KATA PENGANTAR
Puji syukur terpanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan ridhlonya
kami dapat menyelesaikan Modul Perhitungan dan Penetapan Tarif Air Minum dan
Evaluasi BUMDAM dalam Penerapan Tarif Full Cost Recovery (FCR) Sesuai Permendagri
No 21 Tahun 2020.
Modul ini memuat langkah-langkah untuk menetapkan Tarif Air Minum sebagai upaya
meningkatkan kesehatan BUMDAM yang diindikasikan dengan pencapaian Full Cost
Recovery (FCR), sehingga dapat memberikan layanan air minum kepada pelanggan
secara optimal. Selain itu modul ini juga memuat langkah-langkah evaluasi BUMDAM
dalam Penerapan Tarif Full Cost Recovery (FCR) Sesuai Permendagri No 21 Tahun 2020.
Disadari bahwa modul ini takkan terwujud tanpa bantuan, bimbingan, dan dorongan dari
berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, disampaikan ucapan terima
kasih kepada berbagai pihak yang membantu dalam menyelesaikan modul ini.
Modul ini sudah pasti kurang sempurna, oleh karena itu kritik dan saran akan senantiasa
diterima dengan senang hati guna lebih menyempurnakannya. Semoga Tuhan Yang Maha
Esa membalas kebaikan dan selalu mencurahkan hidayah serta taufik-Nya, Amin Ya
Robbal alamin.
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL.......................................................................................... v
GLOSARI .................................................................................................. vi
BAB I......................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
PENGGUNAAN MODUL.............................................................................. 7
3.1 Gambaran Umum Perhitungan dan Penetapan Tarif Air Minum .................... 10
3.2 Perhitungan Tarif .................................................................................... 15
3.3 Penetapan Tarif ...................................................................................... 25
BAB IV .................................................................................................... 31
iii
4.1 Evaluasi BUMDAM ................................................................................... 31
4.1.1 Penilaian Kinerja Berdasarkan Kepmendagri Nomor 47 Tahun 1999 ....... 35
4.1.2 Rekomendasi Tentang Tata Cara Restrukturisasi .................................. 40
4.2 Gambaran Umum Kelembagaan Pengelolaan Air Minum .............................. 44
4.2.1 Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) ................................................ 44
4.2.2 Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)................................................. 45
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 48
LAMPIRAN .............................................................................................. 50
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
v
GLOSARI
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
rangka melaksanakan Penyelenggaraan SPAM tersebut dibentuk BUMN atau
BUMD oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah. Negara menjamin hak
setiap orang untuk mendapatkan air untuk kebutuhan pokok sehari- hari.
Untuk menjamin kepentingan rakyat, Undang-undang menentukan bahwa
sumber daya air dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk kemakmuran
rakyat secara adil. Penguasaan negara atas sumber daya air tersebut
diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah dengan tetap
mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
beserta hak-hak tradisionalnya.
Dari 389 BUMD Air Minum dalam kondisi sehat sebanyak 237 atau 61%
BUMD Air Minum, kondisi kurang sehat sebanyak 101 atau 26% BUMD Air
Minum, kondisi sakit sebanyak 51 atau 13% BUMD Air Minum (Sumber:
Direktorat Air Minum Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Tahun 2022). Salah satu indikator kinerja sehat BUMD Air Minum adalah
tarifnya telah mencapai FCR. Tarif FCR merupakan penerapan tarif untuk
memenuhi beban biaya operasional dan pemeliharaan. Biaya operasional
merupakan beban yang harus dikeluarkan BUMD Air Minum untuk pengelolaan
SPAM (mulai dari air baku sampai dengan sambungan pelanggan). Kondisi
tarif yang ideal dan keuangan yang sehat menjadikan BUMD Air Minum
mampu berinvestasi secara mandiri dan atau menjadikan daya tarik pihak lain
untuk bekerjasama dalam peningkatan pelayanan 3K dan pengembangan
SPAM.
Jumlah BUMD Air Minum yang sudah menetapkan Batas Atas dan Batas
Bawah dari 38 Provinsi sebanyak 68%, belum menetapkan sebanyak 32%
(Sumber: Data Regional Tahun 2022).
Untuk jumlah BUMD Air Minum yang memenuhi Tarif Full Cost Recovery
(FCR) masih sekitar 147 Daerah atau 37,39%, selebihnya 242 Daerah atau
62,21% belum memenuhi Tarif FCR (Sumber: Direktorat Air Minum
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2022).
Dalam pelaksanaan penyelenggaraan SPAM oleh badan usaha air minum
berlaku ketentuan bahwa tarif ditetapkan oleh Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah dengan memperhatikan kemampuan daya beli
2
masyarakat/pelanggan. Dalam memberikan perhatian kepada kemampuan
daya beli masyarakat, perlu disusun struktur tarif yang tepat dengan
memperhitungkan:
a Keterjangkauan tarif bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah
dalam memenuhi kebutuhan pokok air minum sehari-hari.
b Biaya-biaya produksi yang dikeluarkan oleh badan usaha air minum
Dalam menyusun struktur tarif tersebut, BUMN, BUMD, dan UPT wajib
menerapkan struktur tarif termasuk tarif progresif, dalam rangka penerapan
subsidi silang antar kelompok pelanggan dan mengupayakan penghematan
penggunaan Air minum, masyarakat berpenghasilan rendah. Dalam
menentukan tarif BUMD Air Minum dipengaruhi oleh dua faktor tersebut yaitu
mencari keuntungan dan memberikan tarif yang murah kepada masyarakat
berpenghasilan rendah tersebut. Adakalanya tarif yang ditetapkan tidak
rasional (terlalu rendah) menurut prinsip-prinsip badan usaha dalam mencari
keuntungan, sehingga pendapatan yang diperoleh tidak mampu untuk
memenuhi biaya operasi dan pemeliharaan.
Permasalahan yang dihadapi oleh BUMD Air Minum antara lain sebagai
berikut:
1. Kapasitas Provinsi untuk menghitung dan menetapkan batas atas dan
batas bawah masih belum optimal.
2. Adanya perubahan regulasi penetapan dan perhitungan tarif air minum.
3. Penyesuaian tarif tidak menjadi prioritas dan secara politis tidak populer.
4. Kurang optimalnya daerah dalam percepatan implementasi regulasi
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 21 Tahun
2020.
5. Adanya keterbatasan kompetensi sumber daya manusia di Daerah.
6. Banyaknya BUMD Air Minum belum memenuhi Tarif FCR.
4
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
2017 Tentang Pedoman Pembentukan Dan Klasifikasi Cabang Dinas Dan
Unit Pelaksana Teknis Daerah
12. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999 Tentang
Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum.
5
1.4 PEMBATASAN MODUL
1. Perhitungan dan penetapan tarif batas atas dan batas bawah oleh Provinsi
serta Perhitungan dan Penetapan oleh Pemerintah Daerah dan BUMDAM.
2. Evaluasi BUMDAM yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah.
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan latar belakang yang memuat antara
lain kebijakan tarif, kondisi saat ini dan permasalahan yang
menjadi landasan penyusunan modul. Selain itu juga memuat
uraian tentang dasar hukum, maksud dan tujuan, pembatasan
modul serta sistematika modul.
BAB II : PENGGUNAAN MODUL
Pada bab ini menjelaskan segmentasi sumber daya yang akan
diberikan pelatihan, instruktur sumber daya yang akan
memberikan pelatihan, waktu, bahan ajar, standar kompetensi
yang di harapkan.
BAB III : PERHITUNGAN DAN PENETAPAN TARIF AIR MINUM
Pada bab ini menjelaskan langkah-langkah dalam menentukan
tarif batas atas dan batas bawah oleh Provinsi serta perhitungan
dan penetapan Tarif Air Minum di Kabupaten/Kota untuk
mencapai FCR.
BAB IV: EVALUASI BUMDAM
Pada bab ini menjelaskan tentang tata cara evaluasi dan analisis
BUMDAM oleh Gubernur terhadap BUMDAM Kabupaten/Kota
diwilayah kerjanya jika tidak FCR dan 3 tahun berturut-turut tidak
mencapai FCR.
6
BAB II
PENGGUNAAN MODUL
2.1 Segmen
Segmen adalah “pengguna dari negara atau kota tertentu”. Segmen
dalam modul ini merupakan Sumber Daya yang akan diberikan pelatihan yaitu
Pemerintah Daerah dan Perusahaan Umum Daerah (PERUMDA)/BUMDAM
(BUMD Air Minum). Model pengusahaan Sistem Pengelolaan Air Minum
(SPAM) yang dikelola oleh BUMD Air Minum, setidak-tidaknya terbagi menjadi:
a Dikelola Sendiri
Adalah model pengelolaan SPAM oleh BUMDAM dengan mengandalkan
seluruh Sumber Daya Internal, BUMDAM, Pemerintah Kabupaten/Kota
dan Pemerintah Provinsi.
b Dikelola Dengan Kerjasama
Adalah model pengelolaan SPAM oleh BUMD Air Minum melalui
kerjasama dengan pihak ke tiga.
2.2 Instruktur
Instruktur yang memberikan pelatihan pada modul ini yaitu:
1. Unsur Aparatus pada Direktorat Jenderal Bina Keuangan Daerah
mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang pembinaan Keuangan Daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2. Unsur Aparatus Ditjen Bina Pembangunan Daerah utamanya terkait dengan
Kebijakan Perencanaan Pembangunan Daerah Bidang Air Minum (RPJMD,
RKPD dan Renstra PD serta Dokumen RISPAM dan RAD-AMPL).
3. Unsur Aparatus Pemerintahan Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Yang
terkait dengan pengelolaan SPAM.
2.3 Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada
jumlah minggu efektif dan alokasi waktu materi per minggu dengan
mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat
kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang
7
dicantumkan dalam pelatihan merupakan perkiraan waktu rata-rata untuk
menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang
beragam. Tutor perlu pula menentukan alokasi waktu untuk kegiatan tutorial
dan tugas mandiri.
Kebutuhan waktu pelatihan akan bergantung pada obyek capacity
building dan bentuk cara penyampaiannya, misalkan; Materi teknis
disampaikan dengan cara pelatihan atau focus group discussion (FGD)
minimal dengan waktu yang dibutuhkan 25 JP kepada petugas teknis; Materi
umum dan kebijakan disampaikan dengan cara workshop atau lokakarya atau
sosilaisasi dengan waktu dibutuhkan lebih kurang 10 JP kepada para
pengambil keputusan.
2.4 Bahan Ajar
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk
membantu instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar atau
pelatihan. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan
tidak tertulis.
Bahan tertulis berupa Undang-undang dan Peraturan-Peraturan
turunannya, Kajian Kebijakan, Jurnal Ilmiah. Undang-Undang adalah
Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat
dengan persetujuan bersama Presiden. Peraturan turunannya meliputi
Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden dan Peraturan Menteri juga
Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis yang dapat berupa Peraturan
Menteri ataupun Peraturan Dirjen. Kebijakan adalah rangkaian konsep dan
asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak. Kajian adalah hasil dari
penyelidikan terhadap sesuatu hal. Jadi Kajian kebijakan bisa dimaknai
sebagai hasil dari penyelidikan ataupun penelitian dari suatu kebijakan publik.
Jurnal adalah tulisan yang dibuat oleh orang yang kompeten dalam bidangnya,
dan diterbitkan oleh sebuah instansi maupun lembaga. Artikel yang ditulis
untuk jurnal biasanya akan direview oleh pakar di bidang studi tertentu sesuai
dengan topik yang ditulis dalam artikel. Risalah adalah laporan atau catatan
mengenai suatu hal yang telah dibicarakan dan diputuskan dalam suatu rapat.
8
Bahan yang tidak tertulis berupa Sharing Session, Film Dokumenter dan
materi tayang lainnya. Sharing Session adalah kegiatan mengobrol santai dan
berbagi pengalaman antara audien dengan praktisi atau profesional di bidang
tertentu. Film dokumenter adalah jenis film yang biasanya disajikan dalam
bentuk fakta dan data. Artinya dalam film dokumenter maka yang
didokumentasikan adalah suatu kenyataan atau tidak ada cerita fiktif. Materi
tayang lainnya bisa berupa slide infocus, papan plano, atau alat peraga.
2.5 Standar Kompetensi Yang Di Harapkan
Kompetensi adalah kemampuan seseorang dalam melaksanakan suatu
aktivitas merujuk pada beberapa karakteristik, baik yang bersifat dasar,
pengetahuan, keterampilan maupun perilaku dengan tingkat kemampuan
yang dapat berubah-ubah, tergantung sejauh mana pengetahuan,
keterampilan, maupun perilaku tersebut diasah. Penerima manfaat terkait
dengan penetapan tarif.
Pada kegiatan pelatihan ini maka standar kompetensi yang dikehendaki
adalah peserta pelatihan memiliki kemampuan kognitif program dan
kemampuan manajerial. Kemampuan kognitif adalah konstruksi proses
berpikir dalam hal mengingat, pemecahan masalah, dan pengambilan
keputusan. Atas dasar kemampuan koginitif tersebut maka peserta pelatihan
diharapkan mampu memberikan ulasan pada muatan bidang air minum dalam
dokumen perencanaan pembangunan daerah (RPJMD, RKPD dan Renstra PD),
mampu memahami RISPAM dan RAD-AMPL, serta mampu memahami
implementasi Permendagri No. 70 Tahun 2016 tentang Pedoman Pemberian
Subsidi dari Pemda Kepada BUMD Penyelenggara SPAM dan Permendagri No.
21 Tahun 2020 tentang Perhitungan dan Penetapan Tarif Air Minum.
9
BAB III
10
Proses penyusunan dan penetapan Tarif Air Minum dilakukan melalui proses yang cukup panjang. Proses penyusunan dan
penetapan Tarif Air Minum dapat di lihat berdasarkan diagram alir sebagai berikut:
11
Alur Perhitungan dan Penetapan Tarif Air Minum ada 3 tahapan yaitu;
1. Pemprosesan Data
2. Proses Proyeksi & Simulasi
3. Proses Sosialiasi dan Pengesahan
Pemprosesan Data sampai dengan Proses Sosialisasi dan Pengesahan
terdiri dari:
1. Data Awal (laporan teknis, Neraca, Rekening Air, SK Tarif)
2. Input Data
3. Asumsi Perhitungan Untuk Proyeksi Keuangan
4. Cek Ulang (FCR/Tidak)
5. Konsultasi Dewan Pengawas, Konsultasi Publik, Serta Persetujuan Kepala
Daerah
6. Usulan Tarif dilaporkan kepada Kementerian Dalam Negeri
12
Pada tata cara pemprosesan data yaitu:
a. Data Awal
Pada tahap awal pada proses penyusunan tarif terlebih dahulu menyiapkan
data awal yaitu laporan hasil kegiatan operasional tahun lalu yang tentunya
telah di audit baik oleh BPK, BPKP ataupun auditor independen yang meliputi
Audit Keuangan dan Audit Kinerja, Rekapitulasi Laporan Ikhtisar Rekening Air
dan SK Tarif terakhir Gubernur berdasarkan penetapan besaran tarif batas
bawah dan batas atas air minum Kabupaten/Kota Se-Provinsi. Pada tahap ini
BUMD Air Minum perlu melakukan identifikasi masing-masing pelanggan
berdasarkan kelompoknya sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 21 tahun 2020 Pasal 9.
b. Input Data
Input data dapat diperoleh setelah data yang dibutuhkan telah lengkap
Adapun data yang dibutuhkan data yang dimaksud adalah laporan keuangan,
jumlah pemakaian air per kelompok pelanggan sampai dengan jumlah
pelanggan dan pemakaian per blok. Dari hasil input data tersebut maka akan
dapat dievaluasi rata-rata harga air, rata-rata biaya maupun analisis keuangan
lainnya yang dibutuhkan manajemen, yang dapat digunakan sebagai asumsi
dasar untuk proses selanjutnya. Pada tahap ini dapat dilakukan mulai bulan
April dan setelah adanya audit baik audit keuangan maupun audit kinerja.
13
Untuk lebih rinci Langkah-langkah pemprosesan data dapat dilihat pada tabel berikut:
I. Tahap Pemprosesan Data
Tabel 3. 1 Langkah-Langkah Pemprosesan Data
Pelaku
No Aktivitas PDAM Dewan Kepala Output Keterangan
Pengawas Daerah
1 Mulai Pembentukan tim internal
2 Pengumpulan Menyiapkan data awal yaitu laporan hasil kegiatan operasional yang
Data Awal telah dia audit oleh BPK, BPKP / Auditor Independen yang meliputi
Audit Keuangan, Audit Kinerja, Rekapitulasi Laporan Ikhtisar Rekening
Air dan SK Tarif terakhir Gubernur berdasarkan Penetapan Batas Bawah
dan Batas Atas Air Minum Kab/Kota Se-Provinsi. Pada tahap ini
BUMDAM Perlu melakukan identifikasi masing2 pelanggan berdasarkan
kelompoknya.
3 Penginputan Input data dapat diperoleh setelah data yang dibutuhkan telah lengkap.
Data Data yang dimaksud yaitu laporan keuangan, jumlah pemakaian air per
kelompok pelanggan, jumlah pelanggan dan pemakaian air per blok.
Dari hasil input data tsb maka akan dapat dievaluasi rata-rata harga
air, rata-rata biaya maupun analisis keuangan. Yang dapat digunakan
sebagai asumsi dasar untuk proses selanjutnya. Pada tahap ini dapat
dilakukan pada bulan April dan setelah adanya audit, baik audit
keuangan maupun audit kinerja.
14
3.2 Perhitungan Tarif
Keterangan:
UMK: Upah Minimum Kabupaten (disesuaikan masing-masing daerah)
Tarif batas atas: tidak melampaui 4% dari pendapatan masyarakat
Tarif batas bawah: perhitungan tarif rata-rata sama dengan biaya dasar
15
b. Tarif dasar adalah tarif yang nilainya sama atau ekuivalen dengan
biaya dasar.
c. Tarif penuh adalah tarif yang nilainya lebih tinggi dibanding biaya
dasar.
d. Tarif kesepakatan adalah tarif yang nilainya dihitung berdasarkan
kesepakatan antara BUMD dan pelanggan.
e. Tarif Rata-rata adalah total pendapatan tarif dibagi total volume air
terjual.
Pelanggan BUMD dikelompokkan menjadi 4 yaitu sebagai berikut:
1. Kelompok I
Menampung jenis-jenis pelanggan yang membayar tarif rendah untuk
memenuhi standar kebutuhan pokok air minum. Sub jenis pelanggan yang
masuk kelompok ini adalah Pelanggan Sosial seperti Tempat Ibadah,
Sekolah maupun Panti Sosial, Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
dan untuk kepentingan Pendidikan dan Sosial.
2. Kelompok II
Menampung jenis-jenis pelanggan yang membayar tarif dasar untuk
memenuhi standar kebutuhan pokok air minum sehari-hari. Pada umumnya
jenis pelanggan yang masuk kelompok ini adalah pelanggan rumah tangga
kecil dan menengah ataupun rumah tangga besar. Ketentuan membayar
tarif dasar dikecualikan bagi pelanggan rumah tangga yang menggunakan
air minum diatas kebutuhan dasar maka diberlakukan pembayaran tarif
penuh.
3. Kelompok III
Kelompok ini menampung jenis pelanggan yang mendukung kegiatan
perekonomian dengan membayar tarif penuh. Pada umumnya jenis
pelanggan yang masuk kelompok ini adalah pelanggan Non Domestik yang
bersifat komersial, Ruko untuk tempat usaha, Rumah Sakit ataupun
instansi baik pemerintah maupun swasta.
4. Kelompok Khusus
Khusus menampung jenis-jenis pelanggan yang membayar tarif
berdasarkan kesepakatan yang dituangkan dalam perjanjian. Kelompok ini
16
merupakan pelanggan yang akan mendistribusikan air minum kepada pihak
lain. Pada kelompok ini dapat digolongkan lagi menjadi Kelompok Khusus
Komersial diberlakukan paling rendah sama dengan tarif penuh dan
Kelompok Khusus Non Komersial diberlakukan paling rendah sama dengan
tarif dasar, jika BUMD diberlakukan tarif berdasarkan tarif kesepakatan
yang telah dituangkan dalam perjanjian kerja sama.
Tabel 3. 2 Contoh Kelompok Pelanggan
Blok Konsumsi
Pelanggan Blok I Blok II Blok…
0-10 11-20 >20
Kelompok I
Sosial 1
Sosial 2
Dst..
Kelompok II
Domestik 1
Domestik 2
Dst..
Kelompok III
Komersil 1
Komersil 2
Dst..
Kelompok Khusus
Non
Komersial
Komersial
17
Gambar 3. 4 Tata Cara Proyeksi Dan Simulasi
Pada tahap ini BUMD Air Minum melakukan proyeksi dan simulasi dengan
menggunakan asumsi dasar yang telah diperoleh dari hasil input data yang
terdiri dari:
1. Proyeksi beban usaha
Proyeksi beban usaha dapat dilakukan dengan cara memperhatikan
historis rata-rata kenaikan masing-masing beban usaha dan juga
dengan memperhatikan kebijakan menajemen ataupun tingkat inflasi.
Seperti contoh, proyeksi beban tenaga kerja, tentunya kenaikan biaya
tenaga kerja atas pertimbangan manajemen. Namun beban bahan kimia
tentunya akan berubah tergantung dari volume produksi air yang
direncanakan.
2. Proyeksi produksi dan distribusi air
Proyeksi produksi diperhitungkan berdasarkan data historis dan
ditambah dengan rencana penambahannya bila kapasitas yang dimiliki
masih memungkinkan, dan dapat juga ditambahkan dengan rencana
penambahan produksi yang melalui kerjasama dengan pihak ke tiga.
18
3. Proyeksi penambahan jumlah pelanggan
Proyeksi penambahan pelanggan dibuat berdasarkan hasil evaluasi
bidang teknik yang meliputi kapasitas produksi dan distribusi dengan
memperhatikan pertumbuhan penduduk serta rencana lokasi pelayanan
untuk penambahan pelanggan.
4. Proyeksi Rata-rata konsumsi air per pelanggan
Proyeksi rata-rata konsumsi air pelanggan ataupun per kelompok
pelanggan per bulan disesuaikan dengan kemampuan perusahaan
dalam pendistribusian air kepada pelanggan dengan memperhatikan
jam operasi dan kapasitas yang dimiliki, dan tentunya juga dilihat data
historis dari rekapitulasi rekening air tahun lalu.
5. Dari proyeksi perhitungan rata-rata pemakaian air tersebut akan didapat
proyeksi volume penjualan air yaitu dengan cara mengkalikan jumlah
pelanggan dengan rata-rata konsumsi air per bulan, dengan rumusan :
Jumlah Pelanggan x Rata-rata pemakaian air x 12 bulan.
6. Proyeksi pendapatan harga air
Proyeksi pendapatan dari harga air masing-masing kelompok pelanggan
akan dapat diperoleh hasilnya bila proyeksi volume penjualan air telah
didapat, dengan rumusan jumlah air terjual per kelompok dikalikan
dengan masing-masing kelompok tarif seperti contoh :
Kelompok I : Jumlah air terjual pada Kelompok I x Tarif Rendah
Kelompok II : Jumlah air terjual pada Kelompok II x Tarif Dasar
Kelompok III : Jumlah air terjual pada Kelompok III x Tarif Penuh
19
Untuk lebih rinci tata cara proyeksi dan simulasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. 3 Tata Cara Proyeksi dan Simulasi
Pelaku
No Aktivitas PDAM Dewan Kepala Daerah Output Keterangan
Pengawas
1 Proyeksi dan Pada tahap ini BUMD Air Minum
Simulasi melakukan proyeksi dan simulasi
dengan menggunakan asumsi dasar
yang telah diperoleh dari hasil input
data yang terdiri dari Proyeksi Beban
Usaha, Volume Produksi Air,
Kehilangan Air Riil, Proyeksi Produksi
dan Distribusi Air, Proyeksi Jumlah
Pelanggan, Proyeksi Rata-Rata
Konsumsi Air Per Pelanggan, Proyeksi
Pendapatan Harga Air
2 Cek Ulang Pada tahap ini dilakukan Pengecekan
Ulang Tarif Apakah FCR atau tidak
20
Tarif Rendah,Tarif Dasar dan Tarif Penuh tersebut didapat dari hasil
perhitungan dengan metode perhitungan sebagaimana terlihat pada
tabel berikut:
Tabel 3. 4 Contoh Perhitungan Tarif
JUMLAH
NO URAIAN SATUAN PERIODE NOTASI FORMULA
(2019)
1 BIAYA DASAR
Biaya Sumber Air
a1 Rp./Thn 5.879.174.637 2019 BOP Jml beban O & M
Biaya Pengolahan Air
a2 Rp./Thn 5.545.612.266 2019 BOP Jml beban O & M
Biaya Transmisi Distribusi
a3 Rp./Thn 3.560.955.586 2019 BOP Jml beban O & M
Biaya Umum & Administrasi
a4 Rp./Thn 8.249.243.002 2019 BOP Jml beban O & M
Jumlah Biaya Operasi &
Pemeliharan 23.234.985.491 2019 Σ BOP
Biaya Depresiasi &
b Biaya Depresiasi/Amortisasi Rp./Thn 15.553.374.959 2019 BDA Amortisasi
Beban Bunga
c Biaya Bunga Pinjaman Rp./Thn - 2019 BBP (keuangan)
Jml beban adm-Umum
d Biaya Operasi Lainnya Rp./Thn 2019 BOPL tdk termasuk Dep,
1.539.945.603
Amor & Bunga
TBU = BOP + BDA +
Total Biaya Usaha (TBU) Rp./Thn 40.328.306.053 2019 TBU BBP + BOPL
f Dikalikan dengan faktor inflasi %/ Thn 6% 2020 I (1 + i)
Perkiraan TBU pada periode YTBU = TBU * (1 + i)
(Y-X)
g tarif Rp./Thn 42.748.004.416 2020 YTBU
Tabel di atas menjelaskan bagaimana cara menghitung tarif biaya dasar, tarif
dasar, tarif rendah, tarif penuh dan tarif khusus dalam Formula perhitungan
tarif berdasarkan Permendagri No 21 Tahun 2020 yang terlampir di lampiran 1
hal 1-1. Dalam melakukan simulasi tarif secara progresif BUMD Air Minum dapat
menggunakan data dasar dari daftar rekening yang akan ditagih (DRD) untuk
22
mengetahui pola konsumsi air pelanggan per blok pemakaian. Bila dari
perhitungan proyeksi dan simulasi belum menunjukkan hasil pemenuhan biaya
(Full Cost Recovery) maka dapat dilakukan beberapa hal yaitu merubah struktur
kelompok pelanggan seperti menambah kembali sub kelompok pelanggannya.
Misalnya semula hanya 2 jenis Rumah Tangga, dapat ditambah menjadi 3 jenis
Rumah Tangga.
a. Merubah struktur Blok Pemakaian yaitu merubah kebijakan blok
pemakaian yang semula blok ke dua dan seterusnya adalah 10 m3
menjadi 5 m3, misalnya semula 0 - 10, 11 - 20, 20 dst, menjadi 0 -10,
11-15 dan 15 - seterusnya.
b. Peninjauan/pengecekan kelompok pelanggan untuk reklasifikasi
pelanggan.
c. Simulasi merubah indeks perhitungan progresivitas tiap blok pada
masing-masing kelompok pelanggan sesuai dengan kondisi daerahnya.
23
Tabel 3. 6 Reklasifikasi Pelanggan Domestik
No Parameter/Nilai 1 2 3 4
≤ 100 101-200 201-300
1 Luas Tanah m2 m2 m2 > 300 m2
Perumahan
Mewah /
Kawasan
Kawasan
Gang Tertata Perumahan
Niaga /
3 Lokasi Bangunan /Kumuh Baik Tertata
Perkantoran/
Baik
Kawasan
Industri
Batako
Semi Tembok
Papan Belum
4 Dinding Bangunan Permanen Beton
Plester
Tegel /
Tanah / Cor / Keramik /
Ubin / Jati,
5 Lantai Bangunan Papan Plester Marmer
Dsb
Beton
Tanpa Kayu /
Besi Kombinasi
6 Pagar Bangunan Pagar Bambu
Besi
No Parameter/Nilai 1 2 3 4
Jalan
≤ 3 m2 Lingkungan Jalan Kab Jalan Prov /
7 Lokasi Jalan / Komplek Negara
Hunian +
Ruko
Hunian + Usaha
Hunian Tanpa
9 Fungsi Kios Kecil Menggunakan
Usaha
Air
24
No Parameter/Nilai 1 2 3 4
Motor > 1
Tidak Motor 1 Motor / Mobil
Pemilik Unit / Ada
10 Ada Unit >1
Kendaraan Mobil 1
25
A. Dasar Kebijakan Penetapan Tarif
Dasar kebijakan Perhitungan dan penetapan Tarif Air Minum didasarkan
pada:
a. Keterjangkauan dan keadilan
Keterjangkauan adalah bahwa penetapan tarif untuk standar
kebutuhan pokok air minum disesuaikan dengan kemampuan
membayar pelanggan yang berpenghasilan sama dengan Upah
Minimum Provinsi (UMP), serta tidak melampaui 4% (empat persen)
dari pendapatan masyarakat pelanggan. Kemudian penetapan tarif
untuk standar kebutuhan pokok air minum bagi masyarakat
berpenghasilan rendah diberlakukan tarif setinggi-tingginya sama
dengan tarif rendah. Keadilan dalam menetapkan Tarif Air Minum
dapat dicapai melalui:
1) Penerapan tarif differensiasi dengan subsidi silang antar kelompok
pelanggan
2) Penerapan tarif progresif dalam rangka mengupayakan
penghematan penggunaan air minum.
3) Masyarakat berpenghasilan rendah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) hurub b lebih lanjut diatur dalam peraturan kepala daerah
mutu pelayanan sebagaimana dimaksud pasal 2 huruf b dilakukan
melalui penetapan tarif yang mempertimbangkan keseimbangan
dengan tingkat mutu pelayanan yang diterima oleh pelanggan.
4) Pemulihan biaya
Pemulihan biaya bertujuan untuk menutup kebutuhan operasional
dan pengembangan pelayanan air. Pemulihan biaya diperoleh dari
hasil perhitungan tarif rata-rata minimal sama dengan biaya dasar.
Sedangkan pemulihan biaya untuk pengembangan pelayanan air
minum diperoleh dari hasil perhitungan tarif rata-rata untuk
menutup biaya penuh. Biaya penuh termasuk didalamnya adalah
keuntungan yang wajar berdasarkan rasio laba terhadap aktiva
yaitu paling sedikit sebesar 10% (sepuluh persen).
26
5) Efisiensi pemakaian air
Efisiensi pemakaian air dan perlindungan air baku dilakukan
melalui pengenaan tarif progresif. Tarif progresif tersebut
diperhitungkan melalui penetapan blok konsumsi yang dikenakan
kepada pelanggan dengan konsumsinya melebihi standar
kebutuhan pokok air minum.
6) Tranparansi dan akuntabilitas
Transparansi dan akuntabilitas diterapkan dalam proses
perhitungan dan penetapan tarif. Transparansi dilakukan antara
lain dengan:
a) menjaring aspirasi pelanggan yang berkaitan dengan rencana
perhitungan serta penetapan tarif;
b) menyampaikan informasi yang berkaitan dengan rencana
perhitungan tarif kepada pelanggan. Sedangkan akuntabilitas
dalam perhitungan dan penetapan Tarif Air Minum diukur jika
perhitungan dan penetapan dapat dipertanggung jawabkan
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
B. Mekanisme dan Prosedur Penetapan Tarif
Mekanisme dan Prosedur Penetapan Tarif diatur dalam Permendagri 71
Tahun 2016 dan 21 Tahun 2020. Dalam peraturan tersebut terdapat
beberapa tahapan mekanisme dan prosedur penetapan tarif, meliputi:
1. Kepala daerah menetapkan Tarif Air Minum paling lambat bulan
November setiap tahun.
2. Dalam perhitungan dan penetapan tarif berdasarkan keterjangkauan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) dan pemulihan biaya
sebagaimana dimaksud dalam pasal 5, kepala daerah mempedomani
tarif batas atas dan tarif batas bawah sebagaimana dimaksud dalam
pasal 7A.
3. Penetapan Tarif Air Minum sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
disampaikan kepada menteri.
4. Kepala daerah dapat mendelegasikan penetapan tarif kesepakatan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 huruf d kepada direksi
27
5. Penetapan tarif kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
oleh direksi dilakukan dengan persetujuan dewan pengawas/komisaris.
6. Dewan Pengawas/Komisaris melakukan evaluasi rancangan tarif
sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 ayat (2) paling lambat bulan
agustus.
7. Rancangan tarif hasil evaluasi sebagaimana dimaksud ayat (1)
dikonsultasikan dengan wakil atau forum pelanggan melalui berbagai
media komunikasi untuk mendapatkan umpan balik.
8. Hasil konsultasi publik pada ayat (2) dibahas bersama dengan dewan
pengawas dan selanjutnya rancangan tarif diajukan secara tertulis
kepada Kepala Daerah melalui Dewan Pengawas/Komisaris.
9. Rancangan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan
kepada kepala daerah paling lambat bulan oktober untuk selanjutnya
ditetapkan paling lambat bulan November.
10. Dalam hal Kepala Daerah memutuskan tarif lebih kecil dari usulan tarif
yang diajukan direksi sebagaimana dimaksd pada ayat (4) yang
mengakibatkan tarif rata-rata tidak tercapainya pemulihan biaya
secara penuh (Full Cost Recovery) Pemerintah Daerah wajib
menyediakan kebijakan subsidi untuk menutup kekurangannya melalui
APBD.
11. Kebijakan subsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) disampaikan
kepada Menteri.
12. Direksi melakukan sosialisasi keputusan besarnya tarif kepada
masyarakat pelanggan melalui media massa atau media online secara
efektif.
Diagram alur proses sosialisasi dan pengesahan tarif pada poin 8-12
sebagai berikut:
28
Gambar 3. 5 Tahap Proses Sosialisasi dan Pengesahan Tarif
29
Untuk lebih rinci tahap proses sosialiasi dan pengesahan tarif dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3. 8 Tahap Proses Sosialiasi dan Pengesahan Tarif
Pelaku
No Aktivitas PDAM Dewan Kepala Publik Menteri Output Keterangan
Pengawas Daerah Dalam
Negeri
1 Konsultasi Pada tahap ini PDAM Melakukan
Dewan Konsultasi dengan Dewan
Pengawas Pengawas/Komisaris terkait rancangan
tarif serta Dewan Pengawas melakukan
evaluasi rancangan tarif, menghasilkan
draft penetapan tarif kesepakatan oleh
direksi dilakukan dengan persetujuan
dewan Pengawas/Komisaris
2 Konsultasi Pada tahap ini Hasil konsultasi publik
Publik dibahas bersama dengan dewan
pengawas dan selanjutnya rancangan
tarif diajukan secara tertulis kepada
Kepala Daerah melalui Dewan
Pengawas/Komisaris
3 Persetujuan Pada tahap ini rancangan tarif diajukan
Kepala secara tertulis kepada Kepala Daerah
Daerah melalui Dewan Pengawas/Komisaris,
Pembuatan SK tentang Struktur &
Besaran Tarif, Penandatanganan
Persetujuan Terhadap Dokumen Usulan
Tarif & Subsidi oleh Kepala Daerah
4 Menteri SK tentang Struktur & Besaran Tarif
Dalam disampaikan Kepada Menteri Dalam
Negeri Negeri
30
BAB IV
EVALUASI BUMDAM
32
Gambar 4. 1 Alur Evaluasi BUMD Air Minum
33
Tabel 4. 1 Tahapan Evaluasi
No Pelaku
Gubernur/Karo Bupati/Walikota BUMDAM Output Keterangan
Perekonomian
1 Pengumpulan (1). Pada tahap ini Gubernur dan atau Karo Perekonomian
Data mengumpulkan data (Laporan Teknik Operasional SPAM, Neraca,
Laba Rugi, Ikhtisar Rekening Air, SK Tarif Air Minum) BUMDAM
Kab/Kota diwilayah kerjanya. (2). BUMDAM Menyiapkan data
yang dibutuhkan (3). Ouput berupa kompilasi data keuangan dan
teknis
2 Identifikasi Pada tahap ini diketahui BUMDAM Kab/Kota yang FCR dan tidak
Data FCR serta tidak FCR tiga kali Berturut-turut.
3 Analisis Pada tahap ini untuk yang tidak FCR di rekomendasikan kepada
Kelayakan Bupati/Walikota untuk restrukturisasi internal yaitu Keuangan
(Penyusunan Ulang, Komposisi Modal/Subsidi) Manajemen
Usaha (Penyusunan Ulang Komposisi Manajemen, Struktur Organisasi),
Operasional & SOP (Penyusunan Ulang Sistem Operasional, Jam
Kerja, dll). Untuk BUMDAM yang 3 tahun berturut-turut tidak FCR
dilakukan Analisa kelayakan usaha dengan menggunakan
Kepmendagri 47 Tahun 1999 dengan menggunakan 3 Aspek
penilaian kinerja (Keuangan, Operasional, Administrasi), dengan
masing-masing aspek terdiri dari 10 indikator.
4 Rekomendasi Setelah dilakukan Analisa kelayakan usaha dan penilaian kinerja
Gubernur akan memberikan rekomendasi yaitu pilihan pertama
Kerjasama, kedua penggabungan dengan BUMD Air Minum
lainnya dan atau BUMD Air Limbah. Pilihan ketiga menyesuaikan/
mengalihkan pelayanan penyediaan Air Minum dengan
menerapkan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), atau menjadi
Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD).
34
4.1.1 Penilaian Kinerja Berdasarkan Kepmendagri Nomor 47
Tahun 1999
Dalam pelaksanaan evaluasi BUMD Air Minum sebagaimana
ditetapkan dalam Kepmendagri Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pedoman
Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum. Penilaian kinerja BUMD Air
Minum tersebut digunakan 3 (tiga) indikator mencakup aspek keuangan,
aspek operasional, dan adminsitrasi. Bobot pada aspek keuangan adalah
sebesar 45%, aspek operasional sebesar 40%, dan pada bobot aspek
administrasi sebesar 15%. Hasil penilaian 3 (tiga) aspek tersebut
dikelompokkan dalam 3 (tiga) kategori kinerja BUMD Air Minum yaitu:
Tabel 4. 2 Kategori Penilaian Kinerja BUMD Air Minum
Nilai Klasifikasi
Di atas 75 Baik Sekali
Di atas 60 sampai dengan 75 Baik
Di atas 45 sampai dengan 60 Cukup
Di atas 30 sampai dengan 45 Kurang
Kurang dari atau sama dengan 30 Tidak Baik
Sumber: Keputusan Menteri Dalam Negri No. 47 tahun 1999
35
Tabel 4. 3 Aspek Keuangan
No Rasio Keterangan Nilai
1 Rasio laba terhadap Labasebelum pajak 1-5
aktiva produktif x100%
Aktivaproduktif
2 Rasio laba terhadap Laba sebelum pajak 1-5
penjualan x100%
Penjualan produk
3 Rasio aktiva lancar Aktivalancar 1-5
terhadap utang Utang lancar
lancar
(Likuiditas)
4 Rasio utang jangka Utang jangka panjang 1-5
panjang terhadap Ekuitas
ekuitas (Debt to
Equity
Ratio)
5 Rsio total aktiva Total aktiva 1-5
terhadap tital utang Total utang
(Solvabilitas)
6 Rasio biaya operasi Biaya Operasi 1-5
terhadap pendapatan Penjualan produk
operasi (Operating
Ratio)
7 Rasio laba operasi Laba Operasi sebelum Biaya Penyusutan 1-5
sebelum biaya (Angsuran Pokok +Bunga) Jatuh Tempo
penyusutan terhadap
angsuran pokok dan
bunga jatuh tempo
8 Rasio aktiva produktif Aktiva Produktif 1-5
terhadap penjualan Penjualan Air
air
9 Jangka waktu Piutang Usaha 1-5
penagihan piutang Jumlah Penjualan / hari
10 Efektifitas Penagihan Rekening Tertagih 1-5
Penjualan Air
Sumber: Keputusan Menteri Dalam Negri No. 47 tahun 1999
2. Aspek Operasional
Cakupan pelayanan, kualitas air distribusi, kontinuitas air, produktivitas
pemanfaatan instalasi produksi, kehilangan air, peneraan meter air,
kecepatan penyambungan baru, kemampuan penanganan pengaduan
rata-rata perbulan, kemudahan pelayanan, rasio karyawan per 1000
pelanggan.
36
Tabel 4. 4 Aspek Operasional
No Rasio Keterangan Nilai
1 Cakupan Jumlah Penduduk Terlayani 1-5
pelayanan x100%
Jumlah Penduduk
2 Kualitas -Memenuhi syarat air minum 1-3
distribusi air -Memenuhi syarat air bersih
-Tidak memenuhi syarat
3 Kontinuitas air -Semua pelanggan mendapat aliran ait 24 jam 1-2
-Belum semua pelanggan mendapat aliran air 24 jam
4 Produktivitas Kapasitas Produksi 1-4
pemanfaatan x100%
Kapasitas Terpasang
5 Tingkat Jumlah m3 Air yang Didistribusikan yang Terjual 1-4
kehilangan X100%
air Jumlah m3 yang Didistribusikan
6 Peneraan Jumlah Pelanggan yang Meterainya di Tera 1-3
meter air x100%
Jumlah seluruh Pelanggan
7 Kecepatan -Kurang dari 6 hari 1-2
penyambunga -Lebih dari 6 hari
n air
8 Kemampuan Jumlah pengaduan yang telah selesai ditangani 1-2
penanganan x100%
Jumlahseluruh pengaduan
pengaduan
rata-rata
per- bulan
9 Kemudahan -Tersedia 1-2
Pelayanan -Tidak tersedia
10 Rasio Jumlah karyawan 1-2
karyawan x1000
Jumlah pelanggan
per-
1000
pelanggan
Sumber: Keputusan Menteri Dalam Negri No. 47 tahun 1999
3. Aspek Administrasi
Aspek administrasi terdiri dari beberapa rasio yaitu: Rencana jangka
panjang, rencana organisasi dan uraian tugas, prosedur operasi standar,
gambar nyata laksana, pedoman penilaian kerja karyawan, rencana kerja
dan anggaran perusahaan (RKAP), tertib laporan internal, tertib laporan
eksternal, opini auditor independent, tindak lanjut hasil pemeriksaan
tahun terakhir.
37
Tabel 4. 5 Aspek Administrasi
No Rasio Keterangan Nilai
1 Rencana jangka -Sepenuhnya dipedomani 1-4
panjang -Dipedomani sebagian
-Memiliki, belum dipedomani
-Tidak memiliki
2 Rencana organisasi dan -Sepenuhnya dipedomani 1-4
uraian tugas -Dipedomani sebagian
-Memiliki, belum dipedomani
-Tidak memiliki
3 Prosedur operasi stadar -Sepenuhnya dipedomani 1-4
-Dipedomani sebagian
-Memiliki, belum dipedomani
-Tidak memiliki
4 Gambar nyata laksana -Sepenuhnya dipedomani 1-4
-Dipedomani sebagian
-Memiliki, belum dipedomani
-Tidak memiliki
5 Pedoman penilaian -Sepenuhnya dipedomani 1-4
kerja karyawan -Dipedomani sebagian
-Memiliki, belum dipedomani
-Tidak memiliki
6 Rencana kerja dan -Sepenuhnya dipedomani 1-4
anggaran perusahaan -Dipedomani sebagian
(RKAP) -Memiliki, belum dipedomani
-Tidak memiliki
7 Tertib laporan internal -Dibuat tepat waktu 1-2
-Tidak tepat waktu
8 Tertib laporan eksternal -Dibuat tepat waktu 1-2
-Tidak tepat waktu
9 Opini auditor -Wajar tanpa pengecualian 1-4
independent -Wajar dengan pengecualian
-Tidak memberikan pendpat
-Pendapat tidak wajar
10 Tindak lanjut hasil -Tidak ada temuan 1-4
pemeriksaan tahun -ditindaklanjuti, seluruhnya selesai
terakhir -ditindaklanjuti, sebagian selesai
-Tidak ditindaklanjuti
Sumber: Keputusan Menteri Dalam Negri No. 47 tahun 1999
38
Aspek Bobot Jumlah Maksimum Nilai
Indikator
Administrasi 15 10 36
Jumlah 100 30 143
Sumber: Keputusan Menteri Dalam Negri No. 47 tahun 1999
Setelah diperoleh hasil dari perhitungan rasio dari ke 30 (tiga puluh)
indikator maka dapat dinilai dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Aspek Keuangan = Jumlah nilai yang diperoleh x Bobot
Maksimum nilai
= Jumlah nilai yang diperoleh x 45
60
Aspek Operasional = Jumlah nilai yang diperoleh x Bobot
Maksimum nilai
= Jumlah nilai yang diperoleh x 40
47
Aspek Administrasi = Jumlah nilai yang diperoleh x Bobot
Maksimum nilai
= Jumlah nilai yang diperoleh x 15
36
Nilai yang diperoleh dari penghitungan indikator masing-masing
aspeknya menurut Kepmendagri No. 47 tahun 1999, kemudian dijumlah.
Hasil dari penjumlahan setiap aspek dibagi maksimum nilai dikalikan bobot
setiap aspeknya. Hasil yang diperoleh dari penjumlahan nilai dari aspek
keuangan, aspek operasional dan aspek administrasi dapat digolongkan
dengan menggunakan klasifikasi kinerja PDAM dalam tabel berikut:
Tabel 4. 7 Klasifikasi Kinerja
Nilai Kinerja Kinerja
60 – 75 Baik
45 – 60 Cukup
40 – 45 Kurang
39
Nilai Kinerja Kinerja
40
Umum Daerah (BLUD), atau menjadi Unit Pelayanan Teknis Daerah
(UPTD). Diagram flowchart Restrukturisasi digambarkan sebagai berikut:
Start
Rekomendasi
Rekomendasi
Restrukturisasi Internal
Analisis Kelayakan Usaha
Keuangan
Aspek Keuangan
Manajemen
Aspek Operasional
Operasional
Aspek Administrasi
Restrukturisasi
Kerjasama
Merger/ Penggabungan
BLUD/UPTD
41
menginisiasi peraturan daerah pendirian, diwakili oleh Perangkat Daerah
yang melaksanakan pembinaan BUMD.
3. Restrukturisasi internal harus termuat dalam rencana bisnis BUMD dan
RKA BUMD tahun berkenaan.
4. Setelah restrukturisasi internal disetujui oleh KPM/RUPS, restrukturisasi
internal dilakukan oleh Direksi.
5. Jika pelaksanaan restrukturisasi internal tidak terdapat direksi dan atau
Dewan Pengawas /Komisaris, KPM/RUPS meminta kepala daerah yang
menginisiasi peraturan daerah pendirian untuk membentuk Tim
Restrukturisasi. Tim restrukturisasi terdiri dari unsur pemerintah daerah
dan unsur BUMD serta dapat dibantu unsur independent dan atau
tenaga ahli. Pengusulan tersebut melampirkan hasil evaluasi BUMD dan
Laporan Keuangan BUMD 5 Tahun terakhir. Restrukturisasi internal
meliputi:
a) Restrukturisasi portofolio/asset dilakukan dengan cara penyusunan
ulang portofolio perusahaan pada setiap asset, lini bisnis, divisi, unit
usaha, atau anak perusahaan.
b) Restrukturisasi modal atau keuangan dilakukan dengan cara
penyusunan ulang komposisi modal perusahaan.
c) Restrukturisasi manajemen atau organisasi dilakukan dengan cara
penyusunan ulang komposisi manajemen, struktur organisasi,
pembagian kerja, system operasional.
42
Untuk lebih rinci tahap restrukturisasi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4. 8 Tahapan Restrukturisasi
No Pelaku
Aktivitas Direksi Dewan Kepala Pemegang Output Keterangan
Pengawas Daerah Saham
1 Pembahasan Pada tahap ini membahas rencana restrukturisasi
Rencana dengan pemilik modal/pemegang saham yang
menginisiasi peraturan daerah pendirian, diwakili
Restrukturisasi oleh Perangkat Daerah yang melaksanakan
pembinaan BUMD, restrukturisasi harus termuat
dalam rencana bisnis BUMD dan RKA BUMD tahun
berkenaan.
2 Pengajuan Pada tahap ini pengajuan/pengusulan
/Pengusulan restrukturisasi untuk disetujui oleh dewan
Pengawas/Komisaris sebagai dasar pertimbangan
pengesahan oleh KPM/RUPS. Pengusulan
melampirkan hasil evaluasi BUMD dan Laporan
Keuangan BUMD 5 Tahun terakhir
3 Persetujuan Pada tahap ini setelah restrukturisasi internal
disetujui oleh KPM/RUPS, restrukturisasi internal
dilakukan oleh Direksi.
4 Pelaksanaan Jika pelaksanaan restrukturisasi internal tidak
Restrukturisasi terdapat direksi dan atau Dewan Pengawas
/Komisaris, KPM/RUPS meminta kepala daerah
yang menginisiasi peraturan daerah pendirian untuk
membentuk Tim Restrukturisasi. Tim restrukturisasi
terdiri dari unsur pemerintah daerah dan unsur
BUMD serta dapat dibantu unsur independent dan
atau tenaga ahli.
43
Dari hasil analisis kelayakan usaha kemudian dilakukan penggolongan
atau dilakukan kategorisasi dan skema rekomendasi yang diberikan
sebagaimana tertera dalam tabel dibawah ini:
Tabel 4. 9 Kategorisasi Hasil Evaluasi dan Skema Rekomendasi
Rekomendasi
No Hasil Evaluasi
Kerjasama Penggabungan BLUD/UPTD
1 Baik Sekali √
2 Baik √
3 Cukup √
4 Kurang √
5 Tidak Baik √
Ket: >75 Baik Sekali, 60-75 Baik, 45-60 Cukup, 40-45 Kurang, <=Tidak Baik
45
kegiatan teknis penunjang tertentu pada Dinas atau Badan Daerah. Kriteria
pembentukan UPTD Provinsi meliputi:
a) melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis
penunjang tertentu dari Urusan Pemerintahan yang bersifat
pelaksanaan dan menjadi tanggung jawab dari dinas/badan instansi
induknya;
b) penyediaan barang dan/atau jasa yang diperlukan oleh masyarakat
dan/atau oleh Perangkat Daerah lain yang berlangsung secara terus
menerus;
c) memberikan kontribusi dan manfaat langsung dan nyata kepada
masyarakat dan/atau dalam penyelenggaraan pemerintahan;
d) tersedianya sumber daya yang meliputi pegawai, pembiayaan, sarana
dan prasarana;
e) tersedianya jabatan fungsional teknis sesuai dengan tugas dan fungsi
UPTD yang bersangkutan;
f) memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam melaksanakan
Tugas Teknis Operasional tertentu dan/atau Tugas Teknis Penunjang
tertentu; dan
g) memperhatikan keserasian hubungan antara Pemerintah Provinsi
dengan Pemerintah Kabupaten/Kota.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 12 Tahun 2017 UPTD
provinsi dibedakan dalam 2 (dua) klasifikasi. Klasifikasi UPTD provinsi
terdiri atas: 1) UPTD provinsi kelas A untuk mewadahi beban kerja yang
besar; dan 2) UPTD provinsi kelas B untuk mewadahi beban kerja yang
kecil. Penentuan klasifikasi ditetapkan berdasarkan hasil analisis beban
kerja dengan ketentuan:
a. UPTD Provinsi Kelas A dibentuk apabila; lingkup tugas dan fungsinya
meliputi 2 (dua) fungsi atau lebih pada Dinas/Badan atau wilayah
kerjanya lebih dari 1 (satu) kabupaten/kota; dan. Jumlah jam kerja
efektif 15.000 (lima belas ribu) jam atau lebih per tahun.
b. UPTD Provinsi Kelas B dibentuk apabila; lingkup tugas dan fungsinya
hanya 1 (satu) fungsi pada dinas/badan atau wilayah kerjanya hanya
46
mencakup 1(satu) kabupaten/kota; dan jumlah jam kerja efektifantara
6.000 (enam ribu) jam sampai dengan kurang dari 15.000 (lima belas
ribu) jam per tahun.
Gubernur dapat menurunkan tipe UPTD dengan memperhatikan
kemampuan keuangan dan kondisi tertentu di daerah.
47
DAFTAR PUSTAKA
48
14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999 Tentang Pedoman
Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum.
15. Laporan Evaluasi Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tahun
Buku 2022
16. Buku Kinerja BUMD Air Minum Tahun 2022
49
LAMPIRAN
Lampiran 1 / Hal. 1 – 1
1 BIAYA DASAR
a Biaya Operasi & Pemeliharaa Rp./Thn X 2018 BOP Jumlah Biaya Operasi & Pemeliharaan
b Biaya Depresiasi/Amortisasi Rp./Thn X 2018 BDA Jumlah Biaya Depresiasi/Amortisasi
c Perkiraan TBU pada periode t Rp./Thn Y 2020 YTBU YTBU = TBU x (1 + i) (Y-X)
f Volume kehilangan air riil m3/Thn X 2018 VKAR VKAR = TKAR x VAP
2 TARIF DASAR
a Biaya Dasar Rp./m3 Y 2020 BD Data diambil dari hasil formula Nomor 1.g di atas
3 TARIF RENDAH
a Tarif Dasar Rp./m3 Y 2020 TD Data diambil dari hasil formula Nomor 2.b di atas
c Prosentase subsidi %/ Thn Y 2020 PSb Kebijakan subsidi Pemda? / Kebijakan subsidi silang antar pelanggan?
i Upah minimum
4 TARIF PENUH
a Tarif Dasar Rp./m3 Y 2020 no. 2.b. Data diambil dari hasil formula Nomor 2.b di atas
5 TARIF KHUSUS
a Tarif Khusus Non Komersial Rp./m3 Y 2020 TKnK Minimal sama dengan TD
b Tarif Khusus Komersial Rp./m3 Y 2020 TKK TKK = sesuai kesepakatan, minimal sama dengan TP
Keterangan:
1) Subsidi dapat diberikan secara variatif kepada pelanggan berbagai tingkatan Tarif Rendah, pada lokasi yang berbeda-beda;
sepanjang digunakan untuk memenuhi Standar Kebutuhan Pokok air minum.
2) Tarif Rendah merupakan Tarif yang ditetapkan lebih rendah dari Tarif Dasar yang didalamnya mengandung unsur Subsidi Silang.
Besarnya Subsidi ditetapkan sesuai kebijakan BUMDAMdan PEMDA setempat dengan memperhatikan kemampuan pelanggan.
Dengan demikian Tarif Rendah dapat bervariasi antar wilayah pelayanan dan nilainya kurang dari 100% Tarif Dasar.
3) Tarif Khusus diberlakukan secara variatif sesuai kesepakatan antara BUMDAMdan pelanggan Kelompok Khusus.
Lampiran 2 / Hal. 2 – 1
3
Tarif Batas Atas = Rp.12.000/m Tingkat Pemulihan Tarif (Cost
Recovery Level) = Rp.4.875/Rp.5.500
3
Tarif Rata-rata = Rp. 4.875 /m = 0.89
3 PERLU DISUBSIDI MINIMAL =
Tarif Batas bawah = Rp.5.500/m
5.500 X 1,1 – 4.875
Rp.1.175/m3 x 213.750 =
Rp.251.112.500/bln
Lampiran 3 / Hal. 3 – 1
3
Tarif Batas Atas = Rp.12.000/m Tingkat Pemulihan Tarif (Cost
3 Recovery Level)
Tarif Rata-rata = Rp. 6.987 /m
3
= Rp.6.987/Rp.5.500 = 1.27
Tarif Batas bawah = Rp.5.500/m
TIDAK PERLU DISUBSIDI
Lampiran 4 / Hal. 4 – 1
Batas
Batas Atas Bawah T. Rata Coverage Subsidi Estimasi Total
4% UMK Jika Air
/10 (Tdasar) (4)<(3) Terjual Subsidi
No Kab/Kota
(FCR)
Rp./m3 Rp./m3 Rp./m3 % Rp./m3 m3/thn Rp./m3
Tahun Tahun Tahun
Tahun X Tahun X+1 X+1 Tahun X X+1 X+1 Tahun X+1
(6)=(3)-
(1) (2) (3) (4) (5) (4) (7) (8)=(6)*(7)
Harga
T. Dasar Jual
Keterangan:
1 Kabupaten/Kota
2 Tarif Batas Atas yang ditetapkan Oleh Gubernur
3 Tarif Batas Bawah yang ditetapkan Oleh Gubernur
4 Tarif Rata-Rata
5 Presentasi besaran cakupan layanan air minum oleh BUMD yang menjadi kewajiban
6 Pemberian Subsidi yang berasal dari APBD
7 Estimasi Air Terjual
8 Total Subsidi
Lampiran 5 / Hal. 5 – 1
GUBERNUR XXXX
KEPUTUSAN GUBERNUR XXXX
NOMOR XXX / XX / X / 2023
TENTANG
PENETAPAN BESARAN TARIF BATAS BAWAH
DAN TARIF BATAS ATAS AIR MINUM KABUPATEN/KOTA
SE-PROVINSI XXXX DAERAH TAHUN 2023
GUBERNUR XXXXX,
Mengingat : 1.
2.
3.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : ………………………………………………………………………………………
Kesatu : ………………………………………………………………………………………
Kedua : ………………………………………………………………………………………
Ketiga : ………………………………………………………………………………………
LAMPIRAN KEPUTUSAN GUBERNUR XXX
NOMOR :
TANGGAL :
TENTANG : PENETAPAN BESARAN TARIF BATAS BAWAH DAN
TARIF BATAS ATAS AIR MINUM KABUPATEN/KOTA
SE-PROVINSI XXXX TAHUN 2023
TENTANG
TAHUN 2023
BUPATI XXXXX,
Menimbang: ………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………..
Mengingat: …………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
MEMUTUSKAN :
Menetapkan: ………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………….
Lampiran 7 / Hal. 7 – 1
KEPUTUSAN GUBERNUR ………………….
TENTANG
Menimbang: …………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
Mengingat: …………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
MEMUTUSKAN :
Menetapkan: ………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………….
Lampiran 8 / Hal. 8 – 1
….
Penilaian X 40 ….
2 Kinerja ….
Jumlah Maksimum
Aspek Bobot Indikator Nilai Administrasi = Jumlah Nilai yang Diperoleh
X Bobot
Keuangan 45 … … Maksimum Nilai
Operasional 40 … …
Administrasi 15 … … ….
X 15 ….
100 … … ….
PETUNJUK PERHITUNGAN NILAI KERJA PDAM BERDASARKAN KEPMENDAGRI NOMOR 47 TAHUN 1999
No. Uraian Penilaian Penjelasan
1 2 3 4
I Aspek Keuangan
1 Rasio Laba Terhadap Aktiva Produktif Laba >10% = 5 Laba Sebelum Pajak = Pendapat Operasi (Pendapatan
Sebelum Pajak x 100% >7%-10% = 4 Penjualan Air + Pendapatan Non Air)+
Aktiva Produktif >3%-7% = 3 Pendapatan Non Operasi - Biaya
>0%-3% = 2 Operasi (Biaya Langsung+ Biaya
<=0% = 1 Administrasi dan Umum) – Biaya Non
Aktifa Produktif Operasi
= Aktiva Lancar+ Investasi Jangka
Panjang+ Aktiva Tetap (Nilai Buku),
tidak termasuk Aktiva tetap dalam
penyelesaian
Bonus:
Rasio Laba thd Aktiva Produktif Tahun ini- >12% = 5 Peningkatan Rasio Laba terhadap Aktiva Produktif Tahun ini dibanding
Rasio Laba thd Aktiva Produktif Tahun lalu >9% - 12% = 4 Rasio Laba terhadap Aktiva Produktif Tahun Lalu
>6% - 9% = 3
>3% - 6% = 2
>0% - 3% = 1
Bonus: >12% = 5 Peningkatan Rasio Laba terhadap Penjualan Air Tahun ini dibanding
Rasio Laba thd Penjualan Tahun ini- >9% - 12% = 4 Rasio Laba terhadap Penjualan Air Tahun Lalu
Rasio Laba thd Penjualan Tahun lalu >6% - 9% = 3
>3% - 6% = 2
>0% - 3% = 1
3 Rasio Aktiva Lancar Thd Utang Lancar >1,75-2,00 = 5 Aktiva Lancar = Aktiva yang tingkat likuiditasnya paling
Aktiva Lancar >1,50-1,75 atau >2,00- = 4 lama 1 (satu) tahun
Utang Lancar 2,30 = 3 Aktiva Lancar terdiri dari Kas dan Bank, Investasi jangka Pendek,
>1,25-1,50 atau >2,30- = 2 Piutang Usaha, Piutang lain- lain,
2,70 = 1 persediaan, Pembayaran Di muka, Aktiva
>1,00-1,25 atau >2,70- Lancar Lainnya
3,00
<=1,00 atau >3,00 Utang Lancar = Kewajiban yang harus dibayar dalam
jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun
Utang Lancar terdiri dari Utang Usaha, Utang Lainnya, Biaya yang
belum dibayar, pendapatan diterima
dimuka, Pinjaman Jangka Pendek, Utang
Pajak, Bagian Utang Jangka Panjang
yang akan jatuh tempo, Titipan Retribusi,
Kewajiban Jangka Pendek Lainnya
Ekuitas
No. Uraian Penilaian Penjelasan
1 2 3 4
= Modal dan Cadangan terdiri dari
penyertaan Pemerintah yang belum
ditetapkan statusnya, Kekayaan pemda
yang dipisahkan, Penyertaan Pemerintah
Pusat, Modal Hibah, Selisih Penilaian
Kembali Akriva Tetap, Cadangan Tujuan,
Cadangan Umum, Laba yang belum
dibagikan (Akumulasi Kewrugian), Laba
(Rugi) Tahun Berjalan
9 Kemudahan Pelayanan
Service Point di Luar Kantor Pusat Tersedia = Tersedianya sarana penunjang dalam rangka memberikan kemudahan
Tidak Tersedia 2 pelayanan, baik untuk melakukan pembayaran maupun pengaduan
=
1