Anda di halaman 1dari 9

BAB II

Perawatan Kesehatan Masyarakat

A.Pengertian Perawatan Kesehatan Masyarakat

Perawatan kesehatan masyarakat adalah pelayanan keperawatan profesional yang


ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok beresiko tinggi, dalam
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pelayanan
keperawatan. (Allender &Spradley, 2001)

Sementara itu, menurut Stanhope & Lancaster (1997), bahwa keperawatan kesehatan
masyarakat adalah suatu sintesa dari praktek keperawatan dan praktek kesehatan komunitas
yang diterapkan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan penduduk. Menurut peneliti
pengertian keperawatan kesehatan masyarakat yang lebih sesuai dengan kondisi Indonesia
adalah yang disampaikan oleh kelompok kerja keperawatan CHS (1997) yaitu, suatu bentuk
pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan
terutama pada kelompok resiko tinggi dalam upaya meningkatkan status kesehatan
masyarakat dengan penekanan pada peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta tidak
mengabaikan kuratif dan rehabilitatif.

Pelayanan yang diberikan dapat terjangkau oleh komunitas dan melibatkan komunitas
sebagi mitra dalam pemberian pelayanan keperawatan. klien dalam keperawatan kesehatan
masyarakat adalah individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. (Allender & Spradley,
2001)Kegiatan Perawat Puskesmas mencakup Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang dilaksanakan perawat Puskesmas sesuai dengan
kompetensi,peran dan fungsinya pada semua tatanan pelayanan kesehatan strata pertama baik
di dalam gedung (poliklinik rawat jalan Puskesmas, ruang rawat inap Puskesmas, Puskesmas
Pembantu)maupun diluar gedung Puskesmas (Puskesmas Keliling, Posyandu, Sekolah,
Tempat Kerja,Panti, Rumah Tahanan (Rutan) atau Lembaga Permasyarakatan (Lapas),
Rumah Keluarga)dengan prioritas upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan yang
wajib dilaksanakan di Kabupaten atau Kota tertentu.(Kemenkes RI,2006)

Inti perkesmas adalah jasa diberikan dalam kerangka berbasis masyarakat dan
layanan berbasis masyarakat didorong oleh kebutuhan dan sumber daya masyarakat dan
lingkungannya, perawat menilai masyarakat setiap hari saat bekerja dengan individu,
keluarga,kelompok dilingkungan sekolah tempat kerja dan rumah. (Manitoba, 1998)
Ada dua istilah yang perlu diketahui sebelum membahas perawatan kesehatan masyarakat,
yaitu Public Health Nursing (PHN) dan Community Health Nursing (CHN), kedua istilah
tersebut bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia mempunyai arti yang sama yaitu
Perawatan Kesehatan Masyarakat. Akan tetapi Freeman (1981), tidak lagi mengunakan istilah
public tetapi mengantinya dengan community dikarenakan istilah public mengandung
pengertian yang sangat luas dan tidak terbatas. Perawatan kesehatan masyarakat merupakan
bidang khusus(spesialisasi ) dalam ilmu keperawatan. (Ruth, 1981, 1961) Menurut beberapa
ahli perkesmas adalah sebagai berikut :
Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah lapangan khusus yang merupakan gabungan
keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai
bagian
dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan,
penyempurnaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitatif, pencegahan penyakit
dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada keluarga yang sehat, individu yang sakit dan
tidak dirawat di rumah sakit beserta keluarganya, kelompok masyarakat khusus yang
mempunyai masalah kesehatan dimana hal tersebut akan mempengaruhi masyarakat secara
keseluruhan.(Helvie 1998; Smith & Maurer,1995 dan Hitchcock 1999).

B. Prinsip Keperawatan Komunitas

Prinsip dalam melaksanakan keperawatan komunitas antara lain: kemanfaatan,


intervensi atau pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas dilakukan harus memberikan
manfaat sebesarbesarnya bagi komunitas, otonomi dalam keperawatan komunitas,
masyarakat diberikan kebebasan untuk melakukan atau memilih alternative terbaik yang
disediakan dan keadilan, hal ini menegaskan bahwa upaya yang dilakukan sesuai dengan
kemampuan atau kapasitas komunitas. (Stanhope & Lancaster, 2000)

C. Dasar Hukum

Dasar hukum pelaksanaan Perkesmas yaitu: 1). Undang - Undang nomor 36 tahun 2009
tentang kesehatan, 2).Undang - Undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah,
3).Peraturan Pemerintah no.32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, 4). Keputusan Menteri
Negara Aparatur Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.94/KEP/M.PAN/II/2001
tentang
Jabatan Fungsional Perawat dan Angka Kreditnya, 5). Kepmenkes no 279 / menkes / 2006
tentang Pedoman Perkesmas di Puskesmas, 6). Kepmenkes no 128 / menkes / sk / II / 2004
tentang kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat, 8) Kepmenkes No.836 tahun 2005
tentang
pengembangan manajemen kinerja perawat dan bidan , 9) Kepmenkes nomor 279 tahun 2006
tentang pedoman upaya penyelenggaraan perkesmas di puskesmas, 10).Permenkes R.I
No.HK.02.02 / Menkes / 148 / I / 2010 tentang izin dan penyelengaraan Praktek
Keperawatan.
(Kemenkes, 2006)

D. Sasaran Perkesmas

Sasaran keperawatan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga, kelompok, masyarakat


yang mempunyai masalah kesehatan akibat faktor ketidaktahuan, ketidakmauan maupun
ketidakmampuan dalam menyelesaikan masalah kesehatannya. (Allender & Spradley, 2001)
Prioritas sasaran adalah yang mempunyai masalah kesehatan terkait dengan masalah
kesehatan
prioritas daerah, terutama : yang belum kontak dengan sarana pelayanan kesehatan
(Puskesmas
serta jaringannya), atau sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan tetapi memerlukan
tindak lanjut keperawatan di rumah.
Menurut Allender & Spradley (2001), sasaran priotitas individu adalah balita gizi buruk, ibu
hamil risiko tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular (antara lain : TB Paru, Kusta,
Malaria, Demam Berdarah, Diare, ISPA/Pneumonia), penderita penyakit degenerative.
Sebagai
contoh, Pelaksanaan perawatan kesehatan masyarakat pada penderita TB Paru dibagi sesuai
daerah binaan, asuhan keperawatan lebih difokuskan pada individu yang sakit belum
mencakup
seluruh anggota keluarga serta penekanan kegiatan pada aspek preventif dan kuratif.
Penemuan
kasus dengan pasif promotif case fanding. Kegagalan pengobatan karena kurangnya peran
PMO,
efek samping obat dan pasien merasa sembuh pada fase lanjutan. (Saluk, 2003).
Sasaran keluarga, adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah kesehatan atau
risiko tinggi, dengan prioritas : keluarga miskin belum kontak dengan sarana pelayanan
kesehatan, keluarga miskin sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan mempunyai
masalah kesehatan terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan balita, kesehatan
reproduksi,
penyakit menular, keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai masalah kesehatan
prioritas
serta belum memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan. (Allender & Spradley, 2001)
Program perkesmas untuk keluarga miskin masih menjadi prioritas di puskesmas karena
konsep dasar perkesmas bertujuan untuk melaksanakan ketiga level pencegahan penyakit dan
kelompok sasaran utamanya adalah keluarga miskin dan kelompok resiko tinggi dengan
berbagai
kerentanannya terhadap masalah kesehatan. (CHS, 1997)
Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang rentan terhadap timbulnya
masalah kesehatan baik yang terikat maupun tidak terikat dalam suatu institusi. (Allender &
Spradley, 2001) Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu institusi antara lain
Posyandu, Kelompok Balita, Kelompok ibu hamil, Kelompok Usia Lanjut, Kelompok
penderita
penyakit tertentu, kelompok pekerja informal, kelompok masyarakat khusus terikat dalam
suatu
institusi, antara lain sekolah, pesantren, panti asuhan, panti usia lanjut, rumah tahanan (rutan),
lembaga pemasyarakatan (lapas).
Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan atau mempunyai risiko tinggi terhadap
timbulnya masalah kesehatan, diprioritaskan pada masyarakat di suatu wilayah (RT, RW,
Kelurahan/Desa) yang mempunyai jumlah bayi meninggal lebih tinggi di bandingkan daerah
lain, jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi dibandingkan daerah lain, cakupan
pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain. Selanjutnya adalah masyarakat di daerah
endemis penyakit menular (malaria, diare, demam berdarah, dan lain-lain), masyarakat di
lokasi/barak pengungsian, akibat bencana atau akibat lainnya, masyarakat di daerah dengan
kondisi geografi sulit antara lain daerah terpencil, daerah perbatasan, masyarakat di daerah
pemukiman baru dengan transportasi sulit seperti daerah transmigrasi. (Allender & Spradley,
2001)
Masyarakat seharusnya bukan dijadikan objek intervensi dari pelayanan kesehatan melainkan
merupakan mitra kerja dalam setiap kegiatan yang di tujukan terhadap pelayanan kesehatan
di
masyarakat, dari mulai perencanaan, pelaksanaan program sampai evaluasi kegiatan
dilakukan
bersama masyarakat, kegiatan ini merupakan lahan dari praktik keperawatan kesehatan
masyarakat. (Anderson, 2007)
E. Pelaksanaan Kegiatan Perkesmas

Pelaksanaan program keperawatan kesehatan masyarakat di Puskesmas dalam kegiatannya


terintegrasi pada enam upaya kesehatan wajib Puskesmas maupun upaya pengembangan yang
wajib dilaksanakan di daerah tertentu. (Kemenkes, 2006) Pengelolaan perkesmas secara
manajemen tentunya sama dengan penerapan manajemen Puskesmas pada umumnya, yaitu
menerapkan pemikiran manajemen sistem terbuka, sehingga perkesmas merupakan kegiatan
bagian dari organisasi Puskesmas dan mempengaruhi dari setiap program yang ada di
Puskesmas. (Sulaeman, 2009)
Keterpaduan kegiatan perkesmas dalam upaya kesehatan baik wajib maupun penunjang di
Puskesmas dipengaruhi oleh elemen-elemen yang saling berhubungan dan saling
mempengaruhi,
sehingga jika salah satu elemen tersebut tidak ada maka perkesmas tidak akan dapat berjalan
sebagaimana mestinya. (Sulaeman, 2009) Elemen yang dimaksud adalah input berupa tenaga,
dana, bahan atau sarana prasarana, metode, teknologi, serta pasar dan pemasaran, kemudian
adanya proses yang merupakan sistem yang mengubah masukan menjadi keluaran yang
direncanakan, output keluaran yang dihasilkan dari berlangsungnya proses, hasil akhir
(outcome)
merupakan hasil yang dicapai dari suatu program berupa indikator-indikator keberhasilan
suatu
program, manfaat dan dampak (impact), umpan balik, dan lingkungan. (Sulaeman, 2009)

F.Indikator Kinerja

Indikator kinerja perawat Puskesmas, menurut Kemenkes tahun 2006 meliputi indikator
kinerja klinik (eksternal untuk mengukur keberhasilan pelayanan keperawatan kesehatan
masyarakat yang dilakukan) dan fungsional (internal untuk mengukur pencapaian
angkakredit
jabatan fungsionalnya
1). Indikator kinerja klinik
Yaitu indikator kinerja klinik perawatn Puskesmas dalam melaksanakan kegiatan Perkesmas
dan merupakan indikator antara pencapaian inkator SPM Puskesmas/Kabupaten/Kota.
Indikator
kinerja klinik perawat Puskesmas, meliputi input, proses, output dan outcome. (Kemenkes,
2006)
Indikator input, meliputi tenaga perawat yang bekerja sudah mendapat pelatihan Perkesmas.
(Kemenkes, 2006) Pelatihan menunjukkan adanya penambahan pengetahuan, keterampilan
petugas untuk dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik dan efektif, serta menyiapkan
untuk
pengembangan selanjutnya.(Notoatmojo, 2003) Perawat tersebut harus memiliki rasa
Tanggung
jawab dan akuntabilitas. (Soejadi,1994) Tersedianya sarana berupa PHN kit, dukungan
administrasi, transportrasi, dana operasional,standar pedoman /SOP dan sistem penghargaan.
(Kemenkes, 2006)
Indikator proses, adanya perencanaan kegiatan perawatan perkesmas bulanan beserta rencana
Asuhan Keperawatan, dilakukannya kegiatan bimbingan oleh Kepala Puskesmas atau
perawat
penyelia, kegiatan koordinasi dengan petugas kesehatan lain, kegiatan monitoring, diskusi
refleksi kasus, Pertemuan strategik. (Kemenkes, 2006)
Indikator output meliputi peningkatan kesadaran staf terhadap tugas dan tanggung jawab,
peningkatan kinerja, peningkatan motivasi, peningkatan keputusan kerja, persentasi suspek
kasus
maupun kasus positif prioritas, persentasi keluarga rawan kesehatan dan kelompok khusus
yang
di bina dan persentasi pasien rawat inap Puskesmas dilakukan asuhan keperawatan.
(Kemenkes
2006)
Indikator outcome meliputi persentasi keluarga rawan kesehatan mandiri memenuhi
kebutuhan kesehatannya. Tingkat kemandirian keluarga dicapai sebagai hasil (outcome)
asuhan
keperawatan kesehatan masyarakat bekerjasama dengan lintas program dan sektor. Tingkat
kemandirian keluarga meliputi keluarga mandiri Tingkat I (KM-I), Tngkat II (KM II), Tingkat
III (KM-III) dan tingkat IV (KM-IV). (Kemenkes, 2006)
2) Indikator Kinerja Fungsional
Yaitu indiktor kinerja perawat Puskesmas untuk mengukur pencapaian angka kredit jabatan
fungsional, yaitu jumlah angka kredit yang dicapai sama dengan jumlah kegiatan Perawatan
dalam mencapai indikator kliniknya.(Kemenkes, 2006)

G. Strategi Intervensi dan Pengorganisasian Masyarakat

Pelayanan keperawatan kesehatan di rumah adalah pelayanan keperawatan yang diberikan


kepada pasien di rumahnya untuk menyembuhkan, mempertahankan, memelihara, dan
meningkatkan kesehatan fisik, mental/ emosi pasien. (Rice,2006) Pelayanan keperawatan
kesehatan di rumah merupakan sintesa dari keperawatan kesehatan komunitas dan
keterampilan
teknikal tertentu yang berasal dari spesialisasi keperawatan tertentu. Pelayanan keperawatan
di
rumah mencakup pencegahan primer, sekunder, dan tersier yang berfokus pada asuhan
keperawatan individu dengan melibatkan keluarga atau pemberi pelayanan yang lain.
(Anderson
& Mc Farlan, 2000)

Pelaksanaan home visit terhadap penderita TB Paru di Puskesmas Salimbatu meliputi


pemeriksaan fisik, pemeriksaan kontak serumah serta lingkungan, penyuluhan kesehatan
perawatan TB Paru, memotivasi penderita memeriksakan kesehatan di Puskesmas. Masalah
yang
dialami kurangnya tenaga perawat, tidak adanya sarana transportasi serta susahnya merubah
budaya dan status ekonomi warga yang kurang. Penyelesaian masalah antara lain konsultasi
dengan kepala Puskesmas, kerja sama lintas sektoral dan membahasnya bersama keluarga.
(Suharyanto,2008)

Dalam upaya meningkatkan kerjasama dan proses kelompok, serta mendorong peran serta
masyaarakat, maka diperlukan suatu pengorganisasian masyarakat yang dirancang untuk
membuat adanya perubahan (Helvie, 1998). Menurut Stanhope & Lancater (2000) dan Helvie
(1998) ada tiga model pengorganisasian masyarakat, yaitu pendekatan pengembangan
masyarakat (Locality development), pendekatan perencanaan sosial (social planning), dan
pendekatan aksi sosial (social action).

Dalam perencanaan dan pelaksanaan program pemberantasan malaria, perlu ada


pemberdayaan masyarakat. Namun dalam proses kenyataan di lapangan masyarakat tidak
pernah
dilibatkan dalam proses perencanaan kegiatan. Masyarakat hanya dilibatkan dalam
pelaksanaan
program dilapangan yang merupakan program langsung dari Puskesmas atau Dinas
Kesehatan.
(Marrasabessy ,2007)

Peran dan fungsi perawat sebagai konseling dapat diberikan pada individu dan keluarga
dalam membantu mengatasi masalah, beradaptasi terhadap konsekuensi adanya gangguan
kesehatan serta meningkatkan hubungan interpersonal diantara anggota keluarga. (Smith &
Maurer, 1995) Malaria merupakan penyakit berbasis lingkungan dan perilaku, dalam hal ini
perawat dapat melakukan konseling untuk dapat merubah perilaku individu, keluarga agar
terhindar dari gigitan nyamuk yang mengandung malaria, dan memodifikasi lingkungan.
Peran perawat sebagai kolaborasi dapat dilaksanakan antara perawat dengan klien, tim
kesehatan lain, serta pihak terkait baik pemerintah maupun swasta dalam memberikan
pelayanan
kesehatan yang komprehensif dalam upaya penyelesaian masalah. (Helvie, 1998)
Peran perawat sebagai peneliti diharapkan mampu membaca riset terkini dan menerapkan
penemuan riset tersebut pada praktik sebagai bagian dari aktifitas profesional. (Hitchcock,
1999)
Sedangkan peran perawat sebagai konsultan, perawat membantu klien untuk memahami
maslah dan membantu mereka dalam mengambil keputusan yang tepat serta sebagai
katalisator
untuk membuat individu berubah dan menggunakan perubahan. Penderita malaria maupun
keluarga dapat melakukan konsultasi dengan perawat untuk memahami betul tentang
malaria.(Anderson,2007)

H. Telaahan Program Perkesmas di Indonesia

Puskesmas merupakan ujung tombak penyelenggaraan UKM maupun UKP di strata pertama
pelayanan kesehatan, dan merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang bertanggungjawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan di
Kabupaten/Kota. Upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas meliputi upaya
kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan.
Seperti kita ketahui bahwa fungsi Puskesmas ada tiga yaitu: 1). Pusat pembangunan
berwawasan kesehatan; 2). Pusat pemberdayaan Keluarga dan masyarakat; 3). Pusat
Pelayanan
kesehatan strata pertama. Untuk saat ini ketiga fungsi tersebut tidak berjalan seimbang, fungsi
Puskesmas yang paling menonjol adalah sebagai pelayanan kesehatan tingkat pertama bahkan
ada puskesmas yang sudah memberikan layanan spesialistik (tingkat lanjutan).
Kondisi ini lebih diperparah dengan adanya otonomi daerah yang membuat peran puskesmas
sebagai pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat makin tersisihkan. Pengembangan
puskesmas yang beralih fungsi peran sebagai rumah sakit tanpa memikirkan siapakah yang
akan
menangani masalah kesehatan yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat. Inilah yang
membuat kegiatan yang bertujuan untuk kesehatan masyarakat tidak berjalan.
Munculnya Triple burden disease dalam kesehatan masyarakat di Indonesia : munculnya
penyakit baru (new emerging disease) seperti ; flu burung, SARS, Flu A (H1N1), Muncul
kembali (re-emerging diseas ) al. Polio, malaria, masih tingginya penyakit infeksi (TB Paru,
ISPA, Diare, dll) dan meningkatnya penyakit-penyakit degenerative, masih banyak
permasalahan
kesehatan yang utama di Indonesia seperti Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sampai
saat
ini masih tinggi.
Sistem pelayanan kesehatan yang salah menurut peneliti adalah jika masalah kuratif saja yang
selalu menjadi pokok pemikiran pengambilan keputusan maka bisa dipastikan angka
kesakitan
akan selalu tinggi. Salah satu program kesehatan masyarakat yang tidak berjalan dengan baik
adalah Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas). Menurut peneliti program perkesmas
ini
sangat penting untuk dilaksanakan karena dengan berjalannya program perkesmas mampu
memfasilitasi kemandirian individu, keluarga, dan masyarakat untuk hidup sehat, melalui
kegiatan pencegahan penyakit, promosi kesehatan, peningkatan dan mempertahankan
kesehatan
dan asuhan komprehensif untuk peningkatan kesehatan komunitas.
Perkesmas dewasa ini dianggap tidak begitu penting dibanding dengan program untuk
penanganan angka kematian ibu dan anak, masalah gizi dan penanganan penyakit menular.
Dilihat dari ketenagaan yang ada di Puskesmas sebagian besar adalah tenaga keperawatan.
Salah
satu tugas pokok dan fungsi perawat di Puskesmas adalah sebagai pemberi asuhan
keperawatan
masyarakat, keluarga, dan individu. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa kondisi sekarang
ini
cenderung kebanyakan perawat di puskesmas belum melakukan tugas pokok dan fungsinya
dengan benar. Sebagian besar kepala puskesmas atau pembuat kebijakan kesehatan di tingkat
kabupaten maupun pusat sepenuhnya belum mengerti mengenai perkesmas secara benar.
Mereka beranggapan bahwa setiap kunjungan rumah sudah merupakan perkesmas.
Sebenarnya perkesmas tidak sesederhanan itu. Perawatan kesehatan masyarakat itu
merupakan
serangkaian kegiatan keperawatan dengan menggunakan asuhan keperawatan melalui proses
pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi dan
evaluasi
keperawatan.
Tujuan dari perkesmas ini adalah untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dalam
mengatas
masalah kesehatannya dalam kegiatan promotif, preventif, tanpa mengabaikan kuratif dan
rehabilitatif. Sasaran kegiatan ini adalah individu, keluarga/kelompok/masyarakat dengan
prioritas sasaran adalah keluarga rawan terhadap masalah kesehatan (Risiko tinggi, rentan).
Bisa disimpulkan bahwa kemandirian masyarakat terhadap kesehatan sepenuhnya tanggung
jawab perawat. Baik individu, keluarga, kelompok masyarakat sebelum sakit, sesudah sakit
dan
supaya tidak jatuh lagi pada kondisi sakit adalah peran perawat. Apabila perkesmas ini benar

benar berjalan maka tidak mungkin akan terjadi adanya kondisi KLB, Angka kematian Ibu
yang
tingi, serta angka gizi buruk yang besar.
Kenyataannya di lapangan adalah mengapa perawat di puskesmas sebagian besar ahli
dibidang keilmuan lain (bagian farmasi, menjadi tenaga Kesling, Gizi atau bahkan menjadi
bendahara) sedang untuk perkesmas masih sedikit yang melakukan? Siapa yang perlu
disalahkan
perawat itu sendiri, sistem atau yang lainnya? Bagaimanan mungkin mereka memperoleh
nilai
kredit untuk kenaikan jabatan fungsional yang seluruhnya berhubungan dengan perkesmas?.
Kondisi demikianlah yang perlu untuk dikaji kembali mengenai adanya pembinaan tenaga
perawat untuk meningkatkan kinerja mereka serta adanya kerjasama dengan organisasi
profesi
(PPNI) di wilayah masing masing.
Menurut peneliti satu hal yang sangat penting adalah perlu adanya kesadaran dari perawat itu
sendiri, puskesmas dan pembuat kebijakan untuk menegakkan kembali peran perawat sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya. Sudah seharusnya di Dinas kesehatan Kabupaten dan
provinsi maupun pusat memiliki tenaga adminkes keperawatan yang bertugas untuk membina
dan bertanggung jawab untuk meningkatkan kinerja perawat puskesmas. Jika tidak dimulai
dari
kesadaran bersama bisa dipastikan peran perawat sesuai dengan tugasnya tidak akan pernah
terwujud.

I.Kerangka Konsep

lingkungan eksternal
feedback
Hasil yang diharapkan
Dampak
perubahan
yang
dihasilkan
dari suatu
program
atau proyek
proses
Kegiatan
Acara
Prosedur
Teknik
Output
Hasil langsung
dari proses yang
dilakukan oleh
program (seperti
diadakan
pertemuan,lapora
n tertulis,
disediakan
layanan,bahan di
produksi dan
didistribusikan)
Hasil
Perubahan dalam
sikap, perilaku,
pengetahuan, status
kesehatan, tingkat
fungsi yang
dihasilkan dari
proses yang
dilakukan oleh
program atau proyek
lingkungan eksternal
Gambar 2.2: Model Logika Manajemen Program Kesehatan dan Proyek
(Longest, 2004)
Manajemen program kesehatan sebagai suatu upaya pengelolaan pelayanan kesehatan yang
paling berguna dalam pelaksanaan program sehingga dapat digunakan sebagai dasar
sementara
dalam menentukan hasil suatu program. (Longest, 2004)
Manajemen program kesehatan adalah suatu panduan yang terdiri dari input, proses dan
output yang ingin dicapai. Input meliputi sumber daya yang tersedia dalam suatu program,
sedangkan proses suatu kegiatan yang dilakukan berdasarkan input yang ada dan output
berisikan hasil pencapaian program yang dimaksud. (Longest,2004)
Berhasil tidaknya suatu program juga sangat dipengaruhi faktor lingkungan. Sehingga untuk
menunjukan suatu program berhasil dan dapat dilanjutkan perlu adanya umpan balik karena
ini
sangat penting untuk menilai bahwa manajemen yang digunakan adalah tepat sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Peneliti menyoroti satu hal dari bagan logic model yang ditampilkan
oleh Longest, bahwa logic model tersebut tidak terlalu membahas tentang faktor lingkungan
eksternal.

Anda mungkin juga menyukai