Anda di halaman 1dari 18

Sesi - 5

HUBUNGAN
INPUT -INPUT
HUBUNGAN INPUT-INPUT

Pada bagian ini akan dibahas bagaimana hubungan dua macam input atau lebih dengan satu
macam output yang hubungannya digambarkan sebagai berikut :

Y= ƒ ([ X1, X2 ], X3, X4, X5, X6, X7 dst,.... E )


Y = output (satu macam)
X1, X2 = input (dua macam)
X3, X4, X5, X6, X7 dst,.... E = konstan

Dalam proses produksi diperlukan lebih dari satu macam input variabel. Hubungan antara input
satu dengan yang lain mempunyai karakteristik tertentu sehingga untuk menghasilkan suatu
tingkat produksi tertentu penggunaan input yang satu akan mempengaruhi penggunaan input
yang lain.
KURVA ISOQUANT
 IKURVA ISOQUANT (ISOPRODUCT).

Kurve isoquant merupakan tempat kedudukan kombinasi penggunaan 2 macam input dengan
tingkat produksi yang sama.

2 2
Misal : Fungsi Produksi Y = 18 X1 – X1 + 14 X2 - X 2

Dimana : X1 :Pupuk kandang


X2 :Pupuk buatan

Dalam batas tertentu pupuk kandang dan pupuk buatan dapat saling menggantikan sehingga
pengurangan pupuk buatan dapat diimbangi dengan penambahan pupuk buatan.

Bila variabel X1 dan X2 dari fungsi produksi tersebut diatas masing-masing di isi dengan
data/angka maka akan diperoleh angka estimasi besarnya produksi (Y) sebagaimana hasil simulasi
berikut ini :
Y = 18 X1 - X12 + 14 X2 - X 22
X1

13 65 78 89 98 105 110 113 114 113 110 105 98 89 78


12 72 85 96 105 112 117 120 121 120 117 112 105 96 85
11 77 90 101 110 117 122 125 126 125 122 117 110 101 90
10 80 93Isoquan
104105 113 120 125 128 129 128 125 120 113 104 93
9 81 94 105 114 Isoquan121120 126Isoquan
129128 130 129 126 121 114 105 94
8 80 Isoquan
93 90 104 113 120 125 128 129 128 125 120 113 104 93
7 77 90 101 110 117 122 125 126 125 122 117 110 101 90
72 65 85
6 Isoquan 96 105 112 117 120 121 120 117 112 105 96 85
5 65 78 89 98 105 110 113 114 113 110 105 98 89 78
4 56 69 80 89 96 101 104 105 104 101 96 89 80 69
3 45 58 69 78 85 90 93 94 93 90 85 78 69 58
2 32 45 56 65 72 77 80 81 80 77 72 65 56 45
1 17 30 41 50 57 62 65 66 65 62 57 50 41 30
0 0 13 24 33 40 45 48 49 48 45 40 33 24 13

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
X1\X2
X2
Dari tabel diatas, terlihat bahwa untuk memproduksi Y = 105 dapat dilakukan dengan
berbagai cara/kombinasi input X1 dan X 2 seperti terlihat dalam tabel berikut ini :

X1
2 2
Y = 18 X1 - X1 + 14 X2 - X 2
Kombinasi X1 & X2 Produksi 9 A (2,9 )
Cara Input Input (Isoquant)
X2 X1 Y ------------> Isoquant Y = 105
A 2 9 105 6 B (3,6 )

B 3 6 105 5 C (4,5 )

C 4 5 105 4 D (7,4 )

D 7 4 105

0 2 3 4 7 X2
Dengan demikian pengusaha bebas memilih salah satu cara (A,B,C,atau D) dengan
kombinasi penggunaan input yang berbeda namun akan menghasilkan tingkat output yang
sama yaitu 105 satuan. Meskipun hasil outputnya sama (105 satuan) tentu saja biaya yang
dikeluarkan oleh masing-masing cara tidak sama sebab jumlah dan harga masing-masing
input tidak sama
MRS mempunyai tanda negatif karena bila salah satu input dikurangi (-) dan input lainnya
harus ditambah (+) sehingga rationya selalu bernilai (-).

Slope kurva isoquant ditunjukkan oleh besarnya MRS sehingga slopenya juga negatif ( miring
dari kiri atas ke kanan bawah).

MPP X2
Slope isoquant : MRS X2-> X1= (-) ------------
MPP X1

Sekedar mengingatkan kembali pada hubungan satu input dengan satu output yang pernah dibahas
sebelumnya, kemiringan/slope kurve TPP fungsi produksi Y = f (X) adalah = Δ Y/ Δ X atau sama
dengan MPP yang harganya bisa (+), (0) dan (-).
 KURVA ISOCOST / BUDGED LINE / GARIS ANGGARAN

Kurve isocost adalah tempat kedudukan kombinasi 2 macam input yang memerlukan total biaya
variabel/TVC /budged yang sama besarnya.

TVC = X1. P(X1) + X2 . P(X2)

dimana :
TVC = Total biaya variabel
X1. P(X1) = biaya untuk penggunaan input X1
X2. P(X2) = biaya untuk penggunaan input X2

Misal modal yang dimiliki untuk membeli input variabel (TVC) = $ 18,- sedangkan harga P(X1)
= $ 2,- dan P(X2) = $ 3,-
 Bila dana tersebut digunakan untuk membeli X1 semua tanpa menggunakan X2 maka
akan diperoleh X1.sebanyak :

TVC 18
------ = -------- = 9  X1. = 9
P(X1) 2

 Bila dana tersebut digunakan untuk membeli X2 semua tanpa menggunakan X1 maka
akan diperoleh X2 .sebanyak :

TVC 18
------ = -------- = 6  . X2. = 6
P(X2) 3

 Bila dana tersebut digunakan untuk membeli X1 dan dikombinasikan dengan X2 maka :

TVC = X1. $2) + X2 . $3  $ 18 = X1. $2) + X2 . $3

18 = 2.X1 + 3. X2
X1

TVC/ P(X1
9

Slope isocost = tg ά

TVC = 18 = 2X1 + 3 X2 TVC/ P(X1) 9


(Isocost) = ----------- = ------ atau
TVC/ P(X2) 6

P(X2) 3
= -------- = --------- = 1.5
P(X1 2
ά TVC/ P(X1
X2
6
X1 X1

Isocost, isocost

X2 X2

Gambar : A. Gambar : B

 Gambar A : Apabila terjadi perubahan jumlah modal (TVC) maka isocost akan
bergeser kekanan atau kekiri dengan arah sejajar (dengan catatan rasio harga input
tidak berubah ). Pergeseran kek kanan berarti produsen punya kemampuan lebih
besar untuk membeli input X1 maupun X2, dan sebaliknya.

 Gambar B : Apabila terjadi perubahan harga input maka slope isocost akan berubah
(makin tegak atau makin landai) karena slope isocost ditentukan oleh rasio harga
input.
ALOKASI PENGGUNAAN DUA MACAM INPUT
 Produsen pertanian kebanyakan berhadapan dengan bentuk pasar persaingan yang
mendekati sempurna, baik pasar input maupun pasar output. Dengan demikian produsen
jelas tidak mungkin bisa mempengaruhi harga di pasar, baik harga input yang dia perlukan
maupun harga output hasl produksinya. Bagi petani jenis ini, harga yang terjadi dipasar
semata -mata hanya merupakan data baginya.

 Sehingga yang bisa dilakukan oleh petani hanya bagaimana berupaya agar dalam proses
produksinya dapat dilakukan secara lebih efisien sehingga harga pokok atau biaya produksi
per satuan produk bisa ditekan. Dengan harga pokok yang rendah, maka bargaining position
petani menjadi lebih baik, sebab selisih antara harga jual di pasar dengan biaya produksi
lebih besar.

 Dalam kondisi dengan banyak keterbatasan (modal, skill, tenaga dll) maka yang bisa
dilakukan oleh petani hanya mengejar kondisi OPTIMUM, yaitu kondisi terbaik yang bisa
dicapai sesuai kemampuan petani menghadapi kendala meskipun bila dilihat dari indikator
efisiensi, barangkali tingkat efisiensinya masih lebih rendah dibanding dengan petani lain
yang kendalanya lebih sedikit.
 Kondisi optimum adalah terbaik secara kondisional meskipun pada saat kondisi optimum
efisiensi ekonominya belum tentu mencapai maksimum. Tetapi kondisi dimana efisiensi
ekonominya sudah maksimum pasti merupakan kondisi yang optimum.

 Pada kondisi optimum keuntungan yang diperoleh sudah "maksimum" sesuai kondisi yang
ada. Artinya kata " maksimum" masih bisa ditingkatkan lagi apabila produsen bisa
mengurangi/mengatasi kendala-kendala ( constraint ) yang dihadapi sehingga kondisinya
berubah.

 Sebenarnya bagi petani kecil pada umumnya, yang lebih relevan adalah bagaimana
usahatani yang dilakukan dapat menghasilkan PENDAPATAN yang sebesar-besarnya.
 Dalam kata "pendapatan" didalamnya terkandung biaya produksi yang tidak benar-benar
dikeluarkan (implisit) karena proses usahataninya menggunakan faktor produksi yang sudah
dimilikinya oleh keluarga.

 Meskipun demikian konsep optimasi dan efisiensi tetap diperlukan untuk membantu
bagaimana petani bisa menekan pemborosan dalam alokasi faktor produksi. Bila suatu
usahatani kecil yang menerapkan konsep optimasi atau efisiensi ekonominya telah
maksimum dan setelah diukur ternyata bisa menghasilkan keuntungan, maka bila diukur
pendapatannya, pasti angka pendapatan tersebut lebih besar dari keuntungannya.

 Beberapa hambatan untuk menuju kondisi efisiensi maksimal antara lain :


o Keterbatasan pengetahuan dan informasi si produsen
o Keterbatasan sumber daya (modal dll).
o Adanya norma, peraturan dan benturan kepentingan seperti : Adanya ketentuan UMR
dll regulasi dari pemerintah.
o Adanya larangan/undang-undang anti monopili.
o Pengenaan pajak progresif.
 EFISIENSI maksimal hanya bisa dicapai secara teoritis apabila semua asumsi teoritik bisa
dipenuhi.

Asumsi dasar :
o Si pengusaha mengetahui dengan sempurna tentang teknis produksi, informasi pasar
yang berhubungan dengan produksinya.
o Produsen bersikap rasional dan bertujuan mengejar profit maksimum
o Kondisi pasar input maupun output adalah pasar persaingan sempurna .
o Dalam proses produksi, input berpengaruhi terhadap output secara terpola dan dapat
diukur dengan skala kardinal bukan ordinal, produk diperoleh melalui proses produksi
bukan proses ekstraktif (contoh : menjaring ikan dilaut bebas bukan proses produksi
tetapi ekstraktif, karena dengan cara dan input yang sama produksinya bisa berbeda).
o Hubungan fisik input-output diketahui (syarat keharusan/necessary condition) serta
harga input dan harga output diketahui (syarat kecukupan/ sufficient condition)
o Produksi terjadi pada suatu tingkat teknologi tertentu.
o Proses produksi berlangsung normal.

 Dalam produksi pabrikasi maka hubungan input output cenderung bersifat proporsional
(linier).sedangkan produksi pertanian cenderung mengikuti The Law of Deminishing Return
sehingga penentuan efisiensi maksimum agak lebih rumit.

Anda mungkin juga menyukai