Disusun oleh
TAHUN 2020
QARD
A. Pengertian Qard
Qard adalah harta pinjaman yang diberikan kepada orang yang membutuhkan
dari mal mitsli yang kemudian dibayar atau dikembalikan.
a. Duyun Allah atau hutang kepada allah ialah hak-hak yang wajib dibayarkan
oleh seseorang karena perintah allah kepada orang-orang tertentu yang berhak
menerimanya.
b. Duyun al-ibad atau hutang kepada sesama manusia yang dikaitkan dengan
rungguhan tersebut, jika orang yang berhutang tidak mampu membayarnya.
Macam-macam qard dilihat dari segi kuat atau lemahnya pembuktian kebenarannya
dapat dibedakan atas:
a. duyun al-halah adalah hutang piutang yang sudah tiba waktu pelunasannya atau
hutang yang sudah jatuh tempo sehingga harus dibayar dengan segera.
b. Duyun al-mujjalah adalah hutang piutang yang belum jatuh tempodan tidak
mesti dibayar dengan segera.
B. Landasan Hukum
Dalam ijma’ para ulama telah berpendapat bahwa hutang piutang ataupun yang
disebut dengan qardh adalah hukumnya diperbolehkan berdasarkan:
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik
(menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan
pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak dan allah menyempitkan dan
melapangkan (rezeki) dan kepada-nya lah kamu dikembalikan”( QS. Al-baqarah ayat
245)
1. Muqridh (da’in) yaitu pihak yang memberikan pinjaman harta atau yang
memilki piutang (hak tagih).
2. Muqtaridh (madin),yaitu pihak yang menerima pinjaman harta atau yang
memilki utang (wajib bayar).
3. Al-qardh (al-ma’qud’alaih),harta yang dipinjamkan yang wajib dikembalikan.
4. Shighat al-‘aqd, yaitu pernyataan ijab dan qabul.
Adapun beberapa hal tentang ketentuan dalam pelaksanaan qardh ini ialah:
1. Akad Qardh dilakukan dengan shihgat ijab dan kobul atau bentuk lain yang
dapat menggantikannya, seperti mu’atah (akad dengan tindakan/saling memberi
saling mengerti).
2. Kedua belah pihak yang terlibat akad harus cakap hukum ( berakal,baligh dan
tanpa paksaan).
3. Menurut kalangan hanfiyah, harta yang dipinjamkan haruslah harta yang ada
padanya dipasaran, atau padanan nilainya, sementara menurut jumhur ulama,
harta yang dipinjamkan dalm qardh dapat berupa harta apa saja yang dapat
dijadikan tanggungan.
4. Ukuran, jumlah, jenis,dan kualitas harta yang dipinjamkan harus jelas agar
mudah untuk dikembalikan. Hal ini untuk menghindari perselisihan diantara
pihak yang melakukan akad qardh.
5. Harta yang diutangkan berupa : harta berupa harta yang ada padanya, berupa
benda, tidak sah mengutangkan manfaat (jasa), diketahui kadarnya dan diketahui
sifatnya.
6. Aqidain, iyalah dua pihak yang melakukan transaksi adalah pemberi utang dan
pengutang.
Sedangkan untuk tempat pembayaran qarad ulama fiqh sepakat bahwa qarad
harus dibayar ditempat terjadinys akad secara sempurna. Namun demikian, boleh
membayarkan ditempat lain apabila tidak ada keharusan untuk membawanya atau
memindahkannya, juga tidak halangan di jalan. Sebaliknya, jika terdapat halangan
apabila membayar ditempat lain. Muqrid tidak perlu menyerahkannya.
Adapun harta yang harus dikembalikan berupa harta yang ada padanya,
maksudnya harta yang satu sama lain dalam jenis yang sama tidak banyak berbeda yang
mengakibatkan perbedaan nilai, seperti uang, barang-barang yang dapat di takar,
timbangan,ditanam, dan dihitung. Pengembalian harta yang tidak diberlakukan ialah
harta jasa, dan juga jasa tidak bagian dari sebuah syarat harta yang termasuk dalam akad
qardh.
1. Sebagai pinjaman talangan haji, dimana nasabah calon haji diberikan pinjaman
talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan haji. Nasabah akan
melunasinya sebelum keberangkatan haji.
2. Sebagai pinjaman tunai (cash advanced) dari produk kartu kredit syariah,
dimana nasabah diberi keleluasaan untuk menarik uang tunai milik Bank melalui
ATM. Nasabah akan mengembalikan sesuai waktu yang ditentukan.
3. Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil dimana menurut perhitungan Bank
akan memberatkan si pengusaha bila diberi pembiayaan dengan skema jual-
beli Ijarah atau bagi hasil.
4. Sebagai pinjman kepada pengurus Bank, dimana Bank menyediakan fasilitas ini
untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan pengurus Bank. Pengurus Bank akan
mengembaliaknnya secara cicilan melalui pemotongan gajinya.