Anda di halaman 1dari 11

NAMA NIM JURUSAN PROGRAM STUDI A

: Ali Said : 07.3.S.0002 : Syariah : Ahwal Al-Syakhshiyah

Legal Opinion Akhir-akhir ini kita disibukkan dengan berita video mesum yang beredar lewat internet. Tayangan infotainment di televisi didominasi oleh berita ini, bahkan tidak ketinggalan dua saluran televisi berita ikut menayangkannya. Figur publik yang terlibat dalam video mesum ini diduga antara lain vokalis grup musik Peterpan, Ariel, dan dua orang selebritis Luna Maya dan Cut Tari. Perkembangan terakhir adalah Ariel dijadikan tersangka oleh Polisi. Pasal-pasal yang dipakai untuk menjerat antara lain berasal dari UU Pornografi, UU ITE, dan UU Hukum Pidana. Saya tidak akan menulis soal moralitas, soal hype media dan soal pandangan pribadi saya terkait kasus ini. Tapi yang menarik adalah segi hukum yang digunakan dalam kasus ini.

Legal Audit Daftar inventarisasi masalah HUKUMAN PIDANA PERDATA TATA USAHA NEGARA MILITER YA TDK

NO 1. 2. 3. 4.

Proces Of Law Peraturan Perundang-undangan yang dilanggar (versi Polisi dan Penuntut Umum). Persidangan Ariel Peterpan hasil dari persidangan kasus Ariel Peterpan mengenai video hot ariel dengan Luna Maya maupun Video hot Ariel dan Cut Tari sangatlah ditunggu-tunggu para penggemar ataupun Fans Ariel. Dalam persidangan kasus Ariel, Ariel dituntut pelanggaran 3 UU yaitu antara lain: 1 2 3 Pasal 29 UU No 44 tahun 2008 tentang Pornografi Pasal 4, 5 dan Pasal 4 UU No 44 tahun 2008 tentang Pornografi Pasal 27 ayat 1 UU No 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) Legal Drafting Pertanyaan kita sekarang adalah, sebagai orang awam yang mungkin tidak melek hukum, kok bisa Polisi menggunakan Pasal 4 untuk menjerat Ariel dalam kasus ini? Bukannya video mesum itu, sepengetahuan kita yang terbatas sekedar nalar dari pemberitaan di media adalah video privat? Seberapa besarkah implikasi UU Pornografi ini dalam kehidupan privat seseorang? Saya bukan pakar hukum, namun tidak ada salahnya kita

sebagai warga negara untuk mengerti produk hukum yang dihasilkan wakil rakyat kita. Pasal 4 UU Pornografi tersebut berbunyi: 1 Setiap orang dilarang memproduksi, membuat, memperbanyak, mengimpor,

menggandakan,

menyebarluaskan, menyiarkan,

mengekspor, menawarkan, memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan pornografi yang secara eksplisit memuat: a b c d e f Persenggamaan, termasuk persenggamaan yang menyimpang; Kekerasan seksual; Masturbasi atau onani; Ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan; Alat kelamin; atau Pornografi anak. Penjelasan Pasal 4 Ayat (1) tersebut: Yang dimaksud dengan membuat adalah tidak termasuk untuk dirinya sendiri dan kepentingan sendiri. a Yang dimaksud dengan persenggamaan yang

menyimpang antara lain persenggamaan atau aktivitas seksual lainnya dengan mayat, binatang, oral seks, anal seks, lesbian, dan homoseksual.

Yang

dimaksud

dengan yang atau

kekerasan didahului mencabuli

seksual dengan dengan

antara tindakan paksaan

lain persenggamaan

kekerasan (penganiayaan) atau pemerkosaan. c d Cukup jelas.

Yang dimaksud dengan mengesankan ketelanjangan adalah suatu kondisi seseorang yang menggunakan penutup tubuh, tetapi masih menampakkan alat kelamin secara eksplisit.

e f

Cukup jelas. Pornografi anak adalah segala bentuk pornografi yang melibatkan anak atau yang melibatkan orang dewasa yang berperan atau bersikap seperti anak. Sedangkan definisi Pornografi menurut Pasal 1 UU Pornografi

tersebut adalah: Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat. Dengan beberapa penjelasan yang saya utarakan diatas maka seharusnya ariel harus dibebaskan dengan pertimbangan tersebut diatas.

Demikianlah interpretasi saya yang terbatas soal kasus video mesum dan UU Pornografi ini. C a Legal Reasening Aplikasi 1 Pasal 31 dan 32 UU No 44 tahun 2008 tentang Pornografi Pasal 31: Setiap orang yang meminjamkan atau mengunduh pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah). Pasal 32: Setiap orang yang memperdengarkan, mempertontonkan, memanfaatkan, memiliki, atau menyimpan produk pornografi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah). Kembali yang bisa kena

pasal ini pekerja infotainment dan wartawan media massa dan masyarakat yang telah melihat video tersebut bersama-sama, tidak sendiri. Atau orang-orang yang memperlihatkannya kepada orang lain. 2 Pasal 4, 5 dan Pasal 6 UU No 44 tahun 2008 tentang Pornografi Pasal 4 UU Pornografi tersebut berbunyi:

Setiap

orang dilarang

memproduksi,

membuat, memperbanyak,

menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor, menawarkan, memperjualbelikan, menyewakan, atau

menyediakan pornografi yang secara eksplisit memuat: a b c d e f Persenggamaan, termasuk persenggamaan yang menyimpang; Kekerasan seksual; Masturbasi atau onani; Ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan; Alat kelamin; atau Pornografi anak.

Pasal 5 Yang dimaksud dengan mengunduh adalah mengalihkan atau mengambil fail (file) dari sistem teknologi informasi dan komunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1).

Pasal 6.

Melarang orang memperdengarkan, mempertontonkan, memanfaatkan, memiliki, atau menyimpan produk pornografi kecuali yang diberi kewenangan oleh peraturan perundang-undangan. b Pasal 27 ayat 1 UU No 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) BAB VII PERBUATAN YANG DILARANG Pasal 27 1 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan. 2 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan perjudian. 3 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik. 4 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi

Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan pemerasan dan/atau pengancaman.

Penerapan Penerapan UU Pornografi yang dijadikan polisi sebagai alat untuk menjerat ariel terkesan sangat dipaksakan. Dengan beberapa penjelasan sebelumnya yang saya sampaikan.

d e

Sikap Tindak

Dari keterangan Polisi, kita tahu Polisi menjerat Ariel dengan pasal 4 ayat 1 UU Pornografi . Tuduhan yang digunakan adalah memproduksi materi pornografi. Video itu jelas dikategorikan sebagai Pornografi menurut UU ini. Namun bila kita membaca penjelasan pasal 4 ayat (1) tersebut, video yang diproduksi untuk kepentingan dirinya sendiri tidak melanggar UU. Apa yang dimaksud dengan kepentingan dirinya sendiri? Apakah memperlihatkan video tersebut kepada teman tetap masuk dalam kategori kepentingan sendiri ataukah sudah masuk dalam kategori penyebaran? Kemungkinannya penyidik akan mencari petunjuk dan bukti yang lebih kuat yang bisa membedakan antara kepentingan diri sendiri dan penyebaran. Berita yang beredar mengenai dua orang ex personil band Ariel yang diperiksa terkait dengan pernah tidaknya melihat video tersebut sebelumnya memberikan petunjuk kepada kita usaha-usaha penyidikan polisi ke arah sana.

Adapula pendapat pakar yang mengatakan UU tidak bersifat retroaktif. Jadi apabila video tersebut diproduksi sebelum UU ini berlaku (Oktober 2008) maka si pelaku tidak bisa dijerat pasal 4. Pertanyaan lanjutan adalah kapan video ini diproduksi? Akan butuh penyidikan teknis mengenai pembuatan video dan mungkin pengakuan pelaku untuk hal ini. Bagaimana dengan penyebarannya? Penyebaran video ke publik jelas terjadi setelah UU ini berlaku. Polisi bisa saja menggunakan interpretasi dari pasal hukum yang fleksibel itu untuk menjadikan seseorang tersangka. Dalam kasus Ariel ini kita melihat seseorang yang memproduksi materi pornografi, dan kemudian dijerat karena memproduksi atau dijerat karena memproduksi dan menyebarkannya? Video yang tadinya ruang privat beralih menjadi urusan publik karena ada yang menyebarkannya. Yang lebih mengkhawatirkan adalah Pasal 5 yang melarang orang meminjamkan atau mengunduh pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 6 yang melarang orang memperdengarkan, mempertontonkan,

memanfaatkan, memiliki, atau menyimpan produk pornografi kecuali yang diberi kewenangan oleh peraturan perundang-undangan. Dalam penjelasan pasal 6, larangan menyimpan tidak termasuk untuk dirinya sendiri dan kepentingan sendiri. Jadi bila Anda mengunduh video tersebut dan kemudian menyimpannya dalam harddisk, sebutlah Anda kemudian meminjamkannya

kepada teman, atau sharing ke teman, apakah Anda juga dapat dijerat pasal 5 dan 6 ini? Artinya negara semestinya berurusan dengan seluruh konsumen video mesum ini tidak hanya pelaku penyebarannya bila hendak konsisten menegakkan hukum. Dalam kasus ini, kita melihat bagaimana penegak hukum kita menggunakan celah hukum untuk menjerat seorang warga negaranya. Orang itu saat ini kebetulan adalah Ariel, besok mungkin bisa orang yang lain. Mungkin wartawan infotainment, mungkin juga Anda yang kebetulan mendownload video tersebut karena didorong rasa penasaran ingin tahu. Pasalpasal karet, pasal yang mudah ditarik-ulur, tidak kaku sehingga bisa diinterpretasikan sesukanya adalah produk hukum yang cacat. Produk hukum seperti ini dihasilkan oleh para pembuat hukum, yang tidak lain adalah para anggota DPR. Stupid law made by stupid lawmakers. Orang biasa perlu melek hukum, apalagi para pembuat hukum, wakil rakyat kita. Oleh karena itu pilihlah wakil rakyat yang melek hukum, yang dapat bersikap bijak dalam membuat sebuah produk hukum yang baik, yang tidak kontroversial. Karena di tangan kita wakil rakyat ini ditentukan, secara otomatis di tangan kita pulalah masa depan bangsa ini ditentukan. Dengan penjelasan yang saya utarakan mulai dari awal maka kasus ariel ini harus dihentikan, karena UU yang menjerat ariel sangat tidak

mendasar bahkan terkesan dipaksakan, dimana ariel membuat dan menyimpan video semata-mata untuk keperluan dirinya sendiri atau berada dalam ruang privat, oleh karena itu jika ariel ingin dijerat dengan pasal dan undang-undang ini maka yang terlebih dahulu harus dijerat adalah wartawan atau media massa. Karena merekalah yang menyebarkan video ini ke public dimana video ini tadinya milik pribadi/privat menjadi konsumsi masyarakat, dan jika mengunkan dasar hukum UU Pornografi ini maka semua yang pernah menonton video ini harus dijerat juga

Anda mungkin juga menyukai