Anda di halaman 1dari 14

______________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro

KEBIJAKAN FORMULASI HUKUM PIDANA


DALAM RANGKA PENANGGULANGAN TINDAK
PIDANA MALPRAKTIK KEDOKTERAN

PRIHARTO ADI , S.H.

BAB I
PENDAHULUAN
hukum terhadap pasien sebagai korban
A. Latar Belakang Penelitian malpraktik.
Sistem hukum Indonesia yang Tuntutan terhadap malpraktik
salah satu komponennya adalah hukum kedokteran seringkali kandas di tengah
substantif, diantaranya hukum pidana, jalan karena sulitnya pembuktian. Dalam
hukum perdata dan hukum administrasi hal ini pihak dokter perlu membela diri
tidak mengenal bangunan hukum dan mempertahankan hak–haknya dengan
malpraktik . Justru yang utama dan mengemukakan alasan–alasan atas
mendasar ada di dalam hukum kesehatan tindakannya. Baik penggugat dalam hal
Indonesia yang berupa Undang – Undang ini pasien, pihak dokter maupun praktisi (
Kesehatan No 23 Tahun 1992 secara hakim dan jaksa ) mendapat kesulitan
resmi menyebut kesalahan atau kelalaian dalam menghadapi masalah malpraktik
dalam melaksanakan profesi dalam Pasal kedokteran ini, terutama dari sudut teknis
54 dan 55 , Lebih – lebih apabila ditinjau hukum atau formulasi hukum yang tepat
dari budaya hukum di Indonesia untuk digunakan. Masalahnya terletak
malpraktek merupakan sesuatu yang asing pada belum adanya hukum dan kajian
karena batasan mengenai malpraktik yang hukum khusus tentang malpraktik
diketahui dan dikenal oleh kalangan kedokteran yang dapat dijadikan pedoman
profesi kedokteran dan hukum itu berasal dalam menentukan dan menanggulangi
dari alam pikiran barat yang nampaknya adanya malpraktik kedokteran di
ingin diterapkan di Indonesia. Untuk itu Indonesia. Untuk itu maka perlu dikaji
masih perlu ada pengkajian secara khusus kembali kebijakan formulasi hukum
guna memperoleh suatu rumusan pidana yang dapat dikaitkan dengan
pengertian dan batasan istilah malpraktik kelalaian atau malpraktik kedokteran
di dalam rangka menanggulangi tindak khususnya di dalam memberikan
pidana malpraktik kedokteran khususnya perlindungan hukum iterhadap korban
di dalam memberikan perlindungan mapraktik dalam hal ini pasien.

83
Jurnal Law reform Oktober 2010 Vol. 5 No.2 ________________________________________________________

Karena itulah maka perlu dibahas dalam menanggulangi tindak pidana


mengenai malpraktik kedokteran dari Malpraktik Kedokteran ?
sudut kajian kebijakan formulasi hukum
pidana, karena kajian malpraktik C. Tujuan Penelitian
kedokteran dari sudut hukum sangatlah 1. Untuk mengetahui kebijakan for-
penting. Persoalan malpraktik kedokteran mulasi undang – undang yang saat
lebih dititikberatkan pada permasalahan ini berlaku berkaitan dengan
hukum, karena malpraktik kedokteran malpraktik kedokteran .
adalah praktik kedokteran yang mengan- 2. Untuk mengetahui dan menganalisa
dung sifat melawan hukum sehingga mengenai kebijakan formulasi yang
menimbulkan akibat fatal bagi pasien. harus dilakukan dalam rangka
Bagi masyarakat terutama para penanggulangan tindak pidana
korban pertanyaan yang menjadi Malpraktik Kedokteran di masa yang
perhatian adalah mengapa begitu sulit akan datang.
membawa kasus malpraktik “dari meja
operasi ke meja hijau”. Apakah perangkat D. Metode Penelitian
hukum dan peraturan perundangan yang 1. Metode pendekatan
ada tidak cukup untuk membawa Sasaran utama dalam penelitian
persoalan malpraktik medik ke ranah ini pada masalah kebijakan formulasi
hukum terutama hukum pidana, untuk itu yaitu mengenai perundang-undangan
perlu dikaji kembali mengenai kebijakan dalam menetapkan dan merumuskan
formulasi yang ada saat ini ( Undang – tindak pidana malpraktik kedokteran ,
Undang yang berkaitan dengan malpraktik maka pendekatannya terutama ditempuh
kedokteran) dan kebijakan formulasinya lewat pendekatan yuridis normatif yang
yang akan datang di dalam menang- bertumpu pada data sekunder dan
gulangi tindak pidana malpraktik kedok- ditunjang dengan pendekatan yuridis
teran. Khususnya di dalam memberikan komparatif.
perlindungan hukum terhadap pasien Pendekatan yuridis normatif yaitu
korban malpraktik. dengan mengkaji atau menganalisis data
sekunder yang berupa bahan – bahan hu-
B. Perumusan Masalah kum sekunder dengan memahami hukum
1. Bagaimana kebijakan formulasi sebagai perangkat peraturan atau norma
hukum pidana saat ini dalam positif di dalam perundang – undangan
menanggulangi tindak pidana yang berlaku, jadi penelitian ini dipahami
malpraktik kedokteran?
2. Bagaimana Kebijakan formulasi
hukum pidana yang akan datang

84
______________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro

sebagai penelitian kepustakaan, yaitu pe - a. Ensiklopedia Indonesia


nelitian terhadap bahan sekunder. 1 b. Kamus Hukum
c. Kamus Bahasa Inggris –
2. Spesifikasi Penelitian Indonesia
Spesifikasi penelitian dalam tesis
ini adalah termasuk deskriptif analitis, 4. Metode Pengumpulan Data
yaitu menggambarkan peraturan perun- Mengingat penelitian ini memu
dangan yang berlaku dikaitkan dengan satkan perhatian pada data sekunder,
teori-teori hukum ,penelitian ini termasuk maka pengumpulan data ditempuh dengan
penelitian kepustakaan. melakukan penelitian kepustakaan dan
studi dokumen. Di dalam pengumpulan
3. Jenis dan Sumber Data data, sebanyak mungkin data yang
Penelitian ini termasuk penelitian diperoleh dan dikumpulkan diusahakan
hukum normatif, maka jenis data yang mengenai masalah-masalah yang berhu
digunakan adalah data sekunder. Data bungan dengan penelitian ini. Data atau
sekunder yang diteliti adalah sebagai sumber sekunder berupa KUHP, Undang
berikut : – Undang Nomor 23 Tahun 1997 Jonctu
1) Bahan hukum primer yaitu bahan Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009
hukum yang mengikat seperti Sumber- Tentang Kesehatan Undang-Undang
sumber hukum nasional yang berkaitan tentang Praktik Dokter Nomor 29 Tahun
dengan pengaturan formulasi me- 2004 Pasca putusan Mahkamah Konstitusi
ngenai Tindak pidana malpraktik dan yang berkaitan dengan malpraktik
kedokteran dan Peraturan per- kedokteran, Rancangan (Konsep) KUHP
undangan Singapura dengan mela- 2008, sumber-sumber hukum dan
kukan kajian komparatif perundang-undangan negara Singapura
2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan mengenai malpraktik kedokteran atau
yang memberikan penjelasan tentang yang berhubungan dengan kesehatan.
bahan hukum primer, yaitu berupa
dokumen atau risalah perundang – 5. Metode Analisis Data
undangan . Data yang diperoleh dari
3) Bahan hukum tersier yang memberikan penelitian dikumpulkan dan dilakukan
penjelasan lebih mendalam mengenai analisis dengan jalan menafsirkan dan
bahan hukum primer maupun bahan mengkonstruksikan pernyataan yang ter-
hukum sekunder antara lain : dapat dalam dokumen dan perundang –
undangan. Normatif karena penelitian ini
1
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum bertitik tolak dari peraturan – peraturan
Normatif suatu tinjauan singkat, Raja Grafindo, yang ada sebagai norma hukum positif,
Jakarta, 1985, halaman 15

85
Jurnal Law reform Oktober 2010 Vol. 5 No.2 ________________________________________________________

sedangkan kualitatif berarti analisa data B. Pengertian Malpraktik Medik


yang bertitik tolak pada usaha penemuan Malapraktik telah digunakan
asas – asas dan informasi baru. secara luas di Indonesia sebagai
terjemahan ” malpractice ” , sedangkan
BAB II kelalaian adalah terjemahan untuk ”
TINJAUAN PUSTAKA Negligence ” Ada beberapa pendapat
sarjana mengenai pengertian malpraktik :
A.Hubungan Dokter Pasien a. Veronica mengemukakan malapraktik
Hubungan antara dokter dan yaitu kesalahan dalam menjalankan
pasien secara yuridis dapat dimasukkan profesi yang timbul sebagai akibat
ke dalam golongan kontrak . Suatu adanya kewajiban – kewajiban yang
kontrak adalah pertemuan pikiran ( harus dilakukan oleh dokter. 3
meeting of minds) dari dua orang b. Danny Wiradharma memandang mal-
mengenai suatu hal . Pihak pertama praktek dari sudut tanggung jawab
mengikatkan diri untuk memberikan dokter yang berada dalam suatu pe-
pelayanan, sedangkan pihak kedua rikatan dengan pasien, yaitu dokter
menerima pemberian pelayanan tersebut. tersebut melakukan praktik yang
Pasien datang kepada dokter untuk buruk. 4
diberikan pelayanan pengobatan se- c. Ngesti Lestari mengartikan
dangkan dokter menerima untuk malpraktek secara harfiah sebagai
memberikannya. pelaksanaan atau tindakan yang
Dengan demikian maka sifat salah. 5
hubungannya mempunyai 2 ciri : Dari beberapa pengertian tentang
1. Adanya suatu persetujuan (consen- malpraktik medik di atas semua sarjana
sual agreement ),atas dasar saling sepakat untuk mengartikan malpraktik
menyetujui dari pihak dokter dan medik sebagai kesalahan dokter yang
pasien tentang pemberian pelayanan karena tidak menggunakan ilmu
pengobatan. pengetahuan dan tingkat ketrampilan
2. Adanya suatu kepercayaan (fidu- sesuai dengan standar profesinya yang
ciary), karena hubungan kontrak
tersebut berdasarkan saling percaya 3
Veronika Komalawati, Hukum dan Etika
mempercayai satu sama lain . 2 dalam Praktik Dokter, Sinar Harapan,Jakarta 1989.
4
Danny Wiradharma, Penuntun Kuliah
Kedokteran dan Hukum Kesehatan,
Egc,Jakarta,1999.
5
Ngesti Lestari, ”Masalah Malpraktek Etik
Dalam Praktek Dokter ”, Kumpulan Makalah
Seminar tentang Etika dan Hukum Kedokteran
2
Guwandi, Dokter Pasien dan Hukum, diselenggarakan oleh RSUD Dr. Saiful Anwar ,
Fakultas Kedokteran UI, Jakarta , 1996. hal 11. Malang, 2001 .

86
______________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro

akhirnya mengakibatkan pasien terluka setuju dari pasien yang diberikan secara
atau cacat bahkan meninggal. bebas , sadar dan rasional setelah ia
mendapat informasi yang dipahaminya
C. Pertanggungjawaban Dalam Hukum dari dokter tentang penyakitnya. 6
Pidana
Dipidananya seseorang tidaklah E. KEGAWATAN MEDIK
cukup apabila orang itu telah melakukan Issue pertama yang perlu
perbuatan yang bertentangan dengan hu- dikemukakan di sini adalah yang
kum atau bersifat melawan hukum. Jadi menyangkut batasan atau definisi dari
meskipun perbuatannya memenuhi rumus- kegawatan medik itu sendiri. Hal ini
an delik dalam Undang – Undang dan penting sebab beberapa sengketa hukum
tidak dibenarkan, hal tersebut belum yang timbul antara health care reciever
memenuhi syarat untuk penjatuhan dan health care provider, penye-
pidana. Untuk pemidanaan masih perlu lesaiannya sering memerlukan kejelasan
adanya syarat, yaitu bahwa orang yang lebih dahulu tentang batasannya. 7
melakukan perbuatan itu mempunyai Sejauh ini memang belum ada
kesalahan atau bersalah . batasan yuridisnya dan tentunya menjadi
Sehubungan dengan hal tersebut tugas kalangan medik untuk meru-
berlaku asas “ tiada pidana tanpa muskannya, sebab rumusan itulah
kesalahan “ asas itu dianut oleh KUHP nantinya yang akan dijadikan acuan
Indonesia dan juga negara – negara lain, penting oleh hakim bagi penyelesaian
akan bertentangan dengan rasa keadilan sengketa hukum. Dengan kata lain
apabila ada orang yang dijatuhi pidana rumusan tersebut akan dijadikan sumber
padahal ia sama sekali tidak bersalah. hukum yang bersifat persuasif mengingat
Orang tidak mungkin dipertanggung- hukum positifnya di Indonesia belum ada
gjawabkan ( dijatuhi pidana ) kalau dia
tidak melakukan perbuatan pidana, akan
tetapi meskipun melakukan perbuatan
pidana, dia tidak selalu dapat dipidana.

D. INFORMED CONSENT
Salah satu hal penting yang tidak
6
boleh dilupakan dalam rangka Guwandi , Trilogi Rahasia Kedokteran ,
memperoleh persetujuan pasien adalah Balai Penerbit FKUI, Jakarta , 1992 , hal 17 – 30 .
7
Ngesti Lestari, ”Masalah Malpraktek Etik
memberikan infor-masi terlebih dahulu , Dalam Praktek Dokter ”, Kumpulan Makalah
yang kita kenal dengan istilah Informed Seminar tentang Etika dan Hukum Kedokteran
Consent yaitu suatu izin atau pernyataan diselenggarakan oleh RSUD Dr. Saiful Anwar ,
Malang, 2001

87
Jurnal Law reform Oktober 2010 Vol. 5 No.2 ________________________________________________________

BAB III
b. Pengguguran Kandungan
HASIL PENELITIAN DAN
Pengguguran kandungan terdapat di
PEMBAHASAN dalam Pasal 299, 346, 348 dan pasal 349
KUHP. Sebagai salah satu contoh dapat
A. Kebijakan Formulasi Hukum dilihat dalam :
Pidana Saat ini Mengenai Pasal 299
Penanggulangan Tindak Pidana (1) Barang siapa dengan sengaja
Malpraktik Kedokteran mengobati seorang pasien atau
1. Kitab Undang – Undang menyuruhnya supaya diobati, dengan
Hukum Pidana ( KUHP ) 8 diberitahukan atau ditimbulkan
a. Kejahatan Terhadap Pemalsuan harapan, bahwa karena pengobatan itu
Pasal 267 KUHP hamilnya dapat digugurkan ,diancam
(1) Seorang dokter yang dengan sengaja dengan pidana penjara paling lama
memberi surat keterangan palsu empat tahun atau denda paling banyak
tentang ada atau tidaknya penyakit, tiga ribu rupiah.
kelemahan atau cacat, diancam Jika kita melihat Pasal 299, 346,
dengan pidana penjara paling lama 348 dan pasal 349 KUHP di atas
empat tahun berkaitan dengan upaya abortus criminalis
Pasal 267 KUHP di atas memang karena di dalamnya terdapat unsur adanya
pasal khusus yang hanya dikenakan bagi upaya menggugurkan kandungan tanpa
dokter. Maksudnya yaitu hanya orang adanya indikasi medis. Dapat dicermati
tertentu yang mempunyai sifat atau bahwa masalah menggugurkan kandungan
kualitas pribadi sebagai dokter saja yang atau abortus provokatus ini diatur dengan
dapat dijadikan subjek hukum yang ketat sekali di dalam KUHP, sebab orang
melakukan kejahatan pemalsuan ini. Agar ( Dokter atau orang awam) yang sengaja
rumusan Pasal 267 ini bisa dikenakan mengobati perempuan yang sedang
kepada dokter, unsur sengaja harus mengandung, dengan memberi pengha -
terpenuhi, karena bisa saja terjadi dokter rapan bahwa dengan obat yang diberi-
salah dalam menentukan diagnosa, kannya itu dapat menggugurkan kan-
sehingga salah pula dalam menerbitkan dungan saja, dapat diancam dengan
surat keterangan yang dibuatnya. Saran pidana yang cukup berat, yaitu empat
penulis terhadap pasal ini sebaiknya tahun penjara ( Pasal 299 KUHP ).
dimasukkan juga unsur kelalaian yang Ketentuan ini sebetulnya membuat
dilakukan oleh dokter. dilemma dan menimbulkan ketakutan bagi
dokter karena apabila ada indikasi medis
8
Moeljatno,KUHP . Penerbit Bumi dimana dalam keadaan darurat untuk
Aksara,1999

88
______________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro

menyelamatkan jiwa Ibu hamil, meng- d. Kejahatan Terhadap Nyawa


haruskan menggugurkan kandungan ibu Pasal – pasal kejahatan terhadap
hamil tersebut, oleh karena itu menurut nyawa yang dapat dikaitkan dengan
penulis sebaiknya ketentuan ini diberi Euthanasia yaitu Pasal 338, 340 , 344,
pengecualian bagi dokter apabila ada 345 , 359 KUHP jika dihubungkan
indikasi medis, dengan demikian dapat dengan dunia kesehatan sebagai upaya
memberikan rasa tenang atau nyaman penanggulangan tindak pidana mal-
bagi dokter di dalam melaksanakan praktik di Indonesia menegaskan
tugasnya menyelamatkan nyawa pasien bahwa euthanasia baik aktif maupun
dan untuk menghindari tuduhan adanya pasif tanpa permintaan adalah
malpraktik kedokteran dilarang. Demikian pula dengan
euthanasia aktif dengan permintaan.
c. Tentang Penganiayaan
Pasal 35 2. Undang – Undang Nomor 36 Tahun
(1) Penganiayaan diancam dengan pidana 2009 Tentang kesehatan
penjara paling lama dua tahun a. Berkaitan dengan Kelalaian
delapan bulan atau denda paling Pasal 29 Undang – Undang Nomor 36
banyak tiga ratus rupiah Tahun 2009
(2) Jika Perbuatan mengakibatkan luka – “ Dalam hal tenaga kesehatan
luka berat yang bersalah dikenakan diduga melakukan kelalaian dalam
pidana - paling lama lma tahun. menjalankan profesinya, kelalaian
(3) Jika mengakibatkan mati, dikenakan tersebut harus diselesaikan terlebih
pidana penjara paling lama tujuh dahulu melalui mediasi “
tahun Kalau penulis cermati Undang –
Undang Nomor 36 Tahun 2009 Pasal
Dalam praktik hukum mengenai
29 tersebut di atas mengenai kelalaian
masalah yang berhubungan dengan ke-
sehatan dipersoalkan juga tentang akibat tentu merupakan kebijakan formulasi
rasa sakit sebagai satu–satunya tujuan hukum kesehatan yang baik sebagai
penganiayaan, artinya jika rasa sakit yang upaya untuk mencegah terjadinya
tindak pidana malpraktik kedokteran.
disadari itu tidak dapat dihindari, dalam
Pasal mengenai kelalaian ini juga
upaya mencapai tujuan yang patut, misal-
nya dokter menyunat anak , dimana mak- terdapat di Pasal 54 Undang – Undang
sud mencapai tujuan yang lebih patut dan Nomor 23 Tahun 1992 Tentang
timbul rasa sakit tidak dapat dihindari Kesehatan .
b. Berkaitan Dengan Perlindungan Pasien
maka bukan termasuk penganiayaan.
Pasal 56

89
Jurnal Law reform Oktober 2010 Vol. 5 No.2 ________________________________________________________

c. Setiap orang berhak menerima atau (3) Organ dan/ atau jaringan tubuh
menolak sebagian atau seluruh dilarang diperjualbelikan dengan
tindakan pertolongan yang akan dalih apapun.
diberikan kepadanya setelah menerima
dan memahami informasi mengenai c. Undang – Undang Nomor 29 Tahun
tindakan tersebut secara lengkap. 2004 Tentang Praktik Dokter
d. Mengenai Ganti Rugi Putusan Mahkamah Konstitusi No
Pasal 58 4/PUU/ V/2007 terhadap uji materiil
(1) Setiap orang berhak menuntut ganti Undang – Undang Nomor 29 Tahun 2004
rugi terhadap seseorang, tenaga Menyatakan permohonan para Pemohon
kesehatan, dan/atau penyelenggara dikabulkan untuk sebagian;
kesehatan yang menimbulkan ke-
Menyatakan Pasal 75 Ayat (1) dan
rugian akibat kesalahan atau ke-
Pasal 76 sepanjang mengenai kata-
lalaian dalam pelayanan kesehatan
kata “penjara paling lama 3 (tiga)
yang diterimanya.
tahun atau” dan Pasal 79
(2) Tuntutan ganti rugi sebagaimana
sepanjang mengenai kata-kata
dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
“kurungan paling lama 1 (satu)
bagi tenaga kesehatan yang
tahun atau” serta Pasal 79 huruf c
melakukan tindakan penyelamatan
sepanjang mengenai kata-kata
nyawa atau pencegahan kecacatan
“atau huruf e” Undang-Undang
seseorang dalam keadaan darurat.
Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran (Lembaran
e. Mengenai Transplantasi Organ
Negara Republik Indonesia Tahun
Pasal 64
2004 Nomor 116, Tambahan
(1)Penyembuhan penyakit dan pemulihan
Lembaran Negara Republik
kesehatan dapat dilakukan melalui
Indonesia Nomor 4431)
transplantasi organ dan/atau jaringan
bertentangan dengan Undang-
tubuh, implan obat dan/atau alat
Undang Dasar Negara Republik
kesehatan, bedah plastik dan
Indonesia Tahun 1945;
rekonstruksi, serta penggunaan sel
punca. Menyatakan Pasal 75 Ayat (1) dan
(2) Transplantasi organ dan/atau jaringan Pasal 76 sepanjang mengenai kata-
tubuh sebagaimana dimaksud pada kata “penjara paling lama 3 (tiga)
ayat (1) dilakukan hanya untuk tujuan tahun atau” dan Pasal 79
kemanusiaan dan dilarang untuk sepanjang mengenai kata-kata
dikomersialkan. “kurungan paling lama 1 (satu)
tahun atau” serta Pasal 79 huruf c
sepanjang mengenai kata-kata

90
______________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro

“atau huruf e” Undang-Undang okupasi, sehingga pembentuk


Nomor 29 Tahun 2004 tentang Undang – Undang dalam hal ini
Praktik Kedokteran (Lembaran legislatif harus hati-hati dalam
Negara Republik Indonesia Tahun menentukan aspek pidana. Hukum
2004 Nomor 116, Tambahan pidana harus benar-benar diguna-
Lembaran Negara Republik Indo- kan sebagai ultimum remidium
nesia Nomor 4431) tidak bukan premium remidium, lebih
mempunyai kekuatan hukum me- efektif dengan penerapan hukum
ngikat; administratifasien. Dengan putusan
Kalau dianalisa Pasal 75 (1), Pasal Mahkamah Konstitusi tersebut
76, Pasal 79 huruf a dan Pasal 79 setidaknya dokter dapat bekerja
huruf c sebelum putusan mahkamah lebih tenang dan nyaman di dalam
konstitusi materi muatan yang usaha menyelamatkan nyawa
terdapat di dalam Undang- Undang Pasien .
Nomor 29 Tahun 2004 telah
menimbulkan kriminalisasi terha- B. Kebijakan Formulasi Yang Akan
dap tindakan dokter yang ber- Datang
praktik kedokteran yang tidak Untuk menentukan kebijakan
dilengkapi STR, SIP dan tidak formulasi yang akan datang maka penulis
memasang papan nama, serta tidak menggunakan kajian perbandingan
menambah ilmu pengetahuan diantaranya KUHP, Konsep KUHP 2008,
dengan ancaman pidana yang Undang - Undang Nomor 29 Tahun 2004
cukup berat dan denda yang sangat Pasca Putusan Mahlamah Konstitusi ,
tinggi . KUHP Singapura
Hal demikian dapat menimbulkan a. Konsep KUHP 2008
rasa takut bagi dokter di dalam Tentang Mengakibatkan mati atau
melakukan pengobatan terhadap luka karena kealpaan
pasien, sehingga dokter tidak Pasal 592 Konsep KUHP 2009
tenang di dalam melaksanakan Konsep KUHP 2008 KUHP
tugasnya untuk menolong pasien
Pasal 592 Pasal 359
atau korban tersebut. Setelah Barang siapa karena
Setiap orang yang ka -
putusan mahkamah konstitusi kealpaannya
rena kealpaannya me -
diharapkan dokter dapat lebih ngakibatkan orang lain
menyebabkan matinya
tenang sehingga dapat bekerja orang lain diancam
luka sehingga timbul
dengan pidana penjara
dengan baik untuk menyelamatkan penyakit atau halangan
paling lama lima
Pasien. Pekerjaan dokter menjalankan jabatan,
tahun atau kurungan
merupakan profesi berbeda dengan profesi,atau mata pen -
paling lama satu

91
Jurnal Law reform Oktober 2010 Vol. 5 No.2 ________________________________________________________

caharian selama waktu tahun. tahun atau denda paling banyak Kategori
tertentu, dipidana de - III
ngan pidana penjara 2. Karena kelalaian mengakibatkan luka
paling lama 2 ( dua)
berat
tahun atau denda paling
banyak kategori III Dalam KUHP diancam pidana
penjara paling lama lima tahun atau
kurungan paling lama satu tahun ,
Pasal 593 Pasal 360
sedangkan dalam konsep diancam pidana
Jika tindak pidana se - Barangsiapa karena penjara paling lama tiga tahun atau denda
bagaimana dimaksud ke - alpaannya paling banyak Kategori IV
dalam Pasal 592 dila - menyebab - kan orang 3. Karena kelalaian mengakibatkan mati
kukan dalam menjalan - lain menda - pat luka – Dalam KUHP diancam pidana
kan suatu jabatan atau luka berat, diancam penjara paling lama lima tahun atau
profesi, maka pidana - dengan dengan pidana kurungan paling lama satu tahun ,
nya dapat ditambah penjara paling lama
sedangkan dalam konsep diancam pidana
dengan 1/3 ( sepertiga ) lima tahun atau
kurungan paling lama penjara paling lama lima tahun atau denda
satu tahun paling banyak kategori IV.
Pasal 593 Konsep 2008 merupakan
Pasal pemberatan pidana bagi pelaku
Ada hal yang membedakan ke
dalam menjalankan suatu jabatan atau
duanya adalah mengenai jenis dan
pencaharian, melakukan tindak pidana
lamanya pidana yang dijatuhkan . Dalam
yang disebut dalam Pasal 592 Konsep.
KUHP dikenal dengan pidana kurungan
Pidana bagi pelaku yang melakukan
sedangkan dalam konsep tidak lagi
perbuatan dalam menjalankan suatu
mengenal pidana kurungan. 9
jabatan atau profesi ditambah 1/3
Jenis dan lamanya pidana yang
(sepertiga ) dari pidana bagi pelaku yang
dijatuhkan yaitu :
bukan dalam menjalankan suatu jabatan
1. Karena kelalaian mengakibatkan luka
atau profesi. Pasal ini merupakan suatu
Dalam KUHP diancam pidana
bentuk perlindungan juga terhadap pasien
penjara paling lama Sembilan bulan atau
dalam hal terjadinya kelalaian atau
kurungan paling lama enam bulan , atau
kealpaan yang dilakukan oleh dokter
denda paling banyak tiga ratus rupiah.
dalam pelayanan kesehatan.
Sedangkan di dalam konsep diancam
b. KUHP Singapura
dengan pidana penjara paling lama dua
Tentang Mengakibatkan mati atau
9
luka karena kealpaan
Pasal 65 ayat (1) Konsep KUHP 2006,
Section 304 A
Pidana pokok terdiri atas pidana penjara , pidana
tutupan, pidana pengawasan, pidana denda, dan
pidana kerja sosial.

92
______________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro

Whoever causes the death of any pidana penjara paling lama lima tahun
person by doing any rash or negligent act atau kurungan paling lama 1 tahun .
not amounting to culpable homicide, shall Dengan memperhatikan dan
be punished with imprisonment for a term menganalisa serta membandingkan
which may extend to two years, or with KUHP, Konsep KUHP 2008, KUHP
fine, or with both 10 Singapura maka dapat diambil kesimpulan
KUHP Singapura KUHP Indonesia bahwa kebijakan hukum pidana yang akan
datang :
Pasal 304 A Pasal 359
Barangsiapa menye - Barang siapa karena Berkaitan dengan kebijakan hukum
kealpaannya menye - pidana yang akan datang yang
babkan kematian sese -
orang yang dilakukan babkan matinya orang berhubungan dengan penanggulangan
dengan gegabah atau lain diancam dengan tindak pidana malpraktik kedokteran
kelalaian, perbuatan pidana penjara paling dirasakan perlu menggunakan sistem
tersebut tidak sama lama lima tahun atau
kurungan paling lama
pidana minimum khusus sebagaimana di
dengan pembunuhan
bersalah , dapat satu tahun dalam konsep. Menurut Barda Nawawi
dipidana dengan pida - Arief adanya pidana minimum khusus
na penjara untuk untuk delik – delik tertentu mempunyai
jangka waktu paling suatu landasan antara lain
lama dua tahun atau 1) Untuk mengurangi adanya disparitas
denda, atau keduanya.
pidana
2) Untuk memenuhi tuntutan masyarakat
yang menghendaki adanya standar
Tindak pidana dalam pasal 304 A minimal yang objektif untuk delik –
ini , sama dengan tindak pidana dalam delik yang sangat dicela dan
pasal 359 KUHP Indonesia, tetapi merugikan atau membahayakan
rumusan pidananya berbeda. Dalam masyarakat atau negara
KUHP Singapura pidananya dirumuskan 3) Untuk lebih mengefektifkan prevensi
secara alternatif – kumulatif yaitu pidana umum 11
penjara paling lama dua tahun atau denda Mengenai Pertanggungjawaban
, atau keduanya , yang dimaksud dengan korporasi sebenarnya telah diatur di
keduanya adalah dipidana dengan pidana dalam Pasal 41 ayat 2 Undang – Undang
penjara paling lama dua tahun ditambah Praktik kedokteran yaitu membuat daftar
denda. Dalam KUHP Indonesia pidananya dokter atau dokter gigi yang melakukan
dirumuskan secara alternative yaitu praktik kedokteran di sarana pelayanan

11
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai
10
Republik of Singapore Chapter 103, Penal Kebijakan Hukum Pidana, PT. Citra Adiya Bakti,
Code, Arrangement of Section, Edition of 1970 Bandung, 1996

93
Jurnal Law reform Oktober 2010 Vol. 5 No.2 ________________________________________________________

kesehatan yang bersangkutan, tetapi diatur secara khusus atau tidak


sanksi terhadap pelanggaran kewajiban dikenal adanya istilah malpractice
tersebut tidak diatur secara jelas medic.
mengenai sanksi yang dapat dijatuhkan. 3. Kebijakan formulasi yang akan
Sanksi yang berkaitan dengan datang sebaiknya perlu diatur juga
korporasi hanya yang berkaitan dengan mengenai pertanggungjawaban
larangan yang tercantum dalam Pasal 42 korporsi dalam hal tindakan medis
Undang – Undang Praktik kedokteran yang telah dilakukan oleh dokter yang
dimana sarana pelayanan kesehatan mengakibatkan kerugian di pihak
dilarang mengizinkan dokter berpraktik pasien dalam hal terjadinya mal-
tanpa ada surat izin praktik . Ketentuan praktik medik, ini sebagai bentuk
tentang sanksi yang berkaitan dengan pemberian perlindungan terhadap
korporasi tersebut diatur di dalam Pasal korban malpraktik sebagai upaya
80 ayat 2 Undang – Undang Praktik menanggulangi tindak pidana mal-
kedokteran. Oleh karena itulah maka praktik kedokteran di masa yang akan
kebijakan formulasi hukum pidana yang datang
akan datang khususnya yg terdapat di 4. Kebijakan formulasi hukum pidana
dalam Undang – Undang 29 Tahun 2004 yang akan datang sebaiknya mengatur
dapat diperluas tidak hanya terpusat pada mengenai masalah kelalaian dokter di
pelanggaran membuat daftar dokter dalam melakukan upaya atau
semata. tindakkan medis yang berakibat pada
hilangnya nyawa orang .
BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan B. SARAN
1. Sanksi terhadap korporasi diatur di 1. Sebaiknya di dalam Undang –
dalam Pasal 80 Undang - Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004
Praktik Kedokteran namun sanksi Tentang Praktik Kedokteran di-
tersebut hanya terbatas pada jelaskan mengenai pengertian
pelanggaran surat Izin Praktik yang malpraktik kedokteran sehingga
dilakukan oleh dokter. masyarakat umum, dokter, dan dunia
2. Dalam hukum positif Indonesia baik kesehatan menjadi paham apa
KUHP, Undang - undang Nomor 36 sesungguhnya malpraktik kedokteran
Tahun 2009 tentang kesehatan , dan mengetahui batasan – batasan
Undang - Undang Nomor 29 Tahun mengenai tindak pidana malpraktik
2004 tentang Praktek Dokter Pasca kedokteran ini .
putusan Mahkamah konstitusi tidak 2. Bagi aparat penegak hukum, baik
penyidik penuntut umum dan hakim

94
______________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro

harus hati – hati di dalam menentukan 4. Perlu dirumuskan tindak pidana yang
pasal mana yang dapat dikenakan dapat memberikan kenyamanan dan
terhadap kasus malpraktik.karena di kepastian hukum bagi kedua belah
dalam dunia kedokteran, seorang pihak dalam hal ini dokter dan pasien
dokter dalam menangani Pasien tidak sehingga Dokter merasa nyaman di
ada dua penyakit yang sama persis dalam menjalankan tugasnya sebagai
antara pasien satu dengan pasien yang dokter tanpa adanya rasa takut yang
lainnya. berlebihan dan di pihak pasien dapat
3. Hukum Pidana merupakan Ultimum memberikan perlindungan hukum
Remedium artinya hukum pidana apabila terjadi hal – hal yang
sebaiknya digunakan sebagai obat menyimpang atau menimbulkan
terakhir atau langkah terakhir apabila akibat tertentu yang merugikan pasien
cara – cara penyelesaian yang lain atau korban, Ini semua diperlukan
tidak dapat menemui kesepakatan demi terciptanya kepastian hukum
atau jalan keluar. bagi kedua belah pihak

DAFTAR PUSTAKA
Hukum. Malang: Bayumedia.
Ameln, Kapita Selekta Hukum 2007
Kedokteran. Jakarta : Chairul, Huda. Dari Tiada Pidana Tanpa
Grafikatama Jaya, 1991. Kesalahan menuju Kepada Tiada
Amri, Amir, Bunga Rampai Hukum Pertanggungjawaban Pidana
Kesehatan. Jakarta : Widya Tanpa Kesalahan. Jakarta:
Medika, 1997. Pranada Media. 2006
Achdiat, Crisdiono . Pernik – Pernik Dahlan, Sofwan . Hukum Kesehatan dan
Hukum Kedokteran Melindungi Rambu – Rambu Bagi Profesi
Pasien dan Dokter. Jakarta : Dokter Edisi 3. Semarang: Balai
Widya Medika,1996. Penerbit UNDIP. 1999
Chazawi , Adami, Kejahatan Terhadap Guwandi, Dokter Pasien dan Hukum.
Tubuh dan Nyawa. Jakarta : PT Jakarta : Fakultas Kedokteran UI,
Raja Grafido Persada, 2000. 1996.hal11.
________ , Kejahatan terhadap _______ , Hukum Medik . Jakarta: Balai
pemalsuan. Jakarta : PT Raja Penerbit FK UI 1996
Grafindo Persada .2001 _______ , Etika dan Hukum
________ , Malpraktik Kedokteran Kedokteran.Jakarta : Balai
Tinjauan Norma dan Doktrin Penerbit FK UI, 1991.

95
Jurnal Law reform Oktober 2010 Vol. 5 No.2 ________________________________________________________

_______ , Trilogi Rahasia _______ , Masalah Penegakan Hukum


Kedokteran.Jakarta:Balai dan Kebijakan Hukum Pidana
Penerbit FK UI, 1992. dalam Penanggulangan
_______ , Informed Consent. Jakarta: Kejahatan . Jakarta: Prenada
Balai Penerbit FK UI . 2004 Media Group. 2007
_______ , Misdiagnosis atau _______ , Kebijakan Legislatif Dalam
Malpraktek?, Jurnal Penanggulangan Kejahatan
Perhimpunan Rumah Sakit Dengan Pidana Penjara .
Seluruh Indonesia. Semarang: Badan Penerbit Undip
1996
_______ , Medical Error dan Hukum Nyoman Serikat Putra Jaya, Kapita
Medis. Jakarta: Balai Penerbit Selekta Hukum Pidana , Badan
FK UI . 2005 Penerbit Universitas Diponegoro,
Hermin, Hadiati . Beberapa Semarang,2001.
Permasalahan Hukum dan Ngesti, Lestari , Masalah Malpraktik Etik
Medik. Bandung: PT Citra Aditya dalam Praktik Dokter.Malang:
Bakti . 1992 Kumpulan Makalah Seminar
Nawawi Barda Arief, Masalah Penegakan Tentang Etika dan Hukum
Hukum Pidana dalam Kedokteran, 2001.
Penanggulangan Kejahatan.
Jakarta, Kencana Prenada Media Peraturan – Peraturan
Group, 2008
________ , Beberapa Masalah KUHP ( Kitab Undang – Undang Hukum
Perbandingan Hukum Pidana. Pidana )
Jakarta: PT Raja Grafindo Konsep KUHP 2008
Persada. 2004 UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
________ , Perbandingan Hukum Pidana.
Jakarta: PT Raja Grafindo UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Persada. 2008 Kedokteran .
________ , Bunga Rampai Kebijakan
Hukum Pidana.Bandung: PT
Citra Aditya Bakti. 2002

96

Anda mungkin juga menyukai