Kerangka Pemikiran
peraturan agar bisnis bisa berjalan dengan lancar, tertib dan aman sehingga
tidak ada pihak yang dirugikan akibat adanya kegiatan bisnis tersebut.
adalah suatu perbuatan di mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
antara dua pihak atau lebih yang menimbulkan hak dan kewajiban atas suatu
prestasi.1 Artinya, pihak yang satu memiliki hak atas suatu prestasi,
Pada buku III BW menganut sistem terbuka, karena para pihak yang terkait
akan tunduk serta mekanisme yang akan ditempuh apabila terjadi masalah di
Mengenai ini dapat kita temui landasannya pada ketentuan Pasal 1233 Kitab
perbuatan di mana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang
perikatan.3
Suatu perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua orang atau dua
pihak berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu dari pihak
lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu. Suatu
lainnya atau dimana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.4
Dari peristiwa ini timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut
antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu adalah
(KUH Perdata) yaitu pada pasal 1233 yaitu: Tiap-tiap perikatan dilahikan
3
4 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaya, 2003, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian,
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm 1-2.
4
R. Subekti, 2005Hukum Perjanjian, Cet. 21 Jakarta, Internusa, Hlm. 1
5
Ibid hlm. 1
2
baik karena perjanjian, baik kaena undang-undang. Sedangkan perjanjian
tersebut sebagaimana diatur KUH Perdata pada pasal 1313 yaitu: Suatu
perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
Untuk dapat dinyatakan suatu perjanjian itu sah atau tidak dapat dilihat
pada syarat sahnya suatu perjanjian yang diatur dalam KUH Perdata pada
pasal 1320 bahwa untuk dapat dinyatakan sah suatu perjanjian harus memiliki
Keempat syarat tersebut merupakan syarat yang mutlak yang harus ada
perjanjian dianggap tidak pernah ada. Kedua syarat yang pertama yaitu
mengadakan perjanjian, sedangkan dua syarat yang terakhir yaitu suatu hal
tertentu dan sebab yang halal, dinamakan syarat obyektif dari perbuatan
yang sah,maka setiap orang yang membuat suatu perjanjian dilarang apabila
6
Jurnal UNS. Komparasi syarat sahnya perjanjian menurut kitab undang-undang hukum
perdata.
3
bertentangan dengan norma kesusilaan dan ketertiban umum. Prof. Subekti
atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu
hal dari pihak yang lain, dan pihak lain berkewajiban untuk memenuhi
tuntutan tersebut.7
perjanjian, diantaranya pada pasal 1315 yaitu asas personalia, Pasal 1317
yaitu asas kesusilaan dan ketertiban umum; dan pada Pasal 1339 yaitu asas
kepatutan dan kebiasaan. Menurut Rutten ada tiga asas yang sangat penting
telah terjadi atau lahir sejak terciptanya sepakat para pihak, artinya
7
R. Subekti,2005, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa Jakarta. hlm 1
8
Purwahid patrick, Asas Itikad Baik dan Kepatutan Dalam Perjanjian, Semarang:
Fakultas Hukum UniversitasDipenogoro. hlm. 3
9
R. Subekti,2005. Hukum Perjanjian, Cet. 21 Jakarta, Internusa, hlm. 15
4
perjanjian yang dibuat secara sah, mengikat mereka yang membuat
mengikatkan diri antara CV. Gentong Mas selaku Produsen dan CV. Bahsan
B. Metode Penelitian
1. Spesifikasi Penelitian
terjadi akibat pemutusan kontrak secara sepihak oleh CV. Gentong Mas
2. Metode Pendekatan
Bahsan Jaya.
3. Jenis Data
10
J. Satrio.,1995, Hukum Perikatan, Perikatan Lahir DariPerjanjian Bandung : Citra
Aditya Bakti,. hlm.142
5
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder
terdiri dari :
1.1 Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang memiliki sifat
Data yang diperoleh penulis akan diolah secara kualitatif yaitu analisis
6
BAB II
Ketentuan mengenai perjanjian diatur dalam Buku III KUH Perdata Bab II
Pasal 1313 KUH Perdata. Dalam pasal 1313 dijelaskan bahwa perjanjian
7
adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang atau lebih. Rumusan itu menyebutkan bahwa
perjanjian adalah :
a. Suatu perbuatan;
Perdata mendapat sorotan dari beberapa para ahli. Hal ini disebabkan bahwa
pengertian perjanjian ini kurang lengkap, terlalu luas dan bersifat sepihak
serta masih banyak kelemahan yang lainnya, seperti yang dikemukakan oleh
1) R. Setiawan
persetujuan sepihak saja dan sangat luas karena digunakan kata perbuatan
11
R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Cetakan Pertama Bandung: 1999, hlm.
49.
8
b) Menambahkan perkataan “atau lebih saling mengikatkan dirinya”
suatu hubungan hukum yang bersifat harta kekayaan antara dua orang
atau lebih, atas dasar mana pihak yang satu berhak (kreditor) dan pihak
2) J. Satrio
3) Prof. Subekti
9
“Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada
seorang lain, atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan
sesuatu hal”. Perikatan sebagai suatu perhubungan hukum antara dua orang
atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu
hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi
peristiwa di mana seorang berjanji kepada seorang lain atau di mana dua
a. Hanya menyangkut perbuatan sepihak saja Hal ini diketahui karena adanya
satu pihak atau lebih yang terikat pada satu pihak atau lebih lainnya. Kata
kerja “mengikatkan” sifatnya hanya satu pihak yang punya hak dan pihak
mengikatkan dirinya”
10
dalam pengertiannya adalah hubungan antara debitur dan kreditur dalam
suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri
5) Handri Raharjo
yang didasari kata sepakat antara subjek hukum yang satu dengan yang lain,
sehingga subjek hukum yang satu berhak atas prestasi dan begitu juga subjek
6) Salim H. S
13
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung:
2000, hlm.224
14
Handri Rahardjo, Hukum Perjanjian Indonesia, Pustaka Yustisia, jakarta: 2009),
hlm. 42
11
Definisi perjanjian dalam Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum
adalah hubungan hukum antara subjek hukum satu dengan subjek hukum lain
dalam bidang harta kekayaan. Subjek hukum yang satu berhak atas prestasi dan
7) R. M. Sudikno Mertokusumo
hukum.16
perbuatan hukum mengenai harta benda kekayaan antara dua pihak , dalam
mana satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan suatu hal
15
H. Salim H.S, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, Raja Grafindo Persada,
Jakarta: 2005, hlm. 15-17
16
RM Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta:
2004, hlm. 97
12
atau untuk tidak melakukan sesuatu hal, sedangkan pihak lain berhak
Perjanjian sendiri secara umum mempunyai arti secara luas dan sempit. Dalam
arti luas, perjanjian berarti setiap perjanjian yang menimbulkan akibat hukum
hukum kekayaan saja seperti yang dimaksud oleh Buku III BW/KUHPerdata.18
pengertian perikatan dari para ahli, karena KUH Perdata sendiri tidak memberikan
pengertian tentang perikatan, selain hanya mengatur dalam Pasal 1233 KUH
Perdata bahwa:
Undang”
Ketentuan Pasal 1233 KUH Perdata tersebut sama sekali tidak menyinggung
tentang yang dimaksud dengan perikatan, hanya saja, para ahli hukum tetap
17
R. Wirjono Prodjodikoro. Asas-Asas Hukum Perjanjian. Bandung: Mandar Maju,
2000. Hlm. 2
18
Ibid.
19
Suharnoko, Dalam Ahmadi Miru, Hukum Perdata: Materiil dan Formil, USAID, 201:
hal. 268.
13
“Perikatan adalah suatu hubungan hukum yang terjadi antara dua pihak yang
menimbulkan hak di satu pihak dan kewajiban di pihak yang lain. Karena terdapat
hubungan hukum antara para pihak, maka apabila pihak yang dibebani kewajiban
tersebut tidak memenuhi kewajiban seperti yang diminta dengan sukarela, maka
pihak yang mempunyai hak dapat melakukan upaya tuntutan hukum agar
Dalam hubungan hukum itu tiap pihak mempunyai hak dan kewajiban secara
timbal balik. Pihak yang satu mempunyai hak untuk menuntut sesuatu dari pihak
yang lain dan pihak yang lain wajib memenuhi tuntutan itu, dan sebaliknya. Pihak
yang mempunyai hak dari pihak lain disebut kreditor atau pihak yang berpiutang,
dengan debitor atau yang berutang. Dengan demikian dalam hubungan hukum
antara kreditor dan debitor berarti hak kreditor dijamin oleh hukum atau undang-
undang.20 Hak yang lahir dari perjanjian tersebut bersifat relatif karena hubungan
yang tertentu saja, yaitu pihak yang terikat karena adanya persetujuan maupun
karena undang-undang.21
Istilah perjanjian berasal dari bahasa Belanda yaitu overeenkomst, dan dalam
20
R. Subekti, Hukum Perjanjian, intermasa, Jakarta: 2004, hlm. 1
21
Sri Soesilowati Mahdi, Surini Ahlan Sjarif, dan Akhmad Budi Cahyono, Hukum
Perdata Suatu Pengantar,Gitama Jaya, Jakart:, Cet. 1, 2005, hal. 129.
14
“Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.” Ketentuan pasal ini
kurang tepat, karena ada beberapa kelemahan yang perlu dikoreksi. Kelemahan-
a. Hanya menyangkut sepihak saja. Hal ini dapat diketahui dari rumusan kata
kerja “mengikatkan diri”, sifatnya hanya datang dari satu pihak saja, tidak
dari kedua belah pihak. Seharusnya rumusan itu ialah “saling mengikatkan
“persetujuan”.
perjanjian kawin yang diatur dalam bidang hukum keluarga. Padahal yang
kekayaan. Perjanjian yang diatur dalam buku III KUH Perdata sebenarnya
kepribadian (personal).
d. Tanpa menyebut tujuan. Dalam rumusan pasal itu tidak disebutkan tujuan
22
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia Citra Aditya Bakti, Bandung: Cet.
3, 2000, hal. 224.
15
Berdasarkan alasan-alasan di atas, maka Abdulkadir Muhammad
“Perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih
kekayaan.”
melaksanakan sesuatu hal, mengenai harta kekayaan, yang dapat dinilai dengan
uang, bukan hubungan antara debitor dan kreditor, karena perkawinan itu bersifat
Perjanjian merupakan suatu peristiwa yang konkret dan dapat diamati, baik itu
perjanjian yang dilakukan secara tertulis maupun tidak tertulis. Hal ini berbeda
dari perikatan yang tidak konkret, tetapi abstrak atau tidak dapat diamati karena
perikatan itu hanya merupakan akibat dari adanya perjanjian tersebut yang
menyebabkan orang atau para pihak terikat untuk memenuhi apa yang
dijanjikan.24
3. Asas-asas Perjanjian
Dalam hukum perjanjian dikenal beberapa asas penting yang merupakan dasar
23
Ibid. Hlm. 225.
24
Ahmadi Miru, Hukum Kontrak & Perancangan Kontrak, Raja Grafindo Persada,
Jakart: Edisi ke-1, Cet. 4, 2011, hal. 3.
25
16
a. Asas Konsensualisme
hal-hal yang pokok dari perjanjian tersebut dan bahwa perjanjian itu lahir
tersebut belum dilaksanakan pada saat itu. Hal ini berarti bahwa dengan
bagi mereka atau biasa juga disebut bahwa perjanjian tersebut bersifat
Asas kebebasan berkontrak merupakan salah satu asas yang sangat penting
hukum biasanya didasarkan pada Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata
menentukan bahwa:
Apabila dicermati Pasal 1338 ayat (1) di atas, pada kalimat “semua
26
Ahmadi Miru dan Sakka Pati, Hukum Perikatan: Penjelasan Makna Pasal 1233
sampai 1456 BW , Raja Grafindo Persada, Jakarta, Edisi ke-1, Cet. 5, 2013, hlm. 78.
17
Kebebasan berkontrak memberikan jaminan kebebasan kepada seseorang
untuk secara bebas dalam beberapa hal yang berkaitan dengan perjanjian, di
antaranya:27
peraturan perundang-undangan.
kebebasan orang dalam melakukan perjanjian. Hal ini tidak terlepas juga dari
sifat Buku III KUH Perdata yang hanya merupakan hukum yang mengatur
undang. Hal ini dapat dilihat pada Pasal 1338 ayat (1) khususnya pada kalimat
27
Ahmadi Miru, Op. Cit., hlm. 4
18
“berlaku sebagai undang-undang” yang menunjukkan pokok (asas) kekuatan
Ketentuan tentang asas iktikad baik ini diatur dalam Pasal 1338 ayat (3)
Adapun yang dimaksud asas iktikad baik adalah bahwa dalam pelaksanaan
Asas Iktikad baik ini terbagi menjadi dua macam, yaitu iktikad baik nisbi
dan iktikad baik mutlak. 30 Pada iktikad baik nisbi orang memerhatikan sikap
dan tingkah laku yang nyata dari subjek. Pada iktikad baik mutlak,
penilaiannya terletak pada akal sehat dan keadilan, dibuat ukuran keadilan
28
Ahmadi Miru, Op. Cit. Hlm. 78.
29
Subekti, Op. Cit., hlm. 41.
30
Salim H.S, Hukum Kontrak, Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika,
Jakarta, Cet. 2, 2004, hlm. 11
19
Asas Kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang
yang akan melakukan dan atau membuat perjanjian hanya untuk kepentingan
perseorangan saja.31 Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 KUH Perdata dan
Pasal 1340 KUH Perdata. Pasal 1340 KUH Perdata yang menentukan bahwa:
membuatnya.”
ketiga, tak dapat pihak-pihak ketiga mendapat manfaat karenanya, selai hal
membebani pihak ketiga, sedangkan memberikan hak kepada pihak ketiga dapat
saja dilakukan jika sesuai dengan apa yang diatur dalam Pasal 1317 KUH
Perdata.32
31
Ibid. hlm. 12
32
Salim H.S, Op.Cit,. hlm. 80
20
d. Suatu sebab yang halal.
Yang merupakan konsekuensi hukum dari tidak terpenuhinya salah satu atau
1) Batal demi hukum (nietig, null and void), misalnya dalam hal
terpenuhi syarat subjektif dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Syarat subjektif
b. Kecakapan berbuat.
33
R. Subekti, Hukum Perjanjian, intermasa, Jakarta: 2004, hlm. 17
34
Munir Fuady, Hukum Perjanjian, Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Citra Aditya
Bakti, Bandung: Cet. 2, 2001, hlm 34.
21
“pengampuan mulai berjalan, terhitung sejak putusan atau penetapan
diucapkan. Semua tindak perdata yang setelah itu dilakukan oleh orang
dibatalkannya perjanjian, tapi juga dapat batal demi hukum. Keempat syarat
sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata akan
a. Kesepakatan
perjanjian. Kesepakatan itu dapat terjadi dengan berbagai cara, namun yang
22
4) Dengan berdiam diri.
Cacat kehendak dalam hal ini dapat terjadi karena terjadinya hal-hal
diantaranya:
1) Ancaman;
2) Penipuan; dan
terjadinya cacat.
atau kebendaan miliknya atau terhadap pihak ketiga dan kebendaan milik
pihak ketiga.37
Penipuan (bedrog) terjadi jika salah satu pihak secara aktif memengaruhi
terjadi jika pihak yang memiliki posisi yang kuat dari segi ekonomi maupun
37
Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang
Kenotariatan, Citra Aditya, Bandung: 2010, hlm. 98
23
Berdasarkan syarat sahnya perjanjian tersebut di atas, khususnya syarat
berarti bahwa tidak adanya kesepakatan para pihak, tidak ada perjanjian. Akan
yang satu juga dikehendaki oleh pihak yang lainnya. Sebelum adanya
dimana pihak yang satu memberitahukan kepada pihak yang lain mengenai
kehendak itu sifatnya bebas, artinya tidak ada paksaan dan tekanan dari pihak
38
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2000, hlm.224-225
24
Dalam pengertian persetujuan kehendak termasuk pula tidak adanya
Undang Hukum Perdata, dijelaskan bahwa dikatakan tidak adanya paksaan itu
apabila orang yang melakukan perbuatan itu tidak berada di bawah ancaman, baik
dengan kekerasan jasmani maupun dengan upaya menakut- nakuti, misalnya akan
bahwa pembatalan dapat dimintakan dalam tenggang waktu 5 (lima) tahun, dalam
hal terdapat paksaan dihitung sejak hari paksaan itu berhenti, dan dalam hal
terdapat kekhilafan dan penipuan dihitung sejak hari diketahuinya kekhilafan dan
penipuan itu. Akibat hukum tidak adanya persetujuan kehendak (karena paksaan,
waktu 5 (lima) tahun, dalam hal terdapat paksaan dihitung sejak hari paksaan itu
berhenti, dan dalam hal terdapat kekhilafan dan penipuan dihitung sejak hari
b. Kecakapan
25
1. Orang-orang yang belum dewasa
3. Orang-orang perempuan,
Dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang- undang, dan pada umumnya
perbuatan- perbuatan hukum sendiri yang dilakukan oleh subjek hukum. Pada
sudah dewasa, artinya sudah mencapai umur 21 tahun atau sudah kawin walaupun
Perdata, seseorang dikatakan tidak cakap membuat perjanjian ialah orang yang
belum dewasa, orang yang ditaruh dibawah pengampuan, dan wanita bersuami,
sehingga apabila hendak melakukan perbuatan hukum harus diwakili oleh walinya
dan bagi seorang istri harus ada izin suaminya. Akibat hukum ketidak cakapan
membuat perjanjian ialah bahwa perjanjian yang telah dibuat itu dapat dimintakan
Namun demikian, dalam berbagai peraturan lain juga diatur bahwa seseorang
dianggap cakap oleh hukum apabila ia paling rendah telah berumur 18 atau ia
telah kawin, seperti yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004
26
Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor
c. Hal tertentu
barang yang bisa diperdagangkan, dan paling tidak dapat ditentukan 30 jenis dan
jumlahnya yang dapat menjadi pokok suatu perjanjian. Menurut Pasal 1334 KUH
Perdata, barang-barang yang baru akan ada dikemudian hari dapat pula menjadi
pokok suatu perjanjian. Suatu hal atau objek tertentu merupakan pokok perjanjian,
Dalam suatu perjanjian, objek perjanjian itu harus jelas dan ditentukan oleh
para pihak, objek perjanjian tersebut dapat berupa barang maupun jasa, namun
dapat juga berupa tidak berbuat sesuatu. Hal tertentu ini dalam perjanjian disebut
prestasi yang dapat berwujud barang, keahlian atau tenaga, dan tidak berbuat
sesuatu.39
Untuk menentukan hal tertentu yang berupa tidak berbuat sesuatu juga harus
dijelaskan dalam perjanjian seperti ”berjanji untuk tidak saling membuat pagar
mendorong orang untuk membuat perjanjian, yang dimaksud dengan sebab yang
39
Ahmadi Miru, Op. Cit. hlm. 30.
27
halal dalam Pasal 1320 KUH Perdata itu bukanlah sebab dalam arti yang
dalam arti “isi perjanjian itu sendiri” yang menggambarkan tujuan yang akan
Mengenai adanya persyaratan suatu sebab yang halal, karena menurut Pasal
1335 KUHPerdata telah menentukan bahwa suatu perjanjian yang tanpa sebab
atau yang telah dibuat karena suatu sebab yang palsu atau terlarang, tidak
Abdul kadir Muhammad menggunakan istilah causa yang halal. Kata causa
berasal dari bahasa Latin yang artinya sebab. Sebab adalah suatu yang
melainkan sebab dalam arti “isi perjanjian itu sendiri” yang menggambarkan
tujuan yang hendak dicapai oleh para pihak. Ketentuan dalam Pasal 1337 Kitab
yang diperhatikan atau diawasi oleh Undang- Undang itu ialah “isi perjanjian itu”,
yang menggambarkan tujuan yang hendak dicapai oleh para pihak serta isinya
40
R. Subekti, Op. Cit. hlm. 19.
28
tidak dilarang oleh Undang- Undang, serta tidak bertentangan dengan kesusilaan
1. Pengertian Distributor
atau hubungan hukum lainnya yang kedudukannya berada diantara produsen dan
pedagang perantara lainnya yang ditunjuk dan diberikan wewenang oleh produsen
atau leveransir untuk secara umum menjual kepada pedagang eceran atau
pengguna komersial lainnya. Bentuk perjanjian yang diadakan oleh para pihak di
bernama), yang tidak diatur secara khusus dalam KUH Perdata, tetapi
memuat hal-hal yang secara tegas dilarang oleh undang-undang, yaitu perjanjian
dibuat dengan tidak melanggar ketertiban umum dan kesusilaan, dimana oleh
karenanya perjanjian yang telah dibuat oleh para pihak tersebul berlaku sebagai
adalah perusahaan atau pihak yang ditunjuk oleh prinsipalnya untuk memasarkan
41
Abdulkadir Muhammad, op. cit., hlm. 232.
29
dan menjual barang-barang prinsipalnya dalam wilayah tertentu untuk jangka
waktu tertentu, tetapi bukan sebagai kuasa prinsipal.42 Perusahaan atau perorangan
dimiliki/dikuasai.”
pihak yang berdiri sendiri, dengan kata lain bertindak untuk dan atas namanya
2. Perjanjian Distributor
perjanjian baku adalah bentuk perjanjian yang disctujui oleh para pihak. yang
lazimnya telah berbentuk form perjanjian yang telah ditentukan oleh pihak
42
BPHN Departemen Kehakiman, Laporan Pengkajian Tentang Beberapa Aspek Hukum
Perjanjian Keagenan dan Distribusi, 1992 / 1993, Jakarta, hlm.9
30
menjadi tolak ukur yang dipakai atau dipergunakan sebagai patokan atau pedoman
rumusan dan ukuran yang selanjutnya dikatakan bahwa perjanjian baku ialah
naskah perjanjian yang memuat syarat-syarat baku yang dibuat secara tertulis
barang.
dalam KUH Perdata. Alasan munculnya perjanjian ini adalah karena prinsipal
tidak terlalu menguasai wilayah yang akan menjadi wilayah pemasaran produknya
dan/atau prinsipal membutuhkan pihak lain yang memiliki jaringan bisnis yang
bernama yang tidak terdapat dalam KUH Perdata. Dasar hukum perjanjian-
perjanjian ini berdasarkan kebebasan berkontrak, yakni pada pasal 1338 Ayat (1)
43
Abdulkadir Muhammad. "Perianjian Baku Dalam Praktek Pcrusahaan Perdagangan",
Citra Aditya Bakti, Bandung:. Cet 8. hlm 6
44
http://igapurwanti-fh10.web.unair.ac.id/artikel_detail-71455-hukum kontrakPerjanjian
Keagenan dan Distributor.html (diakses pada tanggal 25 juni 2021)
31
KUH Perdata. Sepanjang memenuhi Pasal 1320 KUH Perdata mengenai syarat
sahnya kontrak , maka perjanjian ini berlaku dan memiliki nilai hukum.
Perjanjian tidak bernama diatur dalam Pasal 1319 KUH Perdata yang
menyatakan bahwa, “Semua perjanjian, baik yang mempunyai suatu nama khusus,
maupun yang tidak terkenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan-
distributor tidak hanya didukung prinsip kebebasan berkontrak saja, tapi juga
tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Agen dan
perjanjian tidak bernama), karena tidak diatur secara khusus dalam KUH
Perdata. Sekalipun tidak diatur secara khusus tetapi harus tetap tunduk
pada peraturan atau ketentuan umum Buku III KUH Perdata. Dasar hukum
dari perjanjian distributor adalah asas dari buku III KUH Perdata yang
45
http://igapurwanti-fh10.web.unair.ac.id/artikel_detail-71455-hukum kontrakPerjanjian
Keagenan dan Distributor.html (diakses pada tanggal 25 juni 2021)
32
4. Dalam KUH Dagang tentang makelar;
bidang pasar modal yang mengatur tentang dealer atau pialang saham.
1. Pengertian Prestasi
atau kewajiban yang harus dilaksanakan dalam suatu perikatan. Dalam Pasal 1234
1) Memberikan sesuatu
2) Melakukan sesuatu
sesuatu”, yaitu menyerahkan penguasaan nyata atas suatu benda dari debitor
sesuatu”, debitor wajib melakukan perbuatan tertentu yang telah ditetapkan dalam
46
http://igapurwanti-fh10.web.unair.ac.id/artikel_detail-71455-hukum kontrakPerjanjian
Keagenan dan Distributor.html (diakses pada tanggal 25 juni 2021)
33
harus mematuhi semua ketentuan dalam perikatan. Debitor bertanggung jawab
dengan perikatan ini, dia bertanggung jawab karena melanggar perjanjian dan
lain :
Prestasi itu harus tertentu atau paling tidak dapat ditentukan, karena kalau
tidak, bagaimana kita bisa menilai apakah debitor telah memenuhi kewajiban
prestasinya dan apakah kreditor sudah mendapat sepenuhnya apa yang menjadi
syarat tertentu, maka perikatan yang lahir dari perjanjian seperti itu tentunya juga
telah memenuhi syarat tersebut. Salah satu syaratnya adalah “hal tertentu”
Mengenai apa yang disebut tertentu, Pasal 1333 memberikan penjelasan bahwa
47
Abdulkadir Muhammad, op. cit., hlm 239-240.
34
paling tidak jenis barangnya sudah harus tertentu, sedangkan mengenai
jumlahnya, asalkan nantinya dapat ditentukan atau dihitung. Harus diakui, bahwa
in abstracto sukar bagi kita untuk secara pasti menetapkan batas-batas untuk
menentukan yang bagaimana yang dikatakan tertentu dan yang bagaimana ynag
tidak tertentu. Yang pasti kalau prestasinya sama sekali tidak tertentu disana tidak
ada perikatan. Selanjutnya ada asas yang berlaku disini, yaitu bahw pihak kreditor
atau paling tidak pihak ketiga mempunyai kepentingan atas prestasi tersebut. Hal
ini adalah sesuai dengan tujuan hukum sendiri yang tidak lain adalah pengaturan
kepentingan.
terhadap prestasi tertentu dan demikian juga debitor selalu merupakan debitor
perikatan, dan debitor selalu terikat pada kewajiban perikatan tertentu, maka
orang tidak dapat secara umum mengatakan siapa yang berkedudukan sebagai
kreditor/debitor dalam suatu perjanjian, seperti misalnya pada perjanjian jual beli.
Si penjual adalah kreditor terhadap uang harga barang yang diperjual belikan,
barang dan kreditor atas objek prestasi penjual, yaitu barang yang diperjual
belikan.
35
Untuk sahnya perjanjian, disyaratkna bahwa tidak boleh bertentangan dengan
maka perikatan pun tidak mungkin mempunyai isi prestasi yang dilarang oleh
perikatan tersebut adalah batal. Apakah ukurannya suatu prestasi tidak mungkin
dipenuhi. Kemudian tidak dimungkinkan untuk siapa, Atas dasar itu kemudian
2. Pengertian Wanprestasi
buruk. Wanprestasi adalah suatu sikap dimana seseorang tidak memenuhi atau
48
J. Satrio, op. cit., hlm. 28.
49
Abdul R Saliman, Esensi Hukum Bisnis Indonesia, Kencana, Jakarta, 2004, hlm.15
36
Pengertian wanprestasi belum mendapat keseragaman, masih terdapat
kata sepakat untuk menentukan istilah mana yang hendak dipergunakan. Istilah
mengenai wanprestasi ini terdapat di berbagai istilah yaitu ingkar janji, cidera
prestasi didalam hukum perjanjian, berarti suatu hal yang harus dilaksanakan
sebagai isi dari suatu perjanjian barangkali dalam Bahasa Indonesia dapat dipakai
istilah “pelaksanaan janji untuk prestasi dan ketiadaan pelaksanaanya janji untuk
wanprestasi.50
yang diperjanjikannya
50
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian, Sumur, Bandung, 2000 hlm 17.
51
R. Subekti, Op. Cit. hal. 50.
37
4. Melakukan suatu perbuatan yang menurut perjanjian tidak dapat
dilakukan.
tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya. Sehingga
ganti rugi, atau dengan adanya wanprestasi oleh satu pihak, pihak yang lainnya
Hal ini mengakibatkan apabila salah satu pihak tidak memenuhi atau tidak
melaksanakan isi perjanjian yang telah mereka sepakati atau telah mereka buat
maka yang telah melanggar isi perjanjian tersebut telah melakukan perbuatan
telah ditetapkan dalam perjanjian” faktor waktu dalam suatu perjanjian adalah
sangat penting karena dapat dikatakan bahwa pada umumnya dalam suatu
perjanjian kedua belah pihak menginginkan agar ketentuan perjanjian itu dapat
52
http://radityowisnu.blogspot.com/2012/06/wanprestasi-dan-ganti-rugi.html, (diakses
pada tanggal 25 juni 2021)
53
Ibid.
38
sangat penting untuk mengetahui tibanya waktu yang berkewajiban untuk
yang wajib dipenuhi oleh debitur dalam setiap perjanjian. Pestasi merupakan isi
dari suatu perjanjian, apabila debitur tidak memenuhi prestasi sebagaimana yang
3. Bentuk Wanprestasi
Debitur yang memenuhi prestasi tapi keliru, apabila prestasi yang keliru
39
a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan.
dijanikannya.
perjanjian, kadang-kadang tidak mudah karena sering sekali juga tidak dijanjikan
yang tidak memenuhi prestasi sama sekali adalah debitur yang mengetahui waktu
Hal tersebut dapat disebut debitur yang “tidak beritikad baik” atau dengan sengaja
melakukan wanprestasi.
Perdata, debitur dianggap lalai dengan lewatnya tenggang waktu yang telah
40
1. Surat perintah, Surat perintah tersebut berasal dari hakim yang biasanya
2. Akta, Akta ini dapat berupa akta ibawah tangan maupun akta notaris
adanya wanprestasi
seorang debitur melakukan wanprestasi yaitu dalam hal adanya batas waktu dalam
4. Akibat Wanprestasi
Suatu perjanjian akan selalu ada dua pihak, dimana satu pihak adalah pihak
yang wajib berprestasi (pengelola) dan pihak lainnya adalah pihak yang berhak
atas prestasi tersebut (investor). Masing-masing pihak tersebut bisa terdiri dari
satu orang atau lebih, bahkan dalam perkembangan ilmu hukum pihak tersebut
41
Wanprestasi memberikan akibat hukum terhadap pihak yang melakukannya
dan membawa konsekuensi terhadap timbulnya hak pihak yang dirugikan untuk
menuntut pihak yang tidak ada satu pihak pun yang dirugikan karena wanprestasi
tersebut.
melakukan wanprestasi harus menanggung akibat dari tuntutan pihak lawan yang
Sedangkan menurut Subekti, tuntutan atas terjadinya wanprestasi, antara lain :57
a. Pemenuhan perjanjian
d. Pembatalan perjanjian
42
a. Wanprestasi terjadi karena keadaan memaksa (overmacht);
adimple contractus);
pemenuhan prestasi
bersangkutan dan untuk merawatnya sebagai seorang bapak keluarga yang baik,
Penyerahan menurut Pasal 1235 KUH Perdata dapat berupa penyerahan nyata
mestinya ada unsur kelalaian dan salah, maka ada akibat hukum yang atas
tuntutan dari kreditur bias menimpa debitur, sebagaimana diatur dalam Pasal 1236
KUH Perdata dan Pasal 1243 KUH Perdata, juga diatur pada Pasal 1237 KUH
Perdata.
Pasal 1236 KUH Perdata “si berhutang adalah wajib untuk memberikan ganti
biaya, rugi dan bunga kepada si berhutang apabila ia telah membawa dirinya
dalam keadaan tidak mampu menyerahkan bendanya, atau telah tidak merawat
Pasal 1243 KUH Perdata “penggantian biaya, rugi dan bunga karena tak
43
dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya, atau jika sesuatu
yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberian atau dibuat dalam
Pasal 1236 KUH Perdata dan Pasal 1243 KUH Perd berupa ganti rugi dalam
arti :
Pasal 1237 KUH Perdata dalam hal adanya perikatan untuk memberikan suatu
tanggungan si berpiutang maka sejak debitur lalai, maka resiko atas obyek
Dalam hal menentukan total, maka kreditur dapat meminta agar pemeriksaan
perhitungan ganti rugi dilakukan dengan suatu prosedur tersendiri yang diusulkan.
Pasal 1238 KUH Perdata “Debitur dinyataan lalai dengan surat perintah atau
dengan akta sejenis itu, atau berdasarkan kekuatan dari perikatan sendiri, yaitu
44
bila perikatan ini mengakibatkan debitur harus dianggap lalai dengan lewatnya
Pasal 1243 KUH Perdata “Penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tak
dinyatakan lalai, tetap lalai untuk memenuhi perikatan itu, atau jika sesuatu yang
harus diberikan atau dilakukannya hanya dapat diberikan atau dilakukannya dalam
perjanjian akan berakhir apabila segala perikatan yang ditimbulkan oleh perjanjian
itu telah hapus seluruhnya. Sedangkan seluruh perikatan yang ada di dalam suatu
perjanjian akan berakhir secara otomatis apabila perjanjian itu telah berakhir.
berakhirnya perikatan yang ada di dalamnya. 59 Misalnya pada perjanjian jual beli,
telah berakhir, sedangkan perjanjian jual beli tersebut belum berakhir, karena
59
Lukman Santoso Az, Hukum Perikatan, Setara Press, Malang: 2016, hlm 82.
60
R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, BinaCipta, Bandung: 1987, Cet. 4 hlm.
68
45
Dalam KUH Perdata tidak diatur secara khusus apa yang dimaksud
hapusnya/berakhirnya perikatan, tetapi yang diatur dalam Bab IV buku III KUH
perikatan yang lahir karena undang-undang dan perikatan yang lahir karena
1. Konsignasi,
3. Daluwarsa.
Pasal 1381 KUH Perdata telah menentukan berbagai cara hapusnya perikatan-
perikatan yang lahir dari perjanjian maupun yang lahir dari undang-undang.
Hapusya perikatan sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 1381 KUH Perdata
1. Pembayaran
bentuk uang atau barang atau jasa. Dalam Hukum Perikatan, yang dimaksud
penyerahan barang oleh penjual, berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu.
Ketiga bentuk tersebut merupakan pemenuhan dari suatu prestasi atau secara
61
Dr. Arrisman, Hukum Perikatan Perdata dan Hukum Perikatan Islam, tampuniak
mustika edukarya, Jakarta. 2020. Hlm 51
62
Lukman Santoso,op cit hlm 82
46
2. Konsignasi
atas utangnya, dan jika kreditur masih menolak, debitur dapat menitipkan uang
Ini, adalah suatu cara pembayaran yang harus dilakukan apabila si berpiutang
(kreditur) menolak pembayaran. Cara itu, adalah sebagai berikut: Barang atau
uang yang akan dibayarkan itu ditawarkan secara resmi oleh seorang notaris atau
seorang jurusita pengadilan. Notaris atau jurusita ini membuat suatu perincian
barang atau uang yang akan dibayarkan dan ia pergi ke rumah atau tempat tinggal
untuk membayar utang debitur tersebut, pembayaran mana akan dilakukan dengan
menyerahkan (membayarkan) barang atau uang yang telah diperinci itu. Notaris
Novasi diatur dalam Pasal 1413 Bw s/d 1424 KUH Perdata. Novasi adalah
suatu perikatan lain harus dihidupkan, yang ditempatkan di tempat yang asli.
Pembaruan utang terjadi dengan cara mengganti utang lama dengan utang
baru, debitor lama dengan debitor baru. Dalam hal utang lama diganti dengan
63
Dr. Arrisman, Op. Cit. Hlm 59
47
utang baru, terjadilah penggantian objek perikatan, yang disebut “Novasi
perjanjian lama dan subjeknya itu dihapuskan dan muncul sebuah objek dan
subjek perjanjian yang baru. Unsur-unsur novasi ialah adanya perjanjian baru,
adanya subjek yang baru, adanya hak dan kewajiban sekaligus adanya
prestasi.65
Menurut pasal 1413 KUH Perdata Ada tiga macam jalan untuk melaksanakan
a. Apabila seorang yang berutang membuat suatu perikatan utang baru guna
aktif.
hutang dijelaskan bahwa proses novasi dalam bentuk apapun harus memenuhi
64
Dr. Arrisman, Op. Cit. Hlm 61
65
Salim HS.,S.H., M.S. Hukum Kontrak (teori dan teknik penyusunan Kontrak). Sinar
Grafika, Jakarta: 2019, hlm165-166
48
beberapa syarat, antara lain ialah dilakukan oleh orang yang cakap (1414 BW),
4. Kompensasi
Kompensasi atau perjumpaan utang diatur dalam Pasal 1425 BW s/d Pasal
dapat ditagih antara kreditur dan debitur. Ini adalah suatu cara penghapusan utang
timbal-balik antara kreditur dan debitur. Jika dua orang Baling berutang satu pada
yang lain, maka terjadilah antara mereka suatu perjumpaan, dengan mana utang-
utang antara kedua orang tersebut dihapuskan, demikianlah diterangkan oleh pasal
1424 KUH Perdata. Pasal tersebut selanjutnya mengatakan bahwa perjumpaan itu
bersangkutan dan kedua utang itu yang satu menghapuskan yang lain dan
Konfusio atau percampuran utang diatur dalam Pasal 1436 BW s/d Pasal 1437
49
dengan kedudukan sebagai kreditur menjadi satu (Pasal 1436). Menurut ketentuan
Pasal 1436 KUH Perdata, Pencampuran utang itu terjadi apabila kedudukan
kreditor dan debitor itu menjadi satu tangan. Pencampuran utang tersebut terjadi
demi hukum. Pada pencampuran hutang ini utang piutang menjadi lenyap.
(debitur) berkumpul pada satu orang, maka terjadilah demi hukum suatu
debitur dalam suatu testamen ditunjuk sebagai warts tunggal oleh krediturnya,
atau si debitur kawin dengan krediturnya dalam suatu persatuan harta kawin.
Hapusnya utang piutang dalam hal percampuran ini, adalah betulbetul "demi
Percampuran utang yang terjadi pada dirinya si berutang utama berlaku juga
6. Pembebasan Utang
diterima oleh debitur. Ada dua cara pembebasan utang, yaitu cuma-cuma,
dipandang sebagai penghadiahan dan prestasi dari pihak debitur, artinya sebuah
68
Dr. Arrisman, Op. Cit. Hlm 67
50
prestasi lain selain prestasi yang terutang. Pembebasan ini didasarkan pada
perjanjian.69
tidak menghendaki lagi prestasi dari debitor dan melepaskan haknya atas
lenyap atau hapus. Menurut ketentuan pasal 1438 KUH Perdata, pembebasan
suatu hutang tidak boleh didasarkan pada persangkaan, tetapi harus dibuktikan.
Pasal 1439 KUH Perdata menyatakan bahwa pengembalian surat piutang asli
secara sukarela oleh kreditor kepada debitor merupakan bukti tentang pembebasan
utangnya.70
Menurut ketentuan pasal 1444 KUH Perdata, apabila benda tertentu yang
menjadi objek perikatan itu musnah, tidak dapat lagi diperdagangkan, atau hilang
bukan karena kesalahan debitor, dan sebelum dia lalai, menyerahkannya pada
waktu yang telah ditentukan; perikatan menjadi hapus (lenyap) akan tetapi, bagi
mereka yang memperoleh benda itu secara tidak sah, misalnya, kerena pencurian,
maka musnah atau hilangnya benda itu tidak membebaskan debitor (orang yang
Meskipun debitor lalai menyerahkna benda itu dia juga akan bebas dari
perikatan itu apabila dapat membuktikan bahwa musnah atau hilangnya benda itu
69
Salim HS.,S.H., M.S. Op., Cit hlm 172
70
Dr. Arrisman, Op. Cit. Hlm 68
71
Dr. Arrisman, Op. Cit. Hlm 69
51
disebabkan oleh suatu keadaan di luar kekuasaan-nya dan benda itu juga akan
Jika barang tertentu yang menjadi obyek perjanjian musnah, tak lagi dapat
diperdagangkan atau hilang, hingga sama sekali tak diketahui apakah barang itu
masih ada, maka hapuslah perikatannya, asal barang tadi musnah atau hilang di
seandainya debitur itu lalai menyerahkan barang itu (misalnya terlambat), ia pun
akan bebas dari perikatan bila ia dapat membuktikan bahwa hapusnya barang itu
disebabkan oleh suatu kejadian di luar kekuasannya dan barang tersebut toh juga
akan menemui nasib yang sama meskipun sudah berada ditangan kreditur.72
Menurut ketentuan pasala 1320 KUH Perdata, apabila suatu perikatan tidak
memenuhi syarat-syarat subjektif. Artinya, salah satu pihak belum dewasa atau
tidak berwenang melakukan perbuatan hukum, maka perikatan itu tidak batal,
"pembatalan" saja, dan memang kalau kita melihat apa yang diatur oleh pasal
hukum, maka tidak ada suatu perikatan hukum yang dilahirkan karenanya, dan
72
Ibid.
52
barang sesuatu yang tidak ada suatu perikatan hukum yang dilahirkan karenanya,
dan barang sesuatu yang tidak ada tentu saja tidak bisa hapus.
a. Perjanjian yang dibuat oleh orang-orang yang belum dewasa dan di bawah
pengampuan,
undang dan
Syarat batal adalah suatu syarat yang bila dipenuhi akan menghapuskan
perjanjian dan membawa segala sesuatu pada keadaan semula, seolah-olah tidak
73
Dr. Arrisman, Op. Cit. Hlm 71
74
Salim HS.,S.H., M.S. Op. Cit, hlm.172
53
terjadi suatu perjanjian. Biasanya syarat batal berlaku pada perjanjian timbal balik
Dalam Hukum Perjanjian pada asasnya suatu syarat batal selamanya berlaku
surut hingga saat lahimya perjanjian. Syarat batal adalah suatu syarat yang apabila
1265 KUH Perdata. Dengan begitu, syarat batal itu mewajibkan si berutang untuk
itu terjadi.76
Tiga syarat agar supaya pembatalan dapat dilakukan yaitu, pertama, perjanjian
itu harus bersifat timbal balik; kedua, harus ada wanprestasi; dan ketiga, harus
dengan putusan hakim. Sehingga dalam hal ini ada dua pihak yang memiliki
kewajiban untuk saling memenuhi prestasi. Jika salah satu pihak melakukan
wanprestasi, maka pihak yang lain dapat meminta pembatalan di Pengadilan
dengan mengajukan gugatan pembatalan, dengan demikian yang membatalkan
perjanjian adalah putusan hakim. Wanprestasi hanya merupakan alasan didalam
75
Salim HS.,S.H., M.S. Op. Cit, hlm.176
76
Dr. Arrisman, Op. Cit. Hlm 73
54
hakim menjatuhkan putusannya, dengan kata lain, wanprestasi hanya sebagai
syarat untuk terbitnya putusan hakim.
Menurut ketentuan pasal 1946 KUH Perdata, lampau waktu adalah alat untuk
memperolah sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu perikatan dengan lewatnya
suatu waktu tertentu dan syarat-syarat yang ditentukan oleh Undang-undang. Atas
dasar ketentuan pasal tersebut dapat diketahui ada dua macam lampau waktu
yaitu77:
a) lampau waktu untuk memperoleh hak milik atas suatu benda disebut
acquisitieve verjaring.
b) Lampau waktu untuk dibebaskan dari suatu perikatan atau dibebaskan dari
Menurut ketentuan pasal 1963 KUH Perdata, untuk memperoleh hak milik
atas suatu benda berdasar pada daluwarsa (lampau waktu) harus dipenuhi unsur-
unsur adanya itikad baik; ada alas hak yang sah; menguasai benda itu terus-
menerus selama dua puluh tahu tanpa ada yang mengggugat, jika tanpa alas hak,
menguasai benda itu secara terus-menerus selama 30 tahun tanpa ada yang
mengugat.
Menurut pasal 1946 KUH Perdata, yang dinamakan daluwarsa atau lewat
waktu ialah suatu upaya untuk memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan dari
suatu perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang
77
Dr. Arrisman, Op. Cit. Hlm 73
55
ditentukan oleh undang-undang. Daluwarsa untuk memperoleh hak milik atas
tersendiri. Dalam KUH Perdata, masalah daluwarsa itu diatur dalam Buku ke IV
Dengan lewatnya waktu tersebut di atas, hapuslah setiap perikatan hukum dan
boleh tetapi tidak dapat dituntut di depan hakim. Debitur jika ditagih utangnya
tuntutan.
Daluarsa tidak berjalan atau tertangguh dalam hal-hal seperti tersebut berikut
ini 79:
c) Terhadap piutang yang digantungkan pada suatu syarat selama syarat itu
tidak terpenuhi;
78
Dr. Arrisman, Op. Cit. Hlm 75
79
Ibid.
56
d) Terhadap seorang ahli waris yang telah menerima suatu warisan dengan
tersebut berlaku dalam jangka waktu tertentu. Setiap kontrak yang dibuat
oleh para pihak, baik kontrak yang dibuat melalui akta di bawah tangan
maupun yang dibuat oleh atau di muka pejabat yang berwenang telah
jangka waktu dan tanggal berakhirnya singkat dan ada juga waktu dan
Pasal 1066 ayat (3) KUH Perdata yang menyebutkan bahwa para ahli
persetujuan dalam Pasal 1066 ayat (4) KUH Perdata dibatasi hanya selama
5 (lima) tahun.
80
R. Setiawan, Op. cit, hlm. 69.
81
Salim HS.,S.H., M.S. Op., Cit hlm. 175
57
3. Para pihak atau undang-undang dapat menentukan bahwa dengan
misalnya jika terjadi salah satu pihak meninggal dunia, maka persetujuan
ini dapat dilakukan baik oleh salah satu ataupun kedua belah pihak dan ini
baik, namun dalam kenyataanya sering kali salah satu pihak tidak
secara sepihak merupakan salah satu cara untuk mengakhiri kontak yang
mestinya.82
putusan pengadilan, yaitu tidak berlakunya kontrak yang dibuat oleh para
82
Salim HS.,S.H., M.S. Op., Cit 178
58
pihak, yang disebabkan adanya putusan pengadilan yang telah mempunyai
menjadi objek perjanjian adalah barang dan harga. Pihak penjual tanah
menyerahkan uang harga tanah tersebut. Sedangkan hak dari penjual tanah
adalah menerima uang harga tanah dan hak dari pihak pembeli menerima
merupakan salah satu cara berakhirnya kontrak, di mana kedua belah pihak
keduanya.
sedang terjadi dan masih belum tentu akan terjadi, baik secara
83
Salim HS.,S.H., M.S. Op., Cit hlm. 176-177.
59
menangguhkan lahirnya perikatan hinga terjadi perististiwa semacam itu,
1. Perikatan dengan suatu syarat Tangguh, yaitu perikatan lahir hanya apabila
peristiwa yang dimaksud itu terjadi dan perikatan lahir pada detik
2. Perikatan dengan suatu syarat batal, yaitu suatu perikatan yang sudah lahir
Menurut Pasal 1266 KUH Perdata, ada tiga hal yang harus diperhatikan
sebagai syarat supaya pembatalan ini dapat dilakukan. Tiga syarat itu adalah :
masing yakni prestasi, jika salah satu pihak ingkar janji atau wanprestasi
mengenai syarat pokok dari perjanjian maka dapat di ajukan gugatan permintaan
Ada beberapa teori hukum yang terkait dengan pembatalan perjanjian sepihak
84
Abdul kadir muhammd., Op Cit hlm. 130
60
sebelumnya telah disetujui, ppernyataan tersebut diungkapkan sebelum tiba waktu
terpenuhinya isi perjanjian) maka dapat dilihat dari ketentuan Pasal 1266 dan
1267 KUH Perdata yang jelas mengatur mengenai syarat batal yaitu jika salah
satu pihak tidak memenuhi kewajibannya. dilihat dari ketentuan Pasal 1266
dalam persetujuan yang timbal balik, andai kata salah satu pihak tidak memenuhi
kewajibannya dalam hal demikian persetujuan tidak batal demi hukum, tetapi
dimintakan melalui pengadilan, hal ini dimaksudkan agar nantinya tidak ada para
pihak yang dapat membatalkan perjanjian sepihak dengan alasan salah satu pihak
Pemutusan perjanjian memang diatur dalam Pasal 1266 KUH Perdata yang
timbulnya hak pihak yang dirugikan untuk menuntut pihak yang melakukan
wanprestasi untuk memberikan ganti rugi, sehingga oleh hukum diharapkan agar
61
mengakibatkan salah satu pihak dirugikan, maka pihak yang melakukan
wanprestasi harus menanggung akibat dari tuntutan pihak lawan yang dapat
berupa tuntutan :
Dengan demikian, kemungkinan pokok yang dapat dituntut oleh pihak yang
kerugian diatur dalam Pasal 1267 KUH Perdata yang menyebutkan, bahwa “
pihak yang terhadapnya perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih, memaksa pihak
yang lain untuk memenuhi persetujuan, jika hal itu masih dapat dilakukan, atau
bunga”. Berdasarkan ketentuan Pasal 1267 KUH Perdata, terdapat beberapa hal
yang dapat dilakukan oleh pihak lawan sebagai akibat dari wanprestasi, yaitu
sebagai berikut :
62
5. Melakukan pembatalan perjanjian disertai dengan penggantian kerugian
2. Pembatalan perjanjian
3. Peralihan resiko
Dari penjelasan pasal diatas, jelas bahwa apabila seseorang telah mengalami
kerugian yang ditimbulkan dari wanprestasi yang dilakukan oleh pihak lain, ia
dapat menuntut untuk meminta penggantian kerugian. Pemberian ganti rugi dalam
Ganti rugi yang muncul sebagai akibat dari adanya wanprestasi adalah jika ada
kedua belah pihak dalam perjanjian, maka menurut hukum dia dapat dimintakan
tanggung jawabnya, jika pihak lain dalam perjanjian tersebut menderita kerugian
karenanya.
BAB III
BAHSAN JAYA
63
A. Profil Perusahaan CV. Gentong Mas
1. Aspek Legalitas
Badan Hukum melalui Akta Pendirian pada tahun 2016 melalui Akta Pendirian
Sarjana Hukum Notaris di Garut. Akta tersebut telah didaftarkan dalam register
44/CV/2014PN.GRT.
Sadang Lebak Desa Situ Asih Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut Jawa
Barat yang saat ini sudah dikenal di beberapa wilayah nusantara bahakan ke
negara-negara Asia. CV. Gentong Mas diprakarsai oleh seorang Pemuka Agama
Pesantren Sadang Lebak Kabupaten Garut dan sudah berlangsung sejak tahun
2006 dimana saat itu Produksi hanya melibatkan keluarga dekat dan santri
Gentong Mas adalah Perusahaan yang saat ini memiliki izin usaha sebagai
perusahaan yang bergerak dalam bidang Industri Air Mineral, Industri Produk
Tradisional, Perdagangan Besar Atas dasar Balas Jasa. Hingga kini CV. Gentong
64
Gentong Mas memproduksi beberapa macam minuman instan antara lain Gula
Aren Gentong Mas, Gucci Mas, Boci Mas dan Air Mineral Hikmatan yang semua
Visi dari perusahaan CV. Gentong Mas adalah “Dari Pesantren Untuk
Masyarakat
Lingkungan
produk tradisional
65
B. Kontrak Kerjasama Distributor antara CV. Gentong Mas dengan CV.
Bahsan Jaya
Pada tanggal 01 September 2016 bahwa CV. Gentong Mas dan CV. Bahsan
Jaya bersepakat dan berjanji, serta mengikatkan diri untuk bekerjasama dalam
Kesehatan dengan merk dagang Gula Aren Gentong Mas yang dikelola dan di
distribusikan oleh pihak CV. Bahsan jaya dan CV. Gentong Mas sebagai produsen
66
Kedua belah pihak tersebut telah saling setuju dan mufakat untuk mengadakan
Dalam akta tersebut tertuang beberapa Pasal yang mengikat kedua belah pihak
mengenai hak dan kewajiaban para pihak selama waktu yang di tentukan dalam
Kontrak kerjasama antara CV. Gentong Mas dan CV. Bahsan Jaya terdiri dari
9 (Sembilan) Pasal yang mengatur tentang objek perjanjian, syarat dan ketentuan-
ketentuan perjanjian, Kewajiban para pihak, Hak para pihak, Ahli waris, Domisi
Hukum dan Penutup Adapun penjabaran dari setiap pasal dalam akta tersebut
adalah :
67
dagang/produk. Semua produk/barang PIHAK PERTAMA hanya
diperuntukan atau didistribusikan oleh PIHAK KEDUA sebagai distributor
Nasional.
a. pembayaran atas transaksi tersebut diberikan kebijakan pembayaran dengan
teknis sebagai berikut : Cash dari setiap pengiriman per order untuk Gula aren
Gentong Mas
b. harga barang dagang/ produk adalah sebagai berikut :
1. Gentong Mas kemasan Lama, 200 gram Rp. 16.000-,/Pcs, untuk harga
Garut.
2. Gentong Mas kemasan Lama, 200 gram Rp. 16.500-,/Pcs, untuk harga
Jakarta.
3. Gentong Mas kemasan Baru, 200 gram Rp. 17.000-,/Pcs, untuk harga
Garut.
4. Gentong Mas kemasan Lama, 200 gram Rp. 17.500-,/Pcs, untuk harga
Jakarta
Beban pajak penjualan dibebankan dan ditanggung oleh masing-masing pihak
c. Apabila ada kenaikan harga, baik perubahan atau pengurangan akan
dikonfirmasikan dan dibicarakan terlebih dahulu oleh para pihak. Untuk
pengajuan perubahan tersebut yang sudah disepakati diajukan minimal 1 bulan
sebelumnya.
d. Para pihak dilarang untuk :
1. Memberikan informasi dan / atau pernyataan yang salah dan / atau
menyesatkan baik mengenai peroduk maupun perusahaan.
2. Membuat perjanjian dan/atau kesepakatan dalam bentuk apapun atas
nama perusahaan tanpa sepengatahuan kedua belah pihak.
3. Baik secara sadar maupun tidak sadar, memberikan informasi yang
salah mengenai produk sehingga mengakibatkan kedua belah pihak
mengalami kerugian baik materil maupun immaterial.
a. PIHAK PERTAMA (CV. GENTONG MAS) tidak boleh
dengan sengaja atau pun tidak sengaja memasarkan produk
dengan merek dagang Gentong Mas kepada pihak lain selain
kepada PIHAK KEDUA (CV. BAHSAN JAYA)
b. PIHAK KEDUA (CV. BAHSAN JAYA) dilarang untuk
memasarkan produk sejenis dengan Gula aren Gentong Mas
e. Hak intelektual yang berbentuk apapun yang berhubungan dengan merek
dagang gula aren Gentong Mas merupakan hak kekayaan Intelektual PIHAK
PERTAMA (CV. GENTONG MAS) seperti : domain & hasting, media social,
facebook, twitter, instagram dan lain sebagainya, dan segala bentuk conten yang
ada didalamnya merupak hak PIHAK KEDUA (CV. BAHSAN JAYA).
68
1. PIHAK PERTAMA (CV. GENTONG MAS) berkewajiban memenuhi
target produksinya yang sudah ditetapkan oleh PIHAK KEDUA (CV.
BAHSAN JAYA).
2. PIHAK PERTAMA (CV. GENTONG MAS) berkewajiban
menciptakan dan menghasilkan produk yang sudah distandarisasikan dan
disepakati oleh kedua belah pihak.
3. PIHAK KEDUA (CV. BAHSAN JAYA) berkewajiban dan akan selalu
membayar setiaptransaksi, dengan teknis pembayarab yang disepakati oleh
para pihak.
4. PIHAK KEDUA (CV. BAHSAN JAYA) berkewajiban untuk
memasarkan produk dengan merek dagang Gula Aren Gentong Mas.
5. Kewajiban para pihak merupakan satu kesatuan dari dan atau poin yang
ada di pasal 2 mengenai SYARAT DAN ATURAN KETENTUAN
PERJANJIAN.
69
C. Tindakan Wanprestasi Terhadap Kontrak Kerjasama Oleh CV. Bahsan
Jaya
Dalam perjanjian kerjasama antara CV. Gentong Mas dan CV. Bahsan Jaya
tidak berjalan sebagai mana seharusnya. Pada tahun 2018 pemilik CV. Bahsan
tunggal dari produk Gentong Mas tanpa pemberitahuan sewajarnya kepada CV.
Gentong Mas. Hal tersebut membuat pihak Gentong Mas mengalami kerugian
oprasional terus berjalan dan harus tetap dikeluarkan, seperti gaji karyawan,
beban karena masih ada piutang yang belum diselesaikan oleh pihak CV. Bahsan
Jaya.
kontrak dengan pihak distributor melalui surat tertulis yang ditujukan pada CV.
dilaksanakannya kewajiban pihak CV. Bahsan Jaya terhadap CV. Gentong Mas
sebanyak 4 (empat) kali dan di antarkan langsung oleh komisaris CV. Gentong
Mas namun ternyata tidak pernah ditanggapi oleh pihak CV. Bahsan Jaya. Oleh
sebab itu CV. Gentong Mas harus terus berjalan maka pihak CV. Gentong Mas
dari CV. Gentong Mas. CV. Bahsan Jaya kemudian mengajukan somasi keberatan
karena CV. Bahsan jaya merasa telah ikut membesarkan Brand dari produk CV.
70
Gentong Mas dan menilai distributor yang baru hanya meneruskan usaha-usaha
Kemudian CV. Bahsan Jaya mengirim surat somasi dengan dasar gugatan
meminta ganti rugi karena pihak Gentong Mas dianggap telah memutuskan
perjanjian yang telah disepakati secara sepihak dan ganti rugi yang diminta oleh
CV. Bahsan Jaya sebesar Rp. 2.000.000.000,- (dua miliar rupiah) yang dianggap
Mas. Disisi lain CV. Gentong Mas mengalami kerugian selama hampir 1 (satu)
lainnya kerugian yang ditanggung oleh CV. Gentong Mas berkisar kurang lebih
Rp. 500.000.000,- ( lima ratus juta rupiah ) dihitung dari barang-barang yang
telah dikirimkan oleh CV. Gentong Mas kepada CV. Bahsan Jaya dan dari stok
71
BAB IV
kerja sama antara CV. Gentong Mas dan CV. Bahsan Jaya alangkah baiknya kita
oleh para pihak berawal dari sebuah kesepakatan bersama dimana pihak kedua
selaku direktur utama CV. Bahsan Jaya merasa tertarik memasarkan sebuah merek
dagang/ hasil produksi yang di buat di sebuah pesantren yang merupakan tempat
beliau pun memperdalam ilmu agama, setelah berbicang mengenai hal ini pihak
kedua merasa perlu menjadi mitra untuk pihak pertama membesarkan merek
dagang/ hasil produksi yang di dibesarkan oleh pihak pertama karena pihak
para santri yang terbentur dengan masalah materi agar bisa mondok di pesantren
dengan rasa aman tanpa perlu repot memikirkan biaya untuk mondok di pesantren
tersebut.
bawah tangan antara H. Aceng Hasan yang berkedudukan di kp. Sadang lebak RT
72
001 RW 005 Desa Situ Sari Kec. Karangpawitan, Kota Garut yang bertindak
sebagai Produsen Gula Aren Gentong Mas yang diseb sebagai Pihak Pertama.
sebagai penjual (trading) Gula Aren Gentong Mas yang disebut sebgai pihak
pasal yang mengikat untuk kedua belah pihak mengenai syarat dan aturan
perjanjian, kewajiban para pihak, hak para pihak, masa berlakunya perjanjian,
beberapa saksi yakni saksi pertama tn. Antoni kuswoyo dan saksi kedua tn. Erik
dan di tanda tangani oleh kedua belah pihak dan saksi. Merasa tidak hanya cukup
perjanjian antara dua belah pihak yang memuat syarat dan aturan ketentuan
yang di buat berdasarkan musyawarah dan mufakat antara kedua belah pihak
tersebut.
Pertama yang akan dibahas dalam pembahasan ini adalah dengan melihat
melihat terpenuhinya semua unsur yang terdapat dalam pasal 1320 KUH Perdata,
73
4. Sebab yang halal
syarat sah suatu perjanjian, karena jika salah satu syarat saja tidak terpenuhi maka
hukum. Dalam hal ini perjanjian yang dilakukan oleh CV. Gentong Mas dan CV.
Syarat yang pertama dalam perjanjian ini adalah kesepakatan para pihak yang
oleh CV. Gentong Mas dan CV. Bahsan Jaya untuk melakukan sebuah kontak
Kerjasama dan dibuat kan akta perjanjian di hadapan notaris dengan di tanda
Mengenai syarat sah perjanjian yang kedua menurut Pasal 1320 ayat (2) yaitu
kecakapan untuk membuat sebuah perjanjian, yaitu para pihak yang mengadakan
perjanjian CV. Gentong Mas dalam hal ini merupakan suatu perusahaan yang
berupa minuma Kesehatan sashet sedangkan CV. Bahsan Jaya merupakan suatu
perusahaan yang bergerak dalam bidang pemasaran produk dan penjualan produk,
Pasal 1320 ayat (3) KUH Perdata menyebutkan mengenai objek perjanjian
yaitu suatu hal tertentu. Suatu hal tertentu ini diartikan sebagai adanya objek yang
74
diperjanjikan baik itu berupa barang yang sudah ada maupun barang yang akan
ada dikemudian hari. Dalam perjanjian Kerjasama antara CV. Gentong Mas dan
Sehingga yang menjadi objek dalam perjanjian ini merupakan barang yang dibuat
oleh CV. Gentong Mas yang akan di distribusikan oleh CV. Bahsan Jaya.
Pasal 1320 ayat (4) KUH Perdata menyebutkan syarat sah nya suatu perjanjian
yang ke empat yaitu adanya suatu sebab yang halal. Dalam Pasal 1335 KUH
Perdata tidak disebutkan mengenai suatu sebab yang halal, tetapi hanya
menyebutkan bahwa suatu perjanjian jika dibuat atas dasar kepalsuan atau
terlarang maka perjanjian tersebut tidak memiliki kekuatan hukum. Pasal 1337
KUH Perdata mempertegas bahwa mengenai suatu sebab yang terlarang yaitu
antara CV. Gentong Mas dan CV. Bahsan Jaya dibuat dengan tidak bertentagan
aturan yang melarang kegiatan tersebut dan tidak bertentangan dengan ketertiban
umum dan kesusilaan, ini semua merupakan syarat umum yang selalu harus
dipatuhi.
Selain mengenai syarat sahnya suatu perjanjian Adapun prosedur lain yang
terdapat dalam kesepakatan antara CV. Gentong Mas dan CV. Bahsan Jaya yaitu
75
mengenai bentuk perjanjian tersebut, apakah perjanjian itu dibuat secara tertulis
atau lisan.
Perjanjian kerja sama antara CV. Gentong Mas dan CV. Bahsan Jaya
kewajiban pokok yang harus dipenuhi. Kewajiban pokok yang harus di penuhi
oleh masing-masing pihak. Kewajiban pokok yang harus dipenuhi oleh CV.
selanjutnya para pihak dalam perjanjian ini secara otamatis akan timbul hak-hak
apa saja yang akan diterimanya dan kewajiban-kewajiban apa saja yang harus
76
Dalam pelasanaan isi perjanjian tersebut ada Langkah-langkah yang harus
dagang/ produk yang dimuat dalam pasal yang tertuang dalam isi perjanjian
tersebut.
Dalam Pasal 3 ayat (1) perjanjian kerjasama menegaskan bahwa pihak pertama
sesuai kebutuhan pihak kedua dan dalam Pasal 3 ayat (4) dijelaskan bahwa pihak
Kemudian dalam Pasal 3 ayat (2) dan (3) kewajiban pihak pertama adalah
memenuhi target yang pihak kedua berikan dan jua pihak pertama berkewajibna
dalam Pasal 3 ayat (5) pihak kedua berkewajiban untuk memasarkan produk yang
Dalam penjabaran beberapa pasal diatas maka akan tampak jelas mengenai
prosedur pelaksaan perjajian kerja sama yang dibuat kedua belah pihak tersebut.
dengan apa yang telah disepakati Bersama oleh kedua belak pihak, antara lain
menurut hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan dilapangan ternyata
77
dibuat tersebut, antara lain pihak kedua telah dengan sengaja tidak menjalankan
pihak kedua telah dengan sengaja melanggar pasal 3 ayat (5) perjanjian kerjasama
yaitu dengan tidak memasarkan produk-produk yang telah pihak kedua pesan
oleh pihak kedua yang tidak memenuhi kewajibannya untuk memasarkan produk-
produk pihak pertama. Atas alasan tersebut pihak pertama mengirimkan surat
perihal tidak terlaksannya kewajiban pihak kedua terhadap pihak pertama namun
hingga saat ini pihak pertama tidak pernah mendapatkan balasan perihal hal
tersebut.
Penulis dalam hal ini berpendapat bahwa tindakan yang dilakukan pihak
kedua sudah jelas tidak dibenarkan sebab kedua belah pihak telah terikat dengan
kewajiban kewajiban yang harus dan wajib dipenuhi kedua belah pihak, sesuai
dengan bahasan dalam bab ii mengenai prestasi sesuai dengan pasal 1234 KUH
sesuatu, artinya pihak pertama secara prestasi telah memberikan sesuatu dan
justru tidak memenuhi prestsi nya, dalam hal ini penulis berpendapat bahwa
tindakan pihak kedua telah masuk dalam tindakan wanprestasi. Seperti dibahas
antara lain adalah tidak melaukan apa yang disanggupi akan dilakukan.
78
B. Akibat hukum dari pemutusan perjanjian kerjasama sama secara sepihak
Sesuai dengan ketentuan pasal 1265 KUH Perdata, syarat batal adalah syarat
yang bila di penuhi akan menghapuskan perikatan dan membawa segala sesuatu
pada keadaan semula seolah-olah tidak ada suatu perjanjian. Hal-hal yang harus
dimana wanprestasi selalu dianggap sebagai syarat batal dalam suatu perjanjian
sehingga pihak yang merasa dirugikan karena pihak lain wanprestasi dapat
menuntut pembatalan perjanjian. Hal ini yang menjadi dasar bagi CV. Gentong
Mas untuk melaksanakan pembatala dengan alas an yang telah disebutkan dalam
wanprestasi, dan wanprestasi karena pihak lawan telah melepaskan haknya atas
pemenuhan prestasi.
Pihak CV.Bahsan Jaya kemudian menilai bahwa pihak CV. Gentong Mas pun
Bahsan Jaya menyebutkan bahwa CV. Gentong Mas telah melakukan manipulasi
data dan informasi dan melakukan hubungan kerja dan transaksi dengan pihak
lain. Hal tersebut jelas bertentangan dengan isi perjanjian dalam pasal 2 yang
79
menyebutkan bahwa para pihak dilarang untuk membuat perjanjian dalam bentuk
apapun dengan dan atas nama perusahaan tanpa sepengetahuan kedua belah pihak.
menemukan bukti fisik adanya perjanjian yang di tuduhkan oleh pihak CV.
Bahsan Jaya terhadap CV. Gentong mas, maka dengan demikian penulis
menyimpulkan bahwa tuduhan yang di tuduhkan kepada pihak CV. Gentong Mas
tidak memiliki dasar yang kuat untuk menjadikan tangkisan CV. Bahsan Jaya agar
terbebas dari dugaan wanprestasi yang dilakukan oleh CV. Bahsan Jaya. Maka
dengan alasan tersebut CV. Gentong Mas dapat membatalkan perjanjian tersebut
karena pihak CV. Bahsan Jaya dianggap melanggar syarat objek perjanjian.
Dalam akta perjanjian kerja sama antara CV. Gentong Mas dan CV. Bahsan
Jaya tidak memuat pasal yang menjelaskna mengenai berakhirnya perjanjian dan
disebutkan dalam pasal 4 mengenai hak para pihak, dalam pasal 4 ayat (3)
Meskipun dalam akta perjanjian kerja sama antara CV. Gentong Mas dan CV.
Bahsan Jaya tidak memuat pasal mengenai hak para pihak tersebut namun penulis
dapat dijadikan sebagai dasar hukum karena perjanjian tersebut dibubuhi oleh
materai dan tanda tangan kedua belah pihak juga tanda tangan para saksi.
80
BAB V
A. Simpulan
1. Prosedur pelaksanaan antar CV. Gentong Mas dan CV. Bahsan Jaya
sudah memenuhu syarat umum yaitu syarat sah nya perjanjian yang
diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata dan Syarat khusus yang
ditentukan oleh para pihak dalam perjanjian kerja sama antara CV.
Gentong mas dan CV. Bahsan Jaya melalui jalur musyawarah dan
diri dalam sebuah perjanjian kerja sama. CV. Gentong Mas merupakan
yang telah berbadan hukum tetap dan mandiri serta meniliki orgasisasi
81
dan merupakan suatu perusahaan yang telah berbadan hukum tetap dan
2. Akibat hukum dari pemutusan hukum antara CV. Gentong Mas dan
akta perjanjian tersebut tidak memuat sanksi yang jelas namun sebagai
diberikan pernyataan lalai namun debitur tetap tidak ada iktikad baik
82
memenuhi kewajibannya atau untuk berprestasi, maka perjanjian
B. Saran
1. Berdasarkan kasus yang penulis teliti, maka dalam hal ini penulis
memberi saran bagi setiap subjek hukum yang akan mengadakan suatu
lain.
83
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Buku
- Ahmadi Miru dan Sakka Pati, Hukum Perikatan: Penjelasan Makna Pasal
1233 sampai 1456 BW , Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013.
84
- Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di
Bidang Kenotariatan, Citra Aditya, Bandung: 2010.
- Salim HS, Hukum Kontrak (Teori & Teknik Penyusunan Kontrak), Sinar
grafika, Jakarta, 2014.
- Sri Soesilowati Mahdi, Surini Ahlan Sjarif, dan Akhmad Budi Cahyono,
Hukum Perdata Suatu Pengantar,Gitama Jaya, Jakarta, 2005.
85
- Jurnal UNS. Komparasi syarat sahnya perjanjian menurut kitab undang-
Semarang
Perjanjian,
Hukum Malang,
Website
- http://igapurwanti-fh10.web.unair.ac.id/artikel_detail-71455-hukum
- http://radityowisnu.blogspot.com/2012/06/wanprestasi-dan-ganti-rugi.html,
86