Sementara itu, menurut Stanhope & Lancaster (1997), bahwa keperawatan kesehatan
masyarakat adalah suatu sintesa dari praktek keperawatan dan praktek kesehatan komunitas
yang diterapkan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan penduduk. Menurut peneliti
pengertian keperawatan kesehatan masyarakat yang lebih sesuai dengan kondisi Indonesia
adalah yang disampaikan oleh kelompok kerja keperawatan CHS (1997) yaitu, suatu bentuk
pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan
terutama pada kelompok resiko tinggi dalam upaya meningkatkan status kesehatan
masyarakat dengan penekanan pada peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta tidak
mengabaikan kuratif dan rehabilitatif.
Pelayanan yang diberikan dapat terjangkau oleh komunitas dan melibatkan komunitas
sebagi mitra dalam pemberian pelayanan keperawatan. klien dalam keperawatan kesehatan
masyarakat adalah individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. (Allender & Spradley,
2001)Kegiatan Perawat Puskesmas mencakup Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang dilaksanakan perawat Puskesmas sesuai dengan
kompetensi,peran dan fungsinya pada semua tatanan pelayanan kesehatan strata pertama baik
di dalam gedung (poliklinik rawat jalan Puskesmas, ruang rawat inap Puskesmas, Puskesmas
Pembantu)maupun diluar gedung Puskesmas (Puskesmas Keliling, Posyandu, Sekolah,
Tempat Kerja,Panti, Rumah Tahanan (Rutan) atau Lembaga Permasyarakatan (Lapas),
Rumah Keluarga)dengan prioritas upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan yang
wajib dilaksanakan di Kabupaten atau Kota tertentu.(Kemenkes RI,2006)
Inti perkesmas adalah jasa diberikan dalam kerangka berbasis masyarakat dan
layanan berbasis masyarakat didorong oleh kebutuhan dan sumber daya masyarakat dan
lingkungannya, perawat menilai masyarakat setiap hari saat bekerja dengan individu,
keluarga,kelompok dilingkungan sekolah tempat kerja dan rumah. (Manitoba, 1998)
Ada dua istilah yang perlu diketahui sebelum membahas perawatan kesehatan masyarakat,
yaitu Public Health Nursing (PHN) dan Community Health Nursing (CHN), kedua istilah
tersebut bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia mempunyai arti yang sama yaitu
Perawatan Kesehatan Masyarakat. Akan tetapi Freeman (1981), tidak lagi mengunakan istilah
public tetapi mengantinya dengan community dikarenakan istilah public mengandung
pengertian yang sangat luas dan tidak terbatas. Perawatan kesehatan masyarakat merupakan
bidang khusus(spesialisasi ) dalam ilmu keperawatan. (Ruth, 1981, 1961) Menurut beberapa
ahli perkesmas adalah sebagai berikut :
Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah lapangan khusus yang merupakan gabungan
keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai
bagian
dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan,
penyempurnaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitatif, pencegahan penyakit
dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada keluarga yang sehat, individu yang sakit dan
tidak dirawat di rumah sakit beserta keluarganya, kelompok masyarakat khusus yang
mempunyai masalah kesehatan dimana hal tersebut akan mempengaruhi masyarakat secara
keseluruhan.(Helvie 1998; Smith & Maurer,1995 dan Hitchcock 1999).
C. Dasar Hukum
Dasar hukum pelaksanaan Perkesmas yaitu: 1). Undang - Undang nomor 36 tahun 2009
tentang kesehatan, 2).Undang - Undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah,
3).Peraturan Pemerintah no.32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, 4). Keputusan Menteri
Negara Aparatur Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.94/KEP/M.PAN/II/2001
tentang
Jabatan Fungsional Perawat dan Angka Kreditnya, 5). Kepmenkes no 279 / menkes / 2006
tentang Pedoman Perkesmas di Puskesmas, 6). Kepmenkes no 128 / menkes / sk / II / 2004
tentang kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat, 8) Kepmenkes No.836 tahun 2005
tentang
pengembangan manajemen kinerja perawat dan bidan , 9) Kepmenkes nomor 279 tahun 2006
tentang pedoman upaya penyelenggaraan perkesmas di puskesmas, 10).Permenkes R.I
No.HK.02.02 / Menkes / 148 / I / 2010 tentang izin dan penyelengaraan Praktek
Keperawatan.
(Kemenkes, 2006)
D. Sasaran Perkesmas
F.Indikator Kinerja
Indikator kinerja perawat Puskesmas, menurut Kemenkes tahun 2006 meliputi indikator
kinerja klinik (eksternal untuk mengukur keberhasilan pelayanan keperawatan kesehatan
masyarakat yang dilakukan) dan fungsional (internal untuk mengukur pencapaian
angkakredit
jabatan fungsionalnya
1). Indikator kinerja klinik
Yaitu indikator kinerja klinik perawatn Puskesmas dalam melaksanakan kegiatan Perkesmas
dan merupakan indikator antara pencapaian inkator SPM Puskesmas/Kabupaten/Kota.
Indikator
kinerja klinik perawat Puskesmas, meliputi input, proses, output dan outcome. (Kemenkes,
2006)
Indikator input, meliputi tenaga perawat yang bekerja sudah mendapat pelatihan Perkesmas.
(Kemenkes, 2006) Pelatihan menunjukkan adanya penambahan pengetahuan, keterampilan
petugas untuk dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik dan efektif, serta menyiapkan
untuk
pengembangan selanjutnya.(Notoatmojo, 2003) Perawat tersebut harus memiliki rasa
Tanggung
jawab dan akuntabilitas. (Soejadi,1994) Tersedianya sarana berupa PHN kit, dukungan
administrasi, transportrasi, dana operasional,standar pedoman /SOP dan sistem penghargaan.
(Kemenkes, 2006)
Indikator proses, adanya perencanaan kegiatan perawatan perkesmas bulanan beserta rencana
Asuhan Keperawatan, dilakukannya kegiatan bimbingan oleh Kepala Puskesmas atau
perawat
penyelia, kegiatan koordinasi dengan petugas kesehatan lain, kegiatan monitoring, diskusi
refleksi kasus, Pertemuan strategik. (Kemenkes, 2006)
Indikator output meliputi peningkatan kesadaran staf terhadap tugas dan tanggung jawab,
peningkatan kinerja, peningkatan motivasi, peningkatan keputusan kerja, persentasi suspek
kasus
maupun kasus positif prioritas, persentasi keluarga rawan kesehatan dan kelompok khusus
yang
di bina dan persentasi pasien rawat inap Puskesmas dilakukan asuhan keperawatan.
(Kemenkes
2006)
Indikator outcome meliputi persentasi keluarga rawan kesehatan mandiri memenuhi
kebutuhan kesehatannya. Tingkat kemandirian keluarga dicapai sebagai hasil (outcome)
asuhan
keperawatan kesehatan masyarakat bekerjasama dengan lintas program dan sektor. Tingkat
kemandirian keluarga meliputi keluarga mandiri Tingkat I (KM-I), Tngkat II (KM II), Tingkat
III (KM-III) dan tingkat IV (KM-IV). (Kemenkes, 2006)
2) Indikator Kinerja Fungsional
Yaitu indiktor kinerja perawat Puskesmas untuk mengukur pencapaian angka kredit jabatan
fungsional, yaitu jumlah angka kredit yang dicapai sama dengan jumlah kegiatan Perawatan
dalam mencapai indikator kliniknya.(Kemenkes, 2006)
Dalam upaya meningkatkan kerjasama dan proses kelompok, serta mendorong peran serta
masyaarakat, maka diperlukan suatu pengorganisasian masyarakat yang dirancang untuk
membuat adanya perubahan (Helvie, 1998). Menurut Stanhope & Lancater (2000) dan Helvie
(1998) ada tiga model pengorganisasian masyarakat, yaitu pendekatan pengembangan
masyarakat (Locality development), pendekatan perencanaan sosial (social planning), dan
pendekatan aksi sosial (social action).
Peran dan fungsi perawat sebagai konseling dapat diberikan pada individu dan keluarga
dalam membantu mengatasi masalah, beradaptasi terhadap konsekuensi adanya gangguan
kesehatan serta meningkatkan hubungan interpersonal diantara anggota keluarga. (Smith &
Maurer, 1995) Malaria merupakan penyakit berbasis lingkungan dan perilaku, dalam hal ini
perawat dapat melakukan konseling untuk dapat merubah perilaku individu, keluarga agar
terhindar dari gigitan nyamuk yang mengandung malaria, dan memodifikasi lingkungan.
Peran perawat sebagai kolaborasi dapat dilaksanakan antara perawat dengan klien, tim
kesehatan lain, serta pihak terkait baik pemerintah maupun swasta dalam memberikan
pelayanan
kesehatan yang komprehensif dalam upaya penyelesaian masalah. (Helvie, 1998)
Peran perawat sebagai peneliti diharapkan mampu membaca riset terkini dan menerapkan
penemuan riset tersebut pada praktik sebagai bagian dari aktifitas profesional. (Hitchcock,
1999)
Sedangkan peran perawat sebagai konsultan, perawat membantu klien untuk memahami
maslah dan membantu mereka dalam mengambil keputusan yang tepat serta sebagai
katalisator
untuk membuat individu berubah dan menggunakan perubahan. Penderita malaria maupun
keluarga dapat melakukan konsultasi dengan perawat untuk memahami betul tentang
malaria.(Anderson,2007)
Puskesmas merupakan ujung tombak penyelenggaraan UKM maupun UKP di strata pertama
pelayanan kesehatan, dan merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang bertanggungjawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan di
Kabupaten/Kota. Upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas meliputi upaya
kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan.
Seperti kita ketahui bahwa fungsi Puskesmas ada tiga yaitu: 1). Pusat pembangunan
berwawasan kesehatan; 2). Pusat pemberdayaan Keluarga dan masyarakat; 3). Pusat
Pelayanan
kesehatan strata pertama. Untuk saat ini ketiga fungsi tersebut tidak berjalan seimbang, fungsi
Puskesmas yang paling menonjol adalah sebagai pelayanan kesehatan tingkat pertama bahkan
ada puskesmas yang sudah memberikan layanan spesialistik (tingkat lanjutan).
Kondisi ini lebih diperparah dengan adanya otonomi daerah yang membuat peran puskesmas
sebagai pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat makin tersisihkan. Pengembangan
puskesmas yang beralih fungsi peran sebagai rumah sakit tanpa memikirkan siapakah yang
akan
menangani masalah kesehatan yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat. Inilah yang
membuat kegiatan yang bertujuan untuk kesehatan masyarakat tidak berjalan.
Munculnya Triple burden disease dalam kesehatan masyarakat di Indonesia : munculnya
penyakit baru (new emerging disease) seperti ; flu burung, SARS, Flu A (H1N1), Muncul
kembali (re-emerging diseas ) al. Polio, malaria, masih tingginya penyakit infeksi (TB Paru,
ISPA, Diare, dll) dan meningkatnya penyakit-penyakit degenerative, masih banyak
permasalahan
kesehatan yang utama di Indonesia seperti Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sampai
saat
ini masih tinggi.
Sistem pelayanan kesehatan yang salah menurut peneliti adalah jika masalah kuratif saja yang
selalu menjadi pokok pemikiran pengambilan keputusan maka bisa dipastikan angka
kesakitan
akan selalu tinggi. Salah satu program kesehatan masyarakat yang tidak berjalan dengan baik
adalah Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas). Menurut peneliti program perkesmas
ini
sangat penting untuk dilaksanakan karena dengan berjalannya program perkesmas mampu
memfasilitasi kemandirian individu, keluarga, dan masyarakat untuk hidup sehat, melalui
kegiatan pencegahan penyakit, promosi kesehatan, peningkatan dan mempertahankan
kesehatan
dan asuhan komprehensif untuk peningkatan kesehatan komunitas.
Perkesmas dewasa ini dianggap tidak begitu penting dibanding dengan program untuk
penanganan angka kematian ibu dan anak, masalah gizi dan penanganan penyakit menular.
Dilihat dari ketenagaan yang ada di Puskesmas sebagian besar adalah tenaga keperawatan.
Salah
satu tugas pokok dan fungsi perawat di Puskesmas adalah sebagai pemberi asuhan
keperawatan
masyarakat, keluarga, dan individu. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa kondisi sekarang
ini
cenderung kebanyakan perawat di puskesmas belum melakukan tugas pokok dan fungsinya
dengan benar. Sebagian besar kepala puskesmas atau pembuat kebijakan kesehatan di tingkat
kabupaten maupun pusat sepenuhnya belum mengerti mengenai perkesmas secara benar.
Mereka beranggapan bahwa setiap kunjungan rumah sudah merupakan perkesmas.
Sebenarnya perkesmas tidak sesederhanan itu. Perawatan kesehatan masyarakat itu
merupakan
serangkaian kegiatan keperawatan dengan menggunakan asuhan keperawatan melalui proses
pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi dan
evaluasi
keperawatan.
Tujuan dari perkesmas ini adalah untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dalam
mengatas
masalah kesehatannya dalam kegiatan promotif, preventif, tanpa mengabaikan kuratif dan
rehabilitatif. Sasaran kegiatan ini adalah individu, keluarga/kelompok/masyarakat dengan
prioritas sasaran adalah keluarga rawan terhadap masalah kesehatan (Risiko tinggi, rentan).
Bisa disimpulkan bahwa kemandirian masyarakat terhadap kesehatan sepenuhnya tanggung
jawab perawat. Baik individu, keluarga, kelompok masyarakat sebelum sakit, sesudah sakit
dan
supaya tidak jatuh lagi pada kondisi sakit adalah peran perawat. Apabila perkesmas ini benar
benar berjalan maka tidak mungkin akan terjadi adanya kondisi KLB, Angka kematian Ibu
yang
tingi, serta angka gizi buruk yang besar.
Kenyataannya di lapangan adalah mengapa perawat di puskesmas sebagian besar ahli
dibidang keilmuan lain (bagian farmasi, menjadi tenaga Kesling, Gizi atau bahkan menjadi
bendahara) sedang untuk perkesmas masih sedikit yang melakukan? Siapa yang perlu
disalahkan
perawat itu sendiri, sistem atau yang lainnya? Bagaimanan mungkin mereka memperoleh
nilai
kredit untuk kenaikan jabatan fungsional yang seluruhnya berhubungan dengan perkesmas?.
Kondisi demikianlah yang perlu untuk dikaji kembali mengenai adanya pembinaan tenaga
perawat untuk meningkatkan kinerja mereka serta adanya kerjasama dengan organisasi
profesi
(PPNI) di wilayah masing masing.
Menurut peneliti satu hal yang sangat penting adalah perlu adanya kesadaran dari perawat itu
sendiri, puskesmas dan pembuat kebijakan untuk menegakkan kembali peran perawat sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya. Sudah seharusnya di Dinas kesehatan Kabupaten dan
provinsi maupun pusat memiliki tenaga adminkes keperawatan yang bertugas untuk membina
dan bertanggung jawab untuk meningkatkan kinerja perawat puskesmas. Jika tidak dimulai
dari
kesadaran bersama bisa dipastikan peran perawat sesuai dengan tugasnya tidak akan pernah
terwujud.
I.Kerangka Konsep
lingkungan eksternal
feedback
Hasil yang diharapkan
Dampak
perubahan
yang
dihasilkan
dari suatu
program
atau proyek
proses
Kegiatan
Acara
Prosedur
Teknik
Output
Hasil langsung
dari proses yang
dilakukan oleh
program (seperti
diadakan
pertemuan,lapora
n tertulis,
disediakan
layanan,bahan di
produksi dan
didistribusikan)
Hasil
Perubahan dalam
sikap, perilaku,
pengetahuan, status
kesehatan, tingkat
fungsi yang
dihasilkan dari
proses yang
dilakukan oleh
program atau proyek
lingkungan eksternal
Gambar 2.2: Model Logika Manajemen Program Kesehatan dan Proyek
(Longest, 2004)
Manajemen program kesehatan sebagai suatu upaya pengelolaan pelayanan kesehatan yang
paling berguna dalam pelaksanaan program sehingga dapat digunakan sebagai dasar
sementara
dalam menentukan hasil suatu program. (Longest, 2004)
Manajemen program kesehatan adalah suatu panduan yang terdiri dari input, proses dan
output yang ingin dicapai. Input meliputi sumber daya yang tersedia dalam suatu program,
sedangkan proses suatu kegiatan yang dilakukan berdasarkan input yang ada dan output
berisikan hasil pencapaian program yang dimaksud. (Longest,2004)
Berhasil tidaknya suatu program juga sangat dipengaruhi faktor lingkungan. Sehingga untuk
menunjukan suatu program berhasil dan dapat dilanjutkan perlu adanya umpan balik karena
ini
sangat penting untuk menilai bahwa manajemen yang digunakan adalah tepat sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Peneliti menyoroti satu hal dari bagan logic model yang ditampilkan
oleh Longest, bahwa logic model tersebut tidak terlalu membahas tentang faktor lingkungan
eksternal.