Anda di halaman 1dari 20

PERAWATAN LUKA

MATA KULIAH KEPERAWATAN DASAR II

Disusun oleh :

Nadia Syaripah Hanum :1710700027 Latifah Khusnul K :1710700056

Parida Pebruanti :1710700042 Nada Naflah :1710700058

Rani Murtika :1710700045 Refa Refiana Rusmawan:1710700065

Kandia Dwi Sartika P :1710700052 Ummi Nurahmah :1710711111

Hemi Afifah :1710700054 Nurhidayah P :1710711113

Anastasya Nurcahyani :1710700055 Indah Cahyasari :1710711116

Salbila Safa Alifia :1710711118

Ns. Sang Ayu Made Adyani, M.Kep., Sp.Kep.Kom

Ilmu Keperawatan S1

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta

2017/2018
A. Prinsip Pemberian Obat
1. Benar Obat
Perintah pemberian obat diperlukan setiap kita akan memberikan obat. Perintah
biasanya datang dari 2 cara yaitu menulis pada rekam medis klien atau membuat secara
elektronik melalui progam komputer. Instruksi pemberian obat yang diterima perawat
akan dibandingkan dengan daftar obat yang tercantum di MAR (Laporan Pemberian
Obat). Jika sudah yakin akurat, gunakan MAR untuk menyiapkan obat. Saat menyiapkan,
bandingkan label yang ada pada botol sebanyak 3x :

a) Saat memindahkan botol dari laci kelemari

b) Saat mengambil jumlah obat dari botol

c) Saat mengembalikan botol ke penyimpanan

“Jangan pernah menyiapkan obat dari botol yang tidak berlabel ”

Periksa kesamaan obat yang kita ambil dengan MAR. Terakhir bandingkan ulang
semua obat yang ada disamping tempat tidur klien dengan MAR. Baru kemudian obat
boleh diberikan kepada klien.

“ Perawat yang memberikan obat bertanggung jawab untuk setiap kesalahan obat dan
jangan abaikan klien bila bertanya tentang informasi obat”

Jika klien menolak pemberian obat, beri pengertian dahulu pada klien pentingnya
obat tersebut dan apa efeknya jika tidak meminumnya, namun bila klien tetap kukuh tidak
ingin minum obat maka obat tersebut harus dibuang dan jangan dimasukkan kembali ke
tempat obat asli. Mintalah orang lain untuk menyaksikan obat yang tidak terpakai.

2. Benar Dosis
Sistem Unit Dosis berfungsi untuk mengurangi adanya kesalahan. Saat melakukan
perhitungan atau konversi obat, mintalah perawat lain untuk memeriksa ulang. Gunakan
alat ukur yang standar seperti cangkir ukur, spuit, pipet ukur, dan sendok ukur. Obat
tablet hanya bisa dibelah jika obat tersebut memiliki cetakan atau jalur khusus dari pabrik.
Apabila dalam membelah tidak sama besar maka buanglah obat, dan di sarankan untuk
tidak di konsumsi karena dosis obat bisa berubah. Obat tablet yang terkadang perlu
dihaluskan kemudian di camprukan ke dalam makanan ataupun minuman. Pada alat
penggerus obat harus sudah bersih sebelum menggerus obat selanjutnya, karena jika
masih ada sisa dapat merubah konsentrasi dan dosis obat berikutnya.
“ Jangan campurkan obat yang dihaluskan pada makanan kesukaan klien, karena obat
dapat mengganggu rasa makanan tersebut dan mengurangi kesukaan klien terhadap
makanan tersebut. Hal ini terutama berlaku untuk klien anak-anak “
3. Benar Klien
Kesalahan yang sering terjadi adalah klien yang mengkonsumsi obat yang diresepkan
untuk klien lain.
“ Gunakan setidaknya 2 identitas klien : nama klien, nomor pasien dari rumah sakit,
dan nomor telepon “
Jika di UGD bandingkan identitas klien pada MAR dengan gelang tanda pengenal
klien. Tidak perlu minta klien untuk menyebutkan nama klien dll. Beberapa rumah sakit
menggunakan pemindai kode balok.Dengan cara kerja sebagai berikut :
a) Pindai kartu pengenal perawat
b) Pindai label obat dosis tunggal
c) Pindai gelang tanda pengenal klien
Semua informasi tersebut akan disimpan dalam computer sebagai dokumentasi.
4. Benar Rute
Selalu konsultasi pada pemberi resep jika perintah tidak menyertakan jalur pemberian
obat. Sebaliknya jika jalur pemberian obat tidak seperti biasanya, segera berkonfirmasi
guna mengingatkan kembali pemberi resep.
“ Sikap hati-hati sangat dibutuhkan untuk memastikan perawat memberi obat yang
tepat”
Saat melakukan injeksi rute yang benar sangat diperlukan. Dalam menyiapkan obat
melalui jalur injeksi hanya boleh disiapkan dari preparat yang ditetapkan untuk
penggunaan parental.
5. Benar Waktu
a) Perawat perlu mengetahui mengapa obat diberikan pada waktu tertentu setiap
harinya.
b) Perawat dapat merubah jadwal jika perlu dan dirasa lebih tepat.
c) Berikan prioritas pada obat yang bereaksi pada waktu tertentu.
d) Berikan obat tidur saat klien bersiap untuk tidur.
e) Apabila waktu pemberian obat berikutnya belum terlampaui, perawat harus
mencatat dan menghubungi dokter jika terjadi perubahan perintah pemberian
obat.
f) Sebelum klien dipulangkan bantu klien untuk membuat jadwal berdasarkan jenis
obat, interval, farmakokinetik obat, dan kegiatan sehari-hari klien.
g) Bagi klien yang sulit untuk mengingat waktu, buatkan tabel waktu sesuai jadwal
minum obat.
6. Benar Dokumentasi
“Semua tenaga kesehatan harus menggunakan laporan yang akurat untuk
berkomunikasi dengan rekan tenaga kesehatan yang lain.”
Sebelum memberikan obat pastikan laporan pada MAR telah mencantumkan nama
lengkap klien, nama obat yang diresepkan secara lengkap (tanpa singkatan), waktu
pemberian obat, dosis obat, jalur pemberian, dan frekuensinya. Kesalahan pemberian obat
biasanya terjadi karena informasi yang tidaklengkap, dosis yang tidak akurat, resep tidak
layak (tanpa tandatangan jelas) dan terminologi yang tidak standar.
“ Jika terdapat pertanyaan mengenai perintah pemberian obat karena tidak lengkap,
tidak terbaca, tidak jelas atau tidak dimengerti, hubungi segera pemberi resep sebelum
kita memberikan obat.”

B. Pertimbangan Khusus dalam Pemberian Obat pada Kelompok Usia Tertentu


1. Bayi dan anak
Dosis untuk anak lebih rendah daripada dosis untuk dewasa, sehingga perhatian perlu
diberikan dalam menyiapkan obat untuk anak. Menyiapkan suatu dosis yang
diprogramkan dari jumlah yang tersedia membutuhkan perhitungan yang teliti.
Orang tua adalah sumber dalam mempelajari cara terbaik pemberian obat pada anak.
Terkadang trauma pada anak akan berkurang apabila orang tua yang memberikan obat
dan perawat yang mengawasi.
Semua anak memerlukan persiapan psikologis khusus sebelum menerima obat.
Perawat menjelaskan prosedur kepada anak, menggunakan kata-kata yang dipahami anak
tersebut. Anak kecil yang menolak bekerjasama dan terus menolak, walaupun telah
dijelaskan dan didorong mungkin perlu dipaksa secara fisik dengan cepat dan hati-hati.
Dan apabila sudah diberkan obat, perawat dapat memberikan pujian atau hadiah.
2. Lansia
Di samping perubahan fisiologis penuaan, faktor tingkah laku dan ekonomi juga
memengaruhi penggunaan obat pada lansia. Individu yang berusia lebih dari 65 tahun
merupakan pengguna obat terbanyak (Ebersole, Hess, 1994). Perawat yang memberi obat
kepada lansia harus mencermati 5 pola penggunaan obat pada lansia sebagaimana
diidentifikasi Ebersole dan Hess (1994)
1. Polifarmasi
Artinya klien menggunakan banyak obat, yang diprogramkan atau tidak,
sebagai upaya mengatasi beberapa gangguan secara bersamaan. Apabila ini terjadi,
ada resiko interaksi obat dengan obat lain dan makanan. Dan klien pun dapat
mengalami efek samping yang merugikan terhadap pengobatannya.
2. Meresepkan obat sendiri (self-prescribing of medication)
Lansia sering berupaya mencari pereda gangguan mereka dengan mencari
obat yang mudah ditemukan. Semua gejala yang biasa dialami klien dapat ditemukan
pada penggunaan obat yang dijual bebas seperti nyeri, insomnia dan ketidakmampuan
mencerna.
3. Obat yang dijual bebas
Obat yang dijual bebas digunakan oleh 75% lansia untuk meredakan gejala.
Banyak obat yang dijual bebas dapat mengabibatkan efek samping yang fatal bila
penggunaannya tidak sesuai standar / petunjuk.
4. Penggunaan obat yang salah (misuse)
Sebagian besar lansia menggunakan obat yang salah seperti penggunaan
berlebihan (overuse), penggunaan yang kurang (underuse), penggunaan yang tidak
teratur (erratic use), dan penggunaan yang dikontraindikasikan.
5. Ketidakpatuhan (noncompliance)
Ketidakpatuhan didefinisikan sebagai penggunaanobat yang salah secara
sengaja.Sebanyak 75% lansia secara sengaja mengubah dosis obat karena merasa obat
tersebut tidak efektif atau efek samping obat membuat lansia merasa tidak nyaman.
C. Bentuk dan Rute Pemberian Obat
1. Bentuk obat yang biasa disiapkan utuk pemberian oral
a. Bentuk Padat
1) Kaplet

- Bentuk dosis padat untuk pemberian oral

- Bentuk seperti kapsul, sehingga mudah ditelan

2) Kapsul

- Bentuk dosis padat untuk pemberian oral

- Obat dalam bentuk bubuk, cairan atau minyak dan dibungkus oleh
selongsong gelatin

- Kapsul diwarnai untuk memudahkan identfikasi produk

3) Tablet

- Sediaan padat kompak dibuat secara kempa dalam bentuk tabung pipih atau
sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis obat
atau lebih denfan atau tanpa bahan tambahan
a) Tablet kempa

Paling banyak digunakan, ukuran dapat bervariasi, bentuk serta


penandaannya tergantung desain cetakan.

b) Tablet cetak

Dibuat dengan memberikan tekanan rendah pada massa lembab


dalam lubang cetakan.

c) Tablet trikurat

Tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya silindris, sudah


jarang ditemukan

d) Tablet sublingual
Dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati), digunakan dengan
meletakkan tablet dibawah lidah.
e) Tablet bukal
Digunakan dengan meletakkan diantara pipi dan gusi
f) Tablet salut selaput

Tablet untuk pemberian oral , yang dilapisi bahan yang tidak


larut dalam lambung lapisan larut dalam usus, tempat obat diabsorpsi

4) Pil

- Bentuk dosis padat berisi satu atau lebih obat,dibentuk kedalam bentuk
tetesan, lonjong,

- Pil yang sesungguhnya jarang digunakan karena telah digantikan oleh tablet

b. Bentuk Cairan
1) Eliksir

- Cairan jernih berisi air/ alkohol

- Dirancang untuk penggunaan oral, biasanya ditambah pemanis

2) Ekstrak

- Bentuk obat yang pekat yang dibuat dengan memindahkan bagian aktif obat
dari komponen lain obat tersebut (ekstak cairan adalah obat yang dibuat
menjadi larutan dari sumber sayur – sayuran)
3) Suspensi

- Partikel obat yang dibelah sampai halus dan larut dalam media cair

- Saat dibiarkan partikel berkumpul dibagian bawah wadah

- Umumnya merupakan obat oral dan tidak diberikan perintravena

4) Sirup

- Obat yang larut dalam larutan gula pekat

- Mengandung perasa yang membuat obat terasa lebih enak

5) Tingtur

- ekstrak alkohol dari tanaman atau sayuran.

2. Bentuk Obat yang biasa disiapkan untuk pemberian topikal

a. Salep

- Semisoid (agak padat), preparat yang dioles pada kulit

- Biasanya mengandung satu atau lebih obat

b. Liniment

- umumnya mengandung alkohol, minyak atau sabun emolien yang dipakai dikulit.

c. Losion

- suspensi cair yang biasanya melindungi, mendinginkan atau membersihkan kulit.

d. Pasta

- Preparat semisolid lebih kental dan lebih kaku daripada salep

- Diabsorpsi melalui kulit lebih lambat daripada salep

e. Cakram transdermal atau Pacth

- Obat berbentuk cakram atau patch yang diserap melalui kulit secara perlahan dalam
waktu tertentu

f. Gel

- Sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari pastikel anorganik yang
kecil atau molekul organik yang besar
- Terpenetrasi oleh suatu cairan

- Khusus penggunaan dikulit

3. Bentuk obat yang bisa digunakan untuk pemasukan ke rongga dalam tubuh

a. Supositoria

- Bentuk dosis padat yang dicampur dengan gelatin dan dibentuk dalam bentuk peluru

- Dimasukkan ke dalam rongga tubuh (rektum/vagina)

- Meleleh saat mencapai suhu tubuh

b. Larutan

- zat yang larut dalam air atau cairan lain

c. Cakram intraokular

- Kecil, berbentuk oval yang fleksibel (menyerupai lensa kontak) terdiri dari dua lapisan
halus

4. Bentuk obat yang biasa disiapkan untuk pemberian topikal

a. Troche (lozenge)

- Tablet bulat, pipih yang larut didalam mulut untuk melepaskan obat

- Tidak untuk ditelan

b. Aerosol

- Obat cair yang disemprotkan dan diserap dimulut dan saluran nafas atas

- Tidak untuk ditelan

c. Lepas lambat

- Tablet kapsul yang mengandung partikel obat kecil yang dilapisi selaput dengan
material yang memerlukan waktu tertentu untuk dicerna.

D. Penghitungan Dosis Obat


Dosis = takaran. Dosis Obat adalah jumlah yang dberikan kepada penderita dalam
satuan berat (gram, mili gram, mikrogram) atau satuan isi (iter, mililiter) atau unit-unit
lainnya (unit intemasional) umtul 1x pakai.
Ketentuan Umum tentang Dosis
1. Dosis maksimum (DM)
Dosis ini berlaku untuk pemakaian satu kali dan satu hari.
2. Dosis lazim

Dosis ini merupakan petunjuk yg tdk mengikat, tetapi digunakan sebagai pedoman
umum.

3. Regimen dosis
Jadwal pemberian dosis suatu obat
4. Loading dose
Dosis muatan sbg dosis awal shg tercapai kadar dalam darah yg cukup untuk
menghasilkan efek terapetik
5. Maintenance dose
Dosis pemeliharaan untuk mempertahankan kadar obat dalam darah agar tetap
menghasilkan efek terapetik

Macam-Macam Dosis

1. Dosis terapi
Takaran obat yg diberikan dlm keadaan biasa dan dpt menyembuhkan pasien
2. Dosis minimum
Takaran obat terkecil yg diberikan dan masih dpt menyembuhkan serta tdk
menimbulkan resistensi pd pasien
3. Dosis maksimum
Takaran obat terbesar yg diberikan dan masih dpt menyembuhkan serta tdk
menimbulkan keracunan pd pasien
4. Dosis toksis
Jumlah terkecil dari obat yang dapat menimbulkan gejala keracunan pada penderita
dewasa.
5. Dosis letalis
Dosis atau jumlah obat yang dapat mematikan bila dikonsumsi. Bila mencapai dosis
ini orang yang mengonsumsi akan mengalami kaelebihan dosis (over dose).
6. Dosis Beganda (Multiple dose):
Pola pemberian obat berulang. Pengulangan dilakukan saat obat diperkirakan akan
mengalami eliminasi pada jumlah tertentu dengan interval pemberian tertentu untuk
mencapai efek terapi.
7. Dosis Tunggal (Single dose):
Pola pemberian obat satu kali sudah mampu memberikan efek terapi dengan efektif
secara klinik.

Perhitungan Dosis

Dosis yang dibutuhkan


x Jumlah yang tersedia=Jumlah yang diberikan
Dosis yang tersedia

Keterangan:

Dosis yang dibutuhkan = jumlah obat yang diresepkan.

Dosis yang tersedia = dosis obat (seperti mg,unit) yamg tersedia.

Jumlah yang tersedia= unit dasat atau jumlah obat yang mengandung dosis obat
yang tersedia/terkandung

Contoh soal :

Dokter mengintruksikan klien diberi eritromisin 250mg. Apotek memberikan botol


yang berisi 100ml eritromisi dengan tulisan "5ml mengandung 125 mg eritromisi".
Berapa banyak yang harus diberikan?

Jawab :

Dosis yang dibutuhkan


x Jumlah yang tersedia=Jumlah yang diberikan
Dosis yang tersedia
250
x 5=10
125

E. Pemberian Obat secara Oral


1. Pengertian Pemberian Obat Secara Oral

Oral adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai karena
ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorbsi melalui rongga mulut
(sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN. Bentuk sediaan obatnya dapat berupa Tablet,
Kapsul, Larutan (solution), Sirup, Eliksir, Suspensi, Magma, Jel, dan Bubuk.

2. PemberianSublingual
Yaitu dengan cara meletakkan obat di  bawah lidah. Obat yang diberikan subingual
seharusnya tidak ditelan karena efek yang diharapkan tidak akan tercapai. Jelaskan pada
klien untuk tidak minum apapun sampai diserap seluruhnya.

3. Pemberian Bukal

Pemberian obat melalui jalur bukal dilakukan dengan cara meletakan obat solid dengan
menempatkannya di membran mukosa pipi sampai obat larut. Klien harus diajarkan
untuk menempatkan dosis obat secara bergantian di pipi kanan dan kiri supaya mukosa
tidak iritasi, diperingatkan untuk tidak mengunyah atau menelan obat atau minum air
bersama obat.

Pemberian Sublingual Pemberian Bukal


Kelebihan     : Kelebihan     :
 obatcepat, tidak diperlukan kemampuan  onset cepat,
menelan,  mencegah“first-pass effect”
 kerusakan obat di saluran cerna dan  tidak diperlukan kemampuan menelan
metabolisme di dinding usus dan hati Kekurangan :
dapat dihindari (tidaklewat vena porta).  absorbsi tidak adekuat,
Kekurangan :  kepatuhan pasien kurang
 absorbsitidakadekuat, (compliance),
 kepatuhan pasien kurang (compliance),  mencegah pasien menelan
 mencegah pasien menelan.

F. Pemberian Obat secara Parenteral

Rute pariental ialah memberikan obat dengan menginjeksinya ke dalam jaringan tubuh.
Pemberian parenteral meliputi empat tipe utama injeksi berikut:

1) Subkutan (SC). Injeksi ke dalam jaringan tepat di bawah lapisan dermis kulit.
Tempat injeksi subcutan:
a) Bagian luar lengan atas
b) Bagian anterior paha

Jenis obat yang diberikan secara SC:

a) Vaksin
b) Insulin
c) Obat-obat pre-operasi
2) Intradermal (ID) / Intracutan (IC).Injeksi kedalam dermis tepat di bawah epidermis.
Biasa dilakukan untuk pengujian alergi atau anastesi lokal
Tempat injeksi IC
 Daerah lenganatassebelahluaratau 1/3 bagiandaribahu
 Daerah sekitarumblikulus (abdomen)

3) Intramuscular (IM). Injeksi ke dalam otot tubuh.


Tempat injeksi IM
Biasanya dilakukan pada bagian tubuh yang berotot besar (agar tidak ada kemungkinan
untuk menusuk saraf)
• Bokong
• Kaki bagian atas
• Lengan bagian atas
4) Intravena (IV).Suntikan kedalam vena.
Tempat injeksi IV
• Pada lengan (vena basalika dan vena sefalika)
• Pada tungkai (vena saphenous)
• Pada leher (vena jugularis)
• Pada kepala (vena frontalis)

Kelebihan rute IC, SC, IV, IM


• Rute ini digunakan jika rute oral dikontraindikasikan
• Absorbsi lebih cepat daripada rute otopikal atau oral
• Infus IV memungkinkan pengantaran obat saat klien dalam kondisi kritis atau terapi
jangka panjang.

Kerugian atau kontraindikasi


• Risiko infeksi dan obat mahal.
• Resiko kerusakan jaringan
• Rute ini menimbulkan rasa cemas yang cukup besar pada banyak klien terutama
anak-anak.
G. Penyuntikan secara IC
1. Pengertian Injeksi IC

Penyuntikan IC adalah suatu cara memberikan obat melalui suntikan ke kulit


tepat di bawah epidermis.

Perawat biasanya memberikan injeksi intradermal untuk tes kulit (seperti


skiring tuberkulin dan tes alergi). Karena obat bersifat poten, maka obat disuntikkan
ke kulit di mana aliran darah tidak banyak sehingga obat diserap perlahan-lahan.

Tes kulit memerlukan perhatian perawat apakah area penyuntikan tidak


mengalami luka atau terdapat perubahan warna. Area intradermal harus bebas dari
luka dan relatif tidak berbulu. Gunakan spuit tuberkulin atau hipodermik kecil untuk
tes kulit.

Sudut penyuntikan injeksi intradermal adalah 5-15 derajat, dengan posisi


bevel di atas. Saat Anda menyuntikkan obat, akan muncul benjolan/bleb kecil
menyerupai gigitan nyamuk pada permukaan kulit. Jika bleb tidak muncul atau jika
area tersebut berdarah saat injeksi, maka kemungkinan obat masuk ke dalam jaringan
subkutan. Pada kasus ini, hasil yang didapat tidak akan valid.

2. Prosedur Injeksi IC

Alat dan bahan

1. Catatan pemberian obat


2. Obat dalam tempatnya
3. Spuit 1cc
4. Kapas alkohol dalam tempatnya
5. Cairan pelarut
6. Bak injeksi
7. Bengkok
8. Perlak

Prosedur kerja

1. Salam pada pasien


2. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan
3. Cuci tangan
4. Pakai sarung tangan
5. Bebaskan daerah yang akan di lakukan suntikan
6. Pasang perlak/ pengalas pada bawah daerah yang akan di lakukan injeksi intra
kutan
7. Ambil obat yang akan dilakukan tes alergi. Kemudian larutkan/ encerkan dengan
aquades (cairan pelarut), ambil 0,5CC dan encerkan lagi sampai 1CC, lalu
siapkan pada bak injeksi
8. Desinfektan daerah yang akan dilakukan suntikan dengan kapas alkohol
9. Lakukan penusukan dengan lubang jarum menghadap ke atas membentuk sudut
15 derajat terhadap permukaan kulit
10.Semprotkan obat hingga terjadi gelembung
11.Tarik spuit dan tidak boleh di lakukan masase
12.Lingkari area penusukan dengan menggunakan ballpoint
13.Tunggu ± 10-15 menit, kemudian catat reaksi yang terjadi
14.Jika terdapat reaksi bintik kemerahan dan pasien merasakan gatal di sekitar area
penusukan, maka pemberian obat tidak boleh di berikan
15.Rapikan pasien
16.Lepas sarung tangan
17.Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

H. Penyntikan secara IV
1. Pengertian Injeksi IV

Penyuntikan IV adalah suatu cara memberikan obat melalui penyuntikan ke


dalam pembuluh darah vena. Perawat memberikan obat intravena dengan mengikuti
metode berikut ini :

 Sebagai campuran dalam cairan intravena yang banyak.


 Dengan menyuntikkan bolus atau sedikit volume melalui jalur infus intravena
yang sudah ada atau akses intravena sementara (kunci heparin atau saline).

 Dengan infus “piggyback” cairan yang mengandung obat dan sedikit cairan
intravena melalui selang infus yang sudah tersedia.

 Terapi cairan intravena digunakan sebagai pengganti cairan melalui mulut


sekaligus menyediakan elektrolit dan nutrien lain.

2. Tujuan Injeksi IV

Tujuan dari metode ini di antaranya :

 Untuk memperoleh reaksi obat yang cepat diabsorbsi daripada dengan injeksi
parenteral lain.

 Untuk menghindari terjadinya kerusakan jaringan

 Untuk memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar

3. Lokasi Injeksi IV

Tempat injeksi di antaranya :

 Pada lengan (vena basalika dan vena sefalika)

 Pada tungkai (vena saphenous)

  Pada leher (vena jugularis)

 Pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis)

4. Prosedur Injeksi IV
Alat dan Bahan
1. Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
2. Kapas alkohol
3. Sarung tangan
4. Obat yang sesuai
5. Spuit 2 ml – 5 ml
6. Bak spuit
7. Baki obat
8. Plester
9. Perlak pengalas
10. Pembendung vena (torniquet)
11. Kassa steril (bila perlu)
12. Bengkok

Prosedur

1. Cuci tangan
2. Siapkan obat dengan prinsip 6 benar
3. Salam terapeutik
4. Identifikasi klien
5. Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
6. Atur klien pada posisi yang nyaman
7. Pasang perlak pengalas
8. Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
9. Letakkan pembendung
10. Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan, atau rasa
gatal. Menghindari gangguan absorbsi obat atau cidera dan nyeri yang
berlebihan.
11. Pakai sarung tangan
12. Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan gerakan
sirkuler dari arah dalam keluar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai
kering. Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang
mengandung mikroorganisme.
13. Pegang kapas alkohol, dengan jari-jari tengah pada tangan non dominan.
14. Buka tutup jarum. Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area
penusukan dengan tangan non dominan. Membuat kulit menjadi lebih kencang
dan vena tidak bergeser, memudahkan penusukan. Sejajar vena yang akan
ditusuk perlahan dan pasti. Pegang jarum pada posisi 30.
15. Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum ke dalam vena
16. Lakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan barel dari spuit dan
tangan dominan menarik plunger.
17. Observasi adanya darah pada spuit
18. Jika ada darah, lepaskan terniquet dan masukkan obat perlahan-lahan.
19. Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan, sambil
melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area penusukan
20. Tutup area penusukan dengan menggunakan kassa steril yang diberi betadin
21. Kembalikan posisi klien
22. Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan ke dalam bengkok
23. Buka sarung tangan
24. Cuci tangan

I. Penyuntikan secara IM
1. Pengertian Injeksi IM
Injeksi intramuskular adalah suntikan secara langsung ke fasia otot, yang memiliki
pasokan darah yang kaya, yang memungkinkan obat untuk diserap lebih cepat melalui
serat otot dari pada melalui subkutan.

2. Indikasi Injeksi IM
• dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerjasama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan secara oral
• bebas dari infeksi
• lesi kulit
• jaringan parut
• benjolan tulang
3. Lokasi Injeksi IM
- Vastus lateralis (paha), tidak banyak terdapat pembuluh darah dan saraf besar.
dilakukan dengan cara pasien berbaring telentang dengan lutut sedikit fleksi. Biasa
dipakai oleh bayi dan anak untuk imunisasi. Penyerapan obatnya cepat.

- Ventrogluteal (pinggul), area yang dalam terletak jauh dari pembuluh darah dan saraf
besar. Risiko terjadi kontaminasi pada klien inkontinensia atau bayi lebih kecil. Dapat
dengan mudah ditemukan dengan acuan tulang yang jelas.
- Dorsogluteal ( area bokong sampai kristal iliaka) area ini jarang digunakan karena
lokasi saraf skiatik setiap orang bervariasi. Jika jarum mengenai saraf skiatik, akan
menimbulkan efek sampig berupa kelimpuhan kaki pasien atau permanen.

- Deltoid (lengan atas sampai bahu) dengan cara pasien duduk atau berbaring mendatar
lengan atas fleksi. Digunakan untuk obat dengan jumlah kecil, tidak digunakan pada
bayi atau anak kecil. Disarankan untuk vaksinasi hepatitis B, imunisasi dan rabies.

4. Prosedur Injeksi IM
a. Alat
- spuit disposibel (ukuran sesuai obat yang diberikan)
- bak instrumen
- buku obat
- bengkok
b. Bahan
- kasa antiseptik
- obat dalam vial
- baskom berisi larutan klorin 0,5%
c. Perlengkapan
- tempat sampah medis
- handuk atau lap tangan

Langkah – langkah
1. Cuci tangan sebelum mulai. Anda harus memastikan kebersihan untuk
meminimalkan risiko infeksi.
2. Tenangkan pasien dan jelaskan prosedur yang akan Anda lakukan. 
3. Bersihkan area penyuntikan dengan kapas alkohol. 
4. Mintalah pasien untuk rileks. Otot yang tegang akan terasa sakit saat disuntik,
jadi pasien harus diminta untuk rileks supaya ia tidak begitu merasa sakit saat
disuntik.Anda dapat mengalihkan perhatian pasien sebelum menyuntiknya
dengan menanyakan beberapa hal tentang hidupnya. Apabila perhatian pasien
teralihkan, otot-ototnya cenderung lebih rileks.
5. Tusukkan jarum ke area penyuntikan. Pertama-tama, lepas tutup jarum suntik,
kemudian tusukkan dengan cepat dan pasti pada sudut 90 derajat ke dalam kulit.
Tusukan jarum yang cepat akan membuat rasa sakit berkurang.
6. Tarik pengisap sedikit sebelum menyuntik. Setelah menusukkan jarum dan
sebelum menyuntikkan obat, tarik pengisap.
7. Suntikkan obat perlahan-lahan.Untuk meminimalkan rasa sakit, jarum sebaiknya
ditusukkan dengan cepat, tetapi obat harus disuntikkan secara perlahan
8. Tarik jarum pada sudut yang sama dengan arah masuknya. Lakukan begitu Anda
yakin bahwa semua obat sudah disuntikkan.
9. Buanglah jarum suntik dengan cara yang benar. 

J. Penyuntikan secara SC
1. Pengertian Injeksi SC
Injeksi subkutan adalah menyuntikkan obat ke jaringan ikat longgar di bawah
kulit. Karena jaringan subkutan tidak memiliki banyak pembuluh darah seperti otot,
maka penyerapan obat lebih lama daripada penyuntikan intramuskular .
2. Indikasi SC
Dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerjasama karena
tidak memungkinkan untuk diberikan secara oral, dan tidak alergi.
3. Lokasi SC.
a. lengan atas belakang
b. abdomen dari bawah iga sampai batas krista iliaka
c. bagian paha atas depan.
d. Area scapula
e. Area ventrogluteal
f. Area dorsogluteral
4. Prosedur Injeksi SC
Perlengkapan dan alat
• Alat suntik 0,5, 1, atau 2 cc dengan jarum ukuran 27
• Alat suntik luer lock 3 cc (untuk dosis besar)
• Alat suntik prefilled sekali pakai
• Wadah untuk membuang alat suntik dengan aman.
• Kain kasa steril (biasanya 5 x 5 cm)
• Plester steril (catatan - pastikan pasien tidak alergi terhadap plester tersebut
karena dapat menyebabkan iritasi di dekat luka bekas suntikan)
• Handuk bersih
Langkah-langkah
1.Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2.Cuci tangan
3.Bebaskan daerahyang akan disuntikkan. Bebaskan daerah suntikan bila
pasien memakai pakaian berlengan
4.Ambil obat dalam tempatnya sesuai dengan dosis yang akan diberikan
kemudian tempatkan pada bak injeksi.
5.Desinfeksi dengan kapas alkohol
6.Tegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan dilakukan suntikan subkutan
(angkat kulit)
7.Lakukan penusukan dengan lubang jarum menghadap keatas membentuk
sudut 45o terhadap permukaan kulit.
8.Lakukan aspirasi. Bila tidak ada darah, semprotkan obat perlahan hingga
habis.
9.Tarik spuit dengan kapas alkohol. Spuit bekas suntikan dimasukkan ke dalam
bengkok
10. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
11. Catat prosedur pemberian obat dan respon klien.

Anda mungkin juga menyukai