Anda di halaman 1dari 41

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sistem kelistrikan merupakan elemen penting dalam menunjang proses
produksi industri. PT. Chevron Pacific Indonesia yang merupakan salah satu
perusahaan Multy National Company (MNC) dibidang eksplorasi minyak terbesar
di Indonesia, memiliki sistem kelistrikan sendiri untuk memenuhi kebutuhan
listrik yang cukup besar. Sistem kelistrikan yang dimiliki mulai dari
pembangkitan, transmisi, sampai distribusi.
Kurang lebih 95% beban kelistrikan yang harus dilayani oleh PT.Chevron
Pacific Indonesia berupa motor atau pompa untuk mengekplorasi dan
memproduksi minyak yang mana kehandalan sistem kelistrikannya dituntut
sempurna dan kalaupun ada gangguan harus ditangani secara cepat. Mengingat
kerugian yang ditanggung sangat besar jika produksi berhenti akibat tingkat
kehandalan sistem tenaga listik yang kurang.
Salah satu peralatan sistem tenaga listrik yang penting adalah generator.
Generator adalah salah satu jenis mesin listrik yang digunakan sebagai alat
pembangkit energi listrik dengan cara mengkonversikan energi mekanik menjadi
energi listrik. Berbagai cara dapat dilakukan untuk meningkatkan kehandalan dari
generator, yakni dengan sistem proteksi yang handal.
Dengan latar belakang diatas, penulis mencoba untuk mempelajari dan
membahas tentang Rele Proteksi Gangguan Elektris Generator PT. Chevron
Pacific Indonesia khususnya di Minas Gas Turbine 11 (MGT-11). Pembahasan ini
meliputi: Stator Overcurrent, Stator Ground Fault, Stator Phase-to-Phase Fault,
Over-Voltage, Over-Voltage/Hertz, Field Overexcitation, Field ground dan Loss of
Excitation.

1.2. Perumusan Masalah


Dalam penulisan ini akan dibahas tentang Sistem Proteksi Elektris di
Generator MGT-11 PT. Chevron Pacific Indonesia, meliputi : Stator Overcurrent,
2

Stator Ground Fault, Stator Phase-to-Phase Fault, Over-Voltage, Over-


Voltage/Hertz, Field Overexcitation, Field ground dan Loss of Excitation.

1.3. Maksud dan Tujuan Kerja Praktek


Maksud dan tujuan yang hendak dicapai saat melaksanakan Kerja
Praktek diantaranya :
1. Mensinkronkan ilmu-ilmu teoritis yang didapat dikampus dengan ilmu praktek
dilapangan.
2. Membiasakan diri untuk bekerja secara profesional untuk dijadikan
pengalaman ketika akan memasuki dunia kerja.
3. Membandingkan sistem proteksi elektris pada generator di lapangan.

1.4. Manfaat Kerja Praktek


Manfaat dari dilakukannya Kerja Praktek antara lain :
1. Bagi Kampus
a. Terjalin kerja sama yang erat antara Universitas Riau dengan instansi tempat
Kerja Praktek yaitu PT.CPI.
b. Sebagai bahan evaluasi di bidang akademik untuk meningkatkan dan
mengembangkan mutu pendidikan.
c. Sebagai barometer untuk mengukur sejauh mana daya serap mahasiswa
dalam menerima dan menerapkan teori yang diperoleh selama di kampus.
2. Bagi Mahasiswa
a. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan diluar lingkungan kampus yang
berhubungan dengan program studi yang dipilih.
b. Untuk menambah pengalaman sebelum terjun kemasyarakat atau dunia
kerja.
c. Untuk melatih mahasiswa untuk mengumpulkan dan menganalisa data yang
diperoleh serta memberikan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi.
3. Bagi Perusahaan
a. Terjalin hubungan kerja sama dan sebagai sarana tukar informasi untuk
meningkatkan sarana dan prasarana yang telah ada.
b. Memungkinkan untuk mendapatkan masukan – masukan sebagai bahan
pertimbangan untuk mengembangkan sistem yang telah ada.
3

1.5. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek


Kerja Praktek ini dilaksanakan terhitung sejak tanggal 17 Maret 2014
sampai dengan 17 April 2014 di Departement PGT – Power Generator and
Transmission, PT. Chevron Pacific Indonesia, Distrik Minas, Provinsi Riau.

BAB II
PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA
4

2.1. Sejarah PT. Chevron Pacific Indonesia


PT. CPI (Chevron Pacific Indonesia) adalah kontraktor BP Migas yang
bergerak di bidang perminyakan dan merupakan perusahaan minyak asing yang
terbesar di Indonesia. Berdirinya PT. CPI diawali dari eksplorasi minyak di Pulau
Sumatera, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur pada tahun 1924 yang dipimpin
oleh Emerson M. Butterworth.
Pada tahun 1930, tim Butterworth tersebut mengajukan ijin pengeboran
minyak kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk melakukan pengeboran minyak
di Pulau Papua. Dua tahun kemudian Pemerintah Hindia Belanda memberikan ijin
pengeboran minyak kepada Standard Oil Company of California (SOCAL) yang
merupakan minority partner dari perusahaan yang didirikan pemerintah Hindia
Belanda Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij (NPPM) untuk
melakukan pengeboran minyak di Pulau Papua.
Tahun 1935, pemerintah Hindia Belanda memberikan tawaran kepada
Chevron yang dulunya bernama SOCAL untuk mengadakan kegiatan eksplorasi
minyak di kawasan Sumatera Tengah dengan wilayah seluas 600.000 hektar.
SOCAL bekerja sama dengan perusahaan minyak Amerika lain yaitu
TEXACO (Texas Oil Company) untuk mengekplorasi wilayah itu. Pada bulan Juli
1936, SOCAL dan TEXACO mendirikan perusahaan minyak yaitu CALTEX
(California Texas Petroleum Corporation), bersamaan dengan ditemukannya
cadangan minyak bumi pertama kali di Sebanga.
Pengeboran minyak di kawasan Riau dimulai pada tahun 1934. Pada
tahun 1940 untuk pertama kalinya minyak mulai mengalir dari lokasi sumur di
Sebanga, dan pada tahun 1941 PT.Caltex Pacific Indonesia (PT. CPI) menemukan
ladang minyak di daerah Duri.
Pada tanggal 10 Oktober 2001, dua buah kekuatan besar Chevron dan
Texaco yang selama ini dikenal sebagai pemilik saham yang terpisah bersatu,
maka didirikanlah sebuah perusahaan Chevron Texaco. Sejak saat itu manajemen
Chevron juga ikut berubah menjadi IndoAsia Business Unit (IBU).
5

Setelah mengakuisisi Unocal pada 10 Agustus 2004, pada tanggal 9 Mei


2005 nama Chevron Texaco Corp. Berubah kembali menjadi Chevron Corp. Pada
16 September 2005, PT Caltex Pacific Indonesia pun mengubah namanya menjadi
PT Chevron Pacific Indonesia. Baik Chevron Pacific Indonesia maupun Caltex
Pacific Indonesia memiliki singkatan yang sama, yaitu CPI.

2.2. Struktur Organisasi Perusahaan


Struktur organisasi PT. CPI secara garis besar dapat dilihat pada skema
berikut:

Gambar 2.1. Skema struktur organisasi PT. CPI


2.3. Power Generation and Transmission
Pada tahun 1969 diresmikan pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga
Gas (PLTG) Duri yang terdiri dari 2 unit generator turbin gas Sulzer buatan Swiss
6

dengan kapasitas masing-masing 10 MW. Dengan beroperasinya PLTG Duri ini


lahirlah sebuah departemen baru di PT. CPI, yang dikenal dengan nama Power
Generation and Transmission (PGT) yaitu sebuah departemen bertugas
menyediakan tenaga listrik dan menghasilkan uap melalui pemanfaatan panas dari
gas buang turbin untuk mendukung kebutuhan RG-SBU. One line diagram pada
PT CPI dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut ini (lebih jelas dapat dilihat pada
lampiran 1) :

Gambar 2.2. CPI power system one line diagram


Dalam struktur organisasi perusahaan, PGT termasuk salah satu
departemen yang bernaung dibawah Support Operation SBU. Dalam
menjalankan pengoperasian sehari-hari, PGT memiliki sub-sub bagian yaitu:
1. Business Engineering & Suport (BES).
2. Transmission Distribution and Operation (TDO).
3. Power System Generation (PSG).
4. Gas Turbine Maintenance.

2.4. Power System Generator (PSG)


PSG merupakan salah satu tim yang berada di bawah PGT yang
memiliki tugas utama untuk menangani pembangkitan energi listrik untuk
keperluan PT. CPI. Di samping itu, PSG juga bertanggung jawab untuk
memelihara dan mengoperasikan sistem pembangkit gas turbin pada
keempat PTTG.
7

Tim PSG dikepalai oleh seorang Manager. PSG memiliki tim - tim
yang mempunyai tugas masing-masing antara lain:

a. Tim Power Plant.


 Mengendalikan operasi power plant yang meliputi
starting dan mematikan generator serta gas turbin.
 Menjaga kelangsungan ketersediaan energi listrik.
 Menjaga mutu energi listrik yang dihasilkan.
b. Tim Power System Management
 Menyusun jadwal pembangkitan dan penyaluran energi listrik,
modifikasi dan rekayasa masalah yang menyangkut operasi SCADA dan lain-
lain.
 Menangani pembelian spare part dan komponen yang dibutuhkan.
 Perencanaan ke depan dan koordinasi dengan bagian lain.
c. Tim Conditioning Monitoring
 Mengadakan inspeksi peralatan sistem pembangkit dan sistem
kontrol
 Pengetesan sistem control
 Mengajukan rekomendasi untuk perbaikan ke bidang Gas Turbine
Maintenance.
Selain menangani masalah pembangkitan tenaga listrik, PSG juga menangani
pemanfaatan gas buang dari turbin. Saat ini pemanfaatan gas buang terdapat di
Central Duri dan North Duri. Gas buang ini dimanfaatkan untuk membuat uap
dengan menggunakan alat yang dinamakan Waste Heat Recovery Steam
Generator (WHRSG). Uap ini dimanfaatkan oleh bagian produksi untuk proyek
injeksi uap Duri atau Duri Steam Flood (DSF) dimana dengan adanya injeksi uap
ini, minyak yang berada di ladang Duri menjadi mudah diangkat oleh pompa
sehingga kerja pompa menjadi lebih ringan.
8

BAB III
DASAR TEORI

3.1. Sistem Tenaga Listrik PT. CPI


3.1.1. Pembangkitan Tenaga Listrik
Kawasan PT. Chevron Pacific Indonesia yang terletak di Provinsi Riau
merupakan kawasan yang cukup luas. Kawasan tersebut mencakup kawasan
industri, perkantoran, perumahan, dan berbagai macam fasilitas yang dapat
menunjang kegiatan pegawai dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
Dengan melihat begitu banyaknya elemen-elemen penting yang ada di
kawasan industri PT. Chevron Pacific Indonesia, maka secara tidak langsung PT.
Chevron Pacific Indonesia harus menyediakan pasokan energi listrik dalam
jumlah yang cukup besar. Oleh sebab itu, PT. Chevron Pacific Indonesia memiliki
sistem pembangkit sendiri sehingga tidak bergantung kepada pasokan energi
listrik yang disuplai oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Dalam sistem pembangkitkan tenaga listrik, PT.Chevron Pacific Indonesia
menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) yang merupakan rangkaian
instalasi mekanik dan elektrik dimana gas sebagai hasil produk pembakaran
diekspansikan kedalam turbin sebagai penggerak mula (prime mover) generator
untuk menghasilkan energi listrik.
Penggunaan turbin gas oleh PT.Chevron Pacific Indonesia lebih dengan
alasan tersedianya gas alam dalam jumlah yang memadai serta melimpah sebagai
hasil sampingan selain minyak bumi. Selain itu, waktu start yang dibutuhkan
turbin gas lebih cepat yaitu kurang dari 15 menit dibandingkan turbin uap yang
membutuhkan waktu berjam-jam karena harus memanaskan air dalam boiler
terlebih dahulu.
Sistem Pembangkitan yang dimiliki oleh PT. Chevron Pacific Indonesia
meliputi sistem pembangkit, sistem transmisi dan sistem distribusi. PT. Chevron
Pacific Indonesia memiliki 3600 putaran turbin dengan menggunakan frekuensi
sebesar 60 Hertz, sehingga menggunakan gas sebagai bahan bakarnya. Sistem
pembangkit yang seperti ini dikenal sebagai sistem Pembangkit Listrik Tenaga
Gas (PLTG).
9

Gambar 3.1 Sistem Kelistrikan PT Chevron Pacific Indonesia

Pada sistem pembangkit tersebut terdapat transformator yang berfungsi


sebagai penaik tegangan yang berada di pusat listrik sebelum disalurkan melalui
sistem saluran transmisi. Setelah itu, energi lisrik akan disalurkan untuk kegiatan
produksi migas dan juga untuk kebutuhan konsumen lainnya seperti perumahan
dan lain-lain melalui saluran dari sistem distribusi.
Untuk dapat mentransmisikan energi listrik, diperlukan tegangan yang
cukup tinggi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi losses yang dapat timbul saat
proses transmisi terjadi. Energi listrik yang didistribusikan untuk perumahan
biasanya memiliki tegangan sebesar 220 volt atau 110 volt, sedangkan untuk
kegiatan produksi minyak dan gas, biasanya tegangan yang digunakan adalah
sebesar 4.16 kV, 1.1 kV, atau 0.48 kV. Agar semua proses transmisi dan distribusi
tersebut berjalan dengan lancar, maka harus ditunjang dengan peralatan-peralatan
yang harus memadai.
Terdapat berbagai jenis peralatan yang digunakan dalam sistem
pembangkit tenaga listrik mulai dari sistem generator sampai ke sistem transmisi
dan distribusi. Diantaranya yaitu generator, transformator, voltage regulator,
circuit breaker, dan masih banyak lagi peralatan lainnya yang sangat dibutuhkan
agar sistem transmisi dan distribusi tenaga listrik dapat berjalan dengan sebaik-
baiknya.
10

Total kapasitas pembangkitan PT. CPI sebesar 595 MW dengan


rata – rata beban harian 482,4 MW. Untuk lebih jelasnya data disajikan
pada tabel 3.1, data diambil tanggal 18 Maret 2014.

Tabel 3.1 Laporan Harian Departemen PGT PT. CPI

Unit Pembangkitan di PT. CPI terdiri dari:

1. 3 unit pembangkit gas turbin yang dioperasikan oleh North Duri (COGEN),
dengan kapasitas pembangkitan total 272,7 MW.

2. 11 unit pembangkit gas turbin dioperasikan oleh Minas Gas Turbine (MGT),
dengan kapasitas pembangkitan total 207,7 MW.
11

3. 1 unit pembangkit gas turbin yang dioperasikan oleh Duri Gas Turbine (DGT),
dengan kapasitas pembangkitan total 19,5 MW.

5 unit pembangkit gas turbin yang dioperasikan oleh Central Gas Turbine (CGT),
dengan kapasitas pembangkita total 95,1 MW.

3.1.2. Sistem Transmisi


Sistem transmisi digunakan untuk menyalurkan energi listrik dari
pembangkit ke pusat beban. Karena daya yang disalurkan besar, maka tegangan
yang digunakan adalah tegangan tinggi untuk mengurangi rugi-rugi tegangan pada
saluran. Dari pembangkit tegangan keluarannya adalah 13,8 kV. Kemudian masuk
ke saluran transmisi setelah tegangan ditransformasikan dengan trafo step up
menjadi 115 kV atau 230 kV.
Tegangan transmisi tenaga listrik yang digunakan sistem tenaga listrik di
PT. CPI adalah 230 kV, 115 kV, dan 44 kV. Konfigurasi sistem transmisi terdiri
dari radial transmission line (saluran transmisi radial) dan looping transmission
line (saluran transmisi looping), dengan konfigurasi 44 kV single, 115 kV single,
115 kV double, dan 230 kV double.
Saluran transmisi yang dimiliki oleh PT. Chevron Pacific
Indonesia adalah:
1. Saluran transmisi 230 kV sepanjang 128 km.
2. Saluran transmisi 115 kV sepanjang 536 km.
3. Saluran transmisi 44 kV sepanjang 105 km.

Gambar 3.2 Saluran transmisi pada PT. CPI


12

Dalam sistem transmisi PT. CPI menggunakan konfigurasi satu setengah


breaker dan konfigurasi ring bus. Yang menggunakan konfigurasi satu setengah
bus adalah North Duri, Central Duri, Kota Batak Junction (KBJ), dan Minas.
Sedangkan yang menggunakan Ring Bus adalah Duri, 5B, dan pada ring bus 230
kV.
Sistem ring bus digunakan bila ada dua sumber mensuplai, kelebihan
sistem ini adalah secara langsung mengisolir gangguan jika gangguan terjadi pada
salah satu sumber. Pada keadaan normal semua breaker pada ring bus berada
dalam keadaan tertutup, bila terdapat gangguan pada sumber 1, breaker A dan D
terbuka untuk mengisolir gangguan, sementara sumber 2 mensuplai beban.
Gangguan dibagian manapun dalam sistem akan menyebabkan dua breaker
terbuka, untuk mengisolir gangguan.

Gambar 3.3 Sistem ring bus


Sistem satu setengah breaker memiliki satu setengah breaker
untuk setiap sumber yang terhubung pada bus. Dalam keadaan normal
semua breaker tertutup. Susunan ini mempunyai faktor pengamanan yang
tinggi, karena bila suatu lokasi mengalami gangguan, tidak akan
mempengaruhi bagian lain yang sedang beroperasi.
13

Gambar 3.4 Sistem satu setengah breaker

3.1.3. Sistem Distribusi


Sistem distribusi menggunakan tegangan 13,8 kV dan 110 V. Dan
beberapa lokasi ada yang menggunakan 4,16 kV, seperti di Dumai dan Rumbai.
Untuk beban kantor dan perumahan menggunakan tegangan 110 V fase to netral
atau 208 V fase to fase. Sedangkan untuk memberikan suplai ke mesin-mesin
industri menggunakan tegangan 13,8 kV yang akan diturunkan oleh trafo step
down menjadi tegangan yang dibutuhkan mesin. Dan sistem distribusi tenaga
listrik di PT. CPI memiliki sekitar 8000 transformer.
Saluran distribusi yang dimiliki oleh PT. CPI adalah:
1. Saluran distribusi 13,8 kV sepanjang 1742 km.
2. Saluran distribusi 4,16 kV sepanjang 50 km.
tegangan dan faktor daya.
3.2. Generator
Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari
sumber energi mekanik, biasanya dengan menggunakan induksi elektromagnetik.
Proses ini dikenal sebagaipembangkit listrik. Generator arus bolak-balik sering
disebut juga sebagai alternator, generator AC (alternating current), atau generator
sinkron. Dikatakan generator sinkron karena jumlah putaran rotornya sama
dengan jumlah putaran medan magnet pada stator. Kecepatan sinkron ini
dihasilkan dari kecepatan putar rotor dengan kutub-kutub magnet yang berputar
dengan kecepatan yang sama dengan medan putar pada stator. Kumparan medan
14

generator sinkron terletak pada rotornya sedangkan kumparan jangkarnya terletak


pada stator.
Konstruksi generator arus bolak-balik ini terdiri dari dua bagian utama,
yaitu: stator, yakni bagian diam yang mengeluarkan tegangan bolak- balik dan
rotor, yakni bagian bergerak yang menghasilkan medan magnit yang
menginduksikan ke stator.
Kumparan medan adalah kumparan yang diberi suplai arus DC sehingga
membangkitkan medan magnit. Medan magnit itu menimbulkan flux magnit,
sedangkan kumparan yang lain membangkitkan gaya gerak listrik. Generator
kutub dalam ialah apabila kumparan medan terletak pada rotor dan kumparan
jangkar terletak pada statornya. Generator kutub luar ialah apabila kumparan
medan terletak pada statornya dan kumparan jangkar terletak pada rotornya atau
kumparan jangkar berputar.
Pada generator AC sinkron, stator ditempatkan pada rumah (kerangka) yang
diberikan isolasi. Stator terbuat dari laminasi inti-besi yang diberikan slot sebagai
tempat untuk kumparan. Tujuan menggunakan laminasi inti-besi adalah untuk
mengurangi rugi-rugi arus eddy (eddy current).
Prinsip dasar generator arus bolak-balik menggunakan hukum Faraday yang
menyatakan jika sebatang penghantar berada pada medan magnet yang berubah-
ubah, maka pada penghantar tersebut akan terbentuk gaya gerak listrik, dimana
rotor berlaku sebagai kumparan medan (yang menghasilkan medan magnet) dan
akan menginduksi stator sebagai kumparan jangkar yang akan menghasilkan
energi listrik. Pada belitan rotor diberi arus eksitasi DC yang akan menciptakan
medan magnet. Rotor ini dikopel dengan turbin putar dan ikut berputar sehingga
akan menghasilkan medan magnet putar. Medan magnet putar ini akan memotong
kumparan jangkar yang berada di stator. Oleh karena adanya perubahan fluks
magnetik pada tiap waktunya maka pada kumparan jangkar akan mengalir gaya
gerak listrik yang diinduksikan oleh rotor.

Besarnya GGL yang dibangkitkan adalah :

E=C.f.N.Ø (3.1)
15

Dimana :
E = gaya gerak induksi (Volt)
C = konstanta
N = kecepatan putaran generator
Ø = fluksi
ƒ = frekuensi

Bila suatu generator mendapatkan pembebanan yang melebihi dari


kapasitasnya, maka dapat mengakibatkan generator tersebut tidak bekerja atau
bahkan akan mengalami kerusakan. Untuk mengatasi kebutuhan listrik atau beban
yang terus meningkat tersebut, bisa diatasi dengan menjalankan generator lain
yang kemudian dioperasikan secara paralel dengan generator yang telah bekerja
sebelumnya, pada satu jaringan listrik yang sama.
Keuntungan dari menggabungkan 2 generator atau lebih dalam suatu
jaringan listrik adalah salah satu generator tiba-tiba mengalami gangguan, maka
generator tersebut dapat dihentikan serta beban dialihkan pada generator lain,
sehingga pemutusan listrik secara total bisa dihindari.
Jenis generator yang dipakai di PT. Chevron Pacific Indonesia adalah Gas
Turbine Generator, namun semua turbin generator juga bisa menggunakan bahan
bakar minyak (crude oil) jika kekurangan bahan bakar gas.
Ada 2 jenis generator berdasarkan energi yg dihasilkan, yaitu:
1. Sistem Cogenerator (Cogen), yaitu generator yg menghasilkan energi listrik
dan energi steam atau air panas, misalnya: Central Duri Gas Turbine
Generator (CDGT),North Duri Gas Turbine Generator (NDGT).
16

Gambar 3.5 Sistem Pembangkitan Energi Listri Tenaga Gas


2. Sistem Generator Biasa, yaitu generator yg hanya menghasilkan energi
listrik, misalnya: Duri Gas Turbine Generator (DGT), Minas Gas Turbine
Generator (MGT ).
Berdasarkan hubungannya ke sistem, generator juga dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Unit Connected, yaitu generator yang langsung dihubungkan dengan step up
transformer ke sistem transmisi, dimana tidak ada beban yang dihubungkan
langsung ke sistem 13.8 KV kecualihanya untuk station service, misalnya :
CDGT # 5, DGT # 7, MGT # 6, 7, 8, 9, 10 dan 11, NDGT # 1, 2 dan NDC # 3
PT. CPI.
2. Bus Connected, yaitu generator yang langsung dihubungkan ke beban melalui
sistem distribusi 13.8 kV. Selain itu, juga terhubung ke sistem transmisi
melalui step up transformer, misalnya : CDGT # 1, 2, 3 dan 4, # 1, 2, 3, 4,
dan 5 PT. CPI.

Pada generator, ada 2 cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan


medan magnet atau mendan listrik yang berubah-ubah, yaitu dengan
menggerakkan konduktor atau kumparan dalam medan yang tetap dan
memberikan medan yg berubah-ubah pada konduktor atau kumparan yang tetap.
17

Besarnya tegangan yang dihasilkan oleh generator bergantung pada medan listrik
(arus medan), sedangkan besarnya frekuensi tergantung pada kecepatan
perubahan medan listrik atau putaran konduktor atau kumparan.
Daya yang dihasilkan oleh generator juga dapat dibedakan menjadi 2 jenis,
yaitu daya riil (watt) dan daya semu (var). Daya Riil adalah daya yang dihasilkan
berdasarkan kemampuan generator mempertahankan kecepatan perubahan medan
listrik atau putaran konduktor atau rotor. Daya ini berhubungan erat dengan
frekuensi, sehingga apabila daya riil ini melebihi kebutuhan beban, maka
frekuensi akan naik dan juga sebaliknya. Sementara itu, Daya Semu adalah daya
yang dihasilkan berdasarkan kemampuan generator mempertahankan besarnya
medan listrik, sehingga daya ini berhubungan erat dengan tegangan, jadi apabila
daya semu yang dihasilkan generator melebihi kebutuhan sistem, maka tegangan
akan naik dan begitu pula sebaliknya.Generator merupakan sumber energi listrik
didalam sistem tenaga listrik, maka perlu diproteksi dari semua gangguan jangan
sampai mengalami kerusakan karena kerusakan generator akan sangat
mengganggu penyediaan tenaga listrik.

3.3. Sistem Proteksi di Generator


Dalam melaksanakan pembangkitan gangguan tidak dapat
dihindari. Gangguan merupakan hubung singkat antar fasa dengan tanah
dan keduanya. Gangguan hubung singkat semacam ini menimbulkan arus
yang besar yang dapat merusak peralatan sehingga diperlukan sistem
proteksi untuk mengamankan peralatan tersebut.
Keandalan dan kemampuan suatu sistem tenaga listrik dalam
melayani konsumen sangat tergantung pada sistem proteksi yang
digunakan. Oleh sebab itu dalam perencangan suatu sistem tenaga listrik,
perlu dipertimbangkan kondisi-kondisi gangguan yang mungkin terjadi
pada sistem, melalui analisa gangguan.
Proteksi sistem tenaga listrik adalah sistem proteksi yang dipasang
pada peralatan-peralatan listrik suatu sistem tenaga listrik, misalnya
18

generator, transformator, jaringan dan lain-lain, terhadap kondisi abnormal


operasi sistem itu sendiri.
Kondisi abnormal itu dapat berupa antara lain: hubung singkat,
tegangan lebih, beban lebih, frekuensi sistem rendah, asinkron dan lain-
lain. Dengan kata lain sistem proteksi itu bermanfaat untuk:
1. Menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan-peralatan akibat
gangguan (kondisi abnormal operasi sistem). Semakin cepat reaksi perangkat
proteksi yang digunakan maka akan semakin sedikit pengaruh gangguan
kepada kemungkinan kerusakan alat.
2. Cepat melokalisir luas daerah yang mengalami gangguan, menjadi sekecil
mungkin.
3. Dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi kepada
konsumen dan juga mutu listrik yang baik.
4. Mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.
Pengetahuan mengenai arus-arus yang timbul dari berbagai tipe
gangguan pada suatu lokasi merupakan hal yang sangat esensial bagi
pengoperasian sistem proteksi secara efektif. Jika terjadi gangguan pada sistem,
para operator yang merasakan adanya gangguan tersebut diharapkan segera dapat
mengoperasikan circuit-circuit Breaker yang tepat untuk mengeluarkan sistem
yang terganggu atau memisahkan pembangkit dari jaringan yang terganggu.
Sangat sulit bagi seorang operator untuk mengawasi gangguan-gangguan yang
mungkin terjadi dan menentukan CB mana yang dioperasikan untuk mengisolir
gangguan tersebut secara manual.
Mengingat arus gangguan yang cukup besar, maka perlu secepat mungkin
dilakukan proteksi. Hal ini perlu suatu peralatan yang digunakan untuk
mendeteksi keadaan-keadaan yang tidak normal tersebut dan selanjutnya
menginstruksikan circuit breaker yang tepat untuk bekerja memutuskan rangkaian
atau sistem yang terganggu. Dan peralatan tersebut kita kenal dengan rele.
Ringkasnya proteksi dan tripping otomatik circuit-circuit yang
berhubungan, mempunyai dua fungsi pokok:
19

1. Mengisolir peralatan yang terganggu, agar bagian-bagian yang lainnya tetap


beroperasi seperti biasa.
2. Membatasi kerusakan peralatan akibat panas lebih (over heating), pengaruh
gaya-gaya mekanik dst.
Generator merupakan sumber utama pengadaan energi listrik di dalam
sistem tenaga listrik, sehingga perlu dilindungi / diproteksi dari semua gangguan,
baik gangguan yang berasal dari luar maupun dari dalam sistem. Bila terjadi
kerusakan generator akan sangat mengganggu penyediaan tenaga listrik.
Tetapi dilain pihak dari segi selektifitas pengamanan sistem diharapkan
agar PMT generator tidak mudah trip terhadap gangguan dalam sistem, karena
lepasnya generator dari sistem akan mempersulit jalannya operasi sistem tenaga
listrik.

Gambar 3.6 Bagan Generator dengan Mesin penggerak dan Medan Penguat
PMT generator hanya boleh bekerja apabila ada gangguan yang tepat ada
didepan generator didalam generator atau pada mesin penggerak generator.
Penyebab gangguan utama dalam sistem adalah petir, yang sering disambar petir
adalah saluran udara transmisi dan saluran distribusi. Untuk menghadapi
ganggaun diluar pusat listrik, maka PMT yang dipasang dari saluran dilengkapi
dengan rele-rele.
20

Untuk gangguan di rel yang langsung berhubungan dengan generator,


maka rele arus lebih merupakan pengaman utama. Tetapi bila ada pengaman rel
difrensial, maka rele arus lebih merupakan pengaman back-up.
Gangguan diluar generator dapat menimbulkan arus urutan negatif, yang
selanjutnya arus ini dapat menimbulkan pemanasan yang berlebihan pada
generator. Oleh karena itu pada generator dengan daya besar dipakai rele urutan
negatif.

Gambar 3.7 Bagan hubungan kapasitor pelindung generator

Bila rangkaian tegangan rendah dihubungkan dengan rel fasa yang


terisolasikan atau dengan kabel, maka pemasangan kapasitor pelindung tidak
diperlukan karena tegangan elektrostatis cukup kecil.
Pada generator terdapat berbagai jenis gangguan yang berasal dari dalam
maupun dari luar yaitu: gangguan elektris, gangguan mekanik, gangguan sistem
operasi, dan gangguan thermal.
21

BAB IV
RELE PROTEKSI GANGGUAN ELEKTRIS GENERATOR MINAS
GAS TURBINE (MGT-11)

Dalam melaksanakan pembangkitan, penyaluran, dan distribusi


tenaga listrik, gangguan tidak dapat dihindari. Gangguan kebanyakan
merupakan hubungan singkat satu fasa atau antar fasa. Hubungan singkat
ini semacam ini menimbulkan arus yang besar yang dapat merusak
peralatan, termasuk generator.
Secara teknis, terdapat beberapa macam gangguan yang mungkin
terjadi pada generator pembangkit tenaga listrik. Gangguan pada generator
pembangkit tenaga listrik tersebut dapat diklasifikasikan seperti berikut
ini:
1. Gangguan Elektris
2. Gangguan Mekanis
3. Gangguan Sistem Operasi
4. Gangguan Thermal
Pada bab ini secara khusus akan membahas mengenai Proteksi
Gangguan Elektris di Generator (MGT-11) PT. Chevron Pacific Indonesia.
MGT-11 (Minas Gas Turbine-11) adalah salah satu dari sebelas
generator turbin di distrik Minas sebagai pengkonversi energi gas menjadi
energi listrik. Terdapat delapan gangguan elektris pada generator ini
diantaranya: Stator Overcurrent, Stator Ground Fault, Stator Phase-to-
Phase Fault, Over Voltage, Over Voltage/Hertz, Field Overexcitation,
Field ground dan Loss of Excitation.
22

Gambar 4.1 Minas Gas Turbine 11

Data dari generator pada MGT-11 adalah sebagai berikut :


Tabel 4.1 Data Generator MGT-11

G E ELIN,GEK 106742 MADE IN USA


AIR COOLED GEN.

Generator Number 446X080


Poles 2
Phase 3
Connection Wye
Frequency 60 Hertz
Armature By Detector 110o C
Field By Resistance 125o C
Max. Cold Air Temp. 15o C
Inlet Water Air
KVA 54
Armature Amps. 2.259
Armature Volts 13.8
Excitation Volts 117
Power Factor 0.85
RPM 3.6

4.1. Jenis Gangguan Elektris di MGT-11


23

4.1.1. Stator Overcurrent


a. Deskripsi
Generator dirancang untuk beroperasi secara kontinu pada ratting kVA,
frekuensi dan faktor daya yang memiliki rentang lebih dari 95-105% ratting
tegangan. Operasi yang melebihi ratting kVA dapat mengakibatkan Stator
Overcurrent. Perhatikan pada ratting kVA 95% tegangan, maka arus stator
menjadi 105%. Keadaan ini masih diperbolehkan.
Pada kondisi normal, beban generator berada di bawah kendali operator.
Situasi tersebut dapat timbul selama gangguan sistem, seperti yang membebani
generator atau jalur trip outs, yang mana dapat menyebabkan kondisi overcurrent.
Untuk waktu singkat, kondisi ini diperbolehkan melebihi arus sesuai
dengan ratting kVA. Kemampuan ini dispesifikasi dalam ANSI C50.13 Standar
sebagai berikut:
Tabel 4.2 Tabel Perbandingan Arus Armature Berbanding Waktu
12
Waktu ( detik) 10 30 60
0
15 13
Arus Armature ( persen ) 226 116
4 0

b. Deteksi
Arus stator dapat terpantau oleh operator, dan terjaga dalam ratting sesuai
dengan sistem kontrol generator turbin. Akibat dari overcurrent ialah belitan stator
terlalu panas, yang mana dapat dideteksi oleh alat pendeteksi temperatur belitan,
biasanya TCs mengukur temperatur pendingin stator, dan/atau RTDs pada celah-
celah belitan stator. Semua fungsi TDs dan RTDs dapat terus terpantau. Meskipun,
itu tidak dapat menghasilkan temperatur lilitan stator berlebihan, yang beroperasi
di atas arus tertentu tidak diterima selama kejadian yang tidak terkontrol, seperti
temperatur di bagian lain dari rangkaian stator, kekuatan belitan, medan magnet
yang abnormal, dan lain-lain menjadi berlebihan. Untuk mendeteksi gangguan ini
digunakan rele 51GN (Rele Ground Overcurrent).

c. Rekomendasi
Tripping otomatis tidak disediakan untuk proteksi terhadap stator
overcurrent. Namun, semua operator harus dibuat sadar akan pentingnya operasi
generator dengan ratting sesuai kemampuannya. Dalam kasus ketika generator
24

akan beroperasi tanpa pengawasan, beberapa bentuk perlindungan overcurrent


(beban lebih) harus disediakan. Sebuah alternatif adalah stator overtemperature
yang menyediakan proteksi yang sama.

4.1.2. Stator Ground Fault


a. Deskripsi
Generator stator normalnya beroperasi pada tegangan terhubung dengan
tanah, umumnya dapat disambungkan melalui impedansi tinggi grounding
transformer / resistor. Dalam beberapa kasus, reaktor digunakan dalam rancangan
resonan. Phasa belitan atau beberapa peralatan menghubungkan gangguan
ketanah, tegangan netral rendah biasanya dapat menaikan tegangan setinggi line-
to-neutral, tergantung pada lokasi gangguan.
Meskipun single ground fault belum tentu menyebabkan kerusakan
langsung, akan tetapi dapat mengakibatkan kemungkinan gangguan kedua. Ini
dikarenakan adanya gangguan yang disebabkan dari kerusakan yang terjadi
secara terus menerus pada satu tempat. Bahkan, keberadaan dari graund fault
menghasilkan analisa yang buruk, tegangan tinggi pada isolasi biasanya akibat
dari hal lain yang berpotensi bencana. Gangguan kedua pada phasa yang sama
akan tidak terdeteksi oleh rele diferensial, dan dapat menyebabkan kerusakan
serius.
b. Deteksi
Metode yang biasa digunakan dalam mendeteksi gangguan ini adalah
dengan menggunakan rele tegangan disebrang grounding resistor. Rele tertentu
biasanya digunakan sebagai pengganti rele tegangan atau sebagai back up. Rele
harus tidak sensitif terhadap tegangan harmonik ketiga, tetapi harus menaikan
level rendah pada frekuensi line untuk mengurangi area yang tidak terlindungi
pada ujung nertal dari belitan. Metode yang tersedia yang merupakan desain untuk
melindungi seluruh belitan. Skema ini memanfaatkan hubungan tegangan
harmonik ketiga di garis dan terminal netral dari generator. Skema ini melengkapi
dasar proteksi frekuensi.Untuk mendeteksi gangguan ini digunakan rele 64G1
(Rele Stator Ground).
c. Rekomendasi
25

Impedansi grounding membatasi arus ground fault untuk kurang dari 25


ampere. Kriteria didasarkan pada rangkaian kapasitansi biasanya akan
menghasilkan arus kurang dari 10 ampere. Rele stator ground fault harus
dihubungkan pada unit yang trip dalam beberapa detik.

4.1.3. Stator Phase-to-PhaseFault


a. Deskripsi
Stator phase-to-phase fault adalah gangguan elektris antara dua phasa
pada belitan armature. Jenis kesalahan ini sangat serius karena arus yang sangat
besar dapat mengalir dan menghasilkan sejumlah kerusakan besar pada belitan
jika dibiarkan terus menerus. Sifat dari konstruksi pada armature itu sangat
memungkinkan gangguan ini akan tertanam masuk ke tanah, hal ini dapat
menyebabkan kerusakan yang signifikan pada inti stator.
b. Deteksi
Untuk mendeteksi gangguan phasa ke dalam belitan dengan
menggunakan rele diferensial. Metode ini memberikan proteksi untuk semua
bagian belitan, dan sensitivitasnya dibatasi terutama dengan tingkat keamanan
untuk berbagai arus transformer saat dicocokkan.
Metode rele diferensial tidak dapat memproteksi gangguan dalam satu
phasa pada belitan. Sama seperti gangguan yang berulang-ulang hanya dapat
dideteksi oleh hasil arus armature yang tidak seimbang. Namun, kesalahan seperti
itu jarang dan biasanya akan tertanam ke tanah, dalam hal ini akan terdeteksi oleh
rele stator ground fault. Untuk mendeteksi gangguan ini digunakan rele 87G (Rele
Stator Differential).

c. Rekomendasi
Setelah mendeteksi gangguan phasa ke phasa dalam belitan, sangat
penting bahwa unit akan trip tanpa penundaan.

4.1.4. Over Voltage


a. Deskripsi
26

Operator bertanggung jawab untuk mempertahankan tegangan (dan sesuai


kVA) dalam batas yang ditentukan. Dengan generator turbin ini tidak
memungkinkan bahwa tegangan akan menyimpang secara signifikan dari nilai
yang ditetapkan. Jika itu terjadi kegagalan regulator atau gangguan sistem, sinyal
trip biasanya akan dihasilkan oleh salah satu rele proteksi, seperti volt / Hertz atau
batas eksitasi maksimum.
b. Deteksi
Untuk mendeteksi gangguan ini digunakan rele 59G (Rele Overvoltage).
c. Rekomendasi
Oleh karena itu, khusus proteksi over-voltage pada umumnya tidak
diperlukan pada generator. Tergantung pada keadaan, itu mungkin
diperlukan untuk memproteksi peralatan lain yang terhubung ke generator.
Untuk menguatkan stasiun pembangkit, harus diberikan pertimbangan
untuk menerapkan proteksi overvoltage otomatis.

4.1.5. Over Volts/Hertz


a. Deskripsi
Tegangan per unit dibagi dengan frekuensi per unit, biasanya disebut
volt / Hertz, adalah kuantitas yang benar-benar terukur yang sebanding dengan
fluks dalam generator dan inti transformator step-up. Cakupan overfluxing (105 %
- 110 %) semakin besar kehilangan inti, mengangkat temperatur inti untuk semua
desain pembangkit dan temperatur armature untuk generator dengan konvensional
mendinginkan belitan stator. Operasi jangka panjang pada temperatur tinggi dapat
mempersingkat masa pakai dari sistem isolasi stator. Lebih berbahaya overfluxing
(di atas 110 % ) lebih meningkatkan kehilangan inti, dan saturasi bagian dari inti
ke titik bahwa fluks mengalir keluar pada struktur yang berdekatan. Induksi
tegangan yang dihasilkan dapat digabungkan ke inti stator dengan cara dengan
merakit dan menjepit core. Bahaya overfluxing dapat mengalami kerusakan antar
lapisan isolasi, diikuti dengan cepatnya pelelehan pada inti.
Over-volts/Hertz dapat disebabkan oleh kegagalan regulator, beban
menolak sementara di bawah kendali dari regulator DC, atau eksitasi berlebihan
dengan generator off line. Hal ini juga dapat terjadi akibat penurunan kecepatan
27

dimana regulator AC atau operator berusaha untuk mempertahankan ratting


tegangan stator.

Gambar 4.2 Capability V/Hz


b. Deteksi
Volt / Hertz dihitung dalam rangkaian statis yang tergabung dalam
rele volt / Hertz atau sensor. Volts / Hertz sensor biasanya dimasukkan
sebagai bagian dari sistem eksitasi. Untuk mendeteksi gangguan ini
digunakan rele 81 (Rele Overfrequency).
c. Rekomendasi
Meskipun over volts / Hertz lebih mungkin terjadi ketika generator off line,
namun juga dapat terjadi ketika online. Untuk alasan ini proteksi Volts / Hertz
harus beroperasi setiap kali eksitasi diterapkan. Lihat gambar 5.2 untuk sebuah
representasi grafis dari proteksi V / Hz yang direkomendasikan.
Mengingat konsekuensi tegangan harus hati-hati pemutusan beban untuk
memberikan proteksi konservasi kemungkinan konsisten dengan keamanan dari
trip yang salah. Pemilihan tingkat maksimum trip di atas 118%, ditambah dengan
delay 2 kedua kalinya untuk memenuhi tujuan tersebut. dari ratting KVA penuh,
ratting faktor daya 105% dari ratting tegangan tidak akan menghasilkan trip jika
regulator tegangan otomatis dalam penggunaan. Operasi pada 118% harus dibatasi
tidak lebih dari 45 detik. Kurva berbentuk 118-110% V/Hz mendekati
28

kemampuan over eksitasi dari banyak transformator (untuk step up dan layanan
aplikasi daya). Namun jika transformer memerlukan nilai yang lebih rendah, rele
proteksi harus disesuaikan. Operasi terus-menerus di atas 10% V / Hz tidak
diizinkan dan fungsi alarm harus disediakan untuk mengingatkan operator untuk
melakukan tindakan korektif yang diperlukan. Kontrol eksitasi limiter (jika ada)
harus ditetapkan untuk mencegah operasi terus-menerus di atas 109%.

4.1.6. Field Overexcitation

a. Deskripsi
Medan belitan generator dirancang untuk beroperasi secara terus menerus
pada arus sama dengan yang diperlukan untuk menghasilkan ratting kVA pada
kondisi ratting nya. Selain itu, arus lebih tinggi dibolehkan untuk waktu yang
singkat, untuk mengizinkan kekuatan medan selama kondisi transien. Batasan ini
ditentukan dalam jangka waktu kurva tegangan medan berbanding waktu yang
ditetapkan oleh hal-hal berikut di ANSI standar C.50.13 - 1997:
Tabel 4.3 Tabel Perbandingan Tegangan Medan Berbanding Waktu
Waktu ( detik) 10 30 60 120
Tegangan Medan ( persen ) 208 146 125 112

b. Deteksi
Kebanyakan sistem eksitasi sekarang sedang dilengkapi termasuk
fungsi batas eksitasi maksimum. Tujuannya adalah untuk mencegah
medan overcurrent berkepanjangan dengan menkalibrasi ulang regulator
arus, mentransfer ke regulator lain, dan akhirnya menghasilkan sinyal
trip seperti yang diperlukan. Untuk mendeteksi gangguan ini digunakan
rele 24 (Rele Field Overexcitation).

c. Rekomendasi
Respon sehubungan dengan fungsi ini adalah untuk melihat bahwa batas
eksitasi maksimum dengan benar disesuaikan dan dipelihara, dan terhubung
dengan benar keunit trip bila diperlukan. Dalam kasus seperti trip berurutan akan
memakan waktu terlalu lama .
29

Sejak hilangnya sinyal transformator tegangan untuk regulator tegangan


merupakan salah satu penyebab dari field overcurrent, kemudian Rele mendeteksi
situasi ini dan mentransfer otomatis ke regulator lain yang disarankan. Sensing
dan transfer fungsi adalah bagian dari sebagian besar sistem eksitasi modern.

4.1.7. Field Ground

a. Deskripsi
Medan belitan generator secara elektrik terisolasi dari tanah. Oleh
karena itu adanya satu ground fault di belitan akan menyebabkan
kerusakan rotor. Bagaimanapun, adanya dua atau lebih ground pada
belitan akan menyebabkan ketidakseimbangan magnetik dan termal serta
pemanasan lokal dan kerusakan penempaan rotor atau bagian logam
lainnya. Sayangnya, adanya ground fault pertama membuat deteksi
ground fault kedua yang sulit, namun tidak mustahil. Selain itu, belitan
rotor sistem isolasi yang modern telah mencapai tingkat kualitas yang
mengurangi kemungkinan ground fault, kecuali dalam keadaan yang tidak
biasa dimana kemungkinan terjadinya gangguan kedua atau masalah
serius lainnya yang tinggi.
b. Deteksi
Rele diperlukan untuk mendeteksi ground fault biasanya dipasok
dengan sistem eksitasi.Untuk mendeteksi gangguan ini digunakan Rele
64F (Rele Field Ground).
c. Rekomendasi
Disarankan bahwa pendeteksi ground fault dihubungkan untuk
menghasilkan trip berurutan.

4.1.8. Loss of Excitation

a. Deskripsi
Loss of excitation (atau kehilangan medan) mengakibatkan hilangnya
keseimbangan dan pengoperasian generator sebagai mesin induksi. Hal ini akan
mengakibatkan aliran arus frekuensi slip di body rotor, wedges, dan belitan
30

amortisseur ( jika dilengkapi) , serta bahaya osilasi torsi di poros rotor. Rotor
tidak dirancang untuk mempertahankan arus tersebut, juga tangki turbin-generator
yang dirancang untuk lama menahan torsi secara bergantian. Akibatnya bisa
terjadi rotor overheating, licinnya kopling dan bahkan kegagalan rotor. Lamanya
waktu sebelum kerusakan serius terjadi tergantung pada beban generatort pada
saat kejadian, frekuensi slip, dan apakah medan belitan terbuka atau korsleting,
dan mungkin terjadi selama hitungan detik .
Loss of excitation biasanya menunjukkan masalah dengan sistem eksitasi
yang tergantung pada sifatnya, bisa serius (misalnya, flashover ring kolektor, jika
dilengkapi). Karena VAR diserap untuk menaikan eksitasi yang rendah atau
bahkan hilang, beberapa sistem tidak bisa mentolerir operasi lanjutan dari
generator tanpa adanya eksitasi. Akibatnya, jika generator tidak terputus segera
ketika kehilangan eksitasi, ketidakstabilan yang luas mungkin sangat cepat
menyebar, dan dapat terjadi shut-down pada sistem utama.

b. Deteksi
Sejak loss of excitation dalam perubahan yang nyata pada kVA
reaktif, rele loss of excitation dari impedansi atau jenis mho yang
digunakan biasanya. Untuk mendeteksi gangguan ini digunakan rele 40
(Rele Loss of Excitation).

c. Rekomendasi
Generator harus memiliki trip dari power sistem. Penting bahwa semua
kekuatan eksitasi akan terhapus. Ini tidak boleh diasumsikan bahwa, karena terjadi
loss of excitation, exciter tidak memasok daya ke gangguan internal.

4.2. Klasifikasi Rele Pengaman Elektris di MGT-11

Jenis rele yang umum digunakan pada sistem pengaman elektris


generator yang memiliki ratting daya output yang cukup besar adalah :
31

4.2.1. Rele Over Voltage (59G)


Pada generator yang besar umumnya menggunakan sistem
pentanahan netral melalui transformator dengan tahanan di sisi sekunder.
Sistem pentanahan ini dimaksudkan untuk mendapatkan nilai impedansi
yang tinggi sehingga dapat membatasi arus hubung singkat agar tidak
menimbulkan bahaya kerusakan pada belitan dan saat terjadi gangguan
hubung singkat stator ke tanah.
Arus hubung singkat yang terjadi di sekitar titik netral relatif kecil
sehinga sulit untuk dideteksi oleh rele differensial. Dengan dipasang
transformator tegangan, arus yang kecil tersebut akan mengalir dan
menginduksikan tegangan pada sisi sekunder transformator. Untuk
mengatasi hal tersebut digunakan rele pendeteksi tegangan lebih yang
dipasang pada sisi sekunder transformator tegangan.
Tegangan yang muncul pada sisi sekunder transformator tegangan
akan membuat rele tegangan berada pada kondisi mendeteksi apabila
perubahan tegangan melebihi nilai settingnya dan generator akan trip.
Rangkaian ini sangat baik karena dapat membatasi aliran arus nol
yang mengalir ke dalam generator ketika terjadi hubung singkat fasa ke
tanah di sisi tegangan tinggi transformator tegangan.
Akan tetapi karena efek kapasitansi pada kedua belitan
transformator dapat menyebabkan adanya arus bocor urutan nol yang
dapat mengaktifkan rele tegangan lebih di sisi netral generator. Dengan
demikian rele tegangan lebih yang dipasang harus mempunyai waktu
tunda yang dapat dikoordinasikan dengan rele di luar generator. Adapun
penyebab over voltage adalah sebagai berikut:
• Kegagalan AVR.
• Kesalahan operasi sistem eksitasi.
• Pelepasan beban saaat eksitasi dikontrol secara manual.
• Peisahan generator dari sistem saat islanding.

Adapun single line diagram rele gangguan tegangan lebih adalah sebagai berikut :
32

Gambar 4.3 Single Line Diagram Rele Over Voltage

4.2.2. Rele Stator Ground Fault (64G1)


Ganguan hubungan tanah adalah gangguan yang paling banyak
terjadi. Arus gangguan hubung tanah yang terjadi belum tentu cukup besar
untuk dapat mengoperasikan rele arus lebih. Oleh sebab itu, harus ada rele
arus hubung tanah yang harus dapat mendeteksi arus urutan nol, karena
setiap gangguan hubung tanah menghasilkan arus urutan nol.
Rele gangguan tanah ini dipasang pada sirkuit stator seperti
umumnya rele hubung tanah pada sirkuit 3 fasa yaitu dengan menjumlah
melalui transformator arus ke 3 fasa yang ada. Jika tidak terdapat
gangguan hubung tanah jumlah ini sama dengan 0, tapi jika terdapat
gangguan hubung tanah maka jumlah ini tidak sama dengan 0 lalu rele
akan bekerja.
Rele ini akan mendeteksi gangguan hubung tanah yang terjadi
pada sirkuit yang terhubung dengan sirkuit stator dari generator. Untuk
membatasi pendeteksian gangguan hubung tanah yang terjadi pada stator
generator saja dipakai rele hubung tanah terbatas, dimana jumlah arus deri
3 fasa tersebut dijumlah lagi dengan arus yang dideteksi transformator
arus pada konduktor pentanahan titik netral generator.
33

Adapun single line diagram rele gangguan stator hubung tanah


adalah sebagai berikut :

Gambar 4.4 Single Line Diagram Rele Stator Ground

4.2.3. Rele Field Ground (64F)


Hubung tanah dalam sirkuit rotor, yaitu hubung singkat antara
konduktor rotor dengan badan rotor dimana dapat menimbulkan distorsi
medan magnet yang dihasilkan rotor dan selanjutnya dapat menimbulakn
getaran (vibrasi) berlebihan dalam generator. Oleh karena itu, hal ini harus
dihentikan oleh rele rotor hubung tanah. Karena sirkuit rotor adalah sirkuit
arus searah, maka rele rotor hubung tanah pada prinsipnya merupakan rele
arus lebih untuk arus searah. Adapun single line diagram rele gangguan
rotor hubung tanah adalah sebagai berikut :

Gambar 4.5 Single Line Diagram Rele Field Ground


34

Pada gambar di atas, ketika tidak ada gangguan maka arus simetri,
{Ir = Ia+Ib+Ic =0}, namun ketika terjadi gangguan hubung singkat ke tanah,
maka arus menjadi tak simetri {Ir = Ia+Ib+Ic = 3Iao}, sehingga terdapat arus
yang mengalir pada rele dan membuat rele mendeteksi gangguan.

4.2.4. Rele Stator Overcurrent (51GN)


Rele ini berfungsi mendeteksi arus lebih yang mengalir dalam
kumparan stator generator. Arus yang berlebihan dapat terjadi pada
kumparan stator generator atau di dalam kumparan rotor. Arus yang
berlebihan pada kumparan stator dapat terjadi karena pembebanan
berlebihan terhadap generator. Adapun single line diagram rele arus lebih
adalah sebagai berikut :

Gambar 4.6 Single Line Diagram Rele Overcurrent

Keterangan:
CB = Circuit Breaker
TC = Trip Coil CB
I = Arus yang mengalir pada saluran yang diamankan
35

CT = Transformator Arus
Ir = Arus yang mengalir pada rele
C = Rele arus lebih
Ip = Arus pick-up dari rele

4.2.5. Rele Over Frequency (81)


Rele ini berfungsi untuk mendeteksi adanya perubahan frekuensi
dalam nilai yang besar secara tiba – tiba. Kisaran frekuensi yang diijinkan
adalah ±3% sampai ±7% dari nilai frekuensi nominal. Penurunan
frekuensi disebabkan oleh adanya kelebihan permintaan daya aktif di
jaringan atau kerusakan regulator frekuensi. Frekuensi yang turun
menyebabkan naiknya arus magnetisasi pada generator yang akan
menaikkan temperatur. Pada turbin uap, hal tersebut akan mereduksi umur
blade pada rotor. Kenaikan frekuensi disebabkan oleh adanya penurunan
permintaan daya aktif pada jaringan atau kerusakan regulator frekuensi.
Frekuensi yang naik akan menyebabkan turunnya nilai arus magnetisasi
pada generator yang akan menyebabkan generator kekurangan medan
penguat. Sensor rele frekuensi dipasang pada tiap fasa yang keluar dari
generator.

4.2.6. Rele Loss of Excitation (40)


Hilangnya medan penguat pada rotor akan mengakibatkan
generator kehilangan sinkronisasi dan berputar di luar kecepatan
sinkronnya sehingga generator beroperasi sebagai generator asinkron.
Daya reaktif yang diambil dari sistem ini akan dapat melebihi ratting
generator sehingga menimbulkan overload pada belitan stator dan
menimbulkan overheat yang menimbulkan penurunan tegangan generator.
36

Gambar 4.7 Single Line Diagram Rele Loss of Excitation

Hilangnya medan penguat rotor dapat dideteksi dengan kumparan


yang dipasang paralel dengan main exciter dan kumparan rotor generator.
Pada kumparan ini akan mengalir arus yang apabila nilainya kurang dari
arus setting yang diinginkan, maka akan membuat rele mengeluarkan
sinyal alarm atau trip.

4.2.7. Rele Differential (87G)


Rele ini berfungsi untuk mendeteksi gangguan dalam kumparan
stator generator dan harus bekerja lebih cepat daripada rele arus lebih agar
terdapat selektifitas. Prinsip kerja rele ini adalah membandingkan arus
yang masuk dan keluar dari kumparan stator generator. Apabila terdapat
selisih, berarti terdapat gangguan dalam kumparan stator generator. CT
pertama dipasang pada bagian dekat pentanahan stator, sedangkan CT
kedua dipasang pada bagian output stator. Selisih arus yang terdeteksi di
antara kedua zona inilah yang mengoperasikan rele diferensial. Adapun
single line diagram rele diferensial adalah sebagai berikut:

Gambar 4.8 Single Line Diagram Rele Differential

Dalam keadaan normal Ir= I’2 - I’’2 =0 rele tidak kerja


Gangguan di K Ir= I’2 rele kerja
Gangguan di bus B Ir= I’2 - I”2 =0 rele tidak kerja.
37

4.2.8. Rele Overexcitation (24)


Overexcitation dapat terjadi karena kesalahan pada regulator,
pemutusan beban, atau kelebihan eksitasi ketika generator dalam keadaan
off line. Ini karena akibat dari pengurangan kecepatan pada regulator atau
kerja operator untung menjaga ratting tegangan stator.

BAB V
KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
Dari beberapa referensi yang diperoleh dan survei lapangan selama
pelaksanaan kerja praktek tentang sistem proteksi elektris di generator
MGT-11, PT. Chevron Pacific Indonesia, Riau, dapat diambil beberapa
kesimpulan yaitu:
1. Sistem pengaman elektris generator MGT-11 merupakan suatu alat yang
digunakan untuk melindungi generator dari gangguan elektris, baik yang
ditimbulkan dari luar generator maupun dari dalam generator itu sendiri.
2. Fungsi utama Sistem pengaman elektris generator MGT-11 pada di PT.
Chevron Pacific Indonesia adalah :
• Membunyikan alarm dan menutup rangkaian trip dari pemutus rangkaian
untuk membebaskan peralatan dari gangguan yang terjadi.
• Melokalisir akibat dari gangguan untuk mengurangi potensi kerusakan.
• Membebaskan peralatan yang tidak bekerja normal untuk mencegah
kerusakan peralatan.
• Segera membebaskan bagian yang terganggu.
• Memberikan petunjuk atau indikasi dari lokasi serta jenis gangguan.
• Penggunaan rele merupakan penghematan ±0.5% hingga ±2% harga
peralatan yang diamankan.
3. Sistem pengaman elektris generator MGT-11 PT. Chevron Pacific Indonesia
pada tiap blok turbin gas memiliki sistem dan jenis yang sama namun
38

memiliki ratting peralatan yang berbeda sesuai dengan ratting daya masing-
masing generator.
4. Sistem pengaman elektris generator MGT-11,PT. Chevron Pacific Indonesia
terdiri atas 8 macam rele pengaman, yaitu :
a. Stator Differential (87G)
b. Loss of Excitation(40)
c. Stator Ground (64-G1)
d. Ground Overcurrent (51GN)
e. Overexcitation (24)
f. Over Voltage (59G)
g. Field Ground (64F)
h. Over Volts/Hertz (81)
5. Sistem pengaman generator MGT-11 PT. Chevron Pacific Indonesia bekerja
secara otomatis dan dimonitor melalui CCR (Central Control Room).
39

DAFTAR PUSTAKA

McGraw. (1976). Power Factor Correction. Power System Division of Edison


Company.
Lesmana, Rio dkk.,Protection White Book, Power Generation & Transmission
Chevron Pacific Indonesia, Indonesia, 2011.
GE Power System, GEK 75512G, Power Generation & Transmission Chevron
Pacific Indonesia, Indonesia, 1996.
GE Power System, GEK 100666, Power Generation & Transmission Chevron
Pacific Indonesia, Indonesia, 1996.
40

Lampiran 1 Single Line Diagram CPI Integrated Power System


41

Lampiran 2 Single Line Diagram Sistem Proteksi Generator MGT-11

Anda mungkin juga menyukai