Anda di halaman 1dari 259

EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

i
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

ii
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

EKONOMI PRODUKSI
Teori dan Aplikasi

Oleh,
Dr. Sujarwo

2019

i
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Sanksi Pelanggaran Pasal 113

Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran


hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin
Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran
hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin
Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran
hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
4. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

ii
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Ekonomi Produksi
Teori dan Aplikasi

Penulis:
Dr. Sujarwo

ISBN:

Perancang Sampul:
Tim UB Press

Penata Letak:
Tim UB Press

Pracetak dan Produksi:


Tim UB Press

Penerbit:
UB Press

UB Press
Jl. Veteran 10-11 Malang 65145 Indonesia
Gedung INBIS Lt.3
Telp: (0341) 5081255, wa: 082228238999
e-mail: ubpress@gmail.com/ubpress@ub.ac.id
http://www.ubpress.ub.ac.id

Cetakan Pertama, Februari 2019

i-x +80 hlm, 15.5 cm x 23.5 cm

Dilarang keras memfotokopi atau memperbanyak sebagian


atau seluruh buku ini tanpa seizin tertulis dari penerbit

iii
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

PENGANTAR PENULIS

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas kekuatan dan kemudahan


yang Allah berikan kepada Penulis sehingga penulisan buku ini
menuju pada penyelesaian. Shalawat dan salam kepada Rasulullah
Muhammad SAW yang memberikan contoh tauladan dari setiap
segi kehidupan. Penulis menyusun buku ini melalui proses yang
panjang ketika Penulis belajar, mengajar, meneliti dan
memikirkan perilaku ekonomi produksi sehingga terkumpul
dalam tulisan di buku ini.
Buku ini menyediakan pembahasan yang bersifat teoritis
dan mendasar untuk memahami perilaku perusahaan sebagai
produsen. Perilaku produksi perusahaan dapat diamati dari sisi
penggunaan input dan juga dari sisi penetapan output produksi
dan biayanya.
Perspektif input dalam ekonomi produksi memberikan
pengertian tentang bagaimana alokasi input dan implikasinya bagi
tingkat profit perusahaan. Dari perspektif ini juga diperoleh
informasi bagaimana demand dari input produksi dapat
diturunkan dan bagaimana syarat (condition) pencapaian alokasi
profit maksimum dari perspektif penggunaan input.
Perspektif output dalam ekonomi produksi adalah
memahami bagaimana perusahaan dalam mengalokasikan
sumberdaya modalnya sehingga dihasilkan output untuk
mendapatkan profit yang paling tinggi. Perusahaan diasumsikan
dalam pasar persaingan sempurna maka berposisi sebagai price
taker. Keputusan output optimum untuk menghasilkan profit
maksimum mendasarkan pada berapa tingkat harga output
diterima perusahaan atas penjualan produknya di pasar.
Penjelasan matematis dan grafis sangat membantu
memberi kepastian pengukuran dan penjelasan dalam optimisasi
kegiatan produksi. Optimasi produksi yang dimaksud adalah
ketika upaya mengoptimumkan produksi dibatasi oleh kendala
teknologi produksi ataupun biaya (constrained optimization) dan
optimisasi yang tidak terkendala (unconstrained optimization).

iv
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Kegiatan produksi juga dipahami tidak terlepas dengan


adanya pengaruh factor eksternal dan internal yang
melingkupinya. Buku ini juga memberikan ruang bagi
pembahasan factor-faktor internal dan eksternal yang akan
mempengaruhi kegiatan optimisasi produksi perusahaan. Pada
akhir Bab di Buku ini juga memberikan perhatian khusus pada
aspek risk and uncertainty dalam kegiatan produksi.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati dan kesadaran
akan kelemahan penulis dalam menuangkan pemikiran dan
pemahaman di buku ini, Penulis menyampaikan permohonan
maaf atas segala kekurangan. Teriring atas ikhtiar ini, doa semoga
ada kemanfaatan diijinkan Allah SWT hadir dari buku ini dalam
memudahkan memahami teori ekonomi produksi.

Penulis

v
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

vi
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

DAFTAR ISI

PENGANTAR PENULIS ..................................................................................... iv


DAFTAR ISI .......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL..................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................xi
1. PENDAHULUAN ...............................................................................................1
1.1 Perspektif teori ekonomi .....................................................................1
1.2 Asumsi dalam teori ekonomi dan metode ilmiah......................3
1.3 Representasi model ekonomi ............................................................5
1.4 Posisi ekonomi produksi dalam teori ekonomi .........................5
1.5 Peran matematika dalam teori ekonomi produksi ...................7
1.6 Ringkasan................................................................................................ 11
1.7 Pertanyaan review .............................................................................. 11
1.8 Diskusi ...................................................................................................... 12
2. ASPEK TEKNIS FUNGSI PRODUKSI 1 INPUT 1 OUTPUT.............. 13
2.1 Fungsi produksi .................................................................................... 14
2.2 Total Physical Product (TPP) .......................................................... 15
2.3 Average Physical Product (APP) dan Marginal Physical
Product (MPP) ............................................................................................... 17
2.4 Elastisitas input dan pembagian tahapan dalam fungsi
produksi ........................................................................................................... 20
2.5 Ringkasan................................................................................................ 26
2.6 Pertanyaan review .............................................................................. 27
2.7 Diskusi ...................................................................................................... 27
3. EKONOMI PRODUKSI: PERSPEKTIF INPUT ...................................... 31
3.1 Keterkaitan TVP dan TPP .................................................................. 32
3.2 Keterkaitan VMP dan VAP dengan MPP dan APP .................... 36
3.3 Hubungan VMP dan MFC ................................................................... 37
3.4 Profit maksimum perspektif input ............................................... 38
3.5 Ringkasan................................................................................................ 45
3.6 Pertanyaan review .............................................................................. 47
3.7 Diskusi ...................................................................................................... 48
4. EKONOMI PRODUKSI: PERSPEKTIF OUTPUT .................................. 51
4.1 Konsep dasar dalam teori biaya produksi ................................. 52
4.2 Keterkaitan FC, TFC, TC, TVP dan TR .......................................... 54
4.3 Keterkaitan AC, AVC, AFC, dan MC................................................ 58
4.4 Harga output, efisiensi, dan perubahan profit maksimum. 63
4.5 Profit maksimum perspektif output ............................................ 66
vii
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

4.6 Ringkasan ................................................................................................72


4.7 Pertanyaan review...............................................................................72
4.8 Diskusi ......................................................................................................73
5. PERMINTAAN INPUT DAN PENAWARAN OUTPUT .......................75
5.1 Keuntungan dari sisi input dan dari sisi output .......................76
5.2 Penurunan permintaan input .........................................................88
5.3 Penurunan penawaran individu perusahaan ...........................92
5.4 Ringkasan ................................................................................................97
5.5 Pertanyaan review...............................................................................98
5.6 Diskusi ......................................................................................................98
6. FUNGSI PRODUKSI DUA INPUT ........................................................... 101
6.1 Fungsi produksi dua input ............................................................ 102
6.2 Isoquant dan propertinya.............................................................. 104
6.3 Isoquant dan Marginal Rate of Technical Substitution
(MRTS) ........................................................................................................... 105
6.4 Elastisitas dan Return to Scale (RTS) ....................................... 109
6.5 Ridge Line, keseimbangan produsen dan expansion path 116
6.6 Homogenous function dan Euler’s theorem .......................... 120
6.7 Ringkasan ............................................................................................. 122
6.7 Pertanyaan review............................................................................ 124
6.8 Diskusi .................................................................................................... 124
7. BERBAGAI BENTUK FUNGSI PRODUKSI ......................................... 127
7.1 Kharakteristik fungsi produksi Cobb-Douglas...................... 128
7.2 Kharakteristik fungsi produksi linear ...................................... 134
7.3 Kharakteristik fungsi produksi pangkat.................................. 136
7.4 Kharakteristik fungsi produksi trancendental ...................... 137
7.5 Kharakteristik fungsi produksi trancendental logaritmic 139
7.6 Kharakteristik General Power Production Function (GPPF)
........................................................................................................................... 141
7.7 Constant Elasticity of Substitution (CES) ................................ 142
7.8 Ringkasan ............................................................................................. 144
7.9 Pertanyaan Review........................................................................... 144
7.10 Diskusi.................................................................................................. 145
8. OPTIMISASI DALAM FUNGSI PRODUKSI ......................................... 147
8.1 Maksimisasi profit tanpa kendala pada kegiatan produksi 2
input ................................................................................................................ 148
8.1.1 Profit maksimum, penawaran, dan permintaan input pada
fungsi produksi 2 input, salah satu input bersifat konstan...... 149
8.1.2 Break-even point dan Shutdown point pada fungsi
produksi 2 input, salah satu input bersifat konstan ................... 154
8.1.3 Profit maksimum dan penawaran pada fungsi produksi 2
input ................................................................................................................ 156

viii
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

8.2 Maksimisasi profit tanpa kendala pada kegiatan produksi n


input................................................................................................................ 160
8.3 Maksimisasi Profit dengan Kendala .......................................... 167
8.3.1 Minimisasi biaya produksi dengan kendala fungsi
produksi ........................................................................................................ 169
8.3.2 Maksimisasi penerimaan produksi dengan kendala biaya
........................................................................................................................... 173
8.4 Efisiensi Produksi: Efisiensi Alokatif (AE), Efisiensi Teknis
(TE) dan Efisiensi Ekonomi (EE) ........................................................ 177
8.4.1 Pemikiran Konsep Efisiensi Produksi .................................. 177
8.4.2 Implementasi pengukuran efisiensi produksi .................. 178
8.5 Ringkasan............................................................................................. 188
8.6 Pertanyaan Review .......................................................................... 189
8.7 Diskusi ................................................................................................... 190
9. LINGKUNGAN PRODUKSI: FAKTOR INTERNAL DAN
EKSTERNAL PRODUKSI .............................................................................. 191
9.1 Faktor Lingkungan Internal Mempengaruhi Produksi:
Entreprenership dan Kapasitas Manajerial ................................... 192
9.2 Faktor Lingkungan Internal Mempengaruhi Produksi:
Inovasi dan Adopsi Teknologi Baru................................................... 197
9.3 Faktor Lingkungan Eksternal Mempengaruhi Produksi:
Perubahan Cuaca ....................................................................................... 199
9.4 Faktor Lingkungan Eksternal Mempengaruhi Produksi:
Kebijakan Pemerintah ............................................................................. 201
9.5 Ringkasan............................................................................................. 207
9.6 Pertanyaan Review .......................................................................... 209
9.7 Diskusi ................................................................................................... 209
10. RISIKO DAN KETIDAKPASTIAN DALAM PRODUKSI ............... 211
10.1 Perilaku Produsen terhadap Risiko........................................ 215
10.2 Mengelola Risiko dan Ketidakpastian dalam Kegiatan
Produksi Pertanian ................................................................................... 225
10.3 Optimisasi Produksi dalam Kondisi Risiko dan
Ketidakpastian............................................................................................ 230
10.5 Ringkasan .......................................................................................... 236
10.6 Pertanyaan Review........................................................................ 237
10.7 Diskusi ................................................................................................ 237
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 238
BIOGRAFI PENULIS ....................................................................................... 241
SINOPSIS BUKU............................................................................................... 242

ix
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Skedul produksi 1 input dan 1 output....................................15
Tabel 2. Hubungan TPP, 𝐴𝑃𝑃𝑥 dan 𝑀𝑃𝑃𝑥 ............................................18
Tabel 3. Input, produksi, APPx, MPPx, MVPx, dan AVPx ..................44
Tabel 5. Optimisasi dari sisi input dan sisi output ............................83
Tabel 6. Alokasi input produksi oleh produsen ............................... 163
Tabel 7. Alokasi input optimum produksi ......................................... 164
Tabel 8. Rasio alokasi input oleh produsen dan alokasi input
optimum produksi ......................................................................................... 164
Tabel 9. Output produsen, output optimum, keuntungan
produsen dan keuntungan maksimum alokasi input optimum .. 166
Tabel 10. Harga input produksi dan koefisien input ...................... 184
Tabel 11. Harga input produksi dan koefisien input ...................... 185
Tabel 12. Nilai 𝜺𝒊 ............................................................................................ 185
Tabel 13. Nilai EE, TE dan AE ................................................................... 186
Tabel 14. Rerata dan koefisien variasi EE, TE dan AE .................. 187

x
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Penurunan harga produk berdampak pada penurunan


kesediaan untuk berproduksi .........................................................................8
Gambar 2. Fungsi produksi .......................................................................... 16
Gambar 3. Hubungan antara TPP, 𝐴𝑃𝑃𝑥 dan 𝑀𝑃𝑃𝑥 .......................... 25
Gambar 4. Hubungan TPPx dan TVPx serta .......................................... 33
Gambar 5. Keterkaitan VMPx dan VAPx dengan MPPx dan APPx 36
Gambar 6. Keuntungan maksimum dari perspektif input .............. 40
Gambar 7. Profit maksimum dan hubungan dengan TPPx, MPPx,
APPx, TVPx, AVPx, dan MVPx ....................................................................... 45
Gambar 8. Keterkaitan fungsi produksi dan fungsi biaya
diasumsikan fixed cost adalah nol ............................................................. 56
Gambar 9. Kurva TC, TR dan FC ................................................................ 57
Gambar 10. Kurva MC, AVC, AC, dan AFC ............................................... 61
Gambar 11. Hubungan TC, MC, AC, dan AVC......................................... 62
Gambar 12. Peningkatan harga output dan perubahan
keuntungan .......................................................................................................... 65
Gambar 13. Peningkatan efisiensi biaya dan perubahan
keuntungan .......................................................................................................... 66
Gambar 14. TC, TR dan keuntungan maksimum ............................... 68
Gambar 15. TC, AC dan keuntungan perusahaan .............................. 69
Gambar 16. Penggabungan representasi profit dari (TR-TC) dan
profit dari (Py-AC) dikalikan dengan output optimum ..................... 71
Gambar 17. Hubungan antara TPP, TVP, TFC, TR, TC ...................... 84
Gambar 18. TVP dan TFC pada fungsi produksi berbentuk convex
.................................................................................................................................. 86
Gambar 19. Kurva permintaan input ...................................................... 91
Gambar 20. Penurunan kurva supply perusahaan ........................... 95
Gambar 21. Pengaruh perubahan X1 dan X2 terhadap perubahan
Y............................................................................................................................. 103
Gambar 22. Isoquant pada berbagai tingkat output yang berbeda
pada penggunaan teknologi yang sama ................................................ 106
Gambar 23. Diminishing 𝑀𝑅𝑇𝑆𝑥1, 𝑥2 ................................................. 109

xi
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Gambar 24. Pengembalian atas skala terkait dengan biaya rata-


rata per unit ...................................................................................................... 111
Gambar 25. Decreasing, Constant, dan Increasing RTS ................ 114
Gambar 26. Ridge line dan isoquant dimana y1<y2<y3 ................ 117
Gambar 27. Keseimbangan produsen .................................................. 118
Gambar 28. Expansion path ..................................................................... 119
Gambar 29. Bentuk isoquant pada bentuk fungsi produksi Cobb-
Douglas ............................................................................................................... 132
Gambar 30. Bentuk isoquant pada bentuk fungsi produksi linear
................................................................................................................................ 135
Gambar 31. Output produsen dan output optimum ....................... 165
Gambar 32. Optimisasi produksi dengan kendala teknologi
produksi ............................................................................................................. 168
Gambar 33. Optimisasi produksi dengan kendala biaya............... 168
Gambar 34. Konsep pengukuran efisiensi dari sisi input dan sisi
output .................................................................................................................. 177
Gambar 35. Nilai TE, AE, dan EE per responden produsen ......... 187
Gambar 36. Hubungan luas lahan dan capaian effisiensi ............. 188
Gambar 37. Efek entrepreneurship terhadap pergeseran fungsi
produksi ke atas (pengaruh peningkatan intersep) ........................ 195
Gambar 38. Efek of entrepreneurship pada peningkatan
produktifitas input (diadopsi dari Sujarwo dan Nuhfil Hanani,
2016) ................................................................................................................... 196
Gambar 39. Efek perbaikan teknologi pada produksi dan
produktifitas input produksi ..................................................................... 198
Gambar 40. Efek perbaikan teknologi pada tingkat keuntungan
perusahaan ....................................................................................................... 198
Gambar 41. Efek cuaca buruk pada kemampuan produksi dan
keuntungan produsen .................................................................................. 200
Gambar 42. Peningkatan produksi dan keuntungan karena
kebijakan harga input................................................................................... 203
Gambar 43. Dampak Excess Supply terhadap Penurunan Harga
................................................................................................................................ 204
Gambar 44. Penetapan harga dasar pangan sekaligus dalam
rangka stabilisasi harga ............................................................................... 206

xii
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Gambar 45. Risk neutral dan constant marginal utility of profit 219
Gambar 46. Risk averse dan risk premium ......................................... 222
Gambar 47. Lebih risk averse dan risk premium.............................. 223
Gambar 48. Risk seeking dan kesukaan pada risiko ...................... 225
Gambar 49. Keuntungan maksimum dalam ketidakpastian harga
output.................................................................................................................. 231

xiii
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

xiv
BAB 1. PENDAHULUAN

. 1 .
PENDAHULUAN
1.1 Perspektif teori ekonomi
Pembahasan tentang perilaku ekonomi baik individu atau
perusahaan, pemerintah, atau negara diformulasikan dalam suatu
teori yang dikenal dalam teori ekonomi. Dalam perspektif teoritis
dan juga realitasnya, individu, perusahaan, pemerintah, atau
negara menghadapi sumberdaya yang terbatas untuk memenuhi
kebutuhan yang bersifat tidak terbatas melalui alternatif-
alternatif yang dimilikinya.
Keterbatasan sumberdaya ini kemudian melahirkan
konsep nilai atas sumberdaya atau nilai ekonomi dari sumberdaya
itu. Semakin langka suatu sumberdaya itu maka akan semakin
meningkat nilai (marginal value) dari sumberdaya. Sebagai
contoh, air bersih yang melimpah memiliki nilai yang hampir
sama dengan nol, walaupun air memiliki kegunaan yang sangat
vital bagi kehidupan. Tetapi seiring dengan waktu, semakin
terbatas ketersediaan air bersih karena semakin banyak sumber
air mengering dan juga air sungai banyak yang tercemar,
sedangkan permintaan air bersih semakin meningkat karena

1
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

pertumbuhan penduduk misalnya, maka air bersih semakin


bernilai dan memiliki harga yang semakin jauh dari nol.
Teori ekonomi (economics) membantu memformulasikan
perilaku manusia terkait dengan pilihan mengalokasikan
sumberdayanya sehingga optimum. Jika mendiskusikan individu
sebagai konsumen maka perilaku konsumsi individu yang
optimum (consumer equilibrium) adalah konsumen
mengalokasikan sumberdayanya, yaitu sumberdaya finansialnya
atau budget, yang menghasilkan tingkat kepuasan maksimalnya.
Jika individu adalah seorang produsen maka teori ekonomi
mengungkap perilaku produsen dalam alokasi input sehingga
menghasilkan output optimum yang dapat menghasilkan
keuntungan atau profit maksimum (profit maximization). Kedua
jenis contoh ini masuk dalam lingkup mikro ekonomi
(microeconomics).
Jika teori ekonomi membahas kondisi perekonomian
(economy) maka teori ekonomi yang terkait adalah makro
ekonomi (macroeconomics). Teori ekonomi makro akan
memberikan arahan tentang perilaku makro ekonomi dan
kebijakan pemerintah maupun bank central serta dampaknya
dalam perekonomian. Termasuk di dalamnya adalah pergerakan
investasi dan juga perdagangan antar negara. Dalam konteks
makro ekonomi, seringkali timbul perdebatan bagaimanakah
mengatasi permasalahan utama makro ekonomi, yaitu misalnya
tentang pengangguran dan inflasi. Isu-isu makro ekonomi
sebagaimana mikro ekonomi juga terus berkembang seiring
dengan berkembangnya realitas kehidupan itu sendiri. Lalu, di
manakah teori ekonomi produksi?
Teori ekonomi produksi adalah pembahasan lebih jauh
dari keputusan individu produsen dalam mikro ekonomi, yaitu
keputusan mengalokasikan sumberdaya input, keputusan
mengalokasikan biaya, dan juga keputusan menetapkan harga
pada berbagai struktur pasar produk dihasilkan. Buku ini banyak
memberi contoh-contoh aplikasinya pada kegiatan produksi
produk-produk pertanian.

2
BAB 1. PENDAHULUAN

Hal yang disadari oleh ahli-ahli ekonomi adalah bahwa


kenyataan merupakan komplek interaksi antar individu untuk
menghasilkan tujuannya masing-masing. Semakin komplek
permasalahan diamati maka akan semakin sulit melakukan
representasi geometris atau grafis. Solusi matematis juga
menghadapi kesulitan yang semakin tinggi jika semakin banyak
variabel yang diperhitungkan dalam analisis. Inilah kemudian
penyederhanaan diperlukan dalam teori ekonomi sehingga
analisis dapat fokus pada perilaku suatu aspek tertentu dengan
asumsi faktor yang lain adalah tidak berubah (ceteris paribus).

1.2 Asumsi dalam teori ekonomi dan metode ilmiah


Teori berasal dari realitas yang diamati dan berlaku sama jika
kondisi yang melingkupi di tempat lain adalah sama. Di daerah A,
jika suplai komoditas cabai turun dari biasanya maka harga akan
merangkak naik. Di daerah B, jika suplai komoditas cabai juga
turun maka harga akan merangkak naik pula. Kejadian di daerah
A dan di daerah B ini dalam perspektif teoritis dipastikan dalam
kondisi ceteris paribus. Yaitu, harga hanya dipengaruhi oleh satu-
satunya faktor yang berubah, yaitu suplai atau penawaran cabai.
Faktor yang lain seperti preferensi konsumen, jumlah penduduk,
pendapatan, dan faktor lain yang mempengaruhi permintaan
adalah konstant.
Hal yang lazim dalam diskusi teoritis, perilaku ekonomi
ditempatkan dalam ruang tertutup dengan dibatasi asumsi-
asumsi ekonomi yang relevan. Sehingga, kejadian ekonomi yang
diamati menjadi lebih sederhana dan hubungan antar variabel
yang diamati fokus pada variabel tertentu saja sebagaimana
dicontohkan pada perilaku harga karena perubahan suplai di
daerah A dan di daerah B di atas. Asumsi ini digunakan sebagai
syarat-syarat atau conditions bahwa teori ini berlaku jika syarat
tersebut terpenuhi. Asumsi juga memberi peluang para ahli
ekonomi untuk fokus pada perubahan dan pengaruh variabel

3
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

tertentu pada variabel lain yang diamati dengan memisahkannya


dengan pengaruh variabel lain yang dianggap kurang bermakna.
Asumsi yang digunakan dalam mendiskusikan suatu
fenomena ekonomi berperan penting dalam menyederhanakan
fenomena dan seolah-olah membawa fenomena itu sebagai bahan
penelitian di laboratorium sebagaimana ahli-ahli fisika atau
biologi ketika melakukan percobaan. Inilah kenapa ahli ekonomi
juga adalah seorang ilmuwan (scientist).
Dalam proses pengembangan ilmu ekonomi (economics),
ahli-ahli ekonomi menggunakan metode ilmiah sebagaimana
dilakukan oleh ahli-ahli eksakta pada umumnya, yaitu mengamati
fenomena, menemukan adanya masalah, membuat hipotesis atas
masalah sebagai dugaan sementara, melakukan percobaan untuk
menguji hipotesis, dan kemudian menarik kesimpulan atas hasil
percobaan. Pemikiran ilmu ekonomi terus berkembang seiring
dengan perkembangan pemikiran ahli-ahli ekonomi dalam
merespon perubahan atau dinamika di realitas. Sehingga teori
ekonomi sebagaimana teori dibidang eksakta juga mengalami
pembaharuan-pembaharuan (refinement). Hal ini didukung pula
dengan pernyataan Albert Einstein, yaitu:

“The whole of science is nothing more than the refinement of


everyday thinking.”

Meskipun ada persamaan dalam pengembangan ilmu


dalam bidang ekonomi dan ilmu-ilmu eksakta (fisika, kimia,
biologi), tetapi jelas bahwa ahli ekonomi memiliki kesulitan yang
lebih tinggi karena tidak mudah melakukan isolasi fenomena
ekonomi karena itu terkait erat dengan perilaku sosial, budaya
sebagai realitas di masyarakat atau negara. Isolasi bahan
eksperimen dalam penelitian jamur atau bakteri atau benda-
benda lainnya akan lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan
mengisolasi fenomena fluktuasi harga cabai, bawang merah, atau
daging ayam di pasar.

4
BAB 1. PENDAHULUAN

Ahli ekonomi melakukan eksperimen/pengukuran


sebagaimana eksperimennya ahli-ahli ilmu eksakta. Ahli ekonomi
melakukan eksperimen kejadian (natural experiments) secara
seksama berdasarkan sejarah atau serangkaian kejadian berulang.
Sedangkan, jika ditemui adanya perbedaan antara teori dan fakta
tidak lain adalah karena syarat atau asumsi yang ada di teori dan
tidak terpenuhi di realitas. Ahli ekonomi akan merunut fenomena
itu berdasarkan asumsi teoritisnya yang tidak terpenuhi dan
menganalisis kenapa fenomena itu terjadi. Dan ini menjadi
sumber bagi berkembangnya dan perbaikan (refinement) ilmu
pengatahuan di bidang ekonomi.

1.3 Representasi model ekonomi


Teori ekonomi direpresentasikan melalui model ekonomi sebagai
abstraksi fenomena yang diamati. Model ekonomi dikonstruksi
untuk penyederhanaan dari fenomena komplek yang diamati
sehingga fokus pada aspek atau variabel inti diamati sehingga
sedapat mungkin diketahui fungsi dan solusi eksplisitnya. Model
ekonomi dapat direpresentisikan dalam bentuk grafik atau
persamaan matematis.
Namun demikian, dengan adanya keterbatasan dimensi
dalam menggambar model ekonomi dengan grafik, maka pada
umumnya pendekatan grafik hanya ketika melibatkan variabel
yang sangat terbatas. Ketika variabel dipertimbangkan menjadi
lebih dari tiga dimensi maka representasi matematis akan
menjadi pilihan logisnya. Walaupun demikian, permasalahan
ekonomi yang direpresentasikan dalam fungsi matematis tidak
selalu menjamin dapat diselesaikan solusinya secara eksplisit.

1.4 Posisi ekonomi produksi dalam teori ekonomi


Teori ekonomi dibagi menjadi dua bagian besar berdasarkan
cakupan pembahasannya, yaitu ekonomi mikro dan ekonomi
makro. Ekonomi mikro memiliki konsentrasi pengembangan ilmu
5
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

pada perilaku individual baik produsen, yang membentuk fungsi


penawaran di pasar (suplai), maupun konsumen, yang
membentuk permintaan dipasar (demand), dan interaksi antara
produsen dan konsumen sehingga membentuk pasar, yaitu
sebagai wadah bertemunya suplai dan demand sehingga
terbentuk harga keseimbangan. Sementara itu, makro ekonomi
memiliki konsentrasi pada perilaku ekonomi secara nasional
dengan melakukan agregasi perilaku individu produsen dan
konsumen dalam suatu negara. Termasuk pula di dalamnya
adalah dampak perekonomian ketika suatu negara berinteraksi
dengan negara lain baik dalam aliran barang, investasi, maupun
tenaga kerja.
Teori ekonomi produksi lebih merupakan kelanjutan dari
mikro ekonomi dengan memperdalam aspek perilaku ekonomi
individual produsen dengan lebih menitikberatkan pada
bagaimana produsen mencapai titik optimum (profit maksimum)
kegiatan produksinya dengan mendasarkan pada logika teori
ekonomi dan asumsi-asumsinya. Termasuk di dalamnya adalah
analisis atau pendekatan yang dapat digunakan untuk
mendapatkan informasi tentang tingkat produksi optimum
tersebut. Sehingga, pendekatan matematis menjadi komponen
penting mempelajari perilaku ekonomi produksi. Sementara
dalam aplikasinya, pendekatan matematik dan statistik
diperlukan untuk menganalisis perilaku produksi dan
keseimbangan produsen.
Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa dewasa
ini aspek mikro dan makro semakin tipis garis batasnya karena
integrasi kegiatan ekonomi semakin tinggi. Perilaku mikro bisa
dengan mudah mempengaruhi makro. Sebagai misal, perubahan
pengeluaran konsumsi individu di masyarakat (efek dari teknologi
informasi dan komunikasi) yang semakin cinta dengan produk
dalam negeri misalnya, maka akan mempengaruhi ekspektasi
investasi ke depan dan akan mempengaruhi variabel-variabel
makro ekonomi setelahnya. Demikian pula, perilaku makro

6
BAB 1. PENDAHULUAN

ekonomi akan berdampak pada keputusan individu di pasar.


Ketika pemerintah menerapkan pajak pada kegiatan ekonomi
maka keputusan pembelian dan produksi akan berubah pada
mikro ekonomi dan akhirnya mempengaruhi kinerja pasar, yaitu
kecenderungan untuk meningkatnya harga dan turunnya output
keseimbangan di pasar.

1.5 Peran matematika dalam teori ekonomi


produksi
Matematika telah menjadi bagian penting dari perkembangan
teori ekonomi. Teori ekonomi produksi adalah bagian dari teori
ekonomi sehingga perkembangannya tidak terkecuali juga
merupakan implikasi dari meningkatnya peran dan penggunaan
matematika dalam menjabarkan perilaku produksi. Optimisasi
input produksi dan juga penentuan profit maksimum dalam suatu
kegiatan produksi juga merupakan bagian kecil contoh betapa
peran sentral matematika dalam menemukan solusi yang
eksplisit.
Matematika telah menjadi “language of economics”.
Seringkali matematika lebih memuaskan digunakan untuk
menjelaskan suatu fenomena dan mengkonfirmasi suatu teori
ekonomi. Adanya data yang dikoleksi baik dari survey atau koleksi
data-data lainnya dengan mudah diekstrak menjadi informasi
ekonomi dengan menggunakan pendekatan matematik dan
dikonfirmasi dengan statistik. Ini kemudian melahirkan cabang
ilmu baru yang dikenal dengan istilah econometrics.
Kasus lain terkait dengan perubahan-perubahan di pasar
yang berdampak pada produsen, seperti turunnya harga pasar
atau kebijakan pajak oleh pemerintah, membawa dampak negatif
pada produsen secara langsung. Matematika memformulasikan
hal ini dengan memberikan ilustrasi grafis berikut.

7
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

P
MC = S

A
P1
B
P2

0 Q2 Q1 Q

Gambar 1. Penurunan harga produk berdampak pada


penurunan kesediaan untuk berproduksi
Sumber: Dokumentasi penulis

Gambar di atas memberikan ilustrasi yang jelas bahwa


dengan adanya penurunan harga maka produsen akan
menurunkan jumlah produksinya dari Q1 menjadi Q2. Penurunan
produksi ini merupakan rasionaliasi produsen atas turunnya
harga di pasar yang secara langsung akan mengurangi potensi
keuntungan produsen.
Dalam perspektif ekonomi, gambar di atas adalah
formulasi fenomena yang jelas dan secara logika mudah dipahami.
Namun demikian, pemikiran kritis dan pemahaman terhadap
asumsi yang melatarbelakangi penjelasan gabar di atas sangat
diperlukan. Dengan adanya asumsi yang benar, interpretasi
gambar di atas tidak menimbulkan adanya kemungkinan
interpretasi lain dan perdebatan. Inilah kharakteristik pendekatan
dan solusi matematik, tidak bersifat mendua dan jelas solusinya,
bahkan meskipun solusi eksplisit tidak ditemukan tetapi
pendekatan matematik bisa memberikan signal arah
perubahannya dengan comparative static analysis ataupun
menggunakan phase diagram ketika berkaitan dengan analisis
yang bersifat dinamik.

8
BAB 1. PENDAHULUAN

Bagi yang belum mempelajari teori ekonomi, fenomena


penurunan harga dan pengurangan produksi tidak selalu dapat
ditemukan kejadiannya dan bukanlah hubungan dua hal yang
jelas dalam realitasnya. Formulasi matematis dan pernyataan
tentang turunnya harga menyebabkan turunnya produksi
perusahaan bisa dikritik habis-habisan dan dianggap sesuatu yang
tidak berguna karena fenomenanya tidaklah demikian. Sebagai
contoh, ketika harga laptop atau handphone semakin murah,
justru banyak perusahaan yang berlomba-lomba bersaing di
pasar. Bukankah ini menyalahi formulasi matematik dalam grafik
di atas? Pemikiran lainnya lagi, ketika seorang pengusaha
menghadapi harga di pasar yang turun, dia mungkin tidak serta
merta menurunkan produksinya dan mengurangi jumlah tenaga
kerjanya. Pengusaha itu tentu akan berpikir dengan dampak
keputusannya pada keberlanjutan hubungannya dengan
karyawan dan juga hubungannya dengan suplier bahan bakunya.
Lalu, apakah teori itu masih berguna? Atau, sebaiknya tidak perlu
berpikir mendasarkan pada teori? Apakah produsen lebih baik
memikirkan fenomena yang komplek dan mengambil keputusan
berdasarkan pengalaman saja? Lalu untuk apa teori dipelajari?
Serangkaian pertanyaan tentang teori ekonomi dan
formulasinya dengan pendekatan matematis termasuk dalam
teori ekonomi produksi merupakan sumber energi dan tantangan
bagi ahli ekonomi untuk memberikan pemahaman yang benar
tentang teori. Dengan demikian, individu produsen, pengambil
kebijakan dapat menggunakannya secara tepat dan berguna untuk
menuntun kepada keputusan ekonomi yang tepat (efisien atau
optimum).
Hal yang perlu dipahami adalah bahwa teori ekonomi
adalah abstraksi (penyederhanaan) fenomena dan untuk
memahaminya dengan benar, sehingga tidak menimbulkan
perdebatan, adalah dengan memahami asumsi-asumsinya (the
conditions). Dengan adanya asumsi, fenomena terisolasi dalam
suatu laboratorium tidak wujud dan faktor yang lainnya dianggap
tidak berubah. Sehingga, perhatian terfokus pada hubungan

9
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

variabel-variabel diamati saja. Dalam kasus digambarkan dalam


grafik di atas, penurunan harga berdampak pada penurunan
produksi perusahaan jika perusahan adalah:
1. Individu produsen bersifat rational dengan
memaksimumkan profit atau keuntungan
2. Perusahaan adalah price taker
3. Informasi bersifat sempurna
4. Tidak ada kendala dalam alokasi sumberdaya yang
optimum (unconstraint optimization problem).
Asumsi-asumsi disebutkan di atas menjadi pembatas
bagaimana pembahasan atau diskusi dilakukan atas kasus
direpresentasikan dalam Gambar 1. Jika individu produsen adalah
rasional yang memaksimumkan keuntungan dan individu
perusahaan adalah price taker, informasi sempurna, dan tidak ada
kendala penggunaan input maka penurunan harga akan
mengurangi insentif berproduksi dan akan menurunkan tingkat
produksi untuk memenuhi syarat pertama.
Dalam pasar persaingan (competitive market) dan
produsen adalah price taker maka produsen akan berproduksi
untuk mendapatkan keuntungan maksimum ketika MC = P.
Penurunan P tentu akan menggerakkan produksi ke bawah, yaitu
Q2, di mana Q2 lebih kecil dari Q1. Gambar 1 juga sekaligus
memberikan informasi bahwa asumsi ceteris paribus juga berlaku
karena tidak terjadi perubahan di internal perusahaan. Satu-
satunya perubahan adalah karena faktor harga di pasar.
Inilah yang kemudian menjadi perhatian bagi ahli ekonomi
dan siapapun yang mempelajari teori ekonomi dan termasuk di
dalamnya teori ekonomi produksi bahwa ketidaksesuaian-
ketidaksesuaian dengan teori memberikan signal adanya
ketidaksesuaian asumsi antara teori dengan kenyataan yang ada.
Kembali pada realitas dikemukakan sebelumnya bahwa
dalam produk laptop dan handphone yang semakin murah tetapi
produsen semakin giat berproduksi, hal itu karena produsen dua

10
BAB 1. PENDAHULUAN

produk elektronik itu tidak berada pada competitive market


sehingga perilaku produsen-produsen tersebut berbeda dengan
teorinya. Bukan karena teorinya tidak sesuai, tetapi
ketidaktahuan akan teori yang mana yang harus digunakan untuk
menjadi alat menganalisis fenomena yang terjadi, itulah
permasalahan mendasarnya.

1.6 Ringkasan
Perkembangan teori seiring dengan perkembangan fenomena di
amati. Teori berasal dari kumpulan fenomena saling berkait yang
berpola dan melahirkan sebuah rumusan yang bersifat general
atau berlaku umum.
Peran atau kegunaan teori dalam mengambil keputusan
individu (produsen, konsumen) atau pemerintah sangat
ditentukan oleh kemampuan memahami berlakunya asumsi teori
dan menganalisis fenomena diamati berdasarkan spesifik asumsi
digunakan. Jika fenomena memiliki setting yang relatif sama
dengan teori yang digunakan, maka kecenderungan besar akan
menghasilkan perilaku ekonomi yang relatif sama dengan prediksi
teori. Perbedaan realitas dan teori terjadi pada umumnya karena
asumsi yang mendasari teori tersebut tidak terjadi di realitasnya.
Matematika merupakan alat yang sangat penting
membantu memformulasikan, menemukan solusi, dan
mengembangkan teori ekonomi. Representasi teori ekonomi atau
model ekonomi dengan menggunakan model matematik dalam
bentuk grafik maupun persamaan memungkinkan untuk
menemukan solusi optimum secara eksplisit.

1.7 Pertanyaan review


1. Teori ekonomi berdasarkan cakupan pembahasannya dapat
dibagi menjadi teori mikro dan makro. Jelaskan kedua jenis
teori ekonomi ini!

11
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

2. Teori ekonomi produksi merupakan bagian dari teori ekonomi


mikro. Bagaimanakah pendapatmu?
3. Jelaskan peran matematik dalam merepresentasikan teori
ekonomi!
4. Dalam realitas yang semakin kompleks seperti sekarang ini,
apakah matematika masih penting digunakan untuk
memahami teori ekonomi?
5. Berilah contoh model matematik yang merepresentasikan
teori ekonomi produksi! Dan jelaskan!

1.8 Diskusi
Amatilah beberapa produsen produk atau komoditas tertentu
merespon perubahan harga di pasar. Adakah mereka memberi
respon ke arah yang sama ataukah berbeda dengan perubahan
harga tersebut? Jika mereka merespon perubahan harga, seberapa
cepat penyesuaian itu dilakukan?

12
2. ASPEK TEKNIS FUNGSI PRODUKSI 1 INPUT 1 OUTPUT

. 2 .
ASPEK TEKNIS
FUNGSI
PRODUKSI 1
INPUT 1 OUTPUT
Bab ini mengenalkan fungsi produksi dasar yang
menyederhanakan kegiatan produksi pada hubungan 1 input dan
1output saja. Simplifikasi ini dilakukan untuk memudahkan
memahami perilaku produksi pada tahap awal pembelajaran dan
selanjutnya pemahaman lanjutan akan dapat lebih mudah
dilakukan dengan sedikit demi sedikit menambah variabel dalam
pembahasan dan atau melepaskan asumsi-asumsi yang mendasari
teori ekonomi produksi dipelajari.
Fungsi produksi 1 input dan 1 output direpresentasikan
dengan menggunakan grafik dan juga matematis. Pendekatan
grafik dan matematis menggambarkan bagaimana hubungan

13
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

fungsi produksi total (Total Physical Product = TPP), marginal


produk (Marginal Physical Product = MPP), dan produk rata-rata
(Average Physical Product = APP). Selanjutnya, bab ini
menjelaskan juga bagaimana kondisi optimum produsen dalam
mendapatkan keuntungan maksimum dalam perspektif input
maupun output pada kondisi tanpa kendala (unconstraint
optimization).
Asumsi yang digunakan dalam membahas fungsi produksi
1 input dan 1 output adalah:
a. Proses produksi merupakan monoperiodik, yaitu produksi
dalam satu periode waktu. Yaitu produksi dilakukan benar-
benar terpisah atau independent terhadap periode
rangkaiannya
b. Input dan output adalah homogen, dalam arti bahwa tidak ada
perbedaan kualitas input maupun output di berbagai tingkatan
c. Hubungan fungsi produksi dengan produk dan faktor harga
dianggap pasti
e. Dana yang tersedia untuk pembelian faktor-faktor produksi
variabel tidak terbatas
f. Tujuan perusahaan adalah untuk memaksimumkan
keuntungan.

2.1 Fungsi produksi


Fungsi produksi merupakan hubungan teknis antara produksi dan
input yang digunakannya. Ahli matematis kemudian
merepresentasikan hubungan teknis input dan output ini dalam
suatu fungsi. Fungsi produksi secara umum digambarkan sebagai
berikut:
2.1 𝑦 = 𝑓(𝑥)
di mana y adalah output dan x adalah input produksi. Keduanya, x
dan y adalah angka positif. Sedangkan, 𝑓(. ) adalah fungsi yang
merepresentasikan hubungan input dan output, bernilai positive
(output selalu lebih besar atau sama dengan nol), dan continuous.

14
2. ASPEK TEKNIS FUNGSI PRODUKSI 1 INPUT 1 OUTPUT

Fungsi produksi juga merepresentasikan batas


kemungkinan output dihasilkan berdasar level penggunaan input
dalam produksi. Dengan kata lain, sepanjang garis fungsi produksi
merupakan titik-titik di mana output secara maksimal dihasilkan
pada berbagai tingkat penggunaan input. Ini berarti pula in-
efisiensi produksi pada garis tersebut sama dengan nol. Dan,
fungsi produksi ini disebut juga fungsi produksi frontier.
Contoh fungsi produksi yang sering merepresentasikan
kharakteristik produksi 1 input adalah sebagai berikut:
2.2 𝑦 = −0.001785𝑥 3 + 0.1597𝑥 2 − 0.0411𝑥
2.3 𝑦 = −0.1174𝑥 2 + 12.443𝑥 − 267.85
2.4 𝑦 = 3.9029𝑥 − 29.49
Persamaan 2.2 adalah fungsi produksi polinomial kubik,
persamaan 2.3 adalah fungsi produksi polinomial kuadratik,
sedangkan persamaan 2.4 adalah fungsi produksi linear.

2.2 Total Physical Product (TPP)


Fungsi produksi sebagaimana direpresentasikan dalam
persamaan-persamaan 2.2, 2.3, dan 2.4 merupakan hubungan
teknis input dan output. Dikatakan hubungan teknis karena baik x
maupun y merupakan ukuran fisik input dan ukuran fisik output.
Contoh skedul penggunaan input dan tingkat produksi yang
dihasilkannya sebagai berikut.

Tabel 1. Skedul produksi 1 input dan 1 output


No Input x Output y No Input x Output y
1 0 0 8 35 114
2 5 4 9 40 134
3 10 14 10 45 150
4 15 29 11 50 162
5 20 48 12 55 168
6 25 69 13 60 166
7 30 92 14 65 156

15
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Pada berbagai tingkat input (x) maka dihasilkan tingkat


output (y) atau TPP yang berbeda. List atau skedul input dan
output di atas merupakan hubungan satu-satu yang menunjukkan
transformasi input melalui teknologi produksi tertentu sehingga
dihasilkan total output (TPP). Sehingga, fungsi produksi juga bisa
dianggap sebagai representasi tingkat teknologi yang dikuasai
oleh produsen.
Jika skedul input dan output pada Tabel 1 di gambarkan
dalam scatter plot, maka dihasilkan grafik di bawah ini. Bentuk
persamaan yang sesuai untuk merepresentasikan Gambar 2
adalah persamaan 2.2, yaitu polinomial kubik. Bentuk ini
merupakan bentuk umum fungsi produksi yang menggambarkan
secara kseluruhan proses produksi, yaitu dimulai dari
peningkatan tambahan output saat ada penambahan input
(increasing marginal return), kemudian terjadi penurunan
tambahan output saat terjadi penambahan input (decreasing
marginal return), dan pada akhirnya terjadi output walaupun
dilakukan tambahan input. Ketiga tahap ini menjadi garis batas
yang membedakan antara daerah rasional dan irasional dalam
fungsi produksi.

180
160
140
120 TPP=y=f(x)
Output (y)

100
80
60
40
20
0
-20 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70
Input (x)

Gambar 2. Fungsi produksi


Sumber: Dokumentasi penulis

16
2. ASPEK TEKNIS FUNGSI PRODUKSI 1 INPUT 1 OUTPUT

2.3 Average Physical Product (APP) dan Marginal


Physical Product (MPP)
Ketika kegiatan produksi dilakukan maka input akan
ditransformasi ke dalam bentuk output dengan menggunakan
teknologi tertentu (fungsi produksi) maka nilai TPP diketahui.
Selanjuutnya, konsep fisik lain yang penting adalah Average
Physical Product (produksi fisik rata-rata, APP) dan Marginal
Physical Productivity (produktivitas fisik marjinal, MPP).
Keduanya didefinisikan dalam rumusan matematis, sebagai
berikut:

𝑦 𝑓(𝑥)
2.5 𝐴𝑃𝑃𝑥 = =
𝑥 𝑥
𝜕𝑦 𝜕𝑓(𝑥)
2.6 𝑀𝑃𝑃𝑥 = =
𝜕𝑥 𝜕𝑥

Marginal Physical Productivity (MPP) memiliki


pengertian yang berbeda dengan Marginal Product (MP). Marginal
Product (MP) didefinisikan sebagai berikut:
2.7 𝑀𝑃 = 𝑑𝑦

Secara lebih jelas, perbedaan MPP dan MP tergantung


perubahan input x, dianggap kecil (arbitrary small) atau cukup
besar/tertentu (lumpy). Jika produktifitas marginal input diukur
dari perubahan tertentu (lumpy), maka:

𝑑𝑦
2.8 𝑀𝑃𝑃 =
𝑑𝑥
⇔ 𝑑𝑦 = 𝑀𝑃𝑃. 𝑑𝑥 = 𝑓 ′ (𝑥). 𝑑𝑥 = 𝑀𝑃

Dengan menggunakan skedul produksi pada Tabel 1, maka


𝐴𝑃𝑃𝑥 dan 𝑀𝑃𝑃𝑥 dapat dihitung sebagaimana disajikan dalam
Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat pola bahwa baik
𝐴𝑃𝑃𝑥 maupun 𝑀𝑃𝑃𝑥 menunjukkan pola yang sama, yaitu semakin
meningkat dan kemudian menurun setelah mencapai puncak

17
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

tertentu. Keduanya akan bertemu di suatu titik ketika 𝐴𝑃𝑃𝑥


maksimum (Gambar 2).
Beberapa titik penting perlu diidentifikasi dalam
kaitannya dengan input dan output. Titik-titik penting dalam
fungsi produksi 1 input 1 output, adalah:
1. Penggunaan input dimana 𝐴𝑃𝑃𝑥 sama dengan 𝑀𝑃𝑃𝑥
2. Penggunaan input dimana 𝑀𝑃𝑃𝑥 maksimum
3. Titik puncak TPP sebagai output tertinggi yang bisa dicapai
oleh produsen dengan teknologi yang dikuasainya

Tabel 2. Hubungan TPP, 𝐴𝑃𝑃𝑥 dan 𝑀𝑃𝑃𝑥


No Input x Output y 𝐴𝑃𝑃𝑥 𝑀𝑃𝑃𝑥
1 0 0 - -
2 5 3.55 0.71 0.71
3 10 13.68 1.37 2.03
4 15 28.97 1.93 3.06
5 20 48.02 2.40 3.81
6 25 69.41 2.78 4.28
7 30 91.74 3.06 4.47
8 35 113.59 3.25 4.37
9 40 133.56 3.34 3.99
10 45 150.23 3.34 3.33
11 50 162.20 3.24 2.39
12 55 168.05 3.06 1.17
13 60 166.38 2.77 -0.33
14 65 155.78 2.40 -2.12

Fungsi polinomial TPP yang bersesuaian dan


menunjukkan teknologi produksi digunakan produsen, yaitu:

𝑦 = −0.001880𝑥 3 + 0.159703𝑥 2 − 0.041143𝑥

Maka dengan bentuk fungsi produksi polinomial kubik akan


diperoleh 𝐴𝑃𝑃𝑥 dan 𝑀𝑃𝑃𝑥 , sebagai berikut:
𝑦
𝐴𝑃𝑃𝑥 = = −0.001880𝑥 2 + 0.159703𝑥 − 0.041143
𝑥
18
2. ASPEK TEKNIS FUNGSI PRODUKSI 1 INPUT 1 OUTPUT

𝜕𝑦
𝑀𝑃𝑃𝑥 = = −0.00564𝑥 2 + 0.319406𝑥 − 0.041143
𝜕𝑥
𝜕𝐴𝑃𝑃𝑥
Saat terjadi 𝐴𝑃𝑃𝑥 maksimum maka 𝜕𝑥
= 0, sehingga:

𝑦
𝜕𝐴𝑃𝑃𝑥 𝜕(𝑥 )
= =0
𝜕𝑥 𝜕𝑥
𝜕𝑦 𝜕𝑥
. 𝑥 − 𝑦.
⇔ 𝜕𝑥 𝜕𝑥 = 0
𝑥2
𝜕𝑦 𝑦
⇔ =
𝜕𝑥 𝑥
⇔ 𝑀𝑃𝑃𝑥 = 𝐴𝑃𝑃𝑥

Dengan demikian, saat 𝐴𝑃𝑃𝑥 maksimum maka 𝐴𝑃𝑃𝑥 sama


dengan 𝑀𝑃𝑃𝑥 . Sejalan dengan pembuktian matematis ini, Gambar
3 juga membuktikan adanya perpotongan antara 𝐴𝑃𝑃𝑥 dan 𝑀𝑃𝑃𝑥
saat 𝐴𝑃𝑃𝑥 maksimum. Melanjutkan dari kasus dibahas
sebelumnya, yaitu menggunakan persamaan pada Gambar 3 maka
𝐴𝑃𝑃𝑥 mencapai maksimum saat:

𝜕𝐴𝑃𝑃𝑥
2.9 = −0.00376𝑥 + 0.319406 = 0
𝜕𝑥
𝑥 = 42.474
𝑥 ≈ 42 unit

Dengan demikian, pada saat input x digunakan sekitar 42


unit maka nilai 𝑀𝑃𝑃𝑥 sama dengan 𝐴𝑃𝑃𝑥 . Tingkat output saat
𝑀𝑃𝑃𝑥 sama dengan 𝐴𝑃𝑃𝑥 adalah:
𝑦 = −0.001880(42.474)3 + 0.159703(42.474)2
− 0.041143(42.474)

𝑦 = 142.3085
𝑦 ≈ 142 unit

19
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Titik penting yang lain adalah ketika 𝑀𝑃𝑃𝑥 maksimum.


Saat 𝑀𝑃𝑃𝑥 maksimum, maka turunan pertama dari 𝑀𝑃𝑃𝑥 sama
dengan nol. Sehingga:

𝜕𝑀𝑃𝑃𝑥
2.10 = −0.01128𝑥 + 0.319406 = 0
𝜕𝑥

𝑥 = 28.31613
𝑥 ≈ 28 unit, tingkat output: y = 84 unit
Saat TPP maksimum maka 𝑀𝑃𝑃𝑥 sama dengan nol. Nilai
TPP maksimum adalah sebagai berikut.
𝜕𝑦
2.11 𝑀𝑃𝑃𝑥 = = −0.00564𝑥 2 + 0.319406𝑥 − 0.041143
𝜕𝑥
=0

Solusi dari persamaan 2.11 didapat dari rumus (– 𝑏 ±


√(𝑏 2 − 4𝑎𝑐) )/2𝑎 sehingga dihasilkan nilai x saat y maksimum
dan tingkat outputnya (TPP) sebagai berikut.
𝑥 = 56.5032 dan 𝑦 = 168.41
𝑥 ≈ 56 unit dan 𝑦 ≈ 168 unit
Dengan demikian, diketahui bahwa pada tingkat penggunaan
input x sebesar 56 unit pada tingkat teknologi yang digunakan
untuk kegiatan produksi, sebagaimana direpresentasikan dari
fungsi produksi, akan menghasilkan tingkat output sebesar 168
unit.

2.4 Elastisitas input dan pembagian tahapan dalam


fungsi produksi
Elastisitas didefinisikan sebagai perubahan persentase variabel
yang diamati karena perubahan tertentu dari variabel lain yang
menjadi penyebab terjadinya perubahan variabel diamati. Jika
diketahui bahwa output dilambangkan dengan y dan input

20
2. ASPEK TEKNIS FUNGSI PRODUKSI 1 INPUT 1 OUTPUT

dilambangkan dengan x, maka elastisitas input x (𝑬𝒙 )adalah


persen perubahan y karena persen perubahan x. Dirumuskan:

∆𝑦
( 𝑦 ) ∗ 100% ∆𝑦 𝑥
2.11 𝐸𝑥 = = ( )∗
∆𝑥 ∆𝑥 𝑦
( ) ∗ 100%
𝑥
Jika perubahan dari x sangat kecil limit nol dan y adalah
continuous production function maka persamaan 2.11 dapat
dirubah menjadi:
𝜕𝑦 𝑥
2.12 𝐸𝑥 = ( )∗
𝜕𝑥 𝑦
Dalam teori ekonomi produksi elastisitas input berkaitan
pula dengan perilaku 𝑀𝑃𝑃𝑥 dan 𝐴𝑃𝑃𝑥 . Ingat kembali bahwa
𝜕𝑦⁄
𝐴𝑃𝑃𝑥 = 𝑦/𝑥 dan 𝑀𝑃𝑃𝑥 = 𝜕𝑥 . Selanjutnya, keterkaitan 3(tiga)
konsep ini adalah sebagai berikut.
𝜕𝑦 𝑥
𝐸𝑥 = ( )∗
𝜕𝑥 𝑦
𝜕𝑦 𝑦
⟺ = ( )/( )
𝜕𝑥 𝑥
𝑀𝑃𝑃𝑥
2.13 𝐸𝑥 =
𝐴𝑃𝑃𝑥

Dengan demikian diketahui bahwa rasio antara 𝑀𝑃𝑃𝑥 dan 𝐴𝑃𝑃𝑥


pada fungsi produksi menunjukkan tingkat elastisitas input atau
faktor produksi.
Dengan menggunakan formulasi elastisitas di persamaan
2.13, maka fungsi produksi dapat dibagi menjadi 3 (tiga) daerah
produksi dan 2 (dua) titik pembatasnya, yaitu:
1. Daerah dengan elastisitas lebih dari 1, yaitu daerah
produksi dengan ciri-ciri:
a. Daerah ini dikenal dengan TAHAP 1 produksi
b. 𝑀𝑃𝑃𝑥 lebih besar dari 𝐴𝑃𝑃𝑥

21
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

c. 𝐴𝑃𝑃𝑥 meningkat dengan meningkatnya input


digunakan.
d. Terdapat inflection point, yaitu titik di mana 𝑀𝑃𝑃𝑥
maksimum
e. Daerah ini berbentuk convex terhadap origin
sehingga profit maximum tidak akan ditemukan di
daerah ini. Di daerah produksi ini, penerimaan
akan semakin besar dengan semakin banyak input
digunakan.
f. Daerah ini dikenal dengan daerah irrasional
karena produsen yang berproduksi pada daerah
ini melanggar asumsi bahwa produsen bersifat
rasional dan memaksimumkan keuntungan.
Produsen berhenti menggunakan input di daerah
ini, padahal profit masih bisa dicapai dengan
menambah input produksi digunakan, maka
produsen yang berproduksi di daerah ini tidak
rasional atau irrasional.
g. Produsen seharusnya tidak menghentikan
produksinya pada tingkat output di daerah ini
2. Pembatas dengan elastisitas sama dengan 1, yaitu titik
produksi dengan ciri-ciri:
a. 𝑀𝑃𝑃𝑥 sama dengan 𝐴𝑃𝑃𝑥
b. 𝑀𝑃𝑃𝑥 memotong 𝐴𝑃𝑃𝑥 dari atas
c. Pada titik ini 𝐴𝑃𝑃𝑥 adalah maksimum
d. Pada titik ini menunjukkan tingkat penggunaan
input di mana daerah irrasional berakhir dan
produsen masuk ke daerah rasional
3. Daerah dengan elastisitas lebih dari nol kurang dari 1,
yaitu daerah produksi dengan ciri-ciri:
a. Daerah ini dikenal dengan TAHAP 2 produksi
b. 𝑀𝑃𝑃𝑥 lebih kecil dari 𝐴𝑃𝑃𝑥 tetapi 𝑀𝑃𝑃𝑥 masih
bernilai positif
c. 𝑇𝑃𝑃 berbentuk concave terhadap origin

22
2. ASPEK TEKNIS FUNGSI PRODUKSI 1 INPUT 1 OUTPUT

d. Berlaku hukum: The Law of Diminishing Marginal


Return. Artinya, jika produsen menambah jumlah
input setiap satuannya maka akan ada tambahan
hasil yang lebih kecil dari tambahan input
digunakan dalam produksi
e. Ketika fungsi produksi berbentuk concave maka
akan diketahui posisi profit maksimum
f. Daerah ini dikenal juga dengan daerah rasional.
Dikatakan daerah rasional karena produsen
beroperasi pada tingkat output dimana profit
maximum akan ditemukan di daerah ini.
g. Produsen yang beroperasi pada Tahap 2
menghasilkan output yang makin meningkat tetapi
perubahan peningkatan output semakin menurun
dengan semakin ditambahnya input produksi
4. Pembatas dengan elastisitas sama dengan nol, yaitu
daerah produksi dengan ciri-ciri:
a. 𝑀𝑃𝑃𝑥 sama dengan 𝑛𝑜𝑙
b. 𝐴𝑃𝑃𝑥 masih memiliki nilai positif dan semakin
menurun
c. Pada titik ini 𝑇𝑃𝑃 mencapai titik maksimum
d. Pada titik ini menunjukkan tingkat penggunaan
input di mana daerah rasional berakhir dan
produsen masuk ke daerah irrasional (Tahap 3)
5. Daerah dengan elastisitas kurang dari nol, yaitu daerah
produksi dengan ciri-ciri:
a. Daerah ini dikenal dengan TAHAP 3 produksi
b. 𝑀𝑃𝑃𝑥 bernilai negatif, artinya tambahan input
justru akan menurunkan output atau TPP semakin
turun unitnya
c. 𝐴𝑃𝑃𝑥 semakin menurun tetapi tetap bernilai positif
selama output masih ada (output lebih dari nol)
d. TPP di daerah ini bernilai negatif karena 𝑀𝑃𝑃𝑥
bernilai negatif. Sehingga tambahan biaya
produksi karena tambahan input akan semakin

23
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

menurunkan profit karena output semakin


menurun pada tingkat harga yang tertentu
e. Daerah ini tidak akan ditemukan profit maximum
f. Daerah ini dikenal dengan daerah irrasional
karena produsen yang berproduksi pada daerah
ini melanggar asumsi bahwa produsen rasional.
Produsen yang rasional tidak akan menambah
input jika akan menurunkan penerimaan. Di Tahap
produksi ini, hal ini terjadi.
g. Produsen seharusnya berhenti sebelum berada
pada daerah ini.

24
2. ASPEK TEKNIS FUNGSI PRODUKSI 1 INPUT 1 OUTPUT

Gambar 3. Hubungan antara TPP, 𝐴𝑃𝑃𝑥 dan 𝑀𝑃𝑃𝑥

25
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

2.5 Ringkasan
Fungsi produksi 1 input dan 1 output merupakan bentuk
sederhana dan awal dari mempelajari teori ekonomi produksi.
Simplifikasi juga dilakukan dengan memberikan serangkaian
asumsi-asumsi yang membatasi kondisi di mana fungsi produksi
ini terjadi. Asumsi dasar yang penting dipahami adalah bahwa
produsen dalam pasar persaingan, bersifat rasional dan tidak
memiliki kendala dalam menggunakan input untuk mendapatkan
keuntungan maksimum.
Fungsi produksi dibagi menjadi 3 (tiga) tahap produksi
dimulai dari Tahap 1 yang dikenal dengan daerah irrasional,
Tahap 2 yang dikenal dengan daerah rasional, dan Tahap 3 yang
dikenal dengan daerah irrasional. Tahap 1 dikatakan sebagai
daerah irrasional karena produsen hanya mengalokasikan tingkat
input tertentu pada saat keuntungan yang terus meningkat masih
bisa dicapai dengan menambah input tersebut. Tahap 3 dikatakan
irrasional pula karena produsen menambah input padahal output
justru akan turun dengan bertambahnya input digunakan.
Sedangkan, Tahap 2 adalah daerah rasional karena di daerah ini
produsen menemukan penggunaan input yang memaksimumkan
profit dan terjadi the law of diminishing marginal return.
Pembagian wilayah produksi ini berdasarkan pada elastisitas
input x terhadap produksi y. Elastisitas input sendiri merupakan
rasio antara produktifitas marginal dari input x dengan produk
rata-rata dari input x.
Beberapa titik-titik penting dalam fungsi produksi yang
harus dipahami adalah titik dimana terjadi inflection point, yaitu
terjadinya maksimum produktifitas marginal input x, maksimum
produk rata-rata input x, dimana produk rata-rata sama dengan
produk marginal, dan juga titik dimana produk marginal sama
dengan nol yang menunjukkan titik output maksimum. Yang
penting pula untuk dipahami bahwa produk rata-rata tidak akan
berpotongan dengan sumbu x (garis input) selama output masih
positif. Titik-titik tersebut merupakan titik-titik penting untuk
menggambar fungsi produksi dengan tepat.

26
2. ASPEK TEKNIS FUNGSI PRODUKSI 1 INPUT 1 OUTPUT

2.6 Pertanyaan review


1. Jelaskan yang kamu ketahui tentang TPP, 𝑀𝑃𝑃𝑥 , 𝐴𝑃𝑃𝑥 !
2. Gambarkan hubungan ketiga variabel di atas secara grafis!
3. Tunjukkanlah bahwa saat 𝑀𝑃𝑃𝑥 memotong 𝐴𝑃𝑃𝑥 , maka 𝐴𝑃𝑃𝑥
mencapai maksimum!
4. Jika suatu perusahaan dalam realitas hanya berproduksi pada
daerah Tahap 1, apakah perusahaan itu berarti tidak
rasional? Apakah kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di
perusahaan itu? Jelaskan pendapatmu!
5. Apakah yang kamu ketahui tentang elastisitas input
produksi?
6. Kenapa Tahap 1 dikatakan daerah irrasional?Jelaskan!
7. Kenapa Tahap 2 dikatakan daerah rasional? Jelaskan!
8. Benarkah bahwa Tahap 3 dikatakan daerah rasional?
Jelaskan!
9. Apakah 𝑀𝑃𝑃𝑥 akan berpotongan dengan sumbu absis (input)?
Jelaskan!
10. Apakah 𝐴𝑃𝑃𝑥 akan berpotongan dengan sumbu absis (input)?
Jelaskan!

2.7 Diskusi
1. Jika diketahui skedul produksi perusahaan AMIN adalah
sebagai berikut ini:

No Input x Output y No Input x Output y


1 0 0 8 35 2726
2 5 85 9 40 3205
3 10 328 10 45 3606
4 15 695 11 50 3893
5 20 1152 12 55 4033
6 25 1666 13 60 3993
7 30 2202 14 65 3739

Dengan skedul sebagaimana tabel di atas, maka tentukanlah


hal-hal berikut ini:

27
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

a. Buatlah scatter plot TPP dengan menggunakan MS-Excel!


b. Tentukanlah fungsi produksi TPP dengan menggunakan
TRENDLINE di MS-Excel!
c. Hitunglah APPx skedul produksi perusahaan AMIN
tersebut!
d. Hitunglah MPPx skedul produksi perusahaan AMIN
tersebut!
e. Berdasarkan fungsi TPP dari TRENDLINE, tentukan:
1. Berapakah tingkat input dan output saat MPPx
maksimum?
2. Berapakah tingkat input dan output saat APPx
maksimum?
3. Berapakah tingkat input dan output saat APPx sama
dengan MPPx?
4. Berapakah tingkat output maksimum perusahaan
AMIN?
5. Hitunglah elastisitas input saat nilai:
a. x = 30
b. x = 45
c. x = 58
f. Gambarlah TPP, MPPx, APPx, dan pembagian daerah
produksi dari Perusahaan AMIN!
2. Dalam The Law of Diminishing Marginal Return perusahaan
akan menghasilkan tambahan output yang lebih rendah
dibandingkan dengan tambahan input digunakan. Berikut
adalah fungsi produksi beberapa perusahaan:
a. 𝑦 = 0.2𝑥 2 + 10
b. 𝑦 = 3𝑥 + 15
c. 𝑦 = 32𝑥 0.2
d. 𝑦 = 0.45𝑥 0.8 − 34
Manakah dari persamaan-persamaan di atas yang memenuhi
hukum the law of diminishing marginal return?

28
2. ASPEK TEKNIS FUNGSI PRODUKSI 1 INPUT 1 OUTPUT

3. Jika diketahui bahwa suatu perushaaan memiliki bentuk


teknologi produksi dengan unknown parameter sebagai
berikut:
𝑦 = 𝑎𝑥 3 + 𝑏𝑥 2 + 𝑐𝑥
Jika saat inflection point TPP nilai input digunakan adalah
22.5 unit, saat digunakan input 135 unit maka terjadi TPP
maksimum, dan saat input digunakan adalah 33.75 unit maka
APPx sama dengan MPPx, maka tentukanlah nilai a, b, dan c
kemudian gambarlah fungsi produksi tersebut lengkap
dengan APPx, MPPx, dan daerah rasional dan irrasional
dalam tahap produksinya!

29
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

30
3. PROFIT MAKSIMUM 1 INPUT 1 OUTPUT

. 3 .
.EKONOMI
PRODUKSI:
PERSPEKTIF
INPUT
Bab ini melanjutkan pemahaman tentang fungsi produksi pada
Bab 2, yaitu dengan membahas bagaimana keputusan produksi
dari produsen yang rasional untuk memaksimumkan keuntungan
produksinya dengan asumsi lainnya, yaitu bahwa produsen selalu
dapat mencapai keuntungan maksimum dan tidak terkendala
pada jumlah dan akses input dalam produksinya. Selain itu,
produsen juga diasumsikan ada dalam pasar persaingan
sempurna, yaitu berkenaan dengan pasar output dan pasar input.
Ini berimplikasi pada kondisi produsen yang berperan sebagai
price taker di pasar input dan pasar output atau dengan kata lain
harga input dan harga output ditentukan oleh pasar (prices are
given in the markets).

31
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Beberapa konsep baru yang harus dipahami adalah TVP


(Total Value Product), TFC (Total Factor Cost), MFC (Marginal
Factor Cost), VMP (Value of Marginal Product), dan VAP (Value of
Average Product). Hal yang baru adalah adanya keterlibatan harga
dalam konsep ini, yaitu harga input (Px) dan harga output (Py).
Harga input dan harga output bersifat given di pasar sehingga
faktor harga menjadi konstanta yang memperbesar nilai dan
bentuk dari grafik produksi dalam satuan fisiknya.

3.1 Keterkaitan TVP dan TPP


Fungsi produksi fisik atau TPP merupakan hubungan input dan
output, sedangkan total nilai produk atau TVP merupakan
kombinasi titik-titik yang menghubungkan antara penggunaan
input dan penerimaannya (total nilai). Sehingga, jika
3.1 𝑇𝑃𝑃 = 𝑦
maka Total Value Product (TVP) merupukan perkalian antara
harga output dengan output yang dihasilkan, yaitu:
3.2 𝑇𝑉𝑃𝑋 = 𝑃𝑦 . 𝑦 = 𝑃𝑦 . 𝑇𝑃𝑃𝑋

Pada grafik TPPx, batas maksimum ada pada titik


penggunaan input yang sama dengan nilai maksimum pada grafik
TVPx. Hal ini dikarenakan TVPx merupakan perkalian dengan
konstanta, yaitu harga output. Selama produsen berada pada
pasar persaingan sempurna dan harga adalah ditentukan oleh
pasar (price taker), maka hubungan antara TPPx dan TVPx
sebagaimana dinyatakan dalam persamaan 3.2 di atas.
Informasi lain dapat dihasilkan dari grafik TVPx ketika
dikombinasikan dengan garis biaya produksi (𝑇𝐹𝐶𝑥 = 𝐶 = 𝑃𝑥 . 𝑥)
adalah ditemukannya daerah untung dan daerah rugi. Daerah
untung diapit oleh dua daerah rugi. Namun demikian, pembagian
3 (tiga) daerah pada TVPx ini (untung dan rugi) tidak terkait
dengan pembagian daerah pada TPPx.

32
3. PROFIT MAKSIMUM 1 INPUT 1 OUTPUT

Gambar 4. Hubungan TPPx dan TVPx serta


pembagian daerah TVPx
Sumber: Dokumentasi penulis

Daerah yang dibentuk dari Total Value Product (TVPx) dan


garis biaya produksi ini terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu daerah
dengan tingkat produksi rendah di mana profit negatif (rugi),
daerah profit positif (laba), dan daerah dengan tingkat produksi
tinggi di mana profit negatif (rugi). Jelas bahwa daerah rugi dan
daerah untung pada kurva TVPx sangat bergantung dengan
tingkat harga output dan inputnya. Semakin tinggi harga output

33
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

maka daerah profit akan semakin bertambah lebar, sebaliknya


jika harga turun maka range tingkat produksi yang memiliki
negatif profit (rugi) akan semakin besar.
Sebagaimana telah diuraikan di atas, pembagian daerah
pada TVPx dan TPPx didasarkan pada pertimbangan yang
berbeda. Pembagian TVPx lebih didasarkan pada daerah untung
dan daerah rugi, sedangkan pembagian daerah pada kurva TPPx
didasarkan pada perbedaan klasifikasi elastisitas input, yaitu
elastisitas input lebih dari 1, elastisitas input antara 0 dan 1, dan
elastisitas input yang kurang dari nol (elastisitas negatif).
Pembagian daerah dari TVPx pada fungsi produksi 1 input
ini memberikan signal pada daerah mana produsen mendapatkan
profit, daerah mana produsen mendapatkan rugi, dan di titik
mana terjadi break-even point (BEP) atau titik impas. Titik BEP
yang membatasi antara positif profit (untung) dan negatif profit
(rugi) bergeser ketika terjadi perubahan dalam harga input (Px)
dan atau harga output (Py). Keduanya merupakan aspek eksternal
produsen, yaitu harga ditentukan oleh pasar dan perusahaan
hanya sebatas price taker. Sedangkan, pembagian daerah dalam
TPPx tergantung pada perubahan produktifitas input produksi
ketika perusahaan merubah tingkat produksinya. Jelas bahwa
perusahaan memiliki kemampuan untuk memutuskan menambah
atau mengurang input digunakan dalam produksi. Ini merupakan
keputusan manajerial produsen atas penggunaan input
produksinya.
Berikut kaharakteristik pembagian daerah TVPx untuk
fungsi produksi 1 input 1 output ketika TVPx berinteraksi dengan
biaya atau Total Factor Costs (𝑇𝐹𝐶𝑥 ), yaitu:
3.3 𝑇𝐹𝐶𝑥 = 𝐶 = 𝑃𝑋 . 𝑋
Sebagaimana Gambar 4, maka daerah untung dan rugi adalah
sebagai berikut:

a. Daerah I: merupakan daerah produksi dengan menggunakan


input lebih kecil a yang menghasilkan TVPx yang lebih rendah

34
3. PROFIT MAKSIMUM 1 INPUT 1 OUTPUT

dari biaya produksinya. Dengan demikian, Daerah I adalah


daerah rugi. Produsen yang rasional dan tidak memiliki
kendala dalam akses input tidak akan berhenti di daerah ini.
Batas daerah I adalah ketika terjadi C=TVPx. Titik ini dikenal
dengan titik pulang pokok atau break-even point (BEP).
Tingkat keuntungan pada titik ini adalah nol.
b. Daerah II: merupakan daerah produksi di mana penggunaan
input, lebih dari a dan kurang dari b, menghasilkan tingkat
output dan TVPx yang lebih besar dibandingkan dengan biaya
produksinya (C). Dengan demikian, Daerah II merupakan
daerah dengan laba atau keuntungan yang positif. Di daerah
inilah terdapat keuntungan maksimum. Batas daerah ini
adalah setelah terjadinya BEP pertama sampai pada titik BEP
kedua. Titik BEP kedua merupakan penggunaan input yang
besar sehinga output semakin tinggi atau bahkan cenderung
menurun tetapi justru tingginya output dihasilkan tidak
menutup biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi.
c. Daerah III: merupakan daerah setelah BEP kedua dalam fungsi
TVPx. Daerah III menghasilkan tingkat output dan TVPx yang
semakin menurun dengan semakin bertambahnya input
produksi, yaitu penggunaan input lebih dari b. Dengan
demikian, daerah III merupakan daerah rugi karena TVPx ada
di bawah biaya produksinya, C. Produsen yang rasional tidak
akan berproduksi pada Daerah III.
Penting diingat kembali bahwa pembagian 3 (tiga) daerah
TVPx ini tidak berhubungan dengan 3 (tiga) daerah TPPx
sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Ini karena batas daerah pada
TVPx dipengaruhi oleh faktor harga input dan harga output di
mana di luar jangkauan produsen untuk mempengaruhinya
(dengan asumsi produsen berada pada pasar persaingan
sempurna). Sedangkan, batas daerah TPPx dipengaruhi oleh
perubahan produktifitas input karena perubahan keputusan
manajerial terkait tingkat produksi ditetapkan.

35
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

3.2 Keterkaitan VMP dan VAP dengan MPP dan APP


APPx dan MPPx diturunkan dari TPPx sedangkan VAPx dan VMPx
diperoleh dari TVPx. Persamaan APPx dan MPPx didefinisikan
dalam persamaan 2.5 dan persamaan 2.6. Sedangkan, AVPx dan
VMPx dirumuskan sebagai berikut:

𝑇𝑉𝑃𝑥 𝑃𝑦 . 𝑦
3.4 𝑉𝐴𝑃𝑥 = = = 𝑃𝑦 . 𝐴𝑃𝑃𝑥
𝑋 𝑋
𝜕𝑇𝑉𝑃𝑥 𝑃𝑦 . 𝜕𝑦
3.5 𝑉𝑀𝑃𝑋 = = = 𝑃𝑦 . 𝑀𝑃𝑃𝑥
𝜕𝑋 𝜕𝑋

180 1800
TPP TVP
160 1600
140 1400
120 1200
100 1000
80 800
60 600

40 400

20 200

0 0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70

APPx dan MPPx


AVPx dan VMPx
5.00
50
4.00
40

3.00 30

2.00 20

1.00 10

0.00 0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70
-1.00 -10

-2.00 -20

-30
-3.00

Gambar 5. Keterkaitan VMPx dan VAPx dengan MPPx dan APPx


Sumber: Dokumentasi Penulis

36
3. PROFIT MAKSIMUM 1 INPUT 1 OUTPUT

Dengan demikian, VAPx dan VMPx merupakan augmentasi


dari APPx dan MPPx dengan tingkat harga output. Berdasarkan
pada grafik di atas maka perubahan terkait harga output dan juga
perubahan teknologi akan berdampak pada APPx, MPPx, VAPx,
dan juga VMPx.

3.3 Hubungan VMP dan MFC


VMPx merupakan slope dari TVPx, yaitu diperoleh dari turunan
pertama TVPx terhadap input digunakan (X). Sedangkan, MFC
(Marginal Factor Cost) atau dalam buku Debertin (2012) disebut
pula dengan Marginal Resource Cost (MRC) merupakan tambahan
biaya atas tambahan dalam penggunaan 1 satuan input dalam
kegiatan produksi. Keduanya memiliki hubungan yang sangat
penting terutama untuk menentukan alokasi optimum dari
penggunaan input untuk menghasilkan profit maksimum
sebagaimana ditunjukkan dalam persamaan 3.9.
Marginal Factor Cost (MFC) berasal dari turunan pertama
dari Total Factor Cost (TFC) yang dalam pembahasan sebelumnya
dikenal dengan C. Dengan demikian, TFC dapat dirumuskan
berikut:
3.6 𝑇𝐹𝐶𝑥 = 𝐶 = 𝑃𝑥 . 𝑋
𝜕𝑇𝐹𝐶𝑥
3.7 𝑀𝐹𝐶𝑥 = = 𝑃𝑥
𝜕𝑋
Dalam hubungan 1 input dan 1 output ini, TFC merupakan
garis linear yang menghubungkan antara penggunaan input dan
nilai total input digunakan. Sehingga, marginal dari TFC adalah
harga input itu sediri, yaitu slope dari garis TFC.
Hubungan MFCx dan VMPx sebagaimana akan dijelaskan
di bawah ini merupakan indikator pencapaian optimisasi
pengunaan input dan menghasilkan profit maksimum dari
kegiatan produksi. Pada kondisi optimum, di mana input yang
digunakan optimum maka keuntungan maksimum dapat dicapai
dan ini syaratnya adalah bahwa MFCx adalah sama dengan VMPx.

37
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Pembuktian matematis dan grafis dari hal tersebut dapat


dijelaskan dalam sub-bahasan profit maksimum perspektif input
berikut ini.

3.4 Profit maksimum perspektif input


Profit maksimum adalah tujuan setiap kegiatan ekonomi
khususnya di sini terkait dengan bahasan tentang ekonomi
produksi. Keuntungan (profit) dalam perspektif input di sini
adalah selisih antara penerimaan (Total Value Product = TVP)
dengan biaya produksinya (Total Factor Cost = TFC). Fungsi
keuntungan dirumuskan sebagai berikut:
3.8 𝜋 = 𝑇𝑉𝑃𝑥 − 𝑇𝐹𝐶𝑥
Keuntungan maksimum diperoleh dengan melakukan diferensial
fungsi keuntungan terhadap input X. Ini dikenal pula dengan First
Order Condition (FOC) dari fungsi keuntungan, sebagai berikut:
𝜕𝜋 𝜕𝑇𝑉𝑃𝑥 𝜕𝑇𝐹𝐶𝑥
3.8 = −
𝜕𝑋 𝜕𝑋 𝜕𝑋
First order condition (FOC):
𝜕𝜋 𝜕(𝑃𝑦 . 𝑇𝑃𝑃𝑥 ) 𝜕(𝑃𝑥 . 𝑋)
= − =0
𝜕𝑋 𝜕𝑋 𝜕𝑋
𝑃𝑦 . 𝜕𝑇𝑃𝑃𝑥 𝑃𝑥 . 𝜕𝑋
− =0
𝜕𝑋 𝜕𝑋
𝑃𝑦 . 𝑀𝑃𝑃𝑥 − 𝑃𝑥 = 0

𝑃𝑦 . 𝑀𝑃𝑃𝑥 = 𝑃𝑥

3.9. 𝑀𝑉𝑃𝑥 = 𝑃𝑥 = 𝑀𝐹𝐶𝑥


Dengan demikian, keuntungan maksimum dari produsen dicapai
saat MVPx sama dengan harga inputnya atau sama dengan MFCx.
Dengan mendasarkan pada asumsi produsen berada
dalam pasar persaingan sempurna, maka produsen adalah price
taker, dan tidak ada kendala untuk menggunakan sumberdaya

38
3. PROFIT MAKSIMUM 1 INPUT 1 OUTPUT

sehingga kondisi optimum bisa dicapainya, maka ada beberapa


modifikasi persamaan 3.9 sebagai berikut.
Persamaan keuntungan maksimum (profit maximization
condition) adalah ketika nilai produk marginal sama dengan harga
input, yaitu sebagaimana persamaan 3.9 dimodifikasi menjadi:
𝑀𝑉𝑃𝑥 = 𝑃𝑦 . 𝑀𝑃𝑃𝑥 = 𝑃𝑥

Jika kedua sisi dibagi dengan harga output maka dihasilkan


persamaan berikut ini:
𝑃𝑥
3.10 𝑀𝑃𝑃𝑥 =
𝑃𝑦

Dengan demikian, jika MPPx sama dengan rasio harga input dan
output akan dihasilkan keuntungan maksimum.
Pada persamaan keuntungan maksimum 3.10, jika
dilakukan penyusunan bentuk lainnya, misalnya dengan membagi
masing-masing sisi dengan APPx, dihasilkan:

𝑀𝑃𝑃𝑥 𝑃𝑥 1
⇔ = .
𝐴𝑃𝑃𝑥 𝑃𝑦 𝐴𝑃𝑃𝑥
𝑀𝑃𝑃𝑥 𝑃𝑥 𝑋
⇔ = .
𝐴𝑃𝑃𝑥 𝑃𝑦 𝑦
𝑀𝑃𝑃𝑥 𝑇𝐹𝐶𝑥
⇔ =
𝐴𝑃𝑃𝑥 𝑇𝑉𝑃𝑥
𝑇𝐹𝐶𝑥
3.11 𝐸𝑥 =
𝑇𝑉𝑃𝑥

Diketahui bahwa Px.X adalah TFCx dan Py.Y adalah TVPx, dan 𝐸𝑥
adalah elastisitas input dalam hubungan teknis fungsi produksi.
Dengan demikian, keuntungan maksimum produsen akan tercapai
saat elastisitas input sama dengan rasio TFCx dan TVPx.
Kembali mengingat bahwa daerah rasional adalah Daerah
II dalam fungsi produksi hubungan teknis input-output. Pada
Daerah II fungsi produksi diketahui bahwa nilai elastisitas adalah

39
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

antara 0 sampai 1. Ini artinya, bahwa keuntungan maksimum juga


akan terjadi ketika nilai TVPx lebih besar dari TFCx karena rasio
keduanya adalah bernilai positif dan kurang dari 1. Jika
dihubungan dengan fungsi TVPx (Gambar 4), maka lokasi
keuntungan maksimum juga ada di Daerah II, yaitu daerah
untung. Profit maksimum dari perspektif input dapat
digambarkan berikut.

AVPx , VMPx dan Profit


50 Maksimum profit
perusahaan Penerimaan per unit
40

30
AVPx
MFCx =Px
20

10 Biaya per unit

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70
-10

-20 Optimum output

-30 VMPx

Gambar 6. Keuntungan maksimum dari perspektif input


Sumber: Dokumentasi Penulis

Sebagai contoh kasus dapat disajikan berikut ini. Jika


diketahui bahwa fungsi produksi adalah:
𝑦 = 2 𝑥 0.5
Harga input dan harga output masing-masing adalah Px = $3 dan
Py = $4. Jika perusahaan dalam pasar persaingan sempurna dan
tidak ada hambatan bagi perusahaan untuk mengakses input
produksinya. Maka keuntungan maksimum dapat dianalisis
sebagai berikut.

40
3. PROFIT MAKSIMUM 1 INPUT 1 OUTPUT

Pertama-tama maka diperlukan adanya fungsi keuntungan


(𝜋 = 𝑓(𝑥)) yang dimodelkan dari kasus yang dianalisis di atas,
sebagai berikut:
𝜋 = 𝑃𝑦 . 𝑦 − 𝑃𝑥 . 𝑥

⇔ 𝜋 = 𝑃𝑦 . (2 𝑥 0.5 ) − 𝑃𝑥 . 𝑥

First Order Condition (FOC) fungsi keuntungan, adalah:


0.5 ))
𝜕𝜋 𝜕 (𝑃𝑦 . (2 𝑥 𝜕(𝑃𝑥 . 𝑥)
= − ( )=0
𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝜕𝑋

𝜕( 2 𝑥 0.5 ) 𝜕𝑥
⇔ 𝑃𝑦 . − 𝑃𝑥 . ( ) = 0
𝜕𝑥 𝜕𝑥
⇔ 𝑃𝑦 . 𝑥 −0.5 − 𝑃𝑥 .1 = 0
1
⇔ 𝑃𝑦 . − 𝑃𝑥 = 0
𝑥 0.5

𝑂𝑝𝑡
𝑃𝑦 2
⇔ 𝑥 =( )
𝑃𝑥
Dengan Px = $3 dan Py = 4, maka:

𝑂𝑝𝑡
4 2 16
𝑥 =( ) =
3 9
𝑥 𝑂𝑝𝑡 adalah alokasi input optimum yang menghasilkan
16
keuntungan maksimum, yaitu sebesar 9
unit input.
16
Dengan menggunakan 𝑥 𝑂𝑝𝑡 = 9
maka akan dihasilkan
tingkat output, yaitu:
16
𝑦 𝑂𝑝𝑡 = 2 (𝑋 𝑂𝑝𝑡 )0.5 … … … 𝑥 𝑂𝑝𝑡 =
9

8
⇔ 𝑦 𝑂𝑝𝑡 =
3
Dengan demikian tingkat output optimum yang menghasilkan
8
keuntungan maksimum adalah 3 unit output.

41
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Pada akhirnya, keuntungan maksimum produsen, di pasar


persaingan sempurna dan tidak adanya kendala akses input,
dengan fungsi produksi ditentukan, 𝑦 = 2 𝑥 0.5 , dan tingkat harga
input dan output masing-masing adalah $3 dan $4 adalah:
16 𝑂𝑝𝑡 8
𝜋 𝑀𝑎𝑘𝑠 = 𝑃𝑦 . 𝑦 𝑂𝑝𝑡 − 𝑃𝑥 . 𝑥 𝑂𝑝𝑡 … … … 𝑥 𝑂𝑝𝑡 = ,𝑦 =
9 3
8 16
⇔ 𝜋 𝑀𝑎𝑘𝑠 = 4 . ( ) − 3 . ( )
3 9
32 16
⇔ 𝜋 𝑀𝑎𝑘𝑠 = ( )− ( )
3 3
16
⇔ 𝜋 𝑀𝑎𝑘𝑠 = ( )
3
16
Keuntungan maksimum produsen adalah ( 3 ) dollar.

Dijelaskan sebelumnya bahwa keuntungan maksimum ada


di Daerah II pada fungsi produksi teknis. Pada saat keuntungan
maksimum di Daerah II maka ini artinya MPPx bernilai lebih kecil
dibandingkan dengan APPx karena pada Daerah II elastisitas
input antara nol dan satu. Hal ini dikonfirmasi dengan hasil
𝑂𝑝𝑡 𝑂𝑝𝑡
perhitungan 𝐴𝑃𝑃𝑥 dan 𝑀𝑃𝑃𝑥 untuk kasus ini, sebagai berikut:
8
𝑂𝑝𝑡 𝑦 𝑂𝑝𝑡 (3)
𝐴𝑃𝑃𝑥 = 𝑂𝑝𝑡 =
𝑋 16
(9)

𝑂𝑝𝑡 3
⇔ 𝐴𝑃𝑃𝑥 =
2
𝑂𝑝𝑡
Sedangkan untuk 𝑀𝑃𝑃𝑥 adalah sebagai berikut:

𝑂𝑝𝑡 𝜕𝑦 1 1
𝑀𝑃𝑃𝑥 = = 0.5 =
𝜕𝑥 𝑋 16 2
(9)

𝑂𝑝𝑡 3
⇔ 𝑀𝑃𝑃𝑥 =
4

42
3. PROFIT MAKSIMUM 1 INPUT 1 OUTPUT

Maka,
𝑂𝑝𝑡 𝑂𝑝𝑡
𝑀𝑃𝑃𝑥 < 𝐴𝑃𝑃𝑥
Dengan demikian, terbukti bahwa ketika ditemukan keuntungan
maksimum maka APPx lebih besar dibandingkan dengan MPPx
dan ini merupakan kharakteristik daerah rasional pada TPPx.
Jika nilai MPPx dan APPx terbukti sebagaimana
pernyataan bahwa keuntungan maksimum terdapat di Daerah II
fungsi produksi teknis, maka bagaimanakah dengan VMPx dan
VAPx? VMPx dan VAPx masing-masing adalah perkalian MPPx dan
APPx dengan harga outputnya. Sehingga, ketika kondisi optimum
ditemukan, yaitu MPPx lebih kecil dari APPx, maka hal yang sama
berlaku juga untuk VAPx dan VMPx, yaitu dalam kondisi optimum
berlaku pula MVPx lebih kecil dari VAPx. Hal ini dibuktikan
sebagai berikut.

𝑂𝑝𝑡 𝑂𝑝𝑡 3
𝑉𝑀𝑃𝑥 = 𝑃𝑦 . 𝑀𝑃𝑃𝑥 = 4.
4
𝑂𝑝𝑡
⇔ 𝑉𝑀𝑃𝑥 = 3
Sedangkan nilai AVPx adalah
𝑂𝑝𝑡 𝑂𝑝𝑡 3
𝑉𝐴𝑃𝑥 = 𝑃𝑦 . 𝐴𝑃𝑃𝑥 = 4.
2
𝑂𝑝𝑡
⇔ 𝑉𝑀𝑃𝑥 = 6
Hal di atas juga membuktikan bahwa dalam kondisi
optimum (keuntungan maksimum), maka:
𝑂𝑝𝑡
⇔ 𝑉𝑀𝑃𝑥 = 𝑃𝑥 = 𝑀𝐹𝐶𝑥 = 3
Jika hasil perhitungan ini direpresentasikan dalam bentuk
tabel dan grafik maka dihasilkan gambar sebagai berikut.

43
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Tabel 3. Input, produksi, APPx, MPPx, MVPx, dan AVPx


X Y APPx MPPx TVPx VMPx AVPx Profit
0.1 0.63 6.32 3.16 2.53 12.65 25.30 2.23
0.2 0.89 4.47 2.24 3.58 8.94 17.89 2.98
0.3 1.10 3.65 1.83 4.38 7.30 14.61 3.48
0.4 1.26 3.16 1.58 5.06 6.32 12.65 3.86
0.5 1.41 2.83 1.41 5.66 5.66 11.31 4.16
0.6 1.55 2.58 1.29 6.20 5.16 10.33 4.40
0.7 1.67 2.39 1.20 6.69 4.78 9.56 4.59
0.8 1.79 2.24 1.12 7.16 4.47 8.94 4.76
0.9 1.90 2.11 1.05 7.59 4.22 8.43 4.89
1 2.00 2.00 1.00 8.00 4.00 8.00 5.00
1.1 2.10 1.91 0.95 8.39 3.81 7.63 5.09
1.2 2.19 1.83 0.91 8.76 3.65 7.30 5.16
1.3 2.28 1.75 0.88 9.12 3.51 7.02 5.22
1.4 2.37 1.69 0.85 9.47 3.38 6.76 5.27
1.5 2.45 1.63 0.82 9.80 3.27 6.53 5.30
1.6 2.53 1.58 0.79 10.12 3.16 6.32 5.32
1.7 2.61 1.53 0.77 10.43 3.07 6.14 5.33
1.8 2.68 1.49 0.75 10.73 2.98 5.96 5.33
1.9 2.76 1.45 0.73 11.03 2.90 5.80 5.33
2 2.83 1.41 0.71 11.31 2.83 5.66 5.31
2.1 2.90 1.38 0.69 11.59 2.76 5.52 5.29
2.2 2.97 1.35 0.67 11.87 2.70 5.39 5.27
2.3 3.03 1.32 0.66 12.13 2.64 5.28 5.23
2.4 3.10 1.29 0.65 12.39 2.58 5.16 5.19
2.5 3.16 1.26 0.63 12.65 2.53 5.06 5.15
2.6 3.22 1.24 0.62 12.90 2.48 4.96 5.10
Sumber: Dokumentasi Penulis

44
3. PROFIT MAKSIMUM 1 INPUT 1 OUTPUT

Gambar 7. Profit maksimum dan hubungan dengan TPPx, MPPx,


APPx, TVPx, AVPx, dan MVPx
Sumber: Dokumentasi Penulis

3.5 Ringkasan
Produsen, ketika berada dalam pasar persaingan sempurna,
memaksimumkan keuntungannya dengan menghadapi harga baik
input maupun output sebagai faktor eksternal yang ditentukan
oleh pasar. Ketika produsen tidak mampu mempengaruhi pasar,
maka harga pasar adalah konstanta yang menjadi multiplikator
bagi fungsi produksi. Ini kemudian dikenal dengan TVPx atau
Total Value Product.

45
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Perilaku sama ketika menghadapi harga input produksi,


yaitu harga input sebagai konstanta yang membentuk biaya total
input produksi yang kemudian dikenal dengan Total Factor Cost
(TFC). Selisih keduanya, yaitu TVPx dan TFCx, selanjutnya disebut
dengan keuntungan atau profit.
TVPx dan TFCx atau dibuku ini juga dituliskan dengan
notasi C membagi TVPx menjadi 3 (tiga) Daerah. Walaupun
jumlah pembagian wilayah sama dengan TPPx, namun wilayah di
TVPx bukan merupakan penurunan langsung dari TPPx.
Pembagian TVPx lebih mendasarkan pada kriteria ekonomi yaitu
keuntungan produksi. Hal ini tentu berbeda dengan pembagian
TPPx yang lebih didasarkan pada kriteria teknis, yaitu elastisitas
inputnya. Daerah I dalam TVPx menunjukkan daerah rugi karena
TFCx lebih besar dibandingkan dengan TVPx, Daerah II
merupakan daerah untung karena TVPx lebih besar dari TFCx dan
di daerah inilah akan ditemukan pula keuntungan maksimum
produsen. Kemudian, Daerah III merupakan daerah yang
keuntungannya negatif (daerah rugi) karena kembali TFCx lebih
besar dibandingkan dengan TVPx.
Selain TVPx, dibahas juga terkait dengan AVPx, MVPx, dan
MFCx. MVPx memiliki hubungan yang spesial dengan MFCx
karena dengan menyamakan nilai kedua faktor ini akan
ditemukan keuntungan maksimum kegiatan produksi berdasar
tingkat teknologi produksi yang digunakan. MFCx sama juga
dengan harga input produksi. Dengan demikian, keuntungan
maksimum produsen dalam pasar persaingan sempurna terjadi
ketika tambahan penerimaan tiap tambahan input sama dengan
harga input itu sendiri.
Ketika ditemukan titik dengan keuntungan maksimum ini
maka hal-hal berikut juga berlaku, yaitu nilai APPx lebih besar
dari nilai MPPx, nilai AVPx lebih besar dibandingkan nilai MVPx.
Tititk optimum yang menghasilkan keuntungan maksimum ini
sama-sama berada di daerah dua pada TPPx dan TVPx.

46
3. PROFIT MAKSIMUM 1 INPUT 1 OUTPUT

3.6 Pertanyaan review


1. Apakah yang membedakan pembagian daerah TVPx dan
TPPx? Gambarlah dan jelaskan masing-masing daerah
tersebut!
2. Jika terjadi peningkatan harga input, apakah yang teradi
dengan TPPx, TVPx, TFCx, profit? Jelaskan
3. Jika terjadi peningkatan teknologi produksi dan
implementasinya oleh produsen, sehingga produksi per input
digunakan menjadi semakin tinggi; maka:
a. Gambarkan perubahan TPPx! Jelaskan!
b. Gambarlah TVPx! Jelaskan!
c. Gambarlah APPx dan MPPx! Jelaskan!
d. Gambarlah VMPx dan VAPx! Jelaskan!
4. Jika diketahui bahwa kegiatan produksi berada di pasar
persaingan sempurna dan y = f(x), tentukanlah fungsi
keuntungan, yaitu 𝜋 = 𝜋(𝑥)!
5. Apakah yang terjadi pada VMPx ketika keuntungan
perusahaan/ produsen maksimum?
6. Bagaimanakah MFCx saat input digunakah secara optimum
oleh perusahaan/produsen?
7. Benarkah rasio MVPx dan AVPx juga menunjukkan elastisitas
input produksi? Jelaskan
8. Ketika APPx maksimum maka MPPx memotong APPx, apakah
hal sama juga terjadi pada MVPx dan AVPx? Jelaskan hal
tersebut baik secara grafik maupun matematis!
9. Total biaya faktor dan nilai total produk keduanya adalah
persamaan garis lurus. Benarkah pernyataan tersebut?
Jelaskan!
10. Apakah yang Saudara ketahui tentang BEP? Jelaskan!
11. Jika harga input meningkat maka apakah pernyataan berikut
benar atau salah dan jelaskan!
a. Saat TFCx lebih besar dibandingkan dengan TVPx
maka perusahaan rugi
b. Jika VMPx = Py maka keuntungan adalah maksimum
c. Titik di mana TVPx maksimum maka MPPx = 0

47
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

d. Penggunaan input optimum akan menghasilkan nilai


keuntungan yang lebih besar dari BEP
e. Perusahaan mencapai BEP maka keuntungannya
positif

3.7 Diskusi

1. Isilah tabel berikut ini, jika fungsi produksinya adalah


𝑦 = 5𝑥 + 6𝑥 2 − 0.1𝑥 3
a. Tentukanlah fungsi MPPx
b. Tentukanlah fungsi APPx
c. Jika harga input, Px = 2 dan harga output, Py = 5,
Tentukanlah fungsi TVPx, AVPx, MVPx
d. Lengkapi tabel berikut:
X Y APPx MPPx TVPx VMPx AVPx Profit
25 …. …. …. …. …. …. ….
26 …. …. …. …. …. …. ….
27 …. …. …. …. …. …. ….
28 …. …. …. …. …. …. ….
29 …. …. …. …. …. …. ….
30 …. …. …. …. …. …. ….
31 …. …. …. …. …. …. ….
32 …. …. …. …. …. …. ….
33 …. …. …. …. …. …. ….
34 …. …. …. …. …. …. ….
35 …. …. …. …. …. …. ….
36 …. …. …. …. …. …. ….
37 …. …. …. …. …. …. ….
38 …. …. …. …. …. …. ….
39 …. …. …. …. …. …. ….
40 …. …. …. …. …. …. ….
41 …. …. …. …. …. …. ….
42 …. …. …. …. …. …. ….
43 …. …. …. …. …. …. ….
44 …. …. …. …. …. …. ….
45 …. …. …. …. …. …. ….

48
3. PROFIT MAKSIMUM 1 INPUT 1 OUTPUT

2. Gambarkanlah TPPx, APPx, dan MPPx berdasarkan soal nomor


1 di atas, kemudian:
a. Berapakah nilai input saat MPPx maksimum?
b. Berapakah nilai input saat APPx maksimum
c. Berapakah nilai input saat MPPx = APPx?
d. Berapakah nilai input saat MPPx = 0?
e. Tunjukkanlah Daerah I, Daerah II, dan Daerah III!
f. Berapakah profit maksimumnya?
3. Jika diketahui bahwa terjadi perubahan teknologi produksi
pada perusahaan di atas, sehingga fungsi produksi berubah
menjadi:
𝑦 = 8𝑥 + 7𝑥 2 − 0.1𝑥 3

Maka tentukanlah hal berikut secara matematis:


a. Berapakah nilai input saat MPPx maksimum?
b. Berapakah nilai input saat APPx maksimum
c. Berapakah nilai input saat MPPx = APPx?
d. Berapakah nilai input saat MPPx = 0?
e. Tunjukkanlah Daerah I, Daerah II, dan Daerah III
f. Berapakah profit maksimumnya
4. Diskripsikan perubahan yang terjadi antara teknologi
produksi:
𝑦 = 5𝑥 + 6𝑥 2 − 0.1𝑥 3
dan
𝑦 = 8𝑥 + 7𝑥 2 − 0.1𝑥 3

Berkaitan dengan:
a. Perubahan Daerah I, Daerah II, dan Daerah III?
b. Bagaimanakah perubahan input optimumnya?
c. Bagimanakah perubahan profit maksimumnya?
5. Jika harga input berubah menjadi Px = 3 dan harga output, Py
= 5 (tetap), Tentukanlah fungsi profit dan analisislah:

49
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

a. Tentukanlah tingkat input optimum, tingkat output


optimum perusahaan
b. Berapakah keuntungan perusahaan?
c. Jika perusahaan ingin keuntungannya meningkat, apa
yang Saudara sarankan bagi perusahaan ini? Jelaskan!

50
4. BIAYA DAN KEUNTUNGAN: PERSPEKTIF OUTPUT

. 4 .
.EKONOMI
PRODUKSI:
PERSPEKTIF
OUTPUT
Bab ini melanjutkan pemahaman tentang fungsi produksi dari sisi
input, yaitu dengan membahas bagaimana keputusan produksi
dari sisi output. Kegiatan produksi dari sisi output terdiri dari
teori biaya dan analisis keuntungan dalam fungsi terhadap output.
Namun demikian, evaluasi titik-titik pada fungsi TVPx dan fungsi
biaya pada sisi output menunjukkan hubungan satu dengan yang
lainnya. Hal yang menarik lainnya adalah dalam fungsi produksi
perspektif input maupun perspektif output akan menghasilkan
perhitungan keuntungan maksimum yang sama. Asumsi dasar
digunakan masih sama yaitu perfect competition market.
Selanjutnya, hal ini akan didiskusikan dalam bab ini.

51
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

4.1 Konsep dasar dalam teori biaya produksi


Dalam pandangan output/keluaran memiliki variabel-variabel
yang berbeda dengan pandangan sisi input. Beberapa variabel
penting didiskusikan dari sisi output adalah penerimaan total
(Total Revenue, TR), penerimaan marginal (Marginal Revenue,
MR), biaya total (Total Cost, TC), biaya rata-rata (Average Cost,
AC), biaya variabel rata-rata (AVC), dan biaya marginal (Marginal
Cost, MC). Keseluruhan variabel-variabel ini merupakan suatu
fungsi terhadap output, 𝑓(𝑦).
Pusat perhatian pembahasan ekonomi produksi dari sudut
output terletak pada fungsi-fungsi biaya yang dinyatakan dalam
output sebagai variabel yang menjelaskan perubahan fungsi-
fungsi biaya. Keseluruhan variabel-variabel di atas dirumuskan
sebagai berikut:
4.1 Total revenue 𝑇𝑅 = 𝑃𝑦 . 𝑦
4.2 Marginal Revenue
𝜕𝑇𝑅
𝑀𝑅 = = 𝑃𝑦
𝜕𝑦
4.3 Total Cost 𝑇𝐶 = 𝑉𝐶 + 𝐹𝐶
4.4 Variable costs 𝑉𝐶 = 𝑓(𝑦)
4.5 Fixed Cost 𝐹𝐶 = 𝑏
4.6 Average Fixed Cost 𝐴𝐹𝐶 = 𝑏/𝑦
4.7 Average Cost
𝑇𝐶 𝑓(𝑦) + 𝑏
𝐴𝐶 = =
𝑦 𝑦
4.8 Average Variabel Cost
𝑉𝐶 𝑓(𝑦)
𝐴𝑉𝐶 = =
𝑦 𝑦
4.9 Marginal Cost
𝜕𝑇𝐶 𝜕(𝑓(𝑦) + 𝑏)
𝑀𝐶 = =
𝜕𝑦 𝜕𝑦

Total revenue (TR) adalah total penerimaan dari


perusahaan dari tingkat produksi yang dihasilkan dan terjual di

52
4. BIAYA DAN KEUNTUNGAN: PERSPEKTIF OUTPUT

pasar. Dalam hal ini diasumsikan bahwa tingkat produksi


dapat terserap di pasar semuanya. Sehingga berapapun produksi
akan menghasilkan penerimaan bagi perusahaan/ produsen dan
berapapun yang dijual perusahaan di pasar persaingan tidak akan
akan mempengaruhi harga. Hal ini karena produsen di pasar
persaingan diasumsikan hanya memproduksi proporsi kecil dari
total penawaran di pasar.
Marginal Revenue (MR) dapat didefinisikan sebagai
tambahan TR setiap tambahan unit diproduksi dan terjual di
pasar. MR dalam asumsi pasar persaingan sempurna adalah sama
dengan harga output, Py. Sebagaimana telah dijelaskan, hal ini
karena harga ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar.
Biaya total atau Total Cost (TC) dalam jangka pendek
(short run) merupakan kumulatif dari biaya variabel dan biaya
tetap. Sedangkan dalam jangka panjang (long run), semua biaya
perusahaan adalah biaya variabel. Hal ini karena biaya tetap juga
akan berubah dalam jangka panjang.
Variabel cost (VC) adalah semua biaya digunakan
perusahaan yang besar kecilnya terkait dengan tingkat produksi
perusahaan. Jika perusahaan meningkatkan tingkat produksi
maka biaya variabel akan cenderung meningkat, sedangkan jika
tingkat produksi ditetapkan perusahaan turun maka biaya
variabel juga akan turun. Biaya variabel selanjutnya dapat
dirumuskan secara matematis sebagai fungsi dari y atau 𝑉𝐶 =
𝑓(𝑦). Contoh biaya variabel adalah biaya tenaga kerja, biaya
bahan baku, biaya bahan pendukung, dan lainnya.
Berbeda dengan VC, Fixed Cost (FC) merupakan biaya
yang besar dan kecilnya tidak bergantung pada tingkat output
dihasilkan. Jika perusahaan akan menghasilkan tingkat output
besar maka FC juga harus dibayarkan dalam periode waktu
ditentukan, sedangkan jika perusahaan akan menurunkan tingkat
produksi, FC juga tetap harus dibayarkan dalam jumlah tertentu
dan periode tertentu. Bahkan jika perusahaa tidak berproduksi
pun, maka FC tetap ada dan harus dibayarkan. Contoh dari biaya

53
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

tetap adalah biaya sewa lahan dalam usahatani padi, biaya sewa
tempat, dan lain-lainnya.
Melengkapi ukuran tentang biaya, selanjutnya TC, VC, FC
dapat digunakan untuk menurunkan ukuran biaya rata-rata atau
Average Cost (AC), Average Variable Cost (AVC), maupun Marginal
Cost (MC). Ketika biaya total dibagi dengan tingkat outputnya
maka itu kemudia disebut sebagai AC, sedangkan ketika VC dibagi
dengan tingkat outputnya maka disebut dengan AVC.
Marginal Cost (MC) merupakan ukuran yang sangat
penting dalam analisis biaya terutama untuk menemukan titik
optimum atau keuntungan maksimum. MC selanjutnya
didefinisikan sebagai tambahan biaya tiap tambahan unit output
dihasilkan. MC berbeda dengan AC, yaitu MC berorientasi pada
perubahan antar tingkat output satu dengan yang lainnya dan
menunjukkan slope dari TC, sedangkan AC berorientasi pada
biaya per unit pada setiap tingkat output dihasilkan. Namun AC
dan MC memiliki hubungan khusus yang dijelaskan dalam sub-bab
berikutnya.

4.2 Keterkaitan FC, TFC, TC, TVP dan TR


Dalam analisis teknis (input side), TFC adalah adalah total factor
cost, sedangkan dalam perspektif output TFC adalah Total Costs
(TC). Persamaannya adalah ketika biaya tetap sama dengan nol,
maka TFC sama dengan TC. Sedangkan perbedaannya adalah
dalam spesifikasi matematisnya. Fungsi TFC merupakan perkalian
dari input dan harga input di mana harga input adalah given
ditentukan pasar. Sedangkan dalam perspektif output, fungsi TC
adalah fungsi biaya produksi di mana secara matematis
merupakan hubungan antara tingkat output diproduksi dan dijual
dengan tingkat biayanya. Sehingga, jika TFC adalah fungsi dari
input digunakan dalam produksi, maka TC adalah fungsi dari
output, y, yaitu output yang diproduksi dan dijual perusahaan ke
pasar.

54
4. BIAYA DAN KEUNTUNGAN: PERSPEKTIF OUTPUT

Dalam perspektif output, kembali mengingatkan tentang


biaya total (TC) dibagi menjadi dua, yaitu biaya variabel dan
biaya tetap. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan
perusahaan atau produsen di mana besar kecilnya dipengaruhi
oleh banyak sedikitnya produksi. Sedangkan, biaya tetap adalah
biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh kegiatan
produksi. Biaya tetap ada pada perspektif ekonomi produksi
dalam jangka pendek. Sedangkan dalam jangka panjang, semua
biaya produksi adalah biaya variabel, tidak ada yang biaya tetap.
Pada akhirnya, penting untuk diperhatikan supaya tidak
mengalami kebingungan ketika memahami fixed cost (FC) dengan
total factor cost (TFC) karena keduanya adalah dua jenis biaya
yang berbeda sama sekali. FC adalah pemahaman biaya produksi
jangka pendek dari sisi output dan biayanya tidak dipengaruhi
oleh banyak sedikitnya produksi. Sedangkan TFC adalah total
biaya produksi dari sisi input yang dipegaruhi oleh harga input
dan jumlah input digunakan dalam produksi.
TVP (Total Value Product), merupakan konsep ekonomi
produksi dari sisi input, adalah sama dengan penerimaan atau TR
(Total Revenue) dalam ekonomi produksi dari sisi output.
Keduanya merupakan perkalian antara output dan harga output.
TVP berbentuk kurva sebagai augmentasi dari fungsi produksi
sedangkan TR berbentuk garis lurus sebagai perkalian antara
harga output dan tingkat output perusahaan. Berikut adalah
kejelasannya dalam pernyataan matematis kedua fungsi tersebut:

4.10 𝑇𝑉𝑃 = 𝑃𝑦 . 𝑦 = 𝑃𝑦 . 𝑓(𝑥) ..... f(x) adalah fungsi produksi

4.11 𝑇𝑅 = 𝑃𝑦 . 𝑦 ..... di mana y adalah output

Total Cost (TC) dalam perspektif output merupakan


akumulasi dari biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel
akan sangat tergantung pada berapa besar penggunaan input dan
output dihasilkan. Dengan demikian, semakin produktif input
maka akan semakin rendah biaya produksi per unit. Ini akan

55
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

berdampak pada bentuk fungsi biaya total yang tidak linear dan
memiliki kemiripan dengan fungsi produksi.
Keterkaitan fungsi produksi dan fungsi biaya, dengan
asumsi bahwa biaya tetap produksi adalah nol, digambarkan
sebagai berikut. Gambar berikut adalah modifikasi dari
representasi geometris keterkaitan fungsi produksi dan biaya
produksi di Debertin (2012).

Gambar 8. Keterkaitan fungsi produksi dan fungsi biaya


diasumsikan fixed cost adalah nol
Sumber: Debertin, 2012 (dimodifikasi)

Representasi secara lengkap tentang biaya produksi baik


biaya tetap, biaya variabel dan juga penerimaan produksi dapat
disajikan di Gambar 9 berikut ini. Kombinasi antara biaya dan
penerimaan dapat menghasilkan informasi tentang tingkat

56
4. BIAYA DAN KEUNTUNGAN: PERSPEKTIF OUTPUT

keuntungan dan kerugian perusahaan jika memutuskan tingkat


produksi tertentu. Titik A dan tititk B adalah titik Break Even Point
(BEP), yaitu total biaya sama dengan total keuntungan sehingga
profit sama dengan nol.

Gambar 9. Kurva TC, TR dan FC


Sumber: Dokumentasi Penulis

Sebagaimana di jelaskan di atas, pada Gambar 9


ditunjukkan TC sebagai total dari VC dan FC. Ketika perusahaan
harus menanggung FC, maka TC adalah penjumlahan TVC dan FC.
Sedangkan, VC memiliki bentuk non-linear dimulai dari
peningkatan biaya yang semakin menurun menjadi kenaikan
biaya yang semakin meningkat dengan semakin bertambahnya
tingkat produksi.
Selain TC terdapat pula total revenue (TR). TR sendiri
merupakan kurva kombinasi antara tingkat output terjual dan

57
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

penerimaan perusahaan. TR merupakan garis lurus dengan slope


sama dengan harga output, Py. Jika kurva TR diinteraksikan
dengan kurva TC maka diperoleh selisih TR dengan TC yang
kemudian disebut sebagai tingkat keuntungan perusahaan.
Keuntungan perusahaan dapat bernilai positif (untung), negative
(rugi), ataupun sama dengan nol (BEP).
Titik A dan titik B merupakan titik di mana tingkat
penerimaan sama dengan tingkat biaya produksinya (BEP). Titik
ini merupakan relasi satu-satu dengan titik BEP pada sisi input
dengan asumsi bahwa biaya tetap sama dengan nol.
Perhatikan gap atau perbedaan antara TC dan TR pada
Gambar 9. Jika perusahaan beroperasi pada daerah sebelum titik
A, maka TR lebih kecil dibandingkan dengan TC. Sehingga
perusahaan mengalami kerugian. Sebaliknya, jika perusahaan
tidak mengalami kendala dalam akses sumberdaya dan mampu
meningkatkan kapasitas produksinya, maka peningkatan produksi
dari titik A dan kurang dari titik B akan menghasilkan positif
profit atau keuntungan bagi perusahaan. Namun demikian, jika
perusahaan terus berproduksi melebihi titik B, maka perusahaan
akan menderita kerugian meskipun produk yang dijualnya di
pasar sangat besar.

4.3 Keterkaitan AC, AVC, AFC, dan MC


Fungsi biaya memiliki fungsi umum, 𝑇𝐶 = 𝑓(𝑦), sebagaimana
disajikan di atas dan konsep turunan dari fungsi biaya total
diantaranya adalah biaya rata-rata (AC), biaya variabel rata-rata
(AVC), biaya tetap rata-rata (AFC) dan biaya marginal (MC).
Masing-masing memiliki peran yang sangat penting dalam analisis
OPTIMISASI kegiatan produksi.
Average cost (AC) adalah rasio antara biaya total dan
output produksi. Kharakteristik kurva AC dan MC cenderung
identik sebagaimana keterkaitan MPPx dan APPx dalam sisi teknis
produksi. Jika MPPx dan APPx memiliki bentuk fungsi concave

58
4. BIAYA DAN KEUNTUNGAN: PERSPEKTIF OUTPUT

terhadap origin (memiliki titik maksimum) maka AC dan MC


adalah fungsi convex terhadap origin. Sehingga dari AC dan MC
akan ditemukan titik minimum kedua fungsi ini.
Biaya tetap rata-rata (AFC) di sisi lain adalah rasio antara
biaya tetap (FC) dan tingkat output produksi. Jika perusahaan
memutuskan untuk memproduksi output lebih besar ini artinya
akan semakin rendah biaya tetap rata-ratanya. Dengan semakin
rendahnya biaya tetap rata-rata, maka jarak antara AC dan AVC
akan semakin dekat dengan semakin tingginya tingkat produksi.
Sebagaimana dalam sisi input, APPx dan MPPx memiliki
hubungan terkait dengan APPx maksimum, demikian juga ketika
AC minimum maka Marginal Cost (MC) sama dengan Average
Variable Cost (AC). Hal penting lainnya adalah ketika terjadi MC
minimum maka titik ini berkaitan dengan inflection point di TC
sedemikian hingga terjadi perubahan dari tambahan biaya total
yang semakin menurun menjadi tambahan biaya total yang
semakin meningkat. Sebagai tambahan, dengan asumsi FC = 0,
maka tingkat output saat terjadi inflection point di sisi output
adalah sama dengan tingkat output saat terjadi inflection point di
sisi input.
Beberapa titik penting dibahas berikut ini. Pada saat AC
dan AVC minimum maka keduanya berpotongan dengan MC. Jika y
adalah output diproduksi dan 𝑉𝐶 = 𝑓(𝑦), maka secara matematis
peryataan di atas dapat dibuktikan sebagai berikut.

Hubungan MC dan AC

𝐹𝐶 𝑓(𝑦)
𝐴𝐶 = 𝐴𝐹𝐶 + 𝐴𝑉𝐶 = +
𝑦 𝑦
Saat AC minimum, maka FOC mensyaratkan
𝜕𝐴𝐶
=0
𝜕𝑦

Sehingga:

59
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

𝐹𝐶 𝑓(𝑦)
𝜕( 𝑦 + 𝑦 )
=0
𝜕𝑦
𝜕𝑦
−𝐹𝐶 𝑓 ′ (𝑦). 𝑦 − 𝑓(𝑦).
𝜕𝑦
⇔ 2
+ ( 2 )=0
𝑦 𝑦

𝑓 ′ (𝑦). 𝑦 − 𝑓(𝑦) 𝐹𝐶
⇔ ( )= 2
𝑦2 𝑦

⇔ 𝑓 ′ (𝑦). 𝑦 − 𝑓(𝑦) = 𝐹𝐶
⇔ 𝑓 ′ (𝑦). 𝑦 = 𝑓(𝑦) + 𝐹𝐶
𝑓(𝑦) + 𝐹𝐶
⇔ 𝑓 ′ (𝑦) =
𝑦
⇔ 𝑀𝐶 = 𝐴𝐶𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚

(TERBUKTI)

Dengan demikian, terbukti bahwa saat AC minimum maka AC


sama dengan MC.

Hubungan MC dan AVC


Biaya variabel rata-rata dirumuskan:
𝑇𝑉𝐶 𝑓(𝑦)
𝐴𝑉𝐶 = =
𝑦 𝑦
Syarat minimisasi AVC adalah
𝜕𝑇𝑉𝐶
𝐴𝑉𝐶 ′ = =0
𝜕𝑦
Maka:

𝜕𝑓 ′ (𝑦). 𝑦 − 𝑓(𝑦)
⇔ ( )=0
𝑦2

⇔ 𝑓 ′ (𝑦). 𝑦 − 𝑓(𝑦) = 0
𝑓(𝑦)
⇔ 𝑓 ′ (𝑦) =
𝑦

60
4. BIAYA DAN KEUNTUNGAN: PERSPEKTIF OUTPUT

⇔ 𝑀𝐶 = 𝐴𝑉𝐶𝑀𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚

(TERBUKTI)

Hal sama dengan hubungan AC minimum dengan MC, maka MC


juga memotong AVC saat AVC mencapai titik minimumnya.
Selanjutnya dalam representasi geometris hubungan MC, AFC,
AVC, dan AC dapat disajikan dalam gambar berikut ini.

Gambar 10. Kurva MC, AVC, AC, dan AFC


Sumber: Dokumentasi Penulis

Penting untuk diingatkan kembali sebagaimana telah


disebutkan sebelumnya, bahwa jarak antara AVC dan AC semakin
kecil dengan semakin meningkatnya tingkat produksi. Hal ini
karena AC adalah penjumlahan dari AVC dan AFC, sedangkan AFC
semakin rendah dengan semakin meningkatnya jumlah output
dihasilkan. Dengan demikian, representasi AVC dan AC yang benar
adalah memiliki jarak semakin kecil dengan bertambahnya
output.
Selanjutnya hubungan antara biaya total dan biaya
marginal dan rata-ratanya dapat digambarkan sebagai berikut ini.

61
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Gambar 11. Hubungan TC, MC, AC, dan AVC


Sumber: Dokumentasi Penulis

Pada titik inflection point maka dihasilkan titik minimum


dari biaya marginal (MC). Selanjutnya, pada slope minimum dari
TC dan TVC juga terkait dengan nilai biaya total rata-rata (AC)
minimum dan biaya variabel (AVC) minimum. Harus dipahami
juga bahwa saat MC memotong AC dan AVC pada titik
terendahnya. Hubungan satu-satu dari titik-titik yang ada di TC,
TVC, AC, AVC, dan MC terdapat pada Gambar 11 di atas.

62
4. BIAYA DAN KEUNTUNGAN: PERSPEKTIF OUTPUT

4.4 Harga output, efisiensi, dan perubahan profit


maksimum
Setiap kegiatan ekonomi oleh produsen memiliki tujuan untuk
menghasilkan keuntungan maksimum. Alokasi sumberdaya, biaya
produksi, dan juga output yang dihasilkan dengan teknologi
tertentu sehingga menghasilkan keuntungan maksimum di sebut
masing-masing sebagai alokasi sumber daya yang optimum, biaya
yang optimum, dan juga output optimum. Output optimum tidak
selalu terjadi ketika output maksimum. Bahkan, boleh jadi saat
output maksimum tingkat profit jauh lebih rendah karena
peningkatan output sudah berdampak pada peningkatan biaya
yang lebih besar.

Kegiatan produksi yang menghasilkan profit didasarkan


pada formulasi berikut ini.
𝜋 = 𝑃𝑦 . 𝑌 − 𝑇𝐶
4.12 𝜋 = 𝑃𝑦 . 𝑌 − 𝑓(𝑌)

Berdasarkan persamaan 4.12 dapat diketahui bahwa, dengan


asumsi berada di pasar persaingan sempurna, maka peluang
untuk meningkatkan profit atau keuntungan dapat dilakukan
dengan meningkatkan efisiensi produksi sehingga produktifitas
input menghasilkan output paling tinggi. Hal ini berimplikasi pada
biaya produksi yang efisien. Sementara itu, harga output tidak
dapat di pengaruhi oleh perusahaan sebagaimana asumsi dari
pasar persaingan sempurna (price taker).
Pertanyaan yang mendasar adalah bagaimana menemukan
keuntungan maksimum dari perspektif output. Sebagaimana
mendapatkan keuntungan maksimum dari sisi input, keuntungan
maksimum dari sisi output terlebih dahulu adalah mengetahui
syarat (condition) yang harus dipenuhi supaya outut dihasilkan
menghasilkan keuntungan maksimum. Hal ini diperoleh dengan
melakukan derivasi fungsi keuntungan (profit function in output
side) terhadap output. Ini dikenal dengan First Order Condition
(FOC), yaitu:

63
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

𝜋 = 𝑃𝑦 . 𝑌 − 𝑓(𝑌)
FOC:
𝜕𝜋 𝜕𝑓(𝑌)
= 𝑃𝑦 − =0
𝜕𝑌 𝜕𝑌
𝜕𝑓(𝑌)
⇔ = 𝑃𝑦
𝜕𝑌
𝜕𝑓(𝑌)
⇔ = 𝑃𝑦
𝜕𝑌
4.11 𝑀𝐶 = 𝑃𝑦

Dengan demikian, jika perusahaan dalam pasar persaingan


sempurna, perusahaan adalah price taker, maka terjadinya
keuntungan maksimum dalam perspektif output adalah ketika
marginal produk sama denga harga output. Perubahan-perubahan
dalam harga output dan juga efisiensi biaya akan berpengaruh
pada keuntungan maksimum diperoleh oleh perusahaan.
Berkaitan dengan perubahan-perubahan dalam
keuntungan perusahaan karena faktor harga output, berikut
adalah pendekatan grafik menjelaskan perubahan harga output
terhadap keuntungan perusahaan, ceteris paribus. Lihat Gambar
12 berikut.
Harga output naik dari Py1 ke Py2, di mana Py1<Py2.
Dengan demikian, jika total biaya tidak berubah, keuntungan
meningkat dari A menjadi B (B>A). Peningkatan keuntungan ini
murni dari pengaruh peningkatan harga output.
Selain dari sisi harga output, dapat terjadi kemungkinan
lain dalam kegiatan produksi, yaitu perusahaan dapat
meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdayanya dan atau bisa
juga mengalami penurunan harga input di pasar. Jika karena
harga input yang terjadi di pasar maka ini adalah faktor di luar
kendali perusahaan.

64
4. BIAYA DAN KEUNTUNGAN: PERSPEKTIF OUTPUT

Gambar 12. Peningkatan harga output dan perubahan


keuntungan
Sumber: Dokumentasi Penulis

Dengan asumsi bahwa terjadi peningkatan efisiensi biaya,


maka total biaya akan semakin sedikit untuk menghasilkan output
yang sama. Perusahaan dapat mengalami hal ini jika mampu
beroperasi secara optimum dan menggunakan frontier teknologi
atau teknologi terbaik yang dimilikinya. Hal ini bisa
direpresentasikan dengan gambar berikut ini.
Gambar 13 menunjukkan bahwa dengan peningkatan
efisiensi maka penggunaan biaya produksi yang sama, misalkan
TC1, dapat menghasilkan output yang lebih besar (y2>y1).
Dengan perubahan TC ini maka keuntungan berubah dari A
menjadi B, di mana A < B. Sebagai contoh misalnya ketika petani
dalam usahataninya mampu menerapkan precision agriculture,
maka petani akan mengalokasikan input seefisien mungkin dan
dapat menekan biaya pada berbagai tingkat produksi yang
dihasilkan. Implikasinya adalah menggeser kurva TC ke bawah
sebagaimana Gambar 13.

65
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Gambar 13. Peningkatan efisiensi biaya dan perubahan


keuntungan
Sumber: Dokumentasi Penulis

Berbeda dengan peningkatan keuntungan karena harga


output yang meningkat di mana merupakan faktor eksternal di
luar kemampuan perusahaan untuk mempengaruhinya (price
taker), perubahan biaya total karena penggunaan teknologi yang
lebih baik merupakan faktor yang dapat diupayakan oleh individu
perusahaan. Teknologi dan inovasi teknologi produksi ada di
wilayah keputusan perusahaan. Jika perusahaan berinovasi
dengan benar maka perubahan yang terjadi adalah peningkatan
produktifitas inputnya, baik yang bersifat tenaga kerja ataupun
modal. Ini berarti akan menggeser fungsi biaya ke bawah sehingga
keuntungan perusahaan akan semakin besar.

4.5 Profit maksimum perspektif output


Pembahasan sebelumnya telah diketahui bahwa keuntungan
maksimum terjadi saat marginal cost (MC) sama dengan harga
output. Misalkan diketahui bahwa fungsi biaya suatu perusahaan
adalah sebagai berikut:

66
4. BIAYA DAN KEUNTUNGAN: PERSPEKTIF OUTPUT

4.12 𝑇𝐶(𝑦) = 1.5𝑌 3 − 8𝑌 2 + 14𝑌 + 8


Jika diketahui bahwa harga output adalah 18, maka bagaimanakah
produksi optimum bisa diketahui? Dengan menggunakan asumsi
bahwa perusahaan memaksimumkan keuntungannya (rasional
dalam certainty condition), tentu ouput optimum dihasilkan ketika
𝑀𝐶 = 𝑃𝑦 .

Dengan syarat tersebut di atas, maka perusahaan akan


terus menambah produksi sehingga profit sebelum dan sesudah
ditambah produksinya adalah sama. Dengan kata lain, perusahaan
akan memaksimumkan keuntungan sampai marginal profitnya
sama dengan nol.
Dua cara dapat digunakan untuk menemukan titik
optimum perusahaan di atas. Pertama, dengan membentuk fungsi
keuntungan sebagaimana pada persamaan 4.13. Kedua, dengan
menggunakan syarat ditemukannya keuntungan maksimum, yaitu
dengan menggunakan prinsip marginal profit sama dengan nol.
Dengan menggunakan persamaan 4.10, maka fungsi
keuntungan dapat didefinisikan sebagai berikut:
4.13 𝜋 = 18. 𝑦 − 1.5𝑦 3 + 8𝑦 2 − 14𝑦 − 8
FOC:
𝜕𝜋
= 18 − 4.5𝑦 2 + 16𝑦 − 14 = 0
𝜕𝑦
4.14 − 4.5𝑦 2 + 16𝑦 + 4 = 0
Rumus yang biasa digunakan untuk menemukan akar-akar
persamaan di atas adalah:

−𝑏 ± √𝑏 2 − 4𝑎𝑐
𝑦1,2 =
2𝑎
Sehingga,

−16 ± √162 − 4(−4.5)(4)


𝑦1,2 =
2(−4.5)

67
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Maka didapatkan hasil 𝑦1 = −0.234 dan 𝑦2 = 3.790. Output


adalah selalu bilangan positif, maka hasil bersesuaian untuk
fungsi keuntungan di atas adalah 𝑦𝑜𝑝𝑡𝑖𝑚𝑎𝑙 = 3.790. Saat 𝑦 =
3.790 maka keuntungan perusahaan adalah maksimum.
Pertanyaan selanjutnya adalah berapakah keuntungan maksimum
perusahaan? Jawabannya adalah dengan mensubstitusikan nilai
𝑌2 = 3.790 ke dalam fungsi keuntungan (persamaan 4.13).
Sehingga diperoleh
𝜋 = 18. (3.79) − 1.5(3.79)3 + 8(3.79)2 − 14(3.79) − 8
𝜋 = 40.413
Ini adalah keuntungan maksimum perusahaan. Kegiatan produksi
yang kurang atau lebih dari optimum output akan menghasilkan
keuntungan yang lebih rendah dari 40.413.
TR, TC, dan keuntungan untuk selanjutnya dapat
ditunjukkan dalam bentuk grafik sebagai berikut.

Gambar 14. TC, TR dan keuntungan maksimum


Sumber: Dokumentasi Penulis

Cara kedua, adalah dengan menggunakan persamaan 4.11


yang merupakan syarat untuk keuntungan maksimum, yaitu 𝑃𝑦 =
𝑀𝐶. Kedua cara ini sebenarnya sama, tetapi cara kedua ini satu

68
4. BIAYA DAN KEUNTUNGAN: PERSPEKTIF OUTPUT

langkah lebih cepat karena 4.11 adalah langsung menunjuk syarat


keuntungan maksimum. Namun, penggunaan persamaan 4.11
hanya dibenarkan jika kasus adalah perusahaan yang ada di
struktur pasar persaingan sempurna.
Selanjutnya, laba maksimum dapat diketahui dengan
menyamakan antara MC dan Py. MC adalah turunan pertama dari
persamaan 4.12, sehingga
𝜕𝑇𝐶
= 𝑇𝐶 ′ (𝑦) = 4.5𝑌 2 − 16𝑌 + 14 = 𝑀𝐶
𝜕𝑦
Profit maksimum adalah saat MC=Py, sehingga
4.5𝑌 2 − 16𝑌 + 14 = 18
4.15 4.5𝑌 2 − 16𝑌 − 4 = 0
Persamaan 4.15 sama dengan persamaan 4.14, yaitu ketika
persamaan 4.15 dikalikan dengan negatif pada kedua sisinya.
Dengan demikian, akan ditemukan solusi yang sama baik dengan
cara 1, yaitu melalui persamaan 4.13 atau cara dua, yaitu melalui
persamaan 4.11. Solusi optimum outputnya adalah 𝑦 = 3.790.
Representasi profit dapat digambarkan dalam grafik
hubungan profit dengan MC dan Py sebagai berikut.

PROFIT > 0

Gambar 15. TC, AC dan keuntungan perusahaan


Sumber: Dokumentasi Penulis

69
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Saat perusahaan menerima harga output di pasar sebesar


18, maka produksi optimum adalah pada tingkat output 3.79. MC
pada tingkat output optimum tersebut adalah sama dengan harga
output, yaitu 18. Hal ini karena syarat untuk keuntungan
maksimum bagi perusahaan dalam pasar persaingan sempurna
adalah MC=Py.
Saat perusahaan memproduksi output optimum dengan
teknologi produksi yang dimilikinya, nilai AC adalah:
𝑇𝐶 8
𝐴𝐶 = = 1.5𝑦 2 − 8𝑦 + 14 + … . . 𝑦 = 18
𝑦 𝑦
𝐴𝐶𝑂𝑝𝑡𝑖𝑚𝑢𝑚 = 7.337

Jadi, AC optimum adalah 7.337. Dengan harga output sebesar 18


dan biaya produksi rata-rata per unit adalah 7.337 maka selisih
antara keduanya adalah keuntungan per unit perusahaan. Jika AC*
dan Q* adalah AC optimum dan Q optimum, maka profit atau
keuntungan maksimum perusahaan dihitung sebagai berikut.
𝜋𝑀𝑎𝑘𝑠 = (𝑃𝑦 − 𝐴𝐶 ∗ ). 𝑄 ∗
= (18 − 7.365). 3.79
𝜋𝑀𝑎𝑘𝑠 = 40.41
Nilai keuntungan maksimum perusahaan, yaitu 40.41.
Jika kedua gambar grafik, yaitu Gambar 14 dan Gambar 15,
digabung maka akan didapat representasi grafik sebagaimana
Gambar 16 di bawah ini. Dan kedua grafik tersebut menunjukkan
nilai keuntungan maksimum yang sama dimiliki perusahaan
dalam jangka pendek di pasar persaingan sempurna.

Dengan berjalannya waktu, keuntungan yang positif ini


akan memberikan insentif bagi perusahaan lain untuk masuk ke
pasar dan menambah supply di pasar. Hal ini karena pasar
persaingan sempurna tidak memiliki barrier to entry. Perusahaan
akan bebas keluar masuk pasar untuk mendapatkan keuntungan.
Dalam pembahasan jangka panjang, keuntungan perusahaan di
pasar persaingan sempurna sama dengan nol.

70
4. BIAYA DAN KEUNTUNGAN: PERSPEKTIF OUTPUT

Gambar 16. Penggabungan representasi profit dari (TR-TC) dan


profit dari (Py-AC) dikalikan dengan output optimum
Sumber: Dokumentasi Penulis

71
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

4.6 Ringkasan
Dalam persepktif output, beberapa konsep penting harus dikuasi
adalah tentang penerimaan (TR), biaya total (TC), biaya marginal
(MC), dan biaya rata-rata (AC). Biaya total (TC) dibentuk dari
biaya variabel (VC) dan biaya tetap (FC). Biaya variabel yaitu
besar kecilnya tergantung dengan tingkat produksi ditentukan,
sedankan biaya tetap tidak bergantung pada tinggi rendahnya
tingkat produksi perusahaan.
Keuntungan perusahaan dalam perspektif output
dipengaruhi oleh tingkat harga output pasar dan juga tingkat
biayanya. Peningkatan keuntungan dapat terjadi dengan
terjadinya peningkatan harga output di pasar dan atau penurunan
biaya produksi perusahaan. Harga output adalah faktor di luar
kendali perusahaan karena perusahaan adalah price taker di
struktur pasar persaingan sempurna, sedangkan perubahan biaya
produksi sebagian adalah di bawah kendali perusahaan, yaitu
terkait dengan pilihan teknologi produksi yang lebih efisien
sehingga setiap satuan biaya menghasilkan output yang lebih
tinggi.
Keuntungan maksimum perusahaan selanjutnya dapat
diperoleh dengan menemukan selisih terbesar antara penerimaan
dan biaya produksi atau dengan menemukan tingkat output yang
berimplikasi pada kesamaan harga output dengan biaya
marginalnya (MC). Keduanya berasal dari pendekatan matematis
yang sama, yaitu First Order Condition (FOC) dari fungsi
keuntungan yang concave.

4.7 Pertanyaan review


1. Buatlah kurva TR dan TC dan tunjukkanlah daerah
keuntungan, BEP, dan daerah rugi! Jelaskan!
2. Jika perusahaan ada di pasar persaingan sempurna,
kemudian perusahaan mampu melakukan inovasi berupa
peningkatan efisiensi biaya produksi, maka tunjukkan

72
4. BIAYA DAN KEUNTUNGAN: PERSPEKTIF OUTPUT

perubahan keuntungan perusahaan ini! Gunakan pendekatan


grafik dan jelaskan!
3. Jika terjadi penurunan biaya tetap perusahaan, apakah yang
terjadi dengan biaya produksi dan keuntungan perusahaan?
Buktikan dengan grafik biaya dan jelaskan!
4. Jika terjadi peningkatan harga output di pasar, perubahan
apakah yang terjadi? Gunakan grafik biaya dan jelaskan!
5. Gambarkanlah hubungan antara TC dan MC! Jelaskan!
6. Gambarkanlah hubungan antara AC, AVC, dan AFC! Jelaskan!
7. Tunjukkanlah keuntungan perusahaan di pasar persaingan
sempurna dengan menggunakan MC dan AC! Jelaskan!
8. Tunjukkanlah daerah di mana perusahaan rugi tetapi tetap
mau berproduksi!
9. Jelaskanlah kenapa dalam jangka panjang keuntungan
perusahaan di pasar persaingan sempurna adalah nol!
Gunakan pula pendekatan grafik untuk menguatkan jawaban
saudara!

4.8 Diskusi
1. Untuk mendukung peningkatan produksi usaha riil,
pemerintah pada tahun ini tidak menarik pajak apapun pada
unit usaha pengolahan hasil pertanian. Jika anda memiliki
perusahaan bawang goreng, tunjukkan dampak kebijakan
pemerintah ini bagi usaha anda!
2. Diketahui data berikut ini.
No Y TC No Y TC
1 0 8.00 22 2.1 16.01
2 0.1 9.32 23 2.2 16.05
3 0.2 10.49 24 2.3 16.13
4 0.3 11.52 25 2.4 16.26
5 0.4 12.42 26 2.5 16.44
6 0.5 13.19 27 2.6 16.68
7 0.6 13.84 28 2.7 17.00
8 0.7 14.39 29 2.8 17.41

73
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Lanjutan
No Y TC No Y TC
9 0.8 14.85 30 2.9 17.90
10 0.9 15.21 31 3 18.50
11 1 15.50 32 3.1 19.21
12 1.1 15.72 33 3.2 20.03
13 1.2 15.87 34 3.3 20.99
14 1.3 15.98 35 3.4 22.08
15 1.4 16.04 36 3.5 23.31
16 1.5 16.06 37 3.6 24.70
17 1.6 16.06 38 3.7 26.26
18 1.7 16.05 39 3.8 27.99
19 1.8 16.03 40 3.9 29.90
20 1.9 16.01 41 4 32.00
21 2 16.00

a. Buatlah scatter plot data tersebut di excel!


b. Temukanlah persamaan garis TC untuk data tersebut!
Gunakan Trendline polinomial cubic!
c. Jika harga output adalah 10, maka buatkan kurva TR dan TC!
d. Temukanlah titik dimana TR =TC! Berapakah tingkat
outputnya? Jelaskan titik tersebut!
e. Jika perusahaan memaksimumkan keuntungannya di pasar
persaingan sempurna, berapakah tingkat output
optimumnya?
f. Berapakah TR dan TC pada titik output optimum?
g. Buktikan bahwa pada titik optimum tersebut adalah
keuntungan yang tertinggi dengan mengambil beberapa titik
yang lebih kecil atau lebih besar dari titik optimum tersebut!
h. Tentukan juga kurva AC, AFC, dan MC. Jika harga output
adalah 10, maka tentukan daerah keuntungannya dan
Jelaskan!

74
5. PERMINTAAN INPUT DAN PENAWARAN OUTPUT

. 5 .
.PERMINTAAN
INPUT DAN
PENAWARAN
OUTPUT
Pengamatan hubungan antara biaya produksi pada sisi output dan
produksi di sisi input menarik untuk dicermati. Dengan asumsi
bahwa produsen menguasai teknologi produksi tertentu yang
direpresentasikan dari fungsi produksi, tidak memiliki kendala
akses input produksi, perusahaan memaksimumkan
keuntungannya dan perusahaan berada di pasar persaingan
sempurna, maka terdapat hubungan relational antara setiap titik
di fungsi produksi dan fungsi biaya. Dari hubungan teknis
produksi dan dari hubungan biaya dan output dijual di pasar
dihasilkan solusi optimum yang menghasilkan keuntungan
maksimum bagi perusahaan.

75
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Lebih menarik lagi dari pendekatan input dan pendekatan


output adalah bahwa dari sisi input dapat diturunkan permintaan
input dan dari sisi output dapat dihasilkan supply output. Ketika
produsen mampu mengalokasi input secara optimum pada
berbagai tingkat harga input di pasar maka perusahaan dapat
membuat schedule permintaan input (demand for input). Di sisi
lainnya, ketika pada sisi output dipertimbangkan tingkat harga
output di pasar yang berbeda-beda maka kondisi optimum
perusahaan pada kondisi perubahan harga output ini akan
dihasilkan penawaran output perusahaan.

5.1 Keuntungan dari sisi input dan dari sisi output


Menggunakan persamaan bahwa 𝑇𝑃𝑃 = 𝑦 = 𝑓(𝑥), saat teknologi
tertentu digunakan produsen dalam produksinya (fungsi
produksi) maka y berkorespondensi satu-satu dengan input yang
digunakan. Penggunaan input, x, berimplikasi pada biaya yang
digunakan produsen. Jika perusahaan di pasar persaingan
sempurna, maka produsen memandang harga input dan harga
output sebagai harga yang tertentukan di pasar (price taker).
Sebelum menurunkan permintaan input dan penawaran
output, berikut adalah spesifikasi fungsi keuntungan perusahaan
dari sisi input (5.1) dan dari sisi output (5.2).

5.1 𝜋𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 = 𝑃𝑦 . 𝑓(𝑥) − 𝑃𝑥 . 𝑥

5.2 𝜋𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 = 𝑃𝑦 . 𝑦 − 𝑓(𝑦)

Dengan 𝜋 adalah keuntungan, 𝑓(𝑥) dan 𝑓(𝑦) masing-masing


adalah fungsi produksi dan fungsi biaya. Telah diketahui pula
bahwa fungsi biaya total adalah 𝑇𝐶 = 𝑓(𝑦) + 𝐹𝐶 dengan asumsi
FC=0 maka 𝑇𝐶 = 𝑓(𝑦). Perbedaan spesifikasi fungsi keuntungan
di persamaan 5.1 dan 5.2 memegang kunci. Dari sisi input solusi
optimum diturunkan dari fungsi keuntungan terhadap input x,
sedangkan dari sisi output itu diturunkan terhadap output y.

76
5. PERMINTAAN INPUT DAN PENAWARAN OUTPUT

Pada persamaan 5.1 perusahaan berorientasi pada


pencapaian titik optimum input dan output dihasilkan. Dapat pula
diinterpretasikan bahwa perusahaan yang memaksimumkan
keuntungan akan mengalokasikan input sedemikian hingga
dihasilkan nilai produksi optimum (𝑇𝑉𝑃𝑂𝑝𝑡𝑖𝑚𝑢𝑚 ) yang memiliki
jarak paling jauh dengan tingkat biayanya (TFCx), di mana
𝑇𝑉𝑃𝑂𝑝𝑡𝑖𝑚𝑢𝑚 > 𝑇𝐹𝐶𝑋 . Hal demikian terjadi karena kurva biaya
berbentuk linear, dan satu-satunya fungsi yang menentukan
keberadaan keuntungan maksimum adalah kurva atau fungsi
TVPx.
Dalam kontek perilaku matematis, selisih terbesar antara
nilai produksi dan biaya faktor produksi digunakan akan
ditemukan jika kurva fungsi tersebut (TVPx) dalam kondisi
diminishing marginal return. Ketika marginal return menurun dan
terus menurun sehingga marginal return menjadi nol, maka titik
optimum ditemukan.
Berbeda dengan kondisi optimum tersebut, ketika TVPx
dalam kondisi increasing marginal return maka tidak ada jalan
lain bagi perusahaan selain menambah jumlah produksi. Hal ini
karena dengan menambah jumlah produksi akan meningkatkan
nilai produksi dalam proporsi yang lebih besar dan artinya pula
profit akan semaki besar dengan semakin menambah input
digunakan. Pada umumnya, ini adalah kharakter bisnis yang
sangat prospektif pada tahap awal pertumbuhannya dan terjadi
peningkatan efisiensi operasi dengan peningkatan ukuran usaha.
Perusahaan sangat agresif dalam kegiatan produksinya.
Selanjutnya, perilaku produsen berdasarkan persamaan
keuntungan pada 5.2 fokus pada bagaimana menemukan
optimum biaya (biaya yang lebih rendah) untuk mendapatkan
keuntungan karena penerimaan bersifat linear. Kurva penerimaan
yang linear ini benar dalam struktur pasar persaingan, tetapi
memungkinkan bentuk non linear untuk struktur pasar lainnya.
Bentuk linear dalam penerimaan ini terkait dengan asumsi bahwa

77
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

harga adalah ditentukan oleh pasar (price taker) sedangkan


output y adalah eksogenous dalam fungsi keuntungan sisi output.
Ketika fungsi produksi berbentuk concave karena
berlakunya the law of diminishing marginal return akan
berkorespondensi satu-satu dengan fungsi biaya yang berbentuk
convex (lihat Gambar 8). Sehingga profit maksimum akan
ditemukan melalui optimasi tingkat output dijual dan juga terkait
dengan fungsi biaya optimumnya, 𝑓(𝑦 ∗ ).
Penjelasan ringkas dari diskusi di atas adalah sebagai
berikut. Pada persamaan 5.1 perusahaan fokus memperhatikan
berapa input optimum untuk menghasilkan output optimum.
Sedangkan, pada persamaan 5.2 lebih memberikan perhatian
pada ditemukannya output optimum terlebih dahulu untuk
menemukan di manakah titik keuntungan maksimum.
Menariknya adalah dengan menggunakan persamaan 5.1,
yaitu optimasi dari sisi input, dan menggunakan persamaan di 5.2,
yaitu optimasi dari sisi output, keduanya menghasilkan tingkat
keuntungan maksimum yang sama (diasumsikan FC=0). Untuk itu,
berikut adalah pembuktian bahwa dalam fungsi produksi 1 input
dan 1 output solusi keuntungan maksimum dari sisi input dan
output adalah sama. Asumsi-asumsi tentang pasar persaingan,
perusahaan rasional memaksimumkan profit, dan juga tidak
adanya kendala dalam akses input produksi tetap berlaku,
termasuk di dalamnya adalah spesifikasi biaya yang menganggap
bahwa FC=0.
Dipertimbangkan kesamaan persamaan fungsi
keuntungan berikut dengan asumsi bahwa FC=0.
𝜋𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 = 𝜋𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡

𝑃𝑦 . 𝑓(𝑥) − 𝑃𝑥 . 𝑥 = 𝑃𝑦 . 𝑦 − 𝑓(𝑦)

Dengan membagi kedua sisi dengan 𝑃𝑦 , maka diperoleh


persamaan berikut.

78
5. PERMINTAAN INPUT DAN PENAWARAN OUTPUT

𝑃𝑥 𝑓(𝑦)
𝑓(𝑥) − .𝑥 = 𝑦 −
𝑃𝑦 𝑃𝑦

Jika 𝑥 = 𝑥𝑂𝑝𝑡𝑖𝑚𝑢𝑚 = 𝑥 ∗ , maka 𝑦𝑂𝑝𝑡𝑖𝑚𝑢𝑚 = 𝑦 ∗ = 𝑓(𝑥 ∗ ). Persamaan


di atas dapat disederhanakan menjadi sebagai berikut.
𝑃𝑥 ∗ 𝑓(𝑦 ∗ )
⇒ 𝑓(𝑥 ∗ ) − . 𝑥 = 𝑦∗ −
𝑃𝑦 𝑃𝑦

Jelas bahwa 𝑓(𝑥 ∗ ) di sebelah kiri sama dengan adalah sama


dengan 𝑦 ∗ di sebelah kanan sama dengan. Sehingga keduanya
dapat dieliminasi. Persamaan terbentuk selanjutnya menjadi
sebagai berikut ini.
𝑃𝑥 ∗ 𝑓(𝑦 ∗ )
⇒ .𝑥 =
𝑃𝑦 𝑃𝑦

5.3 𝑃𝑥 . 𝑥 ∗ = 𝑓(𝑦 ∗ )

Atau 𝑇𝐹𝐶𝑂𝑝𝑡𝑖𝑚𝑢𝑚 = 𝑇𝐶𝑂𝑝𝑡𝑖𝑚𝑢𝑚

Biaya produksi diukur dari sisi input sama dengan biaya produksi
diukur dari sisi output.
Selanjutnya, diketahui bahwa fungsi produksi merupakan
hubungan satu-satu antara input dan output, maka setiap input, x,
akan terhubung dengan nilai output, y, tertentu. Analog dengan
hal tersebut, saat x optimum, 𝑥 ∗ , maka akan dihasilkan output
optimum, 𝑦 ∗ , melalui fungsi produksi, 𝑓(𝑥 ∗ ) dan juga total biaya
input optimum, 𝑇𝐹𝐶𝑂𝑝𝑡𝑖𝑚𝑢𝑚 .

Saat terjadi output optimum, 𝑦 ∗ = 𝑓(𝑥 ∗ ), maka melalui


fungsi biaya, 𝑇𝐶 = 𝑓(𝑦), ditemukan biaya optimumnya, yaitu
𝑇𝐶 ∗ saat 𝑦 ∗ disubstitusikan dalam fungsi TC. Dengan ini, terbukti
secara matematis bahwa keuntungan maksimum dari sisi input
dan keuntungan maksimum dari sisi output akan dihasilkan nilai
keuntungan yang sama.

79
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Pembuktian kesamaan perhitungan keuntungan dari sisi


input dan dari sisi output melalui kasus fungsi produksi tertentu
dispesifikasikan didiskusikan berikut ini.
5.4 𝑦 = 2 𝑥 0.6
Harga input dan harga output adalah Px = $3 dan Py = $4.
Menggunakan fungsi produksi di atas, inverse dari fungsi
produksi tersebut adalah sebagai berikut.

𝑥 = 0.315 𝑦 5/3
Jika dikalikan dengan harga input akan menjadi total biaya
(diasumsikan FC = 0), maka:

𝑃𝑥 . 𝑥 = 3. (0.315 𝑦 5/3 )
5.5 𝑇𝐶 = 0.945 𝑦 5/3
Perhatian pertama adalah formulasi fungsi keuntungan
dari sisi input (ingat persamaan 5.1) dapat disajikan sebagai
berikut.
𝜋 = 𝑃𝑦 . 2 𝑥 0.6 − 𝑃𝑥 . 𝑥

Dengan formulasi keuntungan dari sisi input ini, maka


maksimisasi keuntungan dilakukan dengan derivasi fungsi
keuntungan terhadap input. Artinya, dicari titik sedemikian
hingga tambahan profit perusahaan karena tambahan
penggunaan input sampai pada nilai margnal profit sama dengan
nol. Inilah titik profit maksimum ditemukan. Ini sebagaimana
disebutkan sebelumnya dikenal juga dengan nama First Order
Condition (FOC). Sehingga,
𝜕𝜋
= 𝑃𝑦 . 1.2 𝑥 −0.4 − 𝑃𝑥 = 0
𝜕𝑥
1.2 𝑃𝑦 1/0.4 1.2 𝑃𝑦 5/2
⇒ 𝑥∗ = ( ) = ( )
𝑃𝑥 𝑃𝑥
Dengan diketahuinya harga input dan output masing-masing,
yaitu Px = $3 dan Py = $4, maka

80
5. PERMINTAAN INPUT DAN PENAWARAN OUTPUT


1.2 (4) 5/2
⇒ 𝑥 = ( )
(3)
Sehingga diketahui nilai input optimum berikut
𝑥 ∗ = 3.24
Dengan diketahuinya alokasi input optimum maka kondisi
optimum output, TFC, TVP, dan keuntungan dari sisi input
diketahui sebagai berikut:

(𝑎) 𝑓(𝑥 ∗ ) = 𝑦 ∗ = 2 𝑥 ∗ 0.6 = 2(3.24)0.6 = 4.05


(𝑏) 𝑇𝐹𝐶 ∗ = 𝑃𝑥 𝑥 ∗ = 3 (3.24) = 9.72
(𝑐) 𝑇𝑉𝑃∗ = 𝑃𝑦 𝑓(𝑥 ∗ ) = 4 (4.05) = 16.20

(𝑑) 𝜋 ∗ = 𝑃𝑦 . 𝑓(𝑥 ∗ ) − 𝑃𝑥 . 𝑥 ∗ = 16.20 − 9.72 = 6.48

Setelah dibahas dari sisi input di atas, selanjutnya dibahas


dalam perspektif output. OPTIMISASI ini dengan memandang
bahwa produsen berusaha mendapatkan output optimum
sehingga keuntungan bisa maksimum. Maka fungsi keuntungan
yang bersesuaian adalah persamaan 5.2, yaitu:

𝜋 = 𝑃𝑦 . 𝑦 − 𝑓(𝑦)

Di mana 𝑓(𝑦) = 𝑇𝐶 = 0.945 𝑦 5/3 sebagaiamana persamaan 5.5


disubstitusikan ke persamaan di atas. Dengan demikian, diperoleh
fungsi keuntungan berikut:

𝜋 = 𝑃𝑦 . 𝑦 − 0.945 𝑦 5/3

Berbeda dengan fungsi keuntungan 5.1 yang diturunkan terhadap


input, keuntungan maksimum untuk persamaan 5.2 diturunkan
terhadap output. Ini artinya perusahaan berupaya menemukan
titik keuntungan maksimum dengan menetapkan output
optimum, sehingga perubahan fungsi profit sama dengan nol
untuk setiap penambahan output. Hal ini berarti melakukan
derivasi fungsi profit terhadap output sebagai berikut.

81
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

FOC:
𝜕𝜋 2
= 𝑃𝑦 − 1.575 𝑦 3 = 0
𝜕𝑦

Ketika 𝑃𝑦 = $4, maka tingkat output optimum yang diproduksi


oleh perusahaan untuk memaksimumkan keuntungan adalah
sebagai berikut:

4 − 1.575 𝑦 2/3 = 0


4 3/2
(𝑎) 𝑦 =( ) = 4.05
1.575

Nilai 𝑦 ∗ = 4.05 adalah sama dengan nilai optimum output yang


ditemukan dengan perspektif sisi input. Beberapa perhitungan
lainnya terkait variabel lain dari sisi output adalah sebagai
berikut:

(𝑏) 𝑇𝐶 ∗ = 0.945 𝑦 5/3 = 0.945 (4.05)5/3 = 9.72


(𝑐) 𝑇𝑅 ∗ = 𝑃𝑦 . 𝑦 = 4(4.05) = 16.20

Nilai 𝑇𝐶 ∗ adalah sama dengan 𝑇𝐹𝐶 ∗ dan nilai 𝑇𝑅 ∗ adalah sama


dengan 𝑇𝑉𝑃∗. Sehingga, profit maksimum dari pendekatan output
ini adalah sebagai berikut:

𝜋 ∗ = 𝑃𝑦 . 𝑦 ∗ − 0.945 𝑦 ∗ 5/3 … …. 𝑦 ∗ = 4.05 ; 𝑃𝑦 = 4

𝜋 ∗ = 4. (4.05) − 0.945 (4.05)5/3


(𝑑) 𝜋 ∗ = 16.20 − 9.72 = 6.48

Output optimum yang terbukti sama untuk kedua


pendekatan, maka tingkat keuntungan maksimum juga sama
dengan dua pendekatan tersebut. Akhirnya, nilai optimum untuk
TPP, TFC, TVP, TC dan TR dapat direpresentasikan dalam bentuk
tabel dan grafik berikut ini.

82
5. PERMINTAAN INPUT DAN PENAWARAN OUTPUT

Tabel 4. Optimisasi dari sisi input dan sisi output

X Y TC TR TFC TVP Profit


0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.50 1.32 1.50 5.28 1.50 5.28 3.78
1.00 2.00 3.00 8.00 3.00 8.00 5.00
1.50 2.55 4.50 10.20 4.50 10.20 5.70
1.78 2.82 5.33 11.30 5.33 11.30 5.97
2.00 3.03 6.00 12.13 6.00 12.13 6.13
2.50 3.47 7.50 13.86 7.50 13.86 6.36
3.24 4.05 9.72 16.20 9.72 16.20 6.48
3.50 4.24 10.50 16.96 10.50 16.96 6.46
4.00 4.59 12.00 18.38 12.00 18.38 6.38
4.50 4.93 13.50 19.73 13.50 19.73 6.23
5.00 5.25 15.00 21.01 15.00 21.01 6.01
5.50 5.56 16.50 22.25 16.50 22.25 5.75
6.00 5.86 18.00 23.44 18.00 23.44 5.44
6.50 6.15 19.50 24.59 19.50 24.59 5.09
7.00 6.43 21.00 25.71 21.00 25.71 4.71
7.50 6.70 22.50 26.80 22.50 26.80 4.30
8.00 6.96 24.00 27.86 24.00 27.86 3.86
8.50 7.22 25.50 28.89 25.50 28.89 3.39
9.00 7.47 27.00 29.90 27.00 29.90 2.90
9.50 7.72 28.50 30.88 28.50 30.88 2.38
10.00 7.96 30.00 31.85 30.00 31.85 1.85

Tabel di atas menunjukkan bahwa keuntungan tertinggi


yang dicapai perusahaan, fungsi produksi, harga input, dan harga
output sebagaimana ditentukan sebelumnya, adalah 6.48. Nilai ini
berasal dari alokasi input optimum sebesar 3.24 unit dan output
optimum yang dihasilkan, yaitu 4.05.
Gambar 17 di bawah ini merupakan representasi dari
Tabel 4. Keuntungan maksimum yang sama dari perspektif input
(menemukan optimum input digunakan dalam produksi) maupun
dari perspektif output (mengoptimumkan output dari kegiatan
produksi yang dijual di pasar).

83
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Gambar 17. Hubungan antara TPP, TVP, TFC, TR, TC


Sumber: Dokumentasi Penulis

84
5. PERMINTAAN INPUT DAN PENAWARAN OUTPUT

The law of diminishing marginal return memiliki peran


sentral dalam optimasi fungsi produksi. Bagaimanakah jika fungsi
produksi tidak memenuhi hukum ini? Berikut adalah contoh efek
dari non-diminishing marginal return dari fungsi produksi.
Pertimbangkan fungsi produksi berikut:
5.6 𝑓(𝑥) = 𝑦 = 𝑥 2
Diketahui pula harga input dan harga output misalnya masing-
masing $3 dan $4.
Misalkan digunakan pendekatan sisi input dengan upaya
mengoptimumkan alokasi input untuk menemukan keuntungan
maksimum. Sehingga
𝜋 = 𝑃𝑦 . 𝑓(𝑥) − 𝑃𝑥 . 𝑥

⇒ 𝜋 = 4𝑥 2 − 3𝑥
Syarat penting (necessary condition) untuk menemukan
keuntungan maksimum:
𝜕𝜋
= 8𝑥 − 3 = 0
𝜕𝑥
3
⇒ 𝑥∗ =
8
Hasil alokasi input yang dianggap akan menghasilkan
keuntungan maksimum sebenarnya itu bukan alokasi input
optimum. Bahkan sebaliknya, nilai itu adalah nilai profit terendah
yang ditemukan. Bila x*=3/8 disubstitusikan dalam persamaan
keuntungan dihasilkan berikut.

3 2 3 36 9 36
𝜋 = 4( ) − 3( ) = − = (− )
8 8 64 8 64

Artinya, perusahaan tidak mendapatkan keuntungan bahkan


menderita kerugian yang maksimum, yaitu 36/64.
Sebenarnya, apakah yang terjadi pada perusahaan ini?
Perusahaan ini memiliki fungsi produksi yang berbentuk convex
terhadap origin yang dalam bentuk grafik dapat disajikan berikut.

85
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Gambar 18. TVP dan TFC pada fungsi produksi berbentuk convex
Sumber: Dokumentasi Penulis

Dengan grafik di atas diketahui bahwa perusahaan akan


memiliki keuntungan yang semakin meningkat dengan
meningkatnya jumlah input digunakan. Sehingga, perusahaan
tidak memiliki titik profit maksimum karena tambahan input akan
menyebabkan tambahan profit lebih besar. Keputusan manajerial
untuk fungsi produksi ini adalah terus menambah kapasitas
produksi. Ini juga membuktikan pentingnya memahami bentuk
fungsi produksi. Fungsi produksi yang menghasilkan profit
maksimum hanya dan hanya jika fungsi produksi memiliki

86
5. PERMINTAAN INPUT DAN PENAWARAN OUTPUT

diminishing marginal return atau bentuk kurva profitnya concave


terhadap origin.
Hal inilah yang perlu diperhatikan dan perlu dipastikan
dalam menghitung keuntungan maksimum perusahaan. Bentuk
concave fungsi produksi yang dimiliki perusahaan dan artinya
berlaku the law of diminishing marginal return menjamin secara
matematis akan ditemukan keuntungan maksimum.
Bagaimana diketahui bahwa suatu fungsi menghasilkan
diminishing marginal return atau tidak? Kembali ke dua
persamaan produksi di bahas di atas, yaitu persamaan 5.4 dan 5.6.
5.4 𝑦 = 2 𝑥 0.6
5.6 𝑓(𝑥) = 𝑦 = 𝑥 2
Jika diturunkan terhadap input x dihasilkan berikut:
𝜕𝑦
5.7 = 1.2 𝑥 −0.4
𝜕𝑥
𝜕𝑦 1.2
= 𝑀𝑃𝑃𝑥 = ( 0.4 )
𝜕𝑥 𝑥
Persamaan ini menunjukkan bahwa marginal return atas
penggunaan input akan semakin menurun dengan semakin
banyak x digunakan dalam produksi. Dengan demikian, fungsi ini
berbentuk concave dan profit maksimum dapat ditemukan
melalui fungsi produksi ini.
Cara lainnya adalah dengan melakukan derivasi kedua
atas fungsi produksi (twice-deferentiable function). Fungsi
produksi satu input berbentuk concave jika turunan kedua dari
fungsi produksi tersebut adalah negatif. Pada persamaan 5.7,
turunan kedua persamaan tersebut adalah negatif.

Jika dievaluasi pada persamaan 5.6, didapatkan bahwa:


𝜕𝑦
5.8 =2𝑥
𝜕𝑥

87
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Persamaan 5.8 menunjukkan bahwa 𝑀𝑃𝑃𝑥 adalah fungsi linear


yang semakin meningkat dengan meningkatnya x. Jika dilanjutkan
pada evaluasi berikutnya, yaitu mendapatkan turunan kedua dari
fungsi tersebut, didapatkan:
𝜕𝑦 2 𝜕𝑦 2
5.9 =2 𝑑𝑖 𝑚𝑎𝑛𝑎 >0
𝜕2𝑥 𝜕2𝑥

Sehingga dapat diketahui bahwa bentuk fungsi ini bukanlah


concave tetapi convex terhadap origin, sehingga fungsi melibatkan
fungsi produksi ini akan berbentuk convex dan FOC akan
mendeteksi titik ekstrim yang bernilai paling rendah (minimum),
dan bukannya maksimum. Hal ini dibuktikan dengan hasil
pembahasan di atas.
Dengan demikian, telah jelas bahwa dengan menggunakan
sufficient condition (syarat cukup) yaitu turunan kedua dari fungsi
tersebut maka akan diketahui apakah fungsi produksi berbentuk
concave atau convex. Mendasarkan pada FOC atau necessary
condition, yaitu turunan pertama dari fungsi memang bisa
menentukan titik ekstrim, tetapi tidak bisa menjawab apakah
yang ditemukan itu minimum ataukah maksimum. Lebih jauh lagi,
FOC belum dapat dipastikan apakah itu local minimum atau local
maksimum ataukah itu global maksimum atau global minimum.
Untuk fungsi dengan variabel x lebih dari satu maka sufficient
condition dilakukan dengan Hessian matrix.

5.2 Penurunan permintaan input


Permintaan input merupakan derivasi dari keputusan perusahaan
untuk memaksimumkan keuntungannya di pasar persaingan
lewat perspektif input. Jika perusahaan berperilaku rasional
dengan memaksimumkan keuntungannya, maka alokasi input
diputuskan adalah yang optimum. Alokasi optimum dari input
untuk menghasilkan keuntungan maksimum dipengaruhi oleh
kondisi pasar, yaitu harga input dan harga output. Dari sinilah,
penurunan permintaan input dapat dilakukan.

88
5. PERMINTAAN INPUT DAN PENAWARAN OUTPUT

Misal ditentukan spesifikasi fungsi produksi sebagai


berikut ini.

5.10 𝑦 = 𝑓(𝑥) = 𝑘𝑥 𝛽

𝑦′ = 𝑓′(𝑥) = 𝛽. 𝑘. 𝑥 𝛽−1

Dalam kondisi optimum maka syarat ini terpenuhi.


𝑀𝐹𝐶𝑥 = 𝑃𝑥 = 𝑀𝑉𝑃𝑥
5.11 𝑃𝑥 = 𝑃𝑦 𝑀𝑃𝑃𝑥

Dengan mensubstitusikan 5.10 ke dalam 5.11 maka dihasilkan hal


berikut.

𝑃𝑥 = 𝑃𝑦 . 𝛽. 𝑘. 𝑥 𝛽−1

Sehingga
𝑃𝑦 . 𝛽. 𝑘
𝑥 (1−𝛽) =
𝑃𝑥
1
𝑃𝑦 . 𝛽. 𝑘 (1−𝛽)
𝑥=( )
𝑃𝑥
1 1
𝑥𝐷∗ = (𝑃𝑦 . 𝛽. 𝑘)(1−𝛽) . 𝑃𝑥 (𝛽−1)
1
1 𝑃 (1−𝛽)
𝑦
5.12 𝑥𝐷∗ = (𝛽𝑘)(1−𝛽) [ ]
𝑃𝑥

Persamaan 5.12 menunjukkan persamaan permintaan


input (input demand). Permintaan input produksi akan mengikuti
the law of demand jika memenuhi syarat, yaitu 0 < 𝛽 < 1. Syarat
ini sekaligus mengandung arti bahwa perilaku permintaan input
akan sebagaimana diharapkan jika terpenuhi asumsi bahwa
kegiatan produksi ada di daerah rasional atau dengan kata lain
berlakunya the law of diminishing marginal return.
Jika dipenuhi 0 < 𝛽 < 1, maka berikut adalah
kharakteristik permintaan input yang dihasilkan, yaitu:

89
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

1. Harga output, 𝑃𝑦 , akan berpengaruh positif terhadap


permintaan input. Artinya, jika harga output naik, maka
permintaan input secara matematis akan cenderng naik
2. Harga input, 𝑃𝑥 , berkorelasi negatif dengan permintaan
input. Jika harga input naik maka jumlah input yang
diminta (the input demanded) untuk kegiatan produksi
menjadi lebih kecil.
Jika 𝛽 > 1 maka bentuk fungsi produksi adalah convex dan
keuntungan maksimum tidak akan ditemukan. Hal ini karena
keuntungan produsen akan terus meningkat dengan
meningkatnya input digunakan. Dalam kharakteristik ini,
produsen berada dalam tahap 1 fungsi produksi.
Kembali terkait dengan penurunan permintaan input
(input demand), perusahaan melakukan pengambilan keputusan
atas berapa input yang dialokasikan atau digunakan dalam
produksi terkait harga yang ditentukan di pasar. Sesuai dengan
pembentukan permintaan input lewat persamaan 5.12 faktor
harga input menjadi faktor kunci terbentuknya kurva permintaan
input. Jika harga input meningkat maka sesuai dengan persamaan
5.12 maka terjadi penurunan jumlah input yang diminta
perusahaan untuk kegiatan produksi.
Faktor harga input itu sendiri merupakan faktor yang
menggerakkan kurva permintaan dari satu titik ke titik lain
sepanjang kurva tersebut (mover). Selain harga input produksi,
terdapat juga faktor lainnya dalam persamaan 5.12, yaitu harga
output, Py. Harga output berbanding lurus dengan jumlah input
diminta (x). Sehingga, semakin tinggi harga output, perusahaan
akan semakin giat beproduksi dan membutuhkan input yang lebih
banyak. Yang perlu dipahami adalah bahwa harga output
merupakan faktor selain harga input itu sendiri. Sehingga,
perubahan dalam harga output akan menggeser kurva permintaan
input (shifter).
Penurunan permintaan input secara geometris dapat
ditunjukkan menggunakan grafik berikut ini. Demand input
90
5. PERMINTAAN INPUT DAN PENAWARAN OUTPUT

memiliki slope negatif sebagaimana hukum permintaan berlaku.


Gambar ini menunjukkan pula bahwa perusahaan akan semakin
bersemangat berproduksi jika harga input turun. Dengan harga
input yang semakin rendah berarti pula bahwa semakin besar
tingkat keuntungan prouksi perusahaan tersebut.

Gambar 19. Kurva permintaan input


Sumber: Dokumentasi Penulis
Gambar 19 juga menunjukkan ketika harga input sebesar
Px3 jumlah input diminta kurang dari 45 unit, setelah harga input
turun menjadi Px1 dimana Px1 lebih rendah dari Px3, maka
jumlah input diminta menjadi lebih banyak yaitu dari kurang dari
45 unit menjadi lebih dari 56 unit.

91
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Jika harga input di pasar meningkat, dari Px2 ke Px3, maka


perusahan akan menyesuaikan penggunaan inputnya dengan
mengurangi jumlah input digunakan. Demikian, pula jika harga
input mengalami penurunan, dari Px2 ke Px1, maka jumlah input
digunakan untuk kegiatan produksi juga akan semakin meningkat.
Pada setiap titik di permintaan input adalah
menghubungkan input digunakan dalam produksi dan harganya
saat perusahaan berada dalam kondisi optimum. Dan perlu
diperhatikan bahwa daerah rasional fungsi produksi
menghasilkan kurva permintaan yang diharapkan, yaitu memiliki
slope negatif sebagaimana digambarkan di atas.
Apakah yang terjadi jika harga input terus meningkat
melebihi Px3? Jika harga input terus meningkat melebih Px3 maka
perusahaan akan menderita kerugian karena penerimaan per unit
(VAP) akan lebih rendah dibandingkan dengan biaya per unitnya
(Px).

5.3 Penurunan penawaran individu perusahaan


Selain pembahasan tentang permintaan input, berikut dibahas
pula penurunan penawaran atau supply perusahaan. Jika
permintaan input diturunkan dari fungsi produksi, maka
penawaran output diturunkan dari fungsi biaya. Digunakan lagi
persamaan 5.10 sebagai berikut.

𝑦 = 𝑓(𝑥) = 𝑘𝑥 𝛽
Dengan inverse fungsi produksi maka dihasilkan fungsi biaya
berikut ini.
1
𝑦 𝛽
𝑥= ( )
𝑘
Diasumsikan bahwa biaya tetap adalah nol, maka biaya total (TC)
adalah sebagai berikut.

92
5. PERMINTAAN INPUT DAN PENAWARAN OUTPUT

1
𝑦 𝛽
5.13 𝑇𝐶 = 𝑃𝑥 . 𝑥 = 𝑃𝑥 . ( )
𝑘
Penurunan fungsi supply perusahaan mendasarkan pada
prinsip dasar ekonomi, yaitu kesediaan memproduksi (willingness
to produce) dari perusahaan. Dan, kesediaan memproduksi adalah
karena adanya insentif yang diterimanya. Jika perusahaan
mendapatkan keuntungan maka perusahaan akan berproduksi
dan jika perusahaan merasakan kerugian maka perusahaan akan
berhenti berproduksi.
Pada Bab sebelumnya telah dibahas tentang keuntungan
dari sisi output dan menunjukkan posisi keuntungan perusahaan
yang berproduksi di pasar persaingan sempurna. Dalam jangka
pendek perusahaan akan mendapatkan keuntungan jika harga
masih di atas biaya produksi per unitnya.
Dalam pembuktian matematisnya, syarat untuk
perusahaan memaksimumkan keuntungan adalah ketika 𝑀𝐶 =
𝑃𝑦. Kesamaan harga output, Py, dengan MC adalah necessary
condition (syarat penting/ utama) bagi perusahaan untuk
mendapatkan keuntungan maksimum. Dengan demikian, jika
diketahui TC sebagaimana persamaan 5.13, maka MC dapat
ditentukan sebagai berikut.
1
𝑦
𝜕 ( 𝑃𝑥 . ( )𝛽 )
𝜕𝑇𝐶 𝑘
𝑀𝐶 = =
𝜕𝑦 𝜕𝑦
1 1−𝛽
(− ) ( )
(5.14) 𝑀𝐶 = 𝑃𝑥 𝛽 −1 𝑘 𝛽 𝑦 𝛽

Necessary condition untuk perusahaan dalam pasar persaingan


sempurna adalah:
1 1−𝛽
(− ) ( )
𝑃𝑦 = 𝑀𝐶 = 𝑃𝑥 𝛽−1 𝑘 𝛽 𝑦 𝛽

Sehingga fungsi supply output oleh perusahaan dapat dinyatakan


sebagai berikut:

93
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

𝛽
𝑃𝑦 (1−𝛽) ( 𝛽 ) ( 1 )
5.15 𝑦=( ) . 𝛽 1−𝛽 . 𝑘 1−𝛽
𝑃𝑥
Dengan menggunakan persamaan supply 5.15 maka dengan
asumsi bahwa the law of diminishing marginal return terpenuhi,
yaitu ketika 0 < 𝛽 < 1, maka berikut adalah kharakteristik
penawaran output perusahaan:
1. Jika harga output meningkat maka kesediaan
memproduksi dan menjual output di pasar akan
meningkat
2. Jika harga input meningkat maka kesediaan memproduksi
perusahaan akan menurun dan jumlah output di jual di
pasar akan menurun
Kharakteristik inilah yang dikehendaki. Dan jelas, hal ini
akan didapatkan dengan syarat bahwa perusahaan berada pada
daerah rasional yang menunjukkan adanya marginal return yang
diminishing. Sekali lagi, ini menunjukkan betapa berjalannya teori
penawaran perusahaan dan juga penawaran pasar (agregat dari
perusahaan yang memproduksi barang yang sama di pasar)
sangat tergantung pada bentuk kurva biaya yang convex terhadap
origin dan ini terkait dengan kharakter produksi yang concave.
Keduanya adalah ciri ketika produsen berproduksi di daerah
rasional.
Penurunan fungsi penawaran perusahaan dapat juga
direpresentasikan melalui pendekatan grafik. Perusahaan yang
berperilaku rasional untuk memaksimumkan keuntungannya di
pasar persaingan akan memilih berproduksi pada tingkat
keuntungan yang tinggi. Pada saat 𝑃𝑦3, perusahaan mendapatkan
keuntungan besar karena tingkat harga di pasar jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan biaya rata-rata per unitnya. Jika harga turun
menjadi Py2, maka perusahaan akan tetap survive berproduksi
tetapi tingkat produksi menurun dari y3 menjadi y2.

94
5. PERMINTAAN INPUT DAN PENAWARAN OUTPUT

Gambar 20. Penurunan kurva supply perusahaan


Sumber: Dokumentasi Penulis

Penurunan jumlah produksi ini merupakan respon dari


penurunan harga di pasar. Dengan harga sebesar Py2 dan
produksi optimum sebesar y2, penerimaan perusahaan hanya
mencukupi untuk memenuhi biaya tetap dan biaya variabel. Pada
tingkat harga Py2 tidak ada ekstra keuntungan bagi perusahaan.
Penurunan harga output di pasar dapat terjadi, misalnya
karena adanya peningkatan jumlah penjual di pasar sehingga
supply output di pasar naik dan menekan harga keseimbangan
pasar ke bawah sehingga harga pasar menjadi turun. Hal ini
mengingat pasar persaingan sempurna tidak ada border untuk
memasuki pasar dan informasi pasar diasumsikan bersifat

95
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

sempurna. Dengan semakin banyak penjual maka semakin banyak


barang di pasar dan harga tertekan ke bawah. Pada akhirnya,
penerimaan perusahaan hanya akan cukup untuk membiayai
semua biaya yang terlibat dalam produksi. Maka tingkat harga dan
kesanggupan berproduksi perusahaan akan menjadi satu titik
dalam kurva penawaran output perusahaan.
Selanjutnya, jika pasar semakin membeludak jumlah
penjualnya (asumsi ceteris paribus = faktor yang lain tetap),
sehingga akibatnya harga semakin tertekan ke bawah. Harga terus
menurun sampai pada tingkat Py1, misalnya. Dengan tingkat
harga di Py1, perusahaan hanya akan mampu membiayai biaya
produksi yang bersifat biaya variabel saja (AVC). Biaya tetap
sudah tidak mampu lagi dipenuhi oleh perusahaan.
Pada posisi di mana perusahaan mengalami kesulitan
membuat keuntungan sehingga bahkan hanya bisa membiaya
biaya variabel saja, maka ada dua pilihan bagi perusahaan pada
titik ini, yaitu segera menutup saja usahanya sebelum harga
semakin tertekan ke bawah atau perusahaan masih bertahan dulu
karena berekspektasi akan ada perbaikan. Jika ekspektasi atas
pasar negatif, maka persuahaan akan cenderung untuk menutup
usahanya dan membayarkan semua biaya variabel dari
penerimaannya. Dan perusahaan akan gulung tikar. Sehingga titik
ini dikenal dengan istilah shutdown point. Atau, ada ekspektasi
positif dari pasar dan perusahaan berpotensi besar meningkatkan
kinerjanya dan akan mampu sedikit demi sedikit tidak hanya
mampu menutup biaya variabelnya tetapi juga biaya tetapnya,
maka dengan ekspektasi ini perusahaan tidak akan menutup
usahanya dan meneruskan produksi. Hal ini karena bila
perusahaan berhenti maka tidak ada peluang untuk menutup fixed
cost-nya lagi, tetapi jika meneruskan produksi dan melihat adanya
peluang perbaikan maka peluang untuk menutup biaya tetap akan
terbuka. Kurva supply perusahaan di atas ini tidak bermula dari
nol karena kesanggupan berproduksi perusahaan dimulai dari
shutdown point, yaitu pada saat harga hanya mampu memenuhi

96
5. PERMINTAAN INPUT DAN PENAWARAN OUTPUT

biaya variabel saja. Dan jelas bahwa kurva penawaran output


perusahaan sebenarnya adalah sebuah kesanggupan rasional
perusahaan untuk berproduksi, menjual output di pasar dan
memaksimumkan keuntungannya di pasar persaingan.

5.4 Ringkasan
Dalam teori produksi dan teori biaya terdapat keterkaitan kuat
antara fungsi produksi dan fungsi biaya. Melalui titik optimum
fungsi produksi atau melalui titik optimum biaya keduanya akan
menghasilkan solusi profit maksimum yang sama bagi
perusahaan.
Dalam perspektif optimimisasi produksi, maka dihasilkan
penurunan permintaan input. Dengan dipenuhinya fungsi
produksi yang berlaku the law of diminishing marginal return
maka grafik dan fungsi permintaan input akan memiiki
interpretasi dan bentuk yang diharapkan, yaitu memiliki
hubungan positif dengan harga output dan memiliki hubungan
negartif dengan harga input itu sendiri. Hal ini juga memenuhi the
law of demand.
Berbeda dengan penurunan permintaan input dari
perspektif produksi, penurunan penawaran perusahaan (supply
output) diperoleh dari sisi output melalui optimisasi biaya.
Perusahaan akan memiliki kharakteristik fungsi penawaran yang
diharapkan jika fungsi dan kurva biaya terhubung dengan daerah
rasional di fungsi produksi. Dengan kata lain, jika fungsi produksi
adalah concave dan berimplikasi pada fungsi biaya yang convex,
maka kharakteristik penawaran akan bekorelasi positif dengan
perubahan harga output dan penawaran akan berkorelasi negatif
dengan harga input. Dengan kata lain, kurva supply ini mematuhi
hukum penawaran output (the law of supply).

97
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

5.5 Pertanyaan review


1. Apakah yang Saudara ketahui tentang concave dan convex
function? Jelaskan!
2. Jelaskanlah kenapa dalam tahap increasing marginal return
tidak akan ditemui profit maksimum?
3. Apakah peran the law of diminishing marginal return dalam
menemukan keuntungan maksimum?
4. Jika diketahui bahwa 𝑦 = 𝑓(𝑥) dan 𝑇𝐶 = 𝑓(𝑦), maka buktikan
bahwa profit maksimum dalam perspektif input sama dengan
profit maksimum dalam perspektif output!
5. Apakah syarat penting diperlukan agar diperoleh fungsi
permintaan input yang sesuai dengan harapan!
6. Jelaskanlah kharakteristik permintaan input jika syarat
(pertanyaan 5) dipenuhi!
7. Gambarlah penurunan fungsi permintaan input dan jelaskan!
8. Apakah syarat penting diperlukan agar diperoleh fungsi
penawaran yang sesuai dengan harapan!
9. Jelaskanlah kharakteristik penawaran output perusahaan jika
syarat (pertanyaan 8) dipenuhi!
10. Gambarlah penurunan fungsi penawaran output dan
jelaskan!

5.6 Diskusi
1. Jika diketahui persamaan fungsi produksi berikut ini:
𝑦 = 𝑓(𝑥) = 1.5 𝑥 0.75
Maka:
a. Tentukanlah fungsi keuntungan dengan perspektif input!
b. Tentukanlah input dan output optimum serta keuntungan
maksimum perusahaan jika harga input adalah 4 dan
harga output adalah 6!
c. Buktikanlah bahwa pada saat keuntungan maksimum
tersebut nilai VMP sama dengan MFC sama dengan harga
input!

98
5. PERMINTAAN INPUT DAN PENAWARAN OUTPUT

d. Tentukanlah fungsi biaya sebagai turunan dari fungsi


produksi
e. Tentukanlah fungsi keuntungan dengan perspektif output
dengan menggunakan fungsi biaya tersebut!
f. Tentukanlah input dan output optimum serta keuntungan
maksimum perusahaan jika harga input adalah 4 dan
harga output adalah 6!
g. Buktikanlah bahwa pada saat keuntungan maksimum
tersebut, maka MC sama dengan harga output!
h. Buktikan bahwa keuntungan maksimum juga dapat
dihitung dengan menggunakan selisih MC dan AC
dikalikan dengan output optimumnya!
i. Adakah duality fungsi produksi dan fungsi biaya terbukti?
Jelaskan!
j. Isilah Tabel berikut ini (Px=4, Py=6) dan buat grafiknya!

X Y APP MPP TVP TFC AVP VMP MFC Profit


0.00 0 … … … … … … … …
0.50 0.89 … … … … … … … …
1.00 1.50 … … … … … … … …
1.50 2.03 … … … … … … … …
1.78 2.31 … … … … … … … …
2.00 2.52 … … … … … … … …
2.50 2.98 … … … … … … … …
3.24 3.62 … … … … … … … …
3.50 3.84 … … … … … … … …
4.00 4.24 … … … … … … … …
4.50 4.63 … … … … … … … …
5.00 5.02 … … … … … … … …

99
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Lanjutan...

X Y APP MPP TVP TFC AVP VMP MFC Profit


5.50 5.39 … … … … … … … …
6.00 5.75 … … … … … … … …
6.50 6.11 … … … … … … … …
7.00 6.46 … … … … … … … …
7.50 6.80 … … … … … … … …
8.00 7.14 … … … … … … … …
8.50 7.47 … … … … … … … …
9.00 7.79 … … … … … … … …
9.50 8.12 … … … … … … … …
10.00 8.44 … … … … … … … …

2. Buatlah skedul output, TVP, TFC, profit, TC, TR, profit untuk
fungsi-fungsi produksi berikut:
a. 𝑦 = 4𝑥 2.3
b. 𝑦 = 0.4𝑥 3
c. 𝑦 = 3𝑥 0.4
d. 𝑦 = 0.75𝑥 0.75
Apakah yang dapat dipahami dari berbagai fungsi produksi di
atas? Manakah yang ditemukan adanya duality dan kenapa
hal tersebut terjadi?

100
6. FUNGSI PRODUKSI DUA INPUT

. 6 .
.FUNGSI
PRODUKSI DUA
INPUT
Bab sebelumnya telah dibahas tentang produksi 1 input dan 1
output secara tuntas sampai pada diturunkannya permintaan
input dan juga penawaran output perusahaan. Selanjutnya, Bab ini
membahas perilaku ekonomi produksi ketika produksi
dipertimbangkan tidak hanya menggunakan satu input tetapi dua
input produksi.
Sebagaimana perilaku perusahaan dalam sistem produksi
1 input 1 output, pembahasan tentang teori produksi dari sistem
produksi dua input juga tetap mengasumsikan bahwa perusahaan
ada di pasar persaingan, perusahaan memiliki akses input
produksi dengan mudah untuk mencapai produksi optimum, dan
perusahaan juga tidak menghadapi ketidakpastian dalam kegiatan
produksinya.

101
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Model matematis fungsi produksi 2 input 1 output


direpresentasikan sebagai berikut.
𝑦 = 𝑓(𝑥1, 𝑥2)

Jika fungsi produksi lebih dari dua tetapi input yang lainnya
dianggap tetap, maka fungsi produksi dinyatakan sebagai berikut.
𝑦 = 𝑓(𝑥1, 𝑥2|𝑥3, 𝑥4 … . 𝑥𝑛))
Konsep kemudian berkembang ketika dibahas fungsi produksi
dua input. Representasi matematis semakin berperan dan
pendekatan grafik mulai mencapai batasnya. Ketika pembahasan
optimisasi produksi meningkat menjadi 3 input produksi, maka
representasi grafik tidak lagi digunakan dan pendekatan
matematis menjadi tool yang sangat berperan.
Dalam kasus optimasi produksi dan kasus-kasus
pencapaian keseimbangan dalam perilaku ekonomi, pendekatan
matematis menjadi tool utama dan tidak terkendala dengan
jumlah input atau variabel dipertimbangkan dalam pembahasan.
Selengkapnya tentang teori produksi 2 input dan 1 output di
bahas secara lebih rinci berikut ini.

6.1 Fungsi produksi dua input


Konsep produktivitas rata-rata dan marginalnya dalam kaitannya
dengan fungsi produksi dua faktor adalah sejenis untuk kasus
satu-faktor, karena kalau satu faktor dirubah, faktor yang lain
tetap konstan. Jadi fungsi produksi rata-rata adalah:

𝑦 𝑓(𝑥1, 𝑥2)
6.1 𝐴𝑃𝑃1 = =
𝑥1 𝑥1
𝑦 𝑓(𝑥1, 𝑥2)
6.2 𝐴𝑃𝑃1 = =
𝑥2 𝑥2
Fungsi produktivitas marginalnya adalah:

102
6. FUNGSI PRODUKSI DUA INPUT

𝜕𝑦 𝜕𝑓(𝑥1, 𝑥2)
6.3 𝑀𝑃𝑃1 = = = 𝑓1
𝜕𝑥1 𝜕𝑥1

𝜕𝑦 𝜕𝑓(𝑥1, 𝑥2)
6.4 𝑀𝑃𝑃2 = = = 𝑓2
𝜕𝑥2 𝜕𝑥2

Jika x1 dan x2 dibebaskan berubah (perubahan itu kecil saja)


sebesar dx1 dan dx2, maka perubahan outputnya adalah:

6.5 ∆𝑌 = 𝑓1 . ∆𝑋1 + 𝑓2 . ∆𝑋2


Grafik tiga dimensi yang menggambarkan persamaan ditunjukkan
dengan Gambar 21.

Gambar 21. Pengaruh perubahan X1 dan X2 terhadap perubahan Y


Sumber: Dokumentasi Penulis

Gambar 21 menjelaskan bahwa pengaruh yang sejajar


sumbu x1 adalah efek dari perubahan x1 (𝑑𝑥1) sehingga dengan
anggapan x2 konstan, menyebabkan perubahan pada y (𝑑𝑦1 ).
Setelah dari titik B, dengan memberlakukan x1 tetap konstan,

103
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

maka penambahan x2 (𝑑𝑥2 ) (sejajar dengan sumbu x2),


menyebabkan perubahan ketinggian y (d𝑦2 ). Jumlah dy1 dan dy2
sama dengan dy. Tinggi permukaan fungsi produksi
menggambarkan peluang di mana x1 dan x2 berada, sedangkan
pada permukaan produksi (production surface) merupakan
peluang di mana y berada.
Pada setiap irisan dari permukaan produksi (jika dipotong
secara horizontal) pada level output yang sama dikenal dengan
istilah isoquant. Jika irisan permukaan produksi pada gambar di
atas ditransformasikan ke dasar quadran x1- x2 maka terbentuk
kurva yang convex terhadap origin. Lebih lanjut, pemotongan
permukaan produksi yang semakin tinggi tingkat outputnya (dari
hasil kombinasi penggunaan input x1 dan x2) maka kurva
isoquant yang convex terhadap origin semakin jauh dari titik
pusat. Pembahasan isoquant dijelaskan lebih lanjut berikut ini.

6.2 Isoquant dan propertinya


Isoquant memiliki bentuk kurva yang relatif sama dengan kurva
indiference pada teori perilaku konsumen. Oleh karena itu, pada
beberapa buku mikro ekonomi, seperti Nicholson dan Snyder
(2008), hanya membahas detail kurva indiference dan tidak
membahas properti isoquant secara eksplisit. Alasan logisnya
adalah adanya keserupaan (similarity) antara bentuk kurva
isoquant dan isocost pada fungsi produksi dengan indifferent curve
dan budget line pada perilaku konsumen. Buku ini
mengkhususkan pengkajian pada ekonomi produksi, sehingga
properti dari isoquant didiskusikan relatif lebih detail di sini.
Berikut adalah properti yang penting dalam kurva
isoquant, yaitu:
1. Isoquant sebagaimana kurva indiferen memiliki slope atau
kemiringan negatif. Hal ini karena dari dua input yang
digunakan, jika yang satu ditambah maka yang lain harus
dikurangkan untuk menghasilkan tingkat output yang sama.

104
6. FUNGSI PRODUKSI DUA INPUT

2. Negatif slope (downward) dari isoquant ini mengikuti asumsi


bahwa Marginal Physical Product (MPP) dari input digunakan
adalah positif, di mana setiap tambahan input digunakan
akan menghasilkan peningkatan atau tambahan output (∆𝑦 >
0). Dengan kondisi ini, maka jika suatu faktor ditambah dan
akan menghasilkan tambahan output, maka untuk menjaga
output pada level yang sama diperlukan pengurangan jumlah
input yang lain (yang juga memiliki positif MPP)
3. Isoquant memiliki bentuk yang convex terhadap origin
4. Jika digambarkan lebih dari satu isoquant, maka isoquant-
isoquant tidak mungkin saling berpotongan. Hal ini karena,
tidak mungkin bahwa suatu kombinasi input tertentu
menghasilkan tingkat output yang berbeda
5. Jika ada lebih dari satu isoquant maka semakin jauh dari titik
origin menunjukkan semakin tinggi tingkat outputnya
6. Kurva isoquant pada berbagai tingkat output (lebih dari 1
kurva isoquant) yang menunjukkan kombinasi input pada
suatu titik dalam kurva isoquant dengan slope yang sama
disebut dengan isocline
7. Dengan asumsi bahwa kedua input diperlukan dalam fungsi
produksi maka kurva isoquant tidak akan menyentuh garis
vertikal dan/atau garis horisontal.

6.3 Isoquant dan Marginal Rate of Technical


Substitution (MRTS)
Pembahasan berikut adalah terkait dengan kharakteristik
isoquant, tingkat substitusi teknis antar input di isoquant,
elastisitas input produksi parsial, dan keseimbangan produsen
terkait isoquant dan isocost. Pemahaman pada konsep-konsep ini
mengantarkan pembaca pada memahami dan menemukan solusi
keseimbangan produsen jika ada kendala dalam produksi yang
dipertimbangkan.

105
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

x2

Isoquant:
y0< y1 < y2

D
A C y2=40

y1=30
B
y0=20
0 x1

Gambar 22. Isoquant pada berbagai tingkat output yang berbeda


pada penggunaan teknologi yang sama
Sumber: Dokumentasi Penulis

Kombinasi penggunaan input x1 dan x2 dengan tingkat


teknologi tertentu (fungsi produksi) dapat menghasilkan output
di titik A. Kombinasi yang lain dari input x1 dan x2 juga dapat
menghasilkan output yang sama dengan titik A, yaitu y0, jika
bergerak di sepanjang isoquant, misalnya di titik B. Jika, baik x1
maupun x2 ditingkatkan penggunaannya secara bersamaan maka
isoquant akan meningkat dari y0 ke y1. Dengan demikian, titik A
dan B menunjukkan tingkat output yang lebih rendah
dibandingkan dengan C. Dan titik C menunjukkan tingkat output
yang lebih rendah dibandingkan dengan tingkat output di titik D.
Dalam kasus ini terkait bentuk isoquant, peningkatan output dari
B atau A ke C dan dari C ke D hanya terjadi jika semua input baik
x1 dan x2 ditambah dengan proporsi tertentu.
Misalkan, fungsi produksi adalah berikut ini.

6.6 𝑦 = 𝑥10.5 𝑥20.5


Maka bagaimanakah persamaan isoquant terkait dengan tingkat
output 20 unit? Maka penyelesaiannya adalah sebagai berikut.

106
6. FUNGSI PRODUKSI DUA INPUT

𝑦 = 𝑥10.5 𝑥20.5 --- y=20


Maka,
20 = 𝑥10.5 𝑥20.5
400
⇔ 𝑥2 =
𝑥1
Jadi persamaan di atas adalah persamaan isoquant untuk tingkat
output sebesar 20 unit. Jika pertanyaan di perluas menjadi
bagaimanakah bentuk umum persamaan isoquant pada berbagai
tingkat output? Maka persamaan isoquant secara umum dapat
dinyatakan sebagai berikut.
1
𝑥2 = ( ) . 𝑄 2
𝑥1
Slope kurva isoquant (perubahan kecil mendekti nol) adalah:

𝜕𝑥2 𝑄2 𝑄 2
=− 2 = − ( )
𝜕𝑥1 𝑥1 𝑥1

Slope kurva isoquant merupakan tingkat substitusi suatu


faktor dengan faktor lain sehingga output dapat dipertahankan
pada tingkat keluaran tetap/tertentu. Slope isoquant bertanda
negative.
Slope isoquant juga dapat direpresentasikan dalam bentuk
perubahan input tertentu, sehingga:

Δ𝑥2 Δ𝑥2 Δ𝑦 Δ𝑦/Δ𝑥1 𝑀𝑃𝑃𝑥1


6.7 =− . =− =− = 𝑀𝑅𝑇𝑆𝑥1,𝑥2
Δ𝑥1 Δ𝑥1 Δ𝑦 Δ𝑦/Δ𝑥2 𝑀𝑃𝑃𝑥2

Dengan kata lain, 𝑀𝑅𝑇𝑆𝑥1,𝑥2 (Marginal Rate of Technical


Substitution) digunakan untuk mendeskripsikan slope isoquant
mengasumsikan bahwa input x1 naik dan x2 turun atau
penggantian x2 oleh x1. 𝑀𝑅𝑇𝑆𝑥1,𝑥2 dibaca sebagai tingkat
substitusi yang bersifat teknis dari penggunaan input yang
berkurang dari input produksi kedua dan digantikan dengan
penggunaan yang lebih banyak input produksi pertama.
Tambahan kata ‘teknis’ dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa
107
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

hubungan antara faktor x1 dan x2 bersifat teknis semata-mata. Hal


ini juga menjadi alasan kenapa slope isoquant bertanda negatif,
yaitu karena arah perubahan penggunaan dari x1 berlawanan
dengan arah perubahan dari penggunaan x2.
Memahami persamaan 6.7 yang menyatakan adanya
kesamaan antara rasio perubahan x2 dan x1 dengan rasio MPPx1
dan MPPx2 dapat dijelaskan dengan menggunakan dasar
persamaan 6.5. Pada kurva isoquant, output adalah sama disetiap
titiknya. Sehingga,
∆𝑦 = 𝑓1 . ∆𝑋1 + 𝑓2 . ∆𝑋2
∆y adalah selisih y di isoquant, yaitu nol. Sehingga,
0 = 𝑓1 . ∆𝑋1 + 𝑓2 . ∆𝑋2
∆𝑋2 𝑓1
⇔ = −
∆𝑋1 𝑓2

Untuk perubahan x yang kecil mendekati nol, maka perumusan


matematis 𝑀𝑅𝑇𝑆𝑥1,𝑥2 adalah sebagai berikut:

𝜕𝑥2 𝜕𝑦/𝜕𝑥1 𝑓1 𝑀𝑃𝑃𝑥1


𝑀𝑅𝑇𝑆𝑥1,𝑥2 = − =− = − =−
𝜕𝑥1 𝜕𝑦/𝜕𝑥2 𝑓2 𝑀𝑃𝑃𝑥2

Salah satu kharakteristik penting dalam MRTS adalah


adanya diminishing MRTS. Ini merupakan pengembangan dari
diminishing marginal return tetapi untuk kasus berkaitan dengan
produksi menggunakan dua input. Prinsip diminishing MRTS x1
terhadap x2 adalah bahwa daya substitusi x1 semakin menurun
dengan semakin bertambahnya x1 yang digunakan. Atau dengan
kata lain, jika x1 digunakan meningkat dan penggunaan x2
menurun, maka jumlah x2 yang dikorbankan untuk diganti
dengan penambahan x1 dengan menjaga tingkat output tetap
adalah semakin menurun. Untuk lebih jelasnya, hal ini dapat
digambarkan sebagai berikut.

108
6. FUNGSI PRODUKSI DUA INPUT

x2

B
C y0=20

0 x1
Gambar 23. Diminishing 𝑀𝑅𝑇𝑆𝑥1,𝑥2
Sumber: Dokumentasi Penulis

Kombinasi penggunaan input x1 dan x2 pada titik A, B, dan


C menghasilkan tingkat output yang sama. Setelah titik A, x2
disubstitusi dengan penambahan penggunaan x1 sehingga tingkat
produksi tetap pada level yang sama. Daya substitusi x1 terhadap
x2 semakin menurun dengan semakin banyaknya x1 digunakan.
Sebagaimana digambarkan dari titik B ke titik C, produsen
mensubstitusi x2 dalam jumlah yang relatif kecil dengan
menggunakan jumlah x1 yang relatif lebih besar. Artinya,
𝑀𝑅𝑇𝑆𝑥1,𝑥2 nilainya semakin turun dengan semakin bertambahnya
jumlah x1 digunakan. Sehingga berlaku diminishing MRTS.

6.4 Elastisitas dan Return to Scale (RTS)


Elastisitas adalah konsep yang sangat penting dalam teori
ekonomi, termasuk ekonomi produksi. Perubahan dalam output
produksi terkait dengan bagaimana produsen memutuskan
perubahan dalam input produksi. Dalam perspektif jangka pendek
(short-run) maka perubahan output diperoleh melalui perubahan
input yang bersifat parsial, yaitu dengan menjaga input lain tetap.

109
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Namun dalam perspektif jangka panjang (long-run), semua input


mengalami perubahan untuk mendapatkan perubahan output
yang dikehendaki.
Masih terkait dengan perubahan output (y), ada dua
konsep penting terkait dengan prinsip-prinsip dalam teori
produksi, yaitu pengembalian atas factor/input dan pengembalian
atas skala (scale). Pengembalian atas faktor/input dijabarkan
sebagai: (1) variasi penggunaan salah satu input dengan
menganggap sisa input yang lainnya adalah tetap; (2) semakin
tinggi penggunaan input tersebut, dengan menganggap input yang
lain tetap, maka akan dihasilkan output yang lebih tinggi pula; (3)
pengembalian atas input, jika input dilakukan penambahan terus-
menerus, pada akhirnya akan menghasilkan tingkat pengembalian
yang negatif (MPP<0); (4) ini adalah kasus yang sebagaimana
dipahami sebelumnya sebagai short-run perspektif; (5) implikasi
dari perspektif jangka pendek maka terdapat faktor produksi yang
bersifat tetap (fixed factors) dan kedua jenis faktor tersebut
bersifat indivisible.
Sedangkan, pengembalian atas skala (return to scale)
dijabarkan sebagai: (1) variasi semua input dalam produksi; (2)
proporsi perubahan semua input tidak bervariasi, atau perubahan
semua input adalah dalam proporsi yang sama; (3) pengembalian
atas perubahan semua input pada akhirnya akan menghasilkan
decreasing return to scale (RTS) jika semua input ditambah terus-
menerus dalam proporsi yang sama; (4) proporsi penambahan
semua input menunjukkan bahwa perubahan produksi memiliki
dimensi jangka panjang (long-run); (5) perubahan jangka panjang
atas semua input berimplikasi pada perubahan biaya, sehingga
produsen akan menghadapi peluang economies of scale atau
diseconomies of scale. Economies of scale terjadi ketika
penambahan scala berimplikasi pada penurunan biaya rata-rata
per unit produk. berlawanan dengan itu, diseconomies of scale
terjadi ketika penambahan skala produksi justru akan

110
6. FUNGSI PRODUKSI DUA INPUT

meningkatkan biaya produksi rata-rata. Hal ini bisa digambarkan


sebagai berikut.

Gambar 24. Pengembalian atas skala terkait dengan biaya rata-


rata per unit
Sumber: Dokumentasi Penulis

Buku ini membedakan antara economies of scale,


economies of scope, dan economies of size. Economies of scale
adalah penurunan biaya produksi per unit (AC) karena
peningkatan skala usaha pada tipe produksi output tunggal.
Sedangkan, economies of scope adalah penurunan biaya produksi
per unit ketika produsen memproduksi lebih dari satu jenis
output. Dan economies of size dapat didefinisikan sebagai
penurunan biaya produksi per unit dengan adanya peningkatan
produksi. Dalam economies of size, peningkatan output yang
berdampak penurunan biaya produksi per unit disebabkan
karena efek penurunan biaya tetap rata-rata (average fixed cost),
sehingga biaya rata-rata per unit juga menjadi lebih rendah.

111
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Menuju pada pembahasan tentang elastisitas, tahap


pertama didefinisikan elastisitas produksi parsial untuk input
ganda (x1 dan x2) sebagai berikut.

𝜕𝑦 𝑥1 𝑀𝑃𝑃1
6.8 𝐸1 = . =
𝜕𝑥1 𝑦 𝐴𝑃𝑃1

𝜕𝑦 𝑥2 𝑀𝑃𝑃1
6.9 𝐸2 = . =
𝜕𝑥2 𝑦 𝐴𝑃𝑃1
Sebagaimana kasus input tunggal, nilai elastisitas parsial x1 dan
x2 berkaitan dengan fungsi-fungsi produktivitas, yaitu MPP dan
APP. Kecuali, sekarang secara eksplisit mencatat bahwa x2
konstan ketika dipertimbangkan tentang x1, dan demikian
sebaliknya. Ini melihat perubahan output secara parsial, sehingga
dapat dikatakan bahwa dalam kasus ini perspektifnya adalah
jangka pendek (short-run).
Selanjutnya, diperhatikan perubahan yang berdimensi
jangka panjang (long-run). Perubahan output produsen adalah
efek dari perubahan dalam penggunaan input-input produksinya,
x1 dan x2. Jika perubahan baik x1 dan x2 dalam proporsi yang
sama dan k adalah persentase perubahan kedua input produksi
digunakan, maka secara matematis elastisitas produksi total
didefinisikan sebagai:

∆𝑦 ∆𝑥𝑘
6.10 𝐸=( )⁄( )
𝑦 𝑥𝑘

Di mana:

∆𝑥𝑘 ∆𝑥1 ∆𝑥2


6.11 = =
𝑥𝑘 𝑥1 𝑥2

Ini berarti E adalah persentase perubahan output dibagi dengan


persentase perubahan kedua input, yang perubahan kedua input
itu persentasenya sama. Kedua input diperluas dengan proporsi

112
6. FUNGSI PRODUKSI DUA INPUT

yang sama, sebagaimana dijelaskan sebelumnya, ini kemudian


disebut sebagai Return to Scale.
Kalau E adalah suatu fungsi atas X1 dan X2, maka ada
berbagai titik alternatif Return to Scale dalam ruang produksi.
Dari persamaan sebelumnya, yaitu:

∆𝑦 = 𝑓1 . ∆𝑋1 + 𝑓2 . ∆𝑋2

disubstitusikan ke persamaan koefisien fungsi dengan asumsi


∆𝑥𝑘 ∆𝑥1
bahwa 𝑥𝑘
= 𝑥1
, maka:

𝑓1 . ∆𝑥1 + 𝑓2 . ∆𝑥2 ∆𝑥1


𝐸=( )⁄( )
𝑦 𝑥1
𝑓1 . ∆𝑥1 + 𝑓2 . ∆𝑥2 𝑥1
⇔ = ( ).( )
∆𝑥1 𝑦

𝑥1 ∆𝑥2 𝑥1
⇔ 𝐸 = (𝑓1 . ( ) + 𝑓2 . . ( ))
𝑦 ∆𝑥1 𝑦

Dengan menggunakan persamaan 6.11 didapatkan:

∆𝑥1 ∆𝑥2 𝑥2 ∆𝑥2


= ⇒ =
𝑥1 𝑥2 𝑥1 ∆𝑥1

Dengan demikian persamaan elastisitas total dari produksi dua


input adalah sebagai berikut:

𝑥1 ∆𝑋2 𝑥1 ∆𝑥2 𝑥2
⇔ = (𝑓1 . ( ) + 𝑓2 . . ( )) … … …. =
𝑦 ∆𝑥1 𝑦 ∆𝑥1 𝑥1
𝑥1 𝑥2 𝑥1
⇔ = (𝑓1 . ( ) + 𝑓2 . ( ) . ( ))
𝑦 𝑥1 𝑦
𝑥1 𝑥2 ∆𝑦
⇔ = (𝑓1 . ( ) + 𝑓2 . ( )) … …. 𝑓𝑖 = = 𝑀𝑃𝑃𝑖
𝑦 𝑦 ∆𝑥𝑖
∆𝑦 𝑥1 ∆𝑦 𝑥2
⇔ 𝐸 = ( .( )+ . ( ))
∆𝑥1 𝑦 ∆𝑥2 𝑦

113
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

𝑀𝑃𝑃𝑥1 𝑀𝑃𝑃𝑥2
⇔ 𝐸 = ( + )
𝐴𝑃𝑃𝑥1 𝐴𝑃𝑃𝑥2

6.12 𝐸 = (𝐸1 + 𝐸2 )

Dengan demikian, elastisitas total adalah penjumlahan dari


elastisitas parsial dari factor produksinya. Persamaan 6.12 juga
memberikan informasi bahwa pengembalian atas skala (return to
scale) juga ditunjukkan dengan penjumlahan dari total elastisitas
dari berbagai input digunakan dalam produksi.
RTS dapat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu increasing
RTS, Decreasing RTS, dan constant RTS. Berikut adalah penjelasan
secara grafis dari ketiga jenis RTS tersebut.

x2 x2 x2

30 30 30
20
20 20
10 10 10

0 x1 Q x1 0 x1
A. Decreasing RTS B. Constant RTS C. Increasing RTS
Gambar 25. Decreasing, Constant, dan Increasing RTS

Pada gambar A menunjukkan perubahan atas skala yang


semakin menurun. Jika diperhatikan output dihasilkan produsen
meningkat dalam proporsi yang sama, yaitu dari 10 unit menjadi
20 unit kemudian meningkat menjadi 30 unit. Peningkatan output
ini kemudian membutuhkan jumlah input yang semakin besar
proporsinya. Hal ini artinya, produktifitas input semakin menurun
sehingga dikatakan bahwa pengembalian atas peningkatan skala
adalah menurun. Kemudian disebut sebagai decreasing return to
scale.

114
6. FUNGSI PRODUKSI DUA INPUT

Pada gambar B, perubahan output yang dihasilkan


produsen membutuhkan input dalam proporsi yang sama.
Sehingga setap persen perubahan output dibutuhkan persen
perubahan semua input dalam tingkat yang sama. Sehingga, ini
kemudian disebut sebagai constant return to scale.
Pada gambar C, perubahan output dalam presentasi yang
sama tetapi diperlukan persentasi perubahan input yang semakin
kecil. Sehingga produktifitas input-input digunakan relatif
semakin meningkat terhadap sebelumnya. Kemudian, jika semua
input dirubah dalam proporsi yang sama dan dihasilkan output
yang semakin tingkat persentase perubahannya maka disebut
sebagai increasing return to scale.
Dengan menggunakan pendekatan matematis, RTS dapat
direpresentasikan melalui fungsi produksi tertentu sebagai
berikut. Misalkan diketahui

𝑦 = 𝑓(𝑥1 , 𝑥2 )

Kemudian, dengan ditingkatkannya kedua input dalam proporsi


yang sama, yaitu sebesar k, maka saat terjadi:

6.13 𝑓(𝑘𝑥1 , 𝑘𝑥2 ) = 𝑘. 𝑓(𝑥1 , 𝑥2 )

Dikatakan bahwa fungsi produksi ini ada dalam constant return to


scale. Selanjutnya, jika diketahui bahwa kedua input ditingkatkan
dalam proporsi yang sama, yaitu sebesar k, maka saat terjadi:

6.14 𝑓(𝑘𝑥1 , 𝑘𝑥2 ) < 𝑘. 𝑓(𝑥1 , 𝑥2 )

Dikatakan bahwa fungsi produksi berada dalam level decreasing


return to scale.
Lebih lanjut, hal ini dijelaskan sebagai berikut. Jika
diketahui bahwa fungsi produksi yang menghasilkan output awal
sebelum ditingkatkan skalanya adalah 𝑦 = 𝑓(𝑥1 , 𝑥2 ), maka saat
ditingkatkan sekala usahanya dengan menambahkan semua input
sebesar k, sehingga tingkat output menjadi 𝑦 ′ = 𝑓(𝑘𝑥1 , 𝑘𝑥2 ).
115
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Namun saat terjadi output diperoleh setelah perluasan skala


usaha, yaitu 𝑦 ′ , adalah lebih kecil dari peningkatan output yang
diharapkan, yaitu 𝑘𝑦 = 𝑘𝑓(𝑥1 , 𝑥2 ), maka pengembalian atas skala
adalah lebih kecil. Dengan kata lain terjadi decreasing return to
scale.
Demikian juga saat terjadi increasing return to scale,
perubahan dalam persentase peningkatan output produksi dapat
dihasilkan dari lebih sedikit persentase penambahan input-input
produksinya. Dalam representasi matematisnya, dengan
menggunakan fungsi produksi sebagaimna digunakan
sebelumnya, ditunjukkan dengan hal berikut ini.

6.15 𝑓(𝑘𝑥1 , 𝑘𝑥2 ) > 𝑘. 𝑓(𝑥1 , 𝑥2 )

Pada persamaan 6.13 dapat diinterpretasikan bahwa saat terjadi


peningkatan semua jenis input dalam proporsi yang sama, yaitu k,
maka output yang dihasilkan adalah lebih besar dari k kali output
semula.

6.5 Ridge Line, keseimbangan produsen dan


expansion path
Pertanyaan mendasar dan sangat penting dalam ekonomi
produksi adalah di manakah keseimbangan produsen dalam
kegiatan produksinya? Jawaban atas pertanyaan ini penting untuk
dipahami dengan baik untuk menurunkan solusi optimum dari
kegiatan produksi secara ekonomi.
Secara praktis, perusahaan akan menggunakan input yang
memiliki kontribusi terhadap penambahan output. Perusahaan
yang rasional tentu akan mempertimbangkan positif marginal
produk dari penggunaan inputnya. Ridge line adalah tempat
kedudukan titik-titik pada isoquant di mana 𝑀𝑃𝑃𝑥𝑖 = 0. Fungsi
produksi di bahas dalam isoquant adalah menggunakan 2 input
maka ridge line akan terbentuk pada dua sisi yang membatasi

116
6. FUNGSI PRODUKSI DUA INPUT

isoquant pada berbagai tingkat produksi dimana tambahan input


tidak menyebabkan tambahan produk dihasilkan (𝑀𝑃𝑃𝑥𝑖 = 0).
Garis ridge line selanjutnya dapat digambarkan sebagai
berikut ini.

X2
Ridge lines

y3
y2
y1

0 X1
Gambar 26. Ridge line dan isoquant dimana y1<y2<y3
Sumber: Dokumentasi Penulis

Produsen rasional tentunya juga ditunjukkan dengan


tujuan produksinya untuk memaksimumkan keuntungannya. Jika
perusahaan atau produsen memaksimumkan keuntungannya
maka dengan teknologi produksi yang dikuasainya produsen akan
menggunakan korbanan sekecil-kecilnya untuk menghasilkan
output yang sebesar-besarnya. Dengan kata lain, biaya produksi
harus digunakan dengan efisien sehingga menghasilkan
keuntungan yang maksimum, yaitu produksi yang optimum
berdasarkan biaya yang digunakan tertentu pada tingkat harga
input dan output yang ada di pasar.
Keseimbangan produsen pada Gambar 26 ada pada dua
titik yang berbeda karena ada dua garis biaya (isocost), yaitu 𝐼𝐶1
dan 𝐼𝐶2. Ketika produsen menggunakan biaya produksi pada
tingkat IC1, maka keseimbangan produsen ada di titik A. Titik A di
atas merupakan titik optimum alokasi input di mana kombinasi
input 𝑥1 dan 𝑥2 menghasilkan tingkat output maksimum ketika

117
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

dibatasi oleh tingkat biaya produksi tertentu (IC1). Jika produsen


memilih penggunaan kombinasi input x1 dan x2 yang berbeda,
misal di titik C, maka akan dihasilkan tingkat output yang lebih
kecil dari 𝑦0 , ceteris paribus.

𝑥2

𝐼𝐶2 𝑦0 < 𝑦1
𝐼𝐶1 < 𝐼𝐶2

𝐼𝐶1
B
C
A
𝑦1
𝑦0
0 𝑥1

Gambar 27. Keseimbangan produsen


Sumber: Dokumentasi Penulis

Peningkatan skala produksi ditandai dengan kemampuan


produsen menambah jumlah input baik 𝑥1 maupun 𝑥2 secara
bersaman sehingga dibutuhkan biaya produksi yang lebih besar.
Selanjutnya, ini terkait dengan isocost kedua, yaitu 𝐼𝐶2. Dengan
adanya penambahan 𝑥1 dan 𝑥2 secara bersamaan akan dihasilkan
keseimbangan produsen baru, yaitu titik B, ceteris paribus.
Produsen yang menggunakan alokasi kedua inputnya
secara optimum pada berbagai level isoquant dan isocost akan
menghasilkan kumpulan titik-titik optimum. Jika titik-titik
optimum produsen ini dihubungkan dalam suatu garis maka kita
dapatkan apa yang disebut dengan expansion path (jalur
ekspansi). Garis ekspansi ini dapat digambarkan sebagai berikut
ini. Expansion path adalah kasus spesial dari isocline. Di mana
setip titik dalam expansion path memiliki slope yang sama dan ini

118
6. FUNGSI PRODUKSI DUA INPUT

berarti pula bahwa pada setiap titik di expansion path memiliki


MRTS yang sama pula.

𝑥2

Expansion path

B 𝑦2
A 𝑦1
𝑦0

0 𝑥1

Gambar 28. Expansion path


Sumber: Dokumentasi Penulis

Pada masing-masing titik dalam kurva expansion path


merupakan tangen atau slope dari isocost dan juga slope isoquant.
Slope isoquant adalah 𝑀𝑅𝑇𝑆𝑥1𝑥2. Persamaan isocost adalah:

6.16 𝐼𝐶 = 𝑃𝑥1 . 𝑥1 + 𝑃𝑥2 . 𝑥2

𝐼𝐶 𝑃𝑥1
⇔ 𝑥2 = − ( ) . 𝑥1
𝑃𝑥2 𝑃𝑥2

𝑃
Sehingga slope persamaan IC adalah − (𝑃𝑥1 ). Pada saat
𝑥2
keseimbangan produsen, slope isocost sama dengan slope
isoquant, sehingga

𝑓1 𝑃𝑥1
𝑀𝑅𝑇𝑆𝑥1,𝑥2 = − = −( )
𝑓2 𝑃𝑥2

𝑓1 𝑃𝑥1
6.17 =( )
𝑓2 𝑃𝑥2

119
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Persamaan 6.17 merupakan persamaan expansion path.


Harga input 𝑥1 dan 𝑥2 adalah konstan sebagaimana diasumsikan
bahwa produsen berada dalam pasar persaingan yang berperilaku
sebagai price taker dalam harga input maupun harga output.

6.6 Homogenous function dan Euler’s theorem


Suatu fungsi produksi yang bersifat homogenous adalah fungsi
produksi yang jika terjadi perubahan input-inputnya dalam
proporsi tertentu yang sama, misalkan k, maka perubahan ini
berdampak pada perubahan output produksi sebesar 𝑘 𝑛 , di mana
n adalah degree of homogeneity. Misalkan suatu fungsi 𝑦 =
𝑓(𝑥1, 𝑥2) maka jika fungsi tersebut adalah homogeneous function,
maka akan berlaku:

6.18 𝑦1 = 𝑓(𝑘𝑥1 , 𝑘𝑥2 ) = 𝑘 𝑛 . 𝑓(𝑥1 , 𝑥2 ) = 𝑘 𝑛 . 𝑦 0

Di mana 𝑦1 adalah tingkat output dengan menggunakan input


yang lebih besar. Sedangkan, 𝑦 0 adalah tingkat output semula.
Leonhard Euler seorang ahli matematika dari Swiss yang
hidup sejak tahun 1707 sampai 1783 menemukan adanya bukti
matematis antara turunan suatu fungsi homogeneous dengan
tingkat homogeneous dari fungsi tersebut. Ini kemudian dikenal
dengan Euler’s theorem.
Jika persamaan 6.18 diturunkan terhadap k, yaitu
persentase perubahan input-inputnya, maka:

𝜕𝑦1 𝜕𝑦1 𝜕𝑘𝑥1 𝜕𝑦1 𝜕𝑘𝑥2


= . + .
𝜕𝑘 𝜕𝑘𝑥1 𝜕𝑘 𝜕𝑘𝑥2 𝜕𝑘
𝜕𝑦1 𝜕𝑦1 𝜕𝑦1
= . 𝑥1 + .𝑥
𝜕𝑘 𝜕𝑘𝑥1 𝜕𝑘𝑥2 2

Untuk fungsi yang homogeneous maka berlaku persamaan 6.18,


sehingga turunan dari 𝑦1 = 𝑘 𝑛 . 𝑦 0 terhadap k adalah:

120
6. FUNGSI PRODUKSI DUA INPUT

𝜕𝑦1
= 𝑛𝑘 𝑛−1 . 𝑦 0 …….. 𝑘=1
𝜕𝑘
𝜕𝑦1 𝜕𝑓(𝑥1 , 𝑥2 )
= = 𝑛. 𝑦 0
𝜕𝑘 𝜕𝑘
Dengan menggunakan k=1, maka ditemukan persamaan Euler
sebagai berikut:
𝜕𝑦1 𝜕𝑓(𝑥1 , 𝑥2 ) 𝜕𝑓(𝑥1 , 𝑥2 )
= . 𝑥1 + . 𝑥2 = 𝑛. 𝑦
𝜕𝑘 𝜕𝑘𝑥1 𝜕𝑘𝑥2

𝜕𝑦 𝜕𝑦
6.19 𝑥1 + 𝑥 = 𝑛𝑦
𝜕𝑥1 𝜕𝑥2 2

𝜕𝑦
Di mana n adalah degree of homogeneity. Jika 𝜕𝑥1
dikaitkan
dengan 𝑀𝑃𝑃𝑥𝑖 maka dihasilkan

6.20 𝑀𝑃𝑃𝑥1 . 𝑥1 + 𝑀𝑃𝑃𝑥2 . 𝑥2 = 𝑛𝑦

Jika fungsi produksi adalah homogen pada tingkat n dan semua


input-input digunakan direpresentasikan dalam fungsi produksi,
maka tingkat pengembalian atas skala (RTS) adalah degree of
homogeneity, yaitu n. Demikian pula sebaliknya, jika RTS adalah
bervariasi ketika semua input meningkat dalam proporsi yang
sama, maka fungsi produksi tersebut tidak bersifat homogeneous.

Dengan uraian di atas, maka persamaan 6.20 selanjutnya


dapat juga disusun lagi, dengan mempertimbangkan memasukkan
E sebagai total elastisitas atau RTS, sebagai berikut:

6.18 𝑀𝑃𝑃𝑥1 . 𝑥1 + 𝑀𝑃𝑃𝑥2 . 𝑥2 = 𝐸𝑦

Jika sisi kanan dan kiri sama dengan dikalikan dengan harga
output maka diperoleh persamaan berikut:

6.19 𝑝𝑦 𝑀𝑃𝑃𝑥1 . 𝑥1 + 𝑝𝑦 𝑀𝑃𝑃𝑥2 . 𝑥2 = 𝐸. 𝑝𝑦 𝑦

121
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Dengan mempertimbangkan bahwa (𝑝𝑦 𝑀𝑃𝑃𝑥1 ) = 𝑀𝑉𝑃𝑥𝑖 dan


𝑝𝑦 𝑦 = 𝑇𝑅 untuk TR = total penerimaan, maka persamaan 6.19
dapat dinyatakan sebagai berikut:

6.20 𝑀𝑉𝑃𝑥1 . 𝑥1 + 𝑀𝑉𝑃𝑥2 . 𝑥2 = 𝑛. 𝑇𝑅

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa marginal value


product (MVP) adalah pengembalian atas setiap tambahan
penggunaan input produksi. Misalkan bahwa fungsi produksi
adalah dalam kondisi constant RTS dan semua input digunakan
direpresentasikan dalam dua input yaitu x1 dan x2, maka dengan
menggunakan Euler’s Theorem, setiap unit input digunakan akan
tepat terbayarkan berdasarkan nilai MVP-nya.

6.7 Ringkasan
Fungsi produksi dua input merupakan pengembangan dari
pemikiran fungsi produksi 1 input. Konsep tentang APP, MPP, dan
VMP adalah analog dengan fungsi produksi 1 input. Hal yang
membedakan adalah bahwa dalam fungsi produksi dua input,
perubahan output (y) adalah akumulasi atau agregasi dari
perubahan y karena adanya perubahan 𝑥1 ditambah dengan
perubahan y karena perubahan 𝑥2 .
Konsep baru muncul dalam teori produksi dua input dan
tidak ada di teori produksi 1 input, yaitu isoquant (kombinasi
input 1 dan input dua yang menghasilkan tingkat output yang
sama) dan isocost (yaitu garis yang merupakan himpunan titik-
titik penggunaan input yang menghasilkan tingkat biaya yang
sama). Keseimbangan produsen secara lebih jelas digambarkan
pada fungsi produksi 2 input, yaitu merupakan persinggungan
antara isocost dan isoquant.
Isoquant memiliki kharakteristik kurva yang serupa
dengan kurva indiveren, diantaranya adalah convex terhadap
origin, memiliki slope negatif (MRTS), semakin jauh dari origin
menunjukkan semakin tinggi output dihasilkan, kedua input

122
6. FUNGSI PRODUKSI DUA INPUT

adalah penting sehingga kurva isoquant tidak akan menyentuh


sumbu vertikal dan horizontal. Isoquant memiliki bentuk yang
bermacam-macam tergantung pada fungsi produksi yang
digunakan.
Produsen dalam keseimbangannya menghasilkan tingkat
output optimum dengan biaya yang terkecil dibutuhkan.
Keseimbangan keseimbangan produsen pada berbagai level
isoquant selanjutnya dihubungkan menjadi sebuah garis yang
disebut expansion path.
Dalam teori ekonomi produksi, konsep economies of scale,
economies of scope, dan juga economies of size menghasilkan fokus
informasi yang berbeda. Saat mendiskusikan tentang
pengembalian terhadap skala, artinya semua input tanpa
terkecuali ditingkatkan dalam proporsi yang sama sehingga ada
konsekuensi beberapa kemungkinan perubahan output. Hal ini
kemudian disebut sebagai increasing RTS, decreasing RTS, atau
constant RTS. Economies of scope lebih memberikan penekanan
pada produksi lebih dari satu produk dan menghasilkan
penurunan produksi per unitnya. Sedangkan, economies of size
penurunan biaya per unit lebih karena terdistribusinya biaya
tetap dalam tiap unit yang lebih banyak sehingga biaya produksi
menjadi lebih rendah.
Pada fungsi produksi yang bersifat homogeneous berlaku
Euler’s theorem yang menyatakan bahwa peningkatan output
karena perubahan skala produksi adalah sama dengan jumlah
keseluruhan perkalian antara MPP dengan tingkat input
digunakan. Hal ini berarti pula bahwa dalam kondisi khusus, yaitu
berlakunya constant RTS, maka Euler’s theorem menunjukkan
pengembalian atas keseluruhan input digunakan sama dengan
total penerimaan perusahaan.

123
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

6.7 Pertanyaan review


1. Apakah yang dimaksud dengan isoquant dan isocost dalam
fungsi produksi? Dan, gambarkan dan jelaskan tentang
keseimbangan produsen!
2. Jika terjadi peningkatan biaya produksi perusahaan dan
perusahaan dapat menemukan keseimbangan barunya, maka
gambarkanlah keseimbangan baru tersebut!
3. Berdasarkan pertanyaan nomor (3), buatlah garis expansion
path! Jelaskan!
4. Jika perusahaan menggunakan tenaga kerja (L) dan modal (K)
dan kurva isoquant bersifat convex terhadap origin, maka
jelaskan tentang 𝑀𝑅𝑇𝑆𝐿,𝐾 ! Apakah terjadi diminishing
𝑀𝑅𝑇𝑆𝐿,𝐾 ? Jelaskan!
5. Tunjukkanlah bahwa total elastisitas produksi sama dengan
jumlah elastisitas parsial input produksi digunakan!
6. Gambarkanlah increasing, decreasing, dan constant RTS!
Jelaskan!
7. Apakah yang disebut dengan diseconomies of scale? Berilah
contohnya!
8. Apakah yang disebut dengan diseconomies of scope? Berilah
contohnya!
9. Jelaskan tentang Euler’s theorem untuk fungsi produksi yang
bersifat homogen! Berilah contoh fungsinya!

6.8 Diskusi
1. Apakah fungsi produksi berikut ini homogeneous? Jelaskan!
Jika homogeneous tentukan degree of homogeneity-nya!
a. 𝑦 = 𝑥1 + 𝑥2
b. 𝑦 = 𝑥1 𝑥2 + 1
c. 𝑦 = 𝑥12 𝑥23
d. 𝑦 = 𝐴𝑥10.2 𝑥20.6
e. 𝑦 = 𝑥1 2 + 𝑥2 3

124
6. FUNGSI PRODUKSI DUA INPUT

2. Diketahui kegiatan produksi yang mengahasilkan tingkat


output tertentu yang sama dengan kombinasi penggunaan
input 𝑥1 dan 𝑥2 adalah sebagai berikut.
No 𝑥1 𝑥2
1 39 0
2 22 1
3 20 3
4 14 6
5 9 8
6 5 12
7 1 17
8 0 25
Carilah kombinasi input optimum (biaya terendah) jika
diketahui:
a. Harga input 𝑥1 dan 𝑥2 masing-masing adalah 6 dan 8
b. Harga input 𝑥1 dan 𝑥2 masing-masing adalah 3 dan 4
Note: gunakan syarat terjadinya keseimangan produsen, yaitu
ketika slope isoquant sama dengan slope isocost
3. Buktikan bahwa dalam fungsi produksi yang bersifat
homogeneous dan constant RTS, revenue terbagi habis ke
return to factors!

125
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

126
7. BERBAGAI BENTUK FUNGSI PRODUKSI

. 7 .
BERBAGAI
BENTUK FUNGSI
PRODUKSI
Dalam bab ini diuraikan berbagai bentuk fungsi produksi dan
kharakteristiknya. Ini merupakan bagian penting dalam teori
produksi karena fungsi produksi yang berbeda membawa
konsekuensi tidak hanya perbedaan dalam estimasi fungsinya
tetapi juga interpretasi yang berbeda-beda dalam elastisitas
faktor maupun elastisitas total (elastisitas fungsi). Berikut akan di
bahas beberapa fungsi dan kharakteristiknya, diantaranya fungsi
produksi Cobb-Douglas, fungsi produksi Linear, fungsi produksi
pangkat, fungsi produksi trancendental, fungsi produksi
trancendental logaritmic (translog), general power production
function (GNPF), dan Constant Elasticity of Substitution (CES). Titik
tekan pembahasan fungsi produksi di bab ini didasarkan pada
kharakteristik elastisitas faktor dan fungsi, isoquant, dan marginal

127
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

rate of technical substitution (MRTS) dan beberapa informasi


lainnnya yang bisa didapatkan dari penggunaan fungsi produksi
tersebut.

7.1 Kharakteristik fungsi produksi Cobb-Douglas


Original fungsi produksi adalah constant return to scale dapat
ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut:

7.1 𝑦 = 𝐴𝑥1𝛼 𝑥21−𝛼

Fungsi produksi di atas memiliki kharakteristik sebagai berkut:


1. Fungsi produksi Cobb-douglass merupakan fungsi hogeneous
degree-1. Jika semua input dalam fungsi produksi Cobb-
Douglas ditingkatkan dalam proporsi yang sama,yaitu k, maka
terjadi peningkatan produksi sebesar k kali tingkat porduksi
semula, 𝑦0 . Sebagaimana ditunjukkan dengan persamaan
berikut ini:

𝑦1 = 𝐴(𝑘𝑥1 )𝛼 (𝑘𝑥2 )1−𝛼

⇔ 𝑦1 = (𝐴𝑥1𝛼 𝑥21−𝛼 )(𝑘)𝛼 (𝑘)1−𝛼

⇔ 𝑦1 = 𝑘 1 . (𝐴𝑥1𝛼 𝑥21−𝛼 )

⇔ 𝑦1 = 𝑘 1 . 𝑦0 … … . . 𝐻𝑜𝑚𝑜𝑔𝑒𝑛𝑒𝑜𝑢𝑠 𝑑𝑒𝑔𝑟𝑒𝑒 1

2. Semua input baik input-1 maupun input-2 memiliki


diminishing marginal returns, yaitu:
𝜕𝑦 𝜕(𝐴𝑥1𝛼 𝑥21−𝛼 )
=
𝜕𝑥1 𝜕𝑥1

𝜕𝑦 𝑦
7.2 = 𝛼.
𝜕𝑥1 𝑥1

Dengan demikian, peningkatan 𝑥1 menurunkan perubahan y.


Hal yang sama terjadi pada input 𝑥2 .

128
7. BERBAGAI BENTUK FUNGSI PRODUKSI

3. Implikasi dari point 2 di atas, produktifitas marginal untuk


masukan ke-i positif (lebih besar dari nol).
𝜕𝑦
=>0
𝜕𝑥𝑖
4. Produk marginal yang positif (𝑀𝑃𝑃𝑥𝑖 > 0) akan semakin kecil
dengan makin besarnya input digunakan atau berlaku
diminishing marginal return atas input-i. Bedasarkan
persamaan 7.1, misalnya untuk input 1, dapat dinyatakan
sebagai berikut:

𝜕𝑦 𝑦
=𝛼
𝜕𝑥1 𝑥1

5. Koefisien input produksi dalam fungsi produksi Cobb-Douglas


menunjukkan pula elastisitas inputnya. Hal ini dapat
dibuktikan sebagai berikut. Sebagaimana diketahui pada
persamaan 7.2, maka pengaturan ulang persamaan dapat
disajikan:

𝜕𝑦 𝑦
= 𝛼.
𝜕𝑥1 𝑥1
𝜕𝑦 𝑥1
⇔ 𝛼 = . = Elastisitas
𝜕𝑥1 𝑦

Dengan demikian, terbukti bahwa koefisien input pada fungsi


produksi menunjukkan elastisitasnya, yaitu mengukur
persentase perubahan output karena adanya persentase
perubahan input.
6. Total elastisitas fungsi produksi menunjukkan pula return to
scalenya (RTS):

𝛼 + (1 − 𝛼) = 1 (Konstan RTS)

Pengembangan fungsi produksi Cobb-Douglas adalah fungsi


produksi pangkat atau double logaritmic, yaitu fungsi

129
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

produksi sebagaimana Cobb-Douglas tetapi yang


membebaskan tingkat RTS-nya. Sehingga:

∑ 𝛽𝑖 > 1 → Increasing RTS


𝑖=1
𝑛

∑ 𝛽𝑖 < 1 → Increasing RTS


𝑖=1
𝑛

∑ 𝛽𝑖 = 1 → Constant RTS
𝑖=1

Dalam estimasinya, koefisien input diperoleh dengan


melakukan transformasi fungsi pangkat menjadi fungsi linear
melalui transformasi logaritmic di kedua sisinya, sehingga
disebut sebagai persamaan double logaritmic. Sebagai contoh
digunakan persamaan 7.1 tetapi koefisien input dirubah dari
(1 − 𝛼) menjadi 𝛽.
𝛽
𝑦 = 𝐴𝑥1𝛼 𝑥2

7.3 𝐿𝑛𝑦 = 𝑙𝑛𝑒 𝐴 + 𝛼𝐿𝑛𝑥1 + 𝛽𝐿𝑛𝑥2

7. Karena persamaan Cobb-Douglas bersifat multiplikatif, maka


semua input dipertimbangkan dalam fungsi produksi adalah
input yang penting. Atau,
𝑥1 , 𝑥2 > 0

8. MRTS dari fungsi produksi Cobb-Douglas adalah sebagai


berikut.
𝑦
𝑀𝑃𝑃𝑥1 𝛼. 𝑥 𝛼 𝑥2
𝑀𝑅𝑇𝑆𝑥1,𝑥2 =− = − 𝑦1 = − ( ) ( )
𝑀𝑃𝑃𝑥2 𝛽. 𝛽 𝑥1
𝑥2

9. Cobb-Douglas memiliki constant elasticity of substitution. Hal


ini dapat dibuktikan sebagai berikut. Dengan menggunakan

130
7. BERBAGAI BENTUK FUNGSI PRODUKSI

persamaan Cobb-Douglas di atas maka elastisitas substitusi


dapat dirumuskan:
𝑥
∆ (𝑥2 )
1
𝑥 𝑥2
𝑃𝑒𝑟𝑐𝑒𝑛𝑡𝑎𝑔𝑒 𝑐ℎ𝑎𝑛𝑔𝑒 𝑖𝑛 (𝑥2 ) (𝑥 )
1 1
𝐸𝑠 = = −
𝑃𝑒𝑟𝑐𝑒𝑛𝑡𝑎𝑔𝑒 𝑐ℎ𝑎𝑛𝑔𝑒 𝑖𝑛 𝑀𝑅𝑇𝑆𝑥1,𝑥2 ∆𝑀𝑅𝑇𝑆
𝑀𝑅𝑇𝑆

𝑥 𝛼 𝑥 𝑥 𝛼 𝑥
∆ ( 2 ) ( ) (𝑥2 ) ∆ ( 2) ( ) ( 2)
𝑥1 𝛽 1 𝑥1 𝛽 𝑥1
𝐸𝑠 = 𝑥 . = 𝑥2 . 𝛼 . 𝑥2 = 1
2 𝛼 𝑥2
𝑥1 ∆ ( ) ( ) ∆ (𝑥 ) ( ) (𝑥 )
𝛽 𝑥1 1 𝛽 1

10. Persamaan dari 𝑀𝑅𝑇𝑆𝑥1,𝑥2 diperoleh dari mengasumsikan


bahwa output, y, pada tingkat tertentu, 𝑦0 , dan menjadikan 𝑥2
sebagai fungsi dari 𝑥1 dan 𝑦0 . Jadi,
𝛽
𝑦0 = 𝐴𝑥1𝛼 𝑥2
𝛽
⇔ 𝑥2 = 𝑦0 (𝐴𝑥1𝛼 )−1
1 1

⇔ 𝑥2 = 𝑦0 𝛽 (𝐴𝑥1𝛼 ) 𝛽

1 1 −𝛼

⇔ 𝑥2 = 𝑦0 𝐴𝛽 𝛽𝑥 𝛽
1

Dari persamaan isoquant di atas, slope isoquant selanjutnya


adalah sebagai berikut.
1 1 𝛼
𝜕𝑥2 𝛼 − −( +1)
𝛽
𝜕𝑥1
= − 𝛽 [𝑦0 𝛽 𝐴 𝛽 ] 𝑥1

Selama 𝛼, 𝛽 > 0 (positif), maka slope isoquant fungsi produksi


di atas bertanda negatif sebagaimana dikehendaki, atau
berlakunya diminishing marginal rate of substitution. Artinya,
bahwa untuk menjaga tingkat output yang sama maka
pengurangan suatu input harus di ikuti dengan penambahan
input yang lain.

131
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Bentuk dari kurva isoquant fungsi produksi Cobb-Douglas


adalah sebagai berikut:

x2

Isoquant Cobb-Douglas:
𝑦0 < 𝑦1 < 𝑦2

𝑦2

𝑦1
𝑦0
0 x1

Gambar 29. Bentuk isoquant pada bentuk fungsi produksi Cobb-


Douglas
Sumber: Dokumentasi Penulis

11. Keseimbangan produsen adalah ketika slope isoquant sama


dengan slope isocost. Mengingat bahwa slope isocost adalah
sebagai berikut:
𝑃𝑥1 𝑥1 + 𝑃𝑥2 𝑥2 𝐶
𝐶 𝑃𝑥1
⇔ 𝑥2 = − 𝑥
𝑃𝑥2 𝑃𝑥2 1
𝑃𝑥1
Jadi slope isocost adalah (− 𝑃𝑥2
), sedangkan slope isoquant
𝛼 𝑥
adalah slope MRTS, yaitu (− ( ) ( 2 )). Selanjutnya,
𝛽 𝑥1

Slope Isoquant = Slope Isocost


𝛼 𝑥2 𝑃𝑥1
⇔ ( )( ) =
𝛽 𝑥1 𝑃𝑥2

132
7. BERBAGAI BENTUK FUNGSI PRODUKSI

Dalam kondisi keseimbangan, yaitu kondisi di mana produsen


dapat menghasilkan level output tertentu dengan biaya atau
korbanan paling kecil, persamaan ini berlaku:

[𝑃𝑥1 𝛽 𝑥1 ] = [𝑃𝑥2 𝛼 𝑥2 ]

12. Profit maksimum dalam fungsi produksi, misalkan Cobb-


Douglas dan juga bentuk fungsi produksi lainnya, akan dicapai
jika fungsi produksi adalah concave, yaitu dalam kondisi
decreasing return dari faktor dan decreasing RTS. Kondisi
pengembalian atas skala yang ditemukan profit maksimum ini
analog dengan Tahap II fungsi produksi, yaitu ada pada daerah
rasional.
13. Koefisien faktor/input menunjukkan tidak hanya elastisitas
faktor produksi, tetapi juga faktor share-nya. Hal ini dapat
dibuktikan dalam persamaan matematis berikut ini.
Fungsi produksi Cobb-Douglas untuk dua input sebagaimana
persaman 7.1 adalah sebagai berikut:

𝑦 = 𝐴𝑥1𝛼 𝑥21−𝛼

Dan harga untuk masing-masing input adalah Pxi untuk i


adalah input produksi digunakan. Harga output sebesar Py,
maka terjadinya keuntungan maksimum (keseimbangan
produsen) dapat dirumuskan sebagai berikut (pertama adalah
untuk x1):

𝑉𝑀𝑃𝑥1 = 𝑃𝑥1
⇔ 𝑃𝑦 . 𝑀𝑃𝑃𝑥1 = 𝑃𝑥1
⇔ 𝑃𝑦 . 𝛼 . (𝑦/𝑥1 ) = 𝑃𝑥1
𝑦 𝑃𝑥1
⇔ 𝛼 .( ) =
𝑥1 𝑃𝑦

Sedangkan andil faktor dapat dirumuskan sebagai berikut:

133
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

𝑃𝑥𝑖 𝑥𝑖
𝐹𝑆𝑥𝑖 =
𝑃𝑦 𝑦
𝑃𝑥𝑖 𝑥𝑖
⇔ = ( ).( )
𝑃𝑦 𝑦

Misalkan untuk factor share x1, maka:

𝑃𝑥1 𝑥1 𝑃𝑥1 𝑦
𝐹𝑆𝑥1 = ( ) . ( ) … . 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 = 𝛼 .( )
𝑃𝑦 𝑦 𝑃𝑦 𝑥1

𝑦 𝑥1
⇔ 𝐹𝑆𝑥1 = 𝛼 . ( ) . ( )
𝑥1 𝑦

⇔ 𝐹𝑆𝑥1 = 𝛼 = 𝐸1

Sehingga factor share terbukti ditunjukkan dengan koefisien


input itu sendiri. Dengan demikian untuk fungsi produksi
Cobb-Douglas yang memiliki kharakteristik Constant RTS,
maka kondisi optimum terjadi ketika semua input tepat
dibayar dari total penerimaanya.

7.2 Kharakteristik fungsi produksi linear


Fungsi produksi linear memang jarang digunakan dalam analisis
produksi karena sifatnya yang kurang mendekati realitas.
Misalnya karena pengembalian marginal atas input tertentu yang
konstan. Kecuali, memang kegiatan produksinya dalam range
output yang relatif kecil sehingga bisa saja dihasilkan bentuk
fungsi produksi yang bersifat linear.
Rumus umumnya adalah sebagai berikut:
𝑛

7.4 𝑦 = 𝑓(𝑥) = 𝛼 + ∑ 𝛽𝑖 𝑥𝑖
𝑖=1

Dalam fungsi produksi linear, isoquant berbentuk garis lurus


dengan kemiringan yang konstan. Misalkan model fungsi produksi
adalah:

134
7. BERBAGAI BENTUK FUNGSI PRODUKSI

7.5 𝑦 = 𝛼 + 𝛽1 𝑥1 + 𝛽2 𝑥2
Jika y ditetapkan tertentu, yaitu 𝑦0 , maka diperoleh
𝑦0 = 𝛼 + 𝛽1 𝑥1 + 𝛽2 𝑥2
1 𝛽2
⇔ 𝑥2 = 𝑦0 − 𝑥1
𝛽2 𝛽2

Dengan bentuk isoquant sebagaimana persamaan di atas maka


terbukti sebagaimana dinyatakan sebelumnya bahwa bentuk
persamaan ini adalah linear dengan kemiringan constant.

𝑥2

Isoquant 𝑦0 < Isoquant 𝑦1 < Isoquant 𝑦2

𝑦2
𝑦1
𝑦0

0 𝑥1

Gambar 30. Bentuk isoquant pada bentuk fungsi produksi linear


Sumber: Dokumentasi Penulis

Adapun elastisitas substitusi dari fungsi produksi linear


adalah sebagai berikut.

𝑥2 𝑥2 𝑥2 𝑥2 𝑥2 𝑥2
∆ ( )⁄( ) ∆ ( )⁄( ) ∆ ( )⁄( )
𝑥1 𝑥1 𝑥1 𝑥1 𝑥1 𝑥1
𝐸𝑠𝐿𝑖𝑛𝑒𝑎𝑟 = ∆𝑀𝑅𝑇𝑆
= 𝑀𝑃𝑃𝑥1 𝑀𝑃𝑃𝑥1
= =~
∆( )/( ) 0
𝑀𝑅𝑇𝑆 𝑀𝑃𝑃𝑥2 𝑀𝑃𝑃𝑥2

Dengan fungsi produksi linear maka elastisitas substitusi faktor


adalah tak terhingga karena perubahan MPP adalah nol.

135
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Elastisitas faktor dari fungsi produksi linear sebagaimana


persamaan 7.4 adalah sebagai berikut.
𝜕𝑦 𝑥𝑖
𝐸𝑥𝑖 = .
𝜕𝑥𝑖 𝑦
𝑥𝑖
⇔ 𝐸𝑥𝑖 = 𝛽𝑖 . ( )
𝑦
Dengan demikian, elastisitas faktor selalu berubah-ubah sesuai
dengan pengaruh penggunaan input produksi itu sendiri dan juga
pengaruh tingkat outputnya.

7.3 Kharakteristik fungsi produksi pangkat


Fungsi produksi pangkat disebut juga double logaritmic
production function. Salah satu bentuk spesial dari fungsi ini
adalah fungsi produksi Cobb-Douglas sebagaimana telah dibahas
sebelumnya. Berikut adalah bentuk umum model fungsi produksi
pangkat, yaitu output, y, dengan input-input produksinya.
𝑛
𝛽𝑖
7.6 𝑦 = 𝛼 ∏ 𝑥𝑖
𝑖=1

Dengan fungsi produksi pangkat persamaan 7.6, maka marginal


physical product (𝑀𝑃𝑃𝑥𝑖 ) adalah sebagaimana disajikan dalam
diskusi tentang Cobb-Douglas sebelumnya, namun itu dalam
bentuk umumnya dari persamaan 7.6, sebagai berikut.
𝛽𝑖
𝛼 ∏𝑛𝑖=1 𝑥𝑖 𝑦
7.7 𝑀𝑃𝑃𝑥𝑖 = 𝛽𝑖 = 𝛽𝑖 ( )
𝑥𝑖 𝑥𝑖
Sebagaimana telah dibuktikan sebelumnya dalam
kharakteristik fungsi produksi Cobb-Douglas, koefisien
faktor/input dalam fungsi produksi pangkat termasuk di
dalamnya fungsi produksi Cobb-Douglas menunjukkan juga
elastisitas faktornya. Selanjutnya, elastisitas fungsi produksi
disebut juga elastisitas total menunjukkan tingkat return to scale
(RTS).

136
7. BERBAGAI BENTUK FUNGSI PRODUKSI

7.4 Kharakteristik fungsi produksi trancendental


Fungsi produksi trancendental merupakan kombinasi antara
fungsi pangkat dan fungsi eksponensial. Model fungsi produksi
transendental dibagi menjadi 2, yaitu (1) model fungsi
transendental dengan peubah tidak berinteraksi dan (2) model
fungsi transendental dengan peubah interaksi.
Bentuk umum fungsi trancendental peubah tidak
berinteraksi adalah sebagai berikut.
𝑛
𝛽𝑖
7.8 𝑦 = (𝐴 ∏ 𝑥𝑖 ) (𝑒 ∑ 𝛾𝑖𝑥𝑖 )
𝑖=1

Adapun kharakteristik fungsi produksi trancendental


adalah sebagai berikut.

a. Marginal physical product pada masing-masing faktor (MPPxi)


𝑛
𝜕𝑦 𝛽𝑖−1
𝑀𝑃𝑃𝑥𝑖 = = 𝑒 ∑ 𝛾𝑖 𝑥𝑖 (𝛽𝑖 𝐴 ∏ 𝑥𝑖 )
𝜕𝑥𝑖
𝑖=1
𝑛
𝛽𝑖
+ 𝛾𝑖 𝑒 ∑ 𝛾𝑖 𝑥𝑖 ( 𝐴 ∏ 𝑥𝑖 )
𝑖=1
𝑛
𝛽𝑖 𝛽𝑖
= ( 𝐴 ∏ 𝑥𝑖 ) (𝑒 ∑ 𝛾𝑖 𝑥𝑖 )
𝑥𝑖
𝑖=1
𝑛
𝛽𝑖
+ 𝛾𝑖 ( 𝐴 ∏ 𝑥𝑖 ) (𝑒 ∑ 𝛾𝑖 𝑥𝑖 )
𝑖=1

𝛽𝑖
𝑀𝑃𝑃𝑥𝑖 = ( + 𝛾𝑖 ) 𝑦
𝑥𝑖

b. Average physical product pada masing-masing faktor (APPxi)


𝛽𝑖
𝑦 (𝐴 ∏𝑛𝑖=1 𝑥𝑖 ) (𝑒 ∑ 𝛾𝑖𝑥𝑖 )
𝐴𝑃𝑃𝑥𝑖 = ( ) =
𝑥𝑖 𝑥𝑖

c. Elastisitas faktor pada fungsi produksi trancendental adalah


sebagai berikut.

137
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

𝑀𝑃𝑃𝑥𝑖
𝐸𝑥𝑖 =
𝐴𝑃𝑃𝑥𝑖
𝛽
(𝑥𝑖 + 𝛾𝑖 ) 𝑦
𝑖
⇔ = 𝑦
(𝑥 )
𝑖

⇔ 𝐸𝑥𝑖 = 𝛽𝑖 + 𝛾𝑖 𝑥𝑖

Elastisitas produksi masing-masing faktor bervariasi,


bergantung pada jumlah penggunaan masing-masing faktor
produksi dan tidak dipengaruhi faktor produksi yang lainnya
Bentuk model fungsi produksi transendental dengan
interaksi adalah sebagai berikut.

𝑛
𝛽𝑖
7.9 𝑦 = (𝐴 ∏ 𝑥𝑖 ) (𝑒 ∑ 𝛾𝑖𝑥𝑖+∑ 𝛿𝑘 𝑥𝑖𝑥𝑗 )
𝑖=1

Dengan i adalah jumlah faktor, k adalah jumlah kombinasi input-


input dalam fungsi produksi, dan 𝑖 ≠ 𝑗.
Sedangkan kharakteristik fungsi produksi transendental
dengan interaksi adalah sebagai berikut:

a. Marginal physical product pada masing-masing faktor (MPPxi)


𝜕𝑦
𝑀𝑃𝑃𝑥𝑖 =
𝜕𝑥𝑖

𝑛
𝛽𝑖 𝛽𝑖
𝑀𝑃𝑃𝑥𝑖 = ( 𝐴 ∏ 𝑥𝑖 ) 𝑒 ∑ 𝛾𝑖𝑥𝑖+∑ 𝛿𝑘 𝑥𝑖𝑥𝑗
𝑥𝑖
𝑖=1
𝑛
𝛽𝑖
+ (𝛾𝑖 + 𝛿𝑘 𝑥𝑗 ) ( 𝐴 ∏ 𝑥𝑖 ) 𝑒 ∑ 𝛾𝑖𝑥𝑖+∑ 𝛿𝑘 𝑥𝑖𝑥𝑗
𝑖=1
𝛽𝑖
= 𝑦 + (𝛾𝑖 + 𝛿𝑘 𝑥𝑗 ) 𝑦
𝑥𝑖
𝛽𝑖
𝑀𝑃𝑃𝑥𝑖 = ( + (𝛾𝑖 + 𝛿𝑘 𝑥𝑗 ) ) 𝑦
𝑥𝑖

138
7. BERBAGAI BENTUK FUNGSI PRODUKSI

b. Average physical product pada masing-masing faktor (APPxi)


𝛽𝑖
𝑦 (𝐴 ∏𝑛𝑖=1 𝑥𝑖 ) (𝑒 ∑ 𝛾𝑖𝑥𝑖+∑ 𝛿𝑘 𝑥𝑖𝑥𝑗 )
𝐴𝑃𝑃𝑥𝑖 = ( ) =
𝑥𝑖 𝑥𝑖

c. Elastisitas faktor pada fungsi produksi trancendental adalah


sebagai berikut.
𝑀𝑃𝑃𝑥𝑖
𝐸𝑥𝑖 =
𝐴𝑃𝑃𝑥𝑖
𝛽
(𝑥𝑖 + (𝛾𝑖 + 𝛿𝑘 𝑥𝑗 ) ) 𝑦
𝑖
⇔ = 𝑦
(𝑥 )
𝑖
⇔ 𝐸𝑥𝑖 = 𝛽𝑖 + 𝛾𝑖 𝑥𝑖 + 𝛿𝑘 𝑥𝑖 𝑥𝑗

Elastisitas faktor untuk fungsi produksi trancendental dengan


interaksi tidak hanya dipengaruhi oleh penggunaan faktor
tersebut, namun juga dipengaruhi oleh input produksi lainnya.

7.5 Kharakteristik fungsi produksi trancendental


logaritmic
Fungsi produksi transendental logaritmic atau dikenal dengan
fungsi produksi translog merupakan fungsi produksi yang
memiliki fleksibilitas bentuk dan memungkinkan tereduksi
menjadi bentuk yang lebih sederhana, yaitu Cobb-Douglass, ketika
dipenuhi kondisi tertentu, yaitu pangkat dari e adalah nol.

Bentuk fungsi produksi translog ini adalah sebagai berikut.

𝑛
𝛽𝑖
7.10 𝑦 = (𝐴 ∏ 𝑥𝑖 ) (𝑒 0.5 ∑𝑖 ∑𝑗 𝛾𝑖𝑗 𝐿𝑛𝑥𝑖 𝐿𝑛𝑥𝑗 )
𝑖=1

Beberapa kharakteristik dari fungsi produksi translog


adalah sebagai berikut:

139
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

a. Jika 𝛾𝑖𝑗 = 0 maka fungsi transcendental logaritmic (translog)


akan sama dengan fungsi produksi Cobb-Douglas atau fungsi
pangkat
b. Marginal physical product pada masing-masing faktor (MPPxi)

𝛽𝑖 0.5
𝑀𝑃𝑃𝑥𝑖 = 𝑦 + 𝑦. ( ∑ 𝛾𝑖𝑗 𝐿𝑛𝑥𝑗 )
𝑥𝑖 𝑥𝑖
𝑗

𝑦
𝑀𝑃𝑃𝑥𝑖 = (𝛽𝑖 + (0.5 ∑ 𝛾𝑖𝑗 𝐿𝑛𝑥𝑗 )) .
𝑥𝑖
𝑗

d. Average physical product pada masing-masing faktor (APPxi)


𝛽𝑖
𝑦 (𝐴 ∏𝑛𝑖=1 𝑥𝑖 ) (𝑒 0.5 ∑𝑖 ∑𝑗 𝛾𝑖𝑗 𝐿𝑛𝑥𝑖 𝐿𝑛𝑥𝑗 )
𝐴𝑃𝑃𝑥𝑖 = ( ) =
𝑥𝑖 𝑥𝑖

c. Elastisitas faktor (𝑥𝑖 ) pada fungsi produksi translog adalah:


𝑦
𝑀𝑃𝑃𝑥𝑖 (𝛽𝑖 + (0.5 ∑𝑗 𝛾𝑖𝑗 𝐿𝑛𝑥𝑗 )) .
𝑥𝑖
𝐸𝑥𝑖 = = 𝑦
𝐴𝑃𝑃𝑥𝑖
𝑥𝑖

𝑀𝑃𝑃𝑥𝑖
𝐸𝑥𝑖 = = (𝛽𝑖 + (0.5 ∑ 𝛾𝑖𝑗 𝐿𝑛𝑥𝑗 ))
𝐴𝑃𝑃𝑥𝑖
𝑗

Elastisitas faktor untuk fungsi produksi translog dipengaruhi


oleh jumlah variabel yang digunakan dan juga koefisien 𝛾𝑖𝑗 .
Jika koefisien 𝛾𝑖𝑗 = 0 maka term kedua akan hilang dan
elastisitasnya sama dengan koefisien 𝛽𝑖. Ini sama dengan
fungsi produksi pangkat atau Cobb-Douglas.

140
7. BERBAGAI BENTUK FUNGSI PRODUKSI

7.6 Kharakteristik General Power Production


Function (GPPF)
Model fungsi produksi GPPF merupakan bentuk general dari
beberapa fungsi produksi seperti trancendental dan bentuk Cobb-
Douglas. Berikut adalah bentuk umum fungsi produksi GPPF:

𝑛
𝑓(𝑥) 𝑔(𝑥)
𝑦 = 𝐴 ∏ 𝑥𝑖 𝑒
𝑖=1

Dari rumusan fungsi di atas, maka kriteria berikut terjadi:


1. Jika 𝑔(𝑥) = 0 dan 𝑓(𝑥) = 𝛽𝑖 maka bentuk fungsi GPPF menjadi
fungsi produksi Cobb-Douglas
2. Jika 𝑔(𝑥) = 0 dan 𝑓(𝑥) adalah fungsi homogen derajat nol,
maka bentuk fungsi GPPF menjadi fungsi produksi Cobb-
Douglas dengan skala usaha yang bervariasi tergantung dari
𝑓(𝑥)
3. Jika 𝑔(𝑥) = 0 maka fungsi GPPF membentuk fungsi produksi
Cobb-Douglas dengan elastisitas input bervariasi tergantung
peubah 𝑥
4. Jika
𝑔(𝑥) = ∑ 𝛾𝑖 𝑥𝑖 dan 𝑓(𝑥) = 𝛽𝑖
𝑖
maka GPPF membentuk fungsi produksi transendental

Dengan demikian, dengan menggunakan model GPPF dihasilkan


beberapa kemungkinan bentuk fungsi produksi, yaitu
trancendental ataupun Cobb-Douglas. Bermula dari GPPF
dihasilkan fungsi Cobb-Douglas atau Transcendental sesuai
dengan kriteria dijelaskan di atas. Bentuk fungsi produksi GPPF
ini pertama kali disampaikan oleh Alain De Janvry pada tahun
1972.

141
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

7.7 Constant Elasticity of Substitution (CES)


CES merupakan bentuk fungsi produksi yang pada awalnya
dipromosikan oleh Arrow, Chenery, Minhas, dan Solow pada
tahun 1961. CES ini merupakan generalisasi dari fungsi produksi
Cobb-Douglas.

Sebagaimana namanya, hal yang menjadi kharakteristik


dari bentuk fungsi produksi ini adalah non-negatif dan elastisitas
substitusi yang bersifat konstant. Sedangkan kharakteristik kedua
adalah terkait dengan bentuk umum fungsi yang pada umumnya
dispesifikasikan sebagai berikut.

1
−𝜌 −𝜌 −𝜌
𝑦 = 𝐴[𝛿𝑥1 + (1 − 𝛿)𝑥2 ]

Di mana y adalah output dan 𝑥1 , 𝑥2 adalah input digunakan dalam


fungsi produksi. Beberapa kharakteristik fungsi produksi CES
adalah sebagai berikut:
1. A merupakan proxy dari produktifitas dan A memiliki nilai
antara nol sampai tak terhingga
2. 𝛿 menunjukkan distribusi optimum dari input dan 𝛿 memiliki
nilai antara nol sampai satu
3. Marginal produk pada masing-masing input adalah sebagai
berikut:
𝜕𝑦
𝑀𝑃𝑃𝑥1 =
𝜕𝑥𝑖
1 −𝜌
= − . 𝐴[𝛿𝑥1
𝜌
1
−𝜌 −𝜌−1 −𝜌−1
+ (1 − 𝛿)𝑥2 ] . (−𝜌)𝛿𝑥1
𝑦 1
= 𝛿. −𝜌 −𝜌 . (𝜌+1)
[𝛿𝑥1 + (1 − 𝛿)𝑥2 ] 𝑥 1

𝑦 (𝜌+1) 𝑦 −𝜌
= 𝛿. (𝜌+1) . −𝜌 −𝜌
𝑥1
[𝛿𝑥1 + (1 − 𝛿)𝑥2 ]

142
7. BERBAGAI BENTUK FUNGSI PRODUKSI

1
−𝜌 −𝜌 (− )(−𝜌)
𝑦 (𝜌+1) 1 [𝛿𝑥1 + (1 − 𝛿)𝑥2 ] 𝜌
= 𝛿. (𝜌+1) . 𝜌 . −𝜌 −𝜌
𝑥 𝐴 [𝛿𝑥1 + (1 − 𝛿)𝑥2 ]
1

𝛿 𝑦 (𝜌+1)
𝑀𝑃𝑃𝑥1 = . ( )
𝐴𝜌 𝑥1
Dengan menggunakan similaritas penurunan MPP untuk input
kedua, maka didapatkan:

(1 − 𝛿) 𝑦 (𝜌+1)
𝑀𝑃𝑃𝑥1 = .( )
𝐴𝜌 𝑥1

4. 𝜌 menentukan elastisitas substitusi (𝜎) dan 𝜌 memiliki nilai -1


1
sampai tak terhingga; sedangkan 𝜎 =
1+𝜌
5. Beberapa kasus khusus dalam CES adalah sebagai berikut:
a. Untuk 𝜌 semakin kecil mendekati nol maka 𝜎 mendekati 1,
ini sama dengan elastisitas substitusi fungsi produksi
Cobb-Douglas
b. Untuk 𝜌 mendekati positif tak terhingga maka 𝜎
mendekati nol, ini sama dengan fungsi produksi Leontief
(fixed proportion)
c. Untuk 𝜌 mendekati -1 maka 𝜎 mendekati tak terhingga, ini
menunjukkan substitusi sempurna antar input
6. Fungsi produksi CES juga merupakan salah satu bentuk
homogeneous function. Berikut adalah buktinya.
1
−𝜌 −𝜌 −𝜌
𝑦0 = 𝐴[𝛿𝑥1 + (1 − 𝛿)𝑥2 ]

Jika semua input ditingkat sebesar k, maka:


1

𝑦1 = 𝐴[𝛿(𝑡𝑥1 )−𝜌 + (1 − 𝛿)(𝑡𝑥2 )−𝜌 ] 𝜌

1 1
(−𝜌∗(−𝜌)) −
⇔ = 𝐴𝑡 [𝛿(𝑥1 )−𝜌 + (1 − 𝛿)(𝑥2 )−𝜌 ] 𝜌
1

⇔ = 𝐴𝑡 [𝛿(𝑥1 )−𝜌 + (1 − 𝛿)(𝑥2 )−𝜌 ] 𝜌

⇔ 𝑦1 = 𝑡 . 𝑦0

143
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Dengan demikian, fungsi produksi CES adalah homogeneous


degree 1 atau constant return to scale.
7. Memiliki pengembalian terhadap input yang positif dan
berlaku diminishing rerturn to inputs

7.8 Ringkasan
Fungsi produksi memiliki bentuk yang bermacam-macam mulai
dari fungsi produksi linear, fungsi produksi Cobb-Douglas, fungsi
produksi pangkat, fungsi produksi transcendental, fungsi produksi
translog, General power production function (GPPF), dan juga
Constant Elasticity of Substitution (CES). Berbagai bentuk fungsi
produksi tersebut di atas memiliki kharakteristik yang berbeda
dan berimplikasi pada bentuk isoquant, perbedaan dalam
elastisitas substitusi dan juga elastisitas faktornya.
Penggunaan fungsi produksi bergantung pada kasus yang
diamati. Pada kondisi tertentu maka fungsi produksi tertentu
lebih cocok dengan yang lainnya. Sehingga, penetapan fungsi
produksi mana yang sesuai dengan realitas yang dihaapi
merupakan salah satu tantangan bagi peneliti.

7.9 Pertanyaan Review


1. Apakah yang Saudara ketahui tentang homogeneous function?
2. Jelaskan tentang return to scale dalam fungsi produksi Cobb-
Douglas!
3. Tunjukkanlah secara matematis dan grafis keseimbangan
produsen pada fungsi produksi Cobb-Douglas!
4. Apa yang Sauara ketahui tentang isoquant untuk fungsi
produksi linear?
5. Kapankah fungsi transcendental logaritmic (translog) sama
dengan fungsi produksi Cobb-Douglas? Jelaskan!

144
7. BERBAGAI BENTUK FUNGSI PRODUKSI

7.10 Diskusi
1. Carilah hasil penelitian yang menggunakan model produksi
terkait dengan salah satu fungsi produksi yang didiskusikan di
atas!
2. Tunjukkanlah hasil estimasi parameternya sehingga Saudara
memiliki bentuk fungsi produksi yang lengkap dengan
koefisien inputnya!
3. Analisislah kharakteristik elastisitas faktor dan fungsi,
isoquant, dan marginal rate of technical substitution (MRTS)
dan beberapa informasi lainnnya yang bisa didapatkan dari
penggunaan fungsi produksi tersebut!

145
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

146
8. OPTIMISASI DALAM FUNGSI PRODUKSI

. 8 .
OPTIMISASI
DALAM FUNGSI
PRODUKSI
Optimisasi kegiatan produksi dapat dilakukan dengan skenario
berikut: (1) bahwa produsen atau perusahaan tidak memiliki
keterbatasan penggunaan input, sehingga produsen bebas
menentukan alokasi sumberdaya sehingga memaksimumkan
keuntungannya, (2) bahwa produsen memiliki target produksi
tertentu sehingga berupaya mengoptimalkan kegiatan prouksi
dengan biaya minimum, dan (3) bahwa produsen memiliki
kendala biaya dan ingin memaksimumkan keuntungannya. Ketiga
skenario optimisasi ini akan dibahas dalam bab yang terpisah. Bab
ini lebih membahas tentang optimisasi produksi skenario
pertama.

147
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Dalam bab ini, produsen dalam mengalokasikan


sumberdayanya memiliki tujuan untuk memaksimumkan
keuntungannya dengan asumsi bahwa tidak ada keterbatasan
dalam ketersediaan input maupun biaya produksi. Bab ini
memfokuskan pada bagaimana produsen bisa menemukan tingkat
profit maksimum, ouput optimum, alokasi input yang efisien, dan
ini berarti pula ditemukannya biaya optimum untuk
menghasilkan profit maksimum dalam kegiatan produksinya.

8.1 Maksimisasi profit tanpa kendala pada kegiatan


produksi 2 input
Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bagaimana
maksimisasi profit dilakukan untuk fungsi produksi 1 input an 1
output. Telah dibahas pula maksimisasi profit dari perspektif
input dan dari perspektif output yang menghasilkan tingkat
keuntungan yang sama (dengan asumsi FC=0). Pembahasan
sebelumnya itu merupakan salah satu contoh unconstrained
optimization dalam teori produksi 1 input 1 output.
Selanjutnya, unconstrained optimization atau optimisasi
tanpa kendala membahas bagaimana jika fungsi produksi
menggunakan dua input. Optimisasi tanpa kendala pada fungsi
produksi dua input ini menggunakan fungsi produksi yang sudah
sangat sering didiskusikan, yaitu fungsi produksi Cobb-Douglas.
Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah memahami pada tahap
awal pembelajaran ini.
Sebelum memasuki lebih lanjut tentang optimisasi
produksi 2 input ini, perlu diingat tentang syarat penting di mana
fungsi produksi 2 input ini menghasilkan profit maksimum, yaitu
jika fungsi produksi berada dalam decreasing return to scale.
Dengan kata lain, saat terjadi increasing return to scale maka
manajer perusahaan akan menghasilkan profit lebih banyak input
digunakan dalam produksi; artinya juga, perusahaan
memproduksi lebih banyaknya output di hasilkan akan
menghasilkan profit yang lebih tinggi pula.
148
8. OPTIMISASI DALAM FUNGSI PRODUKSI

8.1.1 Profit maksimum, penawaran, dan


permintaan input pada fungsi produksi 2
input, salah satu input bersifat konstan
Misalkan dipertimbangkan contoh fungsi produksi berikut ini
untuk menganalisis profit maksimum dan penawaran perusahaan.

8.1 𝑦 = 𝑘 𝛼 . 𝑙𝛽
Di mana k adalah kapital dan l adalah labor (tenaga kerja). α dan β
masing-masing adalah koefisien dari kapital dan tenaga kerja. Jika
dimisalkan bahwa k bersifat konstan, kemudian biaya atas kapital
yang digunakan adalah r dan upah tenaga kerja adalah w.
Dengan menggunakan fungsi produksi tersebut,
selanjutnya fungsi profit dapat dituliskan sebagai berikut.
𝜋 = 𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒 − 𝐶𝑜𝑠𝑡𝑠

8.2 𝜋 = 𝑃𝑦 . (𝑘 𝛼 . 𝑙 𝛽 ) − (𝑟𝑘 + 𝑤𝑙)

Ingat bahwa k adalah konstan sehingga untuk memaksimumkan


fungsi profit digunakan FOC berdasarkan pada input tenaga kerja
(l) berikut ini.
𝜕𝜋
𝐹𝑂𝐶: =0
𝜕𝑙
⇔ 𝛽. 𝑃𝑦 . (𝑘 𝛼 . 𝑙 𝛽−1 ) − 𝑤 = 0

𝑤
⇔ 𝑙 𝛽−1 = [ ]
𝛽. 𝑃𝑦 . 𝑘 𝛼
1
𝑤 𝛽−1
⇔ 𝑙∗ = [ ]
𝛽. 𝑃𝑦 . 𝑘 𝛼
1
𝛽. 𝑃𝑦 . 𝑘 𝛼 1−𝛽
8.3 𝑙∗ = [ ]
𝑤

Setelah melalui optimasi penggunaan input l selanjutnya l menjadi


l* di mana 𝑙 ∗ = 𝑓(𝑃𝑦, 𝑤) yang menunjukkan optimum tenaga
kerja digunakan. Jadi l adalah skalar, sedangkan l* adalah fungsi.

149
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Dari persamaan 8.3 dihasilkan pemahaman berikut ini:


1. Makin tinggi harga output (Py)maka makin banyak tenaga
kerja dipergunakan untuk meningkatkan kapasitas
produksi (memenuhi the law of supply di pasar output)
2. Makin tinggi upah tenaga kerja akan berdampak pada
penurunan tenaga kerja digunakan untuk kegiatan
produksi (memenuhi the law of demand untuk pasar
input)
3. Makin tinggi kapital digunakan dalam produksi maka
semakin tinggi pula tenaga kerja digunakan. Namun
demikian, proporsi perubahan tenaga kerjanya sangat
bergantung pada seberapa besar α – nya. Semakin tinggi
elastisitas kapital maka semakin kecil tambahan tenaga
kerjanya; ingat bahwa dalam Cobb-Douglas diasumsikan
bahwa α+β=1. Ini juga mengindikasikan bahwa dalam
sistem produksi yang lebih berorientasi pada peran
kapital, maka peningkatan skala produksi akan cenderung
menghasilkan tambahan serapan tenaga kerja yang lebih
kecil proporsinya.
Dengan menemukan nilai optimal alokasi tenaga kerja (l*)
saat kapital tertentu dalam kegiatan produksi di atas, maka
selanjutnya dapat disubstitusikan ke fungsi keuntungan. Ketika l
berubah menjadi l* maka fungsi profit fungsi 𝜋 menjadi 𝜋 ∗.
Selanjutnya, fungsi profit optimal sebagai berikut:
1
𝛽. 𝑃𝑦 . 𝑘 𝛼 1−𝛽
𝜋 ∗ = 𝑃𝑦 . (𝑘 𝛼 . 𝑙 ∗ 𝛽 ) − (𝑟𝑘 + 𝑤𝑙 ∗ ) … …. 𝑙 ∗ = [ ]
𝑤
𝛽 1
∗ 𝛼 𝛽.𝑃𝑦 .𝑘 𝛼 1−𝛽 𝛽.𝑃𝑦 .𝑘 𝛼 1−𝛽
8.4 𝜋 = 𝑃𝑦 . (𝑘 . [ 𝑤
] ) − (𝑟𝑘 + 𝑤 [ 𝑤
] )

Misalkan α = β = 0.5 untuk menyederhanakan persamaan


8.4 di atas, maka:

150
8. OPTIMISASI DALAM FUNGSI PRODUKSI
0.5 1
∗ 0.5 0.5.𝑃𝑦 .𝑘 0.5 1−0.5 0.5.𝑃𝑦 .𝑘 0.5 1−0.5
𝜋 = 𝑃𝑦 . (𝑘 .[ ] ) − (𝑟𝑘 + 𝑤 [ ] )
𝑤 𝑤

1 2
0.5.𝑃𝑦 .𝑘 0.5 0.5.𝑃𝑦 .𝑘 0.5
𝜋 ∗ = 𝑃𝑦 . (𝑘 0.5 . [ 𝑤
] ) − (𝑟𝑘 + 𝑤 [ 𝑤
] )

𝑃
𝑦 𝑃𝑦 2 .𝑘
𝜋 ∗ = 𝑃𝑦 . (𝑘. 2𝑤 ) − 𝑟𝑘 − 𝑤 4𝑤 2

𝑃𝑦 2 𝑘 𝑃𝑦 2 . 𝑘
𝜋∗ = − 𝑟𝑘 −
2𝑤 4𝑤
𝑃𝑦 2 𝑘 𝑃𝑦 2
8.5 𝜋∗ = − 𝑟𝑘 = ( − 𝑟) 𝑘
4𝑤 4𝑤

Dengan mensubstitusikan l* diperoleh fungsi profit, yaitu:


𝜋 ∗ = 𝑓(𝑃𝑦, 𝑘, 𝑤, 𝑟)
Fungsi di atas (persamaan 8.5) memberikan informasi (asumsi
ceteris paribus), bahwa:
1. Jika harga output naik maka keuntungan perusahaan akan
meningkat (ingat daerah keuntungan di perspektif output,
bahwa Py yang semakin meningkat akan meningkatkan area
profit dan mendorong perusahaan untuk memproduksi lebih
banyak output (penawaran output perusahaan meningkat).
2. Jika perusahaan meningkatkan jumlah kapital digunakan
dalam produksinya maka akan terjadi peningkatan profit;
𝑦 𝑃 2
dengan asumsi bahwa 4𝑤 >𝑟
3. Jika terjadi peningkatan upah tenaga kerja (w) maka akan
menurunkan keuntungan perusahaan. Ingat di perspektif
input pada fungsi produksi 1 input bahwa kenaikan harga
input akan menurunkan area profit perusahaan, sehingga
permintaan input akan turun saat harga input naik, dan pada
akhirnya akan menurunkan tingkat produksi perusahaan.
Selanjutnya, setelah fungsi profit diketahui maka envelope
theorem dapat diaplikasikan pada fungsi profit. Sehingga, ini akan

151
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

dihasilkan informasi penting lainnya, yaitu penawaran output


perusahaan dan juga permintaan input perusahaan.
Kenapa disebut envelope theorem? Ini merupakan
terminologi yang dimunculkan dalam bidang ilmu matematika di
mana suatu fungsi dievaluasi perubahannya atas kondisi optimal
fungsi tersebut (the value function).
Dalam persamaan 8.5 merupakan kondisi optimal
perusahaan (profit maksimum) pada tingkat berapapun harga
input, harga output, maupun tingkat kapital digunakan.
Persamaan 8.5 akan menunjukkan berapa profit maksimum akan
diperoleh perusahaan pada tingkat harga input, harga output dan
tingkat penggunaan kapital perusahaan.
Jika persamaan 8.5 dievaluasi berdasarkan pada
perubahan harga input dan perubahan harga outputnya maka
akan diperoleh informasi permintaan input dan penawaran
output perusahaan. Aplikasi envelope theorem dalam fungsi profit
ini ditemukan pertama kali oleh Harold Hotelling, yang kemudian
ini dikenal dengan Hotelling's Lemma. Berikut adalah permintaan
input dan penawaran output dengan Hotelling’s lemma
berdasarkan persamaan 8.5.
𝜕𝜋∗ 𝜕𝑓(𝑃𝑦,𝑘,𝑤,𝑟)
Permintaan input : 𝜕𝑤
= 𝜕𝑤
= −𝑙 ∗ (𝑝𝑦, 𝑘, 𝑤, 𝑟)
𝜕𝜋∗ 𝜕𝑓(𝑃𝑦,𝑘,𝑤,𝑟)
Penawaran output : = = 𝑦 ∗ (𝑝𝑦, 𝑘, 𝑤, 𝑟)
𝜕𝑃𝑦 𝜕𝑝𝑦

Permintaan input bernilai negatif artinya kenaikan upah akan


menurunkan nilai keuntungan perusahaan. Interpretasi yan sama
dengan penawaran output yang bernilai positif artinya bahwa
kenaikan harga output akan meningkatkan profit perusahaan
sebagaimana disebutkan dalam pembahasan sebelumnya.
Fungsi permintaan input dihasilkan dari envelope
theorem adalah sebagai berikut:

𝜕𝜋 ∗ 𝑃𝑦 2 𝑘
8.6 = 𝑙𝐷∗ = − [ ] … . 𝐹𝑢𝑛𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑜𝑓 𝑑𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑 𝑓𝑜𝑟 𝑙𝑎𝑏𝑜𝑟
𝜕𝑤 4𝑤 2

152
8. OPTIMISASI DALAM FUNGSI PRODUKSI

Dengan demikian, dari fungsi permintaan tenaga kerja tersebut


dapat diketahui:
1. Harga output akan meningkatkan permintaan tenaga kerja
untuk menghasilkan produksi lebih tinggi
2. Peningkatan penggunaan kapital akan meningkatkan
penggunaan tenaga kerja. Ingat bahwa pernyataan ini
cocok berdasarkan fungsi produksi Cobb-Douglas dan
elastisitas input tenaga kerja dan kapital adalah sama.
3. Peningkatan harga input akan menurunkan jumlah input
tenaga kerja di gunakan dalam produksi (the law of
demand for input)
Apakah yang membedakan persamaan 8.3 dengan persamaan 8.6?
Persamaan 8.3 sebenarnya sama dengan persamaan 8.6, tetapi di
persamaan 8.3 ditentukan dari FOC fungsi profit sedangkan
persamaan 8.6 ditentukan dari turunan optimum profit function
dan diasumsikan bahwa α = β = 0.5.
Alokasi input optimum mengandung arti pula jumlah input
diminta bagi perusahaan atau merupakan satu titik di kurva
permintaan input. Alokasi optimum input ini dapat diketahui
dengan menggunakan FOC dari fungsi keuntungan ketika fungsi
produksi diketahui dan juga dapat diketahui menggunakan
envelope theorem jika fungsi profit optimum diketahui.
Jika tidak diketahui fungsi produksi secara langsung dan
dapat diestimasi fungsi profit, 𝜋 ∗ = 𝑓(𝑃𝑦, 𝑘, 𝑤, 𝑟), maka
permintaan input tenaga kerja dapat diketahui dari turunan
pertama fungsi profit terhadap tingkat upah tenaga kerja, w, yaitu
sebagai aplikasi dari envelope theorem.
Bagaimana dengan penawaran output perusahaan?
Dengan menggunakan envelope theorem Hotelling’s Lemma, maka
dihasilkan persamaan berikut ini.

𝜕𝜋 ∗ 𝑃𝑦 𝑘 𝑃𝑦 𝑘
8.7 = 𝑦𝑆∗ = [2. ]= … . 𝑆𝑢𝑝𝑝𝑙𝑦 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝑓𝑢𝑛𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛
𝜕𝑃𝑦 4𝑤 2𝑤

153
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Persamaan penawaran output perusahaan di atas memberikan


pemahaman berikut:
1. Peningkatan harga output akan meningkatkan kesediaan
perusahaan untuk memproduksi dan menawarkan output
lebih banyak di pasar
2. Peningkatan kapital digunakan dalam produksi akan
meningkatkan output ditawarkan di pasar walaupun
harga output tetap (shifter of supply curve)
3. Peningkatan upah tenaga kerja akan menurunkan jumlah
ditawarkan di pasar ketika harga output di pasar tidak
berubah. Perubahan harga input juga merupakan shifter of
supply curve.

8.1.2 Break-even point dan Shutdown point pada


fungsi produksi 2 input, salah satu input
bersifat konstan
Break-even point atau dikenal dengan BEP atau titik impas atau
titik pulang pokok merupakan salah satu titik penting dalam
ekonomi produksi. Hal ini karena pada titik ini memberikan
informasi perusahaan bahwa keuntungan perusahaan sama
dengan nol. Jika biaya tetap perusahaan dianggap nol (FC=0)
maka titik BEP juga merupakan shutdown point, yaitu titik di mana
perusahaan pada ambang batas toleransi kesediaan berproduksi.
Dengan kata lain, perusahaan memiliki willingness to produce
ketika harga di pasar sedikit berada di atas shutdown point.
Meneruskan pada pembahasan di sub-bab 8.1.1 di atas,
misalkan bahwa w=12, k=80, dan r=3. Dengan menggunakan
kasus di sub-bab tersebut, maka dapat ditentukan BEP sebagai
berikut.
Saat BEP maka total revenue (TR) sama dengan total costs
(TC). Sehingga
𝑇𝑅 = 𝑇𝐶

154
8. OPTIMISASI DALAM FUNGSI PRODUKSI

8.8 𝑃𝑦 . 𝑦 ∗ = 𝑟𝑘 + 𝑤𝑙 ∗
𝑃𝑦 2 𝑘 𝑃𝑦 𝑘
Ingat bahwa, 𝑙𝐷∗ = [ ] dan 𝑦𝑆∗ =
4𝑤 2 2𝑤

Jadi dengan mensubstitusikan 𝑙𝐷∗ dan 𝑦𝑆∗ , persamaan menjadi


berikut ini.

𝑃𝑦 𝑘 𝑃𝑦 2 𝑘
𝑃𝑦 . = 𝑟𝑘 + 𝑤 [ ] 𝑘 = 80, 𝑤 = 12, 𝑟 = 3
2𝑤 4𝑤 2

80 𝑃𝑦 2 (80)
⇔ 𝑃𝑦2 . = 3(80) + 12 [ ]
2(12) 4(12)2
80 12 (80)
⇔ 𝑃𝑦2 . [ − ] = 240
2(12) 4(12)2
80 12 (80)
⇔ 𝑃𝑦2 . [2(12) − 4(12)2
] = 240

80
⇔ 𝑃𝑦2 . [ ] = 240
4(12)

⇔ 𝑃𝑦 = (144)1/2 = 12

Walaupun solusi √14 dapat bernilai ± 12 tetapi karena harga


tidak mungkin bernilai negatif, maka solusi tingkat harga saat BEP
adalah Py = 12. Jadi, jika harga output di pasar sampai pada
Py=12, maka keuntungan perusahaan adalah nol. Ini juga berarti
bahwa harga output di pasar sama dengan biaya rata-rata
perusahaan.
Cara lainnya untuk mendapatkan harga saat BEP adalah
dengan menggunakan fungsi profit yang telah ditemukan
(persamaan 8.5). Dengan pemahaman bahwa saat BEP maka 𝜋 =
0, persamaan menjadi:

𝑃𝑦 2 𝑘 𝑘 = 80
𝜋∗ = − 𝑟𝑘 = 0 … … .. {𝑤 = 12
4𝑤
𝑟=3
⇔ 𝑃𝑦 2 = 𝑟. 4𝑤 = (3). (4). (12)

⇔ 𝑃𝑦 = (144)1/2 = 12

155
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Nilai Py=12 adalah sama dengan cara pertama dengan


menyamakan nilai penerimaan dan biaya produksinya.
Jika pertanyaan dilanjutkan, berapakah output saat terjadi
BEP? Maka langkah yang harus dilakukan aalah dengan
menemukan l* dan kemudian mensubstitusikannya ke dalam
persamaan supply, y*.
Maka saat Py = 12,
𝑃𝑦 2 𝑘 (12)2 80
𝑙 𝐵𝐸𝑃 = [ 4𝑤 2 ] = [ 4(12)2 ] = 20

Tingkat produksi saat terjadi BEP adalah sebagai berikut:


𝑃𝑦 𝑘 12. (80)
𝑦 𝐵𝐸𝑃 = = = 40
2𝑤 2. (12)
Dengan demikian, jika harga terbentuk di pasar hanya 12 maka
perusahaan akan berada pada BEP dengan profit sama dengan
nol. Saat itu, tenaga kerja optimal digunakan adalah 20 dan tingkat
output dihasilkan adalah 40. Sedikit saja harga turun dari 12,
maka perusahaan tidak akan mampu membayar biaya variabel
dalam produksi karena kasus ini di asumsikan FC=0 sehingga
AC=AVC dan titik BEP sama dengan titik gulung tikar (shutdown
point).

8.1.3 Profit maksimum dan penawaran pada fungsi


produksi 2 input
Pada pembahasan ini, perspektif yang digunakan adalah dalam
jangka panjang (long-run). Kenapa? Kembali pada dua input
dibahas sebelumnya. Produksi menggunakan input tenaga kerja
dan kapital. Jika dua-duanya berubah maka ini berarti semua
input masuk kategori input variabel. Ini adalah kharakteristik
perspektif jangka panjang, karena dalam jangka panjang tidak ada
biaya tetap, semuanya adalah biaya variabel.
Tetap dengan menggunakan fungsi produksi pada
persamaan 8.2, yaitu:

156
8. OPTIMISASI DALAM FUNGSI PRODUKSI

𝜋 = 𝑃𝑦 . (𝑘 𝛼 . 𝑙 𝛽 ) − (𝑟𝑘 + 𝑤𝑙)

Namun bedanya, sekarang baik l maupun k mengalami perubahan.


Dalam kasus sekarang ini, FOC berdasarkan pada l dan k.
Turunan pertama dari fungsi profit sudah dilakukan di sub-bab
sebelumnya (persamaan 8.3). Sehingga,
𝜕𝜋 𝜕𝜋
𝐹𝑂𝐶: = 0, =0
𝜕𝑙 𝜕𝑘
Maka:

𝜕𝜋 (𝑘 𝛼 . 𝑙 𝛽 ) 𝑦
8.9 = 0 … . 𝛽. 𝑃𝑦 . (𝑘 𝛼 . 𝑙 𝛽−1 ) = 𝛽. 𝑃𝑦 . = 𝛽. 𝑃𝑦 . = 𝑤
𝜕𝑙 𝑙 𝑙
𝜕𝜋 𝑦
8.10 = 0 … . 𝛼. 𝑃𝑦 . (𝑘 𝛼−1 . 𝑙 𝛽 ) = 𝛼. 𝑃𝑦 . = 𝑟
𝜕𝑘 𝑘
Pada persamaan 8.9 dan 8.10 diperoleh persamaan berikut:
𝛽. 𝑃𝑦 . 𝑦 𝑤. 𝑙
=
𝛼. 𝑃𝑦 . 𝑦 𝑟. 𝑘

Sehingga,
𝑤 𝛼
𝑘 = ( ). .𝑙
𝑟 𝛽

Dari persamaan 8.9 juga dapat disusun ulang sehingga dihasilkan


persamaan berikut.
1
𝛽. 𝑃𝑦 . 𝑘 𝛼 1−𝛽
8.11 𝑙∗ = [ ]
𝑤

Sehingga,
1
𝛼 1−𝛽
𝑤 𝛼
𝛽. 𝑃𝑦 . (( 𝑟 ) . . 𝑙)
𝛽
𝑙∗ =
𝑤
[ ]

157
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

1
𝛼 1−𝛽
𝑤 𝛼
𝛽. 𝑃𝑦 . (( 𝑟 ) . )
∗(1−
1
) 𝛽
𝑙 1−𝛽 =
𝑤
[ ]
1 1−𝛽
( ).( )
𝑤 𝛼 𝛼 𝛼 1−𝛽 1−𝛽−𝛼
𝛽. 𝑃𝑦 . ( 𝑟 ) . ( )
𝛽
𝑙∗ = [ ]
𝑤

1
( )
𝛼 𝛼 1−𝛽−𝛼
𝛽. 𝑃𝑦 . ( )
𝛽
8.12 𝑙 ∗ = [ 𝛼 (1−𝛼) ]
𝑟 𝑤

Berdasarkan kesamaan (similarities) dengan kondisi optimal


tenaga kerja, maka input kapital yang optimal adalah sebagai
berikut:
1
𝛽 𝛽 1−𝛼−𝛽
𝛼. 𝑃𝑦 . (𝛼 )
8.13 𝑘∗ =
𝑤 𝛽 𝑟 (1−𝛽)
[ ]
Persamaan 8.12 dan persamaan 8.13 merupakan hasil dari
FOC dalam fungsi profit tetapi disusun ulang di mana masing-
masing alokasi input optimum dipengaruhi oleh variabel-variabel
eksogenous, yaitu tingkat harga input dan tingkat harga
outputnya. Dengan demikian, value function atau profit function
perusahaan selanjutnya dapat dinyatakan sebagai berikut:

158
8. OPTIMISASI DALAM FUNGSI PRODUKSI
𝛼 𝛽
( )
𝛽 𝛽 1−𝛼−𝛽 𝛼 𝛼 1−𝛽−𝛼
𝛼. 𝑃𝑦 . (𝛼 ) 𝛽. 𝑃𝑦 . ( )
𝛽
8.14 𝜋 ∗ = 𝑃𝑦 . 𝛽 (1−𝛽)
. [ 𝛼 (1−𝛼) ]
𝑤 𝑟 𝑟 𝑤
[ ]
( )
1 1
( )
𝛽 𝛽 1−𝛼−𝛽
𝛼 𝛼 1−𝛽−𝛼
𝛼. 𝑃𝑦 . (𝛼 ) 𝛽. 𝑃𝑦 . ( )
𝛽
− 𝑟 𝛽 (1−𝛽) + 𝑤 [ 𝛼 (1−𝛼) ]
𝑤 𝑟 𝑟 𝑤
[ ]
( )
Misalkan 𝛼 = 𝛽 = 1/3, maka berikut adalah permintaan untuk
kedua input berdasarkan tingkat harga di pasar, yaitu:

𝑃𝑦 3
8.15 𝑙∗ = [ ]
27 𝑟 𝑤 2

𝑃𝑦 3
8.16 𝑘 = [ ]
27 𝑤 𝑟 2

Untuk fungsi keuntungan dengan 𝛼 = 𝛽 = 1/3, maka:


1 1 3 3
1 1 1 1
. 𝑃𝑦 . 𝑃𝑦 . 𝑃𝑦 . 𝑃𝑦
𝜋 ∗ = 𝑃𝑦 [ 3 1 2 ] [ 3 2 1 ] − 𝑟 [ 3 1 2 ] − 𝑤 [ 3 2 1 ]
𝑤 3 𝑟3 𝑤 3 𝑟3 𝑤 3 𝑟3 𝑤 3 𝑟3

𝑃𝑦 3 𝑃𝑦 3
𝜋 = [ ] − 2[ ]
9𝑤𝑟 27 𝑤 𝑟
𝑃𝑦 3
8.17 𝜋∗ = [ ]
27 𝑤 𝑟

Berdasarkan persamaan 8.17 dan Hotelling’s lemma dapat


ditentukan penawaran output dan permintaan input berikut:

𝜕𝜋 ∗ 2 𝑃𝑦 2
8.18 = 𝑦∗ = … . . fungsi penawaran perusahaan
𝜕𝑃𝑦 27𝑤. 𝑟
𝜕𝜋 ∗ ∗
𝑃𝑦 2
8.19 = −𝑙 = … . . fungsi permintaan tenaga kerja
𝜕𝑤 27𝑤 2 . 𝑟
𝜕𝜋 ∗ 𝑃𝑦 2
8.20 = −𝑘 ∗ = … . . fungsi permintaan kapital
𝜕𝑟 27𝑤. 𝑟 2

159
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

8.2 Maksimisasi profit tanpa kendala pada kegiatan


produksi n input
Dalam sub-bab ini, optimisasi diukur sebagai tingkat input yang
dialokasikan sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan laba
maksimum berdasarkan teknologi produksi tertentu. Selanjutnya,
teknologi ini diekspresikan melalui fungsi produksi berikut.
𝑛

𝑦 = ∏ 𝐴. 𝑋𝑗 𝑏𝑗
𝑗=1
Keuntungan selanjutnya dapat diformulasikan sebagai
berikut:
𝑛 𝑛

8.21  = 𝑃𝑦 . ∏ 𝐴. 𝑋𝑗 𝑏𝑗
− [∑ 𝑃𝑋𝑗 . 𝑋𝑗 + 𝐹𝐶 ]
𝑗=1 𝑗=1

Persamaan 8.21 menunjukkan bahwa struktur penerimaan


berdasar pada harga output yang ditetapkan pasar dan total biaya
tidak hanya mempertimbangkan biaya variabel tetapi juga
memasukkan biaya tetap. Unconstraint profit maximizing pada
persamaan 8.21 menghasilkan alokasi input optimum berikut ini.
First Order Condition (FOC) sebagaimana sebelumnya
menjadi necessary condition untuk optimisasi fungsi. Berikut
adalah FOC dari persamaan 8.21.

FOC:
𝜕 𝜕(𝑃𝑦 . ∏𝑛𝑗=1 𝐴. 𝑋𝑗 𝑏𝑗 ) 𝜕[∑𝑛𝑗=1 𝑃𝑋𝑗 . 𝑋𝑗 + 𝐹𝐶 ]
= − =0
𝜕𝑋𝑗 𝜕𝑋𝑗 𝜕𝑋𝑗
∏𝑛𝑗=1 𝐴. 𝑋𝑗 𝑏𝑗
𝑏𝑗. 𝑃𝑦 . − 𝑃𝑋𝑗 = 0 … . . 𝑉𝑀𝑃𝑋𝑗 = 𝑃𝑋𝑗
𝑋𝑗
𝑛

𝑏𝑗. 𝑃𝑦 . ∏ 𝐴. 𝑋𝑗 𝑏𝑗 = 𝑃𝑋𝑗 . 𝑋𝑗
𝑗=1

𝑛
𝑃𝑦
8.22 𝑋𝑗∗ = 𝑏𝑗 [ ] . [∏ 𝐴. 𝑋𝑗 𝑏𝑗 ]
𝑃𝑋𝑗
𝑗=1

160
8. OPTIMISASI DALAM FUNGSI PRODUKSI

Persamaan 8.22 merupakan alokasi input optimum namun


masih belum dapat digunakan menemukan input optimum karena
baik di sisi kiri dan sisi kanan sama dengan masih terdapat Xj.
Beberapa langkah menuju solusi dilakukan sebagai berikut.
Disusun ulang dari persamaan 8.22 dihasilkan persamaan
berikut ini:
𝑃𝑋𝑗 . 𝑋𝑗∗
8.23 𝑏𝑗 = [ ] dan
𝑃𝑦 . (∏𝑛𝑗=1 𝐴. 𝑋𝑗 𝑏𝑗 )

∑ 𝑃𝑋𝑗 . 𝑋𝑗∗ 𝐶∗
∑ 𝑏𝑗 = =
𝑗
𝑃𝑦 . (∏𝑛𝑗=1 𝐴. 𝑋𝑗 𝑏𝑗 ) 𝑃𝑦 . (∏𝑛𝑗=1 𝐴. 𝑋𝑗 𝑏𝑗 )

𝑛
𝑏𝑗 𝐶∗
8.24 (∏ 𝐴. 𝑋𝑗 )= …. 𝐶 ∗ = ∑ 𝑃𝑋𝑗 . 𝑋𝑗∗
𝑃𝑦 . ∑𝑗 𝑏𝑗
𝑗=1
Dengan mensubstitusikan persamaan 8.24 ke persamaan 8.22
dihasilkan persamaan baru berikut ini.
𝑏𝑗 . 𝐶 ∗
8.25 𝑋𝑗∗ =
𝑃𝑋𝑗 . ∑𝑗 𝑏𝑗

Persamaan 8.25 menunjukkan bahwa dengan adanya teknologi


produksi tertentu yang digunakan perusahaan, sebagaimana
direpresentasikan dalam fungsi produksi, maka alokasi input-j
yang optimum, 𝑋𝑗∗ , dipengaruhi oleh tingkat biaya produksi yang
disediakan perusahaan, share dari koefisien terhadap total
koefisien dalam fungsi produksi, tingkat harga input di pasar
(perusahaan sebagai price taker), Pxj.
Dengan demikian fungsi profit dapat direpresentasikan
sebagai fungsi dari harga input dan output sebagai berikut.

161
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

𝑛 𝑏𝑗
𝑏𝑗 . 𝐶 ∗
8.26  = 𝑃𝑦 . ∏ 𝐴. [ ]
𝑃𝑋𝑗 . ∑𝑗 𝑏𝑗
𝑗=1
𝑛
𝑏𝑗 . 𝐶 ∗
− [∑ 𝑃𝑋𝑗 . [ ] + 𝐹𝐶 ]
𝑃𝑋𝑗 . ∑𝑗 𝑏𝑗
𝑗=1

Pada persamaan 8.26 untuk sistem produksi dengan n-


input di bahas di sini mensyaratkan bahwa perusahaan
menetapkan jumlah investasi atau pembiayaan operasional dulu,
yaitu C agar ditemukan keuntungan maksimumnya. Substansi
interpretasi dari persamaan 8.26 mirip dengan constrained
optimization, yaitu optimisasi berdasarkan biaya produksi
tertentu yang disediakan perusahaan, tetapi diperoleh dari
argumen unconstrained optimization.

Sebagai contoh kasus berikut ini. Dalam suatu kegiatan


produksi pertanian, yaitu bawang merah, hasil analisis dengan
menggunakan ekonometrik (tidak disampaikan di sini) diperoleh
hasil persamaan produksi sebagai berikut.

8.27 𝑦 = 13.56. 𝑥10.18 . 𝑥20.16 . 𝑥30.20 . 𝑥40.11 . 𝑥50.11 . 𝑥60.11 . 𝑥70.05 . 𝑥80.10

Di mana 𝑥1 = Lahan, 𝑥2 = Bibit, 𝑥3 = Tenaga kerja, 𝑥4 = Pupuk


Nitrogen, 𝑥5 = Pupuk Pospor, 𝑥6 = Pupuk Kalium, 𝑥7 =
Insektisida, dan 𝑥8 = Fungisida.

Dalam kasus ini diasumsikan bahwa kegiatan produksi


tidak mengalami hambatan teknis sehingga efisiensi teknis
produksi adalah 1. Persamaan 8.25 merupakan persamaan
efisiensi alokatif, yaitu efisiensi dalam mengalokasikan
sumberdaya berdasarkan tingkat harga tertentu di pasar. Dengan
kondisi bahwa efisiensi teknis telah dicapai (technical
efficiency=1), efisiensi alokatifnya dengan persamaan 8.25 akan
sama dengan efisiensi ekonomi atau overall efficiency (lihat
pembahasan di 8.4).

162
8. OPTIMISASI DALAM FUNGSI PRODUKSI

Misalkan, diketahui bahwa harga sewa lahan adalah 350


per m2, harga bibit adalah Rp 5,000 per kilogram, upah tenaga
kerja adalah Rp 10,000 per HOK, harga pupuk nitrogen adalah Rp
3,400 per kilogram, harga pupuk phospor adalah Rp 3903 per
kilogram, harga pupuk kalium adalah Rp 4,100 per kilogram,
harga insektisida adalah Rp 128 per mililiter, dan harga fungisida
adalah 387 per mililiter. Selain itu, produsen telah
mengalokasikan inputnya, menghasilkan output berdasarkan
persamaan 8.27, dan biaya produksi variabel sebagai berikut ini.

Tabel 5. Alokasi input produksi oleh produsen


Lahan Bibit TK N P K Insc. Fung.
No
(m2) (kg) (HKSP) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg)
1 1.293 128 92 13 18 36 686 227
2 2.000 192 139 19 28 54 1.029 340
3 707 51 41 8 11 8 686 257
4 2.693 202 174 32 43 30 1.529 1.028
5 3.333 400 218 74 99 36 3.385 690
6 1.667 125 118 72 28 5 354 547
7 3.333 250 236 145 57 26 708 1.093
8 1.000 84 78 15 21 17 1.038 357
9 2.307 196 165 35 49 39 2.421 833
10 2.667 250 178 53 41 24 500 750

Dengan menggunakan persamaan 8.25, persamaan 8.27,


dan diketahuinya harga-harga input, maka alokasi input optimum
adalah sebagaimana ditunjukkan dalam Table 7. Jika
dibandingkan alokasi input dilakukan oleh produsen dan alokasi
input optimum diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel berikut
memberikan informasi bahwa sebagian besar produsen relatif
memiliki alokasi input lahan yang cenderung lebih optimal
dibandingkan dengan penggunaan input lainnya. Tenaga kerja dan
dan bibit cenderung overused, sedangkan pupuk dan pestisida

163
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

cenderung digunakan di bawah penggunaan input optimalnya


(underused).

Tabel 6. Alokasi input optimum produksi


Lahan* Bibit* TK* N* P* K* Insc.* Fung.*
No
(m2) (kg) (HKSP) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg)
1 1.262 77 48 76 68 63 979 595
2 1.909 117 73 115 103 96 1.481 900
3 621 38 24 38 33 31 482 292
4 2.415 148 92 146 130 121 1.874 1.138
5 3.520 216 134 213 189 177 2.732 1.659
6 1.557 96 59 94 84 78 1.208 734
7 3.147 193 120 190 169 158 2.442 1.483
8 1.042 64 40 63 56 52 808 491
9 2.339 144 89 142 126 117 1.815 1.102
10 2.449 150 93 148 132 123 1.900 1.154

Tabel 7. Rasio alokasi input oleh produsen dan alokasi input


optimum produksi
No Lahan Bibit TK N P K Insc. Fung.

1 1.03 1.65 1.91 0.17 0.27 0.57 0.70 0.38


2 1.05 1.64 1.91 0.16 0.27 0.56 0.69 0.38
3 1.14 1.34 1.75 0.21 0.32 0.24 1.42 0.88
4 1.12 1.36 1.89 0.22 0.33 0.25 0.82 0.90
5 0.95 1.85 1.62 0.35 0.52 0.21 1.24 0.42
6 1.07 1.31 1.99 0.77 0.34 0.07 0.29 0.75
7 1.06 1.29 1.97 0.76 0.34 0.16 0.29 0.74
8 0.96 1.31 1.96 0.24 0.38 0.32 1.28 0.73
9 0.99 1.36 1.85 0.25 0.39 0.33 1.33 0.76
10 1.09 1.66 1.90 0.35 0.31 0.20 0.26 0.65
𝑥̅ 1.04 1.48 1.88 0.35 0.35 0.29 0.83 0.66

164
8. OPTIMISASI DALAM FUNGSI PRODUKSI

Penilaian apakah underused atau overused input(s) sangat


dipengaruhi oleh harga input, sedangkan bagi produsen seringkali
harga input tidak mendapat perhatian dalam keputusan produksi
di bidang pertanian. Pertimbangan teknis dan harga mengalami
banyak hambatan dan seringkali bersifat trade-off ketika
produksi sangat tergantung pula pada faktor alam sebagaimana
terjadi di sektor pertanian.

Optimisasi input ini berdampak pada perbedaan output


antara alokasi input optimum dan alokasi input oleh produsen
sebelum optimisasi dilakukan. Dengan kasus di atas, perbedaan
output optimum dan output aktual diperoleh produsen adalah
sebagai berikut.

Gambar 31. Output produsen dan output optimum


Sumber: Dokumentasi Penulis

Saat perusahaan sudah tidak mengalami hambatan teknis


sebagaimana diasumsikan dalam pembahasan kasus ini, maka
alokatif efisiensi (AE) akan sama dengan overall efficiency atau
economic efficiency (EE). Garis AE=EE merupakan menunjukkan

165
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

tingkat efisiensi alokatif, sekaligus memberikan informasi gap


produksi pada kisaran 19 persen sampai 29 persen dari optimum.

Jika technical in-efficiciency ditemukan, misal dalam kasus


lain, maka garis pada Gambar 6 menunjukkan tingkat efisiensi
alokatif produsen karena produsen menemukan alokasi yang
seharusnya dilakukan sehingga memaksimumkan output. Dengan
kata lain, upaya produsen untuk meminimalkan biaya atau untuk
mengoptimalkan penggunaan biaya dengan realokasi input
sehingga optimum dalam penggunaan inputnya merupakan
bentuk dari efisiensi alokatif.
Efisiensi alokatif dan efisiensi teknis yang bergabung akan
menghasilkan efisiensi ekonomi atau overall efficiency. Dengan
demikian, terjadi efisiensi ekonomi jika perusahaan mampu
mencapai frontier production, yaitu tidak ada in-efisiensi teknis,
dan pencapaian produksi frontier itu didapatkan dengan biaya
produksi yang minimum. Pembahasan tentang efisiensi lebih
lanjut akan didiskusikan pada sub-bab 8.4 berikut ini.

Tabel 8. Output produsen, output optimum, keuntungan


produsen dan keuntungan maksimum alokasi input
optimum

Y Profit Profit
Profit
No Y opti- C maksi- Gap
produsen
mum mum (%)
1 1739 2337 2.449.400 3.748.456 5.038.544 0.256
2 2649 3567 3.706.152 5.711.789 7.690.345 0.257
3 876 1132 1.204.674 1.889.591 2.441.420 0.226
4 3498 4534 4.688.203 7.541.078 9.776.262 0.229
5 5227 6663 6.834.134 11.269.358 14.364.393 0.215
6 2063 2896 3.021.897 4.448.182 6.243.679 0.288
7 4613 5941 6.108.338 9.945.852 12.808.635 0.224
8 1524 1922 2.022.227 3.284.958 4.143.119 0.207
9 3542 4389 4.541.365 7.636.318 9.463.736 0.193
10 3405 4599 4.753.457 7.341.364 9.915.214 0.260

166
8. OPTIMISASI DALAM FUNGSI PRODUKSI

Jika harga output adalah Rp 2,156 per unit output, maka


dapat diketahui penerimaan dan juga keuntungan perusahaan
sebagaimana ditunjukkan pada tabel di atas. Tentunya,
keuntungan dari alokasi optimum akan menghasilkan keuntungan
yang lebih tinggi. Ini dapat ditunjukkan sebagai berikut.
Gap produksi dan gap profit tabel di atas dirumuskan:
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛
8.28 𝐺𝑎𝑝 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 = (1 − )
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑂𝑝𝑡𝑖𝑚𝑢𝑚
𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛
8.29 𝐺𝑎𝑝 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 = (1 − )
𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑂𝑝𝑡𝑖𝑚𝑢𝑚
Baik persamaan 8.28 maupun persamaan 8.29 memiliki nilai yang
sama sebagaimana dapat d lihat pada gambar dan tabel di atas.
Perbedaan keuntungan, ketika biaya produksi yang
digunakan adalah tertentu, antara keuntungan produsen dan
keuntungan maksimum saat alokasi optimum adalah karena
perbedaan tingkat produksi dihasilkan. Semakin produsen
menyadari bahwa penggunaan input optimal terkait dengan harga
pasar input produksi dan mampu menyesuaikan perubahan harga
input tersebut dengan menyesuaikan pula alokasi fisik inputnya
maka produsen akan mendapatkan efisiensi alokatif yang tinggi
dan berarti pula keuntungan yang lebih baik.
Dengan demikian, beberapa informasi diperoleh dari
penggunaan persamaan 8.25 adalah:
1. Diketahui penggunaan input optimal berdasarkan biaya
produksi tertentu
2. Diketahui gap produksi dan gap profit antara yang dicapai
produsen dan yang optimal
3. Diketahui tingkat efisiensi alokatif produsen

8.3 Maksimisasi Profit dengan Kendala


Setelah membahas tentang maksimisasi profit dengan tanpa
kendala, berikut ini adalah optimalisasi profit dengan

167
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

memperhatikan kendala yang dimiliki perusahaan. Yang menjadi


kendala produksi perusahaan diantaranya adalah teknologi
produksi dan biaya.
Problem perusahaan terkait dengan adanya kendala
teknologi produksi dan biaya dapat diilustrasikan melalui grafik
berikut ini.

Gambar 32. Optimisasi produksi dengan kendala teknologi produksi


Sumber: Dokumentasi Penulis

Gambar 33. Optimisasi produksi dengan kendala biaya


Sumber: Dokumentasi Penulis

168
8. OPTIMISASI DALAM FUNGSI PRODUKSI

Gambar 32 menunjukkan bahwa perusahaan beroperasi


pada tingkat output dan teknologi tertentu, sedangkan faktor
biaya produksi terdapat pilihan-pilihan yang dapat dipilih
sedemikian hingga dicapai kondisi optimum. Ketika perusahaan
berada di alokasi input titik A, maka perusahaan akan
menggunakan biaya produksi lebih yang tinggi untuk
menghasilkan output yang sama, y1. Sedangkan dengan alokasi di
titik B maka perusahaan akan mendapatkan output y1 dengan
biaya yang lebih rendah. Titik B lebih efisien ibandingkan dengan
titik A pada tingkat teknologi yang dikuasai perusahaan.
Pada Gambar 33 perusahaan menghadapi kendala biaya
produksi tertentu dan memiliki peluang untuk merubah skala
produksi tertentu pada teknologi yang dikuasainya untuk
mencapai kondisi optimum. Jika perusahaan menempatkan
alokasi inputnya di titik A maka perusahaan akan menghasilkan
output sebesar y0 di mana y0<y1. Sedangkan dengan pilihan
alokasi yang lain, maka perusahaan dapat berpindah dari titik A
menuju titik B dan menggunakan garis biaya yang sama tetapi
mendapatkan output produksi yang lebih tinggi. Dengan biaya
produksi yang ditentukan oleh garis isocost tersebut perushaaan
tidak akan bisa meningkatkan produksi di y2. Dengan kata lain,
perusahaan akan mencapai titik optimum jika beroperasi di titik
B.

8.3.1 Minimisasi biaya produksi dengan kendala


fungsi produksi
Dalam pendekatan matematis dan contoh kasusnya dapat
disajikan berikut ini. Diketahui,

𝑦 = 𝑘 𝛼 . 𝑙𝛽
Biaya untuk kegiatan produksi adalah
𝐶 = 𝑟𝑘 + 𝑤𝑙

169
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Jika permasalahannya adalah perusahaan ingin meminimumkan


biaya produksinya, maka solusi constrained optimization ini dapat
diselesaikan dengan menggunakan fungsi lagrange berikut ini.

8.27 𝐿(𝑘, 𝑙) = 𝑟𝑘 + 𝑤𝑙 + 𝜆(𝑦 − 𝑘 𝛼 . 𝑙 𝛽 )

Tahap pertama dalam mencari solusi fungsi lagrange ini


adalah dengan melakukan FOC fungsi L(k,l). Sehingga,
𝜕𝐿 𝜕𝐿
𝐹𝑂𝐶: = 0; = 0
𝜕𝑘 𝜕𝑙
𝜕𝐿 𝑘 𝛼 . 𝑙𝛽
8.28 = 𝑟 − 𝜆 (𝛼. )=0
𝜕𝑘 𝑘

𝜕𝐿 𝑘 𝛼 . 𝑙𝛽
8.29 = 𝑤 − 𝜆 (𝛽. )=0
𝜕𝑙 𝑙
𝜕𝐿
8.29 = 𝑦 − 𝑘 𝛼 . 𝑙𝛽 = 0
𝜕𝜆
Dari persamaan 8.28 dan persamaan 8.29 diperoleh persamaan
berikut:

𝑘 𝛼 . 𝑙𝛽
𝑟 = 𝜆 (𝛼. )
𝑘

𝑘 𝛼 . 𝑙𝛽
𝑤 = 𝜆 (𝛽. )
𝑙

Selanjutnya dilakukan eliminasi 𝜆 supaya didapat hubungan


antara dua input yang memenuhi kondisi optimum, yaitu cost
minimization. Hal ini dilakukan dengan merasiokan kedua
persamaan dari FOC di atas, sehingga:

𝑘 𝛼 . 𝑙𝛽 𝑦
𝑟 𝜆 (𝛼. ) (𝛼. )
=
𝑘
= 𝑘 = (𝛼 ) ( 𝑙 )
𝑤 𝑘 𝛼 . 𝑙𝛽 𝑦 𝛽 𝑘
𝜆 (𝛽. ) (𝛽. )
𝑙 𝑙

Rearrange persamaan di atas menjadi:

170
8. OPTIMISASI DALAM FUNGSI PRODUKSI

𝛽 𝑟
8.30 𝑙∗ = ( ) ( ) 𝑘 ∗
𝛼 𝑤
Dengan mengetahui optimum input l, kemudian disubstitusikan
ke dalam persamaan kendala sebagai berikut:
𝛽
𝛼
𝛽 𝑟
𝑦 = 𝑘 . (( ) ( ) 𝑘)
𝛼 𝑤
𝛽
𝛼+𝛽
𝛽 𝑟
⇔ 𝑦= 𝑘 . (( ) ( ))
𝛼 𝑤
𝛽
1 𝛼+𝛽
𝛼 𝑤
8.31 𝑘∗ = 𝑦 𝛼+𝛽 . (( ) ( ))
𝛽 𝑟

Fungsi produksi Cobb-Douglas dengan koefisien 𝛼, 𝛽 yang sama,


maka dapat digunakan prinsip similaritas antara l dan k, sehingga
l* dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝛼
1 𝛼+𝛽
𝛽 𝑟
8.31 𝑙∗ = 𝑦 𝛼+𝛽 . (( ) ( ))
𝛼 𝑤

Dengan diketahuinya kondisi optimum untuk kedua input, l dan k,


maka ketika keduanya disubstitusikan ke dalam fungsi biaya akan
dihasilkan fungsi biaya optimum, yaitu:
𝐶 ∗ = 𝑟𝑘 ∗ + 𝑤𝑙 ∗
𝛽 𝛼
1 𝛼+𝛽 1 𝛼+𝛽
𝛼 𝑤 𝛽 𝑟
⇔ 𝐶∗ = 𝑟 (𝑦 𝛼+𝛽 . (( ) ( )) )+ 𝑤𝑦 𝛼+𝛽 . (( ) ( ))
𝛽 𝑟 𝛼 𝑤

𝛽
1 𝛽
𝛼 (𝛼+𝛽) (𝛼+𝛽 𝛼
) ( )
⇔ = 𝑦 𝛼+𝛽 (( ) .𝑤 . 𝑟 𝛼+𝛽
𝛽
𝛼
𝛽 (𝛼+𝛽) (𝛼+𝛽
𝛼
) (
𝛽
)
+( ) .𝑟 . 𝑤 𝛼+𝛽 )
𝛼

171
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

𝛽 𝛼
1
(
𝛼
) (
𝛽
) 𝛼 (𝛼+𝛽) 𝛽 (𝛼+𝛽 )
8.32 𝐶∗ = 𝑦 𝛼+𝛽 . 𝑟 𝛼+𝛽 . 𝑤 𝛼+𝛽 (( ) +( ) )
𝛽 𝛼

1
Untuk memudahkan dalam kalkulasi, ditentukan nilai 𝛼 = 𝛽 = .
3

Sehingga fungsi biaya optimum, yaitu 𝐶 ∗ = 𝑓(𝑟, 𝑤, 𝑦), sebagai


berikut:
3 1 1
𝐶 ∗ = 2. 𝑦 2 . 𝑤 2 . 𝑟 2
Dari persamaan 8.32 di dapat informasi kharakteristik sebagai
berikut:
1. Peningkatan output meningkatkan biaya produksi, namun
kenaikan biaya produksi (C*) akan lebih besar jika 𝛼 + 𝛽 <
1
2. Biaya produksi tidak akan turun dengan kenaikan harga
input produksi
Selanjutnya, dengan diketahuinya fungsi biaya optimum,
yaitu titik di mana produksi optimal dibiayai dengan biaya
terendah karena optimalnya alokasi input digunakan. Informasi
lanjutan dapat dihasilkan dari optimum fungsi biaya. Sebagaimana
dalam profit maksimum ada Hotelling’s Lemma, dalam minimisasi
biaya terdapat Sheppard’s Lemma, yaitu:
𝜕𝐶 ∗
8.33 = 𝑙 ∗ … . permintaan input 𝑙 ∗ = 𝑓(𝑟, 𝑤, 𝑦)
𝜕𝑤
𝜕𝐶 ∗
8.34 = 𝑘 ∗ … . permintaan input 𝑘 ∗ = 𝑓(𝑟, 𝑤, 𝑦)
𝜕𝑟
Sehingga, fungsi permintaan input tenaga kerja adalah:
1
3 𝑟 2

𝑙 (𝑟, 𝑤, 𝑦) = 𝑦2. ( )
𝑤
1
3 𝑤 2
𝑘 ∗ (𝑟, 𝑤, 𝑦) = 𝑦 2 . ( )
𝑟

172
8. OPTIMISASI DALAM FUNGSI PRODUKSI

Bagaimana dengan upaya memaksimumkan keuntungan tetapi


terkendala biaya sebagaimana digambarkan dengan Gambar 3.2?
Prosedur yang sama dengan minimisasi biaya, tetapi kembali
envelop theorem yang digunakan untuk menemukan input demand
dan supply output adalah Hotelling’s Lemma.

8.3.2 Maksimisasi penerimaan produksi dengan


kendala biaya
Berbeda dengan maksimisasi profit tanpa kendala yang sudah
dijelaskan di Sub-bab 8.1 maupun dalam Sub-bab 8.2, maksimisasi
profit dengan kendala mengekstrasi informasi kasus produksi
lebih jauh, yaitu menemukan shadow price dari nilai lamda (𝜆),
selain juga ditemukan alokasi input optimal dan keuntungan
maksimumnya.
Kembali digunakan persamaan 8.1 tentang fungsi produksi
dan fungsi biaya di persamaan berikut, yaitu:

𝑦 = 𝑘 𝛼 . 𝑙𝛽
𝐶 = 𝑟𝑘 + 𝑤𝑙
Formulasi fungsi lagrange dalam memaksimalkan keuntungan
dengan kendala biaya adalah sama dengan memaksimalkan
penerimaan dengan kendala biaya, sehingga:

8.35 𝐿(𝑘, 𝑙) = (𝑝𝑦 . 𝑘 𝛼 . 𝑙 𝛽 − 𝑟𝑘 − 𝑤𝑙) + 𝜆(𝐶 − 𝑟𝑘 − 𝑤𝑙)

Optimisasi fungsi lagrang dengan FOC, sebagai berikut:

𝐿(𝑘, 𝑙) 𝑘 𝛼 . 𝑙𝛽
8.36 = 𝑝𝑦 . 𝛼 − (1 + 𝜆)𝑟 = 0
𝜕𝑘 𝑘
𝐿(𝑘, 𝑙) 𝑘 𝛼 . 𝑙𝛽
8.37 = 𝑝𝑦 . 𝛽 − (1 + 𝜆)𝑤 = 0
𝜕𝑙 𝑙
𝜕𝐿(𝑘, 𝑙)
8.38 = 𝐶 − 𝑟𝑘 + 𝑤𝑙 = 0
𝜕𝜆

173
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Dari persamaan 8.36 dan persamaan 8.37 diperoleh persamaan


berikut:

1 𝑘 𝛼 . 𝑙𝛽
(1 + 𝜆) = ( ) (𝑝𝑦 . 𝛼. )
𝑟 𝑘

1 𝑘 𝛼 . 𝑙𝛽
(1 + 𝜆) = ( ) (𝑝𝑦 . 𝛽. )
𝑤 𝑙

Dari dua persamaan di atas dperoleh hubungan antara l dan k


pada kondisi optimum, yaitu:

1 𝑘 𝛼 . 𝑙𝛽 1 𝑘 𝛼 . 𝑙𝛽
( ) (𝑝𝑦 . 𝛽. ) = ( ) (𝑝𝑦 . 𝛼. )
𝑤 𝑙 𝑟 𝑘

𝑘 𝛼 . 𝑙𝛽
𝑟 (𝛼. )
𝑘
( )=
𝑤 𝑘 𝛼 . 𝑙𝛽
(𝛽. )
𝑙
𝑟 𝛼 𝑙
( ) = ( )( )
𝑤 𝛽 𝑘
𝛽 𝑟
8.39 𝑙∗ = ( ) ( ) 𝑘 ∗
𝛼 𝑤

Persamaan 8.39 sama dengan persamaan 8.30. Ini artinya,


solusi optimal antara minimisasi biaya kendala produksi dengan
solusi optimal keuntungan maksimum dengan kendala biaya
produksi. Hal ini dikenal dengan duality in production theory.
Yang berbeda dalam Sub-bab 8.3.1 dan Sub-bab 8.3.2
adalah bagaimana memperlakukan persamaan 8.39 dan
persamaan 8.30 yang sama. Pada persamaan 8.30 disubstitusikan
ke dalam fungsi produksi, sedangkan pada persamaan 8.39
disubstitusikan ke persamaan biaya sebagai kendalanya sebagai
berikut.
𝛽 𝑟
𝐶 = 𝑟𝑘 + 𝑤 ( ) ( ) 𝑘 ∗
𝛼 𝑤

174
8. OPTIMISASI DALAM FUNGSI PRODUKSI

𝛽 𝑟
𝐶 = (𝑟 + 𝑤 ( ) ( )) 𝑘 ∗
𝛼 𝑤

𝐶
𝑘∗ =
𝛽
(𝑟 (1 + 𝛼 ))

𝛼. 𝐶
8.40 𝑘∗ =
𝑟(𝛼 + 𝛽)
Selanjutnya, persamaan 8.40 disubstitusikan ke
persamaan 8.39 dihasilkan persamaan berikut.

𝛽 𝑟 𝛼. 𝐶
𝑙∗ = ( ) ( ) ( )
𝛼 𝑤 𝑟(𝛼 + 𝛽)

𝛽. 𝐶
8.41 𝑙∗ =
𝑤(𝛼 + 𝛽)

Dalam kasus ini, memaksimalkan keuntungan dengan kendala


biaya sama dengan memaksimalkan penerimaan atas kendala
biaya. Karena perusahaan ada dalam asumsi persiangan
sempurna sehingga menjadi price taker, maka memaksimalkan
penerimaan sama dengan memaksimalkan produksi saat harga
tertentu di pasar. Dalam bentuk fungsi keuntungan kemudian
dapat dinyatakan berikut.

𝜋 = 𝑝𝑦 . 𝑘 ∗𝛼 . 𝑙 ∗𝛽 − 𝑟𝑘 ∗ − 𝑤𝑙 ∗

𝛼 𝛽
𝛼. 𝐶 𝛽. 𝐶 𝛼. 𝐶
8.42 𝜋 = 𝑝𝑦 ( ) .( ) −𝑟( )
𝑟(𝛼 + 𝛽) 𝑤(𝛼 + 𝛽) 𝑟(𝛼 + 𝛽)
𝛽. 𝐶
−𝑤( )
𝑤(𝛼 + 𝛽)

Sebagaimana diasumsikan dalam kasus dibahas di Sub-bab 8.1.3,


yaitu memisalkan 𝛼 = 𝛽 = 1/3; sehingga persamaan 8.42
menjadi:

175
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

1 1
1 3 1 3 1
3 .𝐶 3 .𝐶 .𝐶
𝜋 = 𝑝𝑦 ( ) .( ) −𝑟( 3 )
1 1 1 1 1
𝑟 (3 + 3) 𝑤 (3 + 𝛽) 𝑟 ( 3 + 3)
1
.𝐶
−𝑤( 3 )
1 1
𝑤 (3 + 3)

1 1
1 3 1 3 1 1
.𝐶 .𝐶 .𝐶 .𝐶
𝜋 = 𝑝𝑦 ( 3 ) .( 3 ) −𝑟( 3 )−𝑤( 3 )
2 2 2 2
𝑟 (3) 𝑤 (3) 𝑟 (3) 𝑤 (3)

1 1
𝐶 3 𝐶 3 𝐶 𝐶
𝜋 = 𝑝𝑦 ( ) . ( ) − ( ) − ( )
2𝑟 2𝑤 2 2
2
1 3
𝑝𝑦 (2 𝐶)

8.43 𝜋 (𝑝𝑦 , 𝑟, 𝑤, 𝐶) = 1 −𝐶
(𝑟. 𝑤)3

Sebagaimana diterapkan envelope theorem pada pembahasan


sebelumnya pada fungsi profit, maka:

2
1 3
𝜕𝜋 ∗ (𝑝𝑦 , 𝑟, 𝑤, 𝐶) (2 𝐶)

8.44 =𝑦 = 1 … . . penawaran output
𝜕𝑃𝑦
(𝑟. 𝑤)3
2
1 3
𝜕𝜋 ∗ (𝑝𝑦 , 𝑟, 𝑤, 𝐶) ∗
1 𝑝𝑦 (2 𝐶)
8.45 = −𝑙 = … . . 𝑑𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑 𝑇𝐾
𝜕𝑤 3 13 43
𝑟 .𝑤
2
1 3

𝜕𝜋 (𝑝𝑦 , 𝑟, 𝑤, 𝐶) 1 𝑝𝑦 (2 𝐶)
8.46 = −𝑘 ∗ = … . . 𝑑𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑 𝐾
𝜕𝑟 3 43 13
𝑟 .𝑤

Dengan demikian, diperoleh informasi tentang supply maupun


demand for inputs sebagaimana didapatkan dalam unconstrained
optimization pada pembahasan sebelumnya, namun bentuk

176
8. OPTIMISASI DALAM FUNGSI PRODUKSI

fungsinya berbeda. Saat constrained optimization ini, fungsi profit


terhadap biaya produksi, maka kondisi optimum fungsi
dipengaruhi oleh harga input, harga output, dan juga tngkat biaya
produksi (C); sedangkan dalam unconstrained optimization
(persamaan 8.18, persamaan 8.19, dan persamaan 8.20) fungsi
hanya dipengaruhi oleh harga baik input dan output saja.

8.4 Efisiensi Produksi: Efisiensi Alokatif (AE),


Efisiensi Teknis (TE) dan Efisiensi Ekonomi
(EE)

8.4.1 Pemikiran Konsep Efisiensi Produksi


Dasar pemikiran analisis efisiensi produksi pertama kali dibangun
oleh Farrel (1957). Representasinya adalah sebagai berikut.

Gambar 34. Konsep pengukuran efisiensi dari sisi input dan sisi
output
Sumber: Dokumentasi Penulis

Gambar di atas menunjukkan bahwa efisiensi dapat dilihat


dari sisi input dan sisi output sekaligus. Coelli et al (2005)
memberikan ilustrasi di atas dan membedakan ukuran efisiensi
dari sisi input dan dari sisi output. Dari sisi input, overall efficiency
atau economic efficiency terjadi manakala produsen bisa mencapai

177
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

technical efficiency (TE = OQ/OP) dan allocative efficiency (AE =


OR/OQ) secara bersamaan. Sedangkan dari sisi output, economic
efficiency disebut dengan revenue efficiency (RE) (Coelli et al,
2005). RE terjadi ketika efisiensi teknis yaitu pada Gambar 33.B
(TE = OA/OB) dan efisiensi alokatif (AE =OB/OC) secara
bersamaan dapat dicapai yaitu, RE = OA/OC.
Walaupun dalam sudut pandang yang berbeda, namun
baik dalam sisi input maupun dari sisi output tingkat efisiensi
tersebut menghasilkan ukuran yang sama. Alasan yang jelas
adalah bahwa untuk mencapai output tertentu (SS’), produsen
harus mengalokasikan input-input tertentu. Alokasi input yang
paling efisien akan menghasilkan biaya produksi yang paling kecil
untuk menghasilkan output di SS’. Jika produsen dapat mencapai
produksi di SS’ pada tingkat biaya paling kecil maka akan
diperoleh efisiensi ekonomi.
Dengan sudut pandang yang berbeda, yaitu dari sisi
output, jika produsen dibatasi oleh suatu biaya tertentu (DD’),
maka produsen harus mengalokasikan biaya tersebut untuk
membeli input sehingga menghasilkan output pada tingkat
frontier tanpa menambah biaya produksi. Jika produsen berhasil
mengalokasikan biaya produksi tertentu itu secara efisien maka
akan diperoleh tingkat output pada frontier (ZZ’) sehingga
penerimaan menjadi maksimum pada konstrain biaya tersebut.
Pada akhirnya, antara pendekatan input dan pendekatan output
akan menghasilkan kesamaan ukuran bahwa alokasi input adalah
tertentu untuk menghasilkan output pada frontier dengan biaya
terendah.

8.4.2 Implementasi pengukuran efisiensi produksi


Ini merupakan pembahasan lanjutan yang
mempertimbangkan 3 kriteria efisiensi produksi, yaitu efisiensi
teknis (TE), efisiensi harga atau efisiensi alokatif (AE), dan
efisiensi total (overall efficiency) atau efisiensi ekonomi (EE).

178
8. OPTIMISASI DALAM FUNGSI PRODUKSI

Efisiensi tekis terjadi ketika produsen mampu mencapai frontier


production dari penggunaan inputnya. Sedangkan, alokatif
efisiensi terjadi ketika produsen mampu mengalokasikan input
dengan biaya yang minimum. Dan akhirnya, jika produsen mampu
mencapai frontier production dengan biaya minimum maka
dicapai overall efficiency atau efisiensi ekonomi (EE).
Misalkan suatu fungsi produksi pangkat di tunjukkan
dengan spesifikasi berikut ini.
𝑛

8.35 𝑌 = ∏ 𝑒 𝐴0 𝑋𝑖𝑏𝑖 𝑒 𝑣−𝑢


𝑖=1

Di mana 𝑣 adalah pengaruh acak karena factor di luar kemampuan


produsen untuk mendeteksinya (random error), dan 𝑢 adalah
technical in-efficiency. Dengan kata lain, jika u=0 maka produsen
atau perusahaan telah mampu mencapai frontier production
(tingkat produksi tertinggi bisa dicapai pada tingkat penggunaan
input produksi tertentu) dalam penggunaan input yang digunakan
dalam produksi.
Dengan menggunakan fungsi minimisasi biaya (dual
approach).
𝑛

𝑀𝑖𝑛 ∑ 𝑃𝑥𝑖 . 𝑥𝑖
𝑖=1

𝑠. 𝑡. 𝑦 = ∏ 𝑒 𝐴0 . 𝑥𝑖 𝑏𝑖 𝑒 𝑣−𝑢
𝑖=1

𝑛 𝑛

ℒ = ∑ 𝑃𝑥𝑖 . 𝑥𝑖 + 𝜆 [𝑦 − ∏ 𝑒 𝐴0 . 𝑥𝑖 𝑏𝑖 . 𝑒 𝑣−𝑢 ]
𝑖=1 𝑖=1

Maka fungsi Lagrange adalah sebagai berikut:

179
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

𝑛 𝑛

8.36 ℒ = ∑ 𝑃𝑥𝑖 . 𝑋𝑖 + 𝜆 [𝑦 − ∏ 𝑒 𝐴0 . 𝑋𝑖 𝑏𝑖 . 𝑒 𝑣−𝑢 ]


𝑖=1 𝑖=1

Dengan menggunakan FOC dari Lagrange function (ℒ)


berdasar Xi and Xj, untuk 𝑗 ≠ 𝑖, sehingga:
𝜕𝐿/𝜕𝑋𝑗 𝜕𝑋𝑖 𝑋𝑖∗ 𝑃𝑥𝑗 𝑏𝑖
8.37 = = ∗ = [ ]
𝜕𝐿/𝜕𝑋𝑖 𝜕𝑋𝑗 𝑋𝑗 𝑃𝑥𝑖 𝑏𝑗

Di mana 𝑖 ≠ 𝑗 dan 𝑖, 𝑗 ∈ n. Persamaan 8.37 memberikan kondisi


bagi optimum input dialokasikan. Jika misalnya dalam minimisasi
biaya ada inefisiensi dalam alokasi sumberdayanya;

𝑥𝑖 𝑃𝑥𝑖 𝑏𝑗
≠ [ ]
𝑥𝑗 𝑃𝑥𝑗 𝑏𝑖

Maka,

𝑋𝑖 𝑃𝑥𝑗 𝑏𝑖 𝜀𝑖 𝑃𝑥𝑗 𝑏𝑖 𝜀𝑖
8.38 = [ ]𝑒 ⇒ 𝑋𝑖 = 𝑋𝑗 [ ]𝑒
𝑋𝑗 𝑃𝑥𝑖 𝑏𝑗 𝑃𝑥𝑖 𝑏𝑗

Xi disubstitusikan ke fungsi produksi dan dihasilkan


persamaan berikut ini.

𝑛−1

𝑦 = ∏ 𝑒 𝐴0 . 𝑥𝑖 𝑏𝑖 . 𝑥𝑗 𝑏𝑗 𝑒 𝑣−𝑢
𝑖
𝑛−1
𝑏𝑖
𝑃𝑥𝑗 𝑏𝑖 𝜀𝑖
𝐴0
𝑦 = ∏ 𝑒 . (𝑥𝑗 [ ]𝑒 ) . 𝑥𝑗 𝑏𝑗 𝑒 𝑣−𝑢
𝑃𝑥𝑖 𝑏𝑗
𝑖
𝑛−1
𝑏𝑖
∑𝑛−1 𝑏𝑖+𝑏𝑗
𝑃𝑥𝑗 𝑏𝑖
𝐴0
𝑦 = 𝑥𝑗 𝑖 ∏ 𝑒 .[ ] 𝑒 𝑏𝑖𝜀𝑖 𝑒 𝑣−𝑢
𝑃𝑥𝑖 𝑏𝑗
𝑖

180
8. OPTIMISASI DALAM FUNGSI PRODUKSI

𝑛−1

Di mana ∑ 𝑏𝑖 + 𝑏𝑗 = 𝜃
𝑖
𝑛−1
𝑏𝑖
𝜃
𝑃𝑥𝑗 𝑏𝑖
𝐴0
(𝑢−𝑣−𝑏𝑖𝜀𝑖)
𝑦 = 𝑥𝑗 ∏ 𝑒 .[ ] 𝑒 𝜃
𝑃𝑥𝑖 𝑏𝑗
𝑖

Kemudian didapatkan fungsi permintaan input xi


berdasarkan tingkat output tertentu, y. Fungsi permintaan input,
𝑥𝑖 = 𝑓(𝑝𝑥𝑖, 𝑝𝑥𝑗, 𝑦).

𝑛−1 𝑏𝑖
1 −𝐴0 𝑃𝑥𝑖 𝑏𝑗 𝜃 (𝑢−𝑣−𝑏𝑖𝜀𝑖)
8.39 𝑋𝑗 = 𝑦𝜃 ∏𝑒 𝜃 [ ] 𝑒 𝜃
𝑃𝑥𝑗 𝑏𝑖
𝑖

𝑃𝑥𝑗 𝑏𝑖
Kembali ke persamaan 8.38, yaitu 𝑋𝑖 = 𝑋𝑗 [ ] 𝑒 𝜀𝑖 ; kemudian
𝑃𝑥𝑖 𝑏𝑗
dengan mensubstitusikan persamaan 8.39 ke persamaan 8.38
diperoleh:

𝑛−1 𝑏𝑖
1 −𝐴0 𝑃𝑥𝑖 𝑏𝑗 𝜃 (𝑢−𝑣−𝑏𝑖𝜀𝑖) 𝑃𝑥𝑗 𝑏𝑖 𝜀𝑖
𝑋𝑖 = (𝑦 𝜃 ∏𝑒 𝜃 [ ] 𝑒 𝜃 ) [[ ]𝑒 ]
𝑃𝑥𝑗 𝑏𝑖 𝑃𝑥𝑖 𝑏𝑗
𝑖

𝑛−1 𝑏𝑖
1 𝑃𝑥𝑗 𝑏𝑖 𝜀𝑖 −𝐴0 𝑃𝑥𝑖 𝑏𝑗 𝜃 (𝑢−𝑣−𝑏𝑖𝜀𝑖)
8.40 𝑋𝑖 = [𝑦 𝜃 [ ] 𝑒 ] (∏ 𝑒 𝜃 [ ] 𝑒 𝜃 )
𝑃𝑥𝑖 𝑏𝑗 𝑃𝑥𝑗 𝑏𝑖
𝑖

Dengan demikian, fungsi biaya dengan adanya inefisiensi


baik teknis maupun allocative inefficiency dispesifikasikan sebagai
berikut:
𝐶 = 𝐶𝑚𝑖𝑛 + 𝐼𝑛𝑒𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦

Inefisiensi bersumber dari inefisiensi teknis dan inefisiensi


alokatif. Selanjutnya,

181
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

𝑛−1

𝐶 = 𝐶𝑋𝑗 + ∑ 𝐶𝑋𝑖 ………… ∀𝑗 ≠𝑖


𝑖
𝑛−1

𝐶 = 𝑃𝑋𝑗 𝑋𝑗 + ∑ 𝑃𝑋𝑖 𝑋𝑖
𝑖

𝑛−1 𝑏𝑖
1 −𝐴0 𝑃𝑥𝑖 𝑏𝑗 𝜃 (𝑢−𝑣−𝑏𝑖𝜀𝑖)
𝐶 = 𝑃𝑋𝑗 [ 𝑦𝜃 ∏𝑒 𝜃 [ ] 𝑒 𝜃 ]
𝑃𝑥𝑗 𝑏𝑖
𝑖
𝑛−1 𝑏𝑖
𝑛−1
1 𝑃𝑥𝑗 𝑏𝑖 𝜀𝑖 −𝐴0 𝑃𝑥𝑖 𝑏𝑗 𝜃 (𝑢−𝑣−𝑏𝑖𝜀𝑖)
+ ∑ 𝑃𝑋𝑖 [𝑦 𝜃 [ ] 𝑒 ] [∏ 𝑒 𝜃 [ ] 𝑒 𝜃 ]
𝑃𝑥𝑖 𝑏𝑗 𝑃𝑥𝑗 𝑏𝑖
𝑖
𝑖

𝑛−1 𝑏𝑖 𝑛−1
1 −𝐴0 𝑃𝑥𝑖 𝑏𝑗 𝜃 (𝑢−𝑣−𝑏𝑖𝜀𝑖) 𝑏𝑖
𝐶= 𝑦𝜃 (∏ 𝑒 𝜃 [ ] 𝑒 𝜃 ) [𝑃𝑋𝑗 (1 + ∑ [ ] 𝑒 𝜀𝑖 )]
𝑃𝑥𝑗 𝑏𝑖 𝑏𝑗
𝑖
𝑖

∑𝑛−1
𝑖 𝑏𝑖 𝑛−1
𝑏𝑖
1 𝑏𝑗 𝜃 −𝐴0 𝑃𝑥𝑖 𝜃 (𝑢−𝑣−𝑏𝑖𝜀𝑖)
𝐶= 𝑦𝜃 ([ ] ∏𝑒 𝜃 [ ] 𝑒 𝜃 ).
𝑃𝑥𝑗 𝑏𝑖
𝑖
𝑛−1
𝑏𝑖
[𝑃𝑋𝑗 (1 + ∑ [ ] 𝑒 𝜀𝑖 )]
𝑏𝑗
𝑖
𝑛−1
1 −𝑏𝑗 𝑏𝑗 −𝐴0 𝑏𝑖 −𝑏𝑖 (𝑢−𝑣−𝑏𝑖𝜀𝑖)
𝐶 = 𝑦 𝜃 (𝑏𝑗 𝜃 𝑃𝑥𝑗 𝜃) ∏𝑒 𝜃 𝑃𝑥𝑖 𝜃 𝑏𝑖 𝜃 𝑒 𝜃 .
𝑖
𝑛−1

[𝑏𝑗 + ∑ 𝑏𝑖 𝑒 𝜀𝑖 ]
𝑖

182
8. OPTIMISASI DALAM FUNGSI PRODUKSI

𝑛
𝑛−1 𝑛−1
1 −𝐴0 𝑏𝑖 −𝑏𝑖 ∑𝑖 (𝑢−𝑣−𝑏𝑖𝜀𝑖)
𝐶= 𝑦𝜃 [∏ 𝑒 𝜃 𝑃𝑥𝑖 𝜃 𝑏𝑖 𝜃 ] [𝑒 𝜃 ] [𝑏𝑗 + ∑ 𝑏𝑖 𝑒 𝜀𝑖 ]
𝑖
𝑖
𝑛
∑𝑖 𝑛−1
1 −𝐴0 −𝑏𝑖 𝑏𝑖 (𝑢−𝑣−𝑏𝑖𝜀𝑖)
8.41 𝐶 = 𝑦𝜃 [∏ 𝑒 𝜃 𝑏𝑖 𝜃 𝑃𝑥𝑖 𝜃 ] [𝑒 𝜃 ] [𝑏𝑗
𝑖
𝑛−1

+ ∑ 𝑏𝑖 𝑒 𝜀𝑖 ]
𝑖

Jika perusahaan beroperasi secara efisien maka (u=0 and 𝜀=0),


kemudian:
𝑛
1 −𝐴0 −𝑏𝑖 𝑏𝑖 ∑𝑛−1
𝑖 (−𝑣)
8.42 𝐶 ∗ = 𝑦 𝜃 [∏ 𝑒 𝜃 𝑏𝑖 𝜃 𝑃𝑥𝑖 𝜃 ] [𝑒 𝜃 ] . [𝜃]
𝑖

Berdasarkan persamaan 8.41 dan persamaan 8.42


selanjutnya di dapatkan efisiensi total atau efisiensi biaya sebagai
berikut:

𝑛−1 −1
𝑛−1
𝐶∗ (∑𝑖 𝑏𝑖𝜀𝑖 −𝑢)
8.43 𝐸𝐸 = = [𝑒 𝜃 ] [𝑏𝑗 + ∑ 𝑏𝑖 𝑒 𝜀𝑖 ] [𝜃]
𝐶
𝑖

Technical inefficiency (u) diperoleh dari estimasi melalui


pendekatan ekonometrik melalui frontier production function dan
𝑥 𝑃 𝑏
i diperoleh dari (𝑙𝑛 (𝑥 𝑖 ) − 𝑙𝑛 [𝑃𝑥𝑗𝑏 𝑖]). Jika efisiensi teknis (TE)
𝑗 𝑥𝑖 𝑗

dan efisiensi biaya atau efisiensi total (EE) diketahui maka


efisiensi alokatif (AE) merupakan rasio antara EE dan TE.
Berikut adalah contoh kasus analisis efisiensi yang diambil
dari publikasi oleh Sujarwo, Reed, Saghaian (2016). Penelitian ini
menggunakan 70 sampel penelitian yang terdiri dari 35 sampel
petani pada tahun 2005 dan 35 sampel petani pada tahun 2012.

183
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Fungsi produksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah


fungsi produksi pangkat (double logaritmic) sebagai berikut.
8

𝑌 = ∏ 𝑒 𝐴0 𝑋𝑖𝑏𝑖
𝑖=1

Di mana X1: lahan (m2), X2: bibit (kg), X3: tenaga kerja (HOK), X4:
pupuk N (kg), X5: pupuk P (kg), X6: pupuk K (kg), X7: insektisida
(gram), dan X8: fungisida (ml). Harga input dan koefisien masing-
masing adalah sebagai berikut.

Tabel 9. Harga input produksi dan koefisien input


Input Produksi Unit Harga Koefisien
Land m2 1071 0,19954
Seed Kg 13000 0,16490
Labor HOK 40000 0,23354
Nitrogen Kg 8297 0,13697
Phosphate Kg 10957 0,07154
Potassium Kg 14352 0,05483
Insecticide Gr 850 0,01849
Fungicide Ml 725 0,13709

Analisis efisiensi baik AE, TE, dan EE memerlukan


tahapan-tahapan. Berikut adalah langkah-langkahnya untuk
mengetahui ketiga jenis efisiensi ini dengan menggunakan data
cross-section produksi pertanian tanaman semusim sebagaimana
kasus di bahas di sini. Di ambil jumlah responden dibahas adalah
10 responden.

Langkah 1. Analisis fungsi produksi dan menemukan technical


efficiency (TE). TE dapat dianalisis dengan
menggunakan software FRONT 4.1.
Dari analisis data (tidak dibahas di sini) diketahui TE berikut ini.

184
8. OPTIMISASI DALAM FUNGSI PRODUKSI

Tabel 10. Harga input produksi dan koefisien input


No u TE No u TE
1 0,0802 0,9198 6 0,4884 0,5116
2 0,1552 0,8448 7 0,1351 0,8649
3 0,3106 0,6894 8 0,1198 0,8802
4 0,0318 0,9682 9 0,1362 0,8638
5 0,0875 0,9125 10 0,3831 0,6169

Langkah 2. Menganalisis efisiensi ekonomi dengan menggunakan


persamaan 8.43
Persamaan 8.43 terdiri dari beberapa komponen, yaitu (1)
mengkalkulasi 𝜀𝑖; (2) mengkalkulasi EE berdasar persamaan 8.43.
Ditetapkan misalnya bahwa xj adalah input lahan, maka dengan 8
input akan didapatkan 𝜀1, 𝜀2, 𝜀3, … . , 𝜀7. Dengan rumus:
𝑃 𝑏
𝑋𝑖 = 𝑋𝑗 [𝑃𝑥𝑗𝑏𝑖] 𝑒𝜀𝑖
𝑥𝑖 𝑗

𝑋𝑖 𝑃𝑥𝑗 𝑏𝑖 𝜀𝑖
⇔ =[ ]𝑒
𝑋𝑗 𝑃𝑥𝑖 𝑏𝑗
𝑋𝑖 𝑃𝑥𝑗 𝑏𝑖
⇔ ln ( ) = ln ( ) + 𝑙𝑛 𝑒𝜀𝑖
𝑋𝑗 𝑃𝑥𝑖 𝑏𝑗
𝑋𝑖 𝑃𝑥𝑗 𝑏𝑖
⇔ 𝜀𝑖 = ln ( ) − ln ( )
𝑋𝑗 𝑃𝑥𝑖 𝑏𝑗
Dengan j adalah lahan dan i adalah input lain selain lahan (amati
persamaan 8.38), maka berikut adalah nilai 𝜀𝑖.

Tabel 11. Nilai 𝜺𝒊


No e1 e2 e3 e4 e5 e6 e7
1 0,05 0,44 -1,32 -2,04 -1,50 3,23 -0,66
2 0,57 0,20 -1,32 -0,93 -0,75 1,10 -1,63
3 0,52 -0,13 -1,40 -1,63 -1,10 2,25 -1,39
4 0,54 0,40 -1,97 -0,53 -1,35 3,67 -1,53
5 0,38 0,23 -1,87 -0,94 -0,40 2,16 -1,12

185
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Lanjutan
No e1 e2 e3 e4 e5 e6 e7
6 0,23 0,35 -1,22 -1,15 -1,50 2,47 -0,78
7 0,38 0,69 -1,58 -0,63 -0,97 3,45 -1,29
8 0,38 0,29 -1,13 -0,65 -0,65 1,79 -1,92
9 0,81 0,55 -0,99 -0,30 0,10 1,98 -1,46
10 0,52 0,41 -0,81 -0,45 -0,15 1,77 -1,21

Nilai table 12 di atas tidak memiliki interpretasi ekonomi. Angka


itu hanya kalkulasi matematis untuk menemukan EE.

Selanjutnya, dengan diketahuinya 𝜀𝑖, nilai inefisiensi


teknis (u), koefisien input, dan juga 𝜃 sebagai total koefisien
input, maka selanjutnya dikalkulasi persamaan 8.43 untuk
mengetahui EE. Berikut hasil kalkulasi nilai EE, TE dan AE.

Tabel 12. Nilai EE, TE dan AE


No EE TE AE=EE/TE
1 0,51 0,92 0,55
2 0,65 0,86 0,76
3 0,50 0,73 0,68
4 0,42 0,97 0,44
5 0,65 0,92 0,71
6 0,44 0,61 0,72
7 0,45 0,87 0,52
8 0,65 0,89 0,74
9 0,65 0,87 0,74
10 0,56 0,68 0,82

186
8. OPTIMISASI DALAM FUNGSI PRODUKSI

Gambar 35. Nilai TE, AE, dan EE per responden produsen


Sumber: Dokumentasi Penulis

Gambar 10 dapat dianalisis lebih lanjut dengan melihat


rerata dan koefisien variasi pada masing-masing efisiensi. Jika
dilihat dari reratanya, efisiensi alokatif jauh lebih rendah
dibandingkan dengan efisiensi teknis. Produsen mengalami
kesulitan untuk menyesuaikan keputusan penggunaan input
dengan memperhatikan aspek harga input. Hal ini karena
penggunaan input cenderung merupakan pertimbangan teknis
saja dan produsen kurang mencermati factor harga sebagai
pertimbangan penggunaan input produksi.

Tabel 13. Rerata dan koefisien variasi EE, TE dan AE


Jenis Standard Koefisien
Rerata
Efisiensi Deviasi Variasi
Economic efficiency 0,55 0,10 17,49
Technical Efficiency 0,83 0,12 13,93
Allocative efficiency 0,67 0,12 18,34

187
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Lebih jauh dianalisis pola inefisiensi dengan tingkat


ukuran produksinya. Jika dikaitkan dengan luas lahan untuk 10
produsen responden, maka didapatkan gambar scatter diagram
sebagai berikut.

Gambar 36. Hubungan luas lahan dan capaian effisiensi


Sumber: Dokumentasi Penulis

Gambar di atas menunjukkan bahwa tidak ada pola yang


jelas tentang efek luas lahan terhadap efisiensi produksi.
Produsen dengan luas lahan yang tinggi juga memiliki tingkat
variasi efisiensi yang relative sama dengan variasi tingkat efisiensi
untuk produsen yang berlahan lebih kecil. Variabel lain seperti
Pendidikan, pengalaman, usia merupakan variable-variabel lain
yang bias digunakan untuk menjelaskan variasi efisiensi produksi
ini.

8.5 Ringkasan
Bab ini membahas tentang optimisasi dalam kontek maksimisasi
profit dan juga membahas tentang optimisasi dalam kontek
minimisasi biaya produksi. Keduanya memiliki substansi yang

188
8. OPTIMISASI DALAM FUNGSI PRODUKSI

sama, yaitu profit maximization. Dalam pembahasan lebih lanjut,


ini dikenal dengan istilah duality in production.
Dilihat dari jenisnya, optimisasi dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu unconstrained optimization dan constrained
optimization. Keduanya memiliki landasan berpikir yang berbeda.
Ketika membahas tentang unconstrained optimization maka
diasumsikan bahwa perusahaan memiliki sumberdaya yang tidak
terbatas sehingga kegiatan yang optimum tidak dibatasi oleh
ketersediaan input fisik maupun pembiayaan produksi. Yang
dilakukan perusahaan hanyalah memilih alternative teknologi
(direpresentasikan dalam fungsi produksi) dan kemudian
melakukan optimisasi kegiatan produksinya. Sedangkan untuk
constrained optimization perusahaan dihadapan pada
keterbatasan yaitu jumlah input atau biaya yang dimiliki sehingga
hanya mampu memproduksi output jumlah tertentu. Masing-
masing case memiliki spesifikasi fungsi yang berbeda-beda dan ini
menghasilkan solusi optimal yang berbeda-beda pula.
Hotelling’s Lemma dan Shepard’s Lemma memegang
peranan dalam menentukan input demand maupun supply output
dalam kegiatan produksi. Keduanya menggunakan konsep
envelope theorem.

8.6 Pertanyaan Review


1. Jelaskan tentang perbedaan antara optimisasi tanpa kendala
(unconstrained optimization) dan optimisasi dengan kendala
(constrained optimization)!
2. Apakah asumsi digunakan dalam analisis optimisasi
perusahaan? Apakah asumsi yang sama terdapat pada
optimisasi dengan dan tanpa kendala? Apakah yang
membedakan keduanya?
3. Jelaskan yang Saudara ketahui tentang Sheppard’s Lemma dan
Hotelling’s Lemma!

189
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

4. Ketika perusahaan dalam decreasing RTS maka perubahan


output akan menyebabkan perubahan biaya, tetapi perubahan
biaya akan lebih besar dibandingkan dengan perubahan
output tersebut. Analisislah pernyataan tersebut dan jelaskan
jawaban Saudara!
5. Jelaskan tentang efisiensi produksi baik efisiensi teknis,
efisiensi alokatif, dan efisiensi total!

8.7 Diskusi
1. Perusahaan mengalami kemunduran pada umumnya karena
pengelolaan sumberdaya yang tidak efisien. Jelaskan dengan
pendekatan grafis tentang hal ini! Kaitkan dengan efisiensi
alokatif, efisiensi teknis, dan efisiensi ekonomi!
2. Jika diketahui:
𝑦 = 𝑘 0.4 . 𝑙 0.5
Jika di ketahui Py = 6, r=3, dan w=2; maka tentukanlah fungsi
profit dengan menggunakan:
a.Optimisasi tanpa kendala untuk profit maksimum
b.Optimisasi dengan kendala untuk minimisasi biaya
c.Gunakan Hotelling’s Lemma atau Shepard’s Lemma
untuk soal (a) dan (b) sehingga ditemukan fungsi supply
output dan demand input pada masing-masing fungsi
optimisasi di atas!
3. Akhir-akhir ini, perubahan teknologi informasi semakin cepat
dan dinamika pasar semakin tinggi. Dalam kondisi ini,
efisiensi alokatif akan semakin sulit dicapai oleh perusahaan.
Setujukah Saudara dengan pernyataan ini? Jelaskan pendapat
Saudara!

190
9. PERUBAHAN LINGKUNGAN TERHADAP EKONOMI PRODUKSI

. 9 .
LINGKUNGAN
PRODUKSI:
FAKTOR INTERNAL
DAN EKSTERNAL
PRODUKSI
Kegiatan produksi tidak terlepas dari pengaruh faktor lingkungan
baik internal maupun eksternalnya. Beberapa faktor di bahas di
sini terkait dengan faktor internal yang mempengaruhi produksi
yaitu terkait dengan kapasitas entrepreneurship dan juga
manajerial, inovasi dan adopsi teknologi baru, sedangkan terkait
dengan faktor eksternal adalah terkait perubahan iklim dan cuaca,
juga kebijakan pemerintah baik di sisi permintaan maupun di sisi
penawaran. Selanjutnya, pembahasan terkait pengaruh faktor
internal maupun faktor eksternal dalam kegiatan produksi
diuraikan sebagai berikut ini.

191
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

9.1 Faktor Lingkungan Internal Mempengaruhi


Produksi: Entreprenership dan Kapasitas
Manajerial
Entrepreneurship merupakan faktor yang sangat penting dalam
kegiatan ekonomi produksi karena karakter entrepreneur
mempengaruhi motivasi seseorang untuk melakukan inovasi dan
juga mempengaruhi seseorang dalam merespon risiko yang
dihadapi dalam kegiatan produksi. Pengaruh dari
entrepreneurship dapat membawa konsekuensi pada dua arah
dalam kaitannya dengan struktur pasar. Pertama,
entrepreneurship yang mengarah pada perbaikan internal, yaitu
efisiensi produksi dan operasi menyebabkan perusahaan
mendapatkan ekstra profit yang lebih tinggi dalam jangka pendek
dan tetap berada dalam struktur persaingan. Kedua,
entrepreneurship yang membawa dampak pada munculnya
inovasi, misalkan produk yang lebih baik dan disukai konsumen,
maka menyebabkan perusahaan keluar dari pasar persaingan dan
cenderung ke pasar monopolistik. Yaitu, struktur pasar dengan
produk terdifferensiasi dan produsen dapat mengeksploitasi
pasar sebagaimana monopoli tetapi di pasar yang sempit dengan
produk substitusi yang dekat.
Peneliti ekonomi produksi memasukkan aspek managerial
dalam perubahan intersep dalam fungsi produksi yang ditemukan.
Informasi tentang intersep seringkali diinterpretasikan sebagai
proxy dari teknologi dan kemampuan manajerial yang dimiliki
produsen termasuk di dalamnya adalah kapasitas
entrepreneurship. Dengan pendekatan ini, produsen yang
diobservasi memiliki constant manajerial skill dan juga constant
entrepreneurial capacity.
Secara teoritis, entrepreneurship tidaklah memiliki tempat
dalam analisis ilmu ekonomi (Baumol 1968; Montanye 2006).
Teori ekonomi produksi menggunakan fungsi produksi dan
mengukur efisiensi produksi berdasarkan asumsi rasionalitas,
pasar persaingan, dan memaksimumkan profit.

192
9. PERUBAHAN LINGKUNGAN TERHADAP EKONOMI PRODUKSI

Di dalam pembahasan teoritis mengasumsikan pula bahwa


informasi adalah sempurna di pasar untuk penjual maupun
pembeli. Produsen tidak memiliki kendala modal dalam alokasi
input sehingga mengalokasikan input sedemikian hingga tercapai
keuntungan yang maksimum atas harga input dan harga output
yang tertentu di pasar. Lebih lanjut, mengasumsikan adanya pasar
persaingan berarti produk adalah homogen. Sehingga, kajian
teoritis belum memberikan tempat bagi entrepreneurship.
Uraian di atas menggambarkan bagaimana model ekonomi
disusun dan entrepeneurship belum memiliki tempat dalam
neoclassical economic theory (Hughes 1986; Casson 2005;
Amanor-Boadu 2006; Grebel, Pyka Hanusch 2003). Kenyataannya
adalah bahwa banyak sekali permasalahan di pasar yang
menyebabkan asumsi dari pasar persaingan seringkali tidak dapat
dipenuhi dengan baik. Sebagai contoh misalnya adalah bahwa
informasi sebenarnya tidak tersedia secara sempurna di pasar.
Penjual tidak memiliki informasi yang sama dengan pembeli.
Demikian pula, masing-masing penjual dan pembeli tidak
memiliki perfect foresight tentang apa yang akan terjadi saat
proses produksi dan juga saat panen. Sehingga entrepreneurship
menjadi penting untuk dimiliki produsen dalam rangka
beradaptasi atas perubahan-perubahan di pasar dan mengambil
keputusan terbaik untuk mencapai titik optimum keseimbangan
produsen (Schultz, 1975).
Kirzner (1997) dan Schumpeter (1989) mendefinisikan
entrepreneur dari sudut pandang yang berlawanan. Kirzner dan
juga Schultz melihat entrepreneur sebagai kemampuan untuk
mengeksploitasi peluang di dalam pasar karena adanya
disequilibrium di pasar. Dari sudut pandang yang lain,
Schumpeter melihat entrepreneur sebagai kemampuan atau daya
inovasi dan kreatifitas yang justru bisa merubah keseimbangan
pasar (creative destruction). Lebih lanjut, Schultz berargumen
bahwa entrepreneurship ada pada setiap agen ekonomi dengan
level yang berbeda-beda. Semakin tinggi entrepreneurship yang
dimiliki maka semakin tinggi kemampuan memanfaatkan peluang
di pasar untuk memperoleh benefit yang lebih tinggi.

193
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Luca, Cazan, dan Tomulescu (2013) mengeksplorasi


konsep entrepreneurship dan mengungkap beberapa penelitian
sebelumnya yang memberi penekanan pada personality traits
dalam mendiskusikan entrepreneurship. Beberapa kharakter yang
menonjol dari seorang entrepreneur adalah proactivism (Crant,
1996), achievement motivation autonomy, toleran terhadap
ambiguity, dan moderate terhadap risiko (Kickul dan Gundry,
2002); intuitive cognitive style, entrepreneurial self-efficacy dan
entrepreneurial intention (Barbosa, Gerhardt, Kickul, 2007);
kontrol internal, kecenderungan risk-taking yang moderate, dan
n-Ach yang tinggi (Chell, 2008); kreatifitas dan inovasi (Ward,
2005), mandiri (Fisher dan Koch, 2008).
Sebagaimana argumen dari Schultz yang menyatakan
bahwa entrepreneurship ada pada setiap individu dalam level yang
berbeda-beda, Kahan (2013) memberikan point tambahan yang
esensial berkaitan dengan entrepreneurship di dalam usaha
pertanian atau usahatani. Kahan secara general menyatakan
bahwa petani atau produsen di sektor pertanian sebagai
entrepreneur adalah petani yang memiliki kapasitas untuk
merubah tantangan menjadi peluang dan kelemahan menjadi
kekuatannya, mampu bertahan di pasar, dan mampu bertahan
dalam situasi bisnis yang komplek, dinamik, dan berisiko.
Dalam bisnis yang berisiko dan penuh ketidakpastian,
entrepreneurship memiliki peran yang sangat strategis tidak
hanya untuk bertahan dalam lingkungan berisiko tetapi juga
untuk memiliki kemampuan merubah tantangan menjadi peluang.
Didefinisikan oleh Wolf dan Schoorlemmer (2007) bahwa
produsen pertanian sebagai entrepreneur adalah individu yang
memiliki kapasitas untuk membuat dan mengembangkan bisnis
usahatani yang menguntungkan. Dalam perspektif ini, jangkauan
waktu seorang entrepreneur tidak hanya short-term tetapi lebih
merupakan long-term perspective. Sehingga long-term profit
adalah salah satu tujuan utama dari entrepreneur.

194
9. PERUBAHAN LINGKUNGAN TERHADAP EKONOMI PRODUKSI

Pembahasan entrepreneurship ini selanjutnya secara


eksplisit menggunakannya sebagai salah satu variable yang
dipertimbangkan dalam spesifikasi fungsi produksi, khususnya
berkaitan dengan pengaruhnya terhadap technical efficiency.
Sehingga, tingkat entrepreneurship antar observasi memiliki
variasi dan akan diketahui bagaimana pengaruh variabel
entrepreneurship ini mempengaruhi variasi produksi dan technical
efficiency.
Diasumsikan bahwa semua input adalah penting dan
memenuhi the law of diminishing marginal productivity; kemudian
fungsi produksi dispesifikasikan sebagai berikut:
𝑝
𝑎+𝑏𝐸 𝛽𝑖
9.1 𝐿𝑦 = 𝑒 ∏ 𝑋𝑖 𝑒𝜀
𝑖=1

Di mana E adalah tingkat entrepreneurship produsen.


Spesifikasi fungsi di atas dapat direpresentasikan dalam
grafik berikut ini.

Gambar 37. Efek entrepreneurship terhadap pergeseran fungsi


produksi ke atas (pengaruh peningkatan intersep)
Sumber: Dokumentasi Penulis

195
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Entrepreneurship juga mungkin saja berdampak pada


peningkatan kinerja input digunakan dalam produksi. Sehingga
model yang dispesifikasikan berubah menjadi sebagai berikut:
𝑝 𝑝

9.2 𝐿𝑛 𝑦 = 𝑎 + ∑ 𝛽𝑖 ln 𝑋𝑖 + ∑ 𝛼𝑖 (𝐸 ln 𝑋𝑖 ) + 𝜀
𝑖=1 𝑖=1
𝑝

9.3 𝑦 = 𝑒 𝑎 ∏ 𝑋𝑖 𝛽𝑖+𝛼𝑖𝐸 𝑒 𝜀
𝑖=1

Dalam bentuk ini, maka entrepreneurship meningkatkan


kontribusi input terhadap pembentukan output (produktifitas
input) dan dalam perspektif dua input dapat digambarkan sebagai
berikut.

Gambar 38. Efek of entrepreneurship pada peningkatan


produktifitas input (diadopsi dari Sujarwo dan Nuhfil Hanani,
2016)
Sumber: Dokumentasi Penulis

196
9. PERUBAHAN LINGKUNGAN TERHADAP EKONOMI PRODUKSI

9.2 Faktor Lingkungan Internal Mempengaruhi


Produksi: Inovasi dan Adopsi Teknologi Baru
Jika entrepreneurship memiliki daya inovasi pada kegiatan
produksi dan operasi, maka pemahaman terhadap aspek inovasi
dan adopsi teknologi baru di sini sebagai faktor internal
mengandung arti bahwa sumber inovasi dan teknologi adalah dari
perusahaan itu sendiri. Artinya pula, bahwa inovasi teknologi
tersebut telah diimplementasikan sehingga berpengaruh pada
produktifitas input dan juga mempengaruhi struktur biaya dan
keuntungan produsen dalam kegiatan produksinya.
Perusahaan atau produsen yang memiliki skala ekonomis
cukup pada umumnya memiliki lembaga R&D sendiri dalam
mengembangkan produk dan produksinya. Dengan demikian,
jenis produsen seperti ini telah menempati posisi di struktur
pasar yang bukan lagi pasar persaingan. Hal ini karena produk
yang dihasilkan sudah tidak lagi dapat dikatakan homogen dengan
yang lainnya. Minimal perusahaan ini ada di struktur pasar
monopolistik.
Dalam pembahasan di buku ini, diasumsikan bahwa
produsen atau perusahaan ini dengan inovasinya mampu
meningkatkan kinerja input sehingga produksi frontiernya
meningkat. Hal ini digambarkan sebagai berikut.
Di gambar di bawah ini, m adalah vektor input digunakan
(lebih dari 1 input atau bundle of input used). Ketika perusahaan
menggunakan bundle input di m0 dan menggunakan teknologi
lama, yaitu y0, maka dihasilkan tingkat output Y0. Kemudian,
perusahaan terus berupaya melakukan inovasi untuk peningkatan
produktifitas input-input digunakan dalam produksi. Hasilnya
adalah untuk bundle input digunakan, m0, kemudian dapat
dihasilkan output sebesar Y1, di mana Y1>Y0.

197
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Gambar 39. Efek perbaikan teknologi pada produksi dan


produktifitas input produksi
Sumber: Dokumentasi Penulis

Perubahan karena adanya adopsi teknologi baru yang


dilakukan oleh perusahaan ini dapat dilihat dari sisi output, yaitu
perubahan biaya total produksi sebagai berikut.

Gambar 40. Efek perbaikan teknologi pada tingkat


keuntungan perusahaan
Sumber: Dokumentasi Penulis

198
9. PERUBAHAN LINGKUNGAN TERHADAP EKONOMI PRODUKSI

Ketika perusahaan memperbaiki teknologi produksinya, asumsi


ceteris paribus berlaku, maka dengan biaya produksi yang sama
untuk pembelian input-input dalam kegiatan produksi dihasilkan
output yang lebih besar. Akhirnya, keuntungan perusahaan
meningkat dari “ab” menjadi “cd” di mana cd>ab.

9.3 Faktor Lingkungan Eksternal Mempengaruhi


Produksi: Perubahan Cuaca
Faktor eksternal berupa iklim dan cuaca mempengaruhi kegiatan
produksi, terutama untuk sektor pertanian, dengan sangat
signifikan. Pengaruh dan bahkan ketergantungan kegiatan
produksi pada cuaca berdampak pada:
1. Kecenderungan untuk berproduksi produk pertanian pada
waktu yang bersamaan, sehingga di sektor pertanian dikenal
dengan adanya musim panen raya dan musim paceklik
2. Kemungkinan terjadinya penurunan produksi yang signifikan
dan biaya produksi yang lebih tinggi, jika terjadi cuaca buruk
sehingga merugikan produsen
Pada gambar di bawah ini, cuaca buruk memaksa
produsen untuk mengunakan biaya produksi lebih banyak dan
produktifitas input yang lebih rendah memaksa kurva TC berubah
lebih rendah menjadi TC’. Efek lanjut dari perubahan TC ini adalah
bergesernya MC ke MC’. Sehingga supply output oleh perusahaan
bergeser dari S0 ke S1 di mana S1<S0.
Informasi selanjutnya adalah terkait dengan keuntungan
perusahaan. Perusahaan yang terdampak dengan cuaca buruk
menyebabkan naiknya biaya produksi dan penurunan output
produksi sehingga keuntungan menurun dari segiempat “abcd”,
yang memiliki area lebih besar, menjadi segiempat “aefg” yang
luas areanya lebih kecil. Dalam kasus ini, harga output tidak
berubah, yaitu Py.

199
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Gambar 41. Efek cuaca buruk pada kemampuan produksi


dan keuntungan produsen
Sumber: Dokumentasi Penulis

200
9. PERUBAHAN LINGKUNGAN TERHADAP EKONOMI PRODUKSI

9.4 Faktor Lingkungan Eksternal Mempengaruhi


Produksi: Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah terhadap kegiatan produksi, khususnya di
sektor pertanian sangat intensif dilakukan. Hal ini karena
produsen/petani mendapatkan tekanan yang tinggi dalam
kegiatan produksi pertanian. Dari sisi input, produsen banyak
bergantung pada produsen input, sehingga produsen/ petani
hanya menerima harga input yang ditetapkan perusahaan
penyedia input produksi dan memiliki kecenderungan harga yang
semakin meningkat. Dari sisi output, produsen bergantung pada
harga pasar dan juga pengaruh musim yang tinggi. Kedua sisi ini
seringkali mereduksi keuntungan produksi petani, sehingga
pemerintah hadir untuk membantu petani. Berikut adalah
ilustrasi justifikasi ilmiah ekonomi peran pemerintah dalam
membantu produsen/ petani.
Pemerintah dapat melakukan intervensi produksi melalui
harga input produksi, harga output produksi, maupun perbaikan
teknologi. Ketiganya merupakan langkah yang dapat dilakukan
pemerintah sehingga produsen/ petani mampu setidaknya
mengurangi dampak buruk tekanan dari sisi input maupun output
dan mempertahankan profitabilitas usahanya.
Kebijakan-kebijakan pemerintah dalam kegiatan produksi,
seperti halnya di sektor pertanian, merupakan upaya yang
berdimensi jangka pendek, short-run policies, atau boleh
dikatakan sebagai suplemen yang sudah seharusnya untuk tidak
dikonsumsi setiap waktu dalam jangka panjang. Artinya,
kemandirian produsen/ petani harus terus diupayakan oleh
petani sendiri dan pemerintah sehingga profitabilitas usaha di
sektor pertanian dapat tetap terjaga dalam jangka panjang.
Kebijakan-kebijakan di lakukan pemerintah harus semakin
dikurangi dari waktu ke waktu karena petani semakin berdaya
dan mandiri.
Jika memang situasi sangat membutuhkan kebijakan
pemerintah karena ketidakberdayaan petani, misalnya

201
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

pemerintah menetapkan kebijakan harga input dan ketersediaan


input yang cukup untuk kegiatan produksi. Sehingga berlaku hal
berikut ini.

Sebelum kebijakan Kebijakan Sesudah kebijakan


𝜋 = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶 Harga input: 𝜋

𝜋 = 𝑃𝑦 . 𝑦 − ∑ 𝑃𝑥𝑖 . 𝑋𝑖 𝑃𝑥𝑖 < 𝑃𝑥𝑖 ′
= 𝑃𝑦 . 𝑦 − ∑ 𝑃𝑥𝑖 . 𝑋𝑖
− 𝐹𝐶 − 𝐹𝐶
Produsen yang Harga input Input digunakan
′∗
terkendala biaya, yang lebih lebih banyak (𝐷𝑥𝑖 >
memiliki alokasi rendah ∗
𝐷𝑥𝑖 :
input: mendorong ′∗
𝐷𝑥𝑖
∗ demand input ′
𝐷𝑥𝑖 = 𝑓(𝑃𝑥𝑖 , 𝑃𝑥𝑗 , 𝑃𝑦 , 𝐶)
meningkat
= 𝑓(𝑃𝑥𝑖 , 𝑃𝑥𝑗 , 𝑃𝑦 , 𝐶)

Output kebijakan harga input:


1. Produksi meningkat karena input digunakan
meningkat, ceteris paribus
2. Keuntungan produksi meningkat karena TR naik
(karena kenaikan output) dan TC turun (karena
adanya kebijakan harga input yang lebih rendah)

Dengan asumsi bahwa produsen adalah rasional,


perusahaan ada di pasar persaingan, dan kebijakan pemerintah
dari sisi input tidak menyebabkan over-supply yang merusak
harga output di pasar, maka situasi di atas jika digambarkan
dalam bentuk grafik dapat disajikan sebagai berikut.

202
9. PERUBAHAN LINGKUNGAN TERHADAP EKONOMI PRODUKSI

Gambar 42. Peningkatan produksi dan keuntungan karena


kebijakan harga input
Sumber: Dokumentasi Penulis

Gambar di atas menunjukkan bahwa dengan adanya


kebijakan harga menurunkan biaya produksi dari TC menjadi TC’
dan meningkatkan keuntungan produksi produsen. Efek yang lain
dari kebijakan ini adalah peningkatan jumlah produk yang dijual
ke pasar per produsen, yaitu dari Y0 ke Y1.
Kapan kebijakan input ini berhasil? Kebijakan yang
berhasil membawa pada peningkatan keuntungan produsen dan
peningkatan ketersediaan produk di pasar terjadi ketika
peningkatan produksi ini tidak menyebabkan oversupply produk
di pasar. Jika terjadi oversupply, maka hukum pasar berlaku dan
harga keseimbangan bisa menurun dan justru berdampak buruk
bagi produsen. Hal ini akan dibahas berikut ini.
Sektor pertanian adalah termasuk bisnis yang berisiko
tinggi karena ketergantungan pada cuaca yang tinggi dan adanya
time-lag untuk merespon pasar karena ketergantungan pada
proses biologis dari tanam sampai panen. Di samping itu, fluktuasi
harga juga merupakan faktor yang sangat merugikan petani.

203
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Dengan rendahnya elastisitas penawaran sektor pertanian,


perubahan sedikit jumlah barang ditawarkan di pasar akan
direspon dengan perubahan harga yang sangat besar. Pada saat
panen raya, tentu terjadi surplus produk pangan di pasar sehingga
penurunan harga yang signifikan seringkali terjadi dan ini sangat
merugikan petani. Penurunan harga berakibat penurunan
penerimaan petani dan secara langsung adalah menurunkan
keuntungan. Berikut adalah ulasan dengan pendekatan grafis
tentang hal ini.
Pada sisi penawaran output, dengan asumsi faktor yang
lain konstan (Ceteris Paribus), maka produsen harus hati-hati
dalam keputusan produksi dan menghindari oversupply yang
dapat merugikan produsen produk pertanian dalam kasus ini. Hal
ini digambarkan sebagai berikut.

Gambar 43. Dampak Excess Supply terhadap Penurunan Harga


Sumber: Dokumentasi Penulis

Grafik di atas menjelaskan bagaimana peningkatan


produksi baik dari efek kebijakan harga input maupun aplikasi
teknologi baru menyebabkan peningkatan output dijual di pasar
dari Y0 ke Y1 yang berdampak pada peningkatan surplus
produksi di pasar. Hal ini dapat menurunkan harga dalam

204
9. PERUBAHAN LINGKUNGAN TERHADAP EKONOMI PRODUKSI

proporsi yang jauh lebih besar. Tentu, ini sangat merugikan petani
yang berdampak pada turunnya keuntungan di peroleh petani.
Selain kebijakan harga input, intervensi kebijakan
pemerintah juga dapat melali kebijakan harga output. Kebijakan
harga output ini populer untuk menjaga keterjangkauan
konsumen atau menjaga profitabilitas produksi. Di sektor
pertanian dikenal dengan kebijakan harga dasar dan kebijakan
harga atap. Kebijakan harga dasar terjadi ketika panen melimpah
sehingga harga tidak turun merugikan produsen. Penetapan harga
dasar melindungi produsen dari kerugian produksi. Di sisi lain,
ketika musim paceklik terjadi, yaitu produksi sangat rendah,
harga dapat meningkat tajam. Konsumen akan sangat dirugikan.
Pemerintah menetapkan harga atap ini untuk menahan harga dari
meningkat lebih jauh. Kebijakan harga atap melindungi
konsumen.
Kebijakan harga pada saat panen raya dikenal dengan
kebijakan harga dasar, yaitu mencegah harga turun yang
kemudian merugikan produsen/ petani. Implikasi kebijakan ini
adalah adanya daya serap pemerintah atas surplus yang ada di
pasar sehingga keseimbangan pasar tetap terjaga. Pada umumnya
kebijakan ini adalah untuk komoditas pangan utama, seperti
beras.
Fakta disektor pertanian Indonesia adalah skala produksi
yang relatif rendah, jumlah petani yang banyak, dan lokasi
produksi yang terpisah-pisah. Ini menjadi sumber permasalahan
dalam pengendalian surplus di pasar karena pemerintah akan
sangat sulit memprediksi berapa surplus dan berapa dana
pemerintah harus disiapkan untuk menyerap surplus tersebut.
Hal yang sulit lainnya dalam kebijakan ini adalah kapan kebijakan
harus diumumkan. Banyaknya permasalahan dalam penerapan
kebijakan ini menyebabkan seringkali kebijakan penetapan harga
output, khususnya harga dasar, memiliki kinerja yang belum
optimal.

205
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Berikut adalah representasi grafik menunjukkan seberapa


besar pemerintah harus menyerap surplus produksi pangan di
pasar. Kebijakan ini akan lebih efektif dalam menyelamatkan
keuntungan produksi pangan jika estimasi atas surplus dapat
dilakukan dengan tepat.

Gambar 44. Penetapan harga dasar pangan sekaligus dalam


rangka stabilisasi harga
Sumber: Dokumentasi Penulis

Dalam gambar di atas terdapat infomasi bahwa kebijakan


harga dasar sangat diperlukan karena dengan tambahan supply
output di pasar (oversupply) lebih sedikit, yaitu dari Y0 ke Y1
maka harga turun sangat drastis, yaitu dari P0 ke P1. Tanpa
kebijakan pemerintah keseimbangan pasar turun dari E0 ke E1
dan surplus produsen turun sebesar trapesium dalam daerah di
arsir (shaded area). Keseimbangan di E1 menguntungkan
konsumen dan menurunkan surplus produsen dengan signifikan.
Jika pemerintah kemudian menetapkan harga dasar
sekaligus program stabilisasi harga yaitu tetap menjaga harga di
P0, maka pemerintah harus menyerap surplus pangan di pasar
sebesar (Y2-Y1). Dalam kasus di Indonesia, penyerapan surplus
ini dilakukan oleh BULOG (Badan Urusan Logistik).

206
9. PERUBAHAN LINGKUNGAN TERHADAP EKONOMI PRODUKSI

Upaya pemerintah untuk meningkatkan kinerja produksi


khususnya untuk pangan tidak hanya dari aspek harga input-
output dan teknis produksi, tetapi juga terkait dengan
kelembagaan produsen, dalam hal ini petani. Aspek kelembagaan
dalam petani adalah mengarahkan petani sebagai produsen untuk
memproduksi produk pertanian dalam konsep kawasan sehingga
manajemen produksi lebih mudah dan skala ekonomi produksi
dapat tercapai. Skala ekonomi produksi tentu akan berimplikasi
pada efisiensi jika didukung dengan manajemen yang baik. Skala
ekonomi jika digabungkan dengan teknologi dan informasi dapat
ditransformasikan menjadi daya saing.
Produksi pertanian dalam konsep kawasan akan
memungkinkan perencanaan produksi dan aplikasi teknologi yang
lebih baik. Namun tantangannya juga relatif besar, terutama
terkait dengan biaya transaksi atas koordinasi antar petani
sehingga memiiki kesediaan melakukan produksi dalam satu
perencanaan bersama yang dikenal dengan cooperative farming,
atau bahkan berproduksi bersama di bawah manajemen tertentu
berorientasi bisnis, yang kemudian dikenal dengan corporate
farming.

9.5 Ringkasan
Produsen dalam orientasi bisnisnya bersifat rasional dengan
berupaya mendapatkan keuntungan terbesar yang
memungkinkan dapat dicapai. Aspek praktisnya adalah produsen
atau perusahaan memerlukan tidak hanya pemahaman teknis
produksi tetapi juga pemahaman terhadap aspek lingkungan
produksinya baik yang bersifat internal maupun eksternal.
Dalam bab ini aspek lingkungan internal yang dibahas
adalah faktor entrepreneurship dan manajerial, inovasi dan
adopsi teknologi baru. Baik entrepreneurship maupun manajerial
skill memiliki ekspektasi pengaruh pada efisiensi maupun
perbaikan produktifitas input produksi. Sehingga, peningkatan
baik entrepreneurship maupun managerial skill berpotensi
207
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

meningkatkan production frontier. Pengaruh pada efisiensi dan


produktifitas juga diharapkan ketika produsen mengadopsi
teknologi baru dari pengembangan teknologi produksi yang
dilakukan oleh produsen atau perusahaan.
Sedangkan lingkungan eksternal produksi yang dibahas
dalam bab ini adalah pengaruh cuaca dan kebijakan pemerintah.
Khusus untuk produksi di sektor pertanian, cuaca adalah faktor
yang sangat dominan dalam kegiatan produksi. Karena adanya
perubahan cuaca maka ada pada masa tertentu cocok untuk
produksi tanaman tertentu dan pada masa lain cocok untuk
lainnya. Sifat musiman dalam produksi pertanian adalah efek dari
ketergantungan pada musim. Dampak selanjutnya adalah adanya
oversupply pada suatu waktu dan deficit produksi pada waktu
yang lain. Fluktuasi produksi ini sangat berdampak pada flutuasi
harga komoditas pertanian di pasar dan ini sangat merugikan
petani sebagai produsen.
Pemerintah selanjutnya hadir untuk membantu produsen
yang sangat tertekan dari sisi input maupun output. Kebijakan
yang sering diaplikasikan pemerintah adalah kebijakan harga
input dan harga output. Kebijakan harga ini pada intinya adalah
menjaga agar produksi di pertanian masih tetap menguntungkan
walaupun ancaman penurunan produktifitas dan keuntungan
produksi sangat besar. Kebijakan harga input berimplikasi pada
penurunan TC produksi sehingga tidak hanya menjaga
keuntungan produksi tetapi juga memotivasi produsen untuk
menghasilkan produksi lebih banyak. Kebijakan harga output
untuk produsen berupa kebijakan harga dasar, yaitu mencegah
produsen dai kerugian akibat harga yang semakin jatuh saat
panen raya. Selain kebijakan harga, pemerintah pada umumnya
juga melakukan intervensi dengan melakukan pengembangan
kelembagaan di produsen.
Penguatan aspek kelembagaan bertujuan untuk
meningkatkan skala ekonomi produksi, di sektor pertanian
khususnya, karena sifat produksi yang masih berskala kecil

208
9. PERUBAHAN LINGKUNGAN TERHADAP EKONOMI PRODUKSI

sehingga menjadi hambatan besar dalam aplikasi teknologi


produksi yang lebih baik. Penguatan kelembagaan yang diarahkan
untuk pencapaian skala produksi yang ekonomis juga diharapkan
dapat meningkatkan efisiensi operasi dan daya saing produk
sehingga dapat menjangkau pasar lebih luas dengan lebih efisien.
Konsep cooperative atau corporate farming menjadi contoh
bentuk produksi dipertanian yang berpotensi memiliki skala
ekonomi yang cukup untuk penerapan teknologi yang lebih baik.

9.6 Pertanyaan Review


1. Sebutkanlah minimal 2 faktor internal yang berpengaruh pada
kegiatan produksi secara signifikan! Jelaskan pengaruh
tersebut!
2. Sebutkanlah minimal 2 faktor eksternal yang berpengaruh
pada kegiatan produksi secara signifikan! Jelaskan pengaruh
tersebut!
3. Perubahan harga produk pertanian sangat berfluktuasi.
Jelaskan kenapa hal ini terjadi dan jelaskan pula dampaknya
bagi produsen!
4. Pemerintah memiliki peran penting dalam melindungi
produsen khususnya di bidang pertanian. Jelaskan kenapa
pemerintah harus hadir di sektor pertanian!
5. Kehadiran pemerintah di kegiatan produksi, seperti dalam
bentuk melakukan kebijakan harga input maupun harga
output, seharusnya dilakukan dalam perspektif solusi jangka
pendek. Jelaskan hal ini!

9.7 Diskusi
1. Dalam rangka Sustainable Development, pembangunan
pertanian memiliki peran yang sangat penting dalam
mendinamisasi sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki
surplus tenaga kerja, memiliki kontribusi besar pada

209
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

pendapatan nasional (walaupun trend semakin menurun),


dan juga berpotesi dalam menciptakan nilai tambah yang
besar. Diskusikanlah hambatan-hambatan dan peluang-
peluang dalam ekonomi produksi pertanian ke depan,
terutama setelah adanya industri 4.0!
2. Diskusikanlah bagaimana adaptasi terbaik bagi produsen
dalam menghadapi risiko pasar, risiko teknologi produksi,
dan risiko perubahan cuaca yang mengancam keberlanjutan
profitabilitas produksi di sektor pertanian!

210
10. RISIKO DAN KETIDAKPASTIAN DALAM EKONOMI PRODUKSI

. 10 .
RISIKO DAN
KETIDAKPASTIAN
DALAM
PRODUKSI
Bab 1 sampai Bab 8 memberikan pengetahuan proses
pengambilan keputusan seorang manajer dalam produksi pada
kondisi certainty ayau kepastian. Artinya, seorang manajer atau
produsen atau perusahaan memutuskan untuk memproduksi
sejumlah tertentu output untuk memaksimalkan keuntungannya
sehingga tercapai kondisi MC = Py. Atau, dari sisi input
diupayakan tingkat penggunaan input dan level output ketika
VPMx=Px. Ketika perusahaan atau produsen menghadapi kendala,
maka produsen memaksimumkan keuntungan atau

211
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

meminimumkan keuntungannya berdasarkan kendala yang


dipertimbangkan. Selalu diasumsikan dalam membahas optimasi
produksi ini adalah harga jelas bisa diobservasi, informasi yang
dimiliki produsen terhadap pasar juga sempurna, dan nyaris
pembahasan didasarkan pada lingkungan yang ideal sehingga
keputusan optimum dicapai dengan atau tanpa kendala produksi.
Realitas menunjukkan hal yang tidak seperti diasumsikan.
Produsen atau perusahaan menghadapi banyak ketidakpastian
dalam kegiatan produksi. Produsen menghadapi ketidakpastian
harga di pasar baik harga input maupun harga output. Perusahaan
atau produsen juga menghadapi ketidakpastian produksi,
khususnya untuk produksi di sektor pertanian. Hal ini karena
produksi di sektor pertanian sangat tergantung pada cuaca yang
penuh dengan ketidakpastian. Meskipun dialokasikan input dalam
jumlah yang sama, maka tingkat output produksi dari masing-
masing produsen/petani akan didapat hasil yang tidak pasti.
Selanjutnya, bab ini membahas kegiatan produksi dalam kondisi
risiko dan ketidakpastian.
Pertama-tama diperlukan kejelasan apakah yang
dimaksud dengan risiko dan apakah yang dimaksud dengan
ketidakpastian. Pertama kali pemikiran tentang aspek risiko dan
ketidakpastian disampaikan oleh Knight (1921). Dalam
tulisannya, Knight menyampaikan bahwa pada umumnya istilah
risiko atau risk berkaitan dengan suatu yang bernilai negatif,
sedangkan membicarakan yang terkait dengan uncertainty
sebagai istilah yang relatif tidak berkonotasi negatif. Namun
demikian, Knight memberikan kejelasan atas perbedaan keduanya
yang kemudian dijadikan referensi sampai saat ini. Istilah risk
atau risiko merupakan hal yang terkait dengan ketidakpastian
yang terukur. Ini berarti bahwa berbicara masalah risiko adalah
membahas sesuatu yang memang tidak secara pasti outcomenya
tetapi dalam probabilitasnya, outcome itu bisa dinyatakan. Ini
adalah efek dari imperfect knowledge. Sedangkan, untuk
uncertainty adalah yang tidak diketahui probabilitas terjadinya.

212
10. RISIKO DAN KETIDAKPASTIAN DALAM EKONOMI PRODUKSI

Khusus terkait dengan pertanian, risiko dan


ketidakpastiannya lebih tinggi dibandingkan dengan risiko dan
ketidakpastian pada sektor industri. Hal ini dikarenakan
pertanian sangat terkait dengan proses biologis tanaman atau
ternak dan juga cuaca dan lingkungan yang mempengaruhinya.
David Kahan (2008) mengidentifikasi sumber risiko dalam
produksi pertanian dalam 5 kelompok, yaitu: (1) risiko produksi,
(2) risiko pemasaran, (3) risiko finansial, (4) risiko kelembagaan,
dan (5) risiko manusia.
Risiko dalam produksi dipahami sebagai risiko karena
proses produksi yang berinteraksi dengan lingkungan bebas yang
berpotensi pada adanya serangan hama dan penyakit dan juga
perubahan cuaca. Serangan hama dan penyakit akan menurunkan
potensi produksi dan penurunan penerimaan produsen.
Risiko dalam pemasaran terjadi ketika produsen
memasuki pasar. Karena mengakses pasar juga berisiko ( seperti
halnya perubahan harga output yang diluar kemampuan
produsen untuk mempengaruhinya (asumsi pasar persaingan).
Perubahan harga produk pertanian ini sangat sensitif dengan
adanya surplus produksi di pasar. Sehingga sangat baik jika
produsen mampu membuat perencanaan produksi sehingga tidak
menyebabkan kelebihan produksi di pasar. Namun demikian, hal
ini tidak mudah dilakukan karena produsen pada umumnya
berproduksi baik pada on-season sehingga hasil melimpah
(surplus) dan sangat kesulitan berproduksi pada off-season
sehingga terjadi kekurangan suplai (deficit). Inilah yang
menyebabkan harga produk pertanian pada umumnya juga
bergerak secara musiman.
Risiko finansial terjadi karena ketidakpastian yang tinggi
di produksi pertanian. Ketidakpastian ini melahirkan peluang
yang tinggi untuk kehilangan profit yang merugikan produsen.
Sehingga risk management menjadi sangat vital untuk dipahami
dalam rangka mengurangi risiko kehilangan hasil.

213
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Drollette (2009) mengidentifikasi beberapa hal yang dapat


dilakukan untuk mengelola risiko finansial, yaitu:
1. Pencatatan keuangan (financial record) untuk mengetahui
kondisi finansial dan mengevaluasi apakah kegiatan produksi
telah berjalan sesuai dengan yang seharusnya atau tidak
2. Pengelolaan pinjaman, dimaksudkan bahwa pinjaman yang
diakukan untuk kegiatan produksi harus dikelola dalam batas
yang dapat dikembalikan. Obst, Graham, dan Christie (2007)
dalm bukunya Financial Management for Agribusiness
menyatakan bahwa debt-servicing to income ratio, yaitu total
pengembalian (interest and loan repayments) terhadap income,
dengan nilai melebihi 25% dapat menyulitkan perusahaan.
Berkaitan dengan ekuitas, owner’s equity yaitu selisih antara
total aset dan total hutang. Persentase ekuitas adalah
persentasi ekuitas dengan total aset. Ukuran performance
keuangan yang harus diperhatikan terkait dengan usaha
agribisnis adalah tingkat ekuitas produsen yang tidak kurang
dari 60 persen.
3. Meningkatkan kemampuan saving atau reserve dari
penerimaan produksi. Biaya operasi seringkali mengalami
fluktuasi seiring dengan kebutuhan penggunaan input yang
juga berubah seiring perubahan iklim atau lingkungannya
sehingga financial reserve dimiliki produsen agribisnis ini
memberikan ruang bergerak kepada perusahaan jika terjadi
perubahan-erubahan dalam pembiayaan operasi perusahaan.
4. Sewa lahan atau mesin-mesin, keputusan sewa seringkali
menjadi pilihan atas investasi agribisnis yang relatif berisiko.
Dengan sewa lahan dan sewa mesin pertanian dapat
menurunkan risiko finansial, khususnya terkait alat mesin
pertanian, yaitu dengan tidak diperlukannya pinjaman untuk
membeli alat-alat pertanian dibutuhkan.
Risiko kelembagaan (institutional risk) mengacu pada
perubahan tak terduga dipenyediaan layanan dari lembaga yang
mendukung pertanian. Lembaga dimaksud dapat bersifat formal

214
10. RISIKO DAN KETIDAKPASTIAN DALAM EKONOMI PRODUKSI

dan informal dan termasuk bank, koperasi, lembaga pemasaran,


penyalur input dan kebijakan pemerintah. Bagian dari risiko
institusional adalah ketidakpastian kebijakan pemerintah yang
memengaruhi pertanian, seperti kebijakan dukungan harga dan
subsidi. Risiko yang dihadapi petani seringkali merupakan hasil
dari keputusan yang diambil oleh pembuat kebijakan dan
pengelola agribisnis sendiri. DeVuyst, et al (2013) memberikan
alternatif bentuk kelembagaan koperasi (cooperative) yang
memungkinkan akumulasi operasi produksi yang mencapai
economies of scale sehingga memungkinkan untuk mereduksi
risiko individual ke risiko koperasi. Peluang untuk menghasilkan
risiko koperasi lebih rendah dari risiko individu terjadi ketika
pengelolaan koperasi dilakukan dengan profesional dan efisiensi
dihasilkan koperasi lebih tinggi dibandingkan dengan efisiensi
individual produsen.
Risiko manusia yang dimaksudkana adalah risiko karena
musibah yang terjadi pada pelaku bisnis pertanian, seperti sakit
atau kematian yang dialami oleh keluarga dan atau pelaku
perusahaan agribisnis. Kecelakaan, penyakit, dan kematian dapat
mengganggu kinerja pertanian. Keresahan politik dan perubahan
sosial di masyarakat juga dapat membatasi ketersediaan tenaga
kerja. Perubahan sosial dimasyarakat dimaksud seperti stereotif
negatif bekerja di sektor pertanian yang cenderung kotor dan
miskin membuat generasi muda tidak tertarik bekerja di
pertanian dan kelangkaan tenaga kerja menjadi masalah. Sehingga
saat menanam atau panen atau memelihara ternak, individu
produsen tidak dapat memastikan apakah mereka akan memiliki
cukup tenaga kerja untuk mengoperasikan perusahaan pertanian.

10.1 Perilaku Produsen terhadap Risiko


Pembahasan tentang perilaku produsen pada bab-bab
sebelumnya belum mempertimbangkan aspek risiko dan
ketidakpastian. Namun, realitas menunjukkan bahwa kegiatan
produksi sangat intens dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar

215
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

input produksi yang diidentifikasi perusahaan. Sebagai contoh,


perusahaan untuk mencapai efisiensi alokatif mempertimbangkan
bagaimana perubahan harga di pasar. Selama ini diasumsikan
bahwa harga pasar adalah tertentukan oleh pasar dan dapat
diketahui oleh produsen secara sempurna. Namun bagaimanakah
realitasnya? Harga baik input maupun output cenderung berubah-
ubah dan tentu ini mengganggu efisiensi produksi. Pembiayaan
produksi juga menjadi tidak menentu dan keuntungan produksi
pada akhirnya juga menjadi tidak menentu.
Risiko dan ketidakpastian dalam produksi secara intensif
mengganggu efisiensi produksi di sektor pertanian. Beberapa
yang dapat diidentifikasi sebagai sumber risiko dan
ketidakpastian adalah:

1. Ketidakpastian harga; harga di pasar input maupun di pasar


input sangat bergantung pada perubahan demand dan juga
supply. Ketika demand relatif konstan untuk produk pangan
dari sektor pertanian misalnya, tetapi produksi pertanian
yang sangat bergantung pada musim menjadi bervariasi hasil
produksinya meskipun input digunakan sama sebagaimana
sebelumnya dilakukan. Sehingga pada akhirnya harga
keseimbangan juga berubah.
2. Ketidakpastian dalam proses produksi; untuk produksi
pertanian pada umumnya, aspek produksi dipengaruhi oleh
musim dan diupayakan di lahan yang berinteraksi dengan
lingkungan bebas memungkinkan untuk adanya gangguan
baik cuaca maupun serangan hama dan penyakit tanaman.
Sehingga faktor ini menjadi sumber risiko dan ketidakpastian
produksi.
3. Ketidakpastian dalam adopsi teknologi baru; walaupun
teknologi baru diekspektasikan akan meningkatkan produksi
tetapi karena banyaknya faktor yang menyertai kegiatan
produksi oleh produsen, baik itu bersifat kemampuan teknis
untuk menghandle teknologi baru maupun aspek ekonomi,
yaitu konsekuensi biaya dan efisiensi pada mulanya sulit

216
10. RISIKO DAN KETIDAKPASTIAN DALAM EKONOMI PRODUKSI

dilakukan di awal. Dan unsur risiko dan ketidakpastian pada


umumnya tinggi di awal adopsi teknologi produksi.
4. Ketidakpastian dalam kaitan dengan kelembagaan; ini
ketidakpastian yang berkaitan dengan kebijakan atau regulasi
pemerintah, perubahan dalam kelembagaan atau asosiasi yan
diikutinya, dan lainnya. Pemerintah menerapkan pajak atau
subsidi atas harga input atau harga output misalnya maka
akan mempengaruhi alokasi optimum perusahaan.
Perubahan-perubahan ini jika tidak diantisipasi maka akan
berdampak pada kinerja perusahaan.
5. Ketidakpastian dalam ketersediaan dan kualitas SDM; SDM
merupakan kunci utama berhasil tidaknya perusahaan dalam
beroperasi dan mencapai efisiensi produksi. Namun demikian,
masing-masing individu memiliki kualitas dan respon yang
berbeda-beda terhadap risiko dan ketidakpastian. Sehingga,
SDM merupakan bagian penting dalam pertimbangan risiko
dan ketidakpastian usaha.
Sumber-sumber risiko dan ketidakpastian dalam produksi,
khususnya di sektor pertanian yang banyak tergantung pada iklim
dan cuaca, sangat banyak dan mempengaruhi kemampuan
perusahaan dalam mendapatkan keuntungan. Manajer yang baik
melihat ini sebagai peluang dan mentrasnformasikan risiko dan
ketidakpastian menjadi keunggulan bisnis yang dimilikinya
sehingga sustainability dalam produksi tetap dapat direalisasikan.
Terdapat dua konsep statistik yang merepresentasikan
risiko dan ketidakpastian, yaitu probabilitas (P) dan expected
value (E(x)). Risiko dan ketidakpastian terjadi ketika outcome dari
suatu kejadian tidak dapat dipastikan, kemudian ahli statistik
mengekstraksi informasi dari kejadian-kejadian sehingga dapat
diukur peluang terjadinya, dan ini dikenal dengan probabilitas.
Sehingga, probabilitas atau peluang merupakan frekuensi relatif
sesuatu itu terjadi. Misalkan, jika koin dilempar ke atas, maka
peluang untuk mendapatkan hasil angka adalah ½, karena koin
memiliki dua sisi angka dan gambar (2 kemungkinan) dan
diharapkan angka saja (1 outcome yang diharapkan). Sedangkan,

217
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

expected value adalah ukuran outcome yang akan didapatkan atas


peluang terjadi dan tidak terjadinya sesuatu. Dalam hal ini
diasumsikan bahwa perilaku perusahaan atau produsen terhadap
risiko digambarkan dengan Von Neumann-Morgenstern expected
utility function (VNM-EUF). Untuk lebih jelasnya VNM-EUF
dicontohkan sebagai berikut.
Produsen memiliki peluang untuk mendapatkan
keuntungan 25 juta jika tidak hujan saat panen dan mendapatkan
keuntungan 15 juta jika hujan saat panen. Peluang hujan adalah
40 persen. Maka expected value dari kasus di atas adalah:
𝐸(𝜋) = 0.6 (25) + 0.4 (15)
⟺ 𝐸(𝜋) = 21
Dalam kondisi ini, expected value produsen adalah 21 juta. Dalam
bentuk yang lebih general, maka expected value dapat dituliskan:
𝑛

10.1 𝐸(𝑥) = 𝑥1. 𝑃1 + 𝑥2. 𝑃2 + ⋯ + 𝑥𝑛𝑃𝑛 = ∑ 𝑥𝑖. 𝑃𝑖


𝑖=1
Jika x adalah random variabel dimana cummulative density
function (CDF) adalah f(x), maka E(x) adalah berikut.

10.2 𝐸(𝑥) = ∫ 𝑥𝑓(𝑥)𝑑𝑥


Manajer dalam perusahaan merespon risiko dan
ketidakpastian dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan
preferensinya terhadap risiko. Respon terhadap risiko dan
ketidakpastian selanjutnya diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Risk neutral
2. Risk averse
3. Risk seeking atau risk loving
Ketiganya membawa implikasi pada perilaku optimasi produksi
yang berbeda-beda. Pembedaan perilaku ketiganya adalah terkait
dengan marginal utilitas atas uang yang diperolehnya. Tambahan
utilitas atas tambahan uang diperoleh bisa konstan, menurun,
atau meningkat.

218
10. RISIKO DAN KETIDAKPASTIAN DALAM EKONOMI PRODUKSI

Risk neutral adalah perilaku individu yang netral terhadap


risiko. Individu dikharakteristikkan memiliki marginal utility atas
uang yang konstant. Peningkatan satu satuan uang saat uang
masih sedikit memiliki nilai tambahan utilitas yang sama dengan
peningkatan satu satuan uang ketika uang banyak. Hal ini
digambarkan sebagai berikut.

Gambar 45. Risk neutral dan constant marginal utility of profit


Sumber: Dokumentasi Penulis

Misalkan diketahui produsen memiliki fungsi utilitas atas


profit adalah sebagai berikut.
𝑈(𝜋) = 2𝜋
Fungsi utilitas di atas menunjukkan constant marginal utility,
yaitu 2. Misalkan, produsen akan mendapatkan keuntungan
sebesar 2 juta rupiah dengan probabilitas 0.4 dalam kondisi buruk
(Bad State) dan mendapatkan keuntungan 5 juta rupiah dengan
probabiltas 0.6 jika kondisi baik (Good State). Sehingga,
𝑈(𝜋 = 2) = 2 ∗ 2 = 4
𝑈(𝜋 = 5) = 2 ∗ 5 = 10
Ekspektasi dari utilitas adalah:

219
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

𝐸(𝑈(𝜋)) = 0.4 ∗ 𝑈(𝜋 = 2) + 0.6 ∗ 𝑈(𝜋 = 5)

𝐸(𝑈(𝜋)) = 0.4 ∗ 4 + 0.6 ∗ 10 = 7.6

Ekspektasi dari keuntungan dalam kondisi ketidakpastian adalah


𝐸(𝜋) = 0.4 ∗ 2 + 0.6 ∗ 5 = 3.8
Akhirnya,

𝑈(𝐸(𝜋)) = 2 ∗ 3.8 = 7.6

Dengan demikian, terbukti bahwa pada saat risk neutral, maka


berlaku:

10.3 𝐸(𝑈(𝜋)) = 𝑈(𝐸(𝜋))

Terbukti bahwa dalam kondisi risk neutral maka nilai ekspektasi


utilitas profit sama dengan utilitas dari ekspektasi profit. Risk
premium sama dengan nol. Individu seperti ini tidak
menghendaki adanya asuransi.
Berbeda dengan risk neutral, persamaan 10.3 tidak
berlaku untuk risk averse atau risk seeking/loving. Ketika dibahas
risk averse, kharakteristik produsen ini menunjukkan nilai
marginal utility dari uang yang semakin menurun. Semakin
banyak jumlah keuntungan atau kekayaan maka semakin rendah
marginal utilitasnya. Dalam bentuk grafik digambarkan sebagai
berikut.
Produsen yang memiliki preferensi risk averse terhadap
risiko maka marginal utility dari uang atau keuntungan yang
diperolehnya akan semakin menurun dengan semakin
meningkatnya jumlah uang dimiliki. Misalkan digunakan kasus
dalam risk neutral di atas. Dalam bad state uang diterima adalah 2
juta rupiah dan peluangnya 0.4. Dalam good state peluangnya
adalah 0.6 dan jumlah uang diterima adalah 5 juta rupiah.
Sebelumnya, ditentukan dulu fungsi utility dari produsen yang
bersifat risk averse, misalkan:
𝑈(𝑀) = 𝑀0.5

220
10. RISIKO DAN KETIDAKPASTIAN DALAM EKONOMI PRODUKSI

Selanjutnya, ditentukan beberapa penilaian terkait dengan


utilitas dan juga nilai ekspektasi penerimaan sejumlah uang dalam
situasi yang tidak pasti (gambling), sebagai berikut.
𝑈(𝜋 = 2) = 20.5
𝑈(𝜋 = 5) = 50.5
Maka,

𝐸(𝑈(𝜋)) = 0.4 ∗ 𝑈(𝜋 = 2) + 0.6 ∗ 𝑈(𝜋 = 5)

𝐸(𝑈(𝜋)) = 0.4 ∗ 20.5 + 0.6 ∗ 50.5 = 1.9073

Dalam kondisi ketidakpastian, individu produsen memiliki


ekspektasi utilitas 1.9073. Pertanyaan selanjutnya adalah
berapakah level keuntungan atau jumlah uang yang dimiliki
produsen sehingga produsen tidak perlu ada dalam
ketidakpastian itu. Untuk itu maka dikalkulasi sebagai berikut.

𝑈(𝐸(𝜋)) = 1,9073 = 𝑀0.5


Maka,
𝑀 = (1,9073)2 = 3.6379
Nilai M ini dikenal dngan certainty equivalen (CE). Sedangkan jika
produsen berada dalam ketidakpastian itu, nilai dari ekspektasi
jumlah uang adalah:
𝐸(𝜋) = 0.4 ∗ 2 + 0.6 ∗ 5 = 3.8
Dan
𝑈(𝐸(𝜋)) = 3.80.5 = 1.9494

Dengan demikian, produsen yang bersifat risk averse akan


mau membayar sejumlah uang tertentu, yang dikenal dengan risk
premium, untuk keluar dari ketidakpastian dalam penerimaan
keuntungan atau uang tersebut dan memastikan mendapatkan
uang sejumlah 3.6379 juta rupiah, sehingga:
𝑅𝑖𝑠𝑘 𝑃𝑟𝑒𝑚𝑖𝑢𝑚 = 3.8 − 3.6379 = 0.1621
Dengan demikian, dalam kondisi risk averse, maka:

221
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

10.4 𝐸(𝑈(𝜋)) < 𝑈(𝐸(𝜋))

Kasus untuk produsen yang bersifat risk averse,


selanjutnya dapat digambarkan sebagai berikut. Pada gambar di
bawah ini bentuk kurva utility adalah concave terhadap origin
sehingga individu produsen yang berada di kondisi
ketidakpastian, yaitu kemungkinan ada di bad state atau good
state, memiliki ekspektasi utilitas yang lebih rendah, 1.91,
dibandingkan kalau dalam kondisi kepastian (certainty), yaitu
1.95. Dengan kondisi ini, maka individu produsen akan bersedia
membayar pihak yang menjamin perolehan uang dirinya minimal
sama dengan kondisi ketidakpastian, CE di gambar ini. Artinya,
individu produsen mau membayar maksimum sebesar risk
premium untuk menjadi lebih baik, dalam preferensinya sebagai
risk averse.

Gambar 46. Risk averse dan risk premium


Sumber: Dokumentasi Penulis

Semakin seseorang menjadi risk averse maka semakin


besar kesanggupan dalam membayar risk premium. Hal ini dapat
digambarkan sebagai berikut.

222
10. RISIKO DAN KETIDAKPASTIAN DALAM EKONOMI PRODUKSI

Gambar 47. Lebih risk averse dan risk premium


Sumber: Dokumentasi Penulis

Ketika individu produsen memiliki tingkat risk averse yang


lebih tinggi (kurva lebih concave, B), maka individu produsen akan
lebih mau membayar premium guna menyelamatkan jumlah uang
diterimanya dari ketidakpastian yang dihadapinya. Ketika
kesadaran akan risiko rendah dan individu produsen cenderung
mengesampingkannya maka individu ini menjadi lebih rendah
risk averse-nya, misalnya individu yang lebih rendah risk averse-
nya akan membayar premium di A. Bahkan lebih jauh, individu
yang tidak menyadari risiko akan bersikap netral terhadap risiko
sehingga individu ini tidak bersedia membayar apapun untuk
keluar dari ketidakpastian.
Preferensi individu produsen terhadap risiko yang
terakhir adalah risk seeking atau risk loving. Individu ini dicirikan
dengan kesukaan pada risiko. Risk seeking memiliki
kharakteristik yang berkebalikan dengan risk averse, bentuk
kurva utilitinya adalah convex terhadap origin sehingga utilitas
dalam kondisi ketidakpastian adalah lebih tinggi dibandingkan
dengan utilitas dalam kondisi certainty (kepastian).

223
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Dalam pembahasan ini tetap digunakan kasus dalam


pembahasan risk neutral dan risk averse di atas. Namun yang
berbeda adalah fungsi utility dari produsen yang bersifat risk
averse. Dimisalkan,
𝑈(𝑀) = 𝑀2
Selanjutnya sebagaimana sebelumnya, beberapa
perhitungan dilakukan sebagai berikut. Utilitas dalam good state
dan bad state, adalah sebagai berikut.
𝑈(𝜋 = 2) = 22 = 4
𝑈(𝜋 = 5) = 52 = 25
Maka,

𝐸(𝑈(𝜋)) = 0.4 ∗ 𝑈(𝜋 = 2) + 0.6 ∗ 𝑈(𝜋 = 5)

𝐸(𝑈(𝜋)) = 0.4 ∗ 4 + 0.6 ∗ 25 = 16.60

Dalam kondisi ketidakpastian, individu produsen memiliki


ekspektasi utilitas 16.60. Sedangkan, ekspektasi jumlah uang
diterima adalah.
𝐸(𝜋) = 0.4 ∗ 2 + 0.6 ∗ 5 = 3.8

Saat 𝐸(𝜋) maka utilitas individu produsen adalah

𝑈(𝐸(𝜋)) = 3.82 = 14,44

Dari kalkulasi di atas dapat dikatakan bahwa dengan


asumsi bahwa kurva utilitas individu produsen sebagaimana
dispesifikasikan, yaitu kuadratik, individu produsen lebih
menyukai keadaan saat ketidakpastian dengan 𝐸(𝑈(𝜋)) = 16.60
dibandingkan dalam kondisi kepastian, yaitu 𝑈(𝐸(𝜋)) = 14.44.
Inilah yang akhirnya memotivasi individu produsen untuk suka
dalam kondisi risiko (gambling) karena memang kharakteristik
fungsi utilitas atas risiko bersifat increasing marginal utility.
Berikut adalah gambar grafik yang menjelaskan apa yang telah
didiskusikan terkait dengan perilaku risk seeking atau risk loving.

224
10. RISIKO DAN KETIDAKPASTIAN DALAM EKONOMI PRODUKSI

Gambar 48. Risk seeking dan kesukaan pada risiko


Sumber: Dokumentasi Penulis

Dengan demikian, dalam kondisi risk seeking atau risk


loving, maka:

10.5 𝐸(𝑈(𝜋)) > 𝑈(𝐸(𝜋))

Persamaan 10.5 menunjukkan bahwa untuk individu yang


menyukai risiko maka nilai utilitas rata-rata atas outcome
usahanya lebih tinggi dibandingkan dengan nilai utilitas rerata
outcomenya. Individu yang bersifat risk lover tidak membutuhkan
asuransi untuk menyelamatkan outcome hasil usahanya yang
berisiko.

10.2 Mengelola Risiko dan Ketidakpastian dalam


Kegiatan Produksi Pertanian
Pada umumnya terdapat dua strategi dalam mereduksi risiko,
yaitu mengelola risiko (risk management) dan mengatasi risiko
(risk coping). Risk manajemen strategy mengarah pada ex-ante
analysis, yaitu analisis sebelum kejadian terjadi, dan risk coping
mengarah pada ex-post analysis, yaitu analisis setelah kejadian
terjadi (Mahul dan Stutley, 2010).

225
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Asuransi merupakan salah satu bentuk dari risk


management. Itu karena dengan adanya asuransi individu yang
bersifat risk averse menyelamatkan pendapatannya yang tidak
pasti menjadi tingkat pendapatan tertentu yang pasti dengan
mengorbankan sejumlah uang tertentu sebagai kompensasi atas
adanya ketidakpastian dalam menerima pendapatnnya.
Kompensasi atas ketidakpatian itu dikenal dengan istilah
membayar premi asuransi. Di sektor pertanian di Indonesia,
kebijakan pemerintah tentang asuransi sudah mulai
diintroduksikan sejak tahun 2012 (Insyafiah dan Indria Wardhani,
2014).
Risk coping di sisi lain merupakan upaya mengatasi risiko
setelah kejadian. Coping strategy atas risiko dilakukan melalui
upaya mereduksi kegagalan produksi oleh produsen dan juga
diversifikasi produksi sehingga kegagalan terdistribusi pada
berbagai jenis usaha. Risk coping strategi sering membawa
konsekuensi pada meningkatnya inefisiensi produksi (Yang,
2010).
Asuransi sebagai alternatif kebijakan untuk
menyelamatkan petani dari kerugian yang lebih besar berkaitan
dengan beberapa risiko yang sulit dihadapi petani sendiri. Ray
(2013) membagi asuransi pertanian dalam 3 group utama, yaitu
(1) natural, (2) social, (3) ekonomi. Hal ini bergantung pada
apakah uncertainty melibatkan aspek alam, sosial, atau ekonomi.
Aspek natural dalam risk dalam pengembangan asuransi
pertanian meliputi: (1) faktor alam, (2) faktor penyakit yang
menyerang tanaman, (3) faktor hama tanaman. Faktor alam
sebagaimana sifat alami sektor pertanian yang berbeda dengan
karakteristik produksi di sektor industri, yaitu ketergantungan
besar pada ancaman cuaca buruk yang memperlebar gap antara
yang potensial dan yang aktual bisa dicapai. Ini yang kemudian
dikenal pula dengan production risks.
Variabilitas hasil produksi pertanian selain karena faktor
alam (cuaca), juga faktor hama dan penyakit tanaman. Serangan

226
10. RISIKO DAN KETIDAKPASTIAN DALAM EKONOMI PRODUKSI

hama dan penyakit seringkali mewabah dalam periode tertentu


secara tidak terduga. Faktor iklim dan suhu berpengaruh besar
pada berkembangnya penyakit, dan juga ledakan hama di suatu
wilayah pertanian. Sehingga produsen secara random
menanggung risiko serangan hama dan penyakit. Jika kondisi
buruk terjadi, ini dapat menjerumuskan petani pada kemiskinan.
Faktor sosial juga bisa menyebabkan ketidakpastian dan
risiko dalam produksi di sektor pertanian. Perubahan struktur
pengelolaan sumberdaya dari kepemilikan individu menjadi
pengelolaan bersama dalam suatu hamparan, perubahan
kebijakan usahatani melalui pencegahan fragmentasi lahan, dan
juga penggunaan teknologi baru seperti mekanisasi dan
penggunaan bibit unggul membawa konsekuensi perubahan
perilaku produksi dan ini membawa konsekuensi pada risiko dan
ketidakpastian. Dengan demikian, perubahan aspek sosial juga
dapat menjadi awal bagi peningkatan risiko dan ketidakpastian
produksi yang tentunya meningkatkan peran asuransi untuk
menjaga petani dari kerugian yang lebih besar.
Risiko dalam faktor ekonomi pada umumnya berkaitan
dengan mekanisme perubahan keseimbangan pasar yang
menyebabkan harga-harga berubah dan sulit diprediksi oleh
produsen. Selain itu juga berkaitan dengan nilai tukar petani yang
cenderung menurun tajam jika harga-harga produksi menurun
karena sifat musiman dari kegiatan produksinya.
Begitu banyak sumber risiko bagi kegiatan produksi
pertanian, maka petani harus memiliki mekanisme untuk
mencegah dampak buruk ketika bad state terjadi. Kelangsungan
produksi harus dijaga dengan tidak membiarkan aspek risiko
menghentikan kegiatan produksi dan sumberdaya menjadi
mengganggur karena biaya operasional produksi yang tidak
tersedia. Beberapa mekanisme dijalankan untuk mengelola risiko
produksi, diantaranya adalah self-insurance, spekulasi, kontrak
produksi, dan asuransi produksi pertanian.

227
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Ide tentang self-insurance pada dasarnya adalah


melakukan pembayaran premi asuransi pada dirinya sendiri
dengan menyisihkan sebagian revenue produksi untuk
menghadapi jika bad state terjadi. Menyimpan sebagian dari
keuntungan sebagai bentuk pembayaran premi pada dirinya
sendiri adalah upaya individu tetap survive dalam kondisi
produksi yang berisiko dan penuh dengan ketidakpastian.
Spekulasi di sisi lain, merupakan kharakter produsen yang
mengeksploitasi ketidakpastian untuk meningkatkan penerimaan
atas kegiatan produksinya. Sedangkan, kontrak produksi lebih
pada meminimalkan risiko fluktuasi dengan melakukan
penjaminan kontrak atas produksi. Setidaknya ada kepastian
tertentu dari kegiatan produksi atas kondisi pasar produknya.
Spekulasi merupakan kecenderungan keputusan bagi individu
yang cenderung risk loving dan penggunaan kontrak untuk
mengatasi risiko merupakan upaya individu yang lebih menyukai
risiko yang lebih rendah dengan kepastian kontrak dibanding
ketidakpastian pasar dan produksinya.
Produsen dengan preferensi terhadap risiko termasuk
dalam risk averse akan menempuh asuransi dengan membayar
premi untuk mencegah kerugian yang lebih besar jika bad state
terjadi. Semakin tinggi tingkat risiko kerugian maka akan semakin
besar premi yang dibayar oleh produsen untuk menyelamatkan
dirinya dari kondisi buruk jika terjadi (Ray, 2013).
Pengembangan asuransi juga menghadapi masalah-
masalah lanjutan yang penting diperhatikan selain aspek biaya
tinggi dalam administrasinya juga berkaitan dengan asimetri
informasi, yaitu adverse selection dan moral hazard. Adverse
selection terjadi ketika lack-information menyebabkan kurangnya
akurasi perhitungan terhadap rate premium, dimana yang
memiliki risiko tinggi secara individu ketika membeli premi yang
ditawarkan asuransi akan relatif mendapatkan premi lebih
rendah dibanding yang seharusnya. Perbaikan terhadap masalah
ini adalah perlunya informasi tambahan yang lebih baik sehingga

228
10. RISIKO DAN KETIDAKPASTIAN DALAM EKONOMI PRODUKSI

dapat dilakukan diferensiasi rate premium sesuai dengan tingkat


risiko yang dimilikinya (Mahul dan Stutley, 2010). Di sisi lain,
moral hazard terjadi ketika peserta asuransi (insured agents)
merubah cara produksi dengan cara lain sehingga merubah
tingkat risiko yang dimilikinya dan ini sangat sulit dilihat oleh
pemberi asuransi (insurers).
MPCI (multiple Peril Crop Insurance) program sebagai
salah satu kebijakan asuransi pertanian di United State
menetapkan pembelian asuransi jenis ini di lakukan sebelum
tanam untuk mengcover kerugian, meliputi kekeringan,
kelembaban berlebihan, gangguan musim dinggin, dan penyakit.
Coverage kemudian dikembangkan, meliputi pula gangguan yang
menyebabkan rendahnya produktivitas dan kerugian karena
harga berubah yang merugikan.
Mahul dan Stutley (2010) menjelaskan beberapa hal yang
menghambat perkembangan asuransi pertanian di negara
berkembang, yaitu lack of infrastructure, low risk awereness, lack
of insurance affordability, dan lack of insurance culture.
Kekurangan infrastruktur yang dimaksud adalah rendahnya
ketersediaan data-data akurat dari petani kecil dalam merecord
kegiatan produksinya sehingga variabilitas produksi masih belum
jelas. Di samping itu, petani juga kurang menyadari akan risiko
produksinya. Sehingga kecenderungan untuk membeli asuransi
menjadi rendah atau bahkan merasa tidak memerlukannya.
Persepsi rendahnya risiko dan ketidakinginan untuk
membeli bisa juga dimungkinkan karena tingkat daya beli
terhadap premi yang rendah diantara kebutuhan-kebutuhan lain
yang harus juga di tutupi. Sehingga ini memberi justifikasi adanya
subsidi premium asuransi (Siamwalla and Valdes 1986). Subsidi
asuransi pemerintah memang memberi dampak positif pada
penetrasi pasar asuransi, namun demikian intervensi ini juga
mendistrorsi pasar asuransi yang sesungguhnya karena willingnes
to pay premium menjadi over-estimate.

229
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

10.3 Optimisasi Produksi dalam Kondisi Risiko dan


Ketidakpastian
Beberapa sumber risiko dan ketidakpastian dalam kegiatan
produksi. Namun dalam sub-bab ini akan dibahas risiko dan
ketidakpastian dalam harga. Misalkan individu perusahaan
menghadapi risiko ketidakpastian harga output (Py), yaitu
kemungkinan terjadi harga adalah 20 dalam bad state dan
kemungkinan lain harga dapat mencapai 40 dalam good state.
Sehingga dapat dituliskan secara matematis
𝑃𝑦 𝜖 (20,40)

Sedangkan, biaya produksi dispesifikasikan sebagai


𝐶 = 𝑦2
Dengan demikian, fungsi keuntungan dihasilkan adalah
𝜋(𝑦) = 𝑃𝑦 . 𝑦 − 𝑦 2

Dalam kondisi ketidakpastian profit, maka ditunjukkan


berikut.
𝑃𝑦 = 20; 20𝑦 − 𝑦 2
𝜋(𝑦) = {
𝑃𝑦 = 40; 40𝑦 − 𝑦 2

Selanjutnya, expected profit dalam kondisi ketidakpastian adalah


sebagai berikut.
10.6 𝐸(𝜋) = 𝑃. (20𝑦 − 𝑦 2 ) + (1 − 𝑃). (40𝑦 − 𝑦 2 )
Produsen atau perusahaan yang rasional maka akan
memaksimalkan keuntungan dalam kondisi ketidakpastian,
sehingga,
𝜕𝐸(𝜋)
𝐹𝑂𝐶: =0
𝜕𝑦

𝜕𝐸(𝜋)
10.7 = 𝑃. (20 − 2𝑦) + (1 − 𝑃). (40 − 2𝑦) = 0
𝜕𝑦
Misalkan tidak ada prior information sehingga P=0.5, sehingga

230
10. RISIKO DAN KETIDAKPASTIAN DALAM EKONOMI PRODUKSI

𝜕𝐸(𝜋) 1 1
= . (20 − 2𝑦) + . (40 − 2𝑦) = 0
𝜕𝑦 2 2

10 − 𝑦 + 20 − 𝑦 = 0
30
𝑦= = 15
2
Jika produsen mengetahui dengan pasti bahwa harga adalah 20,
maka tingkat produksi optimum adalah:
𝜋 = 20. 𝑦 − 𝑦 2
Dengan FOC akan dihasilkan:
𝜕𝜋
𝐹𝑂𝐶: = 20 − 2𝑦 = 0
𝜕𝑦
𝑦 = 10
Jika diketahui harga output secara pasti maka tingkat output
dihasilkan adalah 10, bukannya 15. Sebaliknya, jika perusahaan
mengetahui dengan pasti harga output di pasar adalah 40, maka
dengan cara yang sama dapat dihitung tingkat output optimum
adalah 20. Jika digambarkan untuk kasus keduanya adalah sebagai
berikut.

Gambar 49. Keuntungan maksimum dalam ketidakpastian


harga output
Sumber: Dokumentasi Penulis

231
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

Expected value atau Expected profit dalam kondisi


ketidakpastian harga output akan berada diantara tingkat profit di
good state dan tingkat profit di bad state. Selanjutnya, jika individu
produsen memaksimumkan expected utility of profit (VNM-EUF)
dan bukannya memaksimalkan expected profit, maka:

10.8 𝐸(𝑈(𝜋)) = 𝑃. 𝑈(20𝑦 − 𝑦 2 ) + (1 − 𝑃). 𝑈(40𝑦 − 𝑦 2 )

Memaksimumkan expected utility of profit maka:

𝜕𝐸(𝑈(𝜋))
𝐹𝑂𝐶: =0
𝜕𝑦

10.9 𝑃. 𝑈 ′ (𝜋𝐵 ). (20 − 2𝑦) + (1 − 𝑃). 𝑈 ′ (𝜋𝐺 ). (40 − 2𝑦) = 0

Di mana 𝜋𝐵 adalah keuntungan saat bad state, dan 𝜋𝐺 adalah


keuntungan saat good state.

Jika produsen adalah risk neutral maka 𝑈 ′ (𝜋𝐵 ) =


𝑈 ′ (𝜋𝐺 ) = 𝑘, sehingga persamaan 10.9 menjadi:

𝑃. 𝑘. (20 − 2𝑦) + (1 − 𝑃). 𝑘. (40 − 2𝑦) = 0

10.10 𝑃. (20 − 2𝑦) + (1 − 𝑃). (40 − 2𝑦) = 0

Persamaan 10.7 sama dengan persamaan 10.10. Ini karena slope


fungsi dalam preferensi risk neutral adalah konstan sehingga
dapat dieliminasi dari persamaan dan menghasilkan persamaan
10.8 yang sama persis dengan persamaan 10.5.
Dalam kasus lain, dipertimbangkan harga bervariasi dan
perusahaan akan memaksimumkan profit. Pertama diasumsikan
masih belum ada ketidakpastian dalam harga output,
direpresentasikan sebagai berikut.
𝜋 = 𝑃𝑦 . 𝑦 − 𝑦 2

232
10. RISIKO DAN KETIDAKPASTIAN DALAM EKONOMI PRODUKSI

Karena harga output bersifat tidak pasti maka produsen


memaksimumkan ekspektasi keuntungan dalam ekspektasi harga
outputnya, yaitu:
𝐸(𝜋) = 𝑦. 𝐸(𝑃𝑦 ) − 𝑦 2

Ingat persamaan 10.2, maka

𝐸(𝜋) = 𝑦. ∫ 𝑃𝑦 . 𝑓(𝑃𝑦 ). 𝑑𝑃𝑦 − 𝑦 2 = 𝑦. 𝑃̅𝑦 − 𝑦 2

Selanjutnya, memaksimumkan profit dalam kondisi


ketidakpastian, maka berdasarkan FOC dihasilkan berikut.
𝜕𝐸(𝜋)
𝐹𝑂𝐶: = 𝑃̅𝑦 − 2𝑦 = 0
𝜕𝑦
𝑃̅𝑦
10.11 𝑦∗ = ( )
2

Sehingga, fungsi keuntungan ditunjukkan dengan persamaan


berikut.

𝐸(𝜋) = 𝑦 ∗ . 𝐸(𝑃𝑦 ) − 𝑦 ∗2
2 2
𝑃̅𝑦 𝑃̅𝑦 𝑃̅𝑦
10.12 ̅
𝐸(𝜋) = ( ) . 𝑃𝑦 − ( ) = ( )
2 2 4

Jika terdapat informasi dan diketahui dengan informasi ini berapa


harga akan terjadi, sebagai misal informasi ini diinformasikan
oleh pemerintah, maka fungsi profit dengan informasi pemerintah
adalah :
𝜋𝑀 = 𝑃𝑦 . 𝑦 − 𝑦 2

FOC:
𝜕𝜋𝑀
= 𝑃𝑦 − 2𝑦 = 0
𝜕𝑦


𝑃𝑦
10.13 𝑦𝑀 =
2
Solusi ini kelihatannya sama dengan persamaan 10.11, tetapi
sebenarnya sangat berbeda, karena harga di persamaan 10.13
233
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

adalah harga dari informasi pemerintah bukan ekspektasi harga


dalam ketidakpastian.
Fungsi keuntungan setelah ditemukan output optimum
adalah sebagai berikut.


𝑃𝑦 𝑃𝑦 2 𝑃𝑦2
10.14 𝜋𝑀 = 𝑃𝑦 . ( ) − ( ) =
2 2 4
Persamaan 10.14 serupa dengan persamaan 10.12, tetapi harga
output berbeda untuk keduanya. Yang persamaan 10.12 lebih
merupakan ekspektasi harga dan harga di persamaan 10.14 sudah
hasil dari informasi. Hasil analisis dan perbedaan keduanya
menghasilkan harga atau nilai dari informasi. Yaitu, selisih antara
keuntungan ketika ada informasi dan ketika absen dari adanya
informasi.
Sebelumnya, tingkat keuntungan setelah ada informasi
juga harus dalam bentuk ekspektasinya karena informasi
membantu mereduksi ketidakpastian, tetapi ketidakpastian itu
masih ada walaupun informasi itu telah disediakan pemerintah.
Sehingga,


𝑃𝑦2
𝐸(𝜋𝑀 )= 𝐸( )
4

∗)
1 1
10.15 𝐸(𝜋𝑀 = ∫ 𝑃𝑦2 . 𝑓(𝑃𝑦 ). 𝑑𝑃𝑦 = . 𝐸(𝑃𝑦2 )
4 4
Diingat tentang rumus varian bahwa,
2
𝑉𝑎𝑟(𝑃𝑦 ) = 𝐸(𝑃𝑦 2 ) − (𝐸(𝑃𝑦 ))
2
⇔ 𝐸(𝑃𝑦 2 ) = 𝑉𝑎𝑟(𝑃𝑦 ) + (𝐸(𝑃𝑦 ))

10.16 𝐸(𝑃𝑦 2 ) = 𝜎𝑃𝑦


2
+ 𝑃̅2

Kembali ke persamaan 10.15 maka dengan


mengsubstitusikan persamaan 10.16, sehingga diperoleh:

234
10. RISIKO DAN KETIDAKPASTIAN DALAM EKONOMI PRODUKSI

1
10.17 ∗)
𝐸(𝜋𝑀 = 2
. (𝜎𝑃𝑦 + 𝑃̅2 )
4
Sehingga, nilai atau harga dari informasi (Vinfo) didapat dari
persamaan 10.12 dan persamaan 10.17, sebagai berikut:

∗)
𝑉𝑖𝑛𝑓𝑜 = 𝐸(𝜋𝑀 − 𝐸(𝜋)
2
1 𝑃̅𝑦 1 2
10.18 𝑉𝑖𝑛𝑓𝑜 2 ̅ 2
= . (𝜎𝑃𝑦 + 𝑃 ) − ( ) = 𝜎𝑃𝑦
4 4 4

Pada persamaan 10.18 diketahui bahwa nilai dari


informasi harga output akan semkin besar dengan semakin
tingginya varian dari harga output tersebut. Ini juga dapat
diartikan bahwa produsen akan semakin meningkat willingness to
pay untuk mendapatkan informasi harga output dengan semakin
tingginya variasi harga output tersebut. Dapat dikatakan juga,
bahwa semakin berisiko kegiatan produksi yang dilakukan, maka
semakin tinggi kebutuhan untuk mendapatkan informasi sehingga
mereduksi dampak negatif dari risiko ketidakpastian tersebut.

235
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

10.5 Ringkasan

Risiko dan ketidakpastian merupakan dua konsep yang seringkali


digunakan bersamaan dan saling menggantikan untuk
menggambarkan kondisi kegiatan ekonomi yang tidak jelas
outcome-nya. Banyak sumber ketidakpastian ini, baik itu dalam
aspek harga, aspek proses produksi, adopsi teknologi baru, aspek
kelembagaan, maupun aspek ketersediaan dan kualitas
sumberdaya manusia.
Respon individu produsen dalam mengahadapi risiko dan
ketidakpastian dapat dikategorikan dalam 3 kharakter, yaitu risk
neutral, risk averse, dan risk seeking atau risk loving. Risk neutral
dan risk loving tidak berkeberatan dengan adanya ketidakpastian
dalam kegiatan produksi. Bahkan, individu produsen yang bersifat
risk loving akan lebih senang dalam kondisi ketidakpastian
(uncertainty) daripada kondisi kepastian (certainty). Risk averse
berbeda dengan risk loving dan risk neutral, risk averse cenderung
memandang risiko dan ketidakpastian sebagai hal yang tidak baik
dan bersedia untuk membayar sejumlah tertentu dari uangnya
guna keluar dari ketidakpastiaan ini. Inilah yang kemudian
memotivasi munculnya asuransi.
Efek ketidakpastian dalam produksi memicu produsen
yang bersifat risk averse untuk meminimumkan dampak
negatifnya. Salah satu yang telah di bahas adalah dengan
melakukan observasi atas sumber risiko dan ketidakpastian.
Selanjutnya, produsen mereduksinya dengan jalan menghadirkan
informasi dalam kegiatan produksi. Dalam kondisi ketidakpastian,
informasi memgang peran penting dan memiliki nilai untuk
mereduksi risiko dan ketidakpastian. Nilai dari informasi ini akan
semakin tinggi dngan semakin tingginya variasi atau
ketidakpastian dalam kegiatan produksi. Sehingga, produsen
memiliki willingness to pay yang semakin tinggi untuk informasi
tersebut dengan semakin merugikannya ketidakpastian produksi.

236
10. RISIKO DAN KETIDAKPASTIAN DALAM EKONOMI PRODUKSI

10.6 Pertanyaan Review


1. Apakah yang Saudara ketahui tentang risiko dan
ketidakpastiaan baik dari sisi kesamaan dan perbedaannya?
2. Apakah yang Saudara ketahui tentang Von Neumann-
Morgenstern expected utility function (VNM-EUF)?
3. Jelaskanlah tentang probabilitas dan expected value dalam
pembahasan risiko dan ketidakpastian di bab ini!
4. Jelaskanlah tentang kaharakteristik risk averse, risk loving, dan
risk neutral! Berilah masing-masing contohnya dan
gambarkan grafik representasi kharakteristik tersebut!
5. Apakah yang membedakan risk management dan risk coping?

10.7 Diskusi
1. Sebagai seorang manajer di suatu perusahaan, jelaskanlah
pendapat Saudara tentang mengasuransikan aset perusahaan
lebih penting dibandingkan dengan tidak
mengasuransikannya!
2. Informasi menjadi sangat penting dalam mereduksi risiko dan
ketidakpastian. Pertimbankan perusahaan yang sebagai price
taker dan maximizing expected profit memiliki fungsi biaya
1 3
𝐶(𝑦) = 𝑦
3
Di mana 𝑃𝑦 ~ 𝑈[0, 8]. Artinya, harga output terdistribusi
secara uniform pada nilai 0 dan 8. Maka temukanlah 𝐸(𝜋)
sebelum mencari informasi harga output dan sesudah mencari
informasi harga output!
3. Jika biaya produksi berubah menjadi
𝐶(𝑦) = 3 𝑦 3
Bagaimanakah tingkat profitnya? Apakah lebih besar ataukan
sama dengan soal pada nomor (2)? Apakah yang bisa
disimpulkan dari kasus di soal noor (2) dan nomor (3) ini?
Jelaskan!

237
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

DAFTAR PUSTAKA

Barbosa, S. D., Gerhardt, M. W., & Kickul, J. R. 2007. The role of


cognitive style and risk preference on entrepreneurial self-
efficacy and entrepreneurial intentions. Journal of
Leadership & Organizational Studies, 13(4), 86-104.
Coelli, T.J., D.S.P. Rao., Donnell, C.J. and G.E. Battese. 2005. An
Introduction to Efficiency and Productivity Analysis.
Springer Sciennce+Business Media, Inc., 233 Spring Street,
New York, NY10013, USA.
Crane, L., Gantz, G. and Isaacs, S.I., 2013. Introduction to risk
management. Extension Risk Management Education and
Risk Management Agency. USDA
Kahan, D., 2008. Managing risk in farming. Food and Agriculture
Organization of the United Nations.
Debertin, D.L., 2012. Agricultural production economics. 2nd
Edition. ISBN-13 978-1469960647. University of
Kentucky, College of Agriculture. USA.
DeVuyst, E.A., Escalante, C.L., Kropp, J.D., Jones, R. and Kenkel, P.,
2013. Sources of Institutional Financial Risks in
Agriculture. Cooperative Extension Service, University of
Arkansas.
Drollette, A., 2009. Managing financial risk in Agriculture. Utah
State University, Deprtment of Applied Economics.
Farrell, M., 1957. The Measurement of Productive Efficiency.
Journal of the Royal Statistical Society. Series A (General),
120(3): 253-290.
Hamsa, K.R. and Bellundagi, V., 2017. Review on Decision-making
under Risk and Uncertainty in Agriculture. Economic
Affairs, 62(3), pp.447-453.

238
10. RISIKO DAN KETIDAKPASTIAN DALAM EKONOMI PRODUKSI

Insyafiah dan Indria Wardhani, 2014. Kajian Persiapan


Implementasi Asuransi Pertanian Secara Nasional.
Kementerian Keuangan Badan Kebijakan Fiskal Pusat
Pengelolaan Risiko Fiskal. Jakarta. Indonesia
Kumbhakar, S. C. 2002. Specification and estimation of production
risk, risk preferences and technical efficiency. American
Journal of Agricultural Economics, 84(1), 8-22.
Obst, W.J., Graham, R. and Christie, G., 2007. Financial
management for agribusiness. Landlinks Press.
Rasmussen, S., 2012. Production economics: the basic theory of
production optimisation. Springer Science & Business
Media.
Rosser, M., 2003. Basic mathematics for economists. Routledge.
Sujarwo, Michael R. Reed, Sayyed H. Saghaian. 2015. Production
Effficiency of SmallScale Shallot Producers in East Java,
Indonesia. Journal of Global Economics, Management,
and Business Research. Vol. 2 (Issue 2): 59-7
Sujarwo, Michael R. Reed, Sayyed H. Saghaian. 2016. Changing
Technical, Allocative, and Economic Production Efficiency
of Small-Scale Farmers in Indonesia: The Case of Shallot
Production. Journal of International Agricultural Trade
and Development. ISSN: 1556-8520. Vol. 10 (Number 1):
31-51
Snyder, C.M., Nicholson, W. and Stewart, R., 2012. Microeconomic
theory: Basic principles and extensions. South-Western
Cengage Learning.
Yang, W.A.N.G., 2010. Income uncertainty, risk coping mechanism
and farmer production & management decision: an
empirical study from Sichuan Province. Agriculture and
Agricultural Science Procedia, 1, pp.230-240.

239
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

BIOGRAFI PENULIS

Sujarwo, penulis buku ini, lahir di


Nganjuk, Tahun 1978. Penulis
menyelesaikan pendidikan Sarjana di
Program Studi Agribisnis, Fakultas
Pertanian, Universitas Brawijaya di Tahun
2001. Pendidikan pascasarjana ditempuh
di dua universitas, yaitu Universitas
Brawijaya, Program Studi Ekonomi
Pertanian, Tahun 2005 dan kemudian mendapat kesempatan
untuk menempuh pendidikan Master Program di University of
Kentucky, USA, Agricultural Economics Department, Tahun 2012
sampai 2014. Tahun 2017, Penulis menyelesaikan pendidikan
Program Doktor di Program Pascasarjana, Fakultas Pertanian,
Universitas Brawijaya.
Penulis merupakan dosen di Fakultas Pertanian, Jurusan
Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis. Penulis merupakan
pengajar matakuliah ilmu ekonomi dan analisis kuantitatif di
program sarjana, program magister, dan program doctor. Saat ini,
Penulis juga merupakan Ketua Program Studi Magister Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Chief Editor
AGRISE (Agricultural Socio-Economics) Journal, dan juga menjadi
Sekretaris PERHEPI (Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia)
Komda Malang.

241
EKONOMI PRODUKSI: Teori dan Aplikasi

SINOPSIS BUKU

Buku Ekonomi Produksi: Teori dan Aplikasi ini


merupakan salah satu buku referensi tentang perilaku ekonomi
produksi dan alokasi sumberdaya bagi dosen dan mahasiswa
khususnya yang menempuh program sarjana dan juga menjadi
referensi bagi mahasiswa yang akan melanjutkan pendidikan
lebih tinggi. Hal yang unik dari buku ini adalah adanya
pendekatan grafik dan juga matematis dalam menjelaskan
perilaku ekonomi produksi dalam mencapai keuntungan
maksimum perusahaan.
Pembahasan perilaku produksi dan optimisasi masih
mendasarkan pada struktur pasar persaingan di mana
perusahaan merupakan price taker sehingga tidak
mempengaruhi harga di pasar atas keputusan produksinya. Pada
Bab 1, buku ini menjelaskan tentang konsep dasar ilmu ekonomi
dan juga tools yang digunakan untuk menjelaskan perilaku
ekonomi pada umumnya. Pada Bab 2, perilaku produksi dilihat
dari aspek teknis dengan menitikberatkan pada hubungan
teknis 1 input dan 1 output. Di bab ini diperkenalkan konsep-
konsep dasar dalam teori ekonomi produksi.
Selanjutnya, Bab 3, Bab 4, dan Bab 5 semuanya masih
merupakan satu kesatuan pembahasan tentang fungsi produksi
1 input 1 output dengan fokus yang berbeda. Pada Bab 3,
pembahasan lebih ditekankan pada perspektif input, yaitu
bagaimana perusahaan mengalokasikan input produksi yang
optimum. Akhir dari pembahasan ini adalah terbentuknya
permintaan input bagi perusahaan. Bab 4, memfokuskan
pembahasan pada perspektif output produksi. Perusahaan
berusaha menemukan titik optimum mendasarkan pada
pertanyaan berapa seharusnya tingkat produksi yang dapat
memaksimalkan keuntungan perusahaan. Pada perspektif
output, kondisi optimum perusahaan pada tingkat harga output
yang berbeda-beda di pasar pada akhirnya akan membentuk

242
8. OPTIMISASI FUNGSI PRODUKSI 2 INPUT TANPA KENDALA

penawaran output perusahaan di pasar. Bab 5 lebih rinci


menjelaskan tentnag permintaan input dan penawaran output
perusahaan di pasar.
Bab 6 dalam buku ini merupakan lanjutan dari perilaku
produksi sebelumnya, yatu dengan menekankan pada
peningkatan jumlah input digunakan dalam produksi. Apa saja
konsep harus diketahui terkait dengan perilaku produksi untuk
2 input? Inilah fokus yang akan banyak di bahas di Bab 6.
Bab 7 lebih memberikan pengayaan pemahaman tentang
berbagai bentuk fungsi produksi yang lain digunakan dalam
menggambarkan teknologi produksi di kegiatan ekonomi. Bab 7
merupakan aplikasi pemahaman dari Bab 6 dengan menerapkan
berbagai jenis bentuk fungsi produksi. Fungsi produksi yang
ditunjukkan merupakan representasi teknologi yang digunakan
produsen.
Bab 8 merupakan pengayaan algoritma optimisasi atas
kegiatan produksi. Di dalam bab ini diuraikan beberapa metode
optimisasi baik dalam kategori unconstrained optimization
maupun constrained optimization. Optimisasi produksi juga
mengandung pengertian adanya efisiensi yang dicapai
perusahaan. Dua konsep ini adalah serupa. Namun dalam kontek
teori, keduanya di pakai dalam lingkungan pembahasan yang
berbeda.
Bab 9 dan Bab 10 adalah pengayaan dari perilaku
produksi di mana perusahaan mempertimbangkan adanya
faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi alokasi
sumberdayanya dan produksinya dalam rangka beradaptasi
dengan perubahan lingkungan sehingga tetap dalam kondisi
optimum. Bab 10 secara khusus membahas bagaimana jika
perusahaan ingin mengoptimalkan kegiatan produksi dalam
kondisi risiko dan ketidakpastian produksi.

243

Anda mungkin juga menyukai