PENDAHULUAN
Keracunan makanan adalah masuknya zat toxic (racun) dari bahan yang kita
makan ke dalam tubuh baik dari saluran cerna, kulit, inhalasi, atau dengan cara
lainnya yang menimbulkan tanda dan gejala klinis.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1
2.1 Pengertian makanan
Makanan adalah semua substansi yang diperlukan oleh tubuh, kecuali air,
obat-obatan dan substansi-substansi yang diperlukan untuk pengobatan.1
Makanan sehat merupakan makanan yang higienis dan bergizi
mengandung zat hidrat arang, protein, vitamin, dan mineral. Agar makanan sehat
bagi konsumen diperlukan persyaratan khusus antara lain cara pengolahan yang
memenuhi syarat, cara penyimpanan yang betul, dan pengangkutan yang sesuai
dengan ketentuan. Makanan sehat selain ditentukan oleh kondisi sanitasi juga di
tentukan oleh macam makanan yang mengandung karbohidrat, protein,
lemak,vitamin dan mineral.3
Agar makanan sehat maka makanan tersebut harus bebas dari kontaminasi.
Makanan yang terkontaminasi akan menyebabkan penyakit yang dikenal dengan
food borne dsease
2
c. Keamanan terhadap penyediaan air
d. Pengelolaan pembuangan air limbah dan kotoran
e. Perlindungan makan terhadap kontaminasi selama dalam proses pengolahan,
penyajian dan penyimpanan
f. Pencucian, kebersihan dan penyimpanan alat-alat/ perlengkapan.
Dalam Permenkes No. 1096 Tahun 2011 telah ditetapkan makanan yang
dikonsumsi harus higienis, sehat dan aman yaitu bebas dari cemaran fisik, kimia
dan bakteri.5
Sanitasi makanan yang buruk dapat disebabkan 3 faktor yakni faktor fisik,
faktor kimia dan faktor mikrobiologi. Faktor fisik terkait dengan kondisi ruangan
yang tidak mendukung pengamanan makanan seperti sirkulasi udara yang kurang
baik., temperatur ruangan yang panas dan lembab, dan sebagainya. Untuk
menghindari kerusakan makanan yang disebabkan oleh faktor fisik, maka perlu di
perhatikan susunan dan konstruksi dapur serta tempat penyimpanan makanan.3
Sanitasi makanan yang buruk disebabkan oleh factor kimia karena adanya
zat – zat kimia yang digunakan untuk mempertahankan kesegaran bahan 11
makanan, obat – obat penyemprot hama, penggunaan wadah bekas obat – obat
pertanian untuk kemasan makanan dan lain – lain 5
Sanitasi makanan yang buruk disebabkan oleh faktor mikrobiologis
Karena adanya kontaminasi oleh bakteri, virus, jamur dan parasit. Akibat
buruknya sanitasi makanan dapat timbul gangguan kesehatan pada orang yang
mengkonsumsi makanan tersebut.
3
Karakteristik keracunan makanan yang di sebabkan oleh bakteri, antara
lain:
4
merupakan salah satu binatang penyebar penyakit melalui makanan. Binatang ini
mengkontaminasi makanan melalui urin atau kotorannya.
5
langsung menyerang usus dan system saraf pusat (SSP). Gejala penyakit ini,
antara lain mual, muntah, diare, nyeri abdomen, dan terdapatnya darah dan lender
dalam feses. Kematian akibat penyakit ini jarang terjadi. Penderita dapat sembuh
kembali dalam waktu 2-3 hari.
Botulism
Botulism atau botulisme merupakan penyakit Gastroenteristi akut yang di
sebabkan oleh Eksotoksin yang di produksi Crostiridium Botulinum. Organisme
anaerobic ini banyak di temukan di dalam debu, tanah, dan dalam saluran usus
hewan. Dalam makanan kaleng, organisme ini akan membentuk spora. Masa
inkubasi botulisme cepat sekitar 12-36 jam. Gejala penyakit berbeda dengan kasus
Bacterial Food Poisoning yang lain karena eksotoksin bekerja pada system saraf
parasimpatik. Gejala Gastroin testinal yang di timbulkan ringan walau ada
beberapa gejala yang tampak dominan, seperti Disfagia, Diplopia, Ptosis,
Disarthria, kelemahan pada otot dan terkadang Quadriplegia, walau demam biasa
tidak ada, penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kesadaran dan berakibat
fatal. Kematian terrjadi dalam waktu 4-8 hari akibat kegagalan pernapasan atau
jantung.
6
derajat C dan memproduksi berbagai toksin, misalnya Alpha Toxin dan Theta
Toxin. Alpha toxin di duga merupakan eksotoksin yang dapat menimbulkan gejala
penyakit, selain ada juga pendapat bahwa jumlah Cl.perfringens yang banyak
dalam makanan dapat menyebabkan keracunan makanan. Gejala klinis berupa
nyeri abdomen, diare, lesu, subfebris, mual, dan muntah jarang terjadi.
Penderitanya dapat sembuh dengan cepat, sementara penyakit ini tidak berakibat
fatal.
Diagnosis banding (differensial diagnosis) perlu di lakukan karena
Bacterial food Poisoning (keracunan makanan akibat bakteri sering kali di
diagnosis sebagai penyakit kolera, disentri basiler akut, atau keracunan zat
arsentik.
7
kolik ureter,rasa sakit bila buang air kecil dan urin berbau jengkol, selain dapat
menyebabkan uremia dan kematian.
Keracunan jamur beracun: di Indonesia, terdapat ratusan jamur terkenal
dan dapat di konsumsi, seperti jamur merang, jamur sampinyo dan sebagainya.
Namun, tidak semua jenis jamur dapat di konsumsi karena ada beberapa jenis
yang mengandung racun. Jenis racun biasa yang di temukan adalah Amanitin dan
muskarin. Apabila tanpa sengaja mengkonsumsi jamur beracun, racun jamur itu
akan bekerja sangat cepat dan mengakibatkan rasa mual, muntah, sakit perut,
penguaran banyak ludah dan keringat, miosis, diplopia, bradikardi, dan bahkan
konvulsi (kejang-kejang).
Atropa Belladonna yang berisi alkaloid dari belladonna: Gejala
keracunan akibat mengonsumsi subtansi teersebut serupa dengan gejala keracunan
atropine, yaitu mulut kering, kulit kering, pandangan mata kabur, dilatasi pupil,
takikardi, dan halusinasi.
Datura Stronomium (apel): Datura Stonomium mengandung
stronomium alkkoloid. Gejala klinis akibat kereacunan stronomium ini seperti
dengan gejala klinis keracunan Atropin. Tidak ada terapi yang spesifik untuk
keeracunan zat tersebut. Gejala klinis berupa gangguan pada susunan saraf perifer
dapat dinetralisasikan dengan pemberian pilokarpin, tetapi obat ini tidak dapat
menetralisasikan gangguan pada sistem saraf pusat. Penguaran racun pada korban
keracunan dapat di lakukan dengan induksi muntah untuk mengosongkan
lambung atau dengan bilasan lambung.
Kasus keracunan kerang dan ikan laut memiliki gejala yang dapat terjadi
secara langsung dalam menit atau bahkan kurang dari itu setelah mengonsumsi
kerang atau ikan laut.Gejala yang muncul, antara lain, kemerah-merahan, pada
muka, dada, dan lengan, gatal-gatal , urtikarya, anggioderma, edema, takikardi,
palpitasi, sakit perut dan diare. Pada kasus yang berat dapat terjadi gangguan
pernapasan.
8
Bahan-bahan kimia yang dapat menimbulkan keracunan makanan antara
lain, zat pewarna makanan, logam berat, bumbuh penyedap, dan bahan pengawet.
Berikut beberapa jenis penyakit antara lain yang sering di temukan antara
lain:
Chinese Restaurant Syndrome: Sebagian orang yang mengonsumsi
makanan cina dalam 10-20 menit akan mengalami gejala semacam rasa
tidak enak, dan rasa terbakar di leher bagian belakang, kesemutan pada
lengan atas bagian belakang dan di depan dada. Kemunculan gejala
tersebut berfariasi, biasanya akan berlangsung selama 45 menit sampai 2
jam. Kemungkinan penyebab adalah monosodium klutamat yang sering di
pakai sebagai bumbuh penyedap masakan cina.
Hot Dog Headache: Pada beberapa orang yang mengonsumsi hot dog akan
mengalami sakit di bagian kepala dan muka memerah yang muncul dalam
30 menit setelah mengonsumsi makanan tersebut. Kondisi itu mungkin di
sebabkan oleh natrium nitrit yang di gunakan pada proses pembuatan hot
dog.
Keracunan zat-zat kimia: Kasus keracunan semacam ini terjadi karena
seseorang tanpa senngaja atau tanpa sepengatahuannya mengonsumsi zat
kimia beracun yang ada dalam makanan. Contoh zat kimia beracun
tersebut, antara lain, racun tikus, insektisida, natrium klorida yang di
sangka susu, atau barium bikarbonat yang di sangka tepung. Beberapa
peralatan makanan yang di lapisi dengan bahan tertentu (misalnya,
antimon atau zinkum) tidak boleh di gunakan untuk mewadahi makanan
yang mengandung zat tertentu ( misalnya asam) karena bahan pelapis itu
akan bereaksi dengan asam dan menghasilkan racun. Contoh kasus lainnya
adalah keracunan karena mengonsumsi makanan berupa ikan atau hasil
laut lain yang mengandung logam berat seperti mercury (hg), penyebab
penyakit mina mata , atau mengandung cadmium (Cd), penyebab penyakit
Itai-itai di Jepang.
9
hitungan jam hingga hari, berikut gejala terjadinya keracunan makanan yang
medicastore ambil dari digestive.niddk.nih.gov : 2
a) Kram perut
b) Mual
c) Muntah
d) Diare, kadang bercampur dengan darah
e) Demam
f) Dehidrasi
Biasanya kasus keracunan makanan tidak terlalu berat & dapat sembuh
dalam waktu 24-48 jam. Tetapi dapat juga terjadi kasus keracunan makanan
hingga menyebabkan kematian.
Rasa sakit dan gejala akibat keracunan makanan biasanya bertahan selama
beberapa jam hingga beberapa hari. Kebanyakan kondisi ini tidak membutuhkan
pengobatan secara khusus, tapi jika terjadi tanda dan gejala seperti di bawah ini,
sebaiknya Anda segera mencari bantuan medis atau memeriksakan diri ke dokter.2
Mengalami kejang-kejang.
Jika keracunan makanan terjadi saat hamil, Anda harus lebih waspada
dalam menyikapi kondisi ini
10
2.5. Investigasi Lapangan
Investigasi keracunan pangan terutama dilakukan untuk mempersempit
penyebab keracunan, karena keracunan pangan dapat disebabkan oleh ribuan
galur bakteri maupun berbagai racun baik yang dihasilkan oleh mikroba maupun
bahan kimia yang secara sengaja maupun tidak sengaja ditambahkan dalam suatu
rantai produksi pangan dari proses hulu (penamnaman, pemanenan) sampai ke
hilir (pengolahan, pengemasan dan sebagainya). Dalam pelaksanaannya kegiatan
mempersempit kandidat penyebab keracunan ini dilakukan baik melalui
wawancara mapun analisis obyektif di laboreatorium.5
Wawancara dengan korban keracunan merupakan suatu langkah strategis
yang dapat menuntun tim investigasi ke arah penyebab keracunan yang paling
mungkin. Oleh karena itu, disamping memenuhi kaidah-kaidah teknik wawancara
untuk mendapatkan hasil sesahih mungkin, substansi wawancara dalam
investigasi keracunan juga harus memuat pertanyaan-pertanyaan yang relevan
yang dapat menggiring pada berbagai data untuk analisis epidemiologi seperti
gejala yang dominan, waktu onset , dan jenis-jenis pangan yang dikonsumsi
dalam 72 jam terakhir. 2
11
Hasil analisis wawancara yang baik menjadi suatu modal penting dalam
pelaksanaan uji laboratorium. Dalam kenyataannya jumlah sampel yang tersedia
dalam keracunan pangan seringkali sangat terbatas untuk keperluan analisis untuk
beberapa calon penyebab keracunan. Penting diketahui disini bahwa penyebab
keracunan dalam analisis hanya dapat diketahui jika dilakukan analisis
terhadapnya, kecuali untuk gejala keracunan tipikal dengan satu jenis pangan yang
telah dikenal seperti keracunan tempe bongkrek, ikan buntal dan lain-lain. Apabila
analisis hanya dilakukan untuk mikroba A, misalnya, maka tentu tidak mungkin
disimpulkan bahwa mikroba B-lah penyebab keracunan.6
Di Eropa dan Amerika Serikat, misalnya, saat ini melaporkan bahwa
Campylobacter jejuni adalah penyebab keracunan terbesar. Mengingat
kompleksitas uji bakteri ini yang cukup tinggi, besar kemungkinan bakteri ini
tidak diuji dalam kejadian-kejadian keracunan, sehingga meski mungkin terjadi
tetapi keracunan karena C. jejuni di Indonesia mungkin belum muncul dalam hasil
investigasi. 6
12
analisis yang terstandarisasi dan tenaga analisis yang berketrampilan tinggi agar
diperoleh hasil yang konsisten. Khususnya untuk keracunan karena mikroba,
penting digunakan pendekatan metode analisis yang paling mendekati sasaran.
Tahap pendugaan untuk analisis Escherichia coli dalam lactose broth misalnya
akan mampu membawa analisis menemukan E. coli , tetapi tahapan ini juga
meniadakan E. coli galur tertentu seperti O157:H7, sehingga pada kondisi E.coli
O157:H7 yang diduga menjadi penyebab keracunan, tahap pendugaan dalam
lactose broth harus dimodifikasi, misalnya dengan penggunaan antibiotika.2
2.7. Diagnosis
Diagnosis yang dilakukan pada keracunan makanan didasarkan kepada
gejala yang dialami, makanan yang dimakan, dan sudah berapa lama merasa sakit.
Pemeriksaan fisik juga dilakukan untuk mencari tahu apakah selama Anda
merasakan gejala keracunan makanan juga disertai kondisi dehidrasi.1
Dokter akan mengajukan beberapa pertanyaan, seperti apakah Anda baru
saja melakukan perjalanan atau mungkin Anda makan/minum sesuatu yang
sudahter kontaminasi. Suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, dan bagian
perut yang sakit juga akan diperiksa oleh dokter.2
Selain pemeriksaan di atas, dokter mungkin akan melakukan tes medis
seperti tes darah, tes kondisi tinja, atau pemeriksaan parasit. Tes ini dimaksudkan
untuk mengetahui organisme penyebab terjadinya keracunan dan memastikan
diagnosisnya juga. Meski pada beberapa kasus, tidak diketahui secara pasti
penyebab terjadinya keracunan makanan.2
Tes pencitraan dan pungsi lumbal hanya akan dilakukan jika dicurigai
infeksi sudah menyebar ke bagian tubuh yang lain.
13
c. Antibiotika jarang diberikan untuk kasus keracunan makanan. Karena
pada beberapa kasus, pemberian antibiotika dapat memperburuk
keadaan. Hanya pada kasus tertentu yang spesifik, antibiotika diberikan
untuk memperpendek waktu penyembuhan.
d. Bila mengalami keracunan makanan karena jamur atau bahan kimia
tertentu (pestisida). Penanganan yang lebih cepat harus segera
diberikan, termasuk diantaranya pemberian cairan infus, tindakan
darurat untuk menyelamatkan nyawa ataupun pemberian penangkal
racunnya seperti misalnya karbon aktif. Karena kasus keracunan
tersebut sangat serius, sebaiknya penderita langsung dibawa ke rumah
sakit untuk mendapatkan perawatan yang tepat.
e. Konsumsi Norit.
Konsumsi norit merupakan cara efektif sebagai salah satu penyerap
apapun dalam perut karena bersifat arang aktif. Konsumsi norit hanya
efektif untuk keracunan makanan yang terjadi didalam usus atau
lambung saja, namun tidak efektif pada racun yang sudah terlanjur
menyebar pada aliran darah. Selain itu norit juga menyerap sari-sari
makanan yang diperlukan tubuh, yang tentu saja merugikan.
f. Konsumsi air kelapa hijau.
Konsumsi air kelapa hijau dimaksudkan untuk mengganti cairan dan
elektrolit yang keluar bersama muntah dan diare.
g. Minum susu.
Susu bersifat mengikat racun dalam tubuh agar tidak beredar lebih jauh,
selain itu susu bisa memicu muntah agar dapat mengeluarkan racun
dalam makanan lebih banyak. Namun perlu diketahui bahwa susu tidak
dianjurkan bagi mereka yang memiliki intoleransi laktosa ataupun
alergi laktosa.
h. Tidak memberikan makanan padat kepada penderita.
Sebaiknya tidak memberikan makanan padat kepada penderita,
terutama jika penderita masih mual/muntah. Akan lebih baik jika
penderita diberikan cairan sedikit demi sedikit untuk mengganti cairan
tubuh yang hilang akibat muntah/diare. Makanan boleh diberikan
kepada penderita jika penderita berhenti mual/muntah. Makanan yang
diberikan hendaknya yang bersifat lunak dan dalam porsi kecil agar
mudah dicerna, misalnya bubur.
14
2.9. Pencegahan Keracunan Makanan
Pencegahan yang bisa dilakukan untuk menghindari keracunan makanan
adalah dengan menjalani hidup bersih dan memproses makanan secara higienis,
baik dalam hal penyimpanan, penanganan, dan penyiapan. Pastikan untuk tidak
mengonsumsi makanan yang sudah kedaluarsa dan mengikuti petunjuk pada
bungkus makanan. Jangan mengandalkan penampilan dan aroma makanan untuk
menentukan kesehatan makanan. Hindari membeli makanan dan minuman dari
tempat yang kebersihannya tidak terjamin.6
Mencuci tangan dengan sabun secara teratur bagi semua orang yang
tinggal dengan pasien yang mengalami keracunan makanan.
Usahakan semua orang memiliki handuk tersendiri.
Cuci pakaian orang yang keracunan makanan dengan pengaturan air paling
panas pada mesin cuci.
Membersihkan bagian-bagian toilet yang sering dipegang secara rutin.
15
Memasak. Agar bakteri berbahaya mati, sangat penting untuk memasak
makanan hingga matang menyeluruh, terutama daging dan hidangan laut.
Sebagian daging bisa disajikan setengah matang asalkan bagian luar sudah
matang. Saat menghangatkan makanan, pastikan mendidih secara merata dan
jangan memanaskan makanan lebih dari satu kali.
Membekukan. Periksa petunjuk penyimpanan makanan pada kemasan untuk
mengetahui suhu yang tepat. Hal ini dilakukan untuk mencegah pertumbuhan
dan perkembangbiakan bakteri. Jika makanan harus didinginkan, pastikan
suhu kulkas mencapai 0-5 derajat Celcius. Jika dibiarkan di suhu ruangan,
bakteri bisa tumbuh dan berkembang biak. Sisa makanan harus didinginkan
dengan cepat, setidaknya dua jam setelah dikonsumsi.
Kontaminasi silang. Ini adalah kondisi ketika bakteri berpindah dari
makanan satu ke makanan lainnya. Ini terjadi ketika makanan saling
bersentuhan, menetes pada makanan lain, ketika ada bakteri di tangan,
permukaan benda, dan perlengkapan yang dipakai untuk menyiapkan
makanan. Berikut ini beberapa cara untuk mencegah kontaminasi silang:
Cuci tangan setelah memegang makanan mentah.
Simpan daging mentah di kulkas terbawah agar tidak menetes ke
makanan lain.
Gunakan papan pengiris berbeda untuk makanan mentah dan
makanan siap saji. Anda juga bisa cuci sebelum dipakai untuk
menyiapkan makanan berbeda.
Bersihkan pisau dan peralatan lain setelah dipakai untuk makanan
mentah.
Jangan mencuci daging mentah atau unggas. Mencucinya akan
menyebarkan bakteri ke sekitar dapur. Bakteri berbahaya dalam
daging merah dan daging unggas akan mati saat dimasak.
Jika Anda bepergian ke daerah lain, pastikan untuk memilih makanan dan
air yang higienis untuk menurunkan risiko mengalami keracunan makanan.
16
1. Persiapan lapangan
a. Persiapan investigasi
b. Persiapan administrasi
c. Persiapan konsultasi
Pada tahap ini sudah harus dipikirkan peran dan posisi tim kesehatan
dalam proses investigasi. Sebelum melakukan investigasi harus jelas, apakah tim
kesehatan memiliki peran langsung memimpin investigasi, atau hanya mitra dari
pejabat/petugas kesehatan setempat (misalnya tim atau organisasi kesehatan Arab
Saudi), atau berperan memberikan bantuan konsultasi terhadap pejabat/petugas
lokal. Mengenal dan menjalin kerjasama dengan petugas/staf/kontak lokal
17
a. Konfirmasi kejadian KLB/wabah
b. Verifikasi Diagnosis
18
2) menyingkirkan kemungkinan kesalahan pemeriksaan laboratorium
sebagai pendukung diagnostik.
Definisi kasus adalah kumpulan (set) yang standar tentang kriteria klinis
untuk menentukan apakah seseorang dapat diklasifikasikan sebagai penderita
penyakit tsb. Definis kasus dalam konteks KLB/wabah haruslah dibatasi oleh
karateristik tertentu dari, orang tempat dan waktu. Sekali ditetapkan maka definisi
kasus ini harus dipakai secara konsisten pada semua situasi dalam investigasi.
19
Dalam rangka menghitung kasus, terlebih dahulu harus dipikirkan
mekanisme untuk mengidentifikasi kasus dari berbagai sumber kasus yang
mungkin, seperti dari/di:
1. identitas kasus, misal: nama, no. jamaah, no. kloter, nama asal embarkasi,
no/nama rombongan no/nama regu, dll.
2. karateristik demografis, misal; umur, jenis kelamin, suku, pekerjaan
3. karateristik klinis, misal riwayat penyakit, keluhan dan tanda sakit yang
dialami, serta hasil lab
4. karateristik faktor-faktor risikoyang berkaitan dengan sebab-sebab
penyakit dan faktor-faktor pemajanan spesifik yang relevan dengan
penyakit yang diteliti.
5. informasi pelapor kasus.
20
Tabulasi data frekuensi distribusi kasus berdasarkan karateristik orang
dilakukan untuk melihat apakah karakteristik orang/populasi tertentu memberikan
tingkat risiko tertentu untuk terjadinya penyakit. Karateristik orang yang lazim
diteliti adalah karakteristik demografis, klinis dan pajanan.
21
6. Formulasi dan uji hipotesis melalui studi epidemiologi analitik
a. Formulasi hipotesis
Hipotesis yang kita buat haruslah diarahkan untuk mencari penjelasan tentang:
1) Sumber penularan
2) Cara penularan (mode of transmission)
3) Faktor-faktor risiko atau determinan yang mempengaruhi terjadinya
KLB/wabah
22
metaanalisis, studi kualitatif, studi mortalitas, survei serologis atau investigasi
lingkungan.
9. Komunikasi hasil
a. Penjelasan lisan.
b. Penulisan laporan.
23
Hasil investigasi juga perlu ditulis dalam laporan dengan
sistematika tertentu yang sesuai dengan standar-standar penulisan ilmiah.
Sistematika yang dipakai meliputi:
1) pendahuluan/latar belakang
2) tujuan
3) metodologi
4) hasil
5) pembahasan
6) simpulan dan saran/rekomendasi
24
Sejumlah pasien yang mengalami keracunan menjalani perawatan medis di Aula Kantor
Kelurahan Cigantang, Kecamatan Mangkubumi, Tasikmalaya, Jawa Barat, Kamis (5/2/2015).
(Antara/Adeng Bustomi).
2. Usai Santap Nasi Kotak, Puluhan Warga Cianjur Mual dan Mulas9
15 Nov 2016, 20:05 WIB
25
Puluhan warga Kampung Awilarangan, Desa Benjot, Kecamatan
Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, keracunan usai menyantap nasi kotak
saat acara syukuran salah seorang warga di wilayah itu. Sebanyak 23 orang
mengalami mual, pusing, muntah-muntah, dan diare. Para korban
diduga keracunan makanan itu pun harus mendapatkan perawatan intensif di
RSUD Cianjur.
Dari salah satu korban yang diwawancarai mengatakan telah buang air
besar sebanyak 15 kali dalam sehari dan merasa pusing. korban mengaku sakit di
bagian perut usai menyantap nasi kotak di acara 40 hari syukuran salah seorang
warga di Kampung Awilarangan dimana nasi kotak tersebut berisi nasi putih,
daging rendang dan bihun pada Senin malam, 14 November 2016. Sedangkan
kebanyakan korban lainnya yang sempat diwawancarai mengatakan baru
merasakan mulas, dan sering buang air besar satu hari setelah menyantap
makanan tersebut.
Maka dilakukan investigasi berupa pengambilan sampel makanan untuk
dilakukan pemeriksaan laboratorium dan mengamankan tempat makan yang
terbuat dari styrofoam. Kepala Desa Benjot, Kecamatan Cugenang, Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat telar berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan kabupaten
Cianjur serta pihak kepolisian setempat.
Pada kasus keracunan ini kepala desa menduga penyebab keracunan bukan
dari makanan, melainkan dari tempat makanannya yang berbahan Styrofoam
sebab, ada rentang sehari dari waktu menyantap makanan hingga keracunan
massal tersebut terjadi. Kemungkinan pemilik rumah tidak membersihkan
terlebih dahulu tempat makan sebelum di masukan makanan atau tempat makan
yang dipakai sudah pernah dipakai sebelumnya. Kecurigaan lain apakah
makanan yang disajikan sudah kadaluwarsa atau pengolahan makanan yang
kurang baik. Namun belum dapat dipastikan penyebabnya karena sedang
dilakukan penelitian.
3. Puluhan Warga Sungai Liat, Kepulauan Bangka Belitung mengalami
Mual, Mulas dan Pusing setelah Mengkonsumsi Mi Instan.10
21 Mar 2016, 18:49 WIB
Dalam sebulan ini, terdapat puluhan warga yang mengalami gejala mual,
mulas dan pusing di Desa Sungai Liat, Kepulauan Bangka Belitung. Saat
26
beberapa warga diwawancarai mereka mengaku merasakan gejala tersebut
setelah mengkonsumsi mi instan yang biasa mereka beli di warung.
Setelah dilakukan penyelidikan oleh kepala Desa, pihak kepolisian dan tim
dari dinas kesehatan setempat didapatkan mie bercampur pengawet mayat atau
boraks dan soda berbahaya.
Tim gabungan langsung melakukan sidak ke beberapa pabrik pembuatan
mi instan yang terletak di Sungai Liat, ternyata benar petugas menemukan mi
yang positif mengandung boraks dan soda berbahaya. Seperti yang kita ketahui
bahwa boraks berbahaya jika masuk kedalam tubuh manusia.
Dua orang anak terbaring di Klinik Ismadana Muaradua, Sumatera Selatan setelah
mengalami gejalan keracunan seusai menyantap bakso bakar.
27
berjualan di dekat lokasi pesta. Termasuk pedagang bakso bakar. Alhasil banyak
anak-anak di sekitar lokasi yang memakan jajanan tersebut. Kehebohan terjadi
ketika tiba-tiba sejumlah anak merasa pusing dan muntah-muntah. Peristiwa itu
membuat acara pesta pernikahan berhenti.
Menurut Kepala desa setempat yang kebetulan juga hadir dalam acara
pernikahan tersebut mengatakan mayoritas korban mengalami gejala keracunan
beberapa jam setelah memakan makanan jajanan bakso bakar keliling yang
berjualan di sekitar lokasi pesta pernikahan.
Pada kasus ini dilakukan investigasi terhadap jajanan bakso bakar tersebut
untuk diteliti di laboratorium apakah terdapat kuman di bakso tersebut. Selain itu
melihat personal hygiene dari penjual bakso bakar tersebut dan setelah dilihat
ternyata memiliki personal hygiene yang buruk, bakso bakar yang dijual juga
mudah untuk terkontaminasi dengan debu dan hama sekitar karena dibiarkan
terbuka dalam waktu lama.
BAB III
KESIMPULAN
28
makanan yang bukan disebabkan oleh bakteri maupun toksin yang dihasilkannya.
Kasus keracunan semacam ini dapat disebabkan oleh keracunan akibat tumbuh-
tumbuhan, keracunan akibat kerang dan ikan laut, dan keracunan akibat bahan
kimia.
Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam upaya pencegahan terjadinya
keracunan makanan yaitu menghindari kontaminasi bakteri pada makanan,
menghentikan pertumbuhan bakteri, dan membunuh bakteri dengan cara memasak
makanan dengan benar. Menghindari kontaminasi bakteri pada makanan dengan
cara menjaga kebersihan pribadi, mengolah bahan makanan mentah dengan baik,
menjaga kebersihan peralatan makan, menghindari kontaminasi silang antara
makanan yang mentah dan matang. Menghentikan pertumbuhan bakteri dengan
cara menjauhkan makanan dari panas (>60º) dan dingin (<5º), memanaskan
kembali makanan sampai suhu 75º sebelum disajikan, mendinginkan makanan
sekitar 30 menit setelah disiapkan atau dimasak, periksa kembali kulkas dengan
pendingin dibawah suhu <5º dan freezer <8º, dan mencairkan makan terlebih
dahulu bila berasal dari kulkas.
DAFTAR PUSTAKA
29
6. Enviromental compliance. 2008. Fact: Food Poisioning.
www.pittwater.nsw.gov.au, diakses 01 Juni 2017.
7. CDC, 1992; food poisoning. Dwyer dan Groves, dalam Nelson, dkk, 2005
9. Bernas. 2016. Usai Santap Nasi Kotak, Puluhan Warga Cianjur Mual dan
Mulas, http://regional.liputan6.com/read/2653062, diakses 01 Juni 2017.
10. Bernas. 2016. Puluhan Warga Sungai Liat, Kepulauan Bangka Belitung
mengalami Mual, Mulas dan Pusing setelah Mengkonsumsi Mi Instan,
http://www.tribunnews.com, diakses 01 Juni 2017.
11. Bernas. 2015. Belasan Anak Muntah-muntah Usai Santap Bakso Bakar,
https://daerah.sindonews.com/read/1205407/190, diakses 01 Juni 2017.
30