Anda di halaman 1dari 14

KEPEMIMPINAN DAN PERSONAL MASTERY

Secara etimologi, Mastery berasal dari bahasa inggris dan latin yang
berarti penguasaan atau keahlian dominasi terhadap sesuatu. Sedangkan dari
bahasa Perancis, berasal dari kata Maitre yang berarti seseorang mempunyai
keahlian khusus, cakap, dan ahli dalam sesuatu. (Hapsari, dkk)

Personal Mastery is the discipline of continually clarifying and deepening


our personal vision, of focusing our energics, of developing patience and of
seeing reality objectively (Peter Senge) “Penguasaan diri adalah sebuah disiplin
yang terus menerus, memperjelas dan memperdalam penglihatan personal kita,
memfokuskan energi kita, menyampaikan kesabaran dan melihat objek secara
realistis.” (Peter Senge)

Menurut Michael J. Marquardt, Penguasaan diri adalah suatu cara yang


berkesinambungan untuk menjernihkan dan memperdalam visi, energi, dan
kesabaran seseorang.

Mastery tidak berarti mengontrol orang lain, maupun diri sendiri. Seiring
berjalannya waktu yang dilakukan adalah menggabungkan berbagai variasi dan
kadang-kadang konflik kepribadian seseorang (Leonard)

Manfaat Personal Mastery

Manfaat dan keuntungan bagi seseorang yang mempunyai tingkat penguasaan diri
tinggi adalah :

1. Kemampuan mengambil tanggung jawab .


2. Kejelasan dan profesionalisme visi.
3. Kohesive dan Team Work yang berlaku.
4. Penurunan jumlah karyawan yang absen melalui peningkatan
kesejahteraan karyawan.
5. Mampu mengendalikan stress dan bersikap positif
6. Menciptakan pertumbuhan organisasi yang tetap dan berjangka panjang.
7. Pemenuhan tanggung jawab sosial

1
8. Kepemimpinan kreatif yang kuat.
9. Meningkatkan kecerdasan emosi.

Dengan demikian terlihat jelas bahwa Personal Mastery tidak saja baik bagi
diri sendiri namun juga mempengaruhi lingkungan kerja, lingkungan tempat
tinggal dengan cara yang positif.

A. Aspek Personal Mastery


Oleh Metavarsity Course, Personal Mastery disebutkan memiliki 4 aspek,
yaitu:
1.  Aspek Emosional, yang terdiri atas:
a. Memahami emosi diri sendiri dan akibatnya
b. Memahami orang lain dan emosi yang dialaminya
c. Berdaya secara emosional dan nyata
d. Menjadi vulnerable dan terbuka dengan suatu hubungan
2.  Aspek Spiritual, yang terdiri atas:
a. Terhubung dengan inner self
b. Mengapresiasi kehidupan, menyayangi orang lain
c. Bersatu dalam perbedaan dengan orang lain
d. Menciptakan dunia yang lebih baik untuk tempat hidup
3.  Aspek Fisik
a. Berada secara fisik dan dalam lingkungan
b. Memahami hubungan antara ‘mind-body’
c. Bertanggung jawab dan membuat keputusan positif
d. Memanage stress dan mencapai keseimbangan
4.  Aspek Mental
a. Memahami cara pikiran bekerja dan cara menciptakan realitas
b. Meningkatkan fokus mental dan konsentrasi
c. Menciptakan pikiran yang jernih dan inovatif
d. Menciptakan realitas yang diinginkan.

2
Dengan  menguasai 4 aspek yang telah dikemukakan, diharapkan seseorang
dapat menggunakannya untuk mengatasi kebutaan yang dialami. Setelah mampu
menguasai 4 aspek tersebut, dapat  dikatakan telah menguasai Personal Mastery.
Seseorang yang telah menguasai Personal Mastery memiliki komitmen yang
tinggi terhadap suatu hal, lebih sering mengambil insiatif, secara terus menerus
mengembangkan kemampuannya untuk menciptakan hasil terbaik dalam
kehidupan yang benar-benar diinginkan.

B. Dimensi Personal Mastery


Penerapan Personal Mastery dapat dilihat dari dua dimensi yang saling
berkaitan. Dimensi dimana seseorang tersebut sebagai individu dan dimensi
dimana personal tersebut menjadi bagian dari suatu kelompok (team). Sebagai
individu, upaya pengendalian diri (personal mastery) dengan segala unsurnya
akan dapat membentuk karakter personal, sedangkan perannya pada kelompok,
PM diperlukan untuk menjamin adanya pembelajaran organisasi (Learning
Organization). Paduan karakter personal yang dimiliki oleh anggota team dalam
suatu organisasi akan membuat dinamika dan menumbuhkan organisasi tersebut.
Dari interasksi ini munculnya benih-benih leadership yang diharapkan akan
melahirkan pemimpin-pemimpin yang tangguh.
Keuntungan menguasai Personal Mastery menurut Metavarsity Course adalah:
1. Kemampuan mengambil tanggung jawab pemilihan pribadi
2. Kejelasan dan profesionalisme visi
3. Kohesive, team work yang bersatu
4. Penurunan jumlah karyawan yang absen  melalui peningkatan
kesejahteraan karyawan, mengendalikan stress dan sikap positif
5.  Menciptakan pertumbuhan organisasi yang tetap dan berjangka panjang
6.  Pemenuhan tanggung jawab social dengan baik
Dengan demikian terlihat jelas bahwa Personal Mastery tidak saja baik bagi
diri sendiri namun juga mempengaruhi lingkungan kerja, lingkungan tempat
tinggal dengan cara yang positif

3
Pengembangan Personal Mastery
Peter M. Senge (1990) mengemukakan beberapa prinsip dan praktik yang
dapat digunakan untuk mengembangkan PM. 
1. Perlu dikembangkan sebuah visi pribadi yang jelas dan menantang. Visi ini
perlu dikembangkan berdasarkan misi (purpose) yang luhur. Untuk
membedakan keduanya, Senge menjelaskan,
… Purpose is similar to a direc tion, a general heading. Vision is a
specific destination, a picture of a
desired future. Purpose is abstract. Vision is concrete. Purpose is
“advancing man’s capability to explore the heavens.” Vision is “a man on
the moon by the end of the 1960s.” Purpose is “being the best I can be,”
“excellence.” Vision is breaking four minutes in the mile.”(Senge,
1990:412).
2. Kemampuan untuk mengelola tegangan kreatif perlu ditingkatkan terus-
menerus. Ketika keadaan yang ada jauh lebih rendah dari visi yang
dicanangkan, orang dapat memilih untuk mengubah keadaan agar semakin
menuju kondisi yang ditargetkan pada visi atau sebaliknya menurunkan visi.
Pembelajaran berkembangan dengan baik pada pilihan yang pertama.
Dorongan untuk menekan kesenjangan terjadi karena manusia menginginkan
kondisi yang nyaman. Di sini dibutuhkan kemampuan untuk bertekun dan
menunggu sampai tindakan-tindakan yang diambil memberikan hasil positif.
3. Perlu dikembangkan kemampuan untuk menangani “konflik struktural” di
dalam diri sendiri. Konflik ini terjadi karena di satu sisi kita berkomitmen
tinggi terhadap sebuah visi yang ideal, luhur, dan mampu membawa kita
kepada jati diri yang sempurna. Namun di sisi yang lain, muncul bisikan dari
dalam batin kita sendiri yang menyebabkan  keragu-raguan  untuk
mewujudkan visi tersebut. Sistem pendidikan kita sejak kecil tidak jarang
menekankan ketidakberdayaan (powerlessness) kita untuk mencapai hal-hal
besar. Juga sering ditanamkan dalam diri kita tentang  ketidak-
layakan (unworthiness) kita untuk meraih visi yang besar.  Ibarat putri
duyung mendamba, kita boleh saja memiliki cita-cita luhur untuk memberi

4
dampak positif bagi lingkungan sekitar dan kehidupan tetapi suara batin kita
menahan laju kita dari dalam. Diperlukan suatu upaya resolusi konflik
struktural. Pemeriksaan yang cermat dapat menunjukkan mengapa kedua hal
ini terjadi. Selanjutnya diperlukan suatu penyeimbangan agar beban-beban
yang dialami dapat dilepaskan dan kita memasuki tingkatan baru dan merasa
layak dan mampu untuk mewujudkan visi dalam kesatuan yang harmonis
dengan lingkungan. Melalui latihan-latihan terus-menerus, keyakinan diri
akan semakin bertumbuh dan sebaliknya ketakutan semakin dapat ditekan.
sebagaimana diketahui umum, ketakutan adalah musuh utama bagi
perubahan.
4. Perlu dikembangkan komitmen terhadap kebenaran secara terus-menerus.
Upaya-upaya untuk memperbaiki pemahaman kita mengenai berbagai
peristiwa sangat diperlukan agar kita dapat menemukan solusi yang tepat atas
permasalahan-permasalahan. Teori-teori yang kita anut perlu dikritisi dengan
menilai daya tahannya di dalam menjelaskan situasi-situasi yang terjadi
berdasarkan fakta. Dinamika yang kompleks memerlukan fleksibilitas di
dalam penerapan teori-teori. Sulit ditemukan satu-satunya teori yang mampu
menjawab semua permasalahan secara tuntas. Kemampuan berpikir kritis-
konstruktif dapat membantu kita untuk memastikan kebenaran yang dapat
diterima dan dijadikan acuan di dalam menetapkan langkah untuk
mewujudkan visi pribadi yang telah disusun.
5. Alam bawah sadar penting untuk dikenali dan didayagunakan secara optimal.
Konon alam bawah sadar manusia itu seperti samudra raya dengan kekuatan
yang dahsyat. Berhubung alam bawah sadar tidak memiliki tujuan sendiri,
maka kekuatan ini hanya bisa dimanfaatkan jika tersambung dengan alam
sadar manusia. Kegiatan-kegiatan menyepi dan bersemedi yang berkembang
pada masa lalu mungkin memiliki relevansi dengan upaya peningkatan
kapasitas diri ini: Pemeriksaan yang cermat atas alam bawah sadar dan
pengintegrasiannya dengan alam sadar. Ketika kemampuan ini dimanfaatkan
untuk mencapai visi dan misi dapat disediakan energi yang cukup untuk

5
mencapai hasil yang optimal dengan mengatasi hambatan-hambatan yang
ditemui. Per ardua ad astra!
6. PM perlu diintegrasikan dengan kamampuan berpikir kesisteman (ST).
Kemampuan untuk melakukan pembelajaran terus-menerus dapat
dipertahankan melalui perpaduan antara akal dan intuisi, senantiasa melihat
keterkaitan diri kita dengan lingkungan yang lebih luas (dunia),
pengembangan kepedulian (compassion), dan perhatian yang besar terhadap
keseluruhan. Dengan cara ini, pencapaian visi pribadi memiliki makna karena
adanya dampak positif yang dapat diberikan kepada sesama dan lingkungan
yang lebih luas. Kesabaran, ketekunan, dan rasa syukur yang sehat juga dapat
diperoleh dengan memahami bahwa tindakan-tindakan individual dapat
memiliki rangkaian yang panjang agar tiba pada hasil yang nyata. Di sisi lain,
perkembangan ini memberikan harapan untuk bertindak karena keyakinan
bahwa setiap tindakan lokal yang positif dapat berdampak global. Oleh
karena itu, masing-masing individu akan semakin terdorong untuk
mengambil tanggung jawab penuh atas bagiannya masing-masing meskipun
kelihatannya sederhana karena pengetahuan akan dampak luas yang akan
dihasilkan pada seluruh sistem. So, think globabally, act locally!

Personal mastery adalah individu yang mampu mengelola tegangan kreatif


(creative tension) antara keinginan untuk mencapai visi pribadi terhadap hambatan
perasaan tidak berdaya. Individu dituntut untuk secara terus menerus belajar untuk
mengelola tegangan kreatif. Untuk itu, diperlukan anggota-anggota organisasi
yang terus belajar, mengembangkan keterampilan dan kompetensinya.
Pembelajaran secara terus-menerus akan terjadi apabila dipicu oleh semangat
keingintahuan setiap orang itu sendiri. Pembelajaran akan terjadi apabila
dimotivasi oleh semangat untuk meningkatkan kapasitas atau keahliannya. Untuk
itu, setidaknya ada dua langkah penting yang harus dilakukan. Pertama, setiap
orang didorong untuk memiliki visi. Kedua, mereka disadarkan tentang realitas
kekinian yang dimilikinya (currentreality). Disiplin Penguasaan Pribadi meliputi
sederetan praktek dan prinsip-prinsip. Tiga elemen utamanya adalah: (a). visi

6
pribadi, (b). tegangan kreatif, dan (c). komitmen pada kebenaran.

a. Visi Pribadi. Umumnya setiap orang memiliki cita-cita dan tujuan, namun tanpa
pemahaman visi yang nyata. Mungkin anda mendambakan rumah yang lebih
bagus, pekerjaan yang lebih baik, atau segmen pasar yang lebih besar untuk
produk anda. Semua ini adalah contoh dari pencurahan perhatian pada alat bukan
pada hasil. Misalnya, mungkin anda mendambakan segmen pasar yang lebih besar
dan menguntungkan agar perusahaan anda tetap mandiri sesuai dengan kebenaran
tujuan yang anda tetapkan sebelumnya. Cita-cita akhir memiliki nilai yang paling
utama, sedangkan yang lain merupakan alat pencapaian tujuan akhir yang bisa
berubah-ubah seiring dengan perubahan waktu. Kemampuan mencurahkan
perhatian pada keingin-keinginan akhir adalah pondasi penguasaan pribadi. Visi
berbeda dengan tujuan. Visi adalah gambaran tetap dari masa depan yang dicita-
citakan, sedangkan tujuan bersifat lebih abstrak. Namun, visi tanpa dibarengi
dengan pemahaman tujuan, sama halnya dengan angan-angan belaka.

b. Tegangan Kreatif. Ada kesenjangan yang tak terhindarkan diantara visi


seseorang dengan kenyataan yang ada sekarang. Misalnya anda ingin membuka
perusahaan namun anda kekurangan modal. Kesenjangan mematahkan semangat
kita, namun kesenjangan itu sendiri sebenarnya sumber daya kreatif. Kesenjangan
ini memompa tegangan kreatif. Hanya ada dua cara untuk menyeimbangkan
tegangan diantara kenyataan dan visi. Entah visi akan menarik kenyataan
kedalamnya, atau kenyataan menggusur visi ke bawah. Sebagian orang dan
perusahaan seringkali memilih pilihan yang terakhir, karena mudah untuk
"menyatakan kemenangan" dan berpaling dari masalah. Cara itu melepaskan kita
dari ketegangan. Namun, cara-cara tersebut merupakan dinamika kompromi dan
kebiasaan lama. Sesungguhnya, orang-orang yang kreatif memanfaatkan
kesenjangan diantara apa yang mereka inginkan dan apa yang harus dilakukan
untuk menghasilkan daya perubahan. Mereka ini tetap teguh dengan kebenaran
visi mereka.

7
c. Komitmen pada Kebenaran. Kemauan pantang-mundur untuk membuka diri
dari cara-cara kita menutup dan membohongi diri sendiri, dan kemauan untuk
menantang cara-cara kerja sesuatu, merupakan ciri-ciri orang yang memiliki
tingkat Penguasaan Pribadi yang tinggi. Pencarian kebenaran tersebut membawa
mereka kepada pendalaman kesadaran bahwa ada struktur yang berpengaruh dan
menciptakan peristiwa. Kesadaran ini sangat berpengaruh pada kemampuan
mereka dalam mengubah struktur sehingga tercapai hasil yang mereka cari.

Pemimpin sebagai Pelatih. Menumbuhkan tegangan kreatif secara terbuka


(dengan membangun visi bersama di satu pihak, dan membantu orang lain melihat
sistem tersebut serta model mental dari realitas saat ini di lain pihak) bisa
menggerakkan seluruh organisasi ke depan, karena organisasi didorong oleh
tegangan kreatif masing-masing individu. Langkah pertama dalam belajar
menciptakan tegangan berskala lebih besar itu adalah dengan belajar
membangkitkan serta mengelola tegangan kreatif dalam diri anda sendiri.

Harus diakui bahwa gagasan untuk mendorong Penguasaan Pribadi di tempat


kerja, secara naluriah sulit diterima oleh beberapa pemimpin. Ada perasaan,
biasanya tersembunyi, bahwa visi pribadi tidak sesuai dengan tujuan
kelembagaan. Selama jam kerja kantor, para karyawan dituntut berdedikasi
sepenuhnya kepada perusahaan. Yang melegakan banyak orang, sikap
paternalistik ini terbukti tidak persuasif dan tidak efektif. Jadi, apa yang bisa
dilakukan oleh seorang manajer senior untuk mendorong Penguasaan Pribadi
dalam diri orang lain? Kami menyarankan agar mengambil peran sebagai pelatih.
Tidak ada pelatih yang bisa menghasilkan sesuatu yang luar biasa kecuali jika
para pemainnya mempunyai hasrat intrinsik untuk mencapai sesuatu. Namun
dengan adanya hasrat intrinsik itu, seorang pelatih bisa memperpanjang upaya dan
pemahaman yang tidak mudah diakses sendiri oleh individu.

Tugas pertama pelatih adalah membuat model peningkatan kemampuan pribadi


yang telah berkembang ketika anda mulai menerima dan membangkitkan

8
tegangan kreatif. Selama proses visi bersama, secara tak terelakkan seseorang
akan bertanya kepada pemimpin senior: "Baiklah, bagaimana perasaan anda
secara pribadi tentang ke mana kita seharusnya beranjak?"

Jika, sebagai pemimpin, anda tidak mempunyai pemahaman yang mendalam


tentang visi anda, anda tidak akan mampu mendorong orang lain untuk
menciptakan visi mereka sendiri atau mempertimbangkan visi anda. Demikian
halnya juga, jika anda tidak bisa menguraikan realitas saat ini dengan jelas, maka
kredibilitas anda akan rendah ketika anda mengajak orang lain melihatnya
bersama.

“Pemimpin bertanggung jawab untuk mengejar Penguasaan Pribadi," kata Alain


Gauthier, "bukan hanya demi kepentingan dirinya sendiri, melainkan demi setiap
orang dalam organisasi. Jika pemimpin tersebut tidak mempunyai tingkat
pengetahuan diri sendiri, dan pemahaman diri sendiri, maka risikonya adalah
bahwa ia mungkin menggunakan organisasi untuk mengatasi sakit sarafnya
sendiri. Hal ini bisa membawa dampak yang luar biasa terhadap diri orang lain."

Tugas melatih Penguasaan Pribadi meliputi tindakan membantu seseorang untuk


melihat betapa visi mereka sendiri tertutup oleh kekhawatiran apakah visi tersebut
mungkin atau tidak. "Itukah yang benar-benar anda inginkan? Jika anda bisa
mewujudkannya, akankah anda mengambilnya?" Atau, bisa berupa tindakan
membantu orang lain untuk mengembangkan gambaran yang lebih baik tentang
apa sebenarnya yang terjadi pada realitas saat ini. "Apa yang sedang berlangsung
saat ini, pada waktu ini?" Ketika orang-orang belajar melatih secara lebih efektif,
teknik-tekniknya bergerak naik turun dalam organisasi, karena pelatihan, seperti
sebagian besar metode penguasaan pribadi, paling baik dipelajari melalui
keteladanan.

Apa yang diharapkan dari praktek Penguasaan Pribadi

9
Apakah anda dan organisasi anda siap dengan hal ini? Coba anda bayangkan
sebuah organisasi yang penuh dengan orang-orang yang bekerja dengan antusias,
karena mereka tahu bahwa mereka akan berkembang dan maju, dan berkemauan
untuk memenuhi visi dan sasaran organisasi yang lebih besar. Ada kemudahan,
penghargaan, dan sedikit upaya dalam menyelesaikan berbagai hal. Pekerjaan
mengalir tanpa rintangan diantara tim dan bagian. Setiap orang merasa senang dan
bangga dengan setiap aspek organisasi misalnya, mereka berbicara secara terbuka,
saling merenungkan gagasan satu sama lain, dan mempunyai pengaruh yang kuat
terhadap bagian-bagian di sekitar mereka. Banyak energi yang mengisi organisasi
ini setiap hari, yang merampungkan pekerjaan dalam jumlah besar, dan yang
membawa kegembiraan dalam bekerja.

Apakah skenario ini mendatangkan semangat atau menakutkan? Jika anda tidak
ingin orang-orang bergairah, memiliki perhatian dan fokus terhadap pekerjaan
mereka, maka jangan mempraktikkan disiplin yang berkekuatan besar ini. Disiplin
ini akan menuntut sesuatu yang tidak lazim kepada setiap orang, khususnya para
pemimpin senior. Beberapa upaya organisasi pembelajaran bermula dengan baik
di sini; sedangkan yang lain harus melakukannya secara bertahap, dengan
membiarkan orang-orang menemukan seperangkat cara di setiap proses evolusi.

Memperlakukan emosi dengan hormat. Bekerja dengan Penguasaan Pribadi


berarti memasuki dunia hati nurani. Mengembangkan visi pribadi berarti
menguras sumur pengharapan dan aspirasi, termasuk kerinduan untuk melakukan
sesuatu yang lebih besar daripada diri sendiri, dan hasrat untuk mempunyai
kehidupan yang penuh kebahagiaan.

Menentukan pilihan dan melihat secara seksama realitas saat ini sama halnya
dengan memancing emosi yang telah lama terkubur agar mencuat kembali ke
permukaan. Cara ini mungkin mendatangkan perasaan tertekan pada mulanya,
seperti: "Saya tidak ingin mengetahui seberapa besarkah saya membenci
kehidupan saya saat ini, dan saya tidak ingin terbebani dengan mencoba

10
memperbaikinya." Cara ini mungkin juga memberikan semangat kepada
seseorang: "Saya selalu berpikir bahwa dunialah yang menyebabkan hal itu terjadi
pada diri saya. Sekarang saya menyadari bahwa saya sendirilah yang
menentu¬kannya." Tidak satu pun dari emosi diatas dapat dikatakan buruk,
namun ketika emosi itu muncul ke permukaan, setiap orang harus siap
menerimanya.

Berinvestasi dalam Penguasaan Pribadi. Dalam rangka menciptakan kondisi yang


bisa mengembangkan kapasitas setiap individu untuk menciptakan apa yang
mereka pedulikan, setiap organisasi harus menginvestasikan lebih banyak waktu,
tenaga, dan uang daripada yang diperkirakan oleh sebagian besar manajer masa
kini. Di antara para pekerja Amerika, hanya kurang dan 13 persen yang pernah
menerima pelatihan ekstensif tentang cara-cara yang lebih layak untuk
melaksanakan pekerjaan mereka (dibandingkan dengan "penataran" yang asal-
asalan). Maka, tidaklah mengherankan jika hanya sedikit dari mereka yang merasa
bahwa manajemen perusahaan memiliki perhatian pada pengembangan
kemampuan pribadi mereka. Penguasaan Pribadi mengandung arti kemauan untuk
menginvestasikan apa saja yang diperlukan dalam rangka menciptakan
lingkungan kerja yang dapat mendorong para karyawan memberikan sumbangsih
yang bermutu tinggi kepada organisasi.

Memikirkan kembali model motivasi tradisional. Para manajer seringkali


berpaling kepada Penguasaan Pribadi karena mereka bosan dengan bentuk-bentuk
motivasi tradisional. Beberapa diantara mereka telah tergantung pada penghargaan
dan penghukuman. Para manajer lainnya telah menghabiskan waktu bertahun-
tahun dengan menggunakan rasa-takut dan pesimisme untuk memotivasi orang.
Mereka selalu menyampaikan sedikit kabar buruk tentang sulitnya lingkungan di
sekitar mereka. Sebagaian besar orang-orang merespons insentif yang diberikan
untuk jangka waktu pendek, dan mereka mungkin akan merespons masa-masa
sulit jauh lebih sungguh-sungguh, karena mereka berusaha menarik bersama

11
dengan seluruh daya-upaya, sepanjang mereka beranggapan bahwa kesulitan
tersebut masih riil. Namun begitu mereka menyadari bahwa insentif ini ditujukan
untuk memanipulasi mereka, maka mereka akan segera berhenti di tengah
perjalanan.

Sayangnya, pada waktu itu manajemen seringkali terseret ke dalam dinamika


“Menggeser Beban,” yakni kehilangan kemampuan mendasarnya untuk
memotivasi orang lain secara tulus, dan oleh karenanya mereka semakin
tergantung pada penghargaan dan hukuman, dan pidato-pidato tentang rasa-takut
dan pesimisme. Secara bertahap, upaya pengenalan secara terus-menerus motivasi
baru akan melindas sinisme yang hampir tidak bisa dihilangkan dalam organisasi
tersebut.

Pada tahap ini, beberapa manajer memutuskan untuk membangun “aspirasi” dan
“inspirasi” dengan mempromosikan Penguasaan Pribadi. Mereka berkata kepada
diri mereka sendiri bahwa mereka bisa menangkap lebih banyak lalat dengan
madu daripada dengan cuka. Namun perubahan peraturan permainan tersebut
tetap tidak berjalan lancar. Sinisme biasanya memburuk; para anggota perusahaan
curiga bahwa pengejaran penguasaan pribadi hanyalah permainan belaka.
Mengapa hal ini tidak berhasil? Karena upaya Penguasaan Pribadi tergantung
pada penyingkiran asumsi-asumsi bahwa kebanyakan orang sangat termotivasi
dengan uang, pengakuan, dan ketakutan. Sebaliknya, anda harus berasumsi bahwa
dalam lingkup yang tepat, orang-orang akan berkontribusi secara penuh dan
membuat komitmen yang kuat karena mereka ingin belajar, melakukan pekerjaan
yang baik demi pekerjaan itu sendiri, dan diakui sebagai manusia. Sikap ini
mungkin sulit diubah. Salah satu pendekatannya adalah dengan memulai upaya
membentuk visi bersama yang mendalam secara simultan, di mana anda
mengizinkan para karyawan untuk berbicara tentang upaya Penguasaan Pribadi
seperti apa sajakah yang akan menyumbang terjadinya evolusi pada keseluruhan
organisasi.

12
Dimanapun anda, mulailah dari sini. Penguasaan Pribadi menawarkan pilihan bagi
orang-orang yang merasa bahwa mereka ingin mengubah organisasi mereka,
namun tidak bisa berbuat banyak pada posisi mereka. Anda selalu bisa bergerak,
sebagai seorang individu, untuk mengembangkan Penguasaan Pribadi anda.

Praktek Penguasaan Pribadi

Penguasaan Pribadi memerlukan banyak praktik. Hanya 10 sampai 15 persen dari


semua partisipan yang menghadiri program-program pelatihan yang bisa secara
konsisten menerapkan pengetahuan dan keahlian yang mereka pelajari itu di
tempat kerja. Biasanya, mereka menjadi semakin lemah dalam menerapkannya
dan akhirnya terhenti sama sekali. Di bawah situasi-situasi yang menekan, mereka
tidak bisa membangkitkan energi untuk menguasai dan menerapkan keahlian-
keahlian baru, jadi mereka kembali kepada kebiasaan-kebiasaan lama untuk
melakukan berbagai hal. Organisasi bisa membantu dengan menyediakan
kesempatan terstruktur untuk mempraktikkannya. Misalnya, mengadakan rapat
mingguan dengan membicarakan visi dan realitas saat ini akan memberikan
struktur pembentukan dan pembicaraan kembali tegangan kreatif. Orang-orang
bisa saling memanfaatkan sebagai suatu sumber daya. Mereka bisa saling melatih
dalam menyuarakan dan memperkaya visi mereka, berdasarkan apa yang penting
bagi mereka. Mereka bisa belajar lebih banyak tentang realitas saat ini dari
pengalaman-pengalaman saat ini, dan mengembangkan proyek-proyek
eksperimen kecil yang mengungkapkan kekuatan dan batas-batas keahlian kreatif
mereka sendiri.
Praktik Penguasaan Pribadi dipusatkan pada pergeseran pandangan orang tentang
hubungan mereka dengan dunia. Dalam istilah Robert Fritz, pergeseran tersebut
berangkat dari sikap yang "reaktif" (merespons terhadap peristiwa), menjadi
"kreatif" (menciptakan masa depan yang anda inginkan). Ketika orang-orang
mempraktikkan Penguasaan Pribadi, mereka mulai masuk ke dalam orientasi
ketiga: "saling tergantung," di mana mereka dan dunia saling berhubungan secara
harmonis kata Charlotte Roberts .

13
Pergeseran antar orientasi merupakan hal yang sangat penting, karena hal itu
mempengaruhi aspek kemampuan seseorang untuk berpartisipasi dalam
membangun organisasi pembelajaran.

14

Anda mungkin juga menyukai