Anda di halaman 1dari 13

DILEMA ETIK

Dilema etika adalah situasi yang dihadapi


seseorang dimana keputusan mengenai
perilaku yang layak harus di buat. (Arens dan
Loebbecke, 1991: 77). Untuk itu diperlukan
pengambilan keputusan untuk menghadapi
dilema etika tersebut.
Dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit
dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau
suatu situasi dimana alternatif yang memuaskan
dan tidak memuaskan sebanding.

Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau salah.


Untuk membuat keputusan yang etis, seseorang
harus tergantung pada pemikiran yang rasional dan
bukan emosional.
KERANGKA PEMECAHAN MASALAH ETIK
1. Mengembangkan data dasar
2. Mengidentifikasi konflik
3. Membuat tindakan alternatif
4. Menentukan siapa yang terlibat dan siapa
pengambil keputusan
5. Mengidentifikasi kewajiabn perawat
6. Membuat keputusan
Kasus 1
Seorang wanita berumur 50 tahun menderita penyakit kanker
payudara terminal dengan metastase yang telah resisten terhadap
tindakan kemoterapi dan radiasi.
Wanita tersebut mengalami nyeri tulang yang hebat dimana
sudah tidak dapat lagi diatasi dengan pemberian dosis morphin
intravena. Hal itu ditunjukkan dengan adanya rintihan ketika istirahat
dan nyeri bertambah hebat saat wanita itu mengubah posisinya.
Walapun klien tampak bisa tidur namun ia sering meminta
diberikan obat analgesik, dan keluarganya pun meminta untuk
dilakukan penambahan dosis pemberian obat analgesik.
Saat dilakukan diskusi perawat disimpulkan bahwa
penambahan obat analgesik dapat mempercepat kematian klien.
PEMECAHAN KASUS DILEMA ETIK
1. Mengembangkan data dasar :
a. Orang yang terlibat : Klien, keluarga klien, dokter, dan perawat

b. Tindakan yang diusulkan : tidak menuruti keinginan klien untuk


memberikan penambahan dosis morphin.

c. Maksud dari tindakan tersebut : agar tidak membahayakan diri klien

d. Konsekuensi tindakan yang diusulkan, bila tidak diberikan


penambahan dosis morphin, klien dan keluarganya menyalahkan
perawat dan apabila keluarga klien kecewa terhadap pelayanan di
bangsal mereka bisa menuntut ke rumah sakit.
2. Mengidentifikasi konflik

Penderitaan klien dengan kanker payudara yang sudah mengalami


metastase mengeluh nyeri yang tidak berkurang dengan dosis morphin
yang telah ditetapkan. Klien meminta penambahan dosis pemberian
morphin untuk mengurangi keluhan nyerinya. Keluarga mendukung
keinginan klien agar terbebas dari keluhan nyeri.
Konflik yang terjadi adalah :
a. Penambahan dosis pemberian morphin dapat mempercepat
kematian klien.
b. Tidak memenuhi keinginan klien terkait dengan pelanggaran hak
klien.
3. Tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang
direncanakan dan konsekuensi tindakan tersebut
a. Tidak menuruti keinginan pasien tentang penambahan
dosis obat pengurang nyeri.
Konsekuensi :
1) Tidak mempercepat kematian klien
2) Keluhan nyeri pada klien akan tetap berlangsung
3) Pelanggaran terhadap hak pasien untuk
menentukan nasibnya sendiri
4) Keluarga dan pasien cemas dengan situasi tersebut
b. Tidak menuruti keinginan klien, dan perawat
membantu untuk manajemen nyeri
Konsekuensi :
1) Tidak mempercepat kematian pasien
2) Klien dibawa pada kondisi untuk beradaptasi
pada nyerinya (meningkatkan ambang nyeri)
3) Keinginan klien untuk menentukan nasibnya
sendiri tidak terpenuhi
c. Menuruti keinginan klien untuk menambah dosis
morphin namun tidak sering dan apabila
diperlukan. Artinya penambahan diberikan kadang-
kadang pada saat tertentu misalnya pada malam
hari agar klien bisa tidur cukup.
Konsekuensi :
1) Risiko mempercepat kematian klien sedikit
dapat dikurangi
2) Klien pada saat tertentu bisa merasakan
terbebas dari nyeri sehingga ia dapat cukup
beristirahat.
3) Hak klien sebagian dapat terpenuhi.
4) Kecemasan pada klien dan keluarganya
dapat sedikit dikurangi
4. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat :

Pada kasus di atas dokter adalah pihak yang membuat keputusan,


karena dokterlah yang secara legal dapat memberikan ijin
penambahan dosis morphin.
Namun hal ini perlu didiskusikan dengan klien dan keluarganya
mengenai efek samping yang dapat ditimbulkan dari penambahan
dosis tersebut.
Perawat membantu klien dan keluarga klien dalam membuat
keputusan bagi dirinya.
Perawat selalu mendampingi pasien dan terlibat langsung dalam
asuhan keperawatan yang dapat mengobservasi mengenai respon
nyeri, kontrol emosi dan mekanisme koping klien, mengajarkan
manajemen nyeri, sistem dukungan dari keluarga, dan lain-lain.
5. Mendefinisikan kewajiban perawat
a. Memfasilitasi klien dalam manajemen nyeri
b. Membantu proses adaptasi klien terhadap nyeri /
meningkatkan ambang nyeri
c. Mengoptimalkan sistem dukungan
d. Membantu klien untuk menemukan mekanisme
koping yang adaptif terhadap masalah yang sedang
dihadapi
e. Membantu klien untuk lebih mendekatkan diri
kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
keyakinannya
6. Membuat keputusan

Dalam kasus di atas terdapat dua tindakan yang memiliki


risiko dan konsekuensi masing-masing terhadap klien. Perawat
dan dokter perlu mempertimbangkan pendekatan yang paling
menguntungkan / paling tepat untuk klien. Namun upaya
alternatif tindakan lain perlu dilakukan terlebih dahulu
misalnya manajemen nyeri (relaksasi, pengalihan perhatian,
atau meditasi) dan kemudian dievaluasi efektifitasnya. Apabila
terbukti efektif diteruskan namun apabila alternatif tindakan
tidak efektif maka keputusan yang sudah ditetapkan antara
petugas kesehatan dan klien/ keluarganya akan dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai