Anda di halaman 1dari 8

MAKSIMALISASI LABA : PERSPEKTIF ISLAM VS SEKULER

Nama Kelompok VII EKI-IVC :


Amad Prayendi Dasopang (0501182131)
Ginie Aulia Rawani (0501182162)
Raudhatul Hasanah Imnur (0501183251)
Salsabilla Siagian (0501181002)

Dosen Pengampu : Muhammad Syahbudi, M.E.I

Jurusan Ekonomi Islam


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan

Abstrak
Tujuan utama dari aktivitas bisnis adalah untuk mendapatkan laba. Terdapat perbedaan
pandangan antara sistem ekonomi konvensional dan sistem ekonomi Islam dalam
memandang laba. Pandangan terhadap masalah laba dari kedua sistem ekonomi ini adalah
tergantung pada pendekatan yang digunakan. Teori ekonomi sekuler biasanya menggunakan
pendekatan impersonal dalam kaitan dengan masalah distribusi yang berlandaskan pada
kekuatan-kekuatan pasar bahwa kompetisi adalah keadilan produk dari faktor-faktor
produksi. Bagian pekerja biasanya masuk di dalam biaya-biaya produksi. Namun, penentuan
posisi laba dalam islam dikondisikan pada pandangan islam tentang bisnis, perlindungan
kepada konsumen dan bagi hasil di antara faktor yang mendukung produksi itu sendiri.
Kata Kunci : Maksimalisasi laba, impersonal, mashlahat

PENDAHULUAN
Sebenarnya teori ekonomi yang berkembang saat ini sudah tidak asli lagi atau sudah
banyak dipengaruhi oleh pandangan sistem yang dianut oleh para pengembangan teori
ekonomi itu sendiri. Para ahli ekonomi memiliki pandangan bahwa kepentingan pribadi yang
menggerakkan perbuatan manusia. Contohnya adalah maksimalisasi laba yang selalu
dipandang sebagai rasionalitas bisnis. Artinya, perusahaan dianggap rasional jika dapat
memaksimalisasi labanya dengan bebas tanpa terikat dengan kondisi-kondisi pasar dimana
perusahaan itu beroperasi.1

1
Muhamad, Ekonomi Mikro Islam, (Yogyakarta: BPFE, 2016), h. 270
Saat pandemi seperti ini yaitu terserang oleh Covid-19 adalah hal yang tidak dapat
dihindari oleh masyarakat sebagai penggerak ekonomi di belahan dunia manapun. Tidak
dapat dipungkiri bahawa pandemi ini membuat perekonomian tidak lagi sama seperti
biasanya. Perekonomian dalam negeri menjadi kontraksi dan pembisnis harus memikirkan
strategi yang dapat mengatasi agar usaha menjadi semakin stabil. Hal yang terpenting saat ini
adalah masyarakat harus mampu beradaptasi dan memanfaatkan segala peluang untuk
menstabilkan ekonomi. Apalagi para pengusaha dan perusahaan harus mampu
mempertahakan usahanya dan memaksimalisasi laba dengan strategi-strategi yang sesuai
dengan keadaan yang dihadapi saat ini
Terdapat perbedaan pandangan antara sistem ekonomi konvensional dan ekonomi
islam dalam memandang laba. Pandangan terhadap masalah laba dari kedua sistem ekonomi
ini adalah tergantung pada pendekatan yang digunakan. Teori ekonomi sekuler biasanya
menggunakan pendekatan impersonal dalam kaitan dengan masalah distribusi yang
berlandaskan pada kekuatan-kekuatan pasar bahwa kompetisi adalah keadilan produk dari
faktor-faktor produksi. Bagian pekerja biasanya masuk di dalam biaya-biaya produksi.
Namun, penentuan posisi laba dalam islam dikondisikan pada pandangan islam tentang
bisnis, perlindungan kepada konsumen dan bagi hasil di antara faktor yang mendukung
produksi itu sendiri.
Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa sistem ekonomi yang berlandaskan
islam termasuk maksimalisasi laba dalam perspektif islam memiliki kekuatan untuk
menciptakan tatanan masyarakat yang adil dan sejahtera. 2 Prinsip keinginan tak terbatas, alat
pemuas keinginan terbatas, dan juga mekanisme pasar konvensisonal perlu dibingkai oleh
sistem nilai transendental berdimensi Ilahiyah sehingga etos perdangan yang benar-benar
islam bisa membumi dan tujuan akhir dari perdagangan itu sendiri yaitu laba dapat sesuai
dengan yang diharapkan syariah.3
Dalam menjalankan bisnis pasti bertujuan untuk mendapatkan keuntungan atau laba.
Namun kejadian yang dihadapkan sekarang ini adalah penyimpangan oleh perusahaan untuk
mendapatkan keuntungan atau dalam memaksimalisasi laba. Contohnya adalah penjual
menjual barang dengan kualitas buruk namun dengan harga yang tinggi. Seharusnya, jika
kualitas barang buruk, maka biaya produksinya akan semakin rendah. Jika pengusaha
mengamalkan maksimalisasi laba yang sesuai dengan syariat Islam maka hal ini tidak akan
2
Muhamad, Kekuatan Ekonomi Islam Dalam Menciptakan Kesejahteraan Dan Keadilan, Jurnal
Kajian Islam, Volume 03 Nomor 1, April 2011
3
Fachruddin, Kajian Teori Laba Pada Transaksi Jual Beli Dalam Fiqh Muamalah, Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Islam, 2018
terjadi. Mempertimbangkan dengan kesenjangan dengan teori yang ada, penelitian ini
dilakukan untuk menjawab pertanyaan “Bagaimana maksimalisasi laba dalam perspektif
islam dan sekuler?” diharapkan penelitian ini memberikan manfaat dan mengurangi
kesenjangan yang ada dalam praktek maksimalisasi laba dalam suatu perusahaan.

MAKSIMALISASI LABA DALAM PANDANGAN SEKULER


Hipotesis dalam maksimalisasi laba merupakan suatu hal yang membutuhkan
penganalisisan karena karakternya yang tidak realistik. Alasan ilmu ekonomi sekuler
mempertahankan asumsi maksimalisasi laba meskipun karakternya tidak realistik dan bahkan
terkadang menyesatkan adalah: Pertama, teori harga yang merupakan inti teori dari ilmu
ekonomi, tidak dapat berdiri tegak setelah asumsi maksimalisasi tersebut dihapuskan. Kedua,
para kritikus tersebut selama ini tidak dapat mengajukan suatu kaidah perilaku alternatif yang
dapat memiliki nilai yang sama (jika tidak lebih baik) prediktif dan mengarah pada
kesimpulan-kesimpulan yang dapat diuji secara empirik.4
Dalam ilmu ekonomi konvensional sumber keuntungan pendapatan diperoleh para
pengusaha sebagai pembayaran dari melakukan kegiatan:5
1. Menghadapi resiko terhadap ketidakpastian di masa yang akan datang.
2. Melakukan inovasi/pembaharuan di dalam kegiatan ekonomi.
3. Mewujudkan kekuasaan monopoli di dalam pasar.
Dalam teori ekonomi kapitalisme atau sekuler dalam hal ini biasanya menggunakan
pendekatan impersonal dalam kaitan dengan masalah distribusi. Pendekatan ini berlandaskan
pada kekuatan-keuatan pasar, sebagaimana yang telah diatur oleh kompetisi untuk menjadi
suatu bagian ‘adil’ produk bagi faktor-faktor produksi. Bagian pekerja biasanya masuk di
dalam biaya-biaya produksi, sehingga dapat mengurangi bagian pekerja tersebut.6
Pandangan orang dalam bidang ekonomi dapat dinyatakan bahwa keadilan menuntut
penggunaan sumberdaya dengan cara yang merata sehingga tujuan kemanusiaan dihargai
secara universal yaitu pemenuhan kebutuhan umum, pertumbuhan yang optimal, lapangan
kerja yang lengkap, pemerataan pendapatan dan kekayaan, serta kestabilan ekonomi
terwujud.7 Namun dalam pandangan ekonomi sekuler, maksimalisai laba sebagai suatu
kondisi rasional yang tidak berhubungan dengan kesejahteraan-kesejahteraan individu itu
sendiri. Ajaran Smith yang cukup terkenal bahwa “pengejaran kepentingan diri secara

4
Muhamad, Op Cit
5
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, (Jakarta: RajaGrafinfo Persada, 2015), h. 388.
6
Rokhmat Subagiyo, Maksimalisasi Laba, 2016, h. 107
7
Ibid
otomatis dapat meningkatkan kebaikan kolektif dalam sistem berusaha yang bebas” yang
dipercayai sebagai pelengkap anggapan mengenai respektabilitas sosial yang lebih baik.
Model klasik seperti ini tidak jarang disadarkan untuk menggambarkan dan memperkuat
kepercayaan tersebut.8
Para usahawan selalu bersaing untuk memperoleh laba pribadi dalam suatu industri
yang terbuka. Contohnya adala pasar persaingan sempurna dan para pembeli secara
individual tidak memiliki kekuatan untuk menetapkan harga di pasar. Dengan ini, usahawan
diijinkan mengambil tingkat laba dari modalnya yang tidak lebih dari cukup kepad mereka
suatu pendapatan absolut dan dorongan untuk pengayaan diri karena persaingan dan
memaksimalkan produk sosial sebagai pemanfaatan perusahaan yang optimal dalam setiap
kasus. Model ini di kritik sangat tidak realistik karena hanya memiliki kepentingan sekunder
dan mengabaikan sifat dasar penting laba tersebut yaitu bahwa harga pasar perusahaan pasti
memiliki margin walaupun kecil.
Disamping itu, proses penggandaan laba juga harus tergantung pada kondisi
persaingan sempurna dengan usahanya sendiri. Jika penjualan perusahaan berkembang
dengan cara tersebut, maka modalnya harus ditingkatkan secara proporsional. Komponen
bunga laba normal akan bertambah dengan rasio yang sama. Namun kekhawatiran manajerial
diharapkan meningkat dalam proporsi yang kurang banyak dibandingkan dengan aktivitas
produksi perusahaan.9

PENENTUAN POSISI LABA SECARA ISLAMI


Dalam berbisnis atau melakukan aktivitas ekonomi, harus ada batasan agar tiak
mendzolimi pihak lainnya dengan landasan Al-Qur’an yang dimaknai sebagai larangan
memakan harta yang bathil, adalah sebagai berikut:

‫اض ِم ْن ُك ْم‬
ٍ ‫ارةً ع َْن تَ َر‬ ِ َ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تَأْ ُكلُوا أَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالب‬
َ ‫اط ِل إِاَّل أَ ْن تَ ُكونَ تِ َج‬
‫ۚ َواَل تَ ْقتُلُوا أَ ْنفُ َس ُك ْم ۚ إِ َّن هَّللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِحي ًما‬

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengana suka sama suka di
antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah maha penyayang
kepadamu (Q.S. An-Nisa: 29)

8
Faridah Khourin Nisak, Maksimalisasi Laba Perspektif Sekuler vs Islam, di akses dari
https://dokumen.tips/documents/maksimalisasi-laba-perspektif-sekuler-dan-islampdf.html Pada 26 Juni 2020
Pukul 11.00
9
Sudaryatmo, Masalah Perlindungan Konsumen di Indonesia, (Bandung, Citra Adya Bakti, 1996), h. 75
Saat melakukan bisnis harus terintegrasi dengan ranah Islam. Orientasi bisnis
(enterpreneur) yang bervisi sekuler harus sejalan dengan visi dan misi penciptaan manusia.
Orientasi pada bisnis Islami mengandung empat komponen, yakni: target hasil, pertumbuhan,
keberlangsungan, dan keberkahan. Makna bisnis dalam islam bertujuan untuk merealisasikan
konsep keseimbangan antara dimensi horizontal dengan dimensi spiritual.10
Dalam Islam, penentuan posisi laba dan perilaku rasional dalam maksimalisasi laba
pada dasarnya dikondisikan oleh tiga faktor, yaitu:
1. Pandangan Islam Tentang Bisnis adalah Suatu Fardhu Kifayyah
Bisnis merupakan aktivitas yang mengarah pada peningkatan nilai tambah melalui
proses penyerahan jasa, perdagangan atau pengolahan barang (produksi). Para ahli hukum
Islam mengklasifikasi bisnis sebagai fardhu kifayyah karena di dalamnya terdapat kewajiban
sosial. Bisnis dalam kajian konvensional hanya dalam rangka pengendalian pasar, namun
bisnis islam berupaya menemukan nilai ibadah yang berdampak pada konsep perwujudan
rahmatan lil alamin.11
2. Perlindungan Kepada Konsumen
Perlindungan konsumen merupakan tindakan yang berhubungan atas berbagai
kemungkinan penyalahgunaan kelemahan yang dimiliki oleh konsumen dan melindungi
konsumen dari berbagai tindakan eksploitasi.12
Contoh perlindungan kepada konsumen adalah: Pertama, perlindungan dari
pemalsuan dan informasi yang tidak benar yaitu promosi atau iklan yang tidak jujur (al-
ghurur), dengan itu konsumen mempunyai hak khiar radlis, khiyar ‘aib dan khiyar ru’yah.
Kedua, perlindungan terhadap hak pilih dan nilai tukar tidak wajar. Maka dari itu dilarang
praktek ribawi, monopoli, tas’ir dan lain sebagainya. Ketiga, perlindungan terhadap
keamanan produk dan lingkungan sehat, maka penjua wajib memberitahu mutu dan cacat
barang yang tersembunyi serta resiko pemakaian suatu produk. Keempat, perlindungan dari
pemakaian alat ukur tidak tepat (al-hisbah) yaitu ketidaksesuaian antara sifat dan kualitas
barang yang diminta dengan yang diserahkan. Kelima, hak mendapatkan advokasi dan
penyelesaian sengketa yaitu kemudahan proses beracara ketika konsumen mengajukan
tuntutan dan adanya suatu badan hukum pemerintahan yang mengatur. Keenam, perlindungan

10
Suharto dan Muhammad Iqbal Fasa, Model Pengembangan Manajemen Bisnis Pondok Modern
Darussalam Gontor Ponorogo, Indonesia, Jurnal Studi Ekonomi dan Bisnis Islam, Volume 3, Nomor 2,
Desember 2018, h. 93.
11
Zulafa Faikar Rizqan, Maksimalisasi Laba Menurut Pandangan Islam, di akses dari
https://www.kompasiana.com/zulafafr/5c03e426677ffb21d97b8828/maksimalisasi-laba-menurut-pandangan-
islam pada 26 Juni 2020 Pukul 14.25
12
Farida Khoirun Nisak, Op Cit
dari penyalahgunaan keadaan yaitu eksploitasi status sosial atau keunggulan informasi,
keadaan terpelajar dna ekonomis yang dimiliki oleh salah satu pihak yang berakad. Ketujuh,
hak mendapatkan ganti rugi akibat ngatif produk (mabda’ al-dhaman) terhadap kerugian
barang atau transaksi.
3. Bagi hasil di antara Faktor yang Mendukung
Dalam teori ekonomi sekuler memenuhi salah satu kegagalan utamanya dalam hal
menunjukkan bagaimana nilai produk suatu perusahaan dapat dibagi secara adil diantara
faktor produksi. Bagi hasil antara tenaga kerja dan modal akan menjadi petunjuk yang baik
dari organisasi pada masa-masa mendatang. Sebab potensinya adalah untuk meningkakan
efisiensi, keadilan, stabilitas dan pertumbuhan.13

MAKSIMALISASI LABA DAN EFEK SOSIALNYA


Dalam sistem Islam, keseimbangan output lebih besar , harga lebih rendah, dan profit
lebih besar daripada sistem sekuler. Untuk itu kita temukan sebagai berikut:14
1 y
X 1 −X ¿ = [ ]
2 b+c
1 by
P1−P¿ =a− [ ]
2 b+c
y Y +2 a
Dan π 1−π ¿ = [ ]
4 b+ c
Perbedaan antara sistem sekuler dan sistem Islam dapat dijelaskan berdasarkan
gambar di bawah ini:

Perusahaan Islami beroperasi dengan menggunakan sistem bagi hasil. Dalam sistem
bagi hasil terdapat pembagian hasil dan risiko. Hubungan antara profit dan risiko dalam
perusahaan Islam dapat digambarkan sebagai berikut:

13
Muhamad, Op. Cit
14
Mecki Krisdayanti dkk, Maksimalisasi Laba, di akses dari
https://www.academia.edu/35128051/ekonomi_miro_islam_8.docx Pada 27 Juni 2020 Pukul 13.50
Gambar tersebut menjelaskan bahwa dalam perusahaan sekuler, bunga bersih yang
dibayar atas pinjaman ditunjuk dengan kurva AA 1 dengan tangen dari kurva indifferen pada
titik I1. Kurva AA1 merupakan kurva cembung terhadap sumbu laba, hal ini menunjukkan
bahwa jika ada penambahan laba perusahaan yang diharapkan, maka risiko akan bertambah
setingkat penambahannya. Sedangkan dalam perusahaan Islam yang menghilangkan bunga
dan menggantinya dengan bagi hasil, kurva akan cenderung bergeser ke arah kanan, yaitu ke
posisi BB1. BB1 adalah tangen dari kurva indifferent I1 pada titik T2. Maka dari itu, dalam
perusahaan islami memungkinkan perusahaan memiliki lebih banyak laba untuk resiko yang
sama, atau laba yang sama untuk resiko yang lebih rendah.

KESIMPULAN

Maksimalisai laba dalam pandangan sekuler adalah sebagai kondisi rasional yang
tidak berhubungan dengan kesejahteraan. Dorongan untuk pengayaan diri dan penggandaan
penjualan dijadikan sebagai kompetisi antar pembisnis dalam kegiatan ekonomi. Setelah
kompetisi terganggu logika maksimalisai laba cenderung beroperasi dalam arah berlawanan
(tidak beretika). Sedangkan dalam sistem ekonomi Islam, penentuan posisi laba dan perilaku
rasional dalam maksimalisasi laba dikondisikan oleh tiga faktor, yaitu pandangan bisnis
adalah suatu Fardhu Kifayah, perlindungan kepada konsumen, dan bagi hasil diantara faktor
yang mendukung. Perusahaan islami beroperasi dengan sistem bagi hasil. Dalam sistem bagi
hasil terdapat pembagian hasil dan risiko.

DAFTAR PUSTAKA
Muhamad. 2016. Ekonomi Mikro Islam. Yogyakarta: BPF
Muhamad. 2011. Kekuatan Ekonomi Islam Dalam Menciptakan Kesejahteraan Dan
Keadilan. Jurnal Kajian Islam. Volume 03 Nomor 1
Fachruddin. 2018. Kajian Teori Laba Pada Transaksi Jual Beli Dalam Fiqh Muamalah.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam
Sukirno, Sadono. 2015. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Jakarta: RajaGrafinfo Persada
Subagiyo, Rokhmat. 2016. Maksimalisasi Laba
Nisak, Khoirun, Faridah. Maksimalisasi Laba Perspektif Sekuler vs Islam. Di akses dari
https://dokumen.tips/documents/maksimalisasi-laba-perspektif-sekuler-dan-
islampdf.html Pada 26 Juni 2020 Pukul 11.00
Sudaryatmo. 1996. Masalah Perlindungan Konsumen di Indonesia. Bandung: Citra Adya
Bakti
Suharto dan Fasa, Iqbal Muhammad. 2018. Model Pengembangan Manajemen Bisnis
Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo, Indonesia. Jurnal Studi Ekonomi dan
Bisnis Islam. Volume 3, Nomor 2
Rizqan, Faikar, Zulafa. Maksimalisasi Laba Menurut Pandangan Islam. Di akses dari
https://www.kompasiana.com/zulafafr/5c03e426677ffb21d97b8828/maksimalisasi-
laba-menurut-pandangan-islam Pada 26 Juni 2020 Pukul 14.25
Krisdayanti, Mecki., dkk. Maksimalisasi Laba. di akses dari
https://www.academia.edu/35128051/ekonomi_miro_islam_8.docx Pada 27 Juni 2020
Pukul 13.50

Anda mungkin juga menyukai