Disusun oleh :
Ilmu Keperawatan S1
2017/2018
A. Prinsip Pemberian Obat
1. Benar Obat
Perintah pemberian obat diperlukan setiap kita akan memberikan obat. Perintah
biasanya datang dari 2 cara yaitu menulis pada rekam medis klien atau membuat secara
elektronik melalui progam komputer. Instruksi pemberian obat yang diterima perawat
akan dibandingkan dengan daftar obat yang tercantum di MAR (Laporan Pemberian
Obat). Jika sudah yakin akurat, gunakan MAR untuk menyiapkan obat. Saat menyiapkan,
bandingkan label yang ada pada botol sebanyak 3x :
Periksa kesamaan obat yang kita ambil dengan MAR. Terakhir bandingkan ulang
semua obat yang ada disamping tempat tidur klien dengan MAR. Baru kemudian obat
boleh diberikan kepada klien.
“ Perawat yang memberikan obat bertanggung jawab untuk setiap kesalahan obat dan
jangan abaikan klien bila bertanya tentang informasi obat”
Jika klien menolak pemberian obat, beri pengertian dahulu pada klien pentingnya
obat tersebut dan apa efeknya jika tidak meminumnya, namun bila klien tetap kukuh tidak
ingin minum obat maka obat tersebut harus dibuang dan jangan dimasukkan kembali ke
tempat obat asli. Mintalah orang lain untuk menyaksikan obat yang tidak terpakai.
2. Benar Dosis
Sistem Unit Dosis berfungsi untuk mengurangi adanya kesalahan. Saat melakukan
perhitungan atau konversi obat, mintalah perawat lain untuk memeriksa ulang. Gunakan
alat ukur yang standar seperti cangkir ukur, spuit, pipet ukur, dan sendok ukur. Obat
tablet hanya bisa dibelah jika obat tersebut memiliki cetakan atau jalur khusus dari pabrik.
Apabila dalam membelah tidak sama besar maka buanglah obat, dan di sarankan untuk
tidak di konsumsi karena dosis obat bisa berubah. Obat tablet yang terkadang perlu
dihaluskan kemudian di camprukan ke dalam makanan ataupun minuman. Pada alat
penggerus obat harus sudah bersih sebelum menggerus obat selanjutnya, karena jika
masih ada sisa dapat merubah konsentrasi dan dosis obat berikutnya.
“ Jangan campurkan obat yang dihaluskan pada makanan kesukaan klien, karena obat
dapat mengganggu rasa makanan tersebut dan mengurangi kesukaan klien terhadap
makanan tersebut. Hal ini terutama berlaku untuk klien anak-anak “
3. Benar Klien
Kesalahan yang sering terjadi adalah klien yang mengkonsumsi obat yang diresepkan
untuk klien lain.
“ Gunakan setidaknya 2 identitas klien : nama klien, nomor pasien dari rumah sakit,
dan nomor telepon “
Jika di UGD bandingkan identitas klien pada MAR dengan gelang tanda pengenal
klien. Tidak perlu minta klien untuk menyebutkan nama klien dll. Beberapa rumah sakit
menggunakan pemindai kode balok.Dengan cara kerja sebagai berikut :
a) Pindai kartu pengenal perawat
b) Pindai label obat dosis tunggal
c) Pindai gelang tanda pengenal klien
Semua informasi tersebut akan disimpan dalam computer sebagai dokumentasi.
4. Benar Rute
Selalu konsultasi pada pemberi resep jika perintah tidak menyertakan jalur pemberian
obat. Sebaliknya jika jalur pemberian obat tidak seperti biasanya, segera berkonfirmasi
guna mengingatkan kembali pemberi resep.
“ Sikap hati-hati sangat dibutuhkan untuk memastikan perawat memberi obat yang
tepat”
Saat melakukan injeksi rute yang benar sangat diperlukan. Dalam menyiapkan obat
melalui jalur injeksi hanya boleh disiapkan dari preparat yang ditetapkan untuk
penggunaan parental.
5. Benar Waktu
a) Perawat perlu mengetahui mengapa obat diberikan pada waktu tertentu setiap
harinya.
b) Perawat dapat merubah jadwal jika perlu dan dirasa lebih tepat.
c) Berikan prioritas pada obat yang bereaksi pada waktu tertentu.
d) Berikan obat tidur saat klien bersiap untuk tidur.
e) Apabila waktu pemberian obat berikutnya belum terlampaui, perawat harus
mencatat dan menghubungi dokter jika terjadi perubahan perintah pemberian
obat.
f) Sebelum klien dipulangkan bantu klien untuk membuat jadwal berdasarkan jenis
obat, interval, farmakokinetik obat, dan kegiatan sehari-hari klien.
g) Bagi klien yang sulit untuk mengingat waktu, buatkan tabel waktu sesuai jadwal
minum obat.
6. Benar Dokumentasi
“Semua tenaga kesehatan harus menggunakan laporan yang akurat untuk
berkomunikasi dengan rekan tenaga kesehatan yang lain.”
Sebelum memberikan obat pastikan laporan pada MAR telah mencantumkan nama
lengkap klien, nama obat yang diresepkan secara lengkap (tanpa singkatan), waktu
pemberian obat, dosis obat, jalur pemberian, dan frekuensinya. Kesalahan pemberian obat
biasanya terjadi karena informasi yang tidaklengkap, dosis yang tidak akurat, resep tidak
layak (tanpa tandatangan jelas) dan terminologi yang tidak standar.
“ Jika terdapat pertanyaan mengenai perintah pemberian obat karena tidak lengkap,
tidak terbaca, tidak jelas atau tidak dimengerti, hubungi segera pemberi resep sebelum
kita memberikan obat.”
2) Kapsul
- Obat dalam bentuk bubuk, cairan atau minyak dan dibungkus oleh
selongsong gelatin
3) Tablet
- Sediaan padat kompak dibuat secara kempa dalam bentuk tabung pipih atau
sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis obat
atau lebih denfan atau tanpa bahan tambahan
a) Tablet kempa
b) Tablet cetak
c) Tablet trikurat
d) Tablet sublingual
Dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati), digunakan dengan
meletakkan tablet dibawah lidah.
e) Tablet bukal
Digunakan dengan meletakkan diantara pipi dan gusi
f) Tablet salut selaput
4) Pil
- Bentuk dosis padat berisi satu atau lebih obat,dibentuk kedalam bentuk
tetesan, lonjong,
- Pil yang sesungguhnya jarang digunakan karena telah digantikan oleh tablet
b. Bentuk Cairan
1) Eliksir
2) Ekstrak
- Bentuk obat yang pekat yang dibuat dengan memindahkan bagian aktif obat
dari komponen lain obat tersebut (ekstak cairan adalah obat yang dibuat
menjadi larutan dari sumber sayur – sayuran)
3) Suspensi
- Partikel obat yang dibelah sampai halus dan larut dalam media cair
4) Sirup
5) Tingtur
a. Salep
b. Liniment
- umumnya mengandung alkohol, minyak atau sabun emolien yang dipakai dikulit.
c. Losion
d. Pasta
- Obat berbentuk cakram atau patch yang diserap melalui kulit secara perlahan dalam
waktu tertentu
f. Gel
- Sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari pastikel anorganik yang
kecil atau molekul organik yang besar
- Terpenetrasi oleh suatu cairan
3. Bentuk obat yang bisa digunakan untuk pemasukan ke rongga dalam tubuh
a. Supositoria
- Bentuk dosis padat yang dicampur dengan gelatin dan dibentuk dalam bentuk peluru
b. Larutan
c. Cakram intraokular
- Kecil, berbentuk oval yang fleksibel (menyerupai lensa kontak) terdiri dari dua lapisan
halus
a. Troche (lozenge)
- Tablet bulat, pipih yang larut didalam mulut untuk melepaskan obat
b. Aerosol
- Obat cair yang disemprotkan dan diserap dimulut dan saluran nafas atas
c. Lepas lambat
- Tablet kapsul yang mengandung partikel obat kecil yang dilapisi selaput dengan
material yang memerlukan waktu tertentu untuk dicerna.
Dosis ini merupakan petunjuk yg tdk mengikat, tetapi digunakan sebagai pedoman
umum.
3. Regimen dosis
Jadwal pemberian dosis suatu obat
4. Loading dose
Dosis muatan sbg dosis awal shg tercapai kadar dalam darah yg cukup untuk
menghasilkan efek terapetik
5. Maintenance dose
Dosis pemeliharaan untuk mempertahankan kadar obat dalam darah agar tetap
menghasilkan efek terapetik
Macam-Macam Dosis
1. Dosis terapi
Takaran obat yg diberikan dlm keadaan biasa dan dpt menyembuhkan pasien
2. Dosis minimum
Takaran obat terkecil yg diberikan dan masih dpt menyembuhkan serta tdk
menimbulkan resistensi pd pasien
3. Dosis maksimum
Takaran obat terbesar yg diberikan dan masih dpt menyembuhkan serta tdk
menimbulkan keracunan pd pasien
4. Dosis toksis
Jumlah terkecil dari obat yang dapat menimbulkan gejala keracunan pada penderita
dewasa.
5. Dosis letalis
Dosis atau jumlah obat yang dapat mematikan bila dikonsumsi. Bila mencapai dosis
ini orang yang mengonsumsi akan mengalami kaelebihan dosis (over dose).
6. Dosis Beganda (Multiple dose):
Pola pemberian obat berulang. Pengulangan dilakukan saat obat diperkirakan akan
mengalami eliminasi pada jumlah tertentu dengan interval pemberian tertentu untuk
mencapai efek terapi.
7. Dosis Tunggal (Single dose):
Pola pemberian obat satu kali sudah mampu memberikan efek terapi dengan efektif
secara klinik.
Perhitungan Dosis
Keterangan:
Jumlah yang tersedia= unit dasat atau jumlah obat yang mengandung dosis obat
yang tersedia/terkandung
Contoh soal :
Jawab :
Oral adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai karena
ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorbsi melalui rongga mulut
(sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN. Bentuk sediaan obatnya dapat berupa Tablet,
Kapsul, Larutan (solution), Sirup, Eliksir, Suspensi, Magma, Jel, dan Bubuk.
2. PemberianSublingual
Yaitu dengan cara meletakkan obat di bawah lidah. Obat yang diberikan subingual
seharusnya tidak ditelan karena efek yang diharapkan tidak akan tercapai. Jelaskan pada
klien untuk tidak minum apapun sampai diserap seluruhnya.
3. Pemberian Bukal
Pemberian obat melalui jalur bukal dilakukan dengan cara meletakan obat solid dengan
menempatkannya di membran mukosa pipi sampai obat larut. Klien harus diajarkan
untuk menempatkan dosis obat secara bergantian di pipi kanan dan kiri supaya mukosa
tidak iritasi, diperingatkan untuk tidak mengunyah atau menelan obat atau minum air
bersama obat.
Rute pariental ialah memberikan obat dengan menginjeksinya ke dalam jaringan tubuh.
Pemberian parenteral meliputi empat tipe utama injeksi berikut:
1) Subkutan (SC). Injeksi ke dalam jaringan tepat di bawah lapisan dermis kulit.
Tempat injeksi subcutan:
a) Bagian luar lengan atas
b) Bagian anterior paha
a) Vaksin
b) Insulin
c) Obat-obat pre-operasi
2) Intradermal (ID) / Intracutan (IC).Injeksi kedalam dermis tepat di bawah epidermis.
Biasa dilakukan untuk pengujian alergi atau anastesi lokal
Tempat injeksi IC
Daerah lenganatassebelahluaratau 1/3 bagiandaribahu
Daerah sekitarumblikulus (abdomen)
2. Prosedur Injeksi IC
Prosedur kerja
H. Penyntikan secara IV
1. Pengertian Injeksi IV
Dengan infus “piggyback” cairan yang mengandung obat dan sedikit cairan
intravena melalui selang infus yang sudah tersedia.
2. Tujuan Injeksi IV
Untuk memperoleh reaksi obat yang cepat diabsorbsi daripada dengan injeksi
parenteral lain.
3. Lokasi Injeksi IV
4. Prosedur Injeksi IV
Alat dan Bahan
1. Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
2. Kapas alkohol
3. Sarung tangan
4. Obat yang sesuai
5. Spuit 2 ml – 5 ml
6. Bak spuit
7. Baki obat
8. Plester
9. Perlak pengalas
10. Pembendung vena (torniquet)
11. Kassa steril (bila perlu)
12. Bengkok
Prosedur
1. Cuci tangan
2. Siapkan obat dengan prinsip 6 benar
3. Salam terapeutik
4. Identifikasi klien
5. Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
6. Atur klien pada posisi yang nyaman
7. Pasang perlak pengalas
8. Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
9. Letakkan pembendung
10. Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan, atau rasa
gatal. Menghindari gangguan absorbsi obat atau cidera dan nyeri yang
berlebihan.
11. Pakai sarung tangan
12. Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan gerakan
sirkuler dari arah dalam keluar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai
kering. Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang
mengandung mikroorganisme.
13. Pegang kapas alkohol, dengan jari-jari tengah pada tangan non dominan.
14. Buka tutup jarum. Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area
penusukan dengan tangan non dominan. Membuat kulit menjadi lebih kencang
dan vena tidak bergeser, memudahkan penusukan. Sejajar vena yang akan
ditusuk perlahan dan pasti. Pegang jarum pada posisi 30.
15. Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum ke dalam vena
16. Lakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan barel dari spuit dan
tangan dominan menarik plunger.
17. Observasi adanya darah pada spuit
18. Jika ada darah, lepaskan terniquet dan masukkan obat perlahan-lahan.
19. Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan, sambil
melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area penusukan
20. Tutup area penusukan dengan menggunakan kassa steril yang diberi betadin
21. Kembalikan posisi klien
22. Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan ke dalam bengkok
23. Buka sarung tangan
24. Cuci tangan
I. Penyuntikan secara IM
1. Pengertian Injeksi IM
Injeksi intramuskular adalah suntikan secara langsung ke fasia otot, yang memiliki
pasokan darah yang kaya, yang memungkinkan obat untuk diserap lebih cepat melalui
serat otot dari pada melalui subkutan.
2. Indikasi Injeksi IM
• dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerjasama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan secara oral
• bebas dari infeksi
• lesi kulit
• jaringan parut
• benjolan tulang
3. Lokasi Injeksi IM
- Vastus lateralis (paha), tidak banyak terdapat pembuluh darah dan saraf besar.
dilakukan dengan cara pasien berbaring telentang dengan lutut sedikit fleksi. Biasa
dipakai oleh bayi dan anak untuk imunisasi. Penyerapan obatnya cepat.
- Ventrogluteal (pinggul), area yang dalam terletak jauh dari pembuluh darah dan saraf
besar. Risiko terjadi kontaminasi pada klien inkontinensia atau bayi lebih kecil. Dapat
dengan mudah ditemukan dengan acuan tulang yang jelas.
- Dorsogluteal ( area bokong sampai kristal iliaka) area ini jarang digunakan karena
lokasi saraf skiatik setiap orang bervariasi. Jika jarum mengenai saraf skiatik, akan
menimbulkan efek sampig berupa kelimpuhan kaki pasien atau permanen.
- Deltoid (lengan atas sampai bahu) dengan cara pasien duduk atau berbaring mendatar
lengan atas fleksi. Digunakan untuk obat dengan jumlah kecil, tidak digunakan pada
bayi atau anak kecil. Disarankan untuk vaksinasi hepatitis B, imunisasi dan rabies.
4. Prosedur Injeksi IM
a. Alat
- spuit disposibel (ukuran sesuai obat yang diberikan)
- bak instrumen
- buku obat
- bengkok
b. Bahan
- kasa antiseptik
- obat dalam vial
- baskom berisi larutan klorin 0,5%
c. Perlengkapan
- tempat sampah medis
- handuk atau lap tangan
Langkah – langkah
1. Cuci tangan sebelum mulai. Anda harus memastikan kebersihan untuk
meminimalkan risiko infeksi.
2. Tenangkan pasien dan jelaskan prosedur yang akan Anda lakukan.
3. Bersihkan area penyuntikan dengan kapas alkohol.
4. Mintalah pasien untuk rileks. Otot yang tegang akan terasa sakit saat disuntik,
jadi pasien harus diminta untuk rileks supaya ia tidak begitu merasa sakit saat
disuntik.Anda dapat mengalihkan perhatian pasien sebelum menyuntiknya
dengan menanyakan beberapa hal tentang hidupnya. Apabila perhatian pasien
teralihkan, otot-ototnya cenderung lebih rileks.
5. Tusukkan jarum ke area penyuntikan. Pertama-tama, lepas tutup jarum suntik,
kemudian tusukkan dengan cepat dan pasti pada sudut 90 derajat ke dalam kulit.
Tusukan jarum yang cepat akan membuat rasa sakit berkurang.
6. Tarik pengisap sedikit sebelum menyuntik. Setelah menusukkan jarum dan
sebelum menyuntikkan obat, tarik pengisap.
7. Suntikkan obat perlahan-lahan.Untuk meminimalkan rasa sakit, jarum sebaiknya
ditusukkan dengan cepat, tetapi obat harus disuntikkan secara perlahan
8. Tarik jarum pada sudut yang sama dengan arah masuknya. Lakukan begitu Anda
yakin bahwa semua obat sudah disuntikkan.
9. Buanglah jarum suntik dengan cara yang benar.
J. Penyuntikan secara SC
1. Pengertian Injeksi SC
Injeksi subkutan adalah menyuntikkan obat ke jaringan ikat longgar di bawah
kulit. Karena jaringan subkutan tidak memiliki banyak pembuluh darah seperti otot,
maka penyerapan obat lebih lama daripada penyuntikan intramuskular .
2. Indikasi SC
Dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerjasama karena
tidak memungkinkan untuk diberikan secara oral, dan tidak alergi.
3. Lokasi SC.
a. lengan atas belakang
b. abdomen dari bawah iga sampai batas krista iliaka
c. bagian paha atas depan.
d. Area scapula
e. Area ventrogluteal
f. Area dorsogluteral
4. Prosedur Injeksi SC
Perlengkapan dan alat
• Alat suntik 0,5, 1, atau 2 cc dengan jarum ukuran 27
• Alat suntik luer lock 3 cc (untuk dosis besar)
• Alat suntik prefilled sekali pakai
• Wadah untuk membuang alat suntik dengan aman.
• Kain kasa steril (biasanya 5 x 5 cm)
• Plester steril (catatan - pastikan pasien tidak alergi terhadap plester tersebut
karena dapat menyebabkan iritasi di dekat luka bekas suntikan)
• Handuk bersih
Langkah-langkah
1.Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2.Cuci tangan
3.Bebaskan daerahyang akan disuntikkan. Bebaskan daerah suntikan bila
pasien memakai pakaian berlengan
4.Ambil obat dalam tempatnya sesuai dengan dosis yang akan diberikan
kemudian tempatkan pada bak injeksi.
5.Desinfeksi dengan kapas alkohol
6.Tegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan dilakukan suntikan subkutan
(angkat kulit)
7.Lakukan penusukan dengan lubang jarum menghadap keatas membentuk
sudut 45o terhadap permukaan kulit.
8.Lakukan aspirasi. Bila tidak ada darah, semprotkan obat perlahan hingga
habis.
9.Tarik spuit dengan kapas alkohol. Spuit bekas suntikan dimasukkan ke dalam
bengkok
10. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
11. Catat prosedur pemberian obat dan respon klien.