Anda di halaman 1dari 13

ARTIKEL TENTANG KELOMPOK SOSIAL, MASALAH

SOSIAL,KERAGAMAN SOSIAL YANG MENIMBULKAN


KONFLIK ATAU KEKERASAN

DISUSUN OLEH
NAMA : IRFAN YUSUF DWI YANUAR
KELAS : XI MIA4
NO ABSEN : 13
Konflik Politik di Aceh Karena Persaingan
Tidak Sehat

Semakin mendekati pelaksanaan pemilu legislatih (Pileg) 2014 yang akan


berlangsung pada 9 April mendatang, teror politik di Nanggroe Aceh Darussalam
(NAD) semakin sering terjadi. Dua peristiwa terakhir dalam sebulan ini cukup
menggambarkan telah terjadi persaingan yang tidak sehat diantara partai-partai
terutama persaingan partai lokal Partai Nasional Aceh (PNA) dan Partai Aceh (PA).

Teror dan intimidasi dengan kekerasan terjadi saat seorang calon legislatif (caleg)
Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Selatan, Faisal (40) dari Partai
Nasional Aceh (PNA) tewas ditembak oleh orang tak dikenal pada (2/3). Peristiwa
penembakan terjadi di Gunung Cot Mancang, Gampong Ladang Tuha, Kecamatan
Meukek, Aceh Selatan. Penembakan ini dilakukan dengan menggunakan senjata
laras panjang. Pelaku memberondong korban dengan 42 kali tembakan.

Lalu, kantor PA, Dewan Pimpinan Sagoe (DPS) Lueng Bata Banda Aceh, digranat
orang tidak di kenal pada (11/3). Dan, peristiwa paling anyar yakni penembakan
mobil caleg PA di Bireun yang menewaskan tiga orang terjadi pada (31/3).
Sebelumnya, posko Partai NasDem diserang dua orang tak dikenal senjata laras
panjang jenis M-16 dan A1 di jalan Line Exxon Mobil desa Kunyet Mule, Kecamatan
Matangkuli, Kabupaten Aceh Utara, pada (16/1).

Mantan Pangdam Iskandar Muda Aceh, Supiadin Aries Saputra mengatakan,


kekerasan pemilu di Aceh terjadi karena adanya persaingan politik antara partai
lokal. ''Partai lokal di Aceh tidak siap mental bersaing dengan partai lain dan takut
kalah, makanya mereka melakukan aksi teror,'' ujar Supiadin yang disampaikan ke
Republika, Sabtu (5/4).

Supiadin, menjelaskan persaingan politik di Aceh sudah dimulai sejak Pemilihan


Kepala Daerah (Pilkada) pada tahun 2006 lalu. Saat itu mulai terbentuknya
KOMENTAR : MENURUT SAYA KASUS SEPERTI HARUS DITANGANI DENGAN
SERIUS OLEH PEMERINTAH KARENA AKABATNYA SANGAT FATAL
PERPECAHAN DAN KEKERASAN AKAN TERJADI JIA TIDAK SEGERA
DITANGANI

ISI : JELANG PEMILU DI ACEH SERING TERJADI KERUSUHAN BAHKAN


TEROR SERING TERJADI DISANA INI DIKARENAKAN PERSAINGAN KURSI
PEMERINTAHAN BANYAK DIPEREBUTKAN

SUMBER : www.beritaterkinisekitarpemilu.com
Tawuran pelajar yang terjadi di jalan-jalan melibatkan dua
kelompok sekolah yang saling berkonflik.
Contoh lain adalah tawuran antarpelajar yang akhir-akhir ini kerap terjadi. Tawuran
antarpelajar bahkan melibatkan antar sekolah, dan tidak jarang menimbulkan
kerusakan fasilitas umum, serta banyak meminta korban. Berbagai sebab yang
menyulut terjadinya tawuran tersebut memang beraneka ragam, yang intinya
menjunjung tinggi solidaritas antarteman.

Kekerasan hanya merupakan salah satu indikator kerusuhan dalam menilai


intensitas konflik atau pertentangan-pertentangan yang terjadi di masyarakat.
Charles Lewis Taylor dan Michael C. Hudson membuat beberapa indikator dalam
menggambarkan intensitas konflik yang terjadi dalam masyarakat Indonesia.
Indikator-indikator tersebut adalah sebagai berikut.

a. Demonstrasi (a Protest Demonstration)


Demonstrasi adalah sejumlah orang yang dengan tidak menggunakan kekerasan,
kemudian mengorganisasi diri untuk melakukan protes terhadap suatu rezim,
pemerintah, atau pimpinan dari rezim atau pemerintah tersebut; atau terhadap
ideologi, kebijaksanaan, dan tindakan, baik yang sedang direncanakan maupun
yang sudah dilaksanakan oleh pemerintah atau pihak yang sedang berkuasa.
Contoh gerakan mahasiswa se-Jabotabek yang menggelar demonstrasi di Gedung
MPR/DPR

Gambar: Pada saat reformasi 1998, mahasiswa menggelar demonstrasi besar-


besaran di gedung MPR/DPR, hingga menyebabkan turunnya pemerintahan Orde
Baru

b. Kerusuhan
Kerusuhan pada dasarnya sama dengan demonstrasi. Hal yang membedakannya
adalah kerusuhan mengandung penggunaan kekerasan fisik yang diikuti dengan
perusakan fasilitas umum, pemukulan oleh aparat keamanan atas pelaku-pelaku
kerusuhan, penggunaan alat-alat pengendalian kerusuhan oleh aparat keamanan,
dan penggunaan berbagai macam senjata atau alat pemukul oleh para pelaku
kerusuhan. Kerusuhan biasanya dilakukan dengan spontanitas sebagai akibat dari
suatu insiden dan perilaku kelompok yang kacau.

c. Serangan Bersenjata (Armed Attack)


Serangan bersenjata adalah tindakan kekerasan yang dilakukan untuk kepentingan
suatu kelompok tertentu dengan tujuan melemah-kan atau bahkan menghancurkan
kekuasaan dari kelompok lain. Indikator ini ditandai oleh terjadinya pertumpahan
darah, pergulatan fisik, atau perusakan fasilitas umum.
KOMENTAR : MENURUT SAYA TAWURAN PELAJAR INI SANGAT KASUS YANG
SERING TERJADI DI INDONESIA HAL DISEBABKAN KURANG KESADARAN
DARI PELAJAR ITU SENDIRI DAN PIHAK SEKOLAH YANG KURANG
MERESPON SISWANYA

ISI : TAWURAN PELAJAR YANG MARAK TERJADI DI INDONESIA HARUS


SEGERA DITANGAMI SERIUS OLEH PEMERINTAH

SUMBER : www.ucbrowsertrendingtopic.com
Kasus Perampokan Toko Emas di Yogyakarta

Kasus perampokan sadis dengan korban distributor emas, Wely Chandra


(37), di Jalan Kranggan Timur No 12 Semarang akhirnya terbongkar. Unit
gabungan Resmob Polda Jateng dan Resmob Polwiltabes Semarang berhasil
membekuk dua orang pelakunya, dalam sebuah penggerebekan di dua
tempat terpisah di Semarang, Senin (23/6) kemarin.
Hingga Selasa (24/6) pagi tadi, dua tersangka yakni Ng (42) dan Sa (32)
masih dikeler petugas guna mencari pelaku lainnya yang diperkirakan
berjumlah enam orang.
Sedangkan barang bukti yang diamankan di antaranya perhiasaan emas.
Barang bukti tersebut disita petugas dalam sebuah penggeledahan di salah
satu toko emas di daerah Peterongan Semarang.
Seperti diketahui, aksi para perampok tersebut tergolong sadis. Mereka tak
hanya menggasak emas seberat satu kuintal (100 kg) senilai Rp 25 miliar,
tetapi juga menghabisi tiga nyawa. Yakni Wely Chandra dan istrinya, serta
seorang pembantunya. Dua korban bahkan dibuang bersama mobilnya
(Kijang Innova) di kawasan kampus Unnes atau sekitar 7 km dari lokasi
perampokan.
Menurut informasi, kedua tersangka yang ditangkap tersebut merupakan
perencana aksi perampokan, sementara eksekutornya tengah diburu polisi.
Dua pelaku ini diketahui telah berulang kali lolos dari penyergapan polisi.
Mereka berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain untuk
menghindari pelacakan polisi. Hingga akhirnya dibekuk saat kembali ke
rumahnya.
Dari data yang diperoleh Wawasan, komplotan ini merupakan perampok
spesialis toko emas yang telah beraksi di berbagai tempat. Mereka diketahui
terlibat dalam perampokan toko emas di Solo dan Bandung.
Penangkapan dua perampok ini berdasarkan temuan handphone (hp) milik
salah seorang pelaku yang sempat tertinggal di lokalisasi Sunan Kuning (SK)
Semarang, beberapa waktu lalu. Hp tersebut sempat diamankan tim Densus
88 Mabes Polri, lantaran ada dugaan para pelaku merupakan jaringan
teroris.
Semalam hingga pagi tadi, aparat gabungan Polwiltabes Semarang dan
Polda Jateng juga terus memburu satu pelaku yang diduga kuat masih
berada di Semarang. Berbekal keterangan yang diperoleh, pihak kepolisian
menyisir berbagai tempat di kota Semarang.
Selain itu, polisi juga tengah mencari barang bukti batangan emas hasil
rampokan tersebut. Ada dugaan kuat, motif dari kasus ini selain perampok
juga ada unsur dendam bisnis. Ini mengingat dalam penyidikan, diketahui
salah seorang yang ditangkap petugas adalah pebisnis emas yang cukup
terkenal di Semarang, yaitu Ng.
Guna pengungkapan kasus ini, petugas Resmob juga berkoordinasi dengan
pihak Telkom. Ini menyusul pelacakan keberadaan hp milik korban yang
hingga pengungkapan kasus ini masih aktif dan dibawa oleh salah seorang
wanita panggilan di daerah Kali-banteng.
Direktur Reserse dan kriminal Polda Jateng, Kombes Pol Made Parsana saat
dihubungi Wawasan pagi tadi mengakui kalau kasus perampokan sadis di
Jalan Kranggan terbongkar. ’’Saya belum tahu jumlah pelaku yang
tertangkap. Anggota belum melaporkan jumlah pelaku yang ditangkap pada
saya,’’ jelasnya.
Saat disinggung pelaku lainnya, Dirreskrim mengatakan, pelaku lainnya
identitasnya sudah diketahui. ’’Anggota sedang melakukan perburuan,’’
katanya singkat.

KOMENTAR : MENURUT PENDAPAT SAYA KASUS INI SERING TERJADI


DIKALANGAN MASYARAKAT HAL INI HARUS DI ATASI BERSAMA BAIK DARI
PIHAK MASYARAKAT DAN BADAN KEAMANAN NEGARA POLISI DAN TNI
TURUT MEMBANTU PEMENRINTAHAN UNTUK MEMBERANTAS KASUS
PENCURIAN INI

ISI : Kasus perampokan sadis dengan korban distributor emas, Wely


Chandra (37), di Jalan Kranggan Timur No 12 Semarang akhirnya
terbongkar. Unit gabungan Resmob Polda Jateng dan Resmob Polwiltabes
Semarang berhasil membekuk dua orang pelakunya, dalam sebuah
penggerebekan di dua tempat terpisah di Semarang, Senin (23/6) kemarin

SUMBER : WWW.BACABERITA.COM
KONFLIK ANTAR SUKU DI PAPUA
Beberapa tahun belakangan media di Indonesia, baik lokal maupun nasional
memberitakan mengenai konflik antarsuku yang terjadi di Papua. Timika sering
diplesetkan Tiap Minggu Kacau. Bukan Timika jika tak ada kekacauan, bentrok
ataupun kerusuhan. Masih segar dalam ingatan kita bahwa di Timika selalu terjadi
konflik antarsuku. Konflik antara PT Freeport Indonesia (PT FI) dengan warga
setempat juga turut mewarnai tragedi konflik di daerah itu. Sebagai contoh
kerusuhan yang terjadi Tahun 1996. Kerusuhan yang telah menelan korban jiwa
pada masyarakat sipil dan korban materil yang tak terhitung jumlahnya. Saat itu,
pihak perusahaan menggunakan jasa aparat keamanan untuk menembaki,
memperkosa, meneror dan mengancam warga Papua. Konflik di Timika pula yang
akhirnya menghasilkan pemberian dana 1 persen dari pendapatan bersih PT FI
pertahun untuk Masyarakat Amungme dan Kamoro. Walaupun kini dana 1 persen
itu lebih banyak digunakan untuk kepentingan PT FI sendiri.
Konflik berikutnya yang terjadi di Timika yakni antara masyarakat dengan
pemerintah. Sebagai contoh kerusuhan menyikapi rencana pemerintah pusat untuk
pemekaran Provinsi Papua Tengah dengan Ibu Kota di Timika. Konflik ini terjadi
pada tahun 2004 yang menyebabkan 4 warga sipil tewas terkena panah. Konflik
yang selalu terjadi di Timika juga antara masyarakat dan masyarakat. Contoh
kasus misalnya konflik saling menyerang antara Suku Dani dan Suku
Damal. Bahkan dalam catatan telah sepuluh kali terjadi di Timika. Seperti konflik
antara Suku Dani dan Damal di Kwamki Lama dan juga konflik berlanjut di Banti
dan Kimbeli di Tembagapura dekat PT FI mengeksploitasi emas, tembaga dan
mineral ikutan lainnya. Konflik selanjutnya adalah antara aparat keamanan dan
warga sipil. Contoh kasus, antara warga sipil yang berasal dari Suku Key dan
Pihak Kepolisian. Konflik ini juga telah melumpuhkan aktivitas Kota Timika.
Dalam konflik ini satu warga sipil tewas tertembak. Konflik selanjutnya yang
sering terjadi di Timika adalah antara aparat keamanan sendiri. Contoh kasus
seperti Aparat TNI saling melakukan penyerangan terhadap Aparat Kepolisian.
Aparat TNI menyerang Pos Polantas di Timika Indah. Dalam konflik ini sejumlah
pihak mengalami kerugian. Contoh konflik-konflik tersebut selalu terjadi di
Timika dan telah membuka peluang untuk timbul lagi konflik lama karena dalam
proses penyelesaian tak pernah tuntas. Keadilan dalam penyelesaian kasus konflik
bagai panggang jauh dari bara.
Contoh kasus penyelesaian perdamaian misalnya ketika penyelesaian denda
adat antara Suku Dani dan Damal. Denda adat terkumpul Rp 2 Miliar. Uang
sebanyak itu diperoleh melalui bantuan perusahaan yang beroperasi di Timika dan
pemerintah setempat. Juga diperoleh dari hasil usaha pihak-pihak yang
bertikai. Dana sebanyak itu bukan untuk membayar musuh atau pihak lawan tetapi
pihak untuk membayar keluarga korban dalam sukunya sendiri. Akhirnya dendam
antara suku-suku yang bertikai masih terus berlanjut. Jika Aparat Polisi tak
mengungkap siapa pelaku penembakan dan juga jika tak diberikan hukuman
setimpal, maka dendam masih berlanjut. Jika dilihat secara seksama, maka konflik
di Timika lebih intensif dibanding konflik yang terjadi kota-kota lainnya di Papua.
Hal ini terjadi mungkin saja karena ada aktor yang ‘bermain’ di balik konflik
antarsuku di Papua.

KOMENTAR : MENURUT SAYA HAL INI HARUS SEGERA DI TANGGULANGI ADANYA


PIHAK PIHAK YANG MENGUNTUNGKAN SITUASI INI DENGAN MEMECAH BELAH
ANTAR SUKU DI INDONESIA

ISI : Contoh kasus, antara warga sipil yang berasal dari Suku Key dan Pihak
Kepolisian. Konflik ini juga telah melumpuhkan aktivitas Kota Timika. Dalam
konflik ini satu warga sipil tewas tertembak. Konflik selanjutnya yang sering
terjadi di Timika adalah antara aparat keamanan sendiri. Contoh kasus seperti
Aparat TNI saling melakukan penyerangan terhadap Aparat Kepolisian. Aparat
TNI menyerang Pos Polantas di Timika Indah. Dalam konflik ini sejumlah pihak
mengalami kerugian
SUMBER : KORAN JAWAPOS TANGGAL 4 DESEMBER 2015 HALAMAN
CONTOH KASUS KEMISKINAN SAAT INI DI WILAYAH DKI
JAKARTA
Harus diakui, Jakarta mempunyai berbagai program pemberantasan kemiskinan.
Akan tetapi, program itu hanya menjangkau warga miskin ber-KTP DKI.
Padahal,banyak warga miskin pendatang dari daerah-daerah di Jawa, bahkan juga
luar Jawa, yang tidak tercatat sebagai penduduk DKI.
Bagi Yunaedi (37), mengingat bawang berarti mengingat masa-masa hidup
bersama keluarganya yang selalu diwarnai tangisan. Air mata yang merembes
bukan karena percikan air bawang yang memang bisa membikin mata pedas.
Namun, bawang jugalah yang mengiris hatinya. Akhirnya, petani bawang asal
Brebes, Jawa Tengah, itu pun pergi ke Jakarta.
Yunaedi hanyalah petani tanpa lahan. Dia menggarap lahan milik orang lain,yang
disewanya setiap tahun. Namun, biaya produksi bawang kerap taksebanding
dengan harga jual hasil garapannya. "Kalau sudah rugi begitu,keluarga habis-
habisan, pada nangis semua di rumah. Bawang itu begitu.Benar-benar bisa bikin
nangis betulan," tutur Yunaedi mengenang.
Tahun 1999 Yunaedi ke Jakarta dan berjualan nasi goreng. Bersama Sarmah (31)
dan dua anaknya, Yunaedi mengontrak rumah petak dari tripleks di atas Kali
Mampang, Jakarta Selatan. Di sanalah mereka tinggal bersama ratusan jiwa kaum
urban miskin lainnya. Gubuk-gubuk kumuh mereka terjepit di antara permukiman
mewah.

Yunaedi hanyalah salah satu potret ketidakberdayaan kaum miskin di


Jakarta.Mereka terus-menerus terpinggirkan secara sistemik. Karena
statuskependudukannya ilegal, Yunaedi pun tak berdaya ketika gagal mengurus
kartukeluarga miskin.
Potret kemiskinan di kota memang tak bisa dipandang sederhana sebagaimasalah
perkotaan semata. Kemiskinan pun tak sedatar data statistik, yang Mudah
dimanipulasi. Bagaimana sebenarnya benang kusut kemiskinan di kota ini
berawal?
Dian Tri Irawaty dari Divisi Riset dan Pengembangan Konsorsium Kemiskinan
Kota (Urban Poor Consortium/UPC) mencermati, ketidakberdayaan kaum miskin
di kota sudah dimulai sejak hak petani atas tanah di desanya tercerabut. Mereka
Yang sejatinya petani justru tak sanggup mempunyai lahan sendiri.
Petani seolah dimiskinkan. Salah satu awal mula penyebab kemiskinan di kota
adalah ketika sektor pertanian dikebiri secara sistemik. "Potret kemiskinan di kota
hanya salah satu manifestasi dampak dari pengebirian itu," papar Dian.
Tercerabutnya tanah dari kehidupan petani diperparah dengan mandeknya
pelaksanaan reformasi agraria (land reform) yang diamanatkan Undang-Undang
Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960. Baru belakangan ini Badan Pertanahan
Nasional berusaha merealisasikan amanat yang telah mati suri puluhan tahun.
Undang-undang itu mengamanatkan pemerintah untuk meredistribusi tanah Negara
kepada para petani penggarap dan petani tak bertanah. Kepemilikan dan
penguasaan tanah pun dibatasi. Semangat perundang-undangan itu tak lain untuk
menciptakan pemerataan dalam kesempatan kegiatan produktif di bidangpertanian.
Namun, Onghokham Institute mencatat, perundang-undangan itu justru mandek
sejak memasuki tahun 1970. Sebaliknya, kemudahan dalam penyediaan tanah
untuk kegiatan investasi dan eksploitasi sumber daya alam dalam skala besar
terbuka luas. Akibatnya, kepemilikan lahan oleh petani terus menyempit. Konversi
lahan pertanian terus saja terjadi.

Kedaulatan petani pun terkebiri dengan diadopsinya gagasan Revolusi Hijau.


Akibatnya, petani terus bergantung pada pupuk kimia, pestisida, dan benih. Ini
tentu saja makin menggemukkan pundi-pundi perusahaan multinasional di sektor
pertanian. Sementara, indeks nilai tukar petani selalu rendah, jika tidak selalu
merosot.
"Tak salah bukan kalau lantas mereka berbondong-bondong ke Jakarta mencari
hidup? Mereka tak lagi punya tanah, tak ada sumber penghidupan yang memadai,"
ujar Dian.
Di Jakarta, ketiadaan hak atas tanah di desa mereka berlanjut dengan tiadanya hak
mereka atas tempat tinggal di Ibu Kota. Mereka pun menempati lahan-lahan ilegal;
bantaran kali, kolong jembatan, kolong jalan tol, hingga tepi rel kereta. Mereka
pun mencari nafkah di kawasan terlarang, bahu jalan, trotoar, juga kawasan parkir.
Sebagai warga ilegal, bayang-bayang kehilangan sumber penghidupan serta tempat
bernaung terus mengancam.
Sama halnya dengan Yunaedi, sebagian besar dari mereka terpaksa menghuni
lahan-lahan yang semestinya bukan untuk permukiman. Bantaran sungai, pinggir
rel, kolong jembatan, atau tanah-tanah kosong yang belum dibangun oleh
pemiliknya adalah pilihan paling mudah.
Kepala Dinas Kependudukan DKI Jakarta Abdul Kadir menyebut ada puluhan titik
komunitas warga yang menempati daerah terlarang, di antaranya 32 lokasi di
Jakarta Utara. Antara lain di Rawa Bebek, persisnya di kolong jalan tol layang
Pluit, Teluk Gong, Kampung Bandan, Marunda, Tanah Merah, dan jalur hijau di
bantaran Cakung Drain.
Jumlah mereka bisa ratusan ribu jiwa. Sebab, di Tanah Merah saja ada 750
keluarga, sementara di Cakung Drain sekitar 300 keluarga.Digusur Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta mengatasi kemiskinan di kota dengan pendekatan represif.
Penertiban. Permukiman kaum miskin yang kumuh dianggap penyakit dan
merusak gemerlapnya kota. Melalui Peraturan Daerah Nomor 11
Tahun 1988 tentang Ketertiban Umum, kaum miskin kerap diusir. Terbitnya
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi
Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum semakin melegalkan
penggusuran paksa.
Centre on Housing Rights and Evictions (COHRE), sebuah organisasi dunia
diSwiss yang mengampanyekan hak atas tempat tinggal, menyebut
penggusuranpaksa di Indonesia, khususnya Jakarta, telah mencapai level cukup
gawat.
COHRE menempatkan Indonesia sebagai satu dari tujuh negara yang melakukan
penggusuran paling besar di dunia. Sedangkan UPC mencatat, sejak tahun 2000
hingga 2005 saja sebanyak 19.094 keluarga digusur.
"Percuma pemerintah gusur-gusur kami. Mereka kasih uang kerohiman, padahal
buat kami itu uang kezaliman. Kami diusir dari satu tempat, pindah ke tempat lain
yang tetap ilegal," ujar Nenek Dela, pemulung di kawasan Penjaringan, Jakarta
Utara.
Bagi kaum miskin kota ilegal itu, untuk sekadar memiliki hak atas rasa aman di tempat tinggal
saja tak terpenuhi. Mereka pun kesulitan mengakses bantuan
pemerintah. Tempat tinggal yang ilegal membuat mereka pun tak bisa membuat kartu tanda
penduduk. Tertutupnya bermacam akses bagi mereka pada akhirnya membuat anak-anak mereka
pun merana. "Kenapa cuma orang berduit yang boleh datang ke Jakarta. Yang miskin dikejar-
kejar tramtib," kata Nenek Dela.
Dian mengemukakan, alangkah tidak adilnya ketika berbagai pembangunan sejumlah
gedung yang terbengkalai tidak berlanjut, dibiarkan begitu saja.
Gedung-gedung menganggur itu malah kerap dijadikan tempat pesta disko (rave
party) kaum muda Jakarta. Mal pun terus dibangun meski banyak yang sepi
pengunjung. Sementara, banyak warga miskin yang membutuhkan sekadar sepetak
tempat tinggal layak hanya bisa gigit jari.

KOMENTAR : MENURUT SAYA KEMISKINAN ADALAH PERMASALAHAN


YANG KOMPLEKS BUTUH PERAN PEMERINTAH UNTUK MENGATASI
PERMASALAHAN INI

ISI : Jumlah mereka bisa ratusan ribu jiwa. Sebab, di Tanah Merah saja
ada 750 keluarga, sementara di Cakung Drain sekitar 300
keluarga.Digusur Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengatasi
kemiskinan di kota dengan pendekatan represif. Penertiban. Permukiman
kaum miskin yang kumuh dianggap penyakit dan merusak gemerlapnya
kota. Melalui Peraturan Daerah Nomor 11
Tahun 1988 tentang Ketertiban Umum, kaum miskin kerap diusir.
Terbitnya Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan
Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum
semakin melegalkan penggusuran paksa.
SUMBER : WWW.BACABERITA.COM

Anda mungkin juga menyukai