Anda di halaman 1dari 13

BUKU LITERATUR HUKUM AGRARIA

1. Anita Kamilah, Bangun Guna Serah (Build Operate and


Transfer/BOT) Membangun Tanpa Harus Memiliki Tanah
(Perspektif Hukum Agraria, Hukum Perjanjian, dan Hukum
Publik), Keni, Bandung, 2012.
2. Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Jilid I, Djambatan,
Jakarta, 1991.
3. Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Hipunan Peraturan2
Hukum Tanah, Djambatan, Jakarta, 1996.
4. Effendi Perangin Angin, Hukum Agraria di Indonesia, Rajawali,
Jakarta, 1989
5. Hasan Wargakusumah dkk, Hukum Agraria I, Pt. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 1995.
6. Eddy Ruchiyat, Politik Pertanahan Sebelum Dan Sesudah
Berlakunya UUPA, Alumni, Bandung, 1986.
7. Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang UUPA.
7. Urip Santoso, S.H., M.H., Hukum Agraria Dan Hak-hak Atas Tanah
8. Prof. Dr. H. Muchsin, S.H. Dan Imam Koeswahyono, S.H., M.H.
Aspek Kebijaksanaan Hukum Penatagunaan Tanah dan Penataan
Ruang
9. Adrian Sutedi, S.H., M.H., Peralihan Hak Atas Tanah dan
Pendaftarannya
10.Sudaryo Soimin, S.H., Status Hak dan Pembebasan Tanah
11.Prof. Dr. A.P. Parlindungan, S.H., Pendaftaran Tanah
12.Abdurrahman, S.H., Tentang dan Sekitar UUPA
13.Prof. Dr. Maria S.W. Sumardjono, S.H., MCL, MPA, Pengaturan Hak
Atas Tanah Beserta Bangunan Bagi WNA dan Badan Hukum Asing
PENGERTIAN DAN LANDASAN
HUKUM AGRARIA
A. Istilah dan Arti Agraria

Kata agraria menurut Boedi Harsono, berasal dari kata


agrarius, ager (Latin) atau agros (Yunani), akker (Belanda) yang
artinya tanah pertanian.

Dalam Bahasa Inggris “Land” yang berarti tanah atau ladang.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, susunan W.J.S.


Purwodarminta, kata agraria berasal dari Eropa artinya tanah
pertanian (perkebunan)

Dalam Black Law Dictionary, Agrarian Law yaitu hukum untuk


pembagian tanah milik negara, biasanya rampasan perang, di
antara rakyatnya oleh penguasa negara.
UUPA No. 5 Tahun 1960 tidak memberikan arti agraria,
tetapi jika merujuk dalam :
(1). Konsiderans “menimbang” huruf a dan “berpendapat”

huruf a,
(2) Aturan Psl 1, Psl 2 ayat (1), Pasal 4,5,14,16,46,47,48
(3). Penjelasan Undang-undang

Dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Kata “agraris” dipergunakan untuk menggambarkan corak

dari susunan kehidupan, termasuk perekonomiannya


rakyat Indonesia.
2. Ruang lingkup materi yg diaturnya menyangkut BARAK.
3. Hak-hak yang diatur meliputi hak-hak atas tanah (sebagai
lapisan permukaan bumi) termasuk yang di bawah air,
tubuh bumi, hak guna air, pemeliharaan dan penangkapan
Kesimpulan :

Pengertian agraria dalam UUPA dapat dilihat dalam 2 arti


yaitu
1. Arti luas sesuai Pasal 1 ayat (2) UUPA, yang meliputi :
a. Bumi yang meliputi : Permukaan bumi, Tubuh bumi di
bawahnya, tubuh bumi yg berada di bawah air (Pasal
1 ayat (4) UUPA.
b. Air yang meliputi : Perairan pedalaman, Laut Wilayah
Indonesia (Psl. 1 ayat (5) UUPA.
c. Ruang angkasa, yang meliputi : ruang di atas bumi
dan air Psl. 1 ayat (4) (5) UUPA.

2. Arti sempit, hanya meliputi permukaan bumi yang


disebut tanah sesuai Pasal 4 ayat (1) UUPA
B. Letak dan Kedudukan Hukum Agraria dan / atau
Hukum tanah Dalam tata Hukum Indonesia

1. Sebelum Berlakunya UUPA No. 5 Tahun 1960


a. Dalam sejarah hukum agraria letak dan kedudukan
hukum perdata di bidang agraria diatur dalam Buku II
KUH Perdata tentang Hukum benda “Van Zaken” Pasal
499 sampai dengan 1232. (Hukum Perdatanya)

b. Sedangkan untuk hukum administrasi agraria diatur


dalam Agrarische Wet Tahun 1870, Agrarische Besluit
Stb. 1870 No. 118 dengan Domain Verklaring-nya
dalam berbagai ordonansi. (Hukum publiknya)
B. Letak dan Kedudukan Hukum Agraria dan / atau
Hukum tanah Dalam tata Hukum Indonesia

1. Sebelum Berlakunya UUPA 2. Setelah Berlakunya UUPA No.


No. 5 Tahun 1960 5 Tahun 1960

a. Dalam sejarah hukum agraria Kedua hal di atas yaitu baik


letak dan kedudukan hukum masalah hukum perdata di bidang
perdata di bidang agraria diatur
dalam Buku II KUH Perdata agraria maupun hukum administrasi
tentang Hukum benda “Van agrarianya (hukum publiknya)
Zaken” Pasal 499 sampai tercakup di dalam UUPA dan
dengan 1232. (Hukum peraturan pelaksanaannya.
Perdatanya)

b. Sedangkan untuk hukum


administrasi agraria diatur
dalam Agrarische Wet Tahun
1870, Agrarische Besluit Stb.
1870 No. 118 dengan Domain
Verklaring-nya dalam berbagai
ordonansi. (Hukum publiknya)
C. Pengertian Hukum Agraria

1. Dalam arti luas, dianut oleh :


a. UUPA, yang menyebutkan bahwa:
“Hukum agraria merupakan suatu kelompok dari berbagai
hukum yang mengatur hak-hak penguasaan atas sumber2 alam,

yang berupa lembaga2 hukum dan hubungan2 hukum


konkret dengan sumber2 alam yaitu hukum tanah, hukum air,
hukum pertambangan, hukum yang mengatur penguasaan
unsur2 tertentu dari ruang angkasa”.

b. Subekti / Tjiptosudibjo dalam Kamus Hukum, 1969,


“ Hukum agraria mencakup seluruh ketentuan, baik hukum
perdata, HTN, maupun hukum tata usaha negara yang
mengatur hubungan2 antara orang, termasuk badan hukum,
dengan bumi air dan ruang angkasa dalam seluruh wilayah
negara dan mengatur pula wewenang2 yang bersumber
pada hubungan2 tersebut”.
2. Dalam arti sempit, dianut oleh :
a. Gouwgioksiong
memberikan pengertian hukum agraria dengan
mengindentikannya dengan hukum tanah.

b. Sudargo Gautama dalam bukunya Agrarian Law 1972,


untuk Agrarian Law dipakai dalam pengertian yang sama
dengan Land Law

c. E. Utrecht (Pengantar Dalam hukum Indonesia, 1961),


memberikan pengertian yang sama kepada “hukum agraria” dan
“hukum tanah”, dan menurutnya keduanya merupakan bagian hukum
tata usaha negara.

d. W.L.G. Lemaire (Het Recht in Indonesia, 1952), menyebutkan


hukum agraria sebagai suatu kelompok hukum yang bulat meliputi
bagian hukum privat maupun bagian hukum tata negara dan hukum
administrasi negara.
D. Pengertian Hukum Tanah :

1. Bidang hukum yang mangatur penguasaan atas


tanah
2. Keseluruhan dari peraturan-peraturan hukum yang
mengatur hak dan kewajiban yang bersumber pada
hak perserorangan dan badan hukum mengenai
tanah yang dikuasai dan dimilikinya.

Hukum tanah ini disebut pula hukum pertanahan yang dasar


hukumnya diatur dalam Pasal Pasal 4 ayat (1) UUPA.

Hukum tanah ini dapat dikatakan hukum agraria dalam arti sempit karena
hukum tanah itu merupakan bagian dari hukum agraria.

Untuk diketahui, bahwa lazimnya di Indonesia bahwa hukum agraria untuk


sebutan hukum positif yang mengatur hak penguasaan atas tanah
disebut hukum pertanahan atau hukum tanah.
D. Sumber Hukum Agraria
1. Sumber Hukum Tertulis 2. Sumber Hukum Tidak Tertulis
a. UUD 1945 Bab XIV tentang a. Keharusan baru yang timbul
Kesejahteraan Sosial setelah sesudah berlakunya
UUPA, misalnya praktek agraria
Pasal 33 ayat (3) : “Bumi, seudah berlakunya UUPA, dan
air, dan kekayaan alam yurisprudensi, sesudah
yang terkadung di dalamnya berlakunya UUPA.
dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar2
bagi kemakmuran rakyat”. b. Hukum Adat yang lama (Pasal 5
UUPA), dengan syarat-syarat
b. UU No. 5 Tahun 1960 (UUPA), tertentu, yaitu :
tertanggal 24 September 1960, 1). Cacadnya telah dibersihkan.
beserta peraturan 2). Tidak bertentangan dgn
pelaksanaannya. kepentingan nasional dan negara
3). Berdasarkan persatuan bangsa
c. Peraturan2 lama, tetapi dgn 4). Berdasarkan sosialisme Indo.
syarat2 ttt berdasarkan 5). Peraturan yang tercantum dalam UU
peraturan/pasal peraturan dan PerUU lainnya
peralihan masih berlaku 6). Segala sesuatu yang mengindahkan
sebagaimana diatur dlm Psl. 56, unsur-unsur yang bersumber pada
57, dan Psl. 58 UUPA hukum agama.
E. Hubungan Antara Pasal 33 ayat (3) UUD 1945
dengan UUPA No. 5 Tahun 1960

1. Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 merupakan dasar hukum bagi


pembentukan UUPA (UU No. 5 Tahun 1960 khususnya
merupakan sumber hukum materiil dalam pembinaan
hukum agraria nasional.

2. Bahwa Pengaturan keagrariaan/pertanahan dalam UUPA


untuk mengatur pemilikan dan penguasaannya, harus
merupakan perwujudan dan pengamalan dasar negara
Pancasila dan merupakan pelaksanaan UUD 1945.

3. Bahwa UUPA harus meletakkan dasar-dasar bagi hukum


agraria nasional yang akan dapat membawa kemakmuran,
kebahagiaan, keadilan dan kepastian hukum, bagi bangsa
dan negara.

Anda mungkin juga menyukai