Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ada empat isu mendunia yang sedang marak saat ini yaitu, kemiskinan,
pendidikan, terorisme dan kesetaraan gender1. Empat isu ini memang sudah terjadi
sejak lama, dan dapat dikatakan adalah masalah klasik yang hampir setiap negara
mengalaminya. Namun di Indonesia, belakangan ini sedang diramaikan pemberitaan
mengenai bom bunuh diri, yang merupakan ulah para “teroris”. Berdasarkan data
dari BNPT, terdapat 12 zona merah terhadap aksi terorisme di Indonesia, dan lima
zona diantaranya berada di pulau Jawa2. Seperti peristiwa di Surabaya Jawa Timur
misalnya, pada tanggal 13 Mei 2018 terjadi tiga ledakan bom secara susul-menyusul
di tiga gereja di Surabaya. Dalam peristiwa ledakan bom di Surabaya ini, 10 orang
tewas dan 41 orang luka-luka3. Tersangka dalam kejadian ini merupakan satu
keluarga yang terdiri dari suami-istri dan empat anak. Mereka bersama-sama
melakukan aksi bom bunuh diri yang terbagi di tiga lokasi berbeda.

Belum usai kepedihan atas kejadian tersebut, malam harinya ledakan bom
terjadi lagi di Rusunawa Wonocolo di Taman, Sidoarjo, Jawa Timur, dan
menewaskan anggota keluarga Anton Febrianto (47).4 Esok harinya bom bunuh diri
kembali meledak di Markas Polrestabes Surabaya Senin 14 Mei 2018 sekitar pukul
08.50 WIB. Kepolisian menyebut bom bunuh diri itu menggunakan sepeda motor
yang dikendarai seorang pria, perempuan, dan seorang bocah yang duduk di depan,
yang semuanya merupakan satu keluarga. Ada empat polisi yang menjadi korban

1
Erica, Bernadeta. 19/05/2018. “Beating the Odds: Menggapai Impian Dengan Keterbatasan IPK”
dalam http://indonesiamengglobal.com/2018/05/beating-the-odds-menggapai-impian-dengan-
keterbatasan-ipk/ diakses pada 23/05/2018 pukul 14.54 WIB.
2
Fitriana, Ika. 01/06/2016. “Ini 12 Daerah yang Masuk Zona Merah Terorisme” dalam
https://regional.kompas.com/read/2016/06/01/07410011/Ini.12.Daerah.yang.Masuk.Zona.Merah.Tero
risme diakses pada 31/08/2018 pukul 00.37 WIB.
3
Widiastuti, Rina. 13/05/2018. “Begini Kronologi Ledakan Bom di Surabaya” dalam
https://nasional.tempo.co/read/1088386/begini-kronologi-ledakan-bom-di-surabaya diakses pada
Rabu 23/05/2018 pukul 16.00 WIB.
4
Damanik, Caroline. 16/05/2018. "Kisah Anak Pelaku Bom Sidoarjo yang Tolak Ajaran Ayahnya
Jadi Teroris" dalam https://regional.kompas.com/read/2018/05/16/09083421/kisah-anak-pelaku-bom-
sidoarjo-yang-tolak-ajaran-ayahnya-jadi-teroris diakses pada Rabu 23/05/2018 pukul 15.44 WIB.

1
luka dan enam warga yang berada di lokasi ledakan menjadi korban luka. Sedangkan
korban tewas diduga pelaku 4 orang.5

Dari ratusan peristiwa teror bom yang pernah terjadi di Indonesia, peristiwa
bom di Jawa Timur yang sudah disebutkan sebelumnya, merupakan bom bunuh diri
pertama yang melibatkan wanita dan anak. Menurut artikel yang diunggah tirto.id,
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menilai bahwa, keterlibatan anak
dalam aksi teror di Surabaya merupakan modus baru dalam kasus terorisme di
Indonesia. Menurut Wakil Ketua KPAI Rita Pranawati, dirinya amat menyayangkan
karena seharusnya keluarga harus melindungi sesama anggota lainnya bukan malah
sebaliknya6. Dengan diberitakannya hal ini oleh media, kian membuat masyarakat
takut dan khawatir, pasalnya orang terdekat pun, yakni keluarga justru menjadi
pengaruh besar untuk kita turut terlibat dalam aksi teroris ini. Seperti yang dimuat
dalam Kompas.com, pengamat terorisme Al Chaidar menilai pergerakan dan struktur
organisasi teroris saat ini telah berubah. Teroris saat ini memilih komunikasi secara
langsung ketimbang melalui saluran telepon atau internet, agar sulit terdeteksi oleh
polisi7.

Meskipun teroris lebih memilih komunikasi secara langsung, namun media


juga berperan penting dalam aksi teror, baik media massa maupun media sosial.
Terorisme memiliki tujuan utama publikasi yang luas melalui media massa. Di lain
pihak, media massa juga sangat diuntungkan dengan adanya berita-berita kekerasan
nyata yang sensasional dan spektakuler untuk menaikkan tiras media cetak dan
rating televisi (Djelantik, 2010:130). Sedangkan media sosial juga dimanfaatkan
teroris untuk menyebarkan pahamnya. Pengamat terorisme Universitas Indonesia
Solahudin menyampaikan, saat ini peran media sosial dalam gerakan kelompok
teroris di Indonesia sangat penting. Media sosial bukan hanya untuk membangun
jaringan ataupun menyebarkan paham, melainkan dimanfaatkan sebagai media

5
Haryanto, Andri. 14/05/2018. “Kronologi Bom Bunuh Diri Mapolrestabes Surabaya” dalam
https://www.liputan6.com/news/read/3524571/kronologi-bom-bunuh-diri-mapolrestabes-surabaya
diakses pada Rabu 23/05/2018 pukul 15.40 WIB.
6
Mahmud, Naufal. 15/05/2018. “KPAI: Pelibatan Anak dalam Aksi Terorisme Adalah Modus Baru”
dalam https://tirto.id/kpai-pelibatan-anak-dalam-aksi-terorisme-adalah-modus-baru-cKtz diakses pada
Rabu, 23/05/2018 pukul 16.22 WIB.
7
Jurnaliston, Reza. 16/05/2018. "Pengamat: Kini, Organisasi Teroris Hindari Teknologi Informasi",
dalam https://nasional.kompas.com/read/2018/05/16/10482311/pengamat-kini-organisasi-teroris-
hindari-teknologi-informasi diakses pada Jumat 25/05/2018 pukul 14.27 WIB

2
belajar8. Terbukti dengan adanya kesaksian dari korban selamat dalam aksi terorisme
yang terjadi di Rusunawa Wonocolo, di Sidoarjo, Jawa Timur yang mengatakan
bahwa ayahnya belajar merakit bom lewat media sosial9.

Manusia tidak dapat hidup sejahtera tanpa adanya rasa aman. Maka dari itu,
keamanan harus kita ciptakan untuk memenuhi kesejahteraan hidup. Namun yang
terjadi selama ini, teror terus menghantui di mana-mana dan terjadi secara siprokal
atau balas-membalas, bahkan Wakil Presiden Jusuf Kalla pun mengatakan bahwa,
tidak ada satu negara pun yang aman dari aksi teroris 10. Pelibatan keluarga dalam
aksi teror bom ini memunculkan persepsi-persepsi baru terhadap masyarakat
mengenai pesan apa yang hendak disampaikan teroris.

Aspek kedekatan dalam keluarga memang dapat menjadi komunikasi yang


ampuh untuk mendoktrin anggota keluarga menuju ideologi tertentu, namun
bagaimana dengan komunikasi antar orang yang belum saling kenal? Bisakah
seseorang mendoktrin ideologi berbau teroris kepada orang yang belum pernah ia
kenali sebelumnya? Hal ini pernah terjadi pada mantan teroris Sofyan Tsauri, setelah
12 tahun menjadi anggota Polisi ia kemudian berbelok menjadi anggota kelompok
teroris. Meski tinggal dalam lingkungan dan keluarga polisi, pengaruh ideologi
seorang teroris masuk dalam dirinya setelah bertemu dengan napi teroris di dalam
sel11.

Kelompok teroris memiliki strategi tersendiri dalam mencari dan merekrut


anggotanya di mana pun dan kapan pun. Maka dari itu, yang perlu kita semua
waspadai adalah interaksi terhadap orang-orang atau pihak yang memiliki tujuan
tertentu, khususnya dalam menyebarkan paham terorisme. Lalu bagaimana kita dapat
mengetahui komunikasi yang bermotif penyebaran paham teroris ini?. Dalam upaya

8
Suryowati, Estu. 16/05/2018. Waspada! Teroris Manfaatkan Media Sosial untuk Sebarkan
Radikalisme dalam https://www.jawapos.com/nasional/humaniora/16/05/2018/waspada-teroris-
manfaatkan-media-sosial-untuk-sebarkan-radikalisme diakses pada 09/09/2018 pukul 22.55 WIB.
9
Suryowati, Estu. 16/05/2018. Waspada! Teroris Manfaatkan Media Sosial untuk Sebarkan
Radikalisme dalam https://www.jawapos.com/nasional/humaniora/16/05/2018/waspada-teroris-
manfaatkan-media-sosial-untuk-sebarkan-radikalisme diakses pada 09/09/2018 pukul 22.55 WIB.
10
Nadlir, Moh. 15/05/2018."Wapres Kalla Sebut Tak Ada Negara yang Aman dari Terorisme", dalam
https://nasional.kompas.com/read/2018/05/15/17444951/wapres-kalla-sebut-tak-ada-negara-yang-
aman-dari-terorisme diakses pada Selasa 28/08/2018 pukul 12.46 WIB.
11
Movanita, Ambaranie. 09/09/2017. “Cerita Mantan Polisi yang Jadi Teroris Setelah Sambangi
"Tangan Kanan" Noordin M Top” dalam
https://nasional.kompas.com/read/2017/06/09/06475281/cerita.mantan.polisi.yang.jadi.teroris.setelah.
sambangi.tangan.kanan.noordin.m.top diakses pada 28/08/2018 pukul 12.56 WIB.

3
pencegahannya, maka penulis membuat video dokumenter yang berjudul
“MENELISIK NARASI TERORISME” STRATEGI KOMUNIKASI JARINGAN
TERORIS DI INDONESIA DALAM MEREKRUT ANGGOTA BARU. Video ini
kiranya dapat menjadi salah satu cara yang bermanfaat untuk mengedukasi
masyarakat agar tidak lengah dan lebih waspada terhadap berbagai tindakan teroris
dalam interaksi yang merujuk pada perekrutan anggota baru. Setidaknya upaya ini
dapat mencegah berkembangnya kelompok-kelompok teroris yang ada di Indonesia.

1.2 Rumusan Perancangan Produksi

Bagaimana merancang video dokumenter tentang strategi komunikasi jaringan


teroris di Indonesia dalam merekrut anggota baru.

1.3 Tujuan Perancangan Produksi

Tugas akhir ini bertujuan untuk merancang pembuatan video dokumenter


tentang strategi komunikasi jaringan teroris di Indonesia dalam merekrut anggota
baru. Video ini kiranya dapat menjadi salah satu cara untuk mengedukasi masyarakat
agar tidak lengah dan lebih waspada terhadap berbagai tindakan teroris dalam
interaksi yang merujuk pada perekrutan anggota baru.

I.4 Manfaat Perancangan Produksi (Teoritis dan Praktis)

1.4.1 Manfaat Teoritis

Karya tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih dalam hal
kajian strategi komunikasi serta dapat digunakan oleh pihak atau lembaga yang
peduli anti terorisme di Indonesia.

1.4.2 Manfaat Praktis

Melalui karya tugas akhir ini diharapkan dapat menjadi video yang menyajikan
informasi tentang strategi komunikasi perekrutan anggota baru jaringan teroris,
sebagai upaya mencegah berkembangnya jaringan teroris di Indonesia. Agar
masyarakat dapat memproteksi diri terhadap paham-paham radikalisme yang kini
semakin mudah tersebar di seluruh media komunikasi.

4
1.5 Pembatasan Perancangan Produksi

Karya tugas akhir yang berupa video dokumenter tentang strategi komunikasi
perekrutan anggota baru jaringan teroris Indonesia ini berisi informasi:

1). Data aksi teroris di Surabaya, Jawa Timur.

2). Wawancara dengan mantan teroris Sofyan Tsauri

3). Wawancara dengan pengamat terorisme Prof. Hamdi Muluk

4). Wawancara dengan Deputi Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan


Terorisme (BNPT), Prof. Irfan Idris.

5). Ilustrasi dan infografis yang membantu menjelaskan informasi.

1.6 Konsep Perancangan Produksi

Video dokumenter ini dikemas lebih ringan dengan metode pengambilan


gambar yang fleksibel. Fleksibel dalam artian tidak terpaku pada pengambilan
gambar di dalam ruangan, pengambilan gambar bisa dilakukan di luar ruangan
sesuai situasi dan kondisi. Di dalam video ini akan disajikan wawancara bersama
narasumber terkait, kesaksian-kesaksian dari narasumber, juga infografis yang akan
mempermudah penonton memahami strategi komunikasi perekrutan anggota baru
jaringan teroris.

Anda mungkin juga menyukai