Kasus terorisme bom thamrin atau dikenal sebagai peristiwa bom Sarinah adalah tragedi
pengeboman yang terjadi di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat pada Selasa, 14 Januari 2016.
Tragedi ledakan bom ini terjadi di dua tempat, yaitu di sebuah pos polisi depan gedung Badan
Pengawas Pemilu (Bawaslu), dan di tempat parkir Menara Cakrawala, yang berada sebelah utara
Mall Sarinah. Tercatat bahwa korban dari serangan ini ada delapan orang tewas dan 24 lainnya
mengalami luka-luka.
B.Sidang Kasus
Tanggal 13 Agustus 2017, Aman Abdurrahman ditangkap Densus 88 Antiteror. Polisi
menduga Aman sebagai inisiator penyerangan pos polisi di Thamrin, Jakarta Pusat pada Kamis, 14
Januari 2016. Kemudian, tanggal 22 Juni 2018 sidang vonis atas kasus pidana terorisme bom
Sarinah dilaksanakan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Sidang ini dilakukan oleh Sigit
Hendradi, S.H. sebagai Jaksa Penuntut Umum, Hakim Ketua Akhmad Jaini dengan empat
anggotanya yakni Irwan, H. Ratmoho, Aris Bawono dan Sudjarwanto, dan Aman Abdurrahman
sebagai terdakwa.
Jaksa meyakini dalang dari terjadinya peristiwa bom Sarinah ini adalah Aman Abdurrahman
alias Oman Rochman alias Abu Sulaiman bin Ade Sudarman yang juga terduga menjadi dalang dari
berbagai serangan teror di Indonesia selain bom Thamrin, diantaranya yaitu bom Gereja Oikumene
Samarinda pada tahun 2016, bom Kampung Melayu, penusukan polisi di Sumut, dan penembakan
polisi di Bima tahun 2017. Yang lebih mengejutkannya lagi ternyata sosok Aman akrab dengan
jeruji. Berkali-kali sejak tahun 2003 Aman begitu sering menjalani hidupnya di balik bui. Semua
kasus yang menjeratnya berkenaan dengan aktivitas terorisme.
Alasan Aman melakukan tindakan terorisme ini tidak lain dan tidak bukan adalah karena
Aman adalah seorang pengagum salah satu organisasi paling berbahaya di dunia, yaitu ISIS.
Mengapa Aman menyukai ISIS masih kurang diketahui, tapi berdasarkan pernyataannya, ia
menyukai ISIS karena memiliki beberapa kecocokan dengan dirinya. Berkat prestasinya dalam
melakukan teror bom di berbagai tempat di Nusantara, Aman kerap kali disebut dengan sebutan
pioneer ISIS di Indonesia. Di samping itu, Aman juga merupakan seorang pendakwah seputar isu
tauhid dan jihad yang mengagumi tokoh ideologi jihad pendukung Al Qaidah Abu Muhammad al-
Maqdisi.
Bahkan Aman juga disebut sebagai perebut massa pendukung pendiri Jamaah Ansharut
Tauhid (JAT) Abu Bakar Ba'asyir. Aman lalu membawa anggota JAT yang direbut dari Ba'asyir
untuk mendirikan organisasi baru bernama JAD. Arah perjuangan organisasi tersebut dinilai sama
dengan ISIS di Irak dan Suriah, yakni mendirikan negara Islam.
Menurut Jaksa, Aman Abdurrahman juga membentuk Jamaah Ansharut Daulah (JAD)
dalam sebuah pertemuan di Malang pada November 2014. "Dalam kelompok JAD, terdakwa Aman
Abdurrahman diposisikan oleh para pengikutnya sebagai rujukan dalam ilmu," kata jaksa. Jaksa
menyatakan, Aman Abdurrahman 'ingin menjadikan Indonesia sebagai sebuah provinsi ISIS'.
"Menuntut agar Majelis Hakim menyatakan Aman Abdurrahman terbukti bersalah secara sah dan
meyakinkan melakukan tindak pidana terorisme, dan menjatuhkan hukuman mati," kata jaksa Anita
Dewayani dalam sidang yang dijaga ketat di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
C.Hasil Sidang
Aman Abdurrahman disangka melanggar Pasal 14 juncto Pasal 6 Perppu Nomor 1 Tahun
2002, subsider Pasal 15 juncto Pasal 7 UU Nomor 15/2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme dengan ancaman pidana seumur hidup atau hukuman mati. Ia juga disangka dengan
Pasal 14 juncto Pasal 7 subsider Pasal 15 juncto pasal 7 UU Nomor 15/2003 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme dengan ancaman pidana penjara seumur hidup.
Dengan demikian, sidang berakhir dengan putusan Hakim yang menjatuhi Aman
Abdurrahman berupa hukuman mati.