukhzardfa, Enggar Diah. P. A melakukan penelitian terkait green

accounting terhadap kinerja perusahaan diamana green accounting dalam

penelitian ini diukur dari ambil dari biaya operasional, biaya daur ulang limbah,

dan biaya penelitian. Di mana masing-masing item biaya tersebut di lihat dari

annual report per tahun masing-masing perusahaan yang menjadi sampel

penelitian. Sedangkan laba dan harga saham di lihat dari net profit margin dan

harga saham masing-masing perusahaan setiap tahunnya. Hasil pengaruh sebelum

dan setelah penerapan green accounting terhadap harga saham berpengaruh


signifikan dan mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan karena ketika

dikonversikan ke mata uang dollar semua jumlah digit angka hampir sama

sehingga data dapat di uji atau dianalisis dengan baik pada SPSS ver 24.0.R

3. Rini Lestari, Fara Aisya Nadira, Nurleli, Helliana (2019)

Rini Lestari, Fara Aisya Nadira, Nurleli, Helliana melakukan penelitian mengenai

green accounting terhadap kinerja perusahaan Dalam penelitian ini, penerapan

green accounting terdiri dari dua sub variabel yaitu kinerja lingkungan dan

pengungkapan lingkungan terhadap tingkat profitabilitas dengan indikator ROA

(Return on Assets). Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitan

verifikatif denganzpendekatanzkuantitatif. Populasi yang dipilih pada penelitian

ini yaitu 42 perusahaan manufaktur sektor industri barangzkonsumsi yang listing

di Bursa Efek Indonesia selama 3 tahun padaztahun 2015-2017 dengan

menggunakan metode purposive sampling, sehingga diperoleh sampel 17

perusahaan yang memenuhi kriteria. Data dianalisis dengan menggunakan regresi

berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan green accounting

yang diukur dengan kinerja lingkungan berpengaruh terhadap tingkat

profitabilitas perusahaan sedangkan penerapan green accounting yang diukur

dengan pengungkapan lingkungan tidak berpengaruh terhadap tingkat

profitabilitas perusahaan.

4. Yoshi Anela (2012)

Yoshi Aniela (2012) melakukan penelitian berdasarkan praktik di lapangan, kajian

literatur, serta penelitian empiris dan akademis diketahui bahwa penerapan green
accounting memilik dampak positif terhadap kinerja finansial perusahaan, yaitu

meningkatnya persepsi positif dari konsumen yang berakhir pada peningkatan

penjualan dan laba perusahaan. Selain berdampak pada kinerja finansial,

penerapan green accounting juga berdampak pada peningkatan kinerja lingkungan

baik dalam dimensi kesehatan lingkungan (environmental health) maupun dalam

ketahanan lingkungan (environmental vitality).

Tabel 1
Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

Hasil dari penelitian ini

bahwa ada hubungan yang

The Effects of signifikan antara jumlah


1. Nor, Bahari
Environmental pengungkapan lingkungan
dkk (2015)
Disclosure on Financial dan margin keuntungan,

Performance in Malaysia pengungkapan lingkungan

di Malaysia masih rendah.

2. Mike Maya. Hasil pengaruh sebelum


Analisis Pengaruh
S, dan setelah penerapan
Penerapan Green
Mukhzardfa, green accounting terhadap
Accounting Terhadap
Enggar Diah harga saham berpengaruh
Kinerja Perusahaan
P.A (2018) signifikan dan mengalami
kenaikan. Hal ini

disebabkan karena ketika

dikonversikan ke mata

uang dollar semua jumlah

digit angka hampir sama

sehingga data dapat di uji

atau dianalisis dengan baik

pada SPSS ver 24.0.R

Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

penerapan green

accounting yang diukur

3. Rini Lestari, dengan kinerja lingkungan


Pengaruh Penerapan
Fara Aisya berpengaruh terhadap
Green Accounting
Nadira, tingkat profitabilitas
Terhadap Tingkat
Nurleli, perusahaan sedangkan
Profitabilitas Perusahaan
Helliana penerapan green

accounting yang diukur

dengan pengungkapan

lingkungan tidak

berpengaruh terhadap
tingkat profitabilitas

perusahaan.

Hasil dari peneltiian ini

bahwa penerapan

green accounting memiliki

Peran Akuntansi dampak positif

Lingkungan Dalam terhadapa kinerja financial

4. Yoshi Anela Meningkatkan Kinerja perusahaan,

(2012) Lingkungan Dan yaitu meningkatnya

Kinerja Keuangan perspektif positif dari

Perusahaan konsumen berakhir pada

peningkatan

penjualan dan laba

perusahaan.

2.3 Kerangka Pemikiran


Gambar 1
Kerangka Pemikiran

Green Accounting

1. Pencatatan Kinerja Perushaan

2. Pengukuran

3. Pengakuan

4. Penyajian

5. Pengungkapan
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, peneliti ingin mengetahui analisis

Green Accounting pada perushaan yang mendapat penghargaan yang listing di

Bursa Efek Indonesia yang dilihat berdasarkan indikator yang ada. Serta apakah

ada hubungan antara kinerja perusahaan apabila perusahaan tersebut menggunakan

Green Accounting.

2.4 Pengembangan Hipotesis


Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan green accounting

sangat mengutungkan bagi semua pihak, baik produsen, konsumen dan lingkungan

sekitar. Dalam penelitian ini akan dianalisis keuntungan penerapan green

accounting bagi konsumen yang ditandai dengan meningkatnya earning dan

meningkatnya pertumbuhan harga saham.

Dari uraian-uraian di atas dan berdasarkan grand theory yang berlaku, maka

dapat disimpulkan hipotesis-hipotesis sebagai berikut;

H1 = terdapat perbedaan earning setelah penerapan green accounting dengan


sebelum penerapan green accounting

H2 = terdapat perbedaan pertumbuhan harga saham setelah penerapan green


accounting dengan sebelum penerapan green accounting

Earning
Green
Accounting
Harga Saham

Objek dari penelitian ini adalah earning dan pertumbuhan harga saham pada
perusahaan-perusahaan yang menerapkan green accounting dan listing di Bursa
Efek Indonesia. Perusahaan yang menjadi subjek penelitian adalah perusahaan yang
melakukan penerapan green accounting selama kurun waktu
2019.. Penulis tidak mengelompokkan sampel penelitian menurut kelompok
industri tertentu. Semua perusahaan dari berbagai kelompok industri yang
melakukan penerapan green accounting selama kurun waktu penelitian dijadikan
sampel penelitian. Pemilihan tahun penelitian ini didasari pada kebutuhan data
earning, sehingga data terbaru yang memungkinkan untuk dijadikan sampel
penelitian adalah data dari tahun 2019.

Penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling. Kriteria pemilihan


sampel dalam penelitian ini adalah;

(1) perusahaan dinilai telah menerapakan green industri/green accounting oleh


pemerintah atau lembaga penilai secara minimal 2 tahun berturut-turut sejak tahun
2017;

(2) Perusahaan listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2019.

Anda mungkin juga menyukai