Anda di halaman 1dari 12

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rapid Palatal Expansion


2.1.1. Pengertian
Rapid Palatal Expansion/RPE adalah suatu prosedur klinis yang bertujuan
untuk mengoreksi defisiensi maksila dalam arah transversal dan untuk menambah
panjang lengkung maksila.1,3
2.1.2. Jenis-jenis Rapid Palatal Expansion
2.1.2.1. Banded Rapid Palatal Expansion
1. Tipe Haas Expander
Tipe ini diperkenalkan oleh Haas 1961, 1965, 1979 dan 1980, terdiri dari
band yang dipasangkan pada premolar pertama dan molar pertama maksila
(RPE-4

band).

Di

bagian

tengah

terdapat

Jackscrew

untuk

menghubungkan dua bagian akrilik yang menutupi mukosa palatal. Pada


bagian bukal dan lingual gigi posterior diletakkan wire support untuk
menambah rigidity. Alat ini lebih banyak menghasilkan pergerakan bodily
dan sedikit tipping, tapi sering terjadi inflamasi pada jaringan palatal
(Gambar 1).3,9

Gambar 1. RPE tipe Haas


Expander. 8

Universitas Sumatera Utara

2. Tipe Hyrax Expander


Tipe ini terbuat dari stainless steel dengan band dipasangkan pada molar
pertama dan premolar pertama maksila (RPE-4 band) atau hanya molar
pertama maksila (RPE-2 band). Ekspansi screw terletak pada palatum
menutupi kontur palatum. Bukal dan lingual wire support dapat
ditambahkan untuk menambah rigidity alat (Gambar 2).8,9

Gambar 2. RPE tipe Hyrax Expander; A. RPE 4-band, B. RPE 2-band .1

2.1.2.2. Bonded Rapid Palatal Expansion


Akrilik split expander atau bonded RPE dapat memisahkan sutura
midpalatal dan melebarkan maksila serta mengaktivasi sistem sutura maksila.
Pada pasien growing, pengaruh alat ini adalah ortopedik alami. Bonded expander
tidak hanya mempunyai pengaruh dalam dimensi transversal tetapi juga terjadi
perubahan arah vertikal dan anteroposterior. Bagian oklusal dari gigi posterior
ditutup dengan akrilik setebal 3 mm dengan Split Biocryl seperti posterior bite
block yang dapat menghalangi erupsi gigi posterior, sehingga digunakan pada
wajah yang panjang (Gambar 3). Akrilik oklusal ini juga dapat membuka gigitan
posterior sehingga mengoreksi crossbite.8,9

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3. Bonded RPE. 14

2.2. Biomekanik Rapid Palatal Expansion


RPE mampu mengeliminasi diskrepansi transversal lengkung rahang yang
disebabkan defisiensi maksila. Nanda telah memperlihatkan bahwa sutura wajah
dan jaringan periodontal memiliki respon sama terhadap gaya yang diberikan.
Gigi geligi dan tulang kraniofasial adalah hal penting yang melengkapi tubuh,
meliputi periodonsium dan sutura.1,7,10
Lee dkk telah mengidentifikasi lokasi pusat resisten dari dentomaksila
dalam pandangan sagital dan frontal, seperti terlihat pada gambar 4. Lee juga
menyatakan bahwa gaya ekspansi yang dihasilkan akan diteruskan ke pusat
resisten dentomaksila melalui struktur osseus. Jika Jackscrew diaktifkan maka
akan menghasilkan moment dan gaya yang sama pada pusat resisten di tiap sisi
maksila. Moment yang dihasilkan tersebut tegak lurus terhadap jarak Y, yang
besarnya adalah besar gaya yang diberikan dikali dengan jarak Y (M=FY). Jarak
Y merupakan jarak dari lokasi pemberian gaya (lokasi jackscrew) ke pusat
resistensi dentomaksila (gambar 5)7.

Universitas Sumatera Utara

Moment yang dihasilkan akan mengakibatkan maksila terbagi dua dan


berotasi pada pusat resisten, dimana pusat rotasi dentomaksila berada pada titik A
seperti yang terlihat pada gambar 6. Karena adanya struktur osseus, sutura
frontonasal mengalami resorbsi dengan cepat sehingga memungkinkan maksila
terbagi dua dan rotasi. Hal ini disebabkan terjadinya pola fringe (pola mikrostres) pada Zygoma. Pada sutura zygomaticotemporal mengalami pergeseran dan
pada sutura zygomaticomaksila dan sutura zygomaticofrontal mengalami tekanan
dan pergeseran. Sehingga terjadi pemisahan maksila menjadi dua bagian. 7

Gambar 4.A, Lokasi pusat resisten dentomaksila, pandangan lateral. 7


B, Lokasi pusat resisten dentomaksila, pandangan frontal. 7

Gambar 5. Sistem gaya ekspansi sutura


midpalatal pada bidang frontal. 7

Dalam pandangan oklusal, terlihat bahwa lokasi pemberian gaya


(lokasi Jackscrew) mempunyai

jarak Z terhadap pusat resisten

Universitas Sumatera Utara

dentomaksila, yang besar nya sama dengan moment to force ratio


(FZ/F=Z). Jarak Z sangat mempengaruhi lokasi titik A (pusat rotasi
dentomaksila) bila jarak Z berubah maka lokasi titik A akan berubah. Bila
penempatan jackscrew lebih ke atas mendekati palatum maka titik A lebih
ke

superior

berkurangnya

(dalam

pandangan

frontal)

sehingga

mengakibatkan

tiping gigi. Dan bila penempatan jackscrew lebih ke

belakang maka lokasi titik A lebih ke posterior (dalam pandangan oklusal)


maka rotasi maksila dapat berkurang.

Gambar 6. Sistem gaya ekspansi sutura


midpalatal pada bidang oklusal. 7

Gambar 7. Bidang frontal, pergerakan


mikro (pola fringe). Tanda
panah menunjukkan pusat rotasi
dari tiap maksila yang terbagi. 7

Gambar 8. Bidang oklusal, pergerakan


mikro (pola fringe). Tanda
panah menunjukkan pusat rotasi
dari tiap maksila yang terbagi 7

Universitas Sumatera Utara

2.3. Indikasi dan Kontra indikasi Rapid Palatal Expansion


Indikasi RPE adalah 8,9 :
Defisiensi maksila dengan gigitan terbalik posterior atau secara
keseluruhan
Defisiensi maksila karena kebiasaan bernafas melalui mulut.
Defisiensi maksila tanpa crossbite (inklinasi gigi normal)
Defisiensi maksila dengan celah bibir dan palatum (telah dilakukan bone
graft)
Karena alasan medis misalnya adanya nasal deformitas sehingga terjadi
poor nasal airway
Kontra indikasi RPE adalah 8 :
Pasien dengan dataran mandibula curam dan pola pertumbuhan vertikal
Asimetri maksila karena diskrepansi skeletal yang berat sehingga akan
lebih memuaskan bila dirawat secara bedah

2.4. Waktu Perawatan Rapid Palatal Expansion


Maturasi skeletal bervariasi pada setiap individu. Menurut Fernandes dkk
(1998) serta Rajagopal dan Kansel (2002), tahap-tahap maturasi skeletal pada
perempuan terjadi lebih awal dari laki-laki. Maturitas skeletal dapat dinilai dari
beberapa indikator biologi, yaitu pertambahan tinggi badan, maturasi skeletal
pergelangan tangan, erupsi dan perkembangan gigi, menarche, dada dan
perubahan suara serta maturasi vertebra servikal (CVM).11 Metode maturasi
vertebra servikal (CVM) mampu mendeteksi penambahan terbesar pada

Universitas Sumatera Utara

mandibula dan pertumbuhan kraniofasial selama interval dari tahap tiga hingga
empat (Cvs 3-Cvs 4), ketika puncak tinggi badan juga terjadi secara bersamaan.8
Lamparski (1972) dan Fernandes dkk (1998) serta Franchi dan Bazetti telah
menentukan kriteria tahap-tahap maturasi vertebra servikal sebagai indikator
biologis yaitu (Gambar 9):

T1. Inisiasi (tahap awal initiation)

T2. Percepatan (accelaration)

T3. Masa pergantian (transition)

T4. Penurunan kecepatan (decelaration)

T5. Maturasi (maturation)

T6. Akhir pertumbuhan (completion)

Gambar 9. Vertebra servikal Cvs1 Cvs6. 12

Pada tahap tumbuh kembang juga dikenal adolescent spurt atau percepatan
pertumbuhan, yaitu pada wanita usia 11 sampai 12 tahun sedangkan pria 13
sampai 14 tahun, setelah adolescent spurt, pertumbuhan akan menurun.11
Kebanyakan data dari beberapa penelitian mengenai waktu ideal untuk
perawatan defisiensi transversal pada maksila dengan menggunakan alat ortopedik

Universitas Sumatera Utara

adalah tentang pertumbuhan dan maturasi sistem sutura intermaksilaris. Melson


menggunakan materi otopsi untuk memeriksa secara histologis maturasi sutura
midpalatal pada tahap perkembangan yang berbeda, yaitu 11,12 :
1. Tahap infantil
Di bawah usia 10 tahun, sutura lebar dan mulus.
2. Tahap juvenile
Usia 10-13 tahun, sutura telah berkembang menjadi bentuk sutura
squamosa yang lebih tipikal dengan bagian-bagian overlapping.
3. Tahap adolescence
Usia 13-14 tahun, sutura lebih bergelombang dan adanya peningkatan
interdigitasi.
4. Tahap adult
Di atas usia 14 tahun, sutura terlihat adanya synostosis dan sejumlah
formasi seperti jembatan tulang sepanjang sutura.
Dari

data histologis penelitian yang

dilakukan

Melson

(1982),

hambatannya adalah pasien pada tahap akhir maturasi skeletal, sutura midpalatal
akan sulit dilakukan ekspansi maksila ortopedik.5,12
Beberapa studi tentang pengaruh RPE jangka panjang menunjukkan
bahwa penambahan dimensi transversal maksila relatif stabil.12 Waktu perawatan
RPE telah dilaporkan pada penelitian sebelumnya pada usia yang bervariasi.
Namun, respon alat ini lebih efektif digunakan pada usia lebih muda. Hal ini
berkaitan dengan bentuk anatomis dari maksila, yaitu pada usia lebih tua telah
terjadi penyatuan tulang sepanjang garis sutura midpalatal. Proffit dan Fields
menyarankan bahwa defisiensi maksila dilakukan perawatan sedini mungkin.

Universitas Sumatera Utara

Baccetti dkk mempelajari 46 pasien masa gigi bercampur dan menemukan bahwa
perubahan maksila secara signifikan terjadi pada tahap dini masa gigi bercampur
dibandingkan tahap akhir.1 Menurut Baccetti dkk, RPE digunakan pada pasien
masa prepubertal dan pubertal. Pengaruh RPE yang terjadi pada pasien dewasa
sangat kecil.5,12
Pada penelitian Wertz dan Dreskin mencatat dari penemuan histologis
yang dilakukan bahwa perubahan ortopedi lebih besar dan lebih stabil pada pasien
yang dirawat di bawah usia 12 tahun. Namun, Merwin dkk, menemukan bahwa
adanya persamaan respon skeletal pada grup pasien usia lebih muda (5 s/d 8
tahun) dengan grup usia lebih tua (9 s/d 12 tahun).6
Dalam bidang Ortodonti, faktor usia sangat mempengaruhi hasil
perawatan. Oleh karena itu, berdasarkan tahap tumbuh kembang manusia dengan
metode CVM dan penelitian yang dilakukan Melson terhadap sutura midpalatal
secara histologis, maka pada penelitian ini yang termasuk usia non growing yaitu
usia di atas 15 tahun dengan menggunakan metode maturasi skeletal CVM pada
Cvs 3 dan Cvs 4.
2.5. Pengaruh Rapid Palatal Expansion terhadap lengkung gigi.
Perubahan lebar lengkung, panjang lengkung dan perimeter lengkung
ditandai dengan perubahan lebar interkaninus, dan intermolar. Gigi premolar dan
molar maksila memperlihatkan kemiringan crown bukal yang berbeda secara
individual. Ekspansi palatal menghasilkan peningkatan panjang lengkung sekitar
0,7 kali perubahan lebar intermolar. Menurut Adkins dkk perubahan intermolar
dan interkaninus diprediksikan sebagai penambah perimeter lengkung dan
direpresentasikan dalam persamaan Y = 0,68 X + 0,56 dimana Y adalah

Universitas Sumatera Utara

pertambahan perimeter lengkung yang terjadi dan X adalah pertambahan


intermolar.
Pergeseran palatal dari insisivus maksila menyebabkan panjang lengkung
gigi akan berkurang, menurut Adkins dkk tahun 1990 ekspansi RPE akan
mengurangi panjang lengkung Kemiringan crown bukal dari gigi penjangkar juga
terlihat sebagai akibat dari ekspansi alat.2,6,18 Tipping mahkota bukal gigi
penjangkar juga terjadi sekitar 6 + 6. Namun, tidak ditemukan hubungan
signifikan secara statistik antara tipping gigi penjangkar dengan usia, lebar palatal
awal dan jumlah ekspansi.6,16,19 (Gambar 10)
Prediksi perubahan perimeter lengkung gigi untuk tingkat ekspansi
tertentu membantu dalam perencanaan perawatan kasus dengan RPE dan bisa
mempermudah perawatan orthodontik tanpa pencabutan.6

Gambar 10. Garis yang ditarik melalui kedua ujung cusp gigi
penjangkar memperlihatkan perubahan angulasi molar dan premolar
sebelum dan sesudah ekspansi dengan RPE

Universitas Sumatera Utara

2.6. Kerangka Teori


Defisiensi maksila

Growing

Non growing

RPE

Pengaruh

Skeletal

- Sutura midpalatal
- Vertikal dari basis apikal &
tinggi wajah
-Anteroposterior dari maksila

Dental

- Lebar lengkung
- Panjang lengkung
- Perimeter lengkung

Universitas Sumatera Utara

2.7. Kerangka Konsep

RPE

Non growing ( > 15 thn)

Pengaruh

Dental

1. Perubahan lebar lengkung


Lebar interkaninus
Lebar intermolar
2. Perubahan panjang lengkung
3. Perubahan perimeter lengkung

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai