Anda di halaman 1dari 11

KONSEP PEMERINTAHAN ZAMAN KHALIFAH

(Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Siyasah)

Dosen Pengampu : Oktan Trias Putra .M.H.I

Nama kelompok:

Rissa Dwi Ardhana (2021030132)

Rohmah Septi Riyanti (2021030135)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

FAKULTAS SYARIAH

(TA 2021/2022)

KATA PENGANTAR
‫ْــــــــــــــــم اﷲِالرَّحْ َم ِن ال َّر ِحيم‬
ِ ‫بِس‬

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk
dan kemudahan kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
"KONSEP PEMERINTAHAN ZAMAN KHALIFAH" Makalah ini dapat tewujud berkat
adanya bantuan dari teman kelompok serta dari berbagai pihak, oleh karena itu penyusun
mengucapkan terima kasih kepada dosen selaku pembimbing mata kuliah FIQIH SIYASAH
dalam pembuatan makalah ini dengan penuh kecermatan dan ketelitian. Kedua orang tua
tercinta yang selalu membimbing dan memberikan do’a restunya. Semua pihak yang terlibat
dalam penyelesaian penulisan makalah ini. Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa
penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati
kami siap menerima kritik dan saran yang sipatnya membangun dalam guna perbaikan dan
penyempurnaan penulisan makalah berikutnya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kelompok kami dan teman-
teman, serta pemerhati pendidikan pada umumnya, dan ini  merupakan wujud sebuah
pengabdian kami kepada Allah SWT.

                                                                                        Bandar lampung, 21 Oktober 2021

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………............
……………...................................................…….i

DAFTAR ISI………………………………………………………..
……………............................…..………...…………ii

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar belakang……………………………………………..…….....…..........................
……………………..……1

b. Rumusan Masalah…………………………………..………..…………...........................
………………………1

BAB II PEMBAHASAN

a. Pengertian Pemerintahan Khilafah.......…………………...................……................


……......….2

b. Konsep Pemerintahan Dalam Islam………………………………............................….


…………..…2

c. Sejarah Perkembangan Kekhilafahan…………………..…………..………...................….


……...…..3

BAB III PENUTUP

a.  Kesimpulan……………………………….…………………..……………...
….............................…..……….....7

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Agama islam adalah agama yang paling utuh, tidak hanya menyangkut terhadap
sepiritualitas saja akan tetapi juga banyak mengajarkan berbagai hal didalamnya,
permasalahan yang paling komplek yang menjadi permasalahan manusia selain agama,
ekonomi dan beberapa kegiata sosial lainya adalah negara, negara menjadi hal yang sangat
penting untuk dibahas karna pada dasarnya negara menjadi wadah atau titik utama
berjalanya rutinitas kehidupan. berbagai kebijakan, hukum, politik dan sistem pemerintahan
dalam suatu negara akan sangat menentukan kemajuan dan kemaslahatan masyarakatnya.
Banyaknya negara yang bermayoritas agama islam seperti indonesia, malaysia dan lain
sebagainya. Timbul berbagai pertanyaan diantaranya apakah semua negara isalam atau
yang bemayoritas agama islam bersistem pemerintahan isalam dan lain sebagainya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian Pemerintahan Khilafah

2. Sistem Pemerintahan Islam

3. Sejarah Perkembangan Kekhilafahan


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemerintahan Khilafah

Istilah khilafah memiliki beberapa pengertian yaitu perwakilan, pergantian, atau jabatan
khalifah. Istilah ini sebenarnya berawal dari kata Arab “khalf” yang berarti wakil, pengganti
dan penguasa, ada juga yang mengemukakan bahwa kata “kh-l-f” dalam berbagai
bentuknya mengandung makna yang menyempit yaitu berselisih, menyalahi janji, yang
kemudian melahirkan kata khilafah dan khalifah. Dalam sejarah Islam istilah khilafah
pertama kali digunakan ketika Abu Bakar menjabat sebagai khalifah pertama setelah Nabi
Muhammad SAW meninggal dunia. Dalam pidato pelantikannya Abu Bakar menyebut
dirinya sebagai khalifah Rasulillah dalam pengertian pengganti Rasulullah dalam mengurusi
bidang keNegaraan

B. Sistem Pemerintahan Islam

Sistem pemerintahan islam tidak berbentuk monarchi. Bahkan, islam tidak mengakui sistem
monarchi, maupun yang sejenisnya. Monarci menerapkan pemerintahanya dengan sistem
waris, dimana singgasana kerajaan akan diturunkan kepada keturunannya (putra mahkota).
Yang memberikan hak hak khusus untuk raja yang tidak akan bisa dimiliki oleh orang lain.
Berbeda dengan sistem pemerintahan islam, sistem pemerintahan islam tidak pernah
memberikan hak hak khusus terhadap khalifah. Khalifah tidak memiliki hak atau yang
berkuasa dan bisa memerintah serta mengendalikan negara beserta rakyatnya dengan
sesuka hati. selain hak seperti rakyat biasa, khalifah adalah wakil umat dalam masalam
pemerintahan dan kekuasaan yang didasari dengat syari'at Allah swt. Sistem pemerintahan
islam bukan sistem Republik. Dimana Republik berdiri diatas pilar sistem demokrasi, yang
kedaulatanya di tangan rakyat. Rakyatlah yang memiliki hak untuk memerintah serta
membiat aturan dan juga siapa yang akan memimpin mereka. Sementara sistem
pemerintahan islam berdiri diatas pilar akidah islam, serta hukum hukum syara'. Dimana
kedaulatan ditangan syara' bukan umat. Bahkan umat dan khalifah tidak berhak membuat
aturan, karna yang berhak membuat aturan hanya Allah swt. Berbeda dengan sistem
kekaisaran yang membeda bedakan rakyat. Kekaisaran menganut sistem sentralisasi,
dimana sistem ini memberikan keistimewaan dalam bidang pemerintahan, ekonomi, dan
keuangan di wilayah pusat. Sistem islam tidak membeda bedakan rakyatnya karna semua
adalah sama tidak membeda bedakan antara satu wilayah ke wilayah lain. Yang terakhir
sistem pemerintahan islam bukan federasi, yang membagi wilayah wilayahnya dalam
otonominya sendiri sendiri dan bersatu dalam pemerintahaan umum.

Dalil mengenai kewajiban menegakkan Khilafah dalam Al Quran, bahwasanya Allah SWT
telah memerintahkan Rasulullah saw untuk menegakkan hukum di antara kaum muslimin
dengan hukum-hukum yang telah diturunkan-Nya. Allah SWT berfirman:

َ‫ب َو ُمهَ ْي ِمنًا َعلَ ْي ِه فَاحْ ُك ْم بَ ْينَهُ ْم بِ َمٓا اَ ْنزَ َل هّٰللا ُ َواَل تَتَّبِ ْع اَ ْه َو ۤا َءهُ ْم َع َّما َج ۤا َءك‬ ِ ‫ص ِّدقًا لِّ َما بَ ْينَ يَ َد ْي ِـه ِمنَ ْال ِك ٰت‬ ِّ ‫ب بِ ْال َح‬
َ ‫ق ُم‬ َ ‫ك ْال ِك ٰت‬ َ ‫َواَ ْن َز ْلنَٓا اِلَ ْي‬
‫هّٰللا‬ ْ َ‫ق لِ ُك ٍّل َج َع ْلنَا ِم ْن ُك ْم ِشرْ َعةً َّو ِم ْنهَاجًا ۗ َولَوْ َش ۤا َء هّٰللا ُ لَ َج َعلَ ُك ْم اُ َّمةً وَّا ِح َدةً و َّٰل ِك ْن لِّيَ ْبلُ َو ُك ْم فِ ْي َمٓا ٰا ٰتى ُك ْم ف‬ ِّ ۗ ‫ِمنَ ْال َح‬
ِ ‫ت اِلَى‬ ِ ۗ ‫ـر‬ ٰ ‫اسـتَبِقُوا ْالخَ ْيـ‬
َ‫َمرْ ِج ُع ُك ْم َج ِم ْيعًا فَيُنَبِّئُ ُك ْـم بِ َما ُك ْنتُ ْم فِ ْي ِه ت َْختَلِفُوْ ۙن‬

"Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa
kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya,
maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau
mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.
Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji
kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah
berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya
kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan"

ُ ‫ـر ِم ْن ُك ۚ ْم فَـا ِ ْن تَنَـا َز ْعتُ ْم فِ ْي َشـ ْي ٍء فَـ ُر ُّدوْ هُ اِلَى هّٰللا ِ َوالر‬
‫َّسـوْ ِل اِ ْن ُك ْنتُ ْم‬ ُ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اَ ِط ْيعُـوا هّٰللا َ َواَ ِط ْيعُـوا الر‬
ِ ‫َّسـوْ َل َواُولِى ااْل َ ْم‬
‫تُ ْؤ ِمنُوْ نَ بِاهّٰلل ِ َو ْاليَوْ ِم ااْل ٰ ِخ ۗ ِر ٰذلِكَ خَ ْي ٌر َّواَحْ َسنُ تَأْ ِو ْياًل‬

"Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil
Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih
baik akibatnya."

C. Sejarah Perkembangan Kekhilafahan

1. Pada Masa Khulafaur Rasyidin

Pemerintahan isalam didasari atau merujuk pada kitab suci al-qur'an dan assunah sebagai
landasan atau roda pemerintahan jika pada umumnya pemerintahan mempunyai berbagai
aspek untuk acuan berjalannya pemerintahan dalam suatu negara seperti hukum, kebijakan
dan lain sebagainya. Tidak jauh berbeda dengan pemerintahan isalm, pemerintahan islam
juga mempunya acuan sebagai roda pemerintahan berdasarkan syari'at isalam atau Al-
qur'an dan assunah. Pemerintahan islam juga sering disebut sebagai pemerintahan khalifah
yang diatur munurut agama islam, setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW.
Pemerintahanya dilanjutkan oleh khulafaurrasyidin yaitu; Abu bakar, Umar bin khotob,
Utsman bin afan dan Ali bin abi tholib.

Pemilihan seorang kholifah diangkat oleh masyarakat melalui sistem syuro' (musyawarah)
dan dilantik oleh mayarakat itu sendiri. Pada masa khulafaurassyidin penerapan trias politica
mulai terlihat. Implementasi pembagian kekuasaan dapat dilihat dari pembagian kekuasaan
yaitu kekuasaan eksekutif dipegang oleh kholifah, kekuasaan legislative dipegang oleh
majelis syura' dan kekuasaan yudikatif dipegang oleh Qodli atau hakim. Pada masa
khulafaurassyidin kekuasaan eksekutif dipegang oleh abu bakar sebagai khalifah pertama
dan legislative dipegang oleh majelis syuro' yang berisi tokoh-tokoh kaum Ansor dan
Muhajirin

a. Proses pengangkatan Abu Bakar ra.

Sebagai Khalifah Abu Bakar menjadi khalifah sejak 11-13 Hijriyah / 632-634M. Proses
pengangkatan Abu Bakar Ra, sebagai khalifah berlangsung dramatis. Setelah Rasulullah
wafat, kaum muslim di Madinah, berusaha utuk mencari penggantinya. Ketika kaum
Muhajirin dan Anshar berkumpul di Saqifah Bani Sa’idah terjadi perdebatan tentang calon
khalifah. Masing-masing mengajukan argumentasinya tentang siapa yang berhak sebagai
khalifah. Kaum Anshar mencalonkan Said bin Ubaidillah, seorang pemuka dari suku al-
Khajraj sebagai pengganti nabi. Dalam kondisi tersebut Abu Bakar, Umar, dan Abu Ubaidah
bergegas menyampaikan pendirian kaum muhajirin, yaitu agar menetapkan pemimpin dari
kalangan Quraisy. Akan tetapi hal tersebut mendapat perlawanan keras dari al-Hubab bin
munzir (kaum Anshar). Di tengah perdebatan tersebut Abu Bakar mengajukan dua calon
khalifah yaitu Abu Ubaidah bin Zahrah dan Umar bin Khattab, namun kedua tokoh ini
menolak usulan tersebut. Akan tetapi Umar bin Khattab tidak membiarkan proses tersebut
semakin rumit, maka dengan suara yang lantang beliau membaiat Abu Bakar sebagai
khalifah yang diikuti oleh Abu Ubaidah. Kemudian proses pembaiatanpun terus berlanjut
seperti yang dilakukan oleh Basyir bin Saad beserta pengikutnya yang hadir dalam
pertemuan tersebut. Proses pengangkatan Abu Bakar ra, sebagai khalifah pertama,
menunjukkan betapa seriusnya masalah suksesi kepemimpinan dalam masyarakat Islam
pada saat itu, dikarenakan suku-suku Arab kepemimpinan mereka didasarkan pada sistem
senioritas dan prestasi, tidak diwariskan secara turun temurun.

b. Proses Pengangkatan Umar bin Khattab Sebagai Khalifah

Berbeda dengan proses pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah. Abu Bakar terpilih secara
demokratis melalui proses perdebatan yang cukup panjang, hingga akhirnya ia terpilih
sebagai khalifah yang sah. Sementara Umar Bin Khattab diangkat melalui penunjukan yang
dilakukan khalifah Abu Bakar setelah mendapatkan persetujuan dari para sahabat besar. Hal
itu dilakukan khalifah guna menghindari pertikaian politik antara umat Islam sendiri. Ketika
Abu Bakar jatuh sakit pada musim panas tahun 634 M dan selama 15 hari tidak kunjung
sembuh, ia memanggil para sahabat besar dan mengemukakan keinginannya. Beliau
menginginkan sebelum meninggal, kekuasaa sudah berada ditangan pengganti yang benar.
Setelah mendengar penjelasan khalifah, Usman sangat setuju dengan pendapat khalifah
mengenai penunjukan Umar bin Khattab sebagai penggantinya kelak. Karena menurut
Usman Bin Affan, Umar adalah orang yang sangat tegas dan bijaksana. Mendengar hal ini,
beberapa sahabat terkemuka, yang dikepalai oleh Thalhah, mengirim delegasi menemui Abu
bakar, dan berusaha meyakinkannya supaya tidak menunjuk Umar untuk menggantikan
sebagai khalifah. Tidak lama setelah proses penyaringan pendapat tersebut, khalifah Abu
Bakar meninggal dunia. Jenazah Abu Bakar Ash-Shiddiq kemudian dimakamkan dirumah Siti
Aisyah berdampingan dengan makam Nabi Muhammad SAW. Dengan meninggalnya
khalifah Abu Bakar, maka pemerintahan dipegang oleh khalifah baru yaitu Umar Bin
Khattab.

Pada masa pemerintahan Umar bin khotob pemerintahan islam dikenal sebagai perdaban
sistem pemerintahan islam modern dikarnaka pada mas umarlah pembagian kekuasaan
pemerintahan yang menyangkut kekuasaan eksekutif, legislative dan yudikatif diperinci lagi
lewat undang-undang. Pada masa ini juga, umar bin khotob memisahkan antara kekuasaan
eksekutif dan yudikatif dengan tujuan para qodli sebagai pemegang kekuasaan yudikatif
yang memutuskan suatu perkara terbebas dari pengaruh kekuasaan eksekutif.

c. Proses Pengangkatan Ustman bin Affan ra. Menjadi Khalifah

Umar ra menetapkan perkara pengangkatan khalifah di bawah Majelis Syura yang


beranggotakan enam orang, mereka adalah: Utsman bin Affan ra., Ali bin Abi Thalib ra.,
Thalhah bin ‘Ubaidillah ra, AzZubair bin Awwam ra, Sa’ad bin Abi Waqqash ra. Dan Abdur
Rahman bin ‘Auf ra. Umar ra.merasa berat untuk memilih salah seorang di antara mereka.
Beliau berkata, ” Aku tidak sanggup untuk bertanggung jawab tentang perkara ini baik ketika
aku hidup maupun setelah aku mati. Jika Allah SWT menghendaki kebaikan terhadap kalian
maka Dia akan membuat kalian bersepakat untuk menunjuk seorang yang terbaik di antara
kalian sebagaimana telah membuat kalian sepakat atas penunjukan orang yang terbaik
setelah nabi kalian.Ketika Umar meninggal dunia, para sahabat berkumpul di rumah Aisyah
RA, kecuali Thalhah yang sedang berada di luar kota. Mereka pun bermusyawarah, siapa
sebaiknya yang patut menggantikan Umar. Di tengah membicarakan mekanismenya,
Abdurrahman angkat bicara, “Siapa di antara kalian yang mengundurkan diri dari
pencalonan ini, maka dia berhak menentukan siapa pengganti Khalifah Umar.” Tak seorang
pun yang berkomentar. Maka, Abdurrahman berinisiatif mengundurkan diri. Yang lain
berjanji akan tetap bersama Abdurrahman, dan menerima apa yang akan diputuskannya.
Meski sudah mendapat mandat dari para calon ahli surga, Abdurrahman tak mau gegabah
untuk memutuskan siapa yang mesti dipilih sebagai khalifah. Selama tiga hari tiga malam
Abdurrahman mendatangi berbagai komponen masyarakat untuk didengar aspirasinya.
Pada hari ketiga, barulah Abdurrahman memutuskan Utsman sebagai pengganti Umar.
Abdurrahman membaiat Utsman, diikuti oleh para sahabat lainnya, termasuk mereka yang
disebut-sebut oleh Rasulullah SAW sebagai ahli surga.

Pada masa utsman bin afan tidak jau berbeda dengan pemerintahan pada masa kholifah
sebelumnya hanya saja utsman membagi wilayah madinah menjadi 10 propinsi dan
mempercayai gurbernur tiap daerah sebagai pelaksana administrasi.

d. Proses Pengangkatan Ali bin Abi Thalib ra. Menjadi Khalifah

Akhir hayat Utsman juga sama dengan yang dialami oleh Umar bin Khaththab, dibunuh oleh
seseorang yang tak menyukai Islam terus berjaya. Sepeninggal Utsman, Ali didatangi oleh
kaum Anshar dan Muhajirin. Mereka bersepakat untuk membaiat Ali. Tapi Ali menolaknya,
karena ia memang tidak berambisi untuk menduduki jabatan duniawi. Tak ada pilihan, tak
ada tokoh sekaliber dia. Umat pun terus mendesak. Akhirnya Ali luluh, dan berucap,
“Baiklah, kalau begitu kita lakukan di masjid saja.” Dan Ali, dibaiat di dalam masjid.

Masa Ali bin abi tholib tidak jauh berbeda dari Ustman bin Affan Ra, setelah meninggalnya
utsman bin afan ali lebih mengutamakan dewan syro' dan tidak mengutamakan ro'yu,
bahkan ali menyampaikan kepada gurbernur disetiap daerah agar menjalankan tugasnya
dengan baik agar tidak mengecewakan masyarakat. Ali juga mnyusun undang-undang
mengenai pajak yang menegaskan pajak tidak boleh diambil tanpa memperhatikan
pembangunan rakyat.

BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Pemerintahan islam adalah pemerintahan yang mempunyai landasan utama sebagai acuan
berjalanya sistem pemerintahan yaitu syari'at islam atau Al-qur'an dan assunah.
Pemerintahan islam yang banyak dikenal sebagai pemerintahan khalifah pernah dipimpin
oleh empat pemimpin yang dinamakan khulafaurassyidin sebgai penerus setelah wafatnya
Nabi Muhammad SAW. Seiringnya berjalanya waktu pemerintahan yang mulai berkembang
membuat para khalifah utuk memperbaiki dan menambahkan beberapa kebijakan yang
tentunya tidak keluar dari syariaat islam atau Al-quran dan Al-hadits.

Istilah khilafah memiliki beberapa pengertian yaitu perwakilan, pergantian, atau jabatan
khalifah. Istilah ini sebenarnya berawal dari kata Arab “khalf” yang berarti wakil, pengganti
dan penguasa, ada juga yang mengemukakan bahwa kata “kh-l-f” dalam berbagai
bentuknya mengandung makna yang menyempit yaitu berselisih, menyalahi janji, yang
kemudian melahirkan kata khilafah dan khalifah.

Khilafah adalah kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslimin di dunia untuk
menegakkan hukum-hukum syariat Islam dan mengemban dakwah Islam ke segenap penjuru
dunia. Menegakkan Khilafah hukumnya wajib bagi seluruh kaum muslimin. Melaksanakan
kewajiban ini sebagaimana melaksanakan kewajiban lain yang telah dibebankan Allah SWT
kepada kaum muslimin, adalah suatu keharusan yang menuntut pelaksanaan tanpa tawar-
menawar lagi dan tidak pula ada kompromi. Melalaikannya adalah salah satu perbuatan
maksiat yang terbesar dan Allah akan mengazab para pelakunya dengan azab yang sangat
pedih.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/allanmiftahulakhyar/5dae8acb097f3639c07d1374/sistem-
pemerintahan-islam-pada-masa-khulafaur-rasyidin

http://digilib.uinsby.ac.id/2433/5/Bab%202.pdf

Anda mungkin juga menyukai