RAKYAT
DOSEN PENGAMPU:
4. PIRDANI (1621020291)
SYAR’IYYAH)
TAHUN 2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas segala karunia dan
ada halangan yang berarti. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Fiqh Siyasah II yang diampu oleh Ibu Agustina Nurhayati,S.Ag, M.Ag.
ini, baik dari segi EYD, kosa kata, tata bahasa, etika, maupun isi. Oleh karenanya
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
Demikian apa yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat diterima
Penulis
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
COVER..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN............................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
PENGUASA..............................................................................................12
A. KESIMPULAN.........................................................................................15
B. SARAN......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
pemerintah tak akan berjalan dengan baik tanpa dukungan dan sambutan
ketaatan dari rakyat. Berbagai problem yang dihadapi oleh rakyat juga tak
Maka dari itu, hubungan yang baik antara rakyat dan pemerintahnya, dengan
saling bekerja sama di atas Islam dan saling menunaikan hak serta kewajiban
sentosa. Betapa indahnya bimbingan Islam dalam masalah ini. Sebuah aturan
hidup dan jalan yang terang bagi manusia. Gesekan antara rakyat dan
dari pihak rakyat dan terkadang dari pihak pemerintah. Demikianlah manusia,
telah berilmu tinggi dan berkedudukan mulia. Menurut Islam, hubungan yang
baik antara rakyat dan pemerintah merupakan satu kemuliaan. Karena itu,
gesekan yang terjadi di antara mereka pun termasuk sesuatu yang tercela dan
1
Tak mengherankan apabila banyak ayat al-Qur’an dan hadits Nabi
ulama yang mulia pun tiada henti mengingatkannya. Petuah dan bimbingan
berfirman,
اس أَن ِ ت إِ َل ٰى أَهْ لِ َها َوإِ َذا َح َك ْم ُتم َبي َْن ال َّن ِ إِنَّ هَّللا َ َيأْ ُم ُر ُك ْم أَن ُت َؤ ُّدوا اأْل َ َما َنا
ان َسمِيعًا بَصِ يرً ا () َيا ُ َتحْ ُكمُوا ِب ْال َع ْد ِل ۚ إِنَّ هَّللا َ ِن ِعمَّا َيع
َ ِظ ُكم ِب ِه ۗ إِنَّ هَّللا َ َك
َ ُ َ َ َ أَ ُّي َها الَّذ
مْر مِن ُك ْم ۖ َفإِن ِ ِين آ َم ُنوا أطِ يعُوا هَّللا َ َوأطِ يعُوا الرَّ سُو َل َوأولِي اأْل
ون ِباهَّلل ِ َو ْال َي ْو ِم
َ ُول إِن ُكن ُت ْم ُت ْؤ ِم ُنِ ازعْ ُت ْم فِي َشيْ ٍء َف ُر ُّدوهُ إِ َلى هَّللا ِ َوالرَّ س َ َت َن
ٰ
اآْل خ ِِر ۚ َذل َِك َخ ْي ٌر َوأَحْ َسنُ َتأْ ِوياًل
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya), serta ulil
jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Hal itu
lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya.” (an-Nisa’: 58-59).
yang kedua berkaitan dengan rakyat agar mereka taat kepada pemerintahnya.
2
Dengan dilaksanakannya hak dan kewajiban oleh setiap pihak, akan terajut
para ulama, ayat pertama (dari dua ayat di atas) turun berkaitan dengan
Adapun ayat yang kedua turun berkaitan dengan rakyat, baik dari
boleh menaati makhluk (pemerintah tersebut) dalam hal bermaksiat kepada Al-
Wasallam. Namun, jika pemerintah tidak mau menempuh jalan tersebut, rakyat
dalam hal ketaatan adalah bagian dari ketaatan kepada Allah Subhanahu
3
Makalah ini akan membahas lebih lanjut bagaimana hubungan timbal
balik pemerintah dan rakyat serta hak-hak rakyat yang wajib dilindungi dalam
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
orang yang memiliki kelebihan, baik dari segi kealiman, fashahah, maupun
biasa, yang tidak pernah salah. Karenanya kepala negara tidak boleh berada
kepala negara harus bisa menerima saran dan masukan dari rakyatnya. Kepala
negara atau imam, tidak seperti dalam pandangan Syaiah Isma’iliyah atau
Imamiyah, bukanlah manusia suci yang terbebas dari dosa. Ia tidak punya
agama.
5
Contoh terbaik tentang kepala negara setelah Rasulullah Muhammad
wafat diperlihatkan oleh Khalifah Abu Bakar dan ‘Umar ibn al-Khathab.
Kedua khalifah ini mampu menjadikan diri mereka sebagai Khadim al-
Islam.
Namun hal ini sesuai dengan besarnya tugas dan tanggung jawabnya. 1 Karena
kedudukannya yang sama dengan manusia lainnya, kepala negara juga harus
tunduk kepada hukum dan peraturan yang berlaku. Kepala negara juga dapat
fiqh siyasah, mengenai hak dan kewajiban kepala negara. Diantaranya yang
1
Muhammad Yusuf Musa, Nizham al-Hukm fi al-Islam, (Kairo: Dar al-Katib al-‘Arabi,
t.tp.), h.134
2
‘Abdul Qadir ‘Audah, Al-Islam wa ‘Audha’una al-Siyasah, (Kairo: Mukhtar al-Islam, 1978),
h. 215
6
Mawardi memaparkan sepuluh kewajiban yang dijalankan oleh kepala
negara, yaitu:
sehingga timbullah keadilan secara merata dan tidak ada penindasan satu
3. Menjaga keamanan dalam negeri, sehingga orang merasa aman pula untuk
Islam.
lainnya.
7
10. Secara langsung mengelola urusan kenegaraan secara umum. Dengan
dengan baik.3
2. Menegakkan keadilan.
kepala negara secara garis besar hanya dua saja, yaitu (1) menjelaskan dan
pemerintahan.6
3
Al-Mawardi, Al-Ahkam al-Sulthaniyah, h. 15-16.
4
Muhammad Rasyid Ridha, Al-Khilafah aw al-Imamah al-Uzhma (Kairo: Mathba’ah al-
Manar, 1341), h. 27-29.
5
Yusuf Musa, Nizham al-Hukm fi al-Islam, h. 140.
6
A. Hasymi, Di Mana Letaknnya Negara Islam, (Surabaya: Bina Ilmu, 1984), h.204.
8
Orientalis Bernard Lewis menyebutkan tugas dan kewajiban kepala
wajib dipelihara kepala negara yang ditetapkan oleh Islam jauh sebelum
dengan perbedaan ras, bangsa, warna kulit, dan bahasa adalah untuk saling
perbedaan antara bangsa Arab dan non-Arab, anatara kulit putih dan
7
Bernard Lewis, The Political Language of Islam, (Chicago: University of Chicago Press,
1988), h. 70.
8
Audah, Al-Islam wa Audha’una al-Siyasah, h. 230.
9
mengecam orang yang tidak mau menggunakan akal dan pikiran mereka
secara kreatif dan hanya mengikuti pendapat orang lain saja (QS. Al-
menyatakan pendirian dan pendapatnya sendiri tanpa harus takut pada orang
lain.
segala cara. Dalam Islam, di samping milik pribadi, harta juga mempunyai
dengan cara yang halal dan baik serta mewajibkan pula mengerluakan zakat,
10
Sebaliknya, bila kepala negara telah melaksanakan kewahibannya
dengan baik, maka kepala negara juga memperoleh hak-hak yang harus
rakyatnya ada dua jenis, yaitu: hak untuk ditaati dan hak untuk memperoleh
dengan baik9. Dalam hal yang pertama, kepatuhan dan ketaatan bukanlah
haln yang mutlak. Kepala negara hanya dipatuhi dan ditaati selama ia dapat
membantu dan mendukung kepala negara dalam arti bahwa rakyat wajib
kepala negara, yaitu jika ia tidak berlaku adil dalam pemerintahannya dan
hilangnya kemampuan fisiknya. Sikap tidak adil kepala negara dapat dilihat
yang dilarang oleh agama dan mungkar serta melakukan hal-hal syubhat.
9
Al-Mawardi, Al-Ahkam al-Sulthaniyah, h. 17.
11
hukum).10 ‘Abdul Qadir ‘Audah membagi hak kepala negara kepada dua
hal, yaitu yang berkaitan dengan manusia dan yang berkaitan dengan harta
sependapat dengan para ulama fiqh siyasah lainnya bahwa ketaatan kepada
kepala negara hanya sebatas hal-hal yang tidak bertentangan dengan ajaran
Allah. Sementara dalam hal hak yang kedua, kepala negara berhak
mendapat gaji atau tunjangan yang layak untul kehidupan peribadi dan
Dalam hal harta rakyatnya ini, kepala negara harus bertindak seperti
seorang wali yang mengurus harta anak yatim. Ia hanya boleh mendapatkan
harta (gaji) dari negara sekadar untuk kebutuhan hidupnya dan kebutuhan
PENGUASA
pertentangan suatu pribadi atau kelompok terhadap kekuasaan. Hal ini sangat
10
Ibid
11
Lihat Audah, Al-Islam wa Audha’una al-Siyasah, h. 219-227.
12
pemerintahan dengan baik dan adil. Para ulama berbeda pendapat tentang
dari kebenaran dan keadilan serta layak untuk dipecat. Namun sebagian lain
adalah wajib, apabila telah ditemukan kepala negara lainnya yang lebih adil
melakukan koreksi dan mengangkat senjata kepada penguasa yang tidak adil.
Sifat perintah ini tegas, apabila kepala negara telah merampas hak-hak rakyat,
menyimpang dari hukum Islam atau memerintah selain dengan hukum Islam
terhadap kepala negara yang durhaka tidak dibenarkan. Ibn Taimiyah malah
bahwa enam puluh tahun berada di bawah kepemimpinan kepala negara yang
zalim lebih baik daripada sehari hidup tanpa pemimpin. Ibn Taimiyah juga
berargumentasi pada Hadis Nabi SAW yang menyatakan bahwa orang yang
12
Al-Nabhani, Sistem Pemerintahan Islam, h. 343.
13
keluar dari jamaah dan melakukan pemberontakan, maka kalau ia mati,
membawa keadaan yang lebih kacau lagi. Jadi kalau mudharat yang
kezalimannya.
Dalam sejarah Islam juga sering kita temukan perebutan kekuasaan di antara
umat Islam. Namun sejauh untuk mengontrol kekuasaan negara agar tidak
yang berada di luar kekuasaan, yang tugas mereka adalah melakukan koreksi
nilai ajaran Islam dan semangat kerakyatan. Dengan kata lain, oposisi
13
Ibn Tamiyah, al-Siyasah al-Syar’iyah, h. 162.
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
pemerintah tak akan berjalan dengan baik tanpa dukungan dan sambutan
ketaatan dari rakyat. Berbagai problem yang dihadapi oleh rakyat juga tak
akan usai tanpa kepedulian dari pemerintah. Hal ini menimbulkan suatu
hubungan timbal balik antara pemerintah dan rakyatnya yang menjadi satu
ketetapan yang harus dipertahankan. Maka dari itu, hubungan yang baik
antara rakyat dan pemerintahnya, dengan saling bekerja sama di atas Islam
1. Menegakkan keadilan.
15
8. Mengangkat pejabat-pejabat negara berdasakan kejujuran, keadilan,
maka kepala negara juga memperoleh hak-hak yang harus dipenuhi oleh
rakyatnya, yaitu:
yang harus dipenuhi. Hak rakyat terhadap kepala negara antara lain:
16
2. Hak persamaan dimana rakyat bisa saling mengenal dan bekerja sama
pemimpinnya, yaitu:
diperintahkan atau yang dilarang oleh kepala negara, kecuali dalam hal
maskiat.
rakyat, dalam hubungan timbal balik ini pun juga membahas tentang oposisi
17
menanggapi persoalan oposisi dan perlawanan bersenjata terhadap
negara yang durhaka itu tidak dibenarkan dan malah hukumnya haram.
bersenjata terhadap kepala negara akan membawa keadaan yang lebih buruk
B. SARAN
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di
dipertanggung jawabkan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta: Kencana.
al-Islam.
al-‘Arabi, t.tp.
Chicago Press.
Mathba’ah al-Manar..
19