Anda di halaman 1dari 31

1.1.

UMUM
AKNOP adalah Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan yang memberikan
estimasi dan evaluasi dari kegiatan operasi dan pemeliharaan yang akan dikerjakan
sehingga metoda dan biaya dapat diatur dengan sebaik-baiknya.

Dimasa lalu besaran biaya operasi dan pemeliharaan sungai dan pantai mengacu pada
format dan penilaian dari masing-masing pengelola. Mulai dari perhitungan, formulasi dan
tata cara dalam menentukan biaya operasi dan pemeliharaannya berbeda-beda. Akibatnya
adalah beberapa usulan biaya operasi dan pemeliharaan tidak efektif dan efisien karena
dalam penentuannya hanya menggunakan estimasi sepihak saja. Hal ini menyebabkan sulit
dievaluasi kinerjanya.

1.2. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN


Kerangka Acuan Kerja telah memberikan gambaran umum permasalahan yang perlu
dipecahkan dalam pekerjaan ini. Dalam rangka menjaga kelangsungan sistem pengelolaan
sarana/prasarana bangunan air maka diperlukan program operasi dan pemeliharaan yang
efektif. Salah satu bentuknya adalah dengan melaksanakan kegiatan audit teknis sereta
perencanaan penyediaan Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP)
Pantai.

1.3. KETERSEDIAAN DATA


Data yang dibutuhkan untuk pekerjaanAudit Teknis dan Penyusunan AKNOP Pantai antara
lain adalah:
1) Peraturan dan Kebijakan terkait operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana pantai;
2) Data kondisi penyusunan AKNOP yang sudah berjalan;
3) Data Bangunan air yang dimiliki oleh Balai Wilayah Papua Barat di lokasi kegiatan.
Data ini akan dikumpulkan melalui pengumpulan data, sertakunjungan lapangan.

1.4. PENDEKATAN TEKNIS


Dalam rangka pelaksanaan pekerjaanAudit Teknis dan Penyusunan AKNOP Pantai, maka
akan digunakan pendekatan sebagai berikut:
1) Pendekatan Bibliografis, dimana akan dilakukan studi peraturan, kebijakan dan literatur
lainnya terkait Audit Teknis dan Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan
(AKNOP) Pantai.
2) Studi Kasus, dimana akan dilakukan kunjungan lapangan guna mendapatkan gambaran
kondisi dan tingkat kerusakan sarana/prasarana bangunan air yang berada di Pantai.
3) Pendekatan Komparatif, dimana akan dilakukan perbandingan antara penyusunan
AKNOP yang sudah berjalan terhadap peraturan dan kebijakan yang berlaku.

1.5. METODOLOGI
Dalam rangka menangani pelaksanaan tersebut, Konsultan menyusun pendekatan
teknisdengan urutan kegiatan sebagai berikut :
Tahap I : Pendahuluan
Tahap II : Pengumpulan dan Analisis Data
Tahap III : Tata Cara Penyusunan Audit Teknis dan AKNOP Pantai
Tahap IV : Pelaporan

Secara garis besar dasar pemikiran terhadap Pendekatan Metodologi yang disusun,
dituangkan dalam bentuk Bagan Alir Kegiatan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.1.
Mulai

Pendahuluan

 Persiapan Administrasi
 Mobilisasi dan Koordinasi Team Pelaksana
 Pemantapan Program Kerja dan Pendalaman KAK
 Pengumpulan Data Awal
 Diskusi Awal dengan Pemberi Kerja
 Studi Literatur
 Penyusunan Polapikir
Penyusunan pola PikirTata
Audit
CaraTeknis & Aknop
Penyusunan Sungai
AKNOP OP Sungai dan OP
Pantai

Penyusunan RMK & Konsep


Laporan Pendahuluan

Diskusi

Disetujui?
Tidak

Ya

Pengumpulan dan Analisis Data

 Pengumpulan dan Analisis Data Sekunder


 Inventarisasi & Identifikasi Kerusakan Bangunan
Kunjungan Lapangan
 Sungai
Diskusi dengan Direksi, Narasumber dan Pihak
Lainnya

A
Penyusunan Tata Cara Penyusunan AKNOP OP Sungai dan
OP Pantai


Gambar 3.1.Bagan Alir Metodologi
Penyusunan Pelaksanaan
kerangka konsep Tata Cara PenyusunanPekerjaan
AKNOP OP Sungai dan OP Pantai
 Penyusunan konsep Tata Cara Penyusunan AKNOP OP
Sungai dan OP Pantai

A
A

Penyusunan Laporan Penunjang

Tidak
Disetujui

Ya

Penyusunan AKNOP Sungai

Penyusunan Konsep Laporan Akhir

Diskusi

Tidak
Disetujui

Ya

Penyempurnaan Penyusunan AKNOP

Penyusunan Laporan Akhir

Selesai
1.6. LATAR BELAKANG
a. Dasar Hukum Kegiatan
Peraturan perundangan yang mendasari Audit Teknis OP Sarana/ Prasarana Pengaman
Pantai adalah sebagai berikut :
1. Undang-Undang RI nomor 11 tahun 1974 tentang Pengairan;
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 22 tahun 1982 Tentang
Pengaturan air;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 35 tahun 1991 Tentang Sungai;
4. Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 4 tahun 2015 tentang Perubahan
keempat atas Peraturan presiden nomor 54 tahun 2010 Tentang pengadaan barang
/jasa pemerintahan;
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahaan Rakyat nomor
04/PRT/M/2015 Tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai;
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahaan Rakyat nomor
05/PRT/M/2015 Tentang Pedoman Umum Implementasi Kontruksi Berkelanjutan
pada Penyelenggaraan Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman;
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahaan Rakyat nomor
06/PRT/M/2015 Tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Sumber Air dan Bangunan
Pengairan;
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahaan Rakyat nomor
07/PRT/M/2015 Tentang Pengamanan Pantai;
9. Permen PUPR No. 13/PRT/M/2015 Tentang Penanggulangan Darurat Bencana
Akibat Daya Rusak Air
b. Gambaran Umum
Sesuai dengan Undang-Undang No.11 Tahun 1974 tentang Pengairan, pengelolaan
Sumber Daya Air dilaksanakan berdasarkan prinsip pendayagunaan sumber daya air
secara berkelanjutan, oleh karena itu, dalam audit teknis ini tidak hanya dilihat kondisi
fisik prasarana sumber daya airnya saja, tetapi juga dilihat secara menyeluruh aspek-
aspek yang mendukung kinerja sistem sumber daya air.
Dalam dua dekade terakhir telah dilaksanakan pekerjaan sarana dan prasarana
bangunan pengamanan pantai lebih dari 45 lokasi pantai di Provinsi Bali. Tujuan
utama dari pembangunan fasilitas pengamanan pantai tersebut adalah untuk
memberikan perlindungan atas lahan beserta sarana-prasarana yang terletak di
belakang posisi fasilitas pengamanan pantai terhadap gempuran gelombang dan arus
laut yang sangat merusak dan untuk menanggulangi permasalahan erosi yang
terjadi di wilayah pantai-pantai tersebut.
Mengingat tujuan pembangunan fasilitas pengaman pantai adalah untuk melindungi
lahan beserta sarana-prasarana di atasnya maka konsep desain fasilitas pengaman
pantai yang diadopsi kebanyakan adalah pembangunan struktur keras berupa
“revetment dan seewall” yang dirancang akan berfungsi paling tidak selama 30 (tiga
puluh) tahun. Namun, karena posisi sarana dan prasarana bangunan pengamanan
pantai berada di lokasi batas antara matra darat dan matra laut yang kondisi alamnya
senantiasa berubah dengan sangat dinamik, maka rentang waktu umur tahap rencana
pada kondisi sarana dan prasarana bangunan pengamanan pantai dan juga rentan
terhadap pengaruh perubahan-perubahan kondisi alam yang terjadi.
c. Keterkaitan Program dengan Kegiatan
Perubahan – perubahan kondisi alam, disamping penurunan mutu material karena
dimakan waktu, dapat mengakibatkan fasilitas sarana dan prasarana bangunan
pengaman pantai mengalami kerusakan, deteriorasi, dan atau perubahan.
Dengan mempertimbangkan adanya potensi kerusakan, deteriorasi, dan atau perubahan
tersebut maka sangat perlu dilaksanakan pekerjaan audit teknis sarana dan prasarana
pengaman pantai yang tersebar di pulau Bali, sehingga proses perawatan dan pemeliharaan
dapat dilakukan secara berkelanjutan. Sebagai acauan untuk pemeliharaan diperlukan data-
data teknis yang actual mengenai kondisi fisik dan karakteristik yang ada dari wilayah
tersebut. Oleh karena itu dengan dilakukan pekerjaan ini nantinya dapat diperoleh data
mengenai kondisi fisik dan karakteristik sehingga perawatan dan pemeliharaan dapat
dilakukan.

1.7. MAKSUD DAN TUJUAN


a. Maksud Kegiatan :
1. Melaksanakan audit teknis terhadap kondisi dan kinerja bangunan pengamanan
pantai dan kondisi perubahan garis pantai, manfaat yang dihasilkan, serta penyusunan
langkah – langkah optimasi atau adaptasi yang dibutuhkan;
2. Menyusun suatu pola oprasi dan pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana
bangunan pengaman pantai yang sudah terbangun.
b. Tujuan Kegiatan Tujuan dari kegiatan ini adalah :
- Untuk mengevaluasi dari waktu ke waktu keamanan, kondisi, dan peforma
(fungsi) sarana dan prasarana bangunan pengamanan pantai yang telah dibangun
dibandingkan dengan rancangan awalnya.
- Memperoleh data inventarisasi secara kontinu serta evaluasi dan optimasi
bangunan pengaman pantai yang ada untuk mencapai kondisi pantai yang alami dan
terhindar dari erosi. Hal ini merupakan upaya yang harus dilakukan mengingat fungsi
pantai sebagai areal publik, kawasan pariwisata dan sebagai sarana religius bagi
masyarakat Hindu Bali.
- Hasil analisis data yang diperoleh dari kegiatan audit teknis yaitu sebagai dasar untuk
perencanaan kegiatan pemeliharaan (perbaikan atau rehabilitasi) yang diperlukan
secara tepat waktu.
- Memperoleh besaran biaya oprasi dan pemeliharaan untuk sarana dan prasarana
bangunan pengaman pantai yang dibangun oleh Balai Wilayah Sungai Bali Penida
sesuai dengan kriteria kerusakan bangunan.

1.8. Pendahuluan
Pada Tahap Pendahuluan akan dilakukan berbagai kegiatan awal mencakup pengumpulan
data awal, mengkaji laporan terdahulu maupun referensi-referensi lain.

Melakukan koordinasi dalam memantapkan program kerja yang akan dilaksanakan pada
tahap-tahap selanjutnya. Tahap ini terdiri dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Persiapan Administrasi
Persiapan administrasi merupakan kegiatan paling awal yang dilaksanakan oleh pihak
Konsultan setelah menerima Surat Perintah Mulai Kerja (SPK)/Kontrak dari Pemberi
Kerja. Persiapan administrasi tersebut mencakup pembuatan dokumen kontrak,
pengurusan surat ijin ke instansi terkait, pembuatan surat tugas kepada personil yang
akan terlibat dalam penanganan proyek, surat pernohonan data dan sebagainya.
Persiapan administrasi tersebut diusahakan dapat diselesaikan sesegera mungkin
sehingga tidak menghambat pelaksanaan pekerjaan berikutnya.

Pekerjaan persiapan ini akan dilaksanakan oleh seorang administrasi teknik yang telah
cukup berpengalaman dalam menangani pekerjaan yang sejenis, sehingga diharapkan
dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu yang disediakan untuk itu. Segala sesuatu
yang terkait dengan masalah administrasi tersebut akan selalu di bawah pengawasan
Team Leader yang bertanggung jawab atas penyelesaian seluruh pekerjaan.

b. Mobilisasi dan Koordinasi Team Pelaksana


Setelah persiapan administrasi dapat diselesaikan, selanjutnya seluruh Tenaga Ahli yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan akan dimobilisir sesuai dengan jadwal
penugasan yang telah disusun.

Dengan telah dimobilisasinya Tenaga Ahli tersebut, maka kegiatan penanganan proyek
dengan skala penuh telah berjalan.

Tingkat keberhasilan suatu proyek tidak hanya tergantung atas kemampuan dari para
Tenaga Ahli yang menangani, akan tetapi faktor koordinasi akan memegang peranan
kunci yang akan menentukan kelancaran dan kesempurnaan hasil yang akan dicapai.
Dengan koordinasi diharapkan tidak ada kerancuan dan tumpang tindih pelaksanaan
kegiatan dari masing-masing Tenaga Ahli, sehingga dukungan dari masing-masing
personil akan memberikan hasil yang optimal.

Mengingat pentingnya koordinasi ini, Team Leader akan memimpin langsung untuk
membicarakan dan mendiskusikan masalah-masalah yang berkaitan dengan :
- Jadwal pelaksanaan pekerjaan
- Jadwal penugasan masing-masing personil
- Uraian tugas dari masing-masing personil
- Hubungan kerja antar personil
- Peralatan yang akan dibutuhkan
- Dukungan pendanaan
- Dan sebagainya.

Disamping koordinasi antar Team Konsultan, koordinasi akan dilakukan pula dengan
Pemberi Kerja, khususnya dengan Direksi Pekerjaan. Hal ini terkait dengan usaha
menyamakan persepsi yang sangat dibutuhkan sebagaimana dipersyaratkan dalam
Kerangka Acuan Kerja.

c. Pemantapan Program Kerja dan Pendalaman KAK


Program Kerja merupakan langkah-langkah utama dan strategis yang akan diambil oleh
Konsultan dalam pelaksanaan pekerjaan untuk mendukung pendekatan metodologi
yang telah disusun. Dalam program kerja akan dikerahkan semua potensi sumber daya
menyangkut sumber daya manusia, sumber daya peralatan, alokasi pendanaan
disesuaikan dengan jadwal yang tersedia.

Dengan telah mantapnya program kerja diharapkan jadwal pelaksanaan pekerjaan


dapat diantisipasi sebelumnya sehingga tidak terjadi keterlambatan. Sebagai
konsekuensinya jadwal personil dan tugas yang harus dilaksanakan disinkronkan
dengan jadwal kegiatan proyek.
Disamping pemantapan program kerja, kajian yang cukup mendalam terhadap
Kerangka Acuan Kerja dilakukan bersama-sama oleh Team Konsultan dipimpin
langsung oleh Team Leader. Segala persyaratan dan koridor yang harus dipenuhi akan
menjadi perhatian Konsultan, termasuk didalamnya segala laporan yang harus
diserahkan oleh Konsultan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Kajian kritis
akan dilakukan terhadap KAK dan jika ada keraguan dalam kajian tersebut, Konsultan
akan melakukan diskusi dan klarifikasi dengan Pemberi Kerja.

d. Penyusunan RMK
Rencana Mutu Kontrak (RMK) digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Rencana Mutu Pekerjaan (RMK) antara lain memuat: sasaran mutu, persyaratan teknis
dan administrasi, struktur organisasi, tugas dan tanggung jawab, bagan alir kegiatan,
jadwal pelaksanaan kegiatan, jadwal peralatan, daftar material dan jadwal personil.

e. Pengumpulan Data Awal


Sebagaimana dimintadalam Kerangka Acuan Kerja, Konsultan akan melakukan
pengumpulan data awal menyangkut berbagai hal yang berkaitan dengan pekerjaan
ini.

Data-data tersebut mencakup Laporan Studi terdahulu, peraturan perundang-


undangan, manual, pedoman dan lain sebagainya yang akan dihimpun dan
diinventarisir untuk dilakukan pengelompokan-pengelompokan agar memudahkan
nantinya dalam pengolahan dan analisanya. Diantaranya adalah:
 Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 tentang
pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005
TentangPengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2008
TentangDekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang
PengelolaanSumber Daya Air.
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai
 Peraturan Presiden No 12 Tahun 2008 Tentang Dewan Sumber Daya Air.
 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 06 Tahun 2009 Tentang
DewanSumber Daya Air Nasional.
 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang
PenetapanWilayah Sungai.
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2007
tentang pedoman O&P Jaringan Irigasi.
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 03 Tahun
2008Tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Departemen Pekerjaan Umum
yang merupakan kewenangan pemerintah dan dilaksanakan melalui
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor
2/PRT/M/2008Tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Departemen
Pekerjaan Umum yang merupakan kewenangan pemerintah dan dilaksanakan
sendiri.
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 2/PRT/M/2010
tentangRencana Strategis Nasional Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010 –
2014.
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor
04/PRT/M/2009 tentang Sistem Manajemen Mutu Departemen Pekerjaan
Umum.
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 08/PRT/M/2010 tentang
Organisasi danTata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum.
 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 67/KPTS/M/1998 tentang
JaminanKepastian Mutu.
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor No. 45/1990, tentang pengendalian
mutu air pada sumber-sumber air, bahwa pengelolaan sumber air perlu melakukan
upaya penetpan peruntukan air dan baku mutu air dalam rangka pengendalian
pencemaan air.
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 53/PMK.02/2014 tentang Standar Biaya
TahunAnggaran 2015.
Mengingat waktu yang disediakan untuk melaksanakan pekerjaan cukup terbatas,
maka dalam pengumpulan data-data tersebut Konsultan akan mengerahkan semua
personil yang terlibat dalam menangani proyek. Dengan aktivitas pengumpulan data
yang paralel tersebut diharapkan data-data yang diharapkan dapat dikumpulkan tepat
waktu.

f. Diskusi Awal dengan Pemberi Kerja


Kegiatan ini sangat penting dan akan dilaksanakan oleh Konsultan dengan maksud
untuk memperoleh persamaan persepsi terhadap maksud dan tujuan pekerjaan
sebagaimana tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Disamping itu melalui
diskusi ini diharapkan ada masukan dan saran untuk langkah-langkah yang akan
dilakukan sehingga tercipta sinergi yang saling mendukung antara Konsultan dengan
Pemberi Kerja, dengan demikian akan diperoleh hasil pekerjaan yang optimal.

g. Review Studi Terdahulu dan Studi Literatur


Terkait dengan pengumpulan data-data awal termasuk didalamnya adalah
pengumpulan laporan studi terdahulu maupun literatur yang terkait dengan pekerjaan
ini.

Review studi dilakukan terutama dilakukan terhadap laporan-laporan studi terdahulu


yang terkait maupun data lainnya yang telah terkumpul sehingga Konsultan
memperoleh gambaran yang lebih jelas dan menyeluruh tentang kondisi pekerjaan.
Kegiatan ini akan sangat penting artinya karena akan menentukan strategi langkah
berikutnya termasuk dalam menentukan beberapa alternatif awal pemecahan masalah
maupun program survey dan pengumpulan data ke lapangan.

Disamping itu Konsultan juga akan melakukan studi lileratur, baik literatur dari dalam
negeri maupun dari luar negeri, dengan maksud untuk memperkaya pengetahuan
dalam upaya mencapai sasaran pekerjaan ini.

h. Penyusunan Pola Pikir Tata Cara Penyusunan Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP
Pantai
Untuk penyusunan tata cara penyusunan AKNOP Pantai yang akan dikembangkan
sejauh mungkin dapat mengadopsi sistem yang telah ada sehingga terjamin
keberlanjutan program dan kontinuitas data. Oleh sebab itu sebelum melakukan
pengembangan dan penyempurnaan pedoman, Konsultan akan melakukan evaluasi
terhadap sistem yang telah ada agar nantinya sedapat mungkin sistem tersebut dapat
terintegrasi dengan sistem yang baru.

Evaluasi yang akan dilakukan diantaranya mencakup sistem pengoperasian,


keterbatasan yang ada, permasalahan yang selama ini timbul, integrasi sistem dengan
sistem di lingkungan Ditjen Sumber Daya Air.

Menyusun pola pikir Tata Cara Penyusunan Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP
Pantai, yang setidaknya berisi:
1) Kondisi pengelolaan dan AKNOP Pantai saat ini, serta aturan/kebijakan yang
mendasari;
2) Tata cara Penyusunan Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Pantai;
3) Rekomendasi langkah/upaya penerapan.

i. Penyusunan Laporan Pendahuluan


Laporan Pendahuluan, antara lain memuat:
1) Pendahuluan, berisi antara lain: definisi, latar belakang, maksud dan tujuan, lokasi
kegiatan, waktu pelaksanaan, nama pekerjaan dan pengguna jasa, ruang lingkup,
dan output/keluaran pekerjaan;
2) Pola pikir Tata Cara Penyusunan Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Pantai;
3) Metode Pendekatan dan Metode Pelaksanaan Pekerjaan, antara lain berisi:
a. Umum;
b. Kerangka metodologi, memuatidentifikasi permasalahan dan ketersediaan
data, teknik dan metodologi yang akan ditetapkan;
c. Rencana kerja; berisi (i) rencana pelaksanaan, dilengkapi dengan bagan alir
(flow chart) dan jadwal pelaksanaan pekerjaan, kurva-S; dan (ii) rencana
pelaporan;
d. Kerangka Tata Cara Penyusunan Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP
Pantai.

Untuk selanjutnya dilaksanakan diskusi pembahasan konsep laporan pendahuluan


dalam rangka memperoleh arahan, kritik, saran, komentar dan masukan untuk
perbaikan menjadi laporan pendahuluan. Setiap diskusi atau rapat harus dibuatkan
notulen-notulen rapat yang memuat secara lengkap pokok-pokok pembahasan serta
kesimpulan dalam diskusi/rapat. Notulen ditandatangani oleh Team Leader konsultan
penyedia jasa dan diketahui oleh Ketua Direksi Pekerjaan. Notulen-notulen rapat
tersebut merupakan bagian dari laporan-laporan pelaksanaan pekerjaan;

1.9. Pengumpulan dan Analisa Data


a. Pengumpulan dan Analisa Data
Berdasarkan atas hasil pengumpulan data awal serta hasil diskusi Laporan Pendahuluan,
selanjutnya Konsultan akan melakukan pengumpulan data tambahan yang masih
diperlukan guna keperluan pekerjaan selanjutnya. Data‐data tambahan tersebut akan
dikumpulkan, baik yang berasal dari Balai Wilayah Papua Barat maupun dari instansi
terkait lainnya.

Untuk melaksanakan kegiatan survei lapangan dan pengumpulan data, tim


konsultanakan mempersiapkan hal‐hal sebagai berikut:
1) Surat tugas untuk personil pelaksanaan yang disetujui Pemberi Kerja/Direksi
Pekerjaan.
2) Surat Perintah Kerja dari Pemberi Kerja/Direksi Pekerjaan.
3) Surat ijin yang dikeluarkan oleh Pemberi Kerja/Direksi untuk instansi ‐ instansi
terkait.
4) Pengenalan wilayah kerja strategis di wilayah kerja.
5) Persiapan komponen dasar untuk pekerjaan lapangan.
6) Persiapan transport lapangan.
7) Surat ijin melakukan survey dari instansi berwenang setempat.

b. Kunjungan Lapangan
Melakukan kunjungan lapangan ke lokasi kegiatan di wilayah Pantai guna
pengumpulan data, inventarisasi dan konsultasi dengan pakar, pejabat/petugas OPBWS
dan pejabat / petugas Dinas PU / PSDA setempat, masyarakat, serta
pemangkukepentingan lainnya terkait Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Pantai,
sekaligus melakukan peninjauan langsung ke lapangan.

Kunjungan Lapangan lokasi tinjauan dilakukan dengan pertimbangan untuk mendapat


gambaran menyeluruh mengenai kondisi sarana / prasarana bangunan air di wilayah
lokasi pekerjaan yang dimiliki oleh Balai Wilayah Papua Barat.

Dalam pelaksanaan kunjungan lapangan, Konsultan akan melakukan berbagai aktivitas


mencakup:
- Peninjauan lokasi pekerjaan, pengambilan foto dokumentasi.
- Diskusi dengan instansi terkait mengenai semua permasalahan yang terjadi.
- Pengumpulan data
- Inventarisasi dan Identifikasi data
- Pengumpulan data pendukung lainnya.

c. Diskusi dengan Direksi, Narasumber dan Pihak Lainnya


Melakukan diskusi‐diskusi dengan Direksi Pekerjaan, narasumber dan pihak lainnya
guna memperoleh masukan dalam pelaksanaan pekerjaan.

d. Survey Lapangan
Dalam pelaksanaan kegiatan Survey Lapangan konsultan akan mendata kondisi sarana
/ prasarana bangunan air yang dimiliki oleh Balai Wilayah Papua Barat dengan
dibuktikan oleh foto dokumentasi dan titik lokasi letak bangunan tersebut berada
dengan menggunakan GPS.

e. Pengolahan Data
Data yang diperoleh di lapangan tersebut selanjutnya akan diolah guna dilakukan
penghitungan teknis mengenai kerusakannya dan mendesain kerusakan tersebut
sehingga dapat diketahui sarana / prasarana bangunan air mana saja yang perlu
direhabilitasi.

1.10. Tata Cara Penyusunan Audit Teknis dan AKNOP Pantai


a. Penyusunan Kerangka Konsep Penyusunan Audit Teknis dan AKNOP Pantai
Berdasarkan atas data‐data yang telah dikumpulkan, hasil kunjungan lapangan dan
hasil analisis yang telah dilakukan, Konsultan selanjutnya melakukan penyusunan
kerangka konsep Penyusunan Audit Teknis dan AKNOP Pantai dengan bertitik tolak
dari pola pikir yang telah disampaikan sebelumnya. Kerangka konsep selanjutnya
dimasukkan dalam Draft Laporan Akhir untuk didiskusikan.

Secara umum, pendekatan dalam penyusunan konsep terangkum dalam beberapa


pendekatan sebagai berikut:
1. Studi identifikasi dan latar belakang
Studi identifikasi dan latar belakang dimaksudkan untuk memperkuat dasar ‐ dasar
pemikiran yang melatar belakangi penyusunan konsep. Tingkat urgensi dari
penyusunan konsep akan ditelusuri pada kegiatan ini.
2. Identifikasi Aktifitas dan kinerja OP Pantai
Studi Identifikasi Aktifitas dan kinerja prasarana Pantai dilakukan dengan
mengumpulkan data, statistik dan dokumentasi mengenai aktifitas yang terjadi. Data
‐ data dapat diperoleh dari Dinas PSDA, BBWS / BWS, Dinas Lingkungan Hidup,
Bappeda serta beberapa instansi terkait lain yang akan diidentifikasi melalui
diskusidan wawancara.
4. Studi Peraturan Perundang‐undangan
a. Undang‐Undang Dasar
b. Ketetapan MPR
c. Undang‐Undang
d. Peraturan Pemerintah
e. Keputusan Presiden
f. Peraturan Menteri

Untuk pekerjaan ini, peraturan dapat ditelaah antara lain adalah:


a. Undang‐Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan;
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 42 Tahun 2008
tentangPengelolaan Sumber Daya Air;
c. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 1/PRT/M/2008 Tentang Operasi
danTata Kerja Departemen Pekerjaan Umum.
d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2011 tentang Sungai.
e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13/PRT/M/2006 Tentang
f. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 2/PRT/M/2008 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Kegiatan Departemen Pekerjaan Umum yang merupakan
kewenangan Pemerintah dan dilaksanakan sendiri.
g. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 23/PRT/M/2010 Tentang Rencana
Strategis Nasional Kementrian Pekerjaan Umum tahun 2010‐2014.
h. Surat Edaran Direktorat Jenderal Sumber Daya Air No. 01/SE/D/2013 tentang
Tata Cara Operasi dan Pemeliharaan Prasarana Sungai Serta Pemeliharaan
Sungai.

5. Studi Terdahulu, Literatur dan NSPM


Studi terdahulu sangat penting untuk dijadikan bahan pertimbangan dan input
dalam penyusunan konsep. Lebih jauh lagi diharapkan dapat teridentifikasi bentuk ‐
bentuk standard dan norma yang telah ada dan digunakan. Beberapa data yang
penting dijadikan sebagai bahan studi literatur adalah sebagai berikut ini.
a. Laporan hasil studi mengenai OP Pantai
b. Buku NSPM berkaitan dengan OP Pantai
6. Identifikasi OP Pantai
Studi ini dapat memberikan gambaran mengenai OP Pantai. Data ‐ data dapat
diperoleh dari Dinas PSDA, BBWS/BWS, Dinas Lingkungan Hidup, Bappeda serta
beberapa instansi terkait lain yang akan diidentifikasi melalui diskusi danwawancara.
Hasil yang diperoleh dari instansi terkait nantinya dikombinasikan dengan hasil
identifikasi langsung di lapangan.

b. Penyusunan Laporan Penunjang


Laporan Penunjang berisi:
a) Uraian ringkas pendahuluan, memuat: definisi, latar belakang, ruang lingkup,
metodologi, dan jadwal pelaksanaan pekerjaan;
b) Pola pikir Audit Teknis dan AKNOP Pantai (diperbaiki / disempurnakan setelah
diskusi Rapat pendahuluan);
c) Hasil kemajuan pelaksanaan pekerjaan: pengumpulan data, hasil inventarisasi dan
investigasi, dan pendekatan pemecahan masalah, rencana kerja selanjutnya,
notulen Diskusi Laporan Pendahuluan, atau notulen atau catatan hasil rapat /
diskusi yang dilakukan dan dokumentasi;
d) Permasalahan yang dihadapi dan identifikasi permasalahan yang akan dihadapi,
upaya ‐ upaya penanganan atau antisipasi permasalahan yang dihadapi;
e) Kerangka Laporan Akhir.

c. Penyusunan Konsep Laporan Akhir dan Diskusi Akhir


Draft Laporan Akhir memuat seluruh rangkaian proses penyelesaian pekerjaan
dimulaidari pendahuluan, pola pikir, metodologi penyelesaian, hasil kunjungan
lapangan, dokumentasi, kesimpulan, dan saran.

d. Penyusunan Laporan Akhir


Laporan Akhir memuat perbaikan Draft Laporan Akhir berdasarkan masukan / hasil
diskusi Laporan Akhir, yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Laporan Akhir harus
sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK) atau persyaratan teknis atau persyaratan
lainnya yang telah ditentukan.

1.11. INDIKATOR KELUARAN, VOLUME DAN SATUAN


Indikator keluaran dalam melaksanakan Audit Teknis OP Sarana/ Prasarana Bangunan
Pengaman Pantai yaitu :
Laporan hasil Audit Teknis OP Sarana/ Prasarana Pengaman Pantai yang terdiri dari :
a. Laporan Rencana Mutu Kontrak (RMK)
Laporan ini berisikan rencana kerja termasuk bagan alir kegiatan pokok dibuat
dalam 2 (dua) rangkap dan diserahkan kepada Direksi Pekerjaan 2 (dua) minggu
setelah terbitnya Surat Perintah Mulai Kerja.
b. Laporan Pendahuluan (Inception Report)
Laporan Pendahuluan dibuat sebanyak 2 (dua) rangkap yang diserahkan pada akhir
bulan pertama. Dalam laporan ini dijelaskan mengenai gambaran umum lokasi
pekerjaan, rencana kegiatan, metode pelaksanaan pekerjaan, penugasan tenaga ahli
serta identifikasi kondisi lokasi pekerjaan berdasarkan hasil survey awal.
c. Laporan Bulanan (Monthly Report)
Laporan Bulanan dibuat setiap bulan sebanyak 2 (dua) rangkap yang berisikan
kemajuan pekerjaan selama masa pelaporan.
d. Laporan Antara (Interim Report)
Laporan antara dibuat sebanyak 2 (dua) rangkap yang diserahkan pada pertengahan
waktu pelaksanaan pekerjaan. Pada laporan ini berisi hasil analisa dan survey
penyedia jasa hingga waktu pelaporan.
e. Laporan Akhir (Final Report)
Laporan ini merupakan penyempurnaan dari konsep laporan akhir yang telah
dibahas dan didiskusikan dengan Direksi Pekerjaan, dibuat dalam 2 (dua) rangkap
dan diserahkan kepada Direksi Pekerjaan pada akhir masa kontrak.
f. Laporan Penunjang (Supporting Report)
Laporan ini terdiri dari :
- Laporan Audit Bangunan Pengaman Pantai
- Laporan Inventarisasi Bangunan Pengaman Pantai
- Laporan Survey Lapangan
- Laporan Biaya Operasi dan Pemeliharaan atau Angka Kebutuhan Nyata Operasi
dan Pemeliharaan (AKNOP)
- Laporan Sosial Ekonomi Laporan tersebut di atas masing-masing dibuat 2 (dua)
rangkap dan diserahkan kepada Direksi Pekerjaan secara bertahap sesuai jadwal
dalam bentuk hardcopy dan sftcopy (Eksternal Hardisk).
g. Album Gambar
Dibuat dalam kertas HVS ukuran kertas A3. Cetakan gambar ini dibuat dalam ukuran
A3 sebanyak 2 (dua) rangkap dan diserahkan kepada Direksi Pekerjaan pada akhir
masa kontrak.
h. Dokumentasi Live (video kegiatan)
Video ini berisikan tentang kondisi Existing dimana kegiatan ini dilaksanakan dan
dibuat 1 (satu) set.
i. Dokumentasi Foto
Album Foto berisikan foto-foto selama kegiatan dan dibuat sebanyak 2 (dua)
rangkap.
j. Softcopy
Softcopy gambar A3 dan file yang dimasukkan dalam Hardisk Eksternal 1 terra
sebanyak 1 (satu) buah.
k. Presentasi dan Diskusi Laporan
Diskusi I
Konsultan harus melakukan presentasi ke Atasan dan Atasan Langsung maupun
instansi terkait yang lain, sekurang-kurangnya sekali untuk memperoleh persetujuan
Laporan Pendahuluan.
Diskusi I
Konsultan harus melakukan presentasi ke Atasan dan Atasan Langsung maupuninstansi
terkait yang lain, sekurang-kurangnya sekali untuk memperoleh persetujuanLaporan
Antara.
Diskusi II
Konsultan harus melakukan presentasi ke Atasan dan Atasan Langsung maupun
instansi terkait yang lain, sekurang-kurangnya sekali untuk memperoleh persetujuan
Laporan Akhir/Final.
1.12. METODA PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Kegiatan Persiapan
a. Pengumpulan Data Sekunder
Kegiatan ini meliputi pengumpulan data-data sekunder seperti pengumpulan hasil
audit periode sebelumnya apabila ada serta data pendukung lainnya yang
diperlukan dalam proses analisa.
b. Survey Lokasi Awal
Dalam kegiatan persiapan ini juga dilakukan kunjungan ke lokasi pekerjaan bersama
direksi pekerjaan untuk memperoleh gambaran awal mengenai kondisi di lokasi
pekerjaan.
2. Pengumpulan Data Primer
1. Inventarisasi data
Dilaksanakan oleh Tim Audit Teknis dan hasilnya dikumpulkan pada tim audit
teknis ( Sumber Daya Air)
2. Walktrough
Dilaksanakan oleh Tim Audit Teknis untuk mendapatkan data-data yang sesuai
dengan kondisi lapangan dan hasilnya dikumpulkan pada Tim Audit Teknis (Sumber
Daya Air)
3. Cek Kondisi Fisik
Dilaksanakan Try Out sempel oleh oleh Tim Audit Teknis (Sumber Daya Air)
4. Analisa Fungsi
Dilaksanakan oleh Tim Audit Teknis (Sumber Daya Air) untuk mengetahui kondisi
fungsi dari infrastruktur Sumber Daya Air yang dimaksud
5. Klasifikasi dan Rencana Pemulihan
Dilaksanakan oleh Tim Audit Teknis (Sumber Daya Air) antara lain :
a. Terhadap kondisi Infrastruktur sumber daya air dilakukan klasifikasi yaitu :
- Kondisi baik
- Kondisi rusak ringan : apabila fungsi tidak terganggu
- Kondisi rusak sedang : apabila tidak segera dilakukan perbaikan fungsi akan
terganggu.
- Rusak Berat : apabila fungsi sudah terganggu.
b. Menyusun rencana pemulihan terhadap infrastuktur Sumber Daya Air yang
memerlukan perbaikan mencakup jenis dan titik kerusakan, besaran atau volume,
serta jumlah biaya yang diperlukan termasuk jadwal target penyelesaian. Kegiatan
tersebut dilaksanakan oleh Tim Audit Teknis.
6. Penyusunan Biaya
Operasi dan Pemeliharaan atau Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan
(AKNOP) Dilaksanakan oleh Tim Audit Teknis (Sumber Daya Air) untuk menyusun
biaya operasi dan pemeliharaan sesuai dengan kriteria kerusakan.
7. Survey Sosial Ekonomi
Survey sosial ekonomi dilakukan dengan mewawancara para pemangku
kepentingan disekitar kegiatan dilaksanakan untuk memperoleh pandangan
terhadap kondisi pantai saat ini.

1.13. KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN


a. Uraian Kegiatan dan Keluaran
- Inventarisasi
Kegiatan inventarisasi merupakan kegiatan awal untuk mengetahui kondisi daerah
studi secara komprehensif. Inventarisasi dilakukan satu kali dan dalam kegiatan ini
diperoleh penjelasan hal-hal mendasar yang harus dilakukan oleh Tim Audit
Teknis secara konsep maupun metode. Melalui kegiatan ini akan Tim
diharapkan mampu menyusun rencana pelaksanaan pekerjaan sehingga
efisiensi waktu dapat tercapai. Tahapan yang harus dilakukan antara lain;
1. Titik Ikat Tetap / Bench Mark (BM)
Tahapan yang perlu dilakukan oleh Tim Audit;
a. Melakukan pengecekan terhadap kondisi Eksisting BM
Disekitar bangunan pelindung pantai, tentunya terdapat beberapa BM yang
digunakan sebagai acuan dasar pelaksanaan konstruksi. Tujuan dari kegiatan ini
adalah melakukan inventarisasi kondisi terakhir BM dan tindakan yang harus
dilakukan.
Hal yang dilakukan antara lain;
• Kondisi fisik BM (posisi, bentuk, kedudukan)
Tim Audit diharapkan mengetahui dan menganalisa status patok BM, apakah
masih dapat digunakan atau perlu dilakukan penempatan BM baru.
• Kajian Posisi BM
Titik ikat tetap (BM) harus ditempatkan semaksimal mungkin aman terhadap
ganggungan dan stabil. Dalam kegiatan ini, diharapkan diperoleh informasi
mengenai rekomendasi Tim Audit terkait posisi BM.
2. Pembagian dan Penomoran Bangunan
Tim Audit diharapkan mampu memberikan pembagian ruas bangunan (bangunan
memanjang; revetment, seawall, bulkhead) dan penomoran bangunan (bangunan
berjajar; groin, breakwater). Penomoran ini dilakukan disemua struktur
yang dibangun oleh kementrian pekerjaan umum maupun oleh swasta.
Penomoran dilakukan secara teratur dari awal hingga akhir dengan aturan yang
tetap untuk memudahkan evaluasi. Penomoran dan penentuan posisi dilakukan
berdasarkan koordinat bumi sehingga diharapkan dapat menjadi titik tetap
evaluasi dan audit di tahun berikutnya.
3. Penetapan Nomenklatur Bangunan.
Bentuk nomenklatur berupa kode yang tersusun dari huruf dan angka yang
memuat informasi bangunan. Untuk kode wilayah, digunakan standar Biro Pusat
Statistik. Khusus untuk nama pantai, digunakan nama yang sesuai dengan
nama yang digunakan selama ini dalam identifikasi pantai, sementara kode
bagunan dibuat dengan huruf awal sesuai jenis bangunannya.
4. Penentuan objek yang dilindungi oleh bangunan (sebagai fungsi bangunan).
Dalam inventarisasi, objek apa saja yang dilindungi perlu diidentifikasi
dan dicantumkan dalam blangko. Jenis objek yang dilindungi dibagi dalam
beberapa kategori seperti Pulau Terluar, Jalan Raya Nasional / Provinsi /
Kabupaten, Kawasan Permukiman, Kawasan Wisata, Fasilitas Umum / Fasilitas
Sosial dan Lalu Lintas Navigasi (muara sungai).
b. Indikator Kinerja
Indikator Kinerja dari pekerjaan ini adalah tersusunnya laporan hasil audit teknis
yang dapat memberikan informasi mengenai keberadaan fisik bangunan secara
visual dan mendapatkan angka kebutuhan nyata Operasi dan Pemeliharaan
bangunan pengamanan pantai tersebut. Indikator suatu pekerjaan dapat
dilaksanakan dengan baik dan benar untuk keseluruhan tahap pekerjaan adalah ;
1. KONTROL BAKU. Merupakan pelaksanaan pekerjaan (pengambilan survey dan
pelaksanaan proses) selalu menggunakan standar yang telah diakui secara nasional dan
international.
2. KONTROL WAKTU. Tidak ada keterlambatan (deviasi selalu positif) terhadap jadwal
pelaksanaan pekerjaan rencana. Hal ini mengindikasikan semua tahapan telah dapat
dipenuhi sesuai rentang waktu.
3. KONTROL MUTU. Semua pelaksanaan pekerjaan telah mengikuti semua peraturan
yang berlaku pada Kementerian Pekerjaan Umum, secara metode maupun hasil yang
diperoleh.
. Batasan Kegiatan
Batasan dari kegiatan Audit Teknis Sarana dan Prasarana Bangunan Pengamanan
Pantai adalah sebagai berikut:
a. Inventarisasi Infrastruktur Bangunan Pengaman Pantai yang telah dibangun.
b. Pengumpulan data.
c. Evaluasi dan assessment.
d. Pelaporan kondisi, klasifikasi dan rencana program.

1.14. DEFINISI DAN ACUAN NORMATIF


1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 42 Tahun 2008Tentang
Pengelolaan Sumber Daya Air
Bab IV Pasal 43:
1. Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sumber daya air terdiri atas:
a. pemeliharaan sumber air; dan
b. operasi dan pemeliharaan prasarana sumber daya air.
2. Pemeliharaan sumber air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan melalui
kegiatan pencegahan kerusakan dan/atau penurunan fungsi sumber air serta perbaikan
kerusakan sumber air.
3. Operasi dan pemeliharaan prasarana sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b meliputi:
a. operasi prasarana sumber daya air yang terdiri atas kegiatan pengaturan,
pengalokasian, serta penyediaan air dan sumber air; dan
b. pemeliharaan prasarana sumber daya air yang terdiri atas kegiatan pencegahan
kerusakan dan/atau penurunan fungsi prasarana sumber daya air serta perbaikan
kerusakan prasarana sumber daya air.
4. Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan prasarana sumber daya air sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) didasarkan atas rencana tahunan operasi dan pemeliharaan
prasarana sumber daya air.
5. Rancangan rencana tahunan operasi dan pemeliharaan prasarana sumber daya air
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disusun oleh pengelola sumber daya air
berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri.
6. Rancangan rencana tahunan operasi dan pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.

1.15. Latar Belakang


Pada tanggal 14 Juni 2016, Pemerintah Republik Indonesia menerbitkan Peraturan Presiden
No. 51 Tahun 2016 tentang Batas Sempadan Pantai (“Perpres No. 51/2016). Perpres No.
51/2016 dibuat untuk melaksanakan ketentuan Pasal 31 ayat (3) Undang-Undang No. 27
Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagaimana yang
telah diubah dengan UU No. 1 Tahun 2014 (“UU WP3K”). Perpres No. 51/2016 ini berlaku
efektif sejak tanggal 19 Juni 2016.
Sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian pantai, yang lebarnya proporsional
dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke
arah darat. Batas sempadan pantai adalah ruang sempadan pantai yang ditetapkan
berdasarkan metode tertentu .
Setiap pemerintah daerah provinsi yang mempunyai sempadan pantai diwajibkan untuk
menetapkan arahan batas sempadan pantainya dalam peraturan daerah tentang rencana
tata ruang wilayah provinsi. Sedangkan, untuk pemerintah daerah kabupaten/kota yang
memiliki sempadan pantai wajib menetapkan batas sempadan pantainya dalam peraturan
daerah tentang rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota. Untuk Provinsi DKI Jakarta,
batas sempadan pantai ditetapkan oleh Gubernur DKI Jakarta.

1.16. Penghitungan Batas Sempadan Pantai


Perpres No. 51/2016 mengatur bahwa, penghitungan sempadan pantai dilakukan oleh
pemerintah daerah paling lama 5 tahun sejak diundangkannya Perpres No. 51/2016 ini.
Penghitungan dilakukan dengan menyesuaikan karakteristik topografi, biofisik, hidro-
oseanografi pesisir, kebutuhan ekonomi dan budaya, serta ketentuan lain terkait
sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (2) Perpres No. 51/2016, yaitu:
1. perlindungan terhadap gempa dan/atau tsunami;
2. perlindungan pantai dari erosi atau abrasi;
3. perlindungan sumber daya buatan di pesisir dari badai, banjir, dan bencana alam
lainnya;
4. perlindungan terhadap ekosistem pesisir, seperti lahan basah, mangrove, terumbu
karang, padang lamun, gumuk pasir, estuaria, dan delta;
5. pengaturan akses publik; dan
6. pengaturan untuk saluran air dan limbah.
Penetapan batas sempadan pantai dilakukan dengan tujuan untuk melindungi dan menjaga
:
1. kelestarian fungsi ekosistem dan segenap sumber daya di wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil;
2. kehidupan masyarakat di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dari ancaman bencana
alam;
3. alokasi ruang untuk akses publik melewati pantai; dan
4. alokasi ruang untuk saluran air dan limbah.

1.17. Penghitungan Batas Sempadan Pantai Terkait Perlindungan Terhadap Bencana Alam

Penghitungan batas sempadan pantai yang dilakukan sehubungan dengan perlindungan


terhadap gempa dan/atau tsunami, perlindungan pantai dari erosi atau abrasi, serta
perlindungan sumber daya buatan di pesisir dari badai, banjir, dan bencana alam lainnya
ditentukan berdasarkan pada tingkat resiko bencana yang ditentukan berdasarkan indeks
ancaman dan indeks kerentanan.
Dalam menentukan indeks ancaman, terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan
yaitu:

1.18. Pendekatan Praktis


Pendekatan ini dilakukan berdasarkan pendekatan empiris dan historis yang dilakukan
berdasarkan (i) rekaman/riwayat sejarah kejadian dan/atau (ii) keberadaan faktor ancaman
terhadap:
1. gempa
2. tsunami
3. erosi atau abrasi
4. badai, dan
5. banjir dari laut

1.19. Pendekatan Analitik atau Numerik


Pendekatan ini dilakukan berdasarkan parameter setiap jenis ancaman bencana. Pendekatan
analitik merupakan metode penyelesaian model matematik dengan rumus-rumus aljabar
yang sudah baku atau lazim. Pendekatan numerik merupakan teknik yang dipergunakan
untuk memformulasikan persoalan matematik, sehingga dapat dipecahkan dengan operasi
hitungan atau aritmatika biasa.
Indeks kerentanan ditentukan berdasarkan parameter kerentanan terhadap bencana gempa,
tsunami, erosi atau abrasi, badai, dan banjir dari laut.

1.20. Penghitungan Batas Sempadan Pantai Terkait Perlindungan Ekosistem Pesisir


Penghitungan batas sempadan pantai terkait perlindungan terhadap ekosistem pesisir,
seperti lahan basah, mangrove, terumbu karang, padang
lamun, gumuk pasir, estuaria, dan delta, ditentukan berdasarkan batas akhir keberadaan
ekosistem pesisir ke arah darat.

1.21. Penghitungan Batas Sempadan Pantai Terkait Akses Publik Dan Saluran Air Dan
Limbah
Penghitungan batas sempadan pantai sehubungan dengan pengaturan akses publik dan
pengaturan untuk saluran air dan limbah ditentukan berdasarkan jenis dan intensitas
aktivitas di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penghitungan batas sempadan pantai diatur
dalam peraturan menteri.
Dengan berlakunya Perpres No. 51/2016, maka ketentuan dalam peraturan daerah tentang
rencana tata ruang wilayah provinsi, peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota, dan peraturan daerah tentang rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil yang telah ada dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
Perpres No. 51/2016 ini. Setiap peraturan daerah yang bertentangan dengan Perpres No.
51/2016 harus disesuaikan paling lambat dalam waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak
tanggal diundangkannya Perpres No. 51/2016 atau paling lambat tanggal 19 Juni 2021.

1.22. POLA PIKIR


Pengembangan pola pikir ini adalah proses yang berlangsung sepanjang pelaksanaan
pekerjaan, dimana pada setiap kesempatan diskusi dilakukan perbaikan dan
penyempurnaan. Seluruh pola pikir yang dibuat mengacu pada ruang lingkup yang
terdapat dalam Kerangka Acuan Kerja.

Akhir dari pekerjaan Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Pantai ini adalah dokumen
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Pantai berikut dokumen pendukungnya.

Inventarisasi data dilakukan paralel agar tujuan akhir dapat tercapai dengan baik. Mulai
dari pendataan peraturan / kebijakan, review studi terdahulu, sampai kunjungan lapangan.
Data-data tersebut dianalisis, apakah ada kesesuaian antara peraturan / kebijakan dengan
pelaksanaan di lapangan. Jika sudah sesuai, maka Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP
Pantai tersebut selanjutnya disusun berdasarkan hasil analisis data. Jika belum sesuai, maka
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Pantai merujuk pada peraturan / kebijakan dengan
mempertimbangkan hasil kunjungan lapangan.

Pembiayaan untuk OP yang tepat sasaran dan hasil baik melakukan langkah-langkah
kegiatan dengan urutan sebagai berikut :
1) Inventarisasi bangunan dan seluruh kelengkapannya
2) Penelitian terhadap harga satuan dan tenaga setempat
3) Perencanaan harga satuan pembiayaan sesuai dengan tipe kelengkapannya
4) Inventarisasi dan menyusun personalia yang ditugaskan untuk menangani
danmengelola OP sesuai daerahnya
1.23. ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN
Struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan “Pengadaan Jasa Konsultan Audit Teknis dan
Penyusunan AKNOP Pantai, dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Konsultan telah menugaskan seorang Direktur Pelaksanaan dalam pekerjaan ini, yang
diwakili oleh salah seorang Manager Teknik, yang akan senantiasa siap untuk
mengarahkan, mengawasi dan mengatur koordinasi back up support bagi team kerja
bilamana ditemukan kendala yang sulit dipecahkan oleh team. Sehingga dengan
demikian, perintah-perintah yang dikeluarkan oleh Direksi Pekerjaan selaku pihak
pemberi pekerjaan, berkenaan dengan lingkup pekerjaan sebagaimana yang tertuang
didalam kontrak dan telah disepakati bersama, lebih terjamin realisasinya oleh team
kerja konsultan.

2. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, konsultan melakukan koordinisasi sesuai


keperluannya dengan berbagai pihak terkait.

3. Konsultan telah menugaskan seorang Team Leader yang bertanggung jawab penuh
terhadap pelaksanaan pekerjaan, baik dibidang teknis maupun administrasi, sehingga
pekerjaan ini dapat dilaksanakan tepat mutu dan waktu sebagaimana yang disebutkan
didalam KAK. Team Leader akan mengkoordinir aktivitas seluruh anggota team kerja,
dan akan mengatur tata hubungan kerja antar mereka. Team leader juga akan
melaporkan progres pekerjaan, baik kepada pihak pemberi kerja maupun kepada
Direktur pelaksana, selain itu juga akan memimpin diskusi / presentasi yang akan
diadakan dan menghadiri rapat lain yang berkaitan dengan pekerjaan ini.

4. Tenaga Ahli dan Tenaga Teknisi. Tenaga Ahli terdiri dari berbagai tenaga ahli untuk
berbagai bidang, yang masing-masing sangat berpengalaman dalam menangani
pekerjaan sejenis sesuai dengan bidangnya. Sedangkan Tenaga Teknisi terdiri dari juru
ukur yang masing-masing akan membantu tenaga ahli dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan bidangnya.

5. Tenaga Pendukung. Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan pekerjaan, Konsultan


telah menugaskan Administrator, Operator Cad, pesuruhdan surveyor. Administrasi
akan membantu Team Leader dalam melaksanakan pekerjaan administrasi kantor dan
keuangan, operator cad akan membantu dalam penggambaran.
Direktur
CV. NAVEED KONSULTAN DESIGN
(HARDIANSYAH, ST)

Team Leader / Ahli SDA Balai Wilayah Papua Barat

Asisten Ahli SDA

Juru Ukur

Keterangan :
: Garis Perintah
: Garis Koordinasi

Gambar 3.2. Bagan Struktur Organisasi Pelaksana Pekerjaan

1.24. Personil dan Tanggung Jawabnya


Keahlian personil yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan Pengadaan Jasa
Konsultan Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sungai ini harus sesuai dengan persyaratan
yang tertuang di dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), dan dibutuhkan tim pelaksana yang
handal yang terdiri dari tenaga ahli dan tenaga pendukung yang cakap serta
berpengalaman di bidangnya.

Agar dapat lebih terkoordinasi dan dapat lebih dipahami serta dapat dilaksanakan dengan
penuh rasa tanggung jawab, maka perlu adanya penjabaran tugas dari masing-masing
tenaga (personil) yang menangani pekerjaan ini.

Sesuai dengan rincian tugas personil yang tertuang di dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK),
Konsultan akan menugaskan personil pelaksana pekerjaan lengkap dengan personil inti di
dalam struktur organisasi perusahaan, dengan rincian tugas sebagai berikut :
1.25. Direktur Perusahaan
Nama : HARDIANSYAH, ST
Tugas dan tanggung jawab Direktur Perusahaan CV. NAVEED KONSULTAN DESIGN,
antara lain adalah :
Bertanggung jawab dalam pelaksanaan pengelolaan dan pengendalian perusahaan.
Memimpin keseluruhan jalannya perusahaan.
Mengkoordinir dan mengendalikan kegiatan perencanaan dan pelaksanaan pemasaran
serta produksi.
Melaksanakan kerjasama operasi dengan mitra kerja atau perusahaan lain dalam
penanganan pekerjaan/proyek.
Mengelola dan mengendalikan seluruh sumber daya perusahaan.
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan pemasaran, produksi dan
sumber daya perusahaan untuk meningkatkan keuntungan maupun performance
perusahaan.
Melakukan koordinasi dengan direktur I dan staff dalam perusahaan.
Menjalin kerjasama yang baik dengan para stakeholder dan instansi pemerintah
maupun swasta.

1.26. Tugas, Tanggung Jawab Dan Wewenang Tenaga Ahli


Tenaga Ahli merupakan unsur utama dalam melaksanakan Penyusunan Jasa Konsultan
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Pantai, agar diperoleh hasil kerja yang baik dan
dapat selesai sesuai jadwal yang direncanakan, CV. NAVEED KONSULTAN DESIGN akan
menempatkan tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu yang memiliki keahlian dan
pengalaman dalam menangani proyek-proyek perencanaan dan sejenisnya sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan memenuhi kriteria
sebagai berikut :

 Tenaga profesional dan mempunyai kemampuan untuk bekerja keras sesuai dengan
apa yang tertera pada Kerangka Acuan Kerja (KAK).
 Mempunyai latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugasnya,
 Mempunyai kemampuan yang baik terhadap bidang tugasnya,
 Mempunyai latar belakang pengalaman kerja dibidangnya.
 bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan kewajiban.
 Bersedia untuk bekerja di lapangan dan mempunyai mental yang baik sesuai dengan
bidang masing-masing.
Team Konsultan akan dipimpin oleh seorang Pimpinan Team (Team Leader) yang telah
berpengalaman dalam memimpin pekerjaan perencanaan dan sejenisnya, dan akan
membawahi tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan pekerjaan ini.

Untuk posisi Team Leader, CV. NAVEED KONSULTAN DESIGN akan menempatkan
seorang yang telah berpengalaman luas dalam bidang perencanaan dan sejenisnya.
Kriteria dan tanggung jawab tenaga ahli dalam pekerjaan “Pengadaan Jasa Konsultan
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Pantai” adalah sebagai berikut :

1) Ketua Tim (Ahli SDA),


Tugas dan tanggung jawab Ketua Tim (Ahli Sungai) :
Menyiapkan Program kerja.
Mengkoordinasi internal Tim untuk seluruh kegiatan.
Memberi petunjuk dan pengarahan ke seluruh anggota tim sesuai bidang tugasnya.
Melakukan mekanisme kerja eksternal dengan Pihak Direksi.
Menjalankan tugas keseluruhan secara menerus dan koordinatif.
Mengidentifikasi permasalahan OP.
Menyusun AKNOP Sungai sesuai dengan skala prioritas.

2) Tenaga Asisten Ahli SDA,


Tugas dan tanggung jawab Asisten AhliSungai :
Melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam keahlian Ilmu Sungai/ Bangunan
Sungai.
Melakukan pengumpulan data dan analisis data.
Menguraikan tujuan kerja menjadi sasaran operasional yang mudah diukur
keberhasilannya.
Melaksanakan diskusi horizontal dengan anggota tim lainnya yang terkait dengan
bidangnya.
Menyusun AKNOP Sungai sesuai dengan skala prioritas.
Membantu menyusun laporan yang diperlukan oleh team leader.

3) Juru Ukur,
Tugas dan tanggung jawab Juru Ukur :
Melakukan survey lapangan, mengetahui dengan jelas situasi dan kondisi lapangan,
memeriksa pengambilan data lapangan, hasil peta situasi, profil melintang,
memanjang terhadap akurasi data dan gambar yang disajikan.
Merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang menyangkut survey
pengukuran.
Melaksanakan diskusi horisontal dengan anggota tim lainnya yang terkait dengan
bidangnya untuk menjamin agar hasil pekerjaan komprkehensif dan terpadu.
Membantu Team Leader dalam penyusunan laporan-laporan yang terkait dengan
bidang keahliannya dan berpartisipasi dalam diskusi yang diadakan.

1.27. Jadwal Penugasan Tenaga Ahli

Seperti diketahui, bahwa keberadaan dan ketepatan penempatan tenaga ahli sangat
menentukan suatu keberhasilan proyek, ini berarti penentuan kapan para Tenaga Ahli
mulai bekerja merupakan hal yang sangat penting, karena ketidak tepatan waktu bagi para
Tenaga Ahli dapat menimbulkan pemborosan dana dan beresiko terhadap penyelesaian
pekerjaan.

Dalam hal keperluan jumlah tenaga personil yang dibutuhkan, khususnya untukTenaga
Ahli, Proyek secara cermat dan jelas sudah memberikan kebutuhan yang diperlukan,
sedangka jumlah bulan orang (man month) yang dibutuhkan tergantung dari hasil analisa
teknis yang dilakukan sendiri oleh Konsultan, dan hasilnya adalah seperti yang
digambarkan pada Jadwal Penugasan Personil. Selengkapnya, Jadwal Penugasan Personil
tersebut, dengan total waktu pelaksanaan selama 5 (lima) bulan atau 150 (seratus lima
puluh) hari kalender, sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan di dalam Kerangka Acuan
Kerja.

Anda mungkin juga menyukai