Anda di halaman 1dari 9

2002: Tragedi Bom Bali

Penulis: micom - 12 October 2017, 11:37 WIBAP

AP

TRAGEDI ini merupakan aksi teroris terbesar di Indonesia dan menjadi sejarah
paling hitam sepanjang 2002. Bom meledak di dua diskotek yang banyak
dikunjungi turis asing di kawasan Kuta. Korban tewas sebanyak 202 orang dan
209 lainnya luka-luka yang kebanyakan berasal dari Australia.

Tragedi ini menyeret Abu Bakar Ba’asyir, pemimpin organisasi Jemaah


Islamiyah, yang memiliki keterlibatan dalam pengeboman. Bom meledak pada
pukul 23.05 di saat diskotek ramai pengunjung.

Ledakan pertama di Diskotek Paddy’s. Bom disimpan dalam tas punggung dan
diledakkan dengan cara bunuh diri. Lima belas detik kemudian bom kedua seberat
1.000 kg yang berada dalam sebuah Mitsubshi Colt.

i
Mobil diparkir di depan Sari Club dan diledakkan dari jarak jauh. Horor dan
kepanikan yang terjadi sangat luar biasa. Rumah sakit lokal tidak mampu
menangani korban yang jatuh serempak.

Beberapa korban dengan luka bakar parah diterbangkan ke rumah sakit di Darwin,
Australia. Bekas ledakan di depan Sari Club berupa lubang sedalam 3 kaki. Untuk
mengenang para korban, didirikan monumen di lokasi ledakan.

Bom Thamrin, Teror yang Disiapkan dari Penjara

Penulis: Dieqy Hasbi Widhana

14 Januari 2019

Bom Thamrin, Teror yang Disiapkan dari Penjara


tirto.id - Saat hari mulai beranjak siang, di antara keriuhan lalu lalang kendaraan
di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat bunyi ledakan menggelegar yang bersumber
dari dekat meja kasir kafe Starbucks, Gedung Skyline. Seketika, kaca depan dan
plafon tempat itu hancur dari kejadian pukul 10.40, Kamis (14/1/2016) Siang.

Aiptu Denny Maheu salah satu yang mendengar ledakan saat sedang bertugas

menilang seorang pengendara motor. Ia pun bergegas masuk ke dalam Pos Polisi
Sarinah untuk melayangkan laporan. Selang lima menit dari ledakan pertama,
seorang pelaku teror meledakkan tas berisi bom dalam kemasan gas elpiji melon 3
kilogram ke dalam Pos Polisi.

Tiga orang, termasuk Denny tergeletak di dekat Pos Polisi dengan tubuh
bersimbah darah dan berasap. Usai kejadian, perempatan MH Thamrin ditutup.
Warga berkerumun tak jauh dari Pos Polisi. Dua pelaku yang turut membaur,
menembaki warga secara acak dengan senjata api rakitan yang sudah berkarat,
saat kejadian pada pukul 10.52. Satu polisi ditembak di punggung dari jarak
dekat, satu pekerja Bangkok Bank ditembak di bagian kepala.

i
Kemudian ledakan ketiga terjadi pada pukul 10.56 di tengah Jalan Thamrin, depan
Gedung Skyline. Suara ledakan itu berasal dari granat rakitan pelaku teror. Di
lokasi yang sama, terdengar suara ledakan keempat pukul 10.59 yang juga berasal
dari granat rakitan.

Di halaman parkir Starbucks dan Burger King, dua teroris meledakkan satu bom
pipa besi dan granat rakitan pada pukul 11.05.

Beberapa barang bukti yang ditemukan di lokasi kejadian: dua buah serpihan accu
12 volt merk GS warna hitam, dua buah saklar tipe geser warna putih, 22 butir
peluru berukuran 22 milimeter, lebih dari 446 buah sekrup diameter 1 sentimeter,
dan lebih dari 114 paku berukuran 5 sentimeter.

Kejadian mengerikan ini membuat status Jakarta yang awalnya dinyatakan


waspada sejak menjelang tahun baru 2016, langsung dinaikkan menjadi siaga I
oleh TNI dan Polri.

Para pelaku tindakan teror keji adalah Sunakim alias Afif, komandan lapangan
yang pernah divonis 7 tahun penjara karena kasus pelatihan militer di Pegunungan
Desa Jalin, Jantho, Aceh Besar pada tahun 2010. Ia melempar granat rakitan.

Selain itu ada Dian Joni Kurniadi yang bertugas melempar bom ke Pos Polisi
Thamrin. Kemudian Muhammad Ali, pernah dipenjara karena kasus merampok
Bank CIMB Niaga di Medan untuk mendanai teroris pada 2010. Ali bertugas
melempar granat. Sedangkan pelaku yang meledakkan bom bunuh diri pertama
ialah Ahmad Muhazin.
Aksi ini sudah disiapkan cukup matang, tiga pelaku menyewa kamar kos seluas
3x5 meter di tempat yang sama seharga Rp300 ribu per bulan. Di kamar kos
daerah Meruya Utara, Jakarta Barat ketiganya, ditemukan satu buah gawai, Al
Quran bersampul cokelat, siwak, kacamata hitam, serta satu buku bertuliskan
“jihad”. Satu pelaku lainnya tinggal di dekat kamar kos itu.

Serangan itu meniru tindakan ISIS di enam wilayah Paris pada 13 hingga 14
November 2015 yang menjatuhkan korban 130 tewas dan 494 orang luka-luka.

Sampa Kundu, asisten peneliti di Institute for Defence Studies and Analyses
(IDSA) mengatakan, serangan di Thamrin, Jakarta Pusat jauh berbeda dengan aksi
teror sebelumnya. Alasannya karena, pertama dilakukan teroris yang berbaiat
dengan ISIS. Kedua, para pelaku tak hanya menggunakan bom, melainkan granat
dan senjata rakitan juga.

Respons Warganet Tak Takut

Tagar #KamiTidakTakut di sosial media juga berseliweran. Muhammad Yunus,


seorang pengemudi Gojek juga jadi sosok yang mencuat, ia berhasil
menyelamatkan salah satu korban bom, Anggun Kartika Sari.

Usai kejadian, warga berbondong-bondong menonton peristiwa itu hingga malam


hari. Bahkan ada yang rela berjalan kaki hanya untuk foto-foto di sekitar lokasi
kejadian. Polisi berkali-kali meminta warga menjauh dari lokasi kejadian yang
memakan korban 34 orang: 26 korban luka-luka, serta 8 korban meninggal dunia.

i
"Setelah bom, jalan ini tetap ramai dan rumah makan tetap buka," kata David
wisatawan asal Swiss untuk liburan selama tiga hari di Jakarta saat ditemui di
kawasan Jalan Jaksa, Jakarta Pusat, Kamis malam.

Otak Dalam Penjara

Oman Rochman alias Aman Abdurrahman dan Iwan Darmawan Muntho alias
Rois menjadi otak pagelaran teror di objek vital negara, Thamrin. Berdasarkan
Putusan PN Jakarta Selatan Nomor 140/Pid.Sus/2018/PN.Jkt.Sel, mereka
merencanakan dan menggerakkan teror saat keduanya menjadi tahanan Lapas
Kembang Kuning, Nusakambangan, Cilacap.

Pada 2009, Aman divonis 9 tahun penjara. Ia terlibat dalam pelatihan militer
teroris di Aceh. Sedangkan Rois, narapidana mati dalam kasus bom di Kedutaan
Besar Australia di Kuningan, Jakarta, yang dikenal sebagai kasus bom Kuningan.
Aman bertugas menyampaikan doktrin, sedangkan Rois menyusun strategi.

Pada 2014, ramai deklarasi Khilafah Islamiyah atau Islamic State of Iraq and
Syiria (ISIS) di Suriah. ISIS dinyatakan sebagai organisasi teroris melalui
Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 2170, pada 15 Agustus 2014. Namun,
Aman justru membaiat beberapa tahanan dan orang-orang yang menjenguknya
untuk mendukung ISIS.

Baiat itu adalah ikatan untuk mematuhi seruan Al Bagdadi, “Berhijrah ke bumi
Syam apabila mampu, namun apabila tidak mampu berjihad lah kalian di negeri
masing-masing.”

Setelah itu Aman membentuk Jamaah Anshor Daulah (JAD) dari dalam penjara.
Ia juga mengisi pengajian jarak jauh melalui teleconference/video call. JAD resmi
membentuk struktur nasionalnya pada November 2015 di Malang, Jawa Timur.
Usai JAD terbentuk, pada November 2015 itu, Saiful Munthohir alias Abu Gar
mengunjungi Aman. Aman membisikkan padanya:

“Ada perintah dari umaroh dari Suriah untuk melaksanakan amaliah jihad seperti
yang terjadi di Paris, Perancis. Teknis dan pelaksanaannya nanti akan
disampaikan oleh Rois.”

Rois telah menyiapkan dana Rp200 juta untuk serangan di Jalan Thamrin. Ia
secara intensif berkomunikasi dengan JAD melalui aplikasi Telegram untuk
mencari calon pengantin bom Thamrin dan strategi teror. Sasaran awal yang
dituju ialah Jalan Sabang, Jakarta.

Di Malang, JAD menggelar pelatihan ala militer. Mereka dilatih menjadi mesin
pembunuh dalam jarak dekat. Mulai dari taktik perang seperti rolling, merayap,
jalan merunduk, penyamaran, mengenali peluru dan senjata api, hingga rute
penyerangan.

Aman divonis hukuman mati atas teror bom dan penembakan di Thamrin, bom di
Kampung Melayu, dan Peledakan Bom di Gereja HKBP Aikomene Samarinda.
Delapan buku dan lima lembaran kertas Aman yaitu buku At Thoriq As Shawi
hingga Kumpulan Fiqih disita untuk dimusnahkan. Nama Aman juga sempat
mencuat saat insiden penyanderaan Mako Brimob 2017 lalu.

i
Bom Sarinah, Ledakan di Thamrin Disusul Tembakan

Oleh: Tempo.co

14 Januari 2016 11:56 WIB

Sejumlah petugas kepolisian berada di lokasi terjadinya ledakan bom bunuh diri
di pos polisi dekat pusat perbelanjaan Sarinah, Thamrin, Jakarta Pusat, 14 Januari
2016. Tempo/subekti

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah ledakan yang diduga bom berasal dari sebuah pos
polisi di daerah Sarinah, Thamrin, terjadi pada sekitar pukul 10.50 WIB. Ledakan
bom itu melukai seorang polisi yang berada di dalam pos polisi itu. “Polisi itu
tampak terluka parah,” kata Subekti, fotografer Tempo, yang berada di lokasi
kejadian, Kamis, 14 Januari 2016.
Menurut Subekti, tiga orang yang belum diketahui identitasnya tergeletak di dekat
pos polisi itu. Setelah bom tersebut meledak, sejumlah warga yang sedang berada
di pusat perbelanjaan Sarinah, di seberang lokasi pos polisi, berhamburan keluar.

Ketika sejumlah warga berkerumun untuk melihat apa yang terjadi, selang sekitar
lima menit dari kejadian bom, terdengar suara tembakan dari orang tak dikenal
yang diarahkan ke kerumunan orang di Sarinah. “Ada satu orang memakai baju
biru tertembak di dada dan leher, langsung jatuh,” kata Subekti.

Subekti menuturkan, setelah penembakan terjadi, pelaku tak dikenal tersebut


berlari ke arah Monas. Beberapa warga sempat terlihat berupaya mengejar pelaku
tersebut.

Selang lima menit kemudian, terjadi ledakan bom kedua dari sebuah mobil hitam
tipe SUV yang terparkir di jalanan depan gedung Sarinah. “Kayak mobil gunung
gitu. Adanya di jalan raya,” kata Subekti.

DIKO OKTARA

Anda mungkin juga menyukai