HERAWATI
NIM: 01181215
NIM: 01181225
(IAIN) BONE
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Cara Melihat dan Mengenali Calon Mempelai Wanita?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Cara Melihat dan Mengenali Calon Mempelai Wanita!
BAB II
PEMBAHASAN
1. Hanya boleh melihat wajah dan kedua telapak tangan saja, serta tidak
diperkenankan melihat bagian tubuh yang lainnya. Pendapat ini para
ulama kebanyakan sepakat.
2. Mazhab Hambali berpendapat, seorang ikhwan diperblehkan melihat
akhwat yang hendak dilihatnya pada bagian tubuh yang biasa terbuka,
terbuka, seperti leher, kedua tangan dan telapak kaki.
3. Menurut pendapat Al-Auza’I, boleh melihat seluruh tubuh seorang
muslimah, kecuali auratnya.
4. Menurut pendapat Ibnu Hazm dan Dawud, serta satu riwayat dari Imam
Ahmad mengatakan boleh melihat seluruh bagian tubuh dari seorang
wanita yang hendak dilamar.1
Secara eksplisit dalam hadis di atas Nabi saw. tidak menentukan batas
ukuran yang boleh dilihat, akan tetapi jumhur ‘ulama berpendapat bahwa yang
1
Honey Miftahuljannah, A-Z Taaruf, Khitbah, Nikah, & Talak Bagi Muslimah, (Jakarta :
PT Grasindo, 2014) h 23-25
boleh dilihat yakni wajah beserta kedua telapak tangan yang menjadi
representasi untuk melihat kecantikan dan tingkat kesuburan. Ibnu ‘Adin
berpendapat, dibolehkan melihat wajah, kedua telapak tangan serta kedua kaki
dan tidak lebih dari pada itu. Ada juga dari kalangan ulama yang berpendapat
bahwa seorang laki-laki boleh melihat perempuan yang hendak dipinang
dengan berpakaian yang boleh dilihat oleh ayah dan mahramnya yang lain,
akan tetapi pria tersebut boleh pergi dengan disertai oleh ayah atau salah
seorang dari mahramnya untuk mengetahui kecerdikan, perasaan dan
kepribadian calon istri.
2
Ahmad Sarwad. LC, Seri Nikah Islam Kitab Nikah, (Cet. I: Jakarta : Kampus Syariah,
2009), h. 45.
Tidak boleh bersentuhan fisik dengan wanita yang telah dilamarnya,
karena statusnya masih bukan mahram (asing).
Lebih baik melihat sang akhwat sebelum melamarnya.
Diperbolehkan mengobrol dan bertanya tentang berbagai macam persoalan
yang wajar, dengan memperhatikan batasan-batasan islami.
Tidak boleh membawa akhwat yang dilamarnya ke luar rumah, kecuali
ditemani oleh mahramnya. Harus digaris bawahi kembali, batasan-batasan
sebelum terjadinya akad nikah, tetap berlaku. Jangan karena merasa akan
dinikahi, kemudian melanggar aturan-aturan yang telah Allah terapkan.
Jaga hubungan suci tersebut, hingga terucapnya janji dihadapan wali dan
penghulu.3
Dan tentu saja seorang wanita yang akan dipinang pun punya hak yang
sama untuk melihat calon suaminya itu. Namun bukan berarti bila dibolehkan
melihat calon pasangan adalah boleh melihat semua tubuhnya satu per satu.
hanya wajah dan tapak tangan saja yang boleh dilihat, sedangkan yang selain
itu tidak diperkenankan. Kepada laki-laki diperkenankan untuk melihat wajah
seorang wanita secara lebih seksama, lebih dari melihat wajah wanita pada
umumnya. Dengan harapan bisa membangkitkan minatnya untuk menikahinya.
Namun bila seorang wanita secara terbuka akan dilihat atau diperiksa pisiknya,
pastilah dia akan merasa malu dan tidak percaya diri. Karena itu maka teknik
yang bisa dilakukan adalah melihat tanpa sepengetahuan si wanita itu. Hal ini
juga berfungsi untuk menjaga perasaan wanita. Apalagi bahwa tahap melihat
masih belum lagi menjadi keputusan akhir sebuah ketetapan pernikahan.
Sehingga kalaulah calon suami kurang menerima kondisi pisiknya, maka
wanita itu tidak merasa telah dilepaskan. Karena itu lah dianjurkan untuk
melihat wanita yang akan dikhitbah dengan tanpa sepengetahuan wanita yang
bersangkutan.4
2. Mengenali Calon Mempelai Wanita
3
Honey Miftahuljannah, A-Z Taaruf, Khitbah, Nikah, & Talak Bagi Muslimah, (Jakarta : PT
Grasindo, 2014) h 26-27
4
Ahmad Sarwad. LC, Seri Nikah Islam Kitab Nikah, (Cet. I: Jakarta : Kampus Syariah,
2009), h. 46
Islam telah memberikan konsep yang jelas tentang tata cara ataupun proses
sebuah pernikahan yang berlandaskan Al-Qur`an dan As-Sunnah yang shahih.
“Wanita itu (menurut kebiasaan yang ada, pent.) dinikahi karena empat
perkara, bisa jadi karena hartanya, karena keturunannya, karena
kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah olehmu wanita yang
memiliki agama. Bila tidak, engkau celaka.” (HR. Al-Bukhari no. 5090 dan
Muslim no. 3620 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
-Wanita itu subur rahimnya. Tentunya bisa diketahui dengan melihat ibu atau
saudara perempuannya yang telah menikah.
-Wanita tersebut masih gadis, yang dengannya akan dicapai kedekatan yang
sempurna.
“Hendaklah kalian menikah dengan para gadis karena mereka lebih segar
mulutnya, lebih banyak anaknya, dan lebih ridha dengan yang sedikit.” (HR.
Ibnu Majah no. 1861, dihasankan Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam
Ash-Shahihah no. 623)
BAB III
KESIMPULAN
A. Simpulan
1. Melihat Calon Mempelai Wanita(Nadzar)
Ada beberapa adab dan batasan yang perlu diperhatikan ketika seorang
lelaki melakukan nadzar dengan wanita yang dia lamar yaitu:
DAFTAR RUJUKAN
Honey Miftahuljannah, A-Z Taaruf, Khitbah, Nikah, & Talak Bagi Muslimah,
Jakarta : PT Grasindo, 2014
Ahmad Sarwad. LC, Seri Nikah Islam Kitab Nikah, Cet. I: Jakarta : Kampus
Syariah, 2009.