Anda di halaman 1dari 18

PENYEBARAN BAKTERI DI UDARA

Anggota Kelompok IV :1. Amrina Rahmadayanti


2. Ayu Zakiyah
3. Husnul Khotimah
4. Ikka Septika
5. Khairun Niswah
6. Rindani Suci Husna
7. Sania Monicha
8. Wanda Yani
Bakteri Udara
Udara tidak mengandung komponen nutrisi yang
penting untuk bakteri, adanya bakteri udara
kemungkinan terbawa oleh debu, tetesan uap air
kering ataupun terhembus oleh tiupan angin.
Bakteri yang berasal dari udara biasanya akan
menempel pada permukaan tanah, lantai, maupun
ruangan. Bakteri yang berasal dari udara terutama
yang mengakibatkan infeksi di rumah sakit misalnya
Bacillus sp., Staphylococcus sp., Streptococcus sp.,
Pneumococcus sp., Coliform, danClostridium
sp.(Bibiana, 1992).
• Pencemaran udara menurut Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan (2004) diartikan sebagai terjadinya kontaminasi atmosfir
oleh gas, cairan maupun limbah padat serta produk samping dalam
konsentrasi dan waktu yang sedemikian rupa, sehingga
menciptakan gangguan, kerugian atau memiliki potensi merugikan
terhadap kesehatan dan kehidupan manusia, hewan, tumbuh-
tumbuhan atau benda serta menciptakan ketidaknyamanan.
• Pencemaran udara, yaitu masuknya zat pencemar baik dalam
bentuk gas maupun partikel kecil atau aerosol kedalam udara.
Masuknya zat pencemar kedalam udara dapat secara alamiah,
misalnya asap kebakaran hutan, akibat gunung berapi, debu
meteorit dan pancaran garam dari laut; juga sebagian besar
disebabkan oleh kegiatan manusia, misalnya akibat aktivitas
transportasi, industri, pembuangan sampah, baik akibat proses
dekomposisi ataupun pembakaran serta kegiatan rumah tangga
(Soedomo, 1999).
Sumber Pencemar Udara
Jenis pencemar dalam ruang ada yang bisa dikendalikan keberadaannya ada yang
tidak bisa dikendalikan. Tipe penceamaran yang tidak dapat dihindari berasal dari proses
metabolisme seperti karbondioksida, bau dan aktivitas pokok manusia yang berada di dalam
ruangan. Tipe pencemar yang dapat dihindari antara lain berasal dari emisi senyawa organik
dari bangunan dan isinya. Sumber pencemar dibagi tiga kelompok yaitu pencemar berasal
dari luar, berasal dari dalam dan mikroorganisme yang berasal dari dalam dan luar ruangan.
Pencemar dari luar ruang
Beberapa jenis pencemar yang berasal dari luar ruangan antara lain yang berasal
dari aktifitas lalu lintas, dengan zat pencemar antara lain karbonmonoksida, timbal, nitrogen
oksida. Jenis pencemar yang lain berasal dari aktifitas industrial, dengan zat pencemar antara
lain nitrogen oksida, sulfur oksida, senyawa organik mudah menguap, asap, serat dan padatan
halus (Pudjiastuti, 1998).
Pencemar dari dalam ruang
Cemaran dari dalam ruang ada yang berasal dari bangunan dan isinya misalnya
asbestos, formaldehid, senyawa organik yang mudah menguap (volatile organic compounds)
(Pudjiastuti, 1998). Formaldehid misalnya ditemukan pada bangunan yang banyak
menggunakan particle board, fibreboard dan plywood . Bisa juga ditemukan pada gedung
yang banyak menggunakan panel berbahan dasar kayu, lem, cat dan rokok. Sedangkan VOCs
bisa ditemukan pada material baik sintetis atau natural. Emisi tertinggi terjadi pada saat
material atau bahan tersebut masih baru, misalnya renovasi ruangan, ruangan baru
diganti cat, pemasangan karpet baru. Penelitian yang dilakukan oleh Takeda, 2009
menyatakan bahwa pada kondisi baru, suatu bangunan yang mengandung cemaran
formaldehide, alphapinene dan faktor kelembaban bisa menyebabkan terjadinya SBS.
Pencemar berupa mikroorganisme
Bioaerosol
• Bioaerosol adalah mikroorganisme atau partikel, gas,
substansi dalam gas atau organisme hidup yang hidup
atau terdapat dalam udara. Contoh bioaerosol di udara
bakteri (Legionella, Actinomycetes), jamur
(Histoplasma, Alternaria, Pencillium, Aspergillus,
Stachybotrys, aflatoxins), protozoa (Naegleria,
Acanthamoeba), virus (Influenza (flu)). Pada jumlah
terbatas, keberadaan bioaerosol tidak akan
menimbulkan efek apapun, akan tetapi dalam jumlah
tertentu dan terhirup akan menimbulkan infeksi
pernapasan misalnya asma, alergi (PEOSH, 1994).
Efek kesehatan akibat biaerosol
Permasalahan Kualitas Udara dalam
Ruangan
Selain dipengaruhi adanya zat pencemar, faktor lain yang
mempengaruhi kualitas udara dalam ruangan adalah suhu dan kelembaban.
Suma’mur (1997) menyatakan bahwa suhu dingin dapat mengurangi efisiensi
dengan timbulnya keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot sedangkan
kondisi udara yang panas dapat menurunkan prestasi kerja, kualitas udara
dalam ruangan dan mempengaruhi kenikmatan manusia yang tinggal atau
bekerja dalam ruangan tersebut. Kelembaban dan suhu yang ekstrim juga
menjadi media pertumbuhan beberapa jenis bakteri dan jamur. Sebagai
contoh jamur dapat tumbuh dalam suasana an aerob dengan kelembaban
udara lebih dari 65%. Suhu optimum jamur saprofit adalah 22-30oC
sedangkan jamur patogen akan hidup dengan baik pada suhu 30-37oC
(Suwondo, 1997). Suhu adalah panas atau dinginnya udara yang dinyatakan
dengan satuan derajat tertentu. Suhu udara dibedakan menjadi: 1). Suhu
kering, yaitu suhu yang ditunjukkan oleh termometer suhu ruangan setelah
diadaptasikan selama kurang lebih sepuluh menit, umumnya suhu kering
antara 24 – 34 ºC; 2) Suhu basah, yaitu suhu yang menunjukkan bahwa udara
telah jenuh oleh uap air, umumnya lebih rendah daripada suhu kering,yaitu
antara 20-25 ºC.
Penyebaran Penyakit Melalui Udara
a. Mikroorganisme di Luar Ruangan
Mikroorganisme yang ada di udara berasal dari habitat perairan maupun
terestrial.Mikroorganisme di udara pada ketinggian 300- 1.000 kaki atau lebih dari
permukaan bumi adalah organisme tanah yang melekat pada fragmen daun kering,
jerami, atau partikel debu yang tertiup angin.contohnya Micrococcus dan
Corynebacterium.
b. Mikroorganisme di dalam Ruangan
Debu dalam udara di sekolah dan bangsal rumah sakit atau kamar orang
menderita penyakit menular, telah banyak ditemukan mikroorganisme seperti bakteri
tuberculosis sp., streptococcus sp., pneumococcus sp., dan staphylococcus sp. Bakteri
ini tersebar di udara melalui batuk, bersin, berbicara, dan tertawa. Pada proses
tersebut ikut keluar cairan saliva dan mukus yang mengandung mikroba. Virus dari
saluran pernapasan dan beberapa saluran usus juga ditularkan melalui debu dan
udara.Patogen dalam debu terutama berasal dari objek yang terkontaminasi cairan
yang mengandung patogen.Tetesan cairan (aerosol) biasanya dibentuk oleh bersin,
batuk dan berbicara.Setiap tetesan terdiri dari air liur dan lendir yang dapat berisi
ribuan mikroorganisme.Diperkirakan bahwa jumlah bakteri dalam satu kali bersin
berkisar antara 10.000 sampai 100.000 (Budiyanto, 2005; Waluyo, 2009).
Jenis dan Distribusi Mikroba di Udara
Mikroba di Luar Ruangan
Mikroba yang ada di udara berasal dari habitat perairan maupun terestrial.
Mikroba di udara pada ketinggian 300-1,000 kaki atau lebih dari permukaan bumi adalah
organisme tanah yang melekat pada fragmen daun kering, jerami, atau partikel debu yang
tertiup angin. Mikroba tanah masih dapat ditemukan di udara permukaan laut sampai
sejauh 400 mil dari pantai pada ketinggian sampai 10.000 kaki. Mikroba yang paling banyak
ditemukan yaitu spora jamur, terutama Alternaria, Penicillium, dan Aspergillus. Mereka
dapat ditemukan baik di daerah kutub maupun tropis.
Mikroba yang ditemukan di udara di atas pemukiman penduduk di bawah
ketinggian 500 kaki yaitu spora Bacillus dan Clostridium, yeast, fragmen dari miselium, spora
fungi, serbuk sari, kista protozoa, alga, Micrococcus, dan Corynebacterium, dan lain-lain.
Mikroba di dalam Ruangan
Dalam debu dan udara di sekolah dan bangsal rumah sakit atau kamar orang
menderita penyakit menular, telah ditemukan mikroba seperti bakteri tuberkulum,
streptokokus, pneumokokus, dan staphylokokus. Bakteri ini tersebar di udara melalui batuk,
bersin, berbicara, dan tertawa. Pada proses tersebut ikut keluar cairan saliva dan mukus
yang mengandung mikroba. Virus dari saluran pernapasan dan beberapa saluran usus juga
ditularkan melalui debu dan udara. Patogen dalam debu terutama berasal dari objek yang
terkontaminasi cairan yang mengandung patogen. Tetesan cairan (aerosol) biasanya
dibentuk oleh bersin, batuk dan berbicara. Setiap tetesan terdiri dari air liur dan lendir yang
dapat berisi ribuan mikroba. Diperkirakan bahwa jumlah bakteri dalam satu kali bersin
berkisar antara 10.000 sampai 100.000. Banyak patogen tanaman juga diangkut dari satu
tempat ke tempat lain melalui udara dan penyebaran penyakit jamur pada tanaman dapat
diprediksi dengan mengukur konsentrasi spora jamur di udara.
Jenis-Jenis Bakteri yang Mencemari
Udara
a. Micrococcus .sp
b. Bacillus .sp
c. Staphylococcus .sp
d. Batang gram-positif
e. Batang gram-negatif
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Penyebaran Mikroba di Udara
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi mikroba udara
adalah suhu atmosfer, kelembaban, angin, ketinggian, dan lain-lain.
Temperatur dan kelembaban relatif adalah dua faktor penting yang
menentukan viabilitas dari mikroorganisme dalam aerosol. Studi
dengan Serratia marcesens dan E. coli menunjukkan bahwa
kelangsungan hidup udara terkait erat dengan suhu. Peningkatan suhu
menyebabkan penurunan waktu bertahan. Ada peningkatan yang
progresif di tingkat kematian dengan peningkatan suhu dari -18° C
sampai 49o C. Virus dalam aerosol menunjukkan perilaku serupa.
Partikel influenza, polio dan virus vaccinia lebih mampu bertahan
hidup pada temperatur rendah, 7-24° C. tingkat kelembaban relatif
(RH) optimum untuk kelangsungan hidup mikroorganisme adalah
antara 40 sampai 80%. Kelembaban relatif yang lebih tinggi maupun
lebih rendah menyebabkan kematian mikroorganisme. Pengaruh angin
juga menentukan keberadaan mikroorganisme di udara. Pada udara
yang tenang, partikel cenderung turun oleh gravitasi.
Contoh Penyakit Serta Cara
Penyebarannya Melalui Udara

• Tuberkulosis atau TBC


• Meningitis
• Flu Burung
• Pneumonia
Pengendalian penyakit yang terbawa
udara :
• Imunisasi, Dengan pemberian vaksin rubella pada anak-anak laki-laki dan perempuan sejak dini.
Pengubahan kandungan jasad penyebab infeksi di udara dengan penyaringan, sterilisasi atau
pengenceran. Penyaringan udara yang diputar ulang dengan mengalirkan jumlah udara melalui
penyaring dengan memerlukan sistem ventilasi komplek ditambah penggunaan energi yang besar.
Teknik pengendalian di udara dengan pengenceran dengan melakukan penggantian udara dalam dengan
udara luar secara terus-menerus. Terdapat juga metode untuk mengendalikan penyakit yang disebarkan
melalui udara, yaitu :
• Metode sinar ultraviolet.
Digunakan pada ruangan yang sesak dengan daya tembus jelek, merusak mata sehingga sinar harus
diarahkan ke langit-langit
• Metode aliran udara satu arah.
Digunakan di laboratorium industri ruang angkasa dengan batasan mahal untuk pemanasan atau
pengaturan udara.
• Metode sirkulasi ulang, udara tersaring.
Digunakan di tempat apa saja dengan batasan penyaring harus sering diganti.
• Metode pembakaran.
Digunakan pada ventilasi udara dari cerobong yang didalamnya terdapat organisme yang menginfeksi
sedang dipindahkan (Volk and Wheeler, 1989).
Cara Pencegahan
Ada beberapa cara untuk mengendalikan jumlah populasi bakteri,diantaranya adalah
sebagai berikut :
• Cleaning (kebersihan) dan Sanitasi.
Cleaning dan Sanitasi sangat penting di dalam mengurangi jumlah populasi bakteri pada
suatu ruang/tempat.Prinsip cleaning dan sanitasi adalah menciptakan lingkungan yang
tidak dapat menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sekaligus membunuh
sebagian besar populasi mikroba.
• Desinfeksi.
Desinfeksi Adalah proses pengaplikasian bahan kimia (desinfektans) terhadap peralatan,
lantai, dinding atau lainnya untuk membunuh sel vegetatif mikrobial. Desinfeksi
diaplikasikan pada benda dan hanya berguna untuk membunuh sel vegetatif saja, tidak
mampu membunuh spora.
• Antiseptis.
Antiseptis merupakan aplikasi senyawa kimia yang bersifat antiseptis terhadap tubuh untuk
melawan infeksi atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan cara
menghancurkan atau menghambat aktivitas mikroba.
• Sterilisasi.
Proses menghancurkan semua jenis kehidupan sehingga menjadi steril. Sterilisasi seringkali
dilakukan dengan pengaplikasian udara panas. Sterilisasi adalah proses (kimia atau fisika)
yang digunakan untuk membunuh semua bentuk kehidupan mikroorganisme, untuk
menghilangkan pencemaran oleh jasad renik baik hidup maupun mati (Jensen,1998).
Cara Sterilisasi dengan menggunakan
metode fisika yaitu:
A. Pemanasan
Pemanasan merupakan metode sterilisasi yang paling praktis digunakan untuk kebanyakan benda.
Sterilisasi dengan cara pemanasan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
• Pemanasan Basah yaitu Pemanasan basah yang biasa dilakukandengan menggunakan autoclave
yang menggunakan uap panas dan tekanan 1atm, atau dengan menggunakan pasteurisasi dengan
suhu 65oC selama 30 menit.
• Pemanasan Kering yaitu Pemanasan kering yang biasa dilakukan dengan cara sterilisasi denan udara
panas/hot air sterilization.
B. Penyaringan
Penyaringan dilakukan untuk mensterilkan substansi yang peka terhadap panas, seperti serum, toksin
kuman, dan ekstrak sel.
C. Radiasi Sinar Ultrafiolet
Radiasi sinar ultraviolet dapat merusak mikroorganisme menyebabkan kematian.Sinar ultraviolet
bersifat letal karena diserap oleh asam nukleat sel.
• Pengendalian Mikroba dengan Suhu Panas lainnya.
• Pengendalian Mikroba dengan Radiasi.
• Pengendalian Mikroba dengan Filtrasi.
Jenis Bakteri Udara:bacillus, tuberculosis sp., streptococcus sp., pneumococcus sp.,dan staphylococcus
sp.
Gambaran Kasus
Pasien laki-laki berusia 45 tahun datang ke Puskesmas Kecamatan
Cilincing untuk berobat.Saat inipasien mengeluh terasa lemas.Pasien
mengatakan, awalnya berobat ke Puskesmasdikarenakan batuk
berdahak selama satu bulan.Dahak berwarna kuning dankental tanpa
disertai darah.Bersamaan dengan batuk, pasien sering
merasakanbadannya panas selama tujuh hari dan selalu keringat dingin
pada malam hari.Hal ini menyebakan pasien sulit untuk tidur. Sejak
pasien mengalami keluhantersebut, nafsu makan pasien pun
berkurang sehingga pasien mengalami penurunanberat badan yaitu
dari 65 kg menjadi 61 kg selama satu bulan. Pasien sering
merasadadanya sakit apabila pasien sedang batuk. Di keluarga tidak
ada yang memiliki sakityang sama dengan pasien.Sebelum berobat ke
Puskesmas, pasien sebelumnya sudah berobat ke bidandan setelah
meminum obat yang diberikan oleh bidan pasien merasa tidak
adaperbaikan.Karena pasien merasa tidak ada perbaikan, oleh karena
itu pasienberobat ke Puskesmas Cilincing.
Setelah dokter melakukan anamnesa danpemeriksaan
fisik, dokter menganjurkan pasien untuk melakukan
pemeriksaandahak untuk mendapatkan diagnosis
pasti.Pasien disarankan untuk datang kelaboratorium
Puskesmas dalam waktu 2 hari untuk melihat hasil
pemeriksaan dahak tersebut.Setelah pemeriksaan dahak
pagi dan sewaktu, reaksi dari pemeriksaan dahak tersebut
hasilnya (+2, +2), sehingga dokter mendiagnosa pasien
menderita TB Paru.Dokter menjelaskan dan
menganjurkan pasien untuk mendapat pengobatan
selama 6bulan dan harus kontrol setiap bulan untuk
melihat perkembangan pengobatannya

Anda mungkin juga menyukai