Anda di halaman 1dari 29

A.

Analisis Kinerja Keuamgan Bank Syariah dengan Menggunakan Pendekatan Laba


Rugi Ditinjau dari Perspektif Ekonomi Islam

B. Latar Belakang
"Bank" berasal dari kata Italia banco yang berarti "kepingan papan tempat buku",

sejenis "meja". Kemudian penggunaannya lebih diperluas untuk menunjukkan "meja"

tempat penukaran uang, yang digunakan oleh para pemberi pinjaman dan para pedagang

valuta di Eropa, pada abad pertengahan untuk memamerkan uang mereka. Dari sinilah

awal mula timbulnya perkataan bank. Kisah di atas mungkin benar, karena urusan bank di

masa lampau diambil alih oleh para penukar uang. Banco atau meja para pengusaha bank

pada abad pertengahan akan dimusnahkan oleh khalayak ramai, jika ia gagal menjalankan

fungsinya, dan dari sinilah timbulnya istilah "bangkrut".

Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah, adalah bank yang

beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut

dengan Bank Tanpa Bunga adalah lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan

produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur'an dan Hadis Nabi Saw. Atau

dengan kata lain, Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya

memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta

peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.

Antonio dan Perwataatmadja membedakan menjadi dua pengertian, yaitu Bank Islam dan

Bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam. Bank Islam adalah (1) bank yang

beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam; (2) adalah bank yang tata cara

beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur'an dan Hadis; Sementara

bank yang beroperasi sesuai prinsip syariah Islam adalah bank yang dalam beroperasinya

itu mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara

bermuamalat secara Islam. Dikatakan lebih lanjut, dalam tata cara bermuamalat itu

dijauhi praktik-praktik yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi

dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan.

Untuk menghindari pengoperasian bank dengan sistem bunga, Islam

memperkenalkan prinsip-prinsip muamalah Islam. Dengan kata lain, Bank Islam lahir

sebagai salah satu solusi alternatif terhadap persoalan pertentangan antara bunga bank

dengan riba. Dengan demikian, kerinduan umat Islam Indonesia yang ingin melepaskan
diri dari persoalan riba telah mendapat jawaban dengan lahirnya bank Islam. Bank Islam

lahir di Indonesia, yang gencarnya, pada sekitar tahun 90-an atau tepatnya setelah ada

Undang-Undang No. 7 Tahun 1992, yang direvisi dengan Undang-Undang Perbankan

No. 10 Tahun 1998, dalam bentuk sebuah bank yang beroperasinya dengan sistem bagi

hasil atau bank syariah. Keberadaan bank syariah semakin mapan setelah

diundangkannya UU No. 21 Tahun 2010 tentang Perbankan Syariah.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kinerja keuangan Bank BRI Syariah KCP Bone dilihat dari

pendekatan laba rugi?

2. Bagaimana pendekatan laba rugi pada Bank BRI Syariah KCP Bone ditinjau

dari perspektif ekonomi islam?

D. Tujuan dan Manfaat


1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah:

a. Untuk mengetahui kinerja keuangan Bank BRI Syariah KCP Bone

menggunakan pendekatan laba rugi

b. Untuk mengetahui pendekatan laba rugi yang digunakan oleh Bank BRI Syariah

KCP Bone yang ditinjau menggunakan perspektif ekonomi islam.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian sebagai berikut:

a. Manfaat ilmiah yaitu sebagai pengembangan keilmuan dan sebagai panduan

kinerja keuangan perbankan syariah menggunakan pendekatan laba rugi.

b. Manfaat praktis yaitu sebagai bahan kebijakan bagi lembaga-lembaga terkait

dalam hal ini Bank BRI Syariah KCP Bone.

E. Ruang Lingkup Penelitian


Lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian adalah Bank BRI Syariah

KCP Bone yang beralamat di Jalan Durian, Kelurahan Jeppe’e, Kecamatan Tanete

Riattang Barat, Kabupaten Bone. Alasan yang mendasari kenapa penelitian dilaksanakan
di Bank BRI Syariah KCP Bone adalah data yang diperlukan sangat terkait dengan Bank

BRI Syariah KCP Bone.

Subjek dari penelitian ini adalah Bank BRI Syariah KCP Bone yang terletak di

jalan Durian, Kelurahan Jeppe’e, Kecamatan Tanete Riattang Barat, Kabupaten Bone.

Objek dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan bank yang menggunakan pendekatan

laba rugi yang ditinjau menggunakan perspektif ekonomi islam.

F. Kajian Pustaka
1. Kajian penelitian terdahulu

Salah satu syarat dipenuhi oleh seorang peneliti untuk menunjukkan

keaslian suatu penelitian yang dilakukan yaitu menegaskan perbebedaannya

dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang sejenis dengan penelitian yang

dilakukan. Adapun hasil penelusuran terdahulu yang sesjenis dengan penelitian

yang akan dilakukan ini, antara lain.

Tabel 1.1

PenelitianTerdahulu

No Penelitian Terdahulu

1. Yulianti, Saifudin & Yayan Pribadi (Universitas


Identitas
Semarang (USM))

Komparasi Kinerja Keuangan Perbankan Syariah


Judul Penelitian
Berbasis Pendekatan Laba Rugi Dan Nilai Tambah

Tahun 2016

Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan

kinerja keuangan bank syariah dengan menggunakan

pendekatan laba rugi dan nilai tambah berdasarkan rasio

keuangan. Rasio keuangan yang digunakan terdiri dari

ROA, ROE, rasio perbandingan antara total laba bersih

dengan total aktiva produktif, NPM, dan BOPO. Objek

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Perbankan

Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia. Populasi dari


No Penelitian Terdahulu

penelitian ini adalah laporan keuangan Bank Umum

Syariah, sedangkan sampel yang digunakan adalah

laporan keuangan tahun 2011- 2014 untuk masing-

masing pendekatan yaitu Income Statement dan Value

Added Statement. Alat analisis yang digunakan untuk

membuktikan hipotesis penelitian ini adalah

independent sample t-test. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa rata-rata rasio keuangan (ROA,

ROE, perbandingan laba bersih dengan aktiva

produktif, dan NPM) terdapat perbedaan yang

signifikan antara Income Statement dan Value Added

Statement, sedangkan pada rasio BOPO antara Income

Statement dan Value Added Statement tidak terdapat

2. Identitas

Perbadingan Kinerja Keuangan Bank Syariah

Judul Penelitian Dengan Pendekatan Income Statement Approach

Dan Value Added Approach)

Tahun 2011

Kesimpulan Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk

mendapatkan bukti empiris mengenai perbedaan kinerja

keuangan perbankan syariah dengan pendekatan laba

rugi dan nilai tambah dilihat dari rasio ROA, ROE,

rasio perbandingan antara total laba bersih dengan total

aktiva produktif, NPM, dan BOPO. Populasi penelitian

adalah bank syariah yang terdaftar di bank Indonesia

dengan periode penelitian selama tahun 2003 – 2010.

Metode analisis yang digunakan adalah uji beda t.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menunjukkan


No Penelitian Terdahulu

bahwa rata-rata rasio ROA, ROE, rasio perbandingan

antara total laba bersih dengan total aktiva produktif,

NPM, dan BOPO berbeda secara signifikan antara

pendekatan laba rugi dengan pendekatan Penelitian

Terdahulu

3. Identitas Sabri nurdin & Achmad ruzhadi


Analisis perbandingan kinerja keuangan
Judul Penelitian menggunakan pendekatan laba rugi dan nilai
tambah pada PT. Bank syariah mandiri

Tahun 2019
Penelitian ini bertujuan untuk menganilisis
Kesimpulan
perbedaan kinerja keuangan bank syariah dengan
menggunakan pendekatan laba rugi dan nilai
tambah. Rasio keuangan yang digunakan terdiri
dari ROA, ROE, rasio perbandingan antara total
laba bersih dengan total aktiva produktif, NPM, dan
BOPO. Objek yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Bank Syariah Mandiri. Populasi dari
penelitian ini adalah laporan keuangan Bank
Syariah Mandiri, sedangkan sampel yang
digunakan adalah laporan keuangan tahun 2013-
2017 untuk masing-masing pendekatan yaitu Laba
Rugi dan Nilai Tambah.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata rasio keuangan
(ROA, ROE, perbandingan laba bersih dengan
aktiva produktif, dan NPM) terdapat perbedaan
yang signifikan antara Laba Rugi dan Nilai
Tambah, sedangkan pada rasio BOPO tidak
terdapat perbedaan antara Laba Rugi dan Nilai
Tambah dan bila dilihat secara keseluruhan, tingkat
profitabilitas menunjukkan tidak adanya perbedaan
yang signifikan antara Laba Rugi dan Nilai Tambah
No Penelitian Terdahulu

Identitas

Judul Penelitian
4.
Tahun

Kesimpulan

2. Kajian Teoritis
a. Konsep Dasar Bank Syariah
Lembaga perbankan adalah salah satu instrument yang sangat penting

dalam sistem ekonomi. Hampir di seluruh negara di dunia ini yang menjalankan

kegiatan ekonominya melibatkan lembaga perbankan. Masalah yang kemudian

muncul, terdapat sekelompok masyarakat Islam yang sulit menerima sistem

perbankan dalam kehidupan karena adanya unsur-unsur yang dinilai tidak sesuai

dengan prinsip-prinsip syariah. Keadaaan inilah yang membuat umat Islam

dilema, di satu sisi umat Islam menyadari akan perlunya lembaga keuangan

untuk menggairahkan kegiatan ekonominya yang berarti juga untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun di sisi lain mereka dihadapkan

pada ajaran agama yang mengharuskan menghindari atau paling tidak

membatasi keterlibatannya sistem keuangan yang mengandung unsur-unsur riba.

Bank merupakan istilah yang diberikan oleh masyarakat untuk menami

realitas yang mereka ciptakan. Bank sebagai lokomotif pembangunan ekonomi

dan mempunyai beberapa tujuan. Menurut Muhammad dengan mengutip

pendapat Metwally bahwa tujuan bank Islam ialah mendorong dan mempercepat

kemajuan ekonomi suatu masyarakat dengan melaksanakan semua kegiatan

perbankan, finansial, komersial dan investasi dengan prinsip-prinsip Islam.1

Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan bank syariah adalah bank

beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa

disebut dengan bank bebas tanpa bunga adalah lembaga/perbankan yang


1
Muhammad, Lembaga Ekonomi Syariah, Edisi I (Cet. I; Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 6.
operasionalnya dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Alquran dan

hadis atau dengan kata lain, bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha

pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas

pembayaran serta peredaran uang yang operasionalnya sesuai dengan prinsip

syariat Islam.2

Berbeda halnya dengan Antonio Syafi’i mendefenisikan dua pengertian

yaitu bank Islam dan bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah Islam.

Bank Islam adalah (1) bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah Islam;

(2) bank yang tata cara beroperasinya mengacu pada ketentuan Alquran dan

hadis. Sedangkan bank yang beroperasi sesuai prinsip syariah Islam adalah bank

yang dalam operasionalnya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam,

khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam. Dikatakan

lebih lanjut bahwa dalam tata cara bermuamalah itu dijauhi praktek-praktek

yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatan-

kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan.3

Menurut Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah menjelaskan bahwa bank syariah adalah bank yang menjalankan

kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas

bank umum syariah dan bank pembiayaan rakyat syariah.4

Bank dalam melakukan perannya sebagai intermediasi antara pihak yang

membutuhkan dana dan pihak yang memiliki kelebihan dana tanpa

mengesamping-kan prinsip-prinsip syariah. Bank syariah muncul menjadi solusi

bagi masyarakat yang menginginkan transaksi keuangan yang bebas dari sistem

bunga dan menerapkan sistem berdasarkan prinsip syariah. Ini menunjukkan

bahwa bank syariah merupakan lembaga keuangan yang segala kegiatan

usahanya didasarkan pada prinsip syariah sehingga segala transaksinya bebas

2
Muhammad, Manajemen Bank Syariah (Yogyakarta: UPP AMPYKPN, 2002), h. 13.

3
Karnaen Purwataatmaja dan Muhammad Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam
(Yogyakarta: PT. Dana Bakhti Wakaf, 1997), h. 1.
4
Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Bab I Pasal 1 Poin 7.
dari hal-hal yang dilarang oleh syariah yang menjadi perbedaan dengan sistem

perbankan konvensional yang tidak melihat aspek tersebut.

Bank syariah adalah salah satu lembaga keuangan syariah yang memiliki

dua fungsi utama yaitu mengumpulkan dana dan menyalurkan dana. Penyaluran

dana yang dilakukan bank syariah adalah pemberian pembiayaan kepada debitur

yang membutuhkan, baik untuk modal usaha maupun untuk konsumsi. Syariah

Islam sebagai syariah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. mempunyai

keunikan tersendiri. Syariah ini bukan saja menyeluruh atau komprehensif, tetapi

juga universal. Karakter istimewa ini diperlukan sebab tidak akan adanya syariah

lain yang datang untuk menyempurnakannya. Komprehensif berarti merangkum

seluruh aspek kehidupan, baik ritual (ibadah) maupun sosial (muamalah).

Demikian pula dengan keuniversalannya dapat diterapkan dalam setiap waktu

dan tempat hingga hari akhir nanti. Universalitas ini tampak jelas terutama pada

bidang muamalah. Selain memiliki cakupan yang luas dan fleksibel, muamalah

tidak membeda-bedakan antara muslim dan non muslim. Kenyataan ini tersirat

dalam suatu ungkapan yang diriwayatkan oleh Sayidina Ali yang artinya “dalam

bidang muamalah kewajiban mereka adalah kewajiban kita dan hak mereka

adalah hak kita.”5

Lebih lajut Syafi’i Antonio menjelaskan bahwa mengenai aktualisasi

prinsip tazkiyah ialah mengakui keberadaan tahapan-tahapan proses ekonomi

yang seluruhnya memang harus jelas, boleh dan halal untuk dilaksanakan.

Jangan sampai menjerumuskan dalam proses yang samar-samar, merugikan

bahkan mendatangkan dosa. Tanggung jawab pelaku ekonomi syariah berada

pada tiga tahap yaitu (1) dimulai pada tahapan awal dengan menunjukkan atau

menyediakan objek usaha dan kegiatan (jasa) yang benar-benar sah dan halal

untuk dijalankan; (2) kemudian dalam proses pengelolaan harus pula jelas, sah,

dan halal yang ditunjang dengan prinsip manajerial islami yang menempatkan

kejujuran, transparansi, dan profesionalitas dalam proses ekonomi tersebut; dan

(3) terhadap hasil (output) dari sebuah proses ekonomi juga harus jelas, sah dan

5
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Islam: Dari Teori ke Praktek (Cet. I; Jakarta: Gema Insani
Press, 2001), h. 4-5.
halal. Ketiga tahapan proses ekonomi inilah yang disebut dengan sistem

produksi atau sistem perolehan dalam pengelolaan harta benda secara Islami.6

Pihak perbankan dalam hal ini selaku praktisi ekonomi Islam memiliki

tanggung jawab yang sama dengan para umara dan ulama untuk menerapkan

sistem ekonomi Islam yang sebenarnya, dalam hal ini praktisi perbankan

menyediakan produk perbankan yang murni berdasarkan prinsip syariah, proses

penghimpunan dan penyaluran dana yang jelas dan sah, output atau hasil

produknya pun harus jelas, sah dan halal.

Muhammad Abdul Mannan dalam bukunya Teori dan Praktek Ekonomi

Islam, menjelaskan bahwa bila menganalisis berbagai perintah agama Islam

dengan saksama, maka dapat kita memperoleh empat prinsip yang berkaitan

dengan prinsip pembiayaan konsumtif yaitu (1) prinsip kemurnian, (2) prinsip

perjanjian, (3) prinsip pembayaran, dan (4) prinsip bantuan.7

Lebih lanjut Muhammad Abdul Mannan menjelaskan bahwa perbankan

syariah didasarkan pada prinsip syarikah (mitra usaha), artinya seluruh sistem

perbankan pemegang saham, dipositor, investor dan peminjam akan berperan

serta atas dasar mitra usaha. Mitra usaha tersebut diatur pada kode etik ekonomi

yang didasarkan pada prinsip mud}a>rabah, mura>bahah dan musya>rakah.8

Dalam menjalankan aktivitasnya, bank syariah menganut beberapa prinsip-

prinsip seperti prinsip keadilan, kesederajatan dan prinsip ketenteraman. Dengan

sistem operasional yang berdasarkan profit and loss-sharing system, bank Islam

memiliki kekuatan tersendiri yang berbeda dari sistem perbankan konvensional.

Perbedaaan ini Nampak jelas bahwa dalam sistem bagi hasil terkandung dimensi

keadilan dan pemerataan.

Sama halnya dengan produk pada bank konvensional, produk perbankan

syariah dalam penghimpunan dana ini disebut simpanan, giro maupun deposito.

6
Arfin Hamid, Hukum Ekonomi Islam (Ekonomi Syariah) Di Indonesia Aplikasi dan Perspektifnya
(Cet. I: Bogor: Ghalia Indonesia, 2007), h. 101.
7
Muhammad Abdul Mannan, Islamic Economics; Theory and Practice, terj. M. Nastangin, Teori
dan Praktek Ekonomi Islam (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf. 1993), h. 217.
8
Muhammad Abdul Mannan, Islamic Economics; Theory and Practice, terj. M. Nastangin, Teori
dan Praktek Ekonomi Islam, h. 168.
Namun yang menbedakan diantara keduanya adalah akad yang digunakan dalam

setiap produknya yaitu akad wadi’ah dan mud}a>rabah. Implementasi prinsip

syariah dalam produk penghimpunan dana pada bank syariah dapat dilihat

sebagai berikut:

a. Giro, dapat menggunakan akad wadi’ah maupun mud}a>rabah. Giro yang

menggunakan akad wadi’ah, pihak bank selaku penerima titipan dana dapat

menggunakan dana tersebut dengan menggunakan akad wadi’ah ad-d}amanah,

sehingga biasanya bank memberikan memberikan imbalan kepada

nasabahpenyimpan sejumlah bonus yang besarnya sesuai dengan kebijakan bank

dan tidak diperjanjikan di awal. Sedangkan dalam hal menggunakan akad

mud}a>rabah dalam operasionalnya maka didalamnya terdapat penentuan

nisbah bagi hasil antara bank dan nasabah diawal perjanjian. Pada giro wadi’ah

nasabah terhidar dari resiko kehilangan/berkurangnya dana yang disimpan,

sedangkan pada giro mud}a>rabah nasabah menanggung resiko berkurangnya

dana yang disimpan dan sekaligus peluang untuk mendapatkan keuntungan

finansial dengan mendapatkan kompensasi berupa bagi hasil yang besarnya

sesuai dengan nisbah sebagaimana telah diperjanjikan di awal.

b. Deposito. Produk deposito memang ditujukan sebagai sarana investasi, dalam

praktek perbankan syariah hanya digunakan akad mud}a>rabah. Melalui akad

mud}a>rabah, di awal perjanjian sudah ditentukan berapa nisbah bagi hasil baik

pihak nasabah maupun pihak bank syariah.

c. Tabungan. Seperti halnya pada giro, maka produk tabungan ini nasabah dapat

memilih untuk menggunakan akad wadi’ah dan mud}a>rabah. Keuntungan

maupun resiko yang ada sama halnya dengan giro, perbedaannya terletak pada

mekanisme pengambilan dana yang disimpan oleh nasabah.9

Produk penghimpunan dana pada bank syariah pada dasarnya

menggunakan dua akad yaitu wadi’ah atau titipan baik titipan yang dapat

digunakan dananya maupun yang tidak dapat digunakan. Selain itu,

menggunakan akad mud{a>rabah dengan bagi hasil antara nasabah deposan

9
Abdul Ghofur Anshori, Penerapan Prinsip Syariah dalam Lembaga Keuangan Lembaga
Pembiayaan dan Perusahaan Pembiayaan (Cet. 1; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 196.
selaku s{a>hibul ma>l dan bank selaku pemegang amanah dana untuk

kemudian digunakan kembali untuk diinvestasikan pada usaha yang berdasarkan

prinsip syariah.
b. Ekonomi Islam

1) Pandangan Islam Tentang Ekonomi

Khurshid Ahmad pernah melontarkan pertanyaan apakah

masyarakat muslim bisa membangun perekonomian dengan mengikuti

sistem kapitalis, sosialis maupun derivasinya, dengan ketergantungan

(depedency) yang begitu kuat atau haruskah dilakukan rekonstruksi

sosial-ekonomi secara total dengan asumsi, gagasan dan pola yang unik

dan bernilai khusus untuk pembangunan dalammasyarakat muslim.10

Sebagai pemikir ekonomi muslim, Khursid Ahmad tentu berangkat

dari realitas yang terjadi di negeri-negeri muslim. Di mana hampir

sebagian besarnya memiliki sumber daya yang luar biasa tetapi keadaan

ekonominya tetap tak berkembang, standar hidup rakyatnya masih

rendah, dan bahkan cenderung hidup dalam keadaan subsisten.

Mengalami ketimpangan dalam distribusi kekayaan, ketidakseimbangan

dalam wilayah geografis, kesenjangan antara sektor ekonomi dan sosial,

juga terjadi ketimpangan antara pusat industri dan daerah pertanian.

Selain itu juga mengalami ketergantungan yang luar biasa sebagai

pengaruh berkepanjangan dari warisan hubungan ekonomi kolonial

sebagai hubungan “pusat-pinggiran‟ (centre-periphery relationship).

Dunia Islam mengalami paradoks, ketika mengunakan prototipe

pertumbuhan sebagai pola pembangunan yang dirancang pakar dan

praktisi barat yang kemudian „dijual‟ kepada perencana negara muslim

melalui diplomasi internasional, tekanan ekonomi, infiltrasi intelektual

dan cara lainnya. Banyak kajian evaluasi kebijakan pembangunan dan

kinerja ekonomi negara-negara muslim menunjukkan bahwa strategi

imitasi gagal untuk menghasilkan kesejahteraan. Semua bukti


10
Khursid Ahmad, “Pembangunan Ekonomi dalam Perspektif Islam”, dalam Ainur R. Sophian
(Ed) 1997, “Etika Ekonomi Politik; Elemen-elemen Strategis Pembangunan Masyarakat Islam”, (Surabaya:
Risalah Gusti). h. 1.
menunjukkan bahwa usaha pembangunan selama ini masih lepas dari

nafas Islami. Untuk mengurai persoalan pelik yang dihadapi negeri-

negeri muslim tersebut harus dimulai dengan peletakan kerangka

befikir.11

Kerangka berfikir menjadi basis untuk menjawab persoalan-persoalan

di atas. Dalam kerangka berfikir tersebut harus dicanangkan sebuah

premis baru bahwa pembangunan ekonomi dalam kerangka ajaran Islam

dan ilmu ekonomi pembangunan Islami berakar pada kerangka nilai yang

ada dalam al-Qur‟an dan as-Sunah. Al-Qur’an dan As-Sunah merupakan

titik rujukan kita yang paling mendasar. Premis kedua dalam pendekatan

ini menolak sikap imitatif. Model kapitalis maupun sosialis serta

derivasinya bukan merupakan ideal type, kendatipun juga dapat

mengumpulkan sumber-sumber yang bermanfaat untuk diadaptasikan

atau diintegrasikan dalam kerangka Islam tanpa harus mengurangi nilai-

nilai normatif yang ada. Teori pembangunan seperti yang dikembangkan

di Barat (negara-negara kapitalis, sosialis dan penganut derivasinya)

banyak dipengaruhi oleh karakteristik unik, masalah spesifik, nilai

eksplisit dan implisit serta infrastruktur sosial-politik ekonomi yang khas

dari kazanah peradabannya.12 Sehingga akan terjadi kesulitan besar dan

bahkan cenderung kontraproduktif ketika dipaksakan untuk diadopsi

secara penuh kedalam masyarakat muslim, hal ini disebabkan adanya

perbedaan mendasar yang membentuk bangunan kemasyarakatan dari

masing-masing peradaban.

Pendekatan Islam haruslah jelas-jelas bersifat ideologis dan

berorientasi pada nilai-nilai yang terkandung di dalam Islam itu sendiri.

Konsep pembangunan senantiasa terikat oleh kondisi budaya, sosial dan

politik setempat. Pembangunan dalam Islam mempunyai pengertian

khusus dan unik. Beberapa aspek pembangunan seperti keadilan sosial

dan hak asasi (social justice and human rights), mempunyai persamaan

11
Khursid Ahmad, “Pembangunan, h. 2
12
Ibid h. 7-8
dengan konsep barat, meskipun banyak perbedaan dan memiliki dasar

pokoknya yang berbeda. Berdasarkan kronologis perbincangan di atas

menjadi sangat relevan untuk mengkaji pandangan Islam dalam

memecahkan persoalan ekonomi. Hal ini bermuara pada pengkajian

konsep-konsep dasar Ilmu Ekonomi Islam untuk melakukan transformasi

ekonomi masyarakat, khususnya masyarakat muslim. Harus diakui

bahwa proyek ilmu ekonomi Islam dan Islamisasi ilmu ekonomi telah

menjadi obor terdepan bagi proyek Islamisasi ilmu. Bahkan para praktisi

perbankan dan keuangan Islam juga telah berhasil mengukuhkan

terwujudnya sistem keuangan Islam secara global dan diakui

eksistensinya dalam peraturan ekonomi pada masa sekarang. Keberadaan

sistem ekonomi Islam merupakan konsekuensi dari pandangan hidup

Islam (Islamic worldview). Worldview Islam yang menjadi dasar ini oleh

para Ulama dan Cendekiawan muslim disebut dengan berbagai

pendekatan istilah seperti; Maulana al-Maududi mengistilahkannya

dengan Nasariyat Islamiya (Islamic Vision), Sayyid Qutb menggunakan

istilah al-Tasawwur al-Islami (Islamic Vision), Mohammad Atif al-Zayn

menyebutnya al-Mabda’ al-Islami (Islamic Principle), sedangkan Prof.

Sayyid Naquib al-Attas menamakannya Ru’yatul Islam lil Wujud

(Islamic Worldview).13

Meskipun secara istilah terjadi perbedaan penyebutan tetapi secara

esensi terdapat kesamaan keyakinan para Ulama‟ dan cendekiawan

tersebut bahwa pandangan hidup (worldview) seorang muslim haruslah

menjadikan Islam sebagai sistem hidup yang mengatur semua sisi

kehidupan manusia, yang menjanjikan kesejahteraan dan keselamatan

dunia dan akherat. Worldview ini lahir dari adanya konsep-konsep Islam

yang mengkristal menjadi kerangka berfikir (mental framework). Islam

merupakan pedoman bagi manusia untuk hidup dan kehidupannya, baik

itu dalam aktifitas ekonomi, politik, hukum maupun sosial budaya. Islam

13
Hamid Fahmy Zarkasyi, “Worldview Sebagai Asas Epistemologi Islam”, (Islamia Tahun
II No. 5, April-Juni 2005), h. 11.
memiliki kaidah-kaidah, prinsip-prinsip atau bahkan beberapa aturan

spesifik untuk mengatur hidup dan kehidupan manusia. 14

2) Pengertian Ekonomi Islam

Islam adalah agama yang Kaaffah (komprehensif)). Tidak ada satu

pun dimensi kehidupan manusia baik yang berkaitan dengan

hubungannya dengan sang khalik (Hablumminallah) maupun hubungan

antar manusia (Hablumminannas) melainkan Islammemberikan aturan

yang sangat lengkap dan jelas. Aturan-aturan tersebut harus

direalisasikanoleh setiap individu jika ia ingin mendapatkan kebahagiaan

yang hakiki (al-falah). Seiring dengan hancurnya komunisme serta

ambruknya kapitalisme menghadapi persoalan-persoalan kemanusiaan

khususnya di bidang ekonomi yang ditandai dengan terjadinyaresesi

global di negara-negara yang menganut sistem kapitalis. maka Islam

dianggap bisamenjadi solusi alternatif (bahkan satu-satunya alternatif)

bagi pemecahan masalah-masalahyang dihadapi oleh umat manusia.

Oleh karena itu kajian ekonomi Islam atau terkadang disebut juga

ekonomi Syariah menjadi keniscayaan bagi umat Islam, bahkan bagi

seluruh umat manusiasekalipun dengan mengesampingkan latar belakang

keyakinan mereka.Menurut Haron, kata ekonomi pertama kali digunakan

pada tahun 1440 M, berasal dari Bahasa Perancis abad pertengahan

economie atau berasal dari Bahasa Latin Oeconomia. Atau juga berasal

dari bahasa Yunani, oikonomia yang berasal dari kata oikonomos yang

berartimengatur atau menjaga15. Sedangkan dalam Bahasa Arab padanan

kata ekonomi adalahal-iqtishad yang berasal dari kata iqytasaqd artinya

adalah konsisten, adil dan tidak berlebihan.Pengertian ekonomi menurut

terminologi para ekonomi barat sebagaimana yang dikemukakan oleh

Samuelson dan Wiiliam S. Nordhaus adalah 16Economies is the study of

the use of limitedresources to produce valuable commodities and

14
Khursid Ahmad, “Pembangunan, h. 23
15
Haron Sudin dan Wan Nursofiza Wan Azmi, Islamic Finance and Banking System, (Selangor,
Mc Graw-Hill Sdn. Bhd, 2009), h. 12
16
Haron Sudin dan Wan Nursofiza Wan Azmi, Islamic Finance and Banking System, h. 4
distribute them to different people yang berarti ekonomi adalah suatu

studi tentang penggunaan sumberdaya yang terbatas untuk

menghasilkankomoditas yang bernilai dan mendistribusikannya kepada

semua orang.Jika kata ekonomi diakhiri dengan kata Islam maka makna

ekonomi memiliki maknayang lain. M. Akram Khan mengatakan :


17
Islamic economics aims the study of human falah(well-being) achieved

by organizing the resources oft the earth on the basic of cooperation and

participation yang berarti Ekonomi Islam bermakna studi berkait dengan

bagaimana mencapaikebahagiaan manusia dengan cara mengorganisasi

seluruh sumber yang ada di muka bumidengan berdasarkan pada asa

kebersamaan dan partisipasi bersama. Kursyid Ahmad memberikan

definisi yang lebih spesifik lagi Islamic economics is a systematic effort

to thy to understand the economics problem and human behavior in

therelation to the problem from an Islamic perspective ilmu ekonomi

Islam adalah sebuah usahasistematis untuk memahami masalah-masalah

ekonomi dan tingkah laku manusia secararelasional dalam prespektif

Islam´.

Dua pengertian di atas sudah cukup memberikan gambaran yang jelas

bahwa dalam ekonomi Islam yang menjadi standar adalah tata nilai yang

diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya,sehingga ekonomi dalam Islam tidak

dianggap sebagai sesuatu yang bebas dari nilaisebagaimana yang

dipahami oleh orang-orang barat terhadap ekonomi. Justeru, nilai-nilai

Islamharus menjadi inti dari perekonomian. Menurut Siddiqi, Filosopi

ekonomi Islam berdasarkankepada asas kebebasan, kesetaraan, keadilan

dan kerjasama yang merupakan manifestasi doktrin utama dalam Islam

yaitu Tauhid. Dengan merealisasikan nilai-nilai tersebut akan membuat

hidupini baik dan indah. Disamping itu, dari segi tujuan ekonomi dalam

Islam bukan saja semata meraihkemakmuran secara ekonomi (dimensi

17
Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoretis, (Jakarta,; Kencana Pernada Media
Grup, 2008), h. 1
fisik semata) tetapi lebih jauh dari itu yaitu al-falah (kebahagiaan yang

paripurna) baik di dunia maupun di akhirat.

3) Prinsip-prinsip Dasar Ekonomi Islam

Menurut Nurul Huda ada tiga asas ekonomi Islam.18

a) Semua yang ada di dalam semesta ini adalah mutlak milik Allah.

Manusia hanyalah khalifah yang diberi amanah untuk mengelola

sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh- Nya. Sebagaimana

firman Allah swt dalam surat An-Najm: 31

       


     
  

Terjemahnya :

Dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada

di bumi supayaDia memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat

jahat terhadap apa yang telahmereka kerjakan dan memberi Balasan

kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik

(syurga).

b) Untuk dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifah Allah,

manusia wajib tolong menolong dan saling membantu dalam

melaksanakan kegiatan ekonomi yang bertujuanuntuk beribadah

kepada Allah swt19.

c) Beriman kepada hari akhirat, yang merupakan asas penting dalam

suatu sistem ekonomiIslam karena dengan keyakinan ini tingkah

laku ekonomi manusia akan dapat terkendalisebab ia sadar bahwa

semua perbuatannya akan dimintai pertanggungjawaban kelak

olehAllah swt. Tiga hal tersebut, menjadi pegangan dalam

18
Muhammad Nejatullah Siddiq, Economics An Islamic Approach, Lahore, (Shirkat Printing
Press, 2001), h. 16
19
Nurul Huda et al, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoretis, (Jakarta, Prenada Media Group,
2008), h. 3-4
melakukan kegiatan ekonomi, baik yang berkaitan dengan alokasi

sumber daya, produksi barang dan jasa maupun pendistribusian

hasil serta kemakmuran yang menjadi tiga pilar ekonomi pada

umumnya.

c. Hakikat Profit/Laba

1) Pengertian Profit/ Laba

Profit/laba merupakan salah satu tujuan utama perusahaan dalam

menjalankan aktivitasnya. Laba yang diperoleh perusahaan akan

digunakan untuk berbagai kepentingan, laba akan digunakan untuk

meningkatkan kesejahteraan perusahaan tersebut atas jasa yang

diperolehnya. Menurut Nafarin profit / laba adalah :

“Perbedaan antara pendapatan dengan keseimbangan biaya-biaya


dan pengeluaran untuk periode tertentu”.17

Sedangkan menurut Supomo :

“Profit / Laba merupakan pusat pertanggungjawaban yang


masukan dan keluarannya diukur dengan menghitung selisih antara
pendapatan dan biaya”.18

Kuswadi juga menyatakan bahwa :

“Perhitungan laba diperoleh dari pendapatan dikurangi semua


biaya”.19

17
M. Nafarin, Penganggaran Perusahaan Edisi Revisi, (Jakarta: Salemba Empat ,2007)
Hlm.788
18
Hlm.139 Abdul Halim Dan Bambang Supono, Akuntansi Manajemen,( Yogyakarta: BPFE,2005)

19
Kuswadi, Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi

Biaya,(Jakarta:PT. Elex Media Komputindo,2005) Hlm.135


23

Menurut Hanafi menyatakan bahwa :

“Laba merupakan ukuran keseluruhan prestasi perusahaan, yang


didefinisikan sebagai berikut : laba = penjualan – biaya”.20

Berdasarkan hasil pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa profit / laba merupakan seluruh total pendapatan yag dikurangi

dengan total biaya-biaya. Profit / Laba juga dapat dikatakan sebagai

kelebihan pendapatan diatas sebagai imbalan menghasilkan barang dan

jasa selama satu periode akuntansi.

Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam

satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi

untuk tujuan tertentu.21 Biaya menurut fungsinya dibagi menjadi 3

yaitu :22

a) Biaya produksi

Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan

baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Biaya

produksi terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja.

b) Biaya pemasaran

Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan

kegiatan pemasaran produk baik yang terjadi didalam

perusahaan maupun diluar perusahaan. Biaya ini meliputi biaya

untuk melaksanakan fungsi penjualan, penggudangan produk

jadi, pengemasan serta pengiriman dan advertensi atau iklan.


20
Mahmud M. Hanafi, Manajemen Keuangan Cetakan Ke.5,(Yogyakarta:BPFE,2010)
Hlm.32
21
Mulyadi, Akuntansi Biaya Edisi 5, (Yogyakarta:Aditya Media:2000) Hlm.8
22
Ibid Hlm.14
c) Biaya administrasi dan umum

Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan

produksi dan pemasaran produk. Biaya ini meliputi biaya gaji

karyawan.

Dalam kegiatan perusahaan, keuntungan ditentukan dengan cara

mengurangkan berbagai biaya yang dikeluarkan dari hasil penjualan

yang diperoleh. Apabila hasil penjualan yang diperoleh dikurangi

dengan biaya-biaya tersebut niilainya adalah positif maka diperolehlah

keuntungan.23

Tujuan akhir dari perusahaan adalah laba atau keuntungan dan

tingkat keuntungan yang berhasil diraih biasa dijadikan ukuran

keberhasilan perusahaan. Keuntungan yang besar dapat merangsang

pemilik modal (investor) untuk memperbesar investasinya. Melalui

keuntungan itu, pengelola dapat melakukan penyempurnaan mutu,

pengembangan tekhnologi, dan pelayanan yang lebih baik kepada

konsumen, serta dapat memperluas usaha dan menambah jumlah

produksi. Itu berakibat konsumen memperoleh jaminan mutu, jumlah,

dan harga yang memuaskan. Selain itu, laba yang memadai ditunjang

dengan kemampuan menyesuaikan perkembangan masyarakat,

konsumen, tekhnologi, dan situasi disekitarny, maka situasi perusahaan

dapat terus maju dan abadi (langgeng). 24

23
Sadono Sukrisno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar Ed.3,(Jakarta:PT.Raja Grafindo
Persada,2013)Hlm. 383-384
24
Bambang Murdaka Eka Jati dan Tri Kuntoro Priyambodo, Kewirausahaan
,(Yogyakarta:CV. ANDI OFFSET, 2015) Hlm.343
2) Jenis-Jenis Profit / Laba

Salah satunya ukuran dari keberhasilan suatu perusahaan adalah

mencari perolehan laba, karena laba pada dasarnya hanya sebagai

ukuran efisiensi suatu perusahaan. Jenis-jenis laba / profit adalah

sebagai berikut :25

a) Laba kotor (gross profit) artinya laba yang diperoleh sebelum

dikurangi biaya-biaya yang menjadi beban perusahaan. Artinya

laba keseluruhan yang pertama sekali perusahaan peroleh.

b) Laba bersih (net profit) merupakan laba yang telah dikurangi

biaya-biaya yang merupakan beban perusahaan dalam suatu

periode tertentu termasuk pajak.


3) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Profit / Laba

Peningkatan dan penurunan laba dapat dilihat dari

pertumbuhan laba. Pertumbuhan laba adalah peningkatan dan

penurunan laba yang diperoleh perusahaan dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Adapun pertumbuhan laba yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah pertumbuhan laba bersih. Pertumbuhan laba

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut :26

a) Besarnya perusahaan

Semakin besar suatu perusahaan, maka ketepatan pertumbuhan

laba yang diharapkan semakin tinggi.

25
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan,(Jakarta:Raja Grafindo Persada,2011) Hlm.303
26
Angkoso, Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan
Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI. Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas
Sumatera Utara
b) Umur perusahaan

Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam

meningkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah.

1) Tingkat leverage

Bila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi, maka

manajer cenderung memanipulasi laba sehingga dapat

mengurangi ketepatan pertumbuhan laba.

c) Tingkat penjualan

Tingkat penjualan di masa lalu yang tinggi, semakin tinggi tingkat

penjualan di masa yang akan datang sehingga pertumbuhan laba

semakin tinggi.

d) Perubahan laba masa lalu

Semakin besar perubahan laba masa lalu, semakin tidak pasti laba

yang diperoleh dimasa mendatang.

Dengan demikian faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

laba/keuntungan (profit) adalah besarnya perusahaan, umur

perusahaan, tingkat leverage, tingkat penjualan dan perubahan masa

lalu.

4) Laba Dalam Prespektif Islam

Literatur ekonomi syariah mengakui eksistensi keuntungan (al-

ribhu) dalam bisnis. Keuntungan bisnis dalam pandangan para ulama

disimpulkan sebagai hasil dari suatu usaha (al-’amal) dan modal (ra’s

al-mal). Peranan usaha dan kerja menjadi sangat penting untuk meraih
keuntungan. Ekonomi Islam memandang keuntungan dalam bisnis

tidak hanya berupa profit (laba) yang bersifat materi saja, namun ada

juga pandangan tentang keuntungan non materi yaitu berupa benefit,

yang diterjemahkan dengan keberkahan. Sehingga dirumuskan bahwa

laba ditambah keberkahan akan menghasilkan maslahat, yakni

kesuksesan di dunia dan akhirat.

Dari berbagai definisi laba menurut para ulama tafsir dan fikih,

disimpulkan bahwa :

“Laba adalah kelebihan dari modal dan atau kelebihan dari modal
serta beban-beban biaya sebagai akibat dari aktivitas bisnis.”

Dengan demikian, dapat difahami bahwa laba dihasilkan dari dua

unsur utama, yaitu usaha (al-a‟mal) dan modal (ra‟sul mal).

Seandainya laba diperoleh bukan dari hasil dua unsur tersebut, maka ia

bukanlah dinamakan keuntungan. Sebagaimana praktik membungakan

uang (ribawi), ekonomi Islam tidak menganggap hasil dari praktik

membungakan uang sebagai keuntungan.27 Dalam Al-quran Surat Ar-

rum ayat 39 telah dijelaskan :

‫ِعْ^ن َد وما آتَ ي ِم‬ ‫ََوما آَتْ^ي ُْت^م ِم ْن ًِرًب لَِيْ^رب َُ^و ِِف َْأ^ َم^واِ^ل ِس فَ^َل َي‬
^ْ َ َ
‫ُْت^م ن‬ ‫ا‬ ‫ْ^رُبو‬ ‫ال ن‬
ْ
َّ ‫ل‬ ّ‫ا‬
ِ‫ل‬
‫ََزكاةٍ ُتِ^ري ُدو َن َو ْجَو ا‬
َّ ‫ل‬
‫لِ َفُأوََٰلِئ َك ُى ُم اْل ُم ْضعُِ^فو َن‬
Artinya: “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia
bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi
Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu
maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat
demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)”.28
27
J Ardan Mardan dan Dosen STIE Riau,Konsep Untung Prespektif Bisnis Syariah,
sumber http://www.riaupos.co/4293-opini-konsep-untung-perspektif-bisnis-
syariah.html#.WsLMhIhubIU// diakses Tanggal 3 April 2018 pukul 07:51 WIB
28
Mushaf Khadijah, Al-qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta:Al-Fatih,2012), Hlm.408
Ayat tersebut menegaskan bahwa praktik ribawi tidak akan

pernah disebut sebagai pertumbuhan dalam ekonomi Islam.

G. Kerangka Pikir

H. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang di lakukan adalah penelitian lapangan dimana

peneliti langsung terjun ke lokasi penelitian yang bertempat di Bank BRI

Syariah KCP Bone untuk mendapatkan data dari narasumber secara langsung. 20

Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif. Hal ini karena sesuai dengan

judul penelitian yang merupakan suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata,

laporan terperinci dari responden, dan melakukan studi pada situasi yang

dialami.21

2. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian adalah Bank

BRI Syariah KCP Bone yang beralamat di Jalan Durian, Kelurahan Jeppe’e,

Kecamatan Tanete Riattang Barat, Kabupaten Bone. Alasan yang mendasari

20
Janet M Ruane, Metodologi Penelitian Panduan Riset ilmu Sosial, (Cet. I; Bandung: Nusa
Media, 2013), h. 248.
21
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian : Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah (Cet.
V; Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 34.
kenapa penelitian dilaksanakan di Bank BRI Syariah KCP Bone adalah data

yang diperlukan sangat terkait dengan Bank BRI Syariah KCP Bone

Waktu Penelitian diperkirakan akan dilaksanakan pada 1-30

Desember
3. Data dan Sumber Data
Data diartikan sebagai segala sesuatu yang hanya berhubungan dengan

keterangan tentang suatu fakta, fakta tersebut ditemui oleh peneliti di daerah

penelitian. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang

dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian.22

Sumber data yang dimaksud dalam penelitian adalah subjek dari mana

data dapatdiperoleh. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri

dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil dari

sumber data primer atau sumber pertama di lapangan.23 Pengambilan data ini

diperoleh secara langsung oleh peneliti dari lapangan. Sumber data ini masih

memerlukan pengolahan lebih lanjut. Maka jenis data ini sering disebut dengan

istilah data mentah (raw data). Data primer yang digunakan dalam penelitian

ini adalah wawancara langsung yang dilakukan peneliti kepada narasumber.

Data sekunder merupakan sumber data kedua sesudah sumber data

primer. Data ini diperoleh penulis untuk mendukung data primer, dan sumber

data yang digali melalui hasil pengolahan pihak kedua dari hasil penelitian

22
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi: Format-Format Kuantitatif dan
Kualitatif untuk Studi Sosiologi, Kebijakan Publik, Komunikasi, Manajeman, dan PemasaranEd. I,
(Cet. I; Jakarta: Kencana, 2013), h.123.
23
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Cet. XIV; Jakarta:
Rineka Cipta, 2010), h.172.
lapangan. Data ini di dukung dengan sumber baik lisan maupun tulisan. Seperti

dokumen, jurnal, buku-buku yang relevan dengan penelitian ini.


4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah Bank BRI Syariah KCP Bone yang

terletak di jalan Durian, Kelurahan Jeppe’e, Kecamatan Tanete Riattang

Barat, Kabupaten Bone.

Objek dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan bank yang

menggunakan pendekatan laba rugi yang ditinjau menggunakan perspektif

ekonomi islam.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:24

a. Wawancara

Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan berhadapan langsung dengan yang diwawancarai tetapi

dapat juga diberikan daftar pertanyaan dahulu untuk dijawab pada

kesempatan lain. Wawancara merupakan ala tre-checking atau pembuktian

terhadap informasi atau keterangan yang diperolehsebelumnya.25

Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan

pegawai dari Bank BRI Syariah KCP Bone.

b. Observasi

24
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.... h. 265.
25
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian.... h. 138-139.
Teknik observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data

yang digunakan peneliti untuk mengadakan pengamatan dan pencatatan

secara sistematis terhadap objek yang diteliti. Baik dalam situasi buatan

yang secara khusus diadakan atau laboratorium maupun dalam situasi

alamiah atau sebenarnya (lapangan).26 Dalam penelitian ini peneliti

melakukan observasi pada Bank BRI Syariah KCP Bone.

c. Dokumentasi

Tidak kalah penting dari metode-metode lain adalah metode

dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

catatan, transkip, buku, suratkabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger,

agenda dan sebagainya. Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini

agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya

masih tetap, belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati

bukan benda hidup tetapi benda mati.27 Dokumen-dokumen yang diperlukan

berupa dokumen yang berkaitan dengan bidang perdagangan dan juga

dokumen-dokumen Usaha Mikro.

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan, penulis menggunakan teknik

Descriptive Analysis. Descriptive Analysis yaitu suatu teknik analisa data yang

mana penulis membaca, mempelajari, memahami dan kemudian menguraikan

semua data yang diperoleh lalu membuat analisa-analisa komprehensif sesuai

dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.

26
Maman Abdurrahman dan Sambas Ali Muhidin, Panduan Praktis Memahami Penelitian,
(Cet. I; Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011), h. 85.
27
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.... h. 274.
Menurut Whitney, teknik deskriptif merupakan pencarian fakta dengan

interpretasi yang tepat. Sedangkan Moh. Nazir berpendapat bahwa metode

deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia,

suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas

peristiwa pada masa sekarang. Aktivitas dalam analisis data, data reduction,

data display, dan conclusion drawing/verification. Berikut penjelasan dalam

aktivitas analisis data.28

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, dan

membuang yang tidak perlu.

b. Data Display

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan

sebagainya.

c. Conclusion Drawing/Verification

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan

temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi

atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masing remang-remang atau gelap

sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapatberupa hubungan kausual atau interaktif,

hipotesis atau teori.

28
Andi Prastowo, Memahami Metode-Metode Penelitian(Cet. II; Yogyakarta: Ar-Russ Media,
2013), h. 201.
I. Daftar Pustaka

J. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam draft ini dibagi dalam lima bab, masing-

masing bab diuraikan sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang uraian latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, ruang lingkup, penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB II: KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang kajian penelitian terdahulu, kajian teori tentang

analisis kinerja keuangan bank syariah dengan menggunakan pendekatan laba rugi

yang ditinjau dari perspektif ekonomi islam.

BAB III: METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang jenis dan pendekatan penelitian, lokasi dan waktu

penelitian, data dan sumber data, subjek dan objek penelitian, teknik pengumpulan

data, dan teknik analisis data.

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang hasil penelitian dan hasil pembahasan penelitian.

BAB V: PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari serangkaian pembahasan skripsi, dan

saran-saran yang peneliti berikan berupa masukan serta implikasi penelitian

berupa implikasi ilmiah dan praktis.

Anda mungkin juga menyukai