Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS KASUS STUNTING DI KABUPATEN JOMBANG DITINJAU DARI

ASPEK PSIKOSOSIAL DALAM KESEHATAN DAN HEALTHY LIFE STYLE


disusun guna memenuhi tugas ujian tengah semester mata kuliah ilmu social dan perilaku

Oleh :
RISAH BELLAH
102114153022

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
KASUS

jombang-alami-stunting-kasus-tertinggi-tersebar-di?page=all.
Penulis : Kontributor Jombang, Moh. Syafií
Penulis Kontributor Jombang, Moh.
Syafií | Editor Pythag Kurniati
JOMBANG, KOMPAS.com
Lebih dari 9.700 balita di Kabupaten
Jombang, Jawa Timur, diindikasikan
mengalami stunting, berdasarkan hasil penimbangan pada bulan timbang balita 2021. Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang Budi Nugroho mengungkapkan, kondisi stunting pada
ribuan balita di Kabupaten Jombang, terjadi akibat kurang gizi maupun kesalahan pola asuh.
Pada 2021, lebih dari 85.000 anak balita menjalani sasaran timbang, di mana 9.700 di
antaranya diindikasikan terancam mengalami atau sedang mengalami stunting. Menurut
Budi, kasus stunting di Kabupaten Jombang masih terbilang tinggi, meski persentase
kasusnya dibawah 15 persen. Pemkab Jombang, jelas dia, terus melakukan berbagai upaya
komprehensif dan terintergrasi agar kasus stunting terus berkurang. "Angka (kasus stunting)
kita cukup tinggi, 13,1 persen. Ini perlu mendapatkan perhatian serius karena menyangkut
persoalan investasi ke depan menyangkut sumber daya manusia," kata Budi, Selasa
(21/9/2021).
Budi menjelaskan, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, perkembangan kasus
stunting di Kabupaten Jombang pada 2021 terus menurun. Pada 2020, persentase kasus
stunting sebesar 16,9 persen, sebanyak 17,9 persen pada 2019, serta sebesar 20,1 persen pada
2018. Pada tahun ini, lanjut Budi, pihaknya menetapkan lokus penanganan kasus stunting di
11 desa yang memiliki catatan kasus tertinggi pada 2020. "Intervensinya pada pemenuhan
gizi dan perbaikan pola asuh, juga mempersiapkan remaja sebelum pranikah," ujar dia.
Adapun kesebelas desa yang menjadi lokus penanganan stunting di Kabupaten Jombang pada
2021, yakni Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung, Desa Gadingmangu Kecamatan Perak,
serta Desa Curahmalang Kecamatan Sumobito. Kemudian, Desa Perak, Kecamatan Diwek,
Desa Rejoslamet Kecamatan Mojowarno, serta Desa Pakel Kecamatan Bareng dan Desa
Dukuhklopo, Kecamatan Peterongan. Berikutnya, Desa Kalikejambon, Kecamatan
Tembelang, Desa Jombatan, Kecamatan Kesamben, serta Desa Sumbermulyo Kecamatan
Jogoroto, dan Desa Darurejo Kecamatan Plandaan. Dari 11 desa tersebut.
Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung, pada 2020 mencatatakan kasus tertinggi sebesar
41,20 persen dari 220 lebih balita di desa itu yang menjadi sasaran timbang. Untuk diketahui,
stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam
waktu lama, umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Lebih dari 9.000 Anak di Jombang
Alami Stunting, Kasus Tertinggi Tersebar di 11 Desa", Klik untuk
baca: https://regional.kompas.com/read/2021/09/21/164505778/lebih-dari-9000-anak-di-
jombang-alami-stunting-kasus-tertinggi-tersebar-di?page=all.
Penulis : Kontributor Jombang, Moh. Syafií Editor : Pythag Kurniati

NAMA : Risah Bellah


NIM : 102114153022
MK : Ilmu Sosial dan Perilaku
DOSEN : Dr. M. Bagus Qomaruddin, drs, MSc

A. MENGANALIS KASUS DIATAS (STUNTING) DENGAN TEORI :


1) Aspek Psikososial Dalam Kesehatan
Stunting atau sering disebut pendek adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan
gizi kronis dan stimulasi psikososial serta paparan infeksi berulang terutama dalam
1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga anak berusia dua tahun.1
Anak tergolong stunting apabila Panjang atau tinggi badannya berada di bawah minus
dua standar deviasi (-2SD) anak seusianya (Kementrian Kesehatan, 2018). Stunting
juga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya ASI Ekslusif, status gizi, dan
pendidikan ibu karena makin tinggi pendidikan, pengetahuan serta keterampilan maka
kemungkinan akan baik pula tingkat ketahanan pangan keluarga, sehingga makin baik
pula pola pengasuhan anak, makin paham waktu yang tepat dalam memberikan ASI
pada bayi dan dampak yang ditimbulkan akibat kekurangan gizi (Rahayu et al., 2018).
Kejadian stunting pada anak diketahui dengan ciri-ciri sebagai berikut, sehingga jika
anak mengalami stunting dapat ditangani sesegera mungkin.
a. Tanda pubertas terlambat
b. Usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak
banyak melakukan eye contact
c. Pertumbuhan terhambat
d. Wajah tampak lebih muda dari usianya
e. Pertumbuhan gigi terlambat
f. Performa buruk pada tes perhatian dan memori belajar
Pada kasus stunting, risiko disfungsi psikososial lebih tinggi dibandingkan kondisi
normal. Anak stunting terdeteksi memiliki kepercayaan diri yang rendah dan berisiko
pula memunculkan masalah keluarga terutama ketika menginjak usia remaja. Anak
stunting juga mudah cemas dan rentan mengalami depresi. Setalah beranjak remaja,
anak dapat berisiko memiliki kemampuan kognitif yang rendah, yaitu kurang
berkembang dibandingkan dengan remaja tidak stunting. Secara teoritis stimulasi
psikososial yang baik dapat meningkatkan interaksi ibu dengan bayi dan proses skin to
skin contact. Kedua proses ini dapat meningkatkan sistim imunitas bayi dan proses
metabolisme menjadi normal. Berdasarkan kasus stunting yang terjadi di Kabupaten
Jombang, dinyatakan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh masalah kurang gizi maupun
kesalahan pola asuh. Pencegahan stunting dapat dilakukan dengan melakukan pola asuh
dengan benar, Dan seharusnya pola asuh yang benar, yaitu meliputi pemberian
pengetahuan mengenai kesehatan dan gizi, inisiasi menyusui dini, pemberian ASI
eksklusif selama 6 bulan, melanjutkan menyusui sampai usia 2 tahun dan pemberian
MP-ASI, dan melakukan imunisasi.
2) Healthy Life Style
Kasus diatas menyatakan bahwa lebih dari 9.700 balita di Kabupaten Jombang, Jawa
Timur, diindikasikan mengalami stunting, berdasarkan hasil penimbangan pada bulan
timbang balita 2021.
Stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang harus ditangani secara serius.
Indonesia adalah negara dengan prevalensi stunting kelima terbesar. Balita/baduta
(bayi dibawah usia dua tahun) yang mengalami stunting akan memiliki tingkat
kecerdasan tidak maksimal, menjadikan anak menjadi lebih rentan terhadap penyakit
dan di masa depan dapat berisiko pada menurunnya tingkat produktivitas. Pada
akhirnya secara luas stunting akan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan kemiskinan dan
memperlebar ketimpangan. Stunting disebabkan oleh faktor multidimensi, yaitu praktik
pengasuhan yang tidak baik, terbatasnya layanan kesehatan dan pembelajaran dini yang
berkualitas, kurangnya akses ke makanan bergizi, serta kurangnya akses ke air bersih
dan sanitasi (Rahayu et al., 2018). Dalam hal tersebut, maka kasus stunting apabila
ditinjau dari aspek perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam tingkat rumah tangga,
PHBS mempunyai pengertian yaitu, semua perilaku kesehatan yang dilakukan karena
kesadaran pribadi sehingga keluarga dan seluruh anggotanya mampu menolong diri
sendiri pada bidang kesehatan serta memiliki peran aktif dalam aktivitas masyarakat.
Hasil penelitian menyatakan uji hubungan Chi-Square didapatkan hasil nilai (p=0,000,
C=0,575) yang berarti ada hubungan antara pelaksanaan PHBS ‘Murni’ tatanan rumah
tangga kurang baik dengan kejadian stunting pada baduta. Pelaksanaan PHBS ‘Murni’
pada rumah tangga erat kaitannya dengan status gizi anggota keluarga terutama anak.
Terwujudnya status gizi pada baduta tidak terlepas dari pelaksanaan PHBS dalam
rumah tangga karena PHBS ‘Murni’ merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
derajat kesehatan dan status gizi keluarga. Dengan kita melaksanakan semua indikator
PHBS ‘Murni’ maka dapat meningkatkan status kesehatan anggota keluarga. Semakin
tinggitingkat pelaksanaan PHBS ‘Murni’ pada rumah tangga maka semakin sedikit
orang terkena penyakit yang akan mempengaruhi meningkatnya status gizi. Sebaliknya
semakin rendah tingkat pelaksanaan PHBS ‘Murni’pada rumah tangga maka timbulnya
seseorang untuk terkena penyakit meningkat dan menimbulkan status gizi menurun
sehingga berpotensi terhadap kejadian stunting pada baduta. Rumah tangga yang
memiliki tingkat pelaksanaan PHBS ‘Murni’ kurang baik berpeluang meningkatkan
risiko kejadian stunting daripada rumah tangga yang memiliki tingkat pelaksanaan
PHBS ‘Murni’ yang baik (Apriani, 2018). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat harus
diupayakan oleh setiap rumah tangga dengan meningkatkan akses terhadap air bersih
juga sanitasi, dan menjaga kebersihan lingkungan.PHBS dapat menurunkan terjadinya
penyakit terutama infeksi yang dapat menyebabkan energi untuk melakukan tumbuh
kembang teralihkan kepada perlawanan tubuh menghadapi infeksi, serta gizi sulit
diserap oleh tubuh dan menghambat pertumbuhan. Pencegahan stunting dapat
dilakukan dengan melakukan pola asuh dengan benar, pola makan yang sesuai, dan
meningkatkan air bersih dan sanitasi. Pola makan yaitu pemberian makan sesuai
dengan pola isi piringku, dimana komponen isi piringku yaitu makanan pokok sebagai
sumber karbohidrat, sayur-sayuran sebagi sumber vitamin dan serat, lauk pauk sebagai
sumber protein, dan buah-buahan sebagai sumber vitamin dan serat. Air bersih dan
sanitasi yaitu dengan mengunakan air bersih untuk melakukan segala sesuatu, memiliki
jamban untuk keluarga, dan selalu mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang
air menggunakan sabun (Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan, 2018).
Intervensi PHBS dan gizi berbasis masyarakat dengan menyediakan deskripsi yang
cukup rinci dari proses, serta teori dapat menambah wawasan sehingga dapat mengubah
perilaku dan akhirnya mengurangi stunting pada anak . Pendidikan kesehatan yang
diberikan pada ibu balita yang didalamnya terdapat materi kebersihan makanan, praktik
dalam penggunaan air, sanitasi, dan kebersihan juga dapat mengurangi prevalensi diare
serta dampak diare yang terkait pada status gizi balita yang dapat menyebabkan
stunting. Berikut ini 10 indikator PHBS pada tingkatan rumah tangga yang harus
diterapkan dalam upaya pencegahan stunting :
a) Persalinan ditolong oleh tenaga Kesehatan
Persalinan yang mendapat pertolongan dari pihak tenaga kesehatan baik itu
dokter, bidan ataupun paramedis memiliki standar dalam penggunaan peralatan
yang bersih, steril dan juga aman. Langkah tersebut dapat mencegah infeksi dan
bahaya lain yang beresiko bagi keselamatan ibu dan bayi yang dilahirkan.
b) Memberikan ASI ekslusif 0-6 bulan
Kesadaran mengenai pentingnya ASI bagi anak di usia 0 hingga 6 bulan
menjadi bagian penting dari indikator keberhasilan praktek Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat pada tingkat rumah tangga.
c) Menimbang balita rutin setiap bulan
Posyandu dapat menjadi tempat memantau pertumbuhan anak dan menyediakan
kelengkapan imunisasi. Penimbangan secara teratur juga dapat memudahkan
deteksi dini kasus gizi buruk. Menimbang bayi dan balita secara berkala
bertujuan untuk memantau pertumbuhan anak dan memastikan status gizinya
baik.
d) Menggunakan air bersih
Air bersih merupakan kebutuhan dasar untuk menjalani hidup sehat. Air bersih
adalah kebutuhan dasar yang memengaruhi kesehatan masyarakat. Air bersih
digunakan untuk keperluan minum, mandi, mencuci dan sebagainya. Air yang
telah terkontaminasi bisa menjadi sumber penyebaran banyak penyakit. Sarana
air bersih termasuk faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada balita.
Keluarga yang memiliki akses terhadap sumber air bersih dapat mencegah
kejadian stunting pada anak. Sanitasi pangan terhadap kejadian stunting pada
balita seperti kebersihan ibu menggunkan air bersih sebelum memasak, dan
memasak air sebelum diminum.
e) Mencuci tangan pakai sabun dengan air bersih (mengalir)
Praktek ini merupakan langkah yang berkaitan dengan kebersihan diri sekaligus
langkah pencegahan penularan berbagai jenis penyakit berkat tangan yang
bersih dan bebas dari kuman. Pelaksanaan program PHBS (Perilaku Hidup
Bersih) berbasis keluarga seperti Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) pada air
bersih yang mengalir, program posyandu dengan fokusnya antara lain mengatasi
masalah stunting.
f) Menggunakan jamban sehat
Jamban merupakan infrastruktur sanitasi penting yang berkaitan dengan unit
pembuangan kotoran dan air untuk keperluan pembersihan. Jamban adalah
fasilitas sanitasi yang sangat penting dan termasuk dalam perilaku hidup bersih
dan sehat. Pasalnya, jamban berkaitan dengan pembuangan kotoran manusia
secara aman, tidak mencemari lingkungan, dan tidak menyebarkan penyakit.
Kebiasaan masyarakat yang masih buang air besar sembarangan perlu
dihilangkan. Hal ini sangat berpotensi mencemari lingkungan dan menjadi
sarana penularan berbagai macam penyakit. Keberadaan jamban yang tidak
memenuhi standar secara teoritis berpotensi memicu timbulnya penyakit infeksi
yang karena higiene dan sanitasi yang buruk (misalnya diare dan kecacingan)
yang dapat menggangu penyerapan nutrisi pada proses pencernaan. Jika kondisi
ini terjadi dalam cukup waktu yang lama dan tidak disertai dengan pemberian
asupan yang cukup untuk proses penyembuhan maka dapat mengakibatkan
stunting. Kepemelikan jamban dirumah tangga berkaitan dengan penurunan
buang air besar sembarangan sehingga kemungkinan stunting turun
g) Memberantas jentik nyamuk dirumah seminggu sekali
Nyamuk merupakan vektor berbagai jenis penyakit dan memutus siklus hidup
makhluk tersebut menjadi bagian penting dalam pencegahan berbagai penyakit.
Nyamuk termasuk hewan yang paling mematikan di dunia dan
pemberantasannya termasuk dalam perilaku hidup bersih dan sehat di rumah
tangga. Pasalnya, hewan ini bisa menjadi pembawa dan penyebar berbagai
macam penyakit. Genangan air bersih di dalam rumah dan di sekitar tempat
tinggal harus sering dibersihkan. Langkah ini bertujuan agar genangan air tidak
menjadi tempat hidup bagi jentik-jentik nyamuk aedes aegypti yang menularkan
demam berdarah.
h) Makan buah dan sayur setiap hari
Buah dan sayur dapat memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral serta serat
yang dibutuhkan tubuh untuk tumbuh optimal dan sehat. Buah dan sayur kaya
akan kandungan vitamin, mineral, dan serat. Nutrisi-nutrisi ini sangat
dibutuhkan oleh tubuh agar bisa berfungsi optimal dan tetap sehat. Program
penanganan stunting yaitu Pemberian Makanan Tambahan pada Ibu Hamil KEK
dan Balita Kurus. Masa kehamilan memerlukan perhatian khusus sebab pada
periode tersebut merupakan periode penting saat 1.000 hari kehidupan. Ibu
hamil merupakan salah satu kelompok yang rawan gizi.Ibu hamil harus
mendapatkan asupan gizi yang baik sebab asupan gizi ibu hamil sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan janin. Status gizi yang baik pada ibu hamil
dapat mencegah terjadinya stunting.
i) Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Aktivitas fisik dapat berupa kegiatan olahraga ataupun aktivitas bekerja yang
melibatkan gerakan dan keluarnya tenaga.
j) Tidak merokok didalam rumah
Perokok aktif dapat menjadi sumber berbagai penyakit dan masalah kesehatan
bagi perokok pasif. Berhenti merokok atau setidaknya tidak merokok di dalam
rumah dapat menghindarkan keluarga dari berbagai masalah kesehatan. Anak-
anak sebagai perokok pasif yang terpapar asap rokok juga dimungkinkan
untuk terkena dampak yang sama dengan para perokok aktif. Hal ini
didukung oleh penelitian Dengan perilaku merokok tersebut, orang tua
tidak melaksanakan tugas keluarga dalam hal kesehatan dengan baik.
Perilaku merokok sudah pasti bukanlah perilaku yang menciptakan suasana
yang mendukung kesehatan anggota keluarga terutama pertumbuhan dan
perkembangan anak. Orang tua akan memantau perkembangan dan
kesehatan anak-anaknya, bahkan menjauhkannya dari asap rokok. Perilaku
merokok orang tua diperkirakan berpengaruh pada anak stunting dengan dua
cara. Pertama, melalui asap rokok orang tua perokok yang memberi efek
langsung pada tumbuh kembang anak. Asap rokok mengganggu
penyerapan gizi pada anak, yang pada akhirnya akan mengganggu
tumbuh kembangnya. Kedua, dilihat dari sisi biaya belanja rokok, membuat
orang tua mengurangi jatah biaya belanja makanan bergizi, biaya
kesehatan, pendidikan dan seterusnya.

Referensi :
Apriani, L. (2018). HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU, PELAKSANAAN
KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN PERILAKU HIDUP BERSIH
SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN STUNTING. JMK, 6, 1–8.
Kementrian Kesehatan. (2018). PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI.
Rahayu, A., Km, S., Ph, M., Yulidasari, F., Putri, A. O., Kes, M., Anggraini, L.,
Mahasiswa, B., & Masyarakat, K. (2018). STUDY GUIDE-STUNTING DAN
UPAYA PENCEGAHANNYA.

Anda mungkin juga menyukai