Penulis:
Evita Aurilia Nardina, Etni Dwi Astuti, Suryana
Wanodya Hapsari, Laeli Nur Hasanah, Rina Mariyana
Neila Sulung, Nining Tyas Triatmaja, Rohani Retnauli Simanjuntak
Niken Bayu Argaheni, Maria Tarisia Rini
Penerbit
Yayasan Kita Menulis
Web: kitamenulis.id
e-mail: press@kitamenulis.id
WA: 0821-6453-7176
IKAPI: 044/SUT/2021
Evita Aurilia Nardina., dkk.
Tumbuh Kembang Anak
Yayasan Kita Menulis, 2021
xiv; 182 hlm; 16 x 23 cm
ISBN: 978-623-342-244-4
Cetakan 1, September 2021
I. Tumbuh Kembang Anak
II. Yayasan Kita Menulis
Puji Syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
karunia, rahmat dan hidayahNya sehingga buku “ Tumbuh Kembang
Anak” ini dapat disusun dan diselesaikan dengan baik.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penyusunan buku ini hingga terselesaikan dengan baik.
Tim Penulis
Daftar Isi
Bab 5 Gizi Ibu Hamil Dan Pertumbuhan Janin Pangan Hewani (Susu,
Daging Telur, Ikan) Dan Kacang-Kacangan.
5.1 Pendahuluan ................................................................................................. 57
5.2 Kebutuhan Gizi Ibu Hamil.......................................................................... 58
5.3 Pesan Gizi Seimbang Untuk Ibu Hamil..................................................... 64
5.3.1 Biasakan Mengonsumsi Aneka Ragam Pangan Yang Lebih Banyak64
5.3.2 Batasi Mengonsumsi Makanan Yang Mengandung Garam Tinggi . 65
5.3.3 Minumlah Air Putih Yang Lebih Banyak ........................................ 65
5.3.4 Batasi Minum Kopi ............................................................................ 66
Bab 7 Bina Keluarga Dan Balita (BKB) Dan Upaya Untuk Peningkatan
Kualitas Tumbuh Kembang Anak
7.1 Pendahuluan ................................................................................................. 89
7.2 Konsep Tumbuh Kembang......................................................................... 92
7.2.1 Jenis-Jenis Tumbuh Kembang........................................................... 92
7.2.2 Faktor Yang Memengaruhi Tumbuh Kembang............................... 92
7.2.3 Faktor Apa Saja Yang Memengaruhi Perkembangan Psikologi
Anak?.................................................................................................. 93
7.2.4 Pola Asuh Anak .................................................................................. 93
7.2.5 Kejadian Traumatis ............................................................................ 94
7.2.6 Lingkungan Tempat Tinggal ............................................................. 94
Daftar Isi ix
Gambar 3.1: Proporsi tubuh manusia saat lahir, pada usia 2 tahun, pada
usia 6 tahun, pada usia 12 tahun dan pada usia 19 tahun.........24
Gambar 3.2: MRI scans Perkembangan Otak ...............................................25
Gambar 6.1: Bermain .......................................................................................68
Gambar 6.2: Permainan Anak .........................................................................69
Gambar 6.3: Bermain di pantai........................................................................70
Gambar 6.4: Permainan Berdasarkan Tumbuh Kembang.............................71
Gambar 6.5: Contoh Instructional play ...........................................................81
Gambar 6.6: Contoh Emotional outlet play ....................................................81
Gambar 7.1: Keluarga Sejahtera......................................................................99
Gambar 9.1: Hubungan Asupan Gizi dengan Status Gizi .............................118
Gambar 9.2: Grafik Lingkar Kepala Menurut Umur dan ..............................121
Gambar 9.3: Grafik Panjang Badan Menurut Umur dan...............................122
Gambar 9.4: Grafik Lingkar Kepala Menurut Umur dan Berat Badan
Menurut Panjang Badan Anak Perempuan Usia 0-24 Bulan....123
Gambar 9.5: Grafik Panjang Badan Menurut Umur dan...............................124
Gambar 10.1: Skema Sistem Kekebalan ........................................................135
Gambar 10.2: Sitem Rantai Dingin .................................................................144
Gambar 11.1: Jadwal Imunisasi pada anak.....................................................161
xii Tumbuh Kembang Anak
Daftar Tabel
1.1 Pendahuluan
Kehidupan manusia dimulai sejak dari dalam kandungan. Menurut Monk dan
Haditono (2002), secara biologis kehidupan manusia dimulai dari konsepsi
atau pembuahan demikian juga dengan perkembangan psikologis manusia.
Perubahan yang akan terjadi sesudahnya hanyalah bersifat kuantitatif. Fakta
menyatakan bahwa kehidupan manusia dimulai sejak dari dalam kandungan,
maka paradigma lama yang menyatakan bahwa rahim ibu sebagai ruang
tunggu janin yaitu tempat di mana janin hanya menunggu dan tidak melakukan
aktivitas apa-apa sampai janin dilahirkan, dan teori ini dipatahkan oleh
penelitian yang paling mutakhir tentang dunia pralahir yang menyatakan
bahwa rahim ibu dapat dikatakan sebagai ruang kelas yaitu ruang di mana
janin dapat belajar tentang banyak hal, belajar untuk dapat mencapai
perkembangan fisik dan psikis secara optimal serta mengembangkan otak dan
saraf bayi sebelum dilahirkan. Di dalam Rahim ibu janin dapat belajar, merasa,
dan mengetahui perbedaan antara terang dan gelap, bayi pralahir mampu
2 Tumbuh Kembang Anak
memperhatikan suara ibu, ayah, saudara, kakek, dan nenek atau mendengar
suara musik, merasakan sentuhan dari perut ibu bahkan dapat merasakan
perubahan emosi ibu (Van de Carr dan Lehrer, 2001).
manusia dari ayah dan separuhnya dari ibu. Proses ini dapat
memungkinkan bahwa kromosom yang diterima bayi hanya diterima
dari pihak ayah sepenuhnya atau sebaliknya dari pihak ibu.
2. Kondisi fisik ibu hamil
Di dalam rahim ibu, janin dipastikan mendapatkan perlindungan yang
aman dan nyaman, namun hal ini tidak berlaku bagi ibu hamil yang
memiliki riwayat penyakit serius dan biasanya tidak mungkin hamil.
Kesehatan fisik dapat berdampak buruk bagi calon bayi. Apabila
rahim ibu lemah dapat dipatiskan bahwa calon bayi berkembang
kurang baik juga. Kondisi seperti dapat dicegah dengan perawatan
intensif untuk kebaikan dan kesempurnaan calon bayi.
3. Pentingnya informasi kehamilan
Pada saat ini teknologi sudah sangat canggih yang menghasilkan
banyak wanita karir yang sulit dalam membagi waktu untuk
melakukan konsultasi ke dokter kandungan. Namun informasi yang
berkaitan dengan kehamilan dapat diperoleh dari aplikasi ponsel
sehingga mempermudah ibu untuk mendapatkan informasi mengenai
perkembangan calon bayi. Informasi tentang perkembangan bayi
sangat penting dan tidak boleh diabaikan, dikarenakan tidak semua
bayi mengalami pertumbuhan yang sama.
4. Makanan dan minuman
Ibu hamil dianjurkan makan makanan yang sehat dan bergizi agar ibu
dan bayi supaya terpenuhi gizinya. Ibu hamil tidak diperbolehkan
minum minuman yang beralkohol yang dapat memberikan pengaruh
buruk bagi kesehatan bayi.
Saat masa postnatal (setelah kelahiran) akan mengalami masa neonatus yaitu
masa di mana dimulainya pada saat lahir dan berakhir pada minggu kedua
setelah bayi dilahirkan, dan masa partunatus di mana dimulai pada saat bayi
lahir sampai dipotong tali pusat. Setelah tali pusat dipotong bayi masuk dalam
masa neonatus, maka masa partunatus terjadi sangat pendek sehingga dalam
masa partunatus dianggap sebagai masa neonatus saja.
Menurut Soesilowindradini menyatakan bahwa hal-hal yang memengaruhi
penyesuaian neonatus yaitu:
1. Masa prenatal
Kesehatan ibu dan emosional ibu selama masa kehamilan sangat
memengaruhi bayi untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
Apabila emosional ibu baik hal ini akan berdampak baik bagi seorang
bayi sehingga dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan baik.
2. Kelahiran
Bayi dapat menyesuaikan diri tergantung pada kelahiran, bayi yg
dilahirkan secara normal biasanya dapat menyesuaikan diri lebih
cepat dalam kehidupan postnatal.
3. Prematuritas
Bayi dikatakan prematur apabila bayi lahir sebelum waktunya, bayi
yang lahir prematur akan mengalami masalah dalam masa postnatal.
4. Sikap orangtua
Cepat atau lambat seorang bayi menyesuaikan diri setelah lahir
tergantung dari orangtua utamanya adalah ibu, apabila kesehatan ibu
terganggu maka akan berdampak pada bayi yang dilahirkan sehingga
akan memengaruhi ibu dalam mengurus bayinya, orangtua yang baru
pertama kali melahirkan akan merasa khawatir dan bingung dalam
menghadapi bayi sehingga bayinya akan merasa tidak nyaman dan
tidak tenang.
2.1 Pendahuluan
Proses tumbuh kembang anak merupakan proses yang berkesinambungan yang
terjadi sejak masa konsepsi dan terus berlangsung sampai dewasa. Dalam proses
mencapai tahap dewasa inilah, seorang anak harus melalui tahap tumbuh
kembang. Dalam proses tercapainya dewasa inilah anak harus melalui tahap
tumbuh kembang. Tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada
potensi biologik seseorang yang merupakan hasil interaksi antara faktor genetik
dan lingkungan bio-fisiko-psikososial (biologis, fisik dan psikososial). Proses
yang unik dan hasil akhir yang berbeda-beda akan memberikan ciri tersendiri
pada setiap anak (Soetjiningsih, 2013). Hal ini sesuai dengan apa yang tertuang
dalam Profil Kesehatan Indonesia tahun 2006 bahwa faktor internal dan
eksternal merupakan dua hal yang sangat berpengaruh pada proses tumbuh
kembang anak (Depkes RI, 2006).
Pada masa pertumbuhan akan memberikan dampak terhadap aspek fisik
(kuantitas), sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi
10 Tumbuh Kembang Anak
6. Kelainan kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan
pertumbuhan dan perkembangan seperti pada kejadian sindrom down
dan sindrom turner.
Sindrom down adalah individu yang dapat dikenal dari fenotipnya dan memiliki
kecerdasan yang terbatas, karena akibat adanya jumlah kromosom 21 yang
berlebih. Perkembangannya menjadi lebih lambat dari anak yang normal.
Sedangkan sindrom turner adalah kelainan genetik pada wanita yang
menyebabkan penderitanya bertubuh pendek dan mengalami gangguan
kesuburan. Hal ini disebabkan oleh kelainan genetik yang merupakan akibat dari
hilangnya kromosom X pada perempuan.
i. Psikologis ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan
mental pada ibu selama hamil serta gangguan psikologis lainnya
dapat memengaruhi proses pertumbuhan janin.
2. Faktor persalinan
Komplikasi yang terjadi pada saat proses persalinan seperti trauma
kepala, asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak bayi.
Sehingga akan bisa memengaruhi proses pertumbuhan dan
perkembangan anak.
3. Faktor pasca persalinan
Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang sangat pesat dan proses
pematangannya berlangsung secara terus menerus terutama dalam hal
peningkatan fungsi sistem syaraf.
a. Gizi
Bayi dan anak membutuhkan gizi/nutrisi yang adekuat agar
tumbuh kembang optimal. Pada masa bayi, makanan utamanya
adalah ASI dan pemberian hanya ASI sampai bayi berusia 6 bulan.
Setelahnya tambahkan makanan pendamping ASI (MPASI), yang
diberikan sesuai dengan usia anak. Pemberian MPASI harus
diberikan secara bertahap sesuai dengan usia anak.
b. Penyakit kronis/kelainan kongenital
Penyakit-penyakit kronis seperti tuberculosis, anemia dan
kelainan kongenital seperti kelainan jantung bawaan atau penyakit
keturunan seperti thalasemia dapat mengakibatkan gangguan pada
proses pertumbuhan anak.
c. Lingkungan fisik dan kimia
Lingkungan sering disebut milieu yaitu tempat anak hidup yang
memiliki fungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak
(provider). Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar
matahari, paparan sinar radio aktif dan zat kimia tertentu
(plumbum, mercuri, rokok dan sebagainya) mempunyai dampak
negatif terhadap proses pertumbuhan anak.
14 Tumbuh Kembang Anak
d. Psikologis
Faktor psikologis yang dimaksud adalah bagaimana hubungan
yang terjalin antara anak dengan orang di sekitarnya. Seorang anak
yang keberadaannya tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau
anak yang selalu merasa tertekan akan mengalami hambatan
dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya.
e. Endokrin
Gangguan hormon, seperti pada penyakit hipotiroid dapat
menyebabkan hambatan proses pertumbuhan pada anak.
f. Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan faktor kekurangan makanan,
kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan. Keadaan
seperti ini dapat menghambat proses pertumbuhan dan
perkembangan pada anak.
g. Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu dan anak akan sangat
memengaruhi proses tumbuh kembang anak. Sebagai contoh pola
asuh yang demokratis berpengaruh positif terhadap perkembangan
moral agama, sosial emosional, bahasa, kognitif dan fisik motorik
(Asri, 2018). Seorang bayi akan sangat bergantung pada orangtua
dan keluarganya sebagai unit pertama yang dikenalnya. Sehingga
masa ini merupakan masa di mana kontak erat antara ibu dan anak
akan terjalin sehingga masa ini adalah masa di mana ibu sangat
berpengaruh besar terhadap proses tumbuh kembang anak.
Kebutuhan ASUH menjadi hal yang sangat penting untuk
diperhatikan.
h. Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat
pertumbuhan, demikian juga dengan pemakaian obat perangsang
terhadap susunan saraf yang bisa menyebabkan terhambatnya
produksi hormon pertumbuhan
Bab 3
Penilaian Pertumbuhan Fisik
Anak
3.1 Pendahuluan
Kejadian penting dari pertumbuhan merupakan perubahan yang dapat
diprediksi, meskipun pertumbuhan dipengaruhi berdasarkan konteks masing-
masing genetik dan etnis spesifik anak. Sangat penting untuk merencanakan
tumbuh kembang anak sesuai grafik jenis kelamin dan usia (Johnson and
Blasco, 1997). Pertumbuhan fisik adalah salah satunya yang mencakup
pencapaian tinggi badan dan berat badan optimal dan peningkatan ukuran dari
semua organ-organ tubuh (Evan G. Graber, 2021).
Proses yang terjadi secara terus menerus yang dimulai dari pembuahan sampai
dewasa, di mana terjadi perubahan baik kecepatan maupun ukuran tubuh.
Kecepatan pertumbuhan adalah laju perubahan ukuran dari waktu ke waktu,
sedangkan ukuran yang dicapai adalah jarak ukuran yang telah ditempuh anak
sepanjang kehidupan dari konsepsi hingga dewasa. Proses penilaian
pertumbuhan fisik melibatkan pengukuran tunggal atau ganda dari tinggi
dan/atau berat badan, dan terkadang pengukuran yang lebih khusus, diplot pada
grafik referensi yang sesuai dan diinterpretasikan dengan tepat (James Cole,
2002).
16 Tumbuh Kembang Anak
Beberapa ciri dari pertumbuhan terdiri dari perubahan yang dapat diukur secara
kuantititaf, mengikuti perjalan waktu dan dalam keadaan normal memiliki jalur
tertentu untuk setiap anak (growth trajectory). Pertumbuhan fisik anak lebih
dikenal dengan dengan istilah Antropometri (Monteiro et al., 2016).
Inti definisi pertumbuhan yang diperoleh dari konsep pertumbuhan yaitu
perubahan secara kuantititatif. Pertumbuhan melibatkan pertambahan satuan
massa dalam satuan waktu tertentu. Pertambahan massa tubuh dapat
diidentifikasi dalam satuan seperti gr/hari, gr/bulan, kg/tahun, cm/tahun.
Pertumbuhan dikonfigurasi oleh peningkatan fisik tubuh secara keseluruhan
atau sebagian (Monteiro et al., 2016).
Penilaian pertumbuhan merupakan bagian penting dari ilmu kesehatan anak dan
kesehatan komunitas (James Cole, 2002). Proses perubahan fisik tubuh anak
meningkat dalam ukuran dari waktu ke waktu, diperlukan penilaian rutin atau
berulang untuk pemantauan status pertumbuhannya (Lampl and Thompson,
2007). Pertumbuhan yang tidak memadai adalah dampak dari banyak faktor dan
identifikasinya sebagai peringatan dini untuk bertindak, karena kemungkinan
adanya masalah. Misalnya, gangguan pertumbuhan yang dipengaruhi langsung
oleh hormon pertumbuhan, hal ini hanya dapat didiagnosis melalui pemantauan
pertumbuhan (James Cole, 2002).
Penilaian pertumbuhan fisik adalah alat skrining utama untuk menilai kesehatan
anak dan kesejahteraan gizi (De Onis, 2015). Pola pertumbuhan' fisik pada
grafik pertumbuhan berguna sebagai indikator kesehatan anak dalam
mendeteksi kondisi penyakit serius yang mungkin pertama kali
memanifestasikan dirinya dalam pola pertumbuhan anak (seperti, penyakit
jantung bawaan, ketidakseimbangan endokrin, dan gangguan metabolik).
Ketika tumbuh kembang anak lambat, maka berhubungan secara signifikan
dengan hasil diagnosa kondisi klinisnya (Dommelen and Buuren, 2014).
Pertumbuhan anak dapat diukur dengan 2 cara yaitu (1) rata-rata penambahan
dan penambahan lebih dari periode waktu yang ditentukan, (2) capaian ukuran
pada titik waktu tertentu (misalnya berat badan menurut usia, berat badan
menurut tinggi badan dan tinggi badan menurut usia, semuanya berdasarkan
standar dari indeks masing-masing yang digunakan. Pengukuran pertumbuhan
fisik anak yang umum digunakan adalah Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB),
Berat Badan menurut Umur (BB/U), Panjang Badan/Tinggi Badan menurut
Umur (PB/U), Berat Badan menurut Tinggi Bandan (BB/TB), IMT menurut
Umur, (Pelto, 2014). Dimensi yang paling umum diukur untuk
18 Tumbuh Kembang Anak
kesehatan lainnya. Ketika seorang anak dirujuk, ini bertujuan untuk mendeteksi
penyebab gangguan pertumbuhan lebih lanjut (Dommelen and Buuren, 2014).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2020 telah
menetapkan standar antropomentri anak menurut parameter berat badan dan
panjang badan atau tinggi badan yang meliputi 4 indikator yaitu berat badan
menurut Umur (BB/U), Panjang Badan atau tinggi badan menurut Umur (PB/U
atau TB/U), Berat Badan menurut Panjang Badan atau tinggi Badan (BB/PB
atau BB/TB), dan Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) (Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, 2020). Parameter tambahan yang digunakan
dalam pengukuran antropometri anak yaitu ketebalan lipatan kulit (Skin fold
thickness), Lingkar kepala atau dada (Head/chest circumference), Lingkar
pinggang-panggul (Hip/waist circumference), lingkar lengan atas atau LILA
(Mid-arm circumference) (Batubara, 2005).
Berat badan, tinggi badan atau panjang badan, dan lingkar kepala adalah
pengukuran ukuran tubuh yang sering digunakan dalam pemantauan
pertumbuhan anak, baik yang hadir di posyandu menggunakan KMS (Kartu
Menuju Sehat) atau yang berkunjung di Puskesmas menggunakan GPA (Grafik
Pertumbuhan Anak) (Titus Priyo Harjatmo, Holil M.par’i, 2017). Sementara,
Skinfold Thickness (SFT) dan lingkar panggul-pinggul untuk penilaian
komposisi tubuh. LILA digunakan untuk massa bukan lemak. Terdapat ukuran
antropometri anak lainnya yang biasanyanya dipakai untuk keperluan khusus,
seperti pada kasus-kasus kelainan bawaan diantaranya yaitu lingkar dada,
lingkar perut, lingkar leher, panjang jarak antara 2 titik tubuh, kurva untuk palsi
serebral, kurva sindrom Down, dan kurva bayi prematur (Soetjiningsih, 2013).
1. Berat Badan
Penimbangan berat badan merupakan kegiatan wajib yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan dalam pemantauan pertumbuhan anak. Berat
badan yang meningkat dapat dikaitan dengan terdapatnya peningkatan
pada semua jaringan yang ada pada tubuh (tulang, otot, lemak, cairan
tubuh dan lain-lain). Sebaliknya, dengan berat badan yang menurun
(Soetjiningsih, 2013). Berat badan dikatakan sebagai indikator terbaik
untuk mengetahui pertumbuhan anak. Berat badan juga sering
digunakan untuk menilai status gizi seorang anak (Batubara et al.,
2006). Berat badan tidak sensitif terhadap proporsi tubuh, seperti
pendek dan tinggi kurus (Soetjiningsih, 2013). Pada masa bayi, berat
20 Tumbuh Kembang Anak
yang diperoleh pada masa pre-natal hingga post natal, dan penyakit.
Status gizi masa pre-natal menentukan berat badan bayi lahir yang
dapat memengaruhi pertumbuhan fisik anak pasca lahir (Lampl and
Thompson, 2007).
Tabel 3.1: Parameter Pertumbuhan Fisik Anak (Johnson and Blasco,
1997)
Gambar 3.1: Proporsi tubuh manusia saat lahir, pada usia 2 tahun, pada usia 6
tahun, pada usia 12 tahun dan pada usia 19 tahun (Johnson and Blasco, 1997)
Bab 3 Penilaian Pertumbuhan Fisik Anak 25
Gambar 3.2: MRI scans Perkembangan Otak (Johnson and Blasco, 1997)
Ukuran kepala yang terlalu besar dan kecil, keduanya relatif
menunjukkan (red-flag) terhadap pertumbuhan dan perkembangan
anak. Mikrosefali sering dikaitkan dengan peningkatan kejadian
keterbelakangan mental, tetapi tidak ada hubungan secara langsung
antara ukuran kepala dengan penurunan kecerdasan (Johnson and
Blasco, 1997). Mikrosefali terkait dengan genetik atau gangguan dari
patologi otak dan hampir selalu memiliki implikasi dengan
kemampuan kognitif. Untuk itu diperlukan pemeriksaan yang lebih
spesifik untuk mendiagnosis mikrosefali pada anak.
26 Tumbuh Kembang Anak
zat iodium yang dikeluarkan urin. Salah satu kelebihan dari pemeriksaan
laboratorium adalah hasil data yang diperoleh cukup cepat dan akurat.
Sementara kelemahannya adalah umumnya pemeriksaan dengan cara ini
memerlukan peralatan yang mahal. Semakin rumit prosedur yang digunakan
atau semakin canggih alat yang digunakan , maka semakin mahal biaya yang
harus dikeluarkan.
nilai berada di atas atau di bawah media (World Health Organization (WHO),
2008). Z-skor atau skor standar merupakan skor yang menunjukkan seberapa
jauh suatu pengukuran dari median nilai untuk pembanding pertumbuhan relatif
anak dengan teman-teman seusianya. Kurva z-skor lengkap dan jelas dapat
diakses pada link resmi WHO (www.who.int/childgrowth/en). Nilai z-skor
untuk indikator berat badan menurut umur, panjang badan atau tinggi badan
menurut umur dan indeks massa tubuh menurut umur dapat dilihat dalam Tabel
33. Pada tabel tersebut terlihat hasil pengukuran yang berada pada kota
berwarna hitam atau diblok merupakan termasuk dalam kategori normal
Tabel 3.2: Nilai Z-skor Pertumbuhan Anak (Sutiari, 2017)
Catatan:
1. Terdapat pengecualian pada tabel tersebut untuk Anak dengan tinggi
bandan pada kategori sangat tinggi yang mungkin disebabkan oleh
gangguan hormon endokrin. Perlu rujukan jika diduga mengalami
gangguan endokrin.
30 Tumbuh Kembang Anak
4.1 Pendahuluan
Masa depan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan anak dalam mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Tahun-tahun pertama
kehidupan, terutama periode sejak janin dalam kandungan sampai anak berusia
2 tahun merupakan periode yang sangat penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak. Periode ini merupakan kesempatan emas sekaligus masa-
masa yang rentan terhadap pengaruh negatif. Nutrisi yang baik dan cukup, status
kesehatan yang baik, pengasuhan yang benar, dan stimulasi yang tepat pada
periode ini akan membantu anak untuk tumbuh sehat dan mampu mencapai
kemampuan optimalnya sehingga dapat berkontribusi lebih baik dalam
masyarakat (Kemenkes RI, 2019).
yang digunakan di tingkat pelayanan kesehatan primer dan ini diwajibkan oleh
Depkes. Petugas kesehatan, guru PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), guru
TK, bahkan ibu dapat menggunakan KPSP untuk pemantauan perkembangan
balita sejak dini (Rambe and Sebayang, 2020).
1. Tujuan
Tujuan untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan.
2. Jadual Skreening
Jadwal skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah: setiap 3 bulan pada
anak < 24 bulan dan tiap 6 bulan pada anak usia 24 - 72 tahun (umur
3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan).
Skrining/pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru
PAUD/TK dan petugas yang terlatih.
3. Cara menggunakan KPSP:
a. Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa.
b. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan tahun
anak lahir. Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1
bulan.
c. Contoh: bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan
bila umur bayi 3 bulan 15 hari, dibulaTKan menjadi 3 bulan.
d. Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan
umur anak.
e. KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu:
• Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh:
"Dapat kah bayi makan kue sendiri ?"
• Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas
melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh: "Pada
posisi bayi anda telentang, tariklah bayi pada pergelangan
tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk''.
f. Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut
menjawab, oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti
apa yang ditanyakan kepadanya.
34 Tumbuh Kembang Anak
7 Ambil wool merah, letakkan di atas wajah di depan mata. Gerak Halus
Garakkan wool dari samping kiri ke kanan kepala. Apakah ia
dapat mengikuti Gerakan anda dengan menggerakkan kepalanya
dari satu sisi hamper sampai pada sisi yang lain?
Bayi Telungkupkan
8 Pada waktu bayi telungkup di alas yang datar, apakah ia dapat Gerak Kasar
mengangkat kepalanya seperti pada gambar ini?
9 Pada waktu bayi telungkup di alas yang datar, apakah ia dapat Gerak Kasar
mengangkat kepalanya sehingga membentuk sudut 45o seperti
pada gambar?
10 Ketika bayi telungkup di alas dasar, apakah ia dapat mengangkat Gerak Kasar
kepalanya dengan tegak seperti pada gambar?
Bab 4 Penilaian Perkembangan Anak 37
TOTAL
Gerak Kasar
Gerak Halus
2 Pada posisi bayi terlentang, pegang kedua tangannya lalu tarik Gerak Kasar
perlahan-lahan ke posisi duduk. Dapatkah bayi mempertahankan
lehernya secara kaku seperti gambar?
6 Dapatkah bayi mengarahkan matanya pada benda kecil sebesar Gerak Halus
kacang, kismis, atau uang logam? Jawab TIDAK bila ia tidak
dapat mengarahkan matanya.
7 Dapatkah bayi meraih mainan yang diletakkan agak jauh namun Gerak Halus
masih berada dalam jangkauan tangannya?
Tanya ibu/pengasuh
8 Pernahkah bayi mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau Bicara dan
memekik tetapi bukan mennagis? Bahasa
9 Pernahkah bayi berbalik palik sedikit dua kali, dari terlentang ke Gerak Kasar
telungkup atau sebaliknya?
10 Pernahkah anda melihat bayi tersenyum Ketika melihat mainan Sosialisasi dan
yang lucu, gambar atau binatang peliharaan pada saat ia bermain Kemandirian
sendiri?
TOTAL
Gerak Kasar
Gerak Halus
3 Tanpa bantuan, apakah anak dapat mempertemukan dua kubus Gerak Halus
kecil yang ia pegang?
4 Sebutkan 2-3 kata yang dapat ditiru oleh anak (tidak perlu kata- Bicara dan
kata yang lengkap). Apakah ia mencoba meniru menyebutkan Bahasa
kata-kata tadi?
Tanya Ibu/Pengasuh
5 Jika anda bersembunyi dibelakang sesuatu/dipojok, kemudian Sosialisasi dan
muncul dan menghilang secara berulang-ulang di hadapan anak, Kemandirian
apakah ia mencari anda atau mengharapkan anda muncul
Kembali?
6 Apakah anak dapat mengangkat badannya ke posisi berdiri tanpa Gerak Kasar
bantuan anda?
7 Apakah anak dapat membedakan anda dengan orang yang belum Sosialisasi dan
ia kenal? Ia akan menunjukkan sikap malu-malu atau ragu-ragu Kemandirian
pada saat permulaan bertemu dengan orang yang belum
dikenalnya?
8 Apakah anak dapat duduk sendiri tanpa bantuan? Gerak Kasar
9 Apakah anak dapat mengatakan dua suku kata yang sama , Bicara dan
misalnya “ma-ma”, “da-da”, atau “pa-pa” . Jawab YA bila ia Bahasa
mengeluarkan salah satu suara tadi?
Coba berdirikan anak
10 Apakah anak dapat berdiri selama 30 detik atau lebih dengan Gerak Kasar
berpegangan pada kursi/meja?
TOTAL
9 - 10: Sesuai 7 - 8: Meragukan 6 atau kurang: Penyimpangan
Gerak Kasar
Gerak Halus
Tanya Ibu/Pengasuh
3 Apakah anak dapat berjalan sendiri atau jalan dengan berpegangan? Gerak Kasar
4 Tanpa bantuan, apakah anak dapat bertepuk tangan atau melambai- Sosialisasi
lambai? Jawab TIDAK bila ia membutuhkan bantuan dan
Kemandirian
5 Apakah anak dapat mengatakan “papa” Ketika Ia Bicara dan
memanggil/melihat ayahnya atau mengatakan “mama” jika Bahasa
memanggil/melihat ibunya? Jawab YA bila anak mengatakan salah
satu diantaranya
6 Apakah anak dapat menunjukkan apa yang diinginkan tanpa Sosialisasi
menangis atau merengek? Jawab YA bila ia menunjuk, menarik dan
atau mengeluarkan suara yang menyenangkan Kemandirian
Coba berdirikan anak
7 Apakah anak dapat berdiri sendiri tanpa berpegangan selama kira- Gerak Kasar
kira 5 detik?
8 Apakah anak dapat berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 Gerak Kasar
detik atau lebih?
9 Taruh kubus di lantai, tanpa berpegangan atau menyentuh lantai , Gerak Kasar
apakah anak dapat membungkuk atau memungut kubus dilantai
dan kemudian berdiri kembali ?
1 Apakah anak dapat berjalan di sepanjang ruangan, tanpa jatuh atau Gerak Kasar
0 terhuyung-huyung?
TOTAL
9 - 10: Sesuai 7 - 8: Meragukan 6 atau kurang: Penyimpangan
Gerak Kasar
Gerak Halus
Gerak Kasar
Gerak Halus
Gerak Kasar
Gerak Halus
Gerak Kasar
Gerak Halus
Berdirikan anak
10 Letakkan bola tenis di depan kakinya. Dapatkah anak Gerak Kasar
menendang bola kecil (sebesar bola tenis) ke depan
Bab 4 Penilaian Perkembangan Anak 45
Gerak Kasar
Gerak Halus
Tanyakan Ibu
5 Dapatkah anak menggunakan 2 kata pada saat berbicara Bicara dan
seperti “minta minum”, “mau tidur” ? Bahasa
“Terima Kasih” dan “Dadag” tidak ikut dinilai.
6 Dapatkah anak mengenakan sepatunya sendiri ? Sosialisasi
dan
Kemandirian
7 Dapatkah anak mengayuh sepeda roda tiga sejauh Gerak Kasar
sedikitnya 3 meter ?
Berdirikan anak
8 Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi Bicara dan
isyarat dengan telunjuk atau mata pada saat Bahasa
memberikan perintah berikut ini:
“Letakkan kertas ini dilantai”.
“Letakkan kertas ini di kursi”.
“Berikan kertas ini kepada ibu”.
Dapatkah anak melaksanakan ketiga perintah tadi ?
9 Letakkan selembar kertas seukuran buku ini di lantai. Gerak Kasar
Apakah anak dapat melompati bagian lebar kertas
dengan mengangkat kedua kakinya secara bersamaan
tanpa didahului lari ?
10 Beri bola tenis. Minta anak melemparkan kearah dada Gerak Kasar
anda. Dapatkah anak melempar bola lurus kea rah perut
atau dada anda dari jarak 1,5 meter ?
TOTAL
Gerak Kasar
Gerak Halus
Jawab: YA
Jawab: TIDAK
Tanyakan Ibu/Pengasuh
3 Dapatkah anak mengenakan sepatunya sendiri ? Sosialisasi
dan
Kemandirian
4 Dapatkah anak mengayuh sepeda roda tiga sejauh Gerak Kasar
sedikitnya 3 meter ?
5 Apakah anak dapat mencuci tangannya sendiri dengan Sosialisasi
baik setelah makan ? dan
Kemandirian
6 Apakah anak dapat mengikuti peraturan permainan bila Sosialisasi
bermain dengan teman-temannya? (Misal: ular tangga, dan
petak umpet, dll) Kemandirian
7 Dapatkah anak mengenakan celana Panjang, kemeja, Sosialisasi
baju atau kaos kaki tanpa di bantu? (Tidak termasuk dan
memasang kancing, gesper atau ikat pinggang) Kemandirian
Minta anak untuk berdiri
8 Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika Gerak Kasar
perlu tunjukkan caranya dan beri anak anda kesempatan
melakukannya 3 kali. Dapatkah ia mempertahankan
keseimbangan dalam waktu 2 detik atau lebih ?
9 Letakkan selembar kertas seukuran buku ini dilantai. Gerak Kasar
Apakah anak dapat melompati penjang kertas ini
dengan mengangkat kedua kakinya secara bersamaan
tanpa didahului lari ?
TOTAL
48 Tumbuh Kembang Anak
Gerak Kasar
Gerak Halus
Jawab: YA
Jawab: TIDAK
Tanya Ibu
3 Dapatkah anak mengayuh sepeda roda tiga sejauh Gerak Kasar
sedikitnya 3 meter ?
4 Apakah anak dapat mencuci tangannya sendiri dengan Sosialisasi
baik setelah makan ? dan
Kemandirian
5 Apakah anak dapat mengikuti peraturan permainan bila Sosialisasi
bermain dengan teman-temannya? (Misal: ular tangga, dan
petak umpet, dll) Kemandirian
6 Dapatkah anak mengenakan celana Panjang, kemeja, Sosialisasi
baju atau kaos kaki tanpa di bantu? (Tidak termasuk dan
memasang kancing, gesper atau ikat pinggang) Kemandirian
Bab 4 Penilaian Perkembangan Anak 49
Gerak Kasar
Gerak Halus
Jawablah: TIDAK
Tanya Ibu
5 Apakah anak dapat mengikuti peraturan permainan bila Sosialisasi dan
bermain dengan teman-temannya? (Misal: ular tangga, Kemandirian
petak umpet, dll)
6 Dapatkah anak mengenakan celana Panjang, kemeja, Sosialisasi dan
baju atau kaos kaki tanpa di bantu? (Tidak termasuk Kemandirian
memasang kancing, gesper atau ikat pinggang)
7 Dapatkah anak menyebut nama lengkapnya tanpa Bicara dan
dibantu ? Jawab TIDAK jika ia menyebut Sebagian Bahasa
Namanya atau ucapannya sulit dimengerti
8 Apakah anak dapat mengancingkan bajunya atau Sosialisasi dan
pakaian boneka ? Kemandirian
Minta anak untuk berdiri
9 Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika Gerak Kasar
perlu tunjukkan caranya dan beri anak anda kesempatan
melakukannya 3 kali. Dapatkah ia mempertahankan.
TOTAL
Bab 4 Penilaian Perkembangan Anak 51
Gerak Kasar
Gerak Halus
Jawablah: TIDAK
4 Bicara dan
Bahasa
Tanya Ibu
5 Apakah anak dapat mengancingkan bajunya atau pakaian Sosialisasi dan
boneka ? Kemandirian
6 Apakah anak bereaksi dengan tennag dan tidak rewel (tanpa Sosialisasi dan
menangis atau menngelayut pada anda) pada saat anda Kemandirian
meninggalkannya ?
7 Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri tanpa bantuan ? Sosialisasi dan
Kemandirian
Minta anak untuk berdiri
8 Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika perlu Gerak Kasar
tunjukkan caranya dan beri anak anda kesempatan
melakukannya 3 kali. Dapatkah ia mempertahankan
keseimangan dalam waktu 6 detik atau lebih ?
9 Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali tanpa Gerak Kasar
berpegangan (lompatan dengan dua kaki tidak ikut dinilai).
Apakah ia dapat melompat 2 – 3 kali dengan satu kaki ?
10 Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat Bicara dan
dengan telunjuk atau mata pada saat memberikan perintah Bahasa
berikut ini:
“Letakkan kertas ini di atas lantai”
“Letakkan kertas ini di bawah kursi”
“Letakkan kertas ini di depan kamu”
“Letakkan kertas ini di belakang kamu”
Jawab YA hanya jika anak mengerti arti “di atas”, “di bawah”,
“di depan”, dan “di belakang”
TOTAL
9 - 10: Sesuai 7 - 8: Meragukan 6 atau kurang: Penyimpangan
Gerak Halus
Jawablah: TIDAK
2 Bicara dan
Bahasa
Gerak Kasar
Gerak Halus
Jawaban: TIDAK
56 Tumbuh Kembang Anak
6 Isi titik-titik di bawah ini dengan jawaban anak. Jangan Bicara dan
membantu kecuali mengulangi pertanyaan sampai 3 Bahasa
kali bila anak menanyakannya.
“ Sendok dibuat dari apa?”; “Sepatu dibuat dari apa?”;
“Pintu dibuat dari apa?”
Apakah anak dapat menjawab ketiga pertanyaan di atas
dengan benar?
Sendok dibuat dari besi, baja, palstik, kayu
Sepatu dibuat dari kulit, karet, kain, plastic, kayu.
Pintu dibuat dari kayu, besi, kaca.
Tanya Ibu
7 Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri tanpa Sosialisasi dan
bantuan ? Kemandirian
Minta anak untuk berdiri
8 Suruh anak melompat dengan 1 kaki beberapa kali Gerak Kasar
tanpa berpegangan (lompatan dg 2 kaki tidak ikut
dinilai). Apakah ia dapat melompat 2-3 kali dengan 1
kaki ?
9 Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika
perlu, tunjukkan caranya adan beri anak anda
kesempatan melakukannya 3 kali. Dapatkah iya
mempertahankan keseimbangan dalam waktu 11 detik
atau lebih?
10 Apakah anak dapat menangkap bola kecil sebesar bola Gerak Kasar
tenis/bola kasti hanya dengan menggunakan kedua
tangannya ? (Bola besar tidak ikut dinilai)
TOTAL
Gerak Halus
5.1 Pendahuluan
Kehamilan merupakan periode penting dalam pembentukan kualitas sumber
daya manusia di masa mendatang. Salah satu upaya untuk menghasilkan
kualitas generasi adalah terpenuhinya gizi yang cukup dan berkualitas sejak
dalam kandungan. Gizi berperan penting dalam menentukan kesehatan ibu dan
janin. Asupan gizi yang cukup dan berkualitas dapat mendukung pertumbuhan
dan perkembangan janin dalam kandungan yang optimal. Asupan gizi selama
kehamilan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu namun juga untuk
memenuhi kebutuhan gizi janin. Ibu hamil membutuhkan zat gizi yang lebih
banyak dibandingkan saat tidak hamil. Hal ini dikarenakan zat gizi dikonsumsi
oleh ibu dan janin. Selama kehamilan janin memperoleh gizi dari makanan yang
dikonsumsi ibu dan dari simpanan zat gizi dalam tubuh ibu.
Ibu hamil membutuhkan tambahan jumlah dan jenis gizi selama kehamilan. Ibu
hamil yang tidak terpenuhi kebutuhan gizinya akan berisiko mengalami
berbagai masalah gizi seperti Kurang Energi Kronis (KEK) dan anemia
(Ernawati et al., 2017). Ibu yang mengalami KEK akan berdampak
meningkatkan risiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah dan
58 Tumbuh Kembang Anak
3. Lemak
Lemak pada ibu hamil dibutuhkan sebagai sumber cadangan energi,
mempertahankan penambahan berat badan. Asupan lemak total
dianjurkan tidak melebihi 30% dari total kecukupan energi. Asupan
lemak jenuh tidak lebih dari 8%. Asam lemak PUFA seperti omega 3
(asam dokoheksanoat/DHA) dan omega 6 (asam arakidonat/AA) bagi
ibu hamil diperlukan untuk membentuk membran sel otak janin. DHA
memiliki fungsi untuk tumbuh kembang sistem syaraf pusat dan retina
janin. Pangan yang kaya DHA banyak terdapat pada lemak ikan
(Kementrian Kesehatan RI, 2017) .
4. Karbohidrat
Karbohidrat pada ibu hamil diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
tambahan energi dan mencegah glukoneogenesis yang tidak efisien.
Pangan sumber karbohidrat adalah biji-bijian (serelia), umbi, buah-
buahan dan sayuran. Pola pangan yang baik untuk kontribusi energi
dari karbohidrat dianjurkan sekitar 50-65%.
5. Air
Air pada ibu hamil dibutuhkan untuk mendukung metabolisme,
mencegah konstipasi dan merangsang buang air kecil sehingga
terhindar dari infeksi ginjal. Ibu hamil juga mengalami pembesaran
uterus yang menekan usus bagian bawah sehingga menyebabkan
kesulitan buang air besar.
6. Vitamin A
Ibu hamil membutuhkan vitamin A untuk menjaga integritas epitel,
menjaga kestabilan membran sel saraf, sistem reproduksi dan
pembentukan tulang janin. Pangan sumber vitamin A adalah hati,
daging, wortel dan sayuran berdaun hijau.
7. Vitamin B1, B2 dan B3
Ibu hamil membutuhkan vitamin B1, B2 dan B3 untuk mendukung
metabolisme energi. Kebutuhan vitamin ini meningkat selaras dengan
kebutuhan energi yang meningkat. Kekurangan vitamin B1 dan B2
pada ibu hamil berdampak pada penurunan sel darah merah di saluran
penghubung plasenta dan berisiko menghasilkan bayi BBLR. Pangan
60 Tumbuh Kembang Anak
12. Kalsium
Kalsium pada ibu hamil diperlukan untuk membantu mineralisasi
tulang dan gigi janin. Penyerapan kalsium saat awak kehamilan lebih
tinggi dan meningkat dua kali lipat dan disimpan dalam tubuh ibu.
Pada trimester 3 maka proses kalsifikasi tulang janin dan transfer
kalsium ke plasenta meningkat. Sekitar 300 mg kalsium ditransfer ke
janin setiap hari pada minggu kedua terakhir kehamilan.
13. Zat Besi
Zat besi pada ibu hamil dibutuhkan untuk membentuk sel darah
sehingga terpenuhi volume darah ibu. Selama kehamilan maka ibu
memerlukan simpanan zat besi yang akan digunakan janin untuk
mendeposit saat lahir hingga usia 46 bulan. Kekurangan zat besi akan
menyebabkan anemia (Ernawati et al., 2017)Saat ibu melahirkan akan
berisiko kehilangan darah sehingga menguras simpanan zat besi.
Pangan sumber zat besi utama adalah hati dan daging.
14. Iodium
Iodium pada ibu hamil dibutuhkan seiring peningkatan laju metabolik
basal. Ibu yang kekurangan iodium akan terjadi pembengkakan
kelenjar tiroid. Akibat kekurangan iodium saat hamil adalah
meningkatkan risiko anak menderita gondok (Ernawati et al., 2017).
Pangan sumber iodium adalah pangan laut seperti kerang, udang, dan
rumput laut serta garam beriodium.
15. Magnesium
Magnesium pada ibu hamil berperan bersama kalsium untuk
membentuk tulang. Magnesium juga berfungsi sebagai antagonistik
untuk mengatur impuls saraf. Kekurangan magnesium akan
mengakibatkan penegangan pembuluh darah, plasenta, dan umbikal.
Pangan sumber magnesium adalah daging, susu, pangan laut, kacang-
kacangan dan sayuran.
16. Zink
Zink pada ibu hamil berperan untuk sintesis protein dalam
pembentukan dan pertumbuhan sel. Selama kehamilan terjadi
62 Tumbuh Kembang Anak
Tabel 5.1: Angka Kecukupan Gizi (AKG) Ibu Hamil usia 19-49 tahun
(Kementrian Kesehatan RI, 2019)
Tambahan Zat Gizi Saat
Perempuan
Kehamilan
Dewasa
Jenis Zat Gizi
19-29 30-49 Trimester Trimester Trimester
tahun tahun 1 II III
Energi (kkal) 2250 2150 +180 +300 +300
Protein (g) 60 60 +1 +10 +30
Lemak total (g) 65 60 +2.3 +2.3 +2.3
Omega 3 (g) 1.1 1.1 +0.3 +0.3 +0.3
Omega 6 (g) 12 12 +2 +3 +2
karbohidrat (g) 360 340 +25 +40 +40
Serat (g) 32 30 +3 +4 +4
Air (ml) 2350 2350 +300 +300 +300
vitamin A (RE) 600 600 +300 +300 +300
Vitamin D 15 15 +0 +0 +0
(mcg)
Vitamin E 15 15 +0 +0 +0
(mcg)
Vitamin K 55 55 +0 +0 +0
(mcg)
Vitamin B 1 1.1 1.1 +0.3 +0.3 +0.3
(mg)
Vitamin B 2 1.1 1.1 +0.3 +0.3 +0.3
(mg)
Vitamin B 3 14 14 +4 +4 +4
(mg)
Bab 5 Gizi Ibu Hamil dan Pertumbuhan Janin 63
Vitamin B 5 5 5 +1 +1 +1
(mg)
Vitamin B 6 1.3 1.3 +6 +6 +6
(mg)
Folat (mcg) 400 400 +200 +200 +200
Vitamin B 12 4 4 +0.5 +0.5 +0.5
(mcg)
Biotin (mcg) 30 30 +0 +0 +0
Kolin (mg) 425 425 +25 +25 +25
Vitamin C (mg) 75 75 +10 +10 +10
Kalsium (mg) 1000 1000 +200 +200 +200
Fosfor (mg) 700 700 +0 +0 +0
Magnesium 330 340 +0 +0 +0
(mg)
Besi (mg) 18 18 +0 +9 +9
Iodium (mcg) 150 150 +70 +70 +70
Seng (mg) 8 8 +2 +2 +2
Selenium 24 25 +5 +5 +5
(mcg)
Mangan (mg) 1.8 1.8 +0.2 +0.2 +0.2
Fluor (mg) 3.0 3.0 +0 +0 +0
Kromium 30 29 +5 +5 +5
(mcg)
Kalium (mg) 4700 4700 +0 +0 +0
Natrium (mg) 1500 1500 +0 +0 +0
Klor (mg) 2250 2250 +0 +0 +0
Tembaga (mcg) 900 900 +100 +100 +100
(Sumber: Kemenkes RI, 2019)
64 Tumbuh Kembang Anak
6.1 Pendahuluan
Anak berada dalam fase tumbuh kembang rentang usia anak yaitu antara 0
sampai 18 tahun, anak memiliki kebutuhan yang spesifik yaitu secara fisik,
psikologis, sosial, dan spiritual. Kebutuhan anak harus di penuhi dengan
maksimal agar anak mampu beradaptasi serta dapat meningkatkan kesehatan
(Wilson, 2007)
Kebutuhan anak yang harus di penuhi yaitu bermain. Bermain adalah hak anak.
Bermain bagian dari kehidupan anak. Dunia anak adalah dunia bermain,
bermain bagi anak sama hal nya bekerja pada orang dewasa. pentingnya
bermain bagi anak di mana sebagian besar waktu anak dihabiskan dengan
aktivitas bermain (Sterman et al., 2020). Dalam bermain anak mengeksplor dan
menyadari dunianya sehingga anak mampu mengembangkan diri. Dengan
bermain anak akan memperoleh stimulasi sehingga dapat meningkatkan
keterampilan dan kemampuan anak, memberikan informasi, memberikan
kesenangan, dan dapat mengembangkan imajinasi anak (Yus, 2013).
Bermain dapat mengoptimalkan setiap tahapan perkembangan anak. Beberapa
penelitian telah menunjukkan manfaat yang dapat diberikan dari bermain. Anak
68 Tumbuh Kembang Anak
6.2 Bermain
6.2.1 Pengertian Bermain
Bermain merupakan kegiatan yang menimbulkan kesenangan, dengan bermain
anak dapat mengatasi, mempelajari, menguji ide baru, dan menguji
keterampilan psikomotor baru yang didapat. Bermain pada anak dapat
meningkatkan kesehatan emosional dan fisik (Bowden, V.R. & Greenberg,
2010)
Menurut Ball, Binder, dan Cowen (2010), Bermain pada Anak dapat
meningkatkan kemampuan anak dalam mengontrol kejadian selama bermain.
Bermain dapat meningkatkan tumbuh kembang anak (Lillard et al., 2013).
Dengan bermain anak akan berekspresi dan beraktivitas melalui masalah
emosional atau psikologis (Ball, Jane. ruth, Bindler. kay, 2012)
Gambar 6.3: Bermain di pantai (Wong, D.L., Hockenberry, M., Wilson, D.,
Winkelstein, M.L., & Schwartz, 2013), (Mariyana, 2011)
3. Permainan keterampilan (skill play): Bayi mengembangakan
kemampuan dalam menggenggam dan memanipulasi. Bayi akan terus
mendemonstrasikan dan melatih kemampuan baru hal ini diperoleh
dari permainan keterampilan. Bayi akan terus menaklukkan
keterampilan yang sulit dan bayi juga mampu memahami suatu
tindakan yang dilakukan yang menghasilkan rasa sakit.
4. Permainan (games): anak memusatkan perhatian sejenak pada hal yang
menarik. Anak melamun, bermain dengan pakaian atau benda lain.
Berjalan tanpa tujuan.
5. Permainan yang hanya memperhatikan saja (unoccupted behaviour),
Permainan simbolik atau pura-pura (dramatic play): Drama atau pura
pura distimulasi pada masa anak usia 11 sampai 13 bulan. Anak
memerankan peristiwa di kehidupan sehari hari, anak akan
mempraktekkan peran permainan drama balita seperti menggunakan
telepon, mengemudi, mobil, mengayunkan boneka berkembang
menjadi drama yang lebih komplek dengan bermain polisi, guru,
perawat atau dokter. Seiring bertambah usia anak akan memerankan
cerita yang lebih rumit (Wong, D.L., Hockenberry, M., Wilson, D.,
Winkelstein, M.L., & Schwartz, 2013)
Bab 6 Bermain Dan Alat Permainan Anak 71
Bayi 0-6 bulan: Tunjukkan pada bayi Ponsel Pelukan Pelukan ibu
Baru benda yang menarik seperti dengan
Lahir ponsel, warna yang cerah, warna yang
biasakan bayi dengan suara ibu kontras
Bab 6 Bermain Dan Alat Permainan Anak 75
1-3 Berikan anak pena, spidol atau buku kain , Paralel play dan Solitary play
tahun krayon untuk melatih mencoret pensil dan sollatary play n paralel
coret kertas besar, play, Jenis
Dorong anak untuk berinteraksi bermain Anak bermain alat
dengan teman sebaya dapur., secara spontan, permainan
Bantu anak menjelajahi tubuh ( telepon bebas, berhenti seperti
berjalan, melompat , berdiri 1 mainan bila capek, boneka,
kaki) koordinasi kereta api,
kurang (sering truk, sepeda
merusak roda tiga,
mainan) alat
memasak,
Jenis alat
mainan:boneka, menggamba
alat masak,buku
Bab 6 Bermain Dan Alat Permainan Anak 77
(Ball, Jane.
ruth, Bindler. kay, 2012)
Gambar 6.5: Contoh Instructional play, (Bowden, V.R. & Greenberg, 2010)
2. Emotional Outlet Play
Emotional outlet play bertujuan untuk mengijinkan anak
mengekspresikan kecemasan, ketakutan tentang penyakitnya atau
kondisi hospitalisasi. Contohnya mengungkapkan perasaannya dengan
cara menggambar Contoh bahan dan metode yang digunakan pada
emotional outlet play, meliputi:
a. Alat melukis dan crayon
b. Video games interaktif
c. Buku kosong untuk menulis cerita
d. Kesempatan untuk bermain “dokter dan perawat”
e. Permainan seperti ci luk ba, sembunyi dan mencari
f. Sesi menulis lagu
Gambar 6.6: Contoh Emotional outlet play (Bowden, V.R. & Greenberg,
2010)
82 Tumbuh Kembang Anak
Bermain drama Sediakan boneka dan peralatan Berikan boneka dan peralatan
medis dan analisis peran boneka untuk sesi bermain. Seperti
yang diberikan, demonstrasi gips, nebulizer, alat intravena,
perilaku boneka dalam permainan, dan stetoskop untuk
dan emosi yang nyata menjelaskan perawatan.
Ada berbagai program persiapan pra operasi berbasis rumah sakit berlaku
kepada pasien anak untuk menghilangkan kecemasan mereka, seperti: dokter
badut, video game,10e15 ADVANCE (Pengurangan kecemasan, Gangguan,
Pemodelan video dan pendidikan, Menambahkan orang tua, Ketidakpastian
yang berlebihan, Coaching, dan Exposure/shaping; Lihat Kain dan rekan 16
untuk deskripsi intervensi) program, selebaran informasi lucu, (Liu et al., 2018).
Beberapa penelitian telah menunjukkan manfaat yang dapat diberikan dari
bermain pada anak melalui beberapa metode pelaksanaan.Berdasarkan hasil
penelitian dengan judul The E_ect of Virtual Reality Games on the GrossMotor
Skills of Children with Cerebral Palsy:A Meta-Analysis of Randomized
Controlled Trials Didapatkan bahwa keterampilan anak meningkat setelah
dilakukan permainan selama 17 – 40 menit dengan frekuensi 5 kali perminggu
siklus lebih dari 12 minggu dengan total intervensi 1000 menit (Ren and Wu,
2019).
Penelitian oleh Hsu & Feng (2015), yang berjudul The Use of Therapeutic Play
in the Intensive Care of a Preschool Child With Virus-Associated
Hemophagocytic Syndrome yang meneliti mengenai melukis dan buku
bergambar digunakan sebagai intervensi pada anak prasekolah untuk
memahami perasaan anak, dengan menggambar anak dapat mengeluarkan
emosinya. (Hsu, C., & Feng, 2015) Strategi ini sukses membantu anak
mengatasi persepsi stres permainan yang sesuai untuk anak prasekolah yaitu
melukis atau menggambar yang merupakan salah satu metode emotional outlet
play yang bertujuan untuk mengekspresikan emosi sehingga dapat mengurangi
kecemasan (Bowden & Greenberg, 2010).
88 Tumbuh Kembang Anak
7.1 Pendahuluan
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri
atau suami istri anak dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya
atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau kebawah sampai dengan
derajat ketiga. (“Pengelolaan Bina Keluarga Holistik Integratif (BKB) HI,”
2018). Bina keluarga balita yang dalam peraturan ini disebut BKB adalah
pelayanan penyuluhan bagi orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam
mengasuh dan membina tumbuh kembang anak melalui kegiatan stimulasi fisik,
mental, intelektual, emosional, spiritul, sosial dan moral untuk mewujudkan
sumber daya manusia yang berkualitas.(Alfina Ulinuha, 2017). Orang tua selalu
memberikan perhatian kepada anak mempertahankan respons pengasuhan
empatik dan pengasuhan dalam konteks kumulatif dan stres kronis. Orang tua
didukung melalui pembelajaran untuk terlibat dalam perawatan diri dalam
90 Tumbuh Kembang Anak
mengurangi tress anak sehingga tumbuh kembang anak terjaga dengan baik atau
sesuai dengan tahap tumbuh kembang (Sheller et al., 2018).
Bina Keluarga Balita BKB merupakan salah satu bagian dari Tribina yang
khusus mengelola tentang pembinaan terhadap balita. Tujuan dari BKB yaitu
untuk menambah wawasan serta meningkatkan keterampilan orangtua dalam
mengasuh balitanya. Pembinaan tersebut meliputi pola asuh balita, perhatian
orang tua terhadap fungsi motorik balita, gizi seimbang bagi balita, dan lain-lain.
Hubungan antara orangtua dan balita memiliki pengaruh yang besar bagi balita
untuk masa mendatang. Balita dapat dikatakan sebagai golden age period,
dimana masa balita sangat berpengaruh untuk kedepannya. Didikan maupun
asuhan yang tepat dari orangtua untuk balita mampu membentuk generasi
mendatang yang berkualitas. Generasi yang berkualitas akan menciptakan anak-
anak yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki
kepribadian yang luhur, tumbuh kembang secara optimal, serta menjadi
generasi yang cerdas, terampil, dan sehat (Bkkbn & Jawa, 2018).
Program Bina Keluarga Balita (BKB), yang diintegrasikan dalam Program
Keluarga Berencana Nasional merupakan program yang strategis sebagai upaya
membina tumbuh kembang anak balita secara optimal dan sebagai bagian dari
upaya untuk mempersiapkan keluarga yang berkualitas , yang merupakan visi
program KB Nasional era baru. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut perlu
dilakukan koordinasi dan keterpaduan yang sebaik-baiknya dengan semua
sektor terkait (SAPUTRA, 2014). Proses pembangunan kualitas sumber daya
manusia diperlukan satu upaya yang terarah pada siklus kehidupan manusia
melalui pembinaan dan pembentukan karakter sejak dini, bahkan sejak anak
dalam kandungan. Program Bina Keluarga Balita merupakan program yang
diperuntukan bagi keluarga yang memiliki balita. Program Bina Keluarga Balita
bertujuan untuk meningkatkan pengelolaan dan keterampilan orang tua dan
anggota keluarga lainnya dalam membina tumbuh kembang balita melalui
rangsangan fisik, motorik, kecerdasan emosional, dan perilaku sosial, juga
merupakan salah satu upaya untuk dapat mengembangkan fungsi pendidikan,
sosialisasi, dan kasih sayang dalam keluarga(Ariesta, 2011).
Faktor penghambat yang timbul dari dalam diri orang tua yaitu karena belum
dapat membagi waktu untuk dapat mengikuti kegiatan di luar rumah. Pekerjaan
rumah tangga yang tidak sedikit membuat orang tua sibuk di dalam rumahnya
sendiri. Faktor penghambat dari luar diri orang tua yaitu dari fasilitas di gedung
posyandu yang sekaligus dipakai untuk kegiatan bina keluarga balita. Fasilitas
yang masih kurang memadai membuat orang tua menjadi kurang nyaman dalam
Bab 7 Bina Keluarga dan Balita (BKB) dan Upaya untuk Peningkatan Kualitas 91
mengikuti kegiatan bina keluarga balita. Seperti halnya yang diungkapkan oleh
salah satu orang tua bernama Ibu M berikut pernyataannya: “Di bina keluarga
balita ini, menurut saya sarana dan prasarananya itu masih kurang, seperti meja
dan kursi. Jadi kadang ibu-ibu yang datang itu duduknya lesehan di bawah dan
ada ibu-ibu yang gak kuat duduk di bawah terlalu lama karena kakinya suka
kram.” Penjelasan ini merupakan penuturan dari orang tua yang merasa bahwa
sarana dan prasarana di tempat bina keluarga balita ini masih kurang memadai.
Perlu lebih diperhatikan lagi sarana dan prasarananya agar orang tua yang
mengikuti program bina keluarga balita tersebut merasa nyaman(Awad, 2020).
Pertumbuhan fisik merupakan paling dominan diantara aspek lainnya (jiwa dan
sosial) terhadap partisipasi keluarga dalam pengasuhan dan tumbuh kembang
anak usia 0-6 tahun. Diperlukan upaya promosi yang gencar dan seimbang
antara ketiga aspek pada pola pengasuhan dan tumbuh kembang anak sehingga
outputnya dapat menciptakan dan mendukung program ketahanan keluarga
(Suhenda, Kusyanti, Bandung, & Bandung, 2020).
Masa bayi dan anak adalah masa mereka mengalami masa pertumbuhan dan
perkembangan yang cepat dan sangat penting, dimana nantinya merupakan
landasan yang menentukan kualitas penerus generasi bangsa. Masa kritis anak
pada usia 6-24 bulan, karena kelompok umur merupakan saat periode
pertumbuhan kritis dan kegagalan tumbuh (growth failure) mulai terlihat
(Sukamti et al., 2015). Untuk menciptakan lingkungan yang mendukung
diperlukan wadah kegiatan keluarga yang mempunyai balita-anak, bertujuan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua (Ayah dan Ibu) &
anggota keluarga lain untuk mengasuh & membina tumbuh kembang anak
melalui kegiatan rangsangan fisik, mental, intelektual, emosional, spiritual,
sosial dan moral untuk mewujudkan SDM yang berkualitas dalam rangka
meningkatkan kesertaan, pembinaan, dan kemandirian ber-KB bagi Pasangan
Usia Subur (PUS) anggota kelompok kegiatan pelaksanaan pengasuhan dalam
BKB perlu 9 dimensi orang tua hebat: 1. Bersiap-siap menjadi Orangtua, 2.
Memahami Peran Orangtua, 3. Memahami Konsep Diri Orangtua, 4.
Melibatkan Peran Ayah, 5. Mendorong Tumbuh Kembang Anak, 6. Membantu
Tumbuh Kembang Balita, 7. Menjaga Anak dari Pengaruh Media, 8. Menjaga
Kesehatan Reproduksi Balita, 9. Membentuk Karakter Anak Sejak Dini.
92 Tumbuh Kembang Anak
b. Penyakit pada ibu Hampir semua penyakit berat yang diderita ibu pada
saat hamil dapat mengakibatkan keguguran, lahir mati, atau berat
badan bayi rendah. Juga beberapa dapat menyebabkan infeksi pada
janin, gangguan pertumbuhan janin, bahkan cacat bawaan. Infeksi
yang sering menyebabkan cacat bawaan, yang terkenal adalah TORCH
(Toksoplasosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes simplex), yang
lainnya yang juga berpengaruh adalah cacar air, hepatitis, campak, dan
lain-lain. Selain yang tersebut di atas beberapa penyakit ibu yang
berpengaruh buruk pada janin diantaranya adalah hipertensi, penyakit
jantung, ginjal, asma, kencing manis. Oleh karena itu dianjurkan
sebelum dan selama hamil ibu memeriksakan kesehatannya secara
teratur
tentang pola asuh anak. Meningkatkan keterampilan dalam hal mengasuh dan
mendidik BALITA. Lebih baik dalam cara pembinaan anak. Lebih
banyak/dapat mencurahkan perhatian pada anaknya sehingga tercipta ikatan
batin antara anak dan orang tua. Akan tercipta keluarga yang berkualitas. Bagi
anak-anak akan tumbuh dan berkembang sebagai anak: Bertakwa kepada Tuhan
Yang maha Esa. Berkepribadian luhur. Tumbuh dan berkembang secara
optimal. Cerdas, terampil dan sehat. Memiliki dasar kepribadian yang kuat, guna
perkembangan selanjutnya(Mawaddah, 2019).Bentuk layanan yang diberikan
yaitu:(1)Penyuluhan kepada orang tua materi pengasuhan tumbuh kembang
balita,(2)Pertemuan balita minimal 1 bulan sekali,(3)Stimulasi aspek
perkembangan dengan menggunakan APE sesuai perkembangan anak,
(4)Melakukan rujukan bila anak mengalami gangguan tumbuh kembang,
(5)Semua materi diselesaikan selama 1 tahun (Mawaddah, 2019).
Pengasuhan anak yang dilakukan oleh orang tua harus disesuaikan dengan
potensi tumbuh kembang anak dimana disini dilakukan dengan
mengembangkan pengetahuan, dan keterampilan dalam pengasuhan anak. Hal
utama yang perlu dimiliki oleh orang tua terutama seorang ibu dalam
menunjang perkembangan anaknya. Dimana apapun harus dipenuhi orang tua
demi pengembangan tumbuh kembang anak optimal dan orang tua perlu
mengetahui apa saja stimulasi yang bisa diberikan pada anak agar anak mampu
tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia nya hal ini dapat dilakukan oleh
orang tua apabila orang tua memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang
pengasuhan anak, maka ibu dapat memberikan pengasuhan yang sesuai dengan
kebutuhan dan proses perkembangan anak balita. Kesesuaian inilah yang
menunjukkan bahwa ibu telah memberikan pengasuhan yang berkualitas
kepada anak balitanya.
Upaya dalam program ini Terwujudnya kesejahteraan anak sangat ditentukan
oleh keluarga dan kesejahteraan keluarga itu sendiri sebagai tempat yang paling
utama (Resti Fauziah, Nandang Mulyana, 2019). Dimana hal yang harus
dilakukan orang tua: 1. Bersiap-siap menjadi Orangtua 2. Memahami Peran
Orangtua, 3. Memahami Konsep Diri Orangtua 4. Melibatkan Peran Ayah,
5.Mendorong Tumbuh Kembang Anak, 6.Membantu Tumbuh Kembang
Balita,7. Menjaga Anak dari Pengaruh Media, 8. Menjaga Kesehatan
Reproduksi Balita,9. Membentuk Karakter Anak Sejak Dini (Setyaningsih,
Dissosp, & Klaten, 2018)
102 Tumbuh Kembang Anak
Bab 8
Gangguan Pertumbuhan dan
Perkembangan Anak
8.1 Pendahuluan
Anak dapat dikatakan sebagai investasi suatu bangsa. Kualitas seorang anak di
suatu negara akan menentukan kualitas negara dan bangsa tersebut di masa
depan. Kualitas seorang anak dapat dinilai dari tumbuh kembang yang optimal
baik fisik, mental, emosional maupun sosial. Pertumbuhan dan perkembangan
anak merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan. Kedua hal
tersebut mempunyai konsep yang berbeda namun saling berkaitan dan tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Tumbuh kembang seorang anak telah dimulai
sejak di dalam kandungan (masa pre natal) dan mengalami kemajuan yang pesat
pada masa 0-5 tahun hingga masa ini seringkali disebut masa atau periode emas
(Golden Age).
Tumbuh kembang mempunyai karakteristik yang berbeda di setiap tahapan
usia. Karakteristik tersebut perlu dipahami oleh setiap orang tua agar dapat
dilakukan deteksi gangguan tumbuh kembang pada anak sehingga gangguan
tersebut dapat di atasi secara dini. Gangguan tumbuh kembang pada anak dapat
diketahui dengan dilakukannya pemantauan tumbuh kembang secara periodik.
Pertumbuhan dapat dipantau sejak anak berusia 0-72 bulan melalui
104 Tumbuh Kembang Anak
penimbangan berat badan setiap bulannya dan melalui pengukuran tinggi badan
setiap 3 bulan dan lingkar kepala sesuai jadwal. Perkembangan dapat dipantau
setiap 3 bulan sekali pada usia 0-12 bulan dan setiap 6 bulan sekali pada usia 12-
72 bulan (Kemenkes RI, 2014).
Secara umum, gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak dibedakan
menjadi empat gangguan, yaitu 1) Gangguan pertumbuhan fisik, 2) Gangguan
perkembangan motorik, 3) Gangguan perkembangan bahasa, dan 4) Gangguan
emosi dan perilaku. Gangguan tersebut mempunyai karakteristik, deteksi, dan
penanganan yang berbeda-beda. Salah satu gangguan pertumbuhan fisik yang
banyak ditemukan di masyarakat adalah stunting. Stunting merupakan indikator
gangguan pertumbuhan yang paling baik dan akurat untuk menunjukkan
ketidakseimbangan tumbuh kembang manusia. Stunting tidak hanya
berpengaruh terhadap kenampakan fisik, namun juga berpengaruh terhadap
perkembangan kognitif, prestasi sekolah, produktivitas saat bekerja, dan
outcome reproduksi jika stunting dialami oleh wanita (Dewey and Begum,
2011).
8.2.1 Stunting
Gambaran Umum Stunting
Stunting merupakan gangguan pertumbuhan yang dinilai berdasarkan panjang
badan (untuk anak usia < 2 tahun) dan tinggi badan (untuk anak usia ≥ 2 tahun).
Seorang anak dikatakan mengalami stunting jika mempunyai panjang badan
atau tinggi badan < -2 SD, yang dinilai baik berdasarkan Grafik Pertumbuhan
Anak (GPA) ataupun Tabel Standar Antropometri (Kemenkes), 2020). Stunting
dapat mulai terjadi saat anak berada dalam kandungan (in utero) dan berlanjut
sampai 2 tahun pertama kehidupan. Periode tersebut merupakan masa kritis
(critical window) untuk melakukan intervensi pencegahan stunting (Dewey and
Begum, 2011).
Stunting dianggap sebagai kondisi yang dapat menggambarkan keadaan masa
lampau dan prediksi masa depan. Stunting dianggap dapat mendeskripsikan
kondisi masa lampau karena stunting disebabkan oleh kondisi yang tidak
menguntungkan di masa lampau seperti gizi yang tidak optimal, pola asuh yang
tidak sesuai, dan infeksi yang berulang. Selain itu, stunting juga dapat
memprediksi masa depan melalui dampak yang ditimbulkan, yaitu prestasi dan
kognitif yang rendah, pendapatan yang rendah, serta kemiskinan (Leroy and
Frongillo, 2019).
Dampak Stunting
Stunting merupakan gangguan pertumbuhan yang berperan sebagai marker dari
berbagai gangguan patologis. Berikut ini merupakan beberapa dampak dari
stunting, yaitu
1. Meningkatkan risiko morbiditas dan mortilitas
Anak yang mengalami stunting mempunyai imunitas yang buruk
sehingga meningkatkan risiko terjadinya infeksi, seperti pneumonia,
diare, meningitis, tuberculosis, dan hepatitis. Intensitas anak terpapar
infeksi yang sering dapat memperburuk kondisi stunting dan anak
rentan terkena infeksi di kemudian hari. Anak yang terpapar infeksi
mempunyai karakteristik penurunan nafsu makan, gangguan
penyerapan zat gizi, dan peningkatan metabolisme (de Onis and
Branca, 2016).
106 Tumbuh Kembang Anak
Penyebab Stunting
Penyebab stunting bersifat multifaktor. Berdasarkan kerangka konseptual
World Health Organization (WHO), penyebab stunting terbagi menjadi
beberapa komponen, yaitu:
1. Faktor ibu, seperti 1) kurangnya gizi pada ibu saat pra konsepsi,
kehamilan, dan menyusui, 2) Ibu yang pendek, 3) Infeksi, 4)
Bab 8 Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak 107
Faktor risiko gizi kurang dan gizi buruk dapat dikelompokkan berdasarkan usia
anak, yaitu:
1. Faktor risiko gizi kurang dan gizi buruk pada bayi < 6 bulan, meliputi
berat bayi lahir < 2500 gram (BBLR), prematur, penyakit/kelainan
bawaan, pola asuh yang tidak sesuai seperti tidak mendapat ASI
Ekslusif, tidak mendapat kolostrum
2. Faktor risiko gizi kurang dan gizi buruk pada balita usia 6-59 bulan,
meliputi asupan makanan yang kurang baik dari segi kualitas maupun
kuantitas, imunisasi dasar yang tidak lengkap, papasarn sumber
infeksi, tidak tersedianya jamban keluarga dan air bersih serta paparan
polusi lingkungan (Kemenkes RI, 2019).
Penanganan anak gizi buruk atau kurang dapat dilakukan baik dengan rawat
jalan maupun rawat inap. Rawat jalan diperuntukkan untuk balita usia 6-59
bulan dengan gizi buruk tanpa komplikasi sedang rawat inap diperuntukkan
untuk bayi < 6 bulan dengan gizi buruk baik dengan atau tanpa komplikasi,
balita usia 6-59 bulan yang mengalami gizi buruk dengan komplikasi dan baliata
> 6 bulan yang mempunyai berat badan < 4 kg (Kementerian Kesehatan RI,
2020).
usia (IMT/U). Kategori dan ambang batas status gizi berdasarkan indeks BB/PB
atau BB/TB dan IMT/U disajikan pada Tabel 8.1 berikut ini
Tabel 8.1: Standar Antropometri Anak berdasarkan Indeks BB/PB atau
BB/TB dan IMT/U (Kemenkes), 2020)
Indeks Kategori status gizi Ambang batas
(Z-score)
Berat badan menurut Gizi buruk (severy wasted) < -3 SD
panjang badan atau tinggi Gizi kurang (wasted) -3 SD sd <-2 SD
badan Gizi baik (normal) -2 SD sd +1 SD
dan Berisiko gizi lebih (possible > +1 SD sd + 2 SD
Indeks Massa Tubuh risk of overweight)
menurut Umur (IMT/U) Gizi lebih (overweight) > +2 SD sd + 3 SD
Obesitas (obese) > + 3 SD
Sama halnya dengan gizi kurang, penyebab masalah gizi juga bersifat
multifaktor. Kurangnya aktivitas fisik dan asupan makanan berhubungan erat
dengan kejadian gizi lebih pada anak. Beberapa faktor risiko gizi lebih pada
anak disajikan pada Tabel 8.2
Tabel 8.2: Faktor risiko gizi lebih pada anak (Gupta et al., 2012)
Faktor risiko Keterangan
Peningkatan asupan kalori - Akses makanan fast food yang tidak
terbatas baik di rumah maupun sekolah
- Pemberian makanan atau susu
formula yang berlebihan pada bayi berat lahir rendah
(BBLR)
Kurangnya aktivitas fisik - Terlalu banyak melakukan aktivitas
di dalam rumah (menonton TV atau bermain gawai)
- Kurangnya motivasi untuk anak
berolahraga
Faktor sosiobudaya - Kurangnya pengetahuan ibu atau
pengasuh terkait gizi
- Kepercayaan yang salah tentang gizi
dan kesehatan, yaitu menganggap anak yang gemuk
adalah anak sehat
- Terlalu memaksakan makanan pada
anak
Kondisi lingkungan - Kurangnya tempat bermain di luar
ruangan baik di sekolah maupun di lingkungan rumah
- Banyaknya outlet-outlet fast food
Gizi lebih, terutama obesitas, membawa dampak baik pada kesehatan maupun
psikososial anak. Dampak pada kesehatan anak dibedakan menjadi 2 kategori,
yaitu bersifat metabolik dan mekanis. Dampak kesehatan yang bersifat mekanis,
110 Tumbuh Kembang Anak
Tabel 8.3: Rekomendasi upaya pencegahan gizi lebih pada anak (Gupta et al.,
2012)
Aspek Rekomendasi
Edukasi - Edukasi gizi dan aktivitas fisik melalui berbagai media
dan metode
- Kampanye gaya hidup sehat
Masyarakat - Diadakannya jalan sehat secara periodik
- Pemberian informasi gizi kepada orang tua
- Pemberian informasi gizi anak kepada pasangan yang
baru menikah
Periode perinatal dan neonatal - Gizi seimbang untuk ibu hamil
- Pemberian ASI Ekslusif dan dilanjutkan sampai usia 2
tahun
- Menghindari kelebihan gizi pada anak yang stunting
Program berbasis sekolah - Penyediaan makanan sehat dan bergizi di kantin sekolah
- Melatih guru tentang pendidikan kesehatan dan gizi
- Memasukkan pengetahuan tentang gizi dan aktivitas
fisik di kurikulum sekolah
Lingkungan rumah - Membatasi waktu dalam menonton TV/komputer
selama < 2 jam/hari
- Mewajibkan anak melakukan aktivitas fisik minimal 60
menit di rumah
Monitoring dan surveilance - Melakukan monitoring status gizi anak secara periodik
Kebijakan pemerintah nasional - Menurunkan harga sayur dan buah
- Memperbanyak taman bermain, area jalan kaki dan
bersepeda
- Membatasi iklan makanan tidak sehat di televisi selama
acara TV
- Membatasi sponsorship fast food atau junk food pada
acara anak-anak atau remaja
2. Sistem Hematopoietik
Kelainan pada sistem ini meliputi pendeknya massa hidup leukosit
sehingga fungsi imunitas pada anak SD mengalami penurunan. Selain
itu anak SD mempunyai risiko mengalami leukimia dan infeksi
Hepatitis B lebih besar daripada anak tidak SD (Desai, 1997).
3. Sistem Muskuloskeletal
Kelainan sistem muskuloskeletal menyebabkan kerusakan pada
sumsum tulang belakang yang bersifat irreversible. Perkembangan
wajah yang tidak sempurna dengan adanya prognatisme. Saluran udara
pada hidung umumnya pendek dan terdapat penebalan mukosa
sehingga anak SD lebih sering bernafas menggunakan mulut (Desai,
1997).
4. Sistem Saraf
Kelainan pada sistem saraf menyebabkan terganggunya fungsi motorik
dan menyebabkan terbatasnya kordinasi. Koordinasi gerak motorik
akan membaik seiring meningkatnya usia. Rata-rata 30% pasien SD
akan mengalami dementia atau penyakit Alzheimers setelah usia 35
tahun (Desai, 1997). Anak SD mempunyai karakteristik mengalami
retardasi perkembangan psikomotor dan masalah dalam pembelajaran.
Retardasi perkembangan psikomotor pada anak dengan Sindrom
Down disebabkan oleh perubahan bentuk dan jumlah sel saraf serta
perubahan ukuran otak kecil, gangguan kematangan sistem saraf pusat,
dan adanya proses patologis pada sistem saraf. Perkembangan motorik
yang terganggu meliputi kemampuan berdiri dan kemampuan berjalan
serta fungsi keseimbangan (Malak et al., 2015).
5. Sistem Pencernaan
Gangguan pada sistem pencernaan yang sering dialami oleh anak SD
antara lain muntah, diare, konstipasi, nyeri perut, dan
ketidaknyamanan pada sistem pencernaan. Kelainan pada sistem cerna
meliputi penyempitan saluran cerna, gangguan pembentukan sebagian
saluran cerna, dan gangguan pencarnaan lainnya (Irwanto, Wicaksono,
H, Ariefa, A, Samosir, 2019).
Bab 8 Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak 113
Penanganan atau treatment anak dengan GPPH tidak hanya dilakukan orang tua,
namun membutuhkan kerjasama dengan guru, psikiatrism psikolog, spesialis
perilaku, atau profesional yang menangani kesehatan mental. Beberapa
penanganan yang sering muncul di masyarakat adalah terapi tradisional,
pembatasan terhadap makanan tertentu (misal, tidak mengonsumsi gula),
minum suplemen tertentu, dan lainnya. Hal tersebut belum terdapat bukti
empiris yang kuat dapat menangani GPPH. Beberapa treatment yang dapat
dilakukan sebagai upaya penanganan GPPH(Cormier, 2008) , antara lain:
1. Intervensi kebiasaan (behavior intervention), yaitu memberikan
psikoedukasi bersama dengan orang tua. Terapi ini diberikan jika
gejala GPPH sangat ringan dan orang tua menolak menggunakan obat
stimulan (Dopheide and Pliszka, 2009)
2. Stimulan saraf pusat, misalnya methylphenidate and
dextroamphetamine
3. Kombinasi intervensi kebiasaan dan stimulan saraf pusat
Bab 9
Status Gizi Balita
9.1 Pendahuluan
Status gizi (nutritional satus) adalah keadaan yang diakibatkan oleh
keseimbangan antara asupan zat gizi dari makanan dan kebutuhan zat gizi oleh
tubuh (Harjatmo, M.Par’i and Wiyono, 2017). Referensi lain mengatakan status
gizi yaitu keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-
zat gizi (Mardalena and Suyani, 2016). Status gizi sangat dipengaruhi oleh
asupan gizi yang didapat dari makanan atau minuman (Harjatmo, M.Par’i and
Wiyono, 2017) dan keadaaan kesehatan tubuh seseorang termasuk infeksi
(Mardalena and Suyani, 2016). Kebutuhan asupan gizi setiap individu berbeda-
beda. Beberapa hal yang memengaruhi kebutuhan asupan gizi antara lain usia,
jenis kelamin, aktivitas, berat badan dan tinggi badan (Harjatmo, M.Par’i and
Wiyono, 2017).
Asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhan atau keseimbangan antara asupan
gizi dan kebutuhan akan menghasilkan status gizi baik. Sebaliknya
ketidakseimbangan antara asupan gizi dengan kebutuhan baik kelebihan
maupun kekurangan akan mengakibatkan gangguan gizi (Harjatmo, M.Par’i
and Wiyono, 2017). Gangguan gizi akibat kelebihan maupun kekurangan
asupan gizi dikenal dengan istilah malnutrisi atau gizi salah. Malnutrisi adalah
suatu keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif ataupun
absolut satu atau lebih zat gizi. Ada empat bentuk malnutrisi yaitu a). Under
118 Tumbuh Kembang Anak
nutrition yaitu kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau absolut untuk
periode tertentu) b). Specific defisiency yaitu kekurangan zat gizi tertentu c).
Over nutrition yaitu kelebihan konsumsi pangan dalam periode tertentu dan d).
Imbalance yaitu disporporsi zat gizi misalnya masalah kolesterol terjadi karena
ketidakseimbangan fraksi lemak tubuh (Mardalena and Suyani, 2016).
Sedangkan hubungan antara asupan gizi dan status gizi secara sederhana dapat
dilihat pada Gambar 9.1 (Harjatmo, M.Par’i and Wiyono, 2017)
Gambar 9.1: Hubungan Asupan Gizi dengan Status Gizi (Harjatmo, M.Par’i
and Wiyono, 2017)
Ada dua metode penilaian status gizi ini yaitu penilaian status gizi langsung dan
penilaian status gizi tidak langsung. Penilaian status gizi langsung dapat berupa
pengukuran antropometri, pemeriksaan klinis, pemeriksaan biokimia dan
pemeriksaan biofisik. Penilaian status gizi tidak langsung dapat berupa Survei
Konsumsi Makanan, Statistik Vital dan Faktor Ekologi (Mardalena and Suyani,
2016).
sel juga menyebabkan proporsi atau komposisi tubuh juga berubah. Jadi dengan
kata lain pertumbuhan adalah perubahan ukuran fisik dari waktu ke waktu, baik
dari segi ukuran fisik, proporsi, maupun komposisi tubuh (Harjatmo, M.Par’i
and Wiyono, 2017).
Pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor internal/ genetik & faktor eksternal/
lingkungan baik sebelum kelahiran maupun setelah kelahiran (Mardalena and
Suyani, 2016) Faktor genetik merupakan penentu sifat yang diturunkan dari
kedua orang tua, di mana sifat-sifat yang diturunkan dalam genetik setiap
individu berbeda dan tergantung sifat bawaannya. Penentuan kuantitas dan
kualitas pertumbuhan salah satunya ditentukan oleh instruksi genetik yang
terdapat di dalam sel telur yang telah dibuahi. Organisasi kesehatan dunia
(WHO) pada tahun 2005 menyebutkan bahwa jika salah satu orang tua sangat
gemuk, maka anak akan memiliki risiko mengalami kegemukan sebesar 40%.
Jika kedua orang tua sangat gemuk, maka kemungkinan risiko anak mengalami
kegemukan meningkat menjadi 70% (Harjatmo, M.Par’i and Wiyono, 2017).
Pertumbuhan juga dipengaruhi faktor eksternal atau faktor lingkungan.
Lingkungan yang baik akan memungkinkan tercapainya potensi pertumbuhan,
sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan mengakibatkan pertumbuhan
terhambat. Lingkungan pranatal (sebelum kelahiran) adalah lingkungan yang
dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim ibu
(Harjatmo, M.Par’i and Wiyono, 2017). Beberapa faktor lingkungan pranatal
yang dapat memengaruhi pertumbuhan adalah gizi saat janin dalam kandungan
(status gizi ibu hamil), toksin/ zat kimia, hormonal atau endokrin, radiasi,
penyakit/ infeksi, stres, anoksia embrio. Beberapa faktor lingkungan pascanatal
(setelah kelahiran) yang dapat memengaruhi pertumbuhan adalah kondisi
lingkungan biologis, fisik, psikososial, keluarga, adat istiadat dan kepercayaan,
(Mardalena and Suyani, 2016). Aspek gizi, umur, jenis kelamin, ras, penyakit
dan tindakan perawatan juga merupakan aspek lingkungan pascanatal yang
memengaruhi pertumbuhan (Harjatmo, M.Par’i and Wiyono, 2017).
Ada dua macam pertumbuhan, yaitu pertumbuhan linier dan pertumbuhan masa
jaringan. Pertumbuhan linear adalah pertumbuhan yang terjadi pada
pertambahan massa tulang. Pertambahan tinggi badan adalah contoh nyata
pertumbuhan linear. Pertumbuhan linier ditandai dengan beberapa hal, seperti
pertambahan masa tulang sehingga terjadi pertambahan tinggi atau panjang
badan yang akhirnya akan meningkatkan berat badan serta pertambahan lingkar
kepala dan lingkar dada. Pertumbuhan linier berjalan lambat sehingga
pemantauannya dilakukan tiga bulan sekali. Pertumbuhan massa jaringan yaitu
120 Tumbuh Kembang Anak
pertumbuhan yang terjadi pada perubahan massa lemak dan masa otot tubuh.
Pengukuran pertumbuhan massa jaringan terutama diperlukan untuk menilai
status gizi pada orang dewasa. Pertumbuhan masa jaringan ditandai salah
satunya dengan perubahan atau pertambahan masa otot dan masa lemak yang
akhirnya akan memengaruhi berat badan. Pertumbuhan masa jaringan berjalan
dalam waktu yang relatif singkat sehingga pemantauan pertumbuhan masa
jaringan bisa dilakukan satu kali dalam sebulan (Harjatmo, M.Par’i and Wiyono,
2017)
Pertumbuhan pada masa Balita dimulai dari janin dalam kandungan sampai
sekitar usia 5 tahun atau 60 bulan. Pertumbuhan pada masa ini sangat cepat di
mana semua jaringan tubuh tumbuh dan bertambah besar atau panjang.
Jaringan-jaringan vital tubuh juga mengalami pertumbuhan yang pesat pada
masa ini (Harjatmo, M.Par’i and Wiyono, 2017). Pertumbuhan pesat pada bayi
terlihat dari pertambahan berat badan. Tiga bulan pertama (0-3 bulan) berat
badan bayi akan bertambah sekitar 20-30 g per hari. Pada usia 3-6 bulan berat
badan bayi bertambah 15 g per hari dan berat badan bayi mencapai dua kali berat
badan lahir saat usia 4-5 bulan. Pada usia 6-12 bulan pertambahan berat badan
bayi per hari sebanyak 10-12 g (Marriott et al., 2020).
Balita terus bertumbuh dan berkembang. Pemantauan pertumbuhan secara
berkala perlu dilakukan guna mendeteksi kelainan atau gangguan pertumbuhan
lebih awal. Selain itu, untuk melihat keberhasilan suatu program atau terapi,
pemantauan pertumbuhan dapat digunakan sebagai indikator (Mahan, L.
Kathleen & Escot-Stump, 2008).
Pemantauan pertumbuhan dapat dilakukan salah satunya dengan pengukuran
antropometri (Mahan, L. Kathleen & Escot-Stump, 2008). Keunggulan
penggunaan antropometri sebagai alat untuk menentukan status gizi antara lain
adalah alat ukur mudah didapat dan mudah digunakan. Selain itu, pengukuran
antropometri dapat dilakukan berulang karena biaya relatif murah. Hasil
pengukuran antropometri juga mudah disimpulkan, secara ilmiah diakui
kebenaran dan keakuratannya. Antropometri juga dapat menggambarkan
ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan asupan gizi, menggambarkan
riwayat gizi masa lalu, serta dapat digunakan untuk skrining & mengevaluasi
status gizi (Mardalena and Suyani, 2016). Pengukuran antropometri yang biasa
digunakan untuk Balita antara lain berat badan, tinggi atau panjang badan dan
lingkar kepala. Grafik pertumbuhan seperti pada Gambar 9.2, Gambar 9.3,
Gambar 9.4 dan Gambar 9.5 dapat digunakan untuk menentukan baik tidaknya
Bab 9 Status Gizi Balita 121
Berat Badan Menurut Panjang Badan Anak Laki-Laki Usia 0-24 Bulan (WHO,
2010b)
Berat Badan Menurut Umur Anak Laki-Laki Usia 0-24 Bulan (WHO, 2010b)
Gambar 9.4: Grafik Lingkar Kepala Menurut Umur dan Berat Badan
Menurut Panjang Badan Anak Perempuan Usia 0-24 Bulan (WHO, 2010a)
124 Tumbuh Kembang Anak
Berdasarkan Tabel 9.1, dapat disimpulkan ada beberapa masalah gizi yang bisa
terjadi pada Balita, yaitu:
1. Underweight atau gizi kurang merupakan kondisi di mana nilai z-score
untuk perbandingan berat badan menurut umur (BB/U) adalah < -
2,0SD dan severe underweight atau gizi buruk dengan nilai z-score <
-3,0SD seperti terlihat pada Tabel 9.1 (McDonald and Thorne-Lyman,
2017). Indeks BB/U memberikan indikasi masalah gizi secara umum
karena berat badan berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan.
Pada Balita, ada dua hal yang dapat menyebabkan nilai z-score BB/U
rendah yaitu (1). Balita pendek yang merupakan indikasi adanya
masalah gizi kronis dan (2). Balita menderita penyakit infeksi yang
merupakan indikasi masalah gizi akut (Direktorat Gizi Masyarakat,
2018). Bila indeks BB/U Balita menunjukkan kondisi underweight
(gizi kurang) atau severe underweight (gizi buruk) biasanya secara
Bab 9 Status Gizi Balita 127
Balita dengan status gizi lebih atau gemuk berisiko menjadi remaja
yang obesitas juga. Selain itu Balita dengan status gizi lebih dan gemuk
akan mengalami penurunan fungsi kognitif sehingga Balita menjadi
malas dan kurang aktif yang akhirnya pada masa mendatang akan
menjadi beban kesehatan, ekonomi dan sosial Bangsa Indonesia
(Harjatmo, M.Par’i and Wiyono, 2017)
Tabel 9.2: Estimasi Kebutuhan Zat Gizi Makro Bayi 0-12 Bulan (Pritasari,
Damayanti and Lestari, 2017; Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2020)
Usia Jenis Energi Protein Karbohidrat Lemak
(Bulan) Kelamin Kkal/ Kg BB/ Hr g/ Kg BB/ Hr % %
Laki-laki 472 – 645
0-6 2,2 45 – 60 15-20
Perempuan 438 - 593
Laki-laki 645 – 844
6 – 12 2 45 – 60 30-45
Perempuan 593 - 768
Selain protein, karbohidrat dan lemak, bayi usia 0 – 12 Bulan juga
memerlukan cairan. Kebutuhan cairan untuk bayi ditentukan oleh
Bab 9 Status Gizi Balita 129
banyak nya cairan yang hilang melalui kulit dan paru-paru. Kehilangan
cairan melalui feses dan urin juga turut diperhitungkan untuk
menentukan kebutuhan cairan bayi. Bayi usia 0 – 6 Bulan
membutuhkan cairan sebanyak 0,7 L per hari dan dapat dipenuhi
dengan ASI. Kebutuhan cairan bagi bayi usia 7 – 12 Bulan sebanyak
0,8 L per hari. Kebutuhan cairan dapat dipenuhi melalui makanan dan
minuman yang dikonsumsi baik ASI maupun Makanan Pendamping
ASI (Mahan, L. Kathleen & Escot-Stump, 2008).
2. Zat Gizi Mikro
Zat gizi mikro yang dibutuhkan bayi hampir semua terpenuhi dari ASI
jika konsumsi ASI nya cukup. Namun kandungan vitamin D yang
diperlukan untuk penyerapan calsium dan pembentukan tulang dalam
ASI tergolong rendah sehingga perlu suplementasi pada kondis-
kondisi khusus misal defisiensi. Vitamin D juga perlu diberikan
melalui paparan sinar matahari. Vitamin K pada ASI juga lebih rendah
daripada susu formula sehingga bayi yang kurang ASI akan
mengalami defisiensi vitamin K (Pritasari, Damayanti and Lestari,
2017).
Kebutuhan kalsium bagi bayi yang tidak mendapatkan ASI atau
mengonsumsi susu formula adalah sebesar 400 – 800 mg per hari.
Kalsium pada susu formula hanya dapat terserap sebanyak 25–30%
sehingga kebutuhan kalsium bagi bayi dengan susu formula cukup
tinggi. Kandungan kalsium pada ASI dapat terserap sekitar dua per tiga
atau 60 – 70 % sehingga kebutuhan kalsium bagi bayi usia 0-6 bulan
yang mengonsumsi ASI adalah sebesar 210 mg per hari. Sedangkan
bayi usia 7 – 12 bulan yang mengonsumsi ASI membutuhkan kalsium
sebanyak 270 mg per hari (Mahan, L. Kathleen & Escot-Stump, 2008).
10.1 Pendahuluan
Imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat yang telah diselenggarakan
di Indonesia sejak 1956. Lewat program ini pula Indonesia dinyatakan bebas
dari penyakit cacar sejak tahun 1974. Mulai tahun 1977, selanjutnya kegiatan
imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi (PPI) dalam
rangka pencegahan penularan terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah
dengan Imunisasi (PD3I), yaitu Tuberkolosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio,
Tetanus, Hepatitis-B, serta Pneumonia.Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi membawa program imunisasi ke dalam penyelenggaraan pelayanan
yang bermutu dan efisien. Upaya tersebut didukung dengan kemajuan yang
pesat dalam bidang penemuan vaksin baru (Rotavirus, Jappanese Encephalitis,
dan lain-lain). Perkembangan teknologi lain adalah menggabungkan beberapa
jenis vaksin sebagai vaksin kombinasi yang terbukti dapat meningkatkan
cakupan imunisasi, mengurangi jumlah suntikan dan kontak dengan petugas.
134 Tumbuh Kembang Anak
Imunisasi aktif merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan
terjadi suatu proses infeksi yang akan menghasilkan respon seluler dan humoral
serta dihasilkannya sel memori, sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi
maka tubuh secara cepat dapat merespon Dalam imunisasi aktif terdapat
beberapa unsur-unsur vaksin yaitu:
1. Vaksin dapat berupa organisme yang secara keseluruhan dimatikan,
eksotosin yang didetoksifikasi saja, atau endotoksin yang terikat pada
protein pembawa seperti polisakarida, dan vaksin dapat juga berasal
dari ekstrak komponen-komponen organisme dari suatu antigen.
Dasarnya adalah antigen harus merupakan bagian dari organisme yang
dijadikan vaksin.
2. Pegawet, stabisisator, atau antibiotik. Merupakan zat yang digunakan
agar vaksin tetap dalam keadaan lemah atau menstabilkan antigen dan
mencegah tumbuhnya mikroba. Bahan-bahan yang digunakan seperti
air raksa atau antibiotik yang biasa digunakan.
3. Cairan Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur
jaringan yang digunakan sebagai media tumbuh antigen, misalnya
antigen telur, protein serum, bahan kultur sel.
4. Adjuvant, terdiri dari garam aluminium yang berfungsi meningkatkan
sistem imun dari antigen, ketika antigen terpapar dengan antibodi
tubuh, antigen dapat melakukan perlawanan juga, dalam hal ini
Bab 10 Konsep Dasar Imunisasi 137
BCG 1 bulan 1 -
Campak 9 bulan 1 -
Tabel 10.3: Sasaran Imunisasi pada Anak Balita (Sumber: Dirjen PP dan PL
Depkes RI, 2013)
Campak 24 bulan 1
Tabel 10.5: Sasaran Imunisasi pada Wanita Usia Subur (WUS) (Sumber:
Dirjen PP dan PL Depkes RI, 2013)
TT1 - -
batuk terus-
menerus,
nyeri dada
dan
(mungkin)
batuk
darah.
• Gejala lain:
tergantung
pada
organ yang
diserang.
5. Campak Penyakit yang Melalui • Gejala awal: •Diare hebat
disebabkan udara demam, •
oleh virus (percikan bercak Peradangan
myxovirus ludah) dari kemerahan, pada telinga
viridae bersin atau batuk, pilek, • Infeksi
measles. batuk konjunctivitis saluran
penderita (mata napas
merah) dan (pneumonia
koplik )
spots.
• Selanjutnya
timbul
ruam pada
muka
dan leher,
kemudian
menyebar ke
tubuh
dan tangan
serta kaki.
6. Poliomielit Penyakit pada Melalui • Demam Bisa
is susunan kotoran • Nyeri otot menyebabk
saraf pusat manusia dan an
yang (tinja) yang kelumpuhan kematian
disebabkan terkontamina terjadi jika
oleh si pada minggu otot
virus polio tipe pertama pernafasan
1, 2, terinfeksi
atau 3. Secara dan
klinis tidak segera
142 Tumbuh Kembang Anak
menyerang ditangani.
anak di
bawah umur 15
tahun
dan menderita
lumpuh
layu akut (acute
flaccid
paralysis =
AFP).
7. Hepatitis B Penyakit yang Penularan • Merasa Penyakit ini
disebabkan secara lemah bisa menjadi
oleh virus horizontal: • Gangguan kronis yang
hepatitis • dari darah perut menimbulk
B yang dan • Gejala lain an
merusak hati produknya seperti flu, pengerasan
(penyakit • Suntikan urin menjadi hati
kuning). yang tidak kuning, (Cirrhosis
aman kotoran Hepatis),
• Transfusi menjadi kanker hati
darah pucat. (Hepato
•Melalui •Warna Cellular
hubungan kuning bisa Carsinoma)
seksual terlihat pada dan
Penularan mata menimbulk
secara ataupun kulit. an
vertical: kematian.
• Dari ibu ke
bayi
selama
proses
persalinan
8. Hemofilus Salah satu Droplet •Pada selaput
Influenza bakteri yang melalui otak akan
tipe b dapat nasofaring. timbul
(Hib) menyebabkan gejala
infeksi menigitis
dibeberapa (demam,
organ, seperti kaku kuduk,
meningitis, kehilangan
epiglotitis, kesadaran),
• Pada paru
Bab 10 Konsep Dasar Imunisasi 143
pneumonia, Menyebabka
artritis, dan n pneumonia
selulitis. (demam,
Banyak sesak,
menyerang retraksi
anak di bawah otot
usia 5 pernafasan),
tahun, terutama terkadang
pada menimbulka
usia 6 bulan–1 n
tahun. gejala sisa
berupa
kerusakan
alat
pendengaran.
9. HPV Virus yang Penularan Beberapa
(Human menyerang melalui menyebabka
papiloma kulit dan hubungan n
Virus) membran kulit ke kulit, kutil,
mukosa HPV sedangkan
manusia dan menular lainnya dapat
hewan. dengan menyebabka
mudah. n infeksi
yang
menimbulka
n
munculnya
lesi, ca
servik juga
disebabkan
oleh virus
HPV melalui
hubungan
seks.
10. Hepatitis A Suatu penyakit Disebarkan • Kelelahan
yang oleh kotoran/ •Mual dan
disebabkan tinja muntah
oleh virus penderita; •Nyeri perut
biasanya atau
melalui rasa tidak
makanan nyaman,
(fecaloral
144 Tumbuh Kembang Anak
terutama di
daerah
hati
•Kehilangan
nafsu
makan
• Demam
•Urin
berwarna
gela
• Nyeri otot
•
Menguningn
ya kulit dan
mata
(jaundice).
10.6 Pendistribusian
Pemerintah bertanggung jawab dalam pendistribusian logistik sampai ke tingkat
provinsi. Pendistribusian selanjutnya merupakan tanggung jawab pemerintah
daerah secara berjenjang.
Gambar 10.2: Sitem Rantai Dingin (Sumber: Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Tenaga Kesehatan, 2014)
Seluruh proses distribusi vaksin dari pusat sampai ke tingkat pelayanan, harus
mempertahankan kualitas vaksin tetap tinggi agar mampu memberikan
Bab 10 Konsep Dasar Imunisasi 145
Kabupaten/Kota Puskesmas
• Vaksin Polio disimpan pada suhu -15o • Semua vaksin disimpan pada
s.d.-25o C pada freeze room/freezer. suhu 2o s.d.8o C pada lemari es.
• Vaksin lainnya disimpan pada suhu 2o • Khusus vaksin Hepatitis B, pada
s.d. 8o C pada coldroom atau lemari es. bidan desa disimpan pada suhu
ruangan, terlindung dari sinar
matahari langsung.
Limbah Infeksius
Limbah infeksius kegiatan imunisasi merupakan limbah yang ditimbulkan
setelah pelayanan imunisasi yang mempunyai potensi menularkan penyakit
kepada orang lain, yaitu limbah medis tajam (berupa ADS yang telah dipakai,
alat suntik untuk pencampur vaksin, alat suntik yang telah kadaluarsa) dan
limbah farmasi berupa sisa vaksin dalam botol atau ampul, kapas
pembersih/usap, vaksin dalam botol atau ampul yang telah rusak karena suhu
atau kadaluwarsa.
1. Limbah Infeksius Tajam
Pengelolaan limbah medis infeksius tajam dapat dilakukan dengan
cara berikut:
a. Menggunakan Incinerator
b. Menggunakan bak beton
c. Pengelolaan jarum
d. Pengelolaan Syringe
a. Limbah Infeksius Non-Tajam
Pemusnahan limbah farmasi (sisa vaksin) dapat dilakukan dengan
cairan vaksin tersebut didesinfeksi terlebih dahulu dalam killing
tank (tangki desinfeksi) untuk membunuh mikroorganisme yang
terlibat dalam produksi.
2. Pengelolaan Limbah Non-Infeksius
Limbah non-infeksius kegiatan imunisasi seperti limbah kertas
pembungkus alat suntik dan kardus pembungkus vaksin dimasukkan
ke dalam kantong plastik berwarna hitam. Limbah tersebut dapat
disalurkan ke pemanfaat atau dapat langsung dibuang ke tempat
pembuangan akhir (TPA).
Bab 10 Konsep Dasar Imunisasi 147
11.1 Pendahuluan
Tumbuh kembang anak dapat dioptimalkan jika anak sehat dan jarang sakit.
Untuk mencegah anak mudah terinfeksi penyakit tertentu maka perlu diberikan
imunisasi sesuai dengan usianya. Imunisasi adalah salah satu cara untuk
memberikan kekebalan pada anak sehingga anak terhindar dari penyakit yang
dapat membahayakan anak (CDC, 2016). Selain memberikan dampak
perlindungan kesehatan kepada anak, imunisasi juga dapat memberikan
kekebalan kepada masyarakat. Untuk mencapai kekebalan yang tinggi maka
diperlukan cakupan imunisasi yang tinggi pula (Kemenkes RI, 2018).
Imunisasi yang diberikan pada anak dapat berupa imunisasi wajib dan imunisasi
yang dianjurkan. Imunisasi wajib adalah imunisasi yang diwajibkan oleh
pemerintah. Imunisasi wajib meliputi imunisasi dasar lengkap yang diberikan
pada anak sejak lahir hingga usia 1 tahun, kemudian dilanjutkan hingga usia
sekolah dasar, imunisasi tambahan dan imunisasi khusus. Imunisasi yang
dianjurkan adalah imunisasi yang pemberiannya tidak diwajibkan oleh
pemerintah (Kemenkes RI, 2018).
152 Tumbuh Kembang Anak
3. Tuberkulosis (TB)
Tuberkulosis adalah penyakit saluran pernapasan yang ditandai
dengan demam, batuk pilek, nafsu makan menurun sehingga
menyebabkan berat badan tidak naik. Penyakit ini disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Pencegahan penyakit TB yaitu dengan
pemberian vaksin BCG (Satgas Imunisasi PP IDAI, 2014; Kemenkes
RI, 2014).
4. Difteria
Penyakit ini disebabkan oleh sintesis protein yang menghambat
eksotoksin dari bakteri C. diphtheriae tipe mitis, gravis, intermedius
atau belfanti. Penyebarannya melalui droplet, kontak langsung dan
melalui muntahan (namun sangat jarang). Penyakit ini ditandai dengan
demam, malaise dan sakit tenggorokan. Pencegahannya yaitu dengan
pemberian vaksin DTP (Rockwell, 2017).
5. Pertusis
Pertusis dikenal juga dengan batuk rejan atau batuk 100 hari. Pertusis
disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis. Pertusis mempunyai
gejala yang khas yaitu batuk terus menerus akibat penumpukan lendir
pada saluran pernapasan sehingga menyebabkan muka penderita
merah kebiruan dan diakhiri dengan muntah. Batuk ini juga sering
diakhiri dengan tarikan napas panjang dan dalam serta bunyi
melengking. Pencegahannya yaitu dengan pemberian vaksin DTP
(Satgas Imunisasi PP IDAI, 2014).
6. Tetanus
Penyakit ini disebabkan oleh Clostridium tetani yang ditandai dengan
kekakuan otot rahang, leher, kesulitan menelan, otot perut, berkeringat
dan demam. Pada bayi biasanya ditandai dengan berhenti menetek.
Gejala lebih lanjut adalah kejang hebat dan tubuh menjadi kaku.
Pencegahannya yaitu dengan pemberian vaksin DTP (Kemenkes RI,
2014).
7. Campak (Measles)
Campak disebabkan oleh virus campak atau myxovirus viridae
measles. Campak ditandai dengan demam, bercak kemerahan, batuk
154 Tumbuh Kembang Anak
Influenza disebabkan oleh virus influenza tipe A dan B. Gejala utama dari
penyakit ini adalah demam tinggi mendadak disertai nyeri kepala, nyeri otot
(mialgia), lemas, nafsu makan menurun, muntah, diare, pilek, hidung
tersumbat dan nyeri saat menelan. Penularannya melalui udara, droplet, atau
kontak langsung dengan penderita. Pencegahannya yaitu dengan vaksinasi
influenza (Satgas Imunisasi PP IDAI, 2014).
10. Gondongan (mumps)
Gondongan disebabkan oleh virus Paramyxovirus yang ditandai
dengan nyeri saat menelan. Gejala ini kemudian disertai dengan
menggigil, sakit kepala, penurunan nafsu makan dan tidak enak badan
serta pembengkakan pada leher. Penularannya yaitu melalui percikan
ludah. Gondongan dapat dicegah dengan pemberian vaksin MMR
(Satgas Imunisasi PP IDAI, 2014).
11. Rubela
Rubela atau campak Jerman disebabkan oleh virus rubela. Penularan
virus ini melalui percikan ludah dan udara. Penularannya juga dapat
melalui plasenta pada ibu hamil yang terinfeksi rubela dan akan
menyebabkan sindrom rubela kongenital pada bayinya. Rubela
ditandai dengan adanya ruam halus dikulit, pembengkakan kelenjar di
belakang telinga dan yang disertai nyeri sendi (jarang). Pencegahan
Bab 11 Imunisasi Wajib dan Imunisasi yang Dianjurkan 155
Tabel 11.1: Imunisasi dasar bagi anak (Kemenkes RI, 2014; Ball, 2017)
Nama Dosis Lokasi Efek samping Penanganan
Vaksin pemberi pemberian
an
BCG 0,05 mL Diberikan Timbul papula Kompres dengan cairan
(Bacillus secara (bisul kecil) di antiseptic jika ulkus
Calmette intrakutan daerah suntikan mengeluarkan cairan
Guerin) di daerah 2-6 minggu pasca dan anjurkan keluarga
lengan vaksin, terjadi untuk membawa ke
kanan atas ulserasi 2-4 bulan pelayanan Kesehatan
(insertion kemudian jika luka semakin besar.
musculus sembuh perlahan
deltoideus) meninggalkan
jaringan parut 2-
10 mm.
Hepatitis 0,5 mL IM pada Reaksi local Anjurkan orang tua
B anterolatera diarea untuk memberikan ASI
l paha penyuntikan lebih banyak
(sakit, kemerahan Kompres air dingin
dan pada bekas suntikan
pembengkakan) Berikan obat penurun
panas (15 mg/kgBB)
jika demam
Polio 2 tetes Oral Jarang terjadi Orang tua tidak perlu
Oral efek samping melakukan apa-apa
(OPV)
Polio 0,5 mL IM atau SC Reaksi lokal Berikan ASI lebih
inaktif banyak
(IPV) Kompres air dingin di
tempat suntikan
Berikan obat penurun
panas jika terjadi
demam
DPT 0,5 mL IM Kemerarahan, Berikan obat penurun
nyeri dan panas
bengkak
Campak 0,5 mL SC lengan Demam ringan Berikan ASI lebih
kiri atas banyak
atau Kompres air dingin di
anterolatera tempat suntikan
l paha
Bab 11 Imunisasi Wajib dan Imunisasi yang Dianjurkan 157
2. Hepatitis A
Vaksin hepatitis A diberikan kepada anak bertujuan untuk memberikan
perlindungan terhadap penyakit hepatitis A. Vaksin ini diberikan
melalui injeksi intramuskular (IM) dengan dosis 0,5 mL. Efek samping
yang muncul setelah pemberian vaksin adalah nyeri, kemerahan atau
pembengkakan pada area suntikan (Ball, 2017).
3. Haemophilus influenzae type B (Hib)
Vaksin Hib diberikan dengan dosis 0,5 mL intramuskular. Tujuannnya
yaitu untuk melindungi anak dari infeksi virus influenza tipe B. Efek
sampingnya yaitu nyeri, kemerahan atau bengkak di area penyuntikan
(Ball, 2017).
4. Pneumokokus (PCV)
Vaksin pneumokokus diberikan kepada anak agar terhindar dari
pneumonia. Dosis pemberiannya yaitu 0,5 mL IM di anterolateral paha
atau deltoid. Efek samping yang timbul berupa demam, nyeri lokal,
sakit dan malaise (Paul; Bangga, 2019).
5. Rotavirus
Rotavirus merupakan jenis vaksin hidup yang dilemahkan.
Pemberiannya 1 atau 2 mL per oral. Vaksinasi rotavirus bertujuan
untuk melindungi anak dari diare. Efek samping akibat pemberian
vaksin rotavirus adalah demam, diare, dan muntah (Ball, 2017; Paul,
Bangga, 2019).
6. Varisela
Vaksin varisela bertujuan untuk melindungi anak dari penyakit cacar.
Dosis yang diberikan 0,5 mL SC dapat dikombinasikan dengan vaksin
MMR. Efek samping yang timbul yaitu nyeri atau kemerahan pada
tempat penyuntikan, demam atau ruam terkait vaksin (Ball, 2017).
7. Tifoid
Vaksin tifoid diberikan untuk memberikan kekebalan pada anak
terhadap penyakit tifoid yang disebabkan oleh S. Typhi. Vaksin ini
diberikan dengan dosis 0,5 mL IM. Efek sampingnya yaitu nyeri lokal,
pembengkakan, kemerahan dan demam (Paul; Bangga, 2019).
Bab 11 Imunisasi Wajib dan Imunisasi yang Dianjurkan 159
8. Influenza
Vaksin influenza diberikan dengan dosis 0,25 mL pada infant, 0,5 mL
pada anak usia 3 tahun. Pemberiannya melalui injeksi IM. Efek
samping yang ditimbulkan yaitu demam dan nyeri ditempat suntikan
(Ball, 2017).
9. Human papillomavirus (HPV)
Vaksin ini merupakan jenis rekombinan yang diberikan kepada anak
perempuan untuk memberikan perlindungan terhadap penyakit kanker
cerviks yang disebabkan oleh virus human papilloma. Dosis
pemberiannya yaitu 0,5 mL IM diberikan pada remaja putri usia 9-14
tahun. Pemberian vaksin HPV menimbulkan efek samping nyeri,
bengkak, kemerahan pada tempat suntikan, sakit kepala, mual, pruritus
dan demam (Ball, 2017); IDAI, 2021).
10. Japanese encephalitis (JE)
Vaksin JE diberikan pada bayi yang berada di daerah endemis atau
kepada anak yang akan melakukan perjalanan ke daerah endemis.
Penyakit ini disebarkan melalui gigitan nyamuk (WHO, 2019; IDAI,
2021). Dosis pemberian yaitu 0,5 mL subkutaneus (SC). Efek samping
vaksin JE adalah demam, malaise dan hipersensitivitas (jarang terjadi)
(Paul; Bangga, 2019).
11. Dengue
Vaksin dengue diberikan kepada anak usia 9-16 tahun untuk
memberikan perlindungan terhadap penyakit dengue. Penyakit dengue
atau yang dikenal dengan demam berdarah adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypty. Dosis pemberiannya yaitu 0,5 mL. Efek samping yang
sering terjadi yaitu sakit kepala, nyeri, nyeri otot, astenia, malaise,
demam, kemerahan (CDC, 2021).
160 Tumbuh Kembang Anak
16. Vaksin dengue diberikan pada anak usia 9-16 tahun dengan seropositif
dengue yang dibuktikan dengan pemeriksaan antigen NS-1 dan atau
uji serologi IgM/IgG anti dengue positif.
Gambar 11.1: Jadwal Imunisasi pada anak (Ikatan Dokter Anak Indonesia,
2021)
162 Tumbuh Kembang Anak
Daftar Pustaka
Abdul Latief (2000) Diagnosis fisik pada Anak. Ed.2. Jakarta: Jakarta: Penerbit
Sagung Seto.
Akib P.A., Purwanti A. (2011). Kejadian Ikutan pasca Imunisasi (KIPI) Adverse
Events Following Imumunization (AEFI). Dalam Pedoman Imunisasi di
Indonesia. Edisi keempat. Penyunting: Ranuh Gde, Suyitno H, Hadinegoro
S.R.S, Kartasasmita C.B, Ismoedijanto dkk. Jakarta: IDAI.
Alfina Ulinuha. (2017). Pengelolaan Bina Keluarga Balita(Bkb) Di Kabupaten
Wonosobo. Universitas Negeri Semarang.
Ali, Z. et al. (2017) ‘The effect of maternal and child factors on stunting, wasting
and underweight among preschool children in Northern Ghana’, BMC
Nutrition. BMC Nutrition, 3(1), pp. 1–13. doi: 10.1186/s40795-017-0154-
2.
Ariesta, N. P. (2011). Peran Kader Bina Keluarga Balita Dalam Upaya
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga Melalui Layanan Bina Keluarga
Balita, 1–227.
Asri, I. G. A. A. S. (2018) ‘Hubungan Pola Asuh Terhadap Perkembangan Anak
Usia Dini’, 2(1), pp. 1–9.
Awad, F. B. O. A. (2020). Outcome Program Bina Keluarga Balita (Bkb):
Konseling Orang Tua Dalam Tumbuh Kembang Anak Usia Dini. Jurnal
Pemikiran Islam, 6(1), 38–55.
Ball, J. W. (2017) Principles of Pediatric.
Ball, J.W., Bindler, R.C., & Cowen, K. J. (2010) Child health nursing:
partnering with children and families (2nded.). New York, NY: Pearson.
Available at: http://semadif.flipmas-
legowo.org/index.php/semadif/article/view/91.
164 Tumbuh Kembang Anak
Ball, Jane. ruth, Bindler. kay, C. (2012) principles of pediatric nursing. first.
pearson edocation.
Batubara, J. et al. (2006) ‘Paediatrica Indonesiana’, 46(5), pp. 118–126.
Batubara, J. R. (2005) ‘Paediatrica Indonesiana’, 45(7–8), pp. 145–153. doi:
10.14238/pi.
Birch, L. L. and Ventura, A. K. (2009) ‘Preventing childhood obesity: What
works?’, International Journal of Obesity. Nature Publishing Group, 33,
pp. S74–S81. doi: 10.1038/ijo.2009.22.
Bkkbn, P., & Jawa, P. (2018). Lakip 2018. Jawa Timur.
Bowden, V.R. & Greenberg, C. S. (2010) Children and their families : The
Continuum of Care. 2nd ed.). Philadelphia : Lippincot Williams &
Wilkins.
Brown, J. (2011) Nutrition through the Life Cycle.pdf. Wadsworth: Cengage
Learning.
CDC (2021) Dengue vaccine. Available at:
https://www.cdc.gov/dengue/prevention/dengue-vaccine.html.
Center for Disease Control and Prevention (2016) Recommended Vaccines by
Age, CDC.
Centers for Disease Control (2010) ‘Overview of the CDC Growth Charts’,
Nutrition, pp. 1–25.
Cormier, E. (2008) ‘Attention Deficit/Hyperactivity Disorder: A Review and
Update’, Journal of Pediatric Nursing, 23(5), pp. 345–357. doi:
10.1016/j.pedn.2008.01.003.
De Onis, M. (2004) ‘The use of anthropometry in the prevention of childhood
overweight and obesity’, International Journal of Obesity, 28, pp. S81–
S85. doi: 10.1038/sj.ijo.0802810.
De Onis, M. (2015) ‘The WHO child growth standards’, World Review of
Nutrition and Dietetics, 113, pp. 278–294. doi: 10.1159/000360352.
de Onis, M. and Branca, F. (2016) ‘Childhood stunting: A global perspective’,
Maternal and Child Nutrition, 12, pp. 12–26. doi: 10.1111/mcn.12231.
Daftar Pustaka 165
Ernawati, A. et al. (2017) ‘Masalah Gizi Pada Ibu Hamil Nutritional Issues
Among Pregnant Mothers’, Jurnal Litbang, XIII(1), pp. 60–69.
Esa, Y. M., & Seimbang, P. G. (2019). Wujudkan Keluarga Berkualitas Dengan
Tribina Keluarga Berencana.
Evan G. Graber (2021) ‘Physical Growth of Infants and Children’. Sydney.
Faraone, S. V. and Larsson, H. (2019) ‘Genetics of attention deficit
hyperactivity disorder’, Molecular Psychiatry, 24(4), pp. 562–575. doi:
10.1038/s41380-018-0070-0.
Gnanavel, S. et al. (2019) ‘Attention deficit hyperactivity disorder and
comorbidity: A review of literature’, World Journal of Clinical Cases,
7(17), pp. 2420–2426. doi: 10.12998/wjcc.v7.i17.2420.
Gupta, N. et al. (2012) ‘Childhood obesity in developing countries:
Epidemiology, determinants, and prevention’, Endocrine Reviews, 33(1),
pp. 48–70. doi: 10.1210/er.2010-0028.
Hardinsyah and Supariasa, I. D. N. (2016) ‘Ilmu Gizi Teori & Aplikasi’, Buku
Kedokteran ECG, p. 9789790447257.
Harjatmo, T. P., M.Par’i, H. and Wiyono, S. (2017) PENILAIAN STATUS
GIZI. Pertama. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Healey, A. and Mendelsohn, A. (2019) ‘Selecting appropriate toys for young
children in the digital era’, Pediatrics, 143(1). doi: 10.1542/peds.2018-
3348.
Herman, R. (2016) ‘Guru Kelas Tk’, pp. 1–12. Available at:
file:///C:/Users/ACER/Downloads/unduh.pdf.
HERTANTO, M., SHIHAB, N., RIRIMASSE, M. P., IHSAN, N.,
RACHMASARI, M., WIJAYA, M. T., PUTRI, M., SEKARTINI, R. &
WAWOLUMAJA, C. (2016). Penilaian Perkembangan Anak Usia 0-36
bulan menggunakan Metode Capute Scales. Sari Pediatri, 11, 130-5.
Hockenberry, J.M., & Wilson, D. (2017) WONG’S Essentials Of Pediatric
Nursing.
Hsu, C., & Feng, J. (2015) The use of therapeutic play in the intensive care of a
preschool child with virus-associated hemophagocytic syndrome. Hu Li
Za Zhi, 62(2), 96-102. Diperoleh dari
http://search.proquest.com/docview/1673823554?accountid=17242.
Daftar Pustaka 167
Ikatan Dokter Anak Indonesia (2021) Jadwal Imunisasi IDAI 2020. Available
at: https://www.idai.or.id/tentang-idai/pernyataan-idai/jadwal-imunisasi-
idai-2020.
Irwanto, Wicaksono, H, Ariefa, A, Samosir, S. (2019) A-Z Sindrom Down.
Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan Universitas Airlangga.
James Cole, T. (2002) ‘Assessment of growth’, Best Practice and Research:
Clinical Endocrinology and Metabolism, 16(3), pp. 383–398. doi:
10.1053/beem.2002.0209.
Johnson, C. P. and Blasco, P. A. (1997) ‘Infant growth and development.’,
Pediatrics in review / American Academy of Pediatrics, 18(7), pp. 224–
242. doi: 10.1542/pir.18-7-224.
Kania, N. (2018). Upaya Peningkatan Kualitas Tumbuh Kembang Anak.
Jakarta.
Kartini Kartono (1995). Psikologi anak (Psikologi Perkembangan). Bandung :
Mandar Maju. hlm. 64-65
Kawanto, F. H. and Soedjatmiko, S. (2016) ‘Pemantauan Tumbuh Kembang
Anak dengan Sindrom Down’, Sari Pediatri, 9(3), p. 185. doi:
10.14238/sp9.3.2007.185-90.
Kemenkes RI (2014) ‘Pemantauan Pertumbuhan, Perkembangan, dan
Gangguan Tumbuh Kembang Anak’, Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 1524, p. 15.
Kemenkes RI (2019) Pedoman Pencegahan Dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada
Balita, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
KEMENKES RI (2019). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi Deteksi dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Dasar,
Jakarta.
Kemenkes RI. (2013). Peraturan Pemerintah Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Kemenkes RI. (2020) Peraturan Menteri Kesehatan No 2 Tahun 2020 tentang
Standar Antropometri Anak, Kemenkes.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2014) Buku Ajar Imunisasi.
168 Tumbuh Kembang Anak