UMUM
AKNOP adalah Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan yang memberikan
estimasi dan evaluasi dari kegiatan operasi dan pemeliharaan yang akan dikerjakan
sehingga metoda dan biaya dapat diatur dengan sebaik-baiknya.
Dimasa lalu besaran biaya operasi dan pemeliharaan sungai dan pantai mengacu pada
format dan penilaian dari masing-masing pengelola. Mulai dari perhitungan, formulasi dan
tata cara dalam menentukan biaya operasi dan pemeliharaannya berbeda-beda. Akibatnya
adalah beberapa usulan biaya operasi dan pemeliharaan tidak efektif dan efisien karena
dalam penentuannya hanya menggunakan estimasi sepihak saja. Hal ini menyebabkan sulit
dievaluasi kinerjanya.
1.5. METODOLOGI
Dalam rangka menangani pelaksanaan tersebut, Konsultan menyusun pendekatan
teknisdengan urutan kegiatan sebagai berikut :
Tahap I : Pendahuluan
Tahap II : Pengumpulan dan Analisis Data
Tahap III : Tata Cara Penyusunan Audit Teknis dan AKNOP Pantai
Tahap IV : Pelaporan
Secara garis besar dasar pemikiran terhadap Pendekatan Metodologi yang disusun,
dituangkan dalam bentuk Bagan Alir Kegiatan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.1.
Mulai
Pendahuluan
Persiapan Administrasi
Mobilisasi dan Koordinasi Team Pelaksana
Pemantapan Program Kerja dan Pendalaman KAK
Pengumpulan Data Awal
Diskusi Awal dengan Pemberi Kerja
Studi Literatur
Penyusunan Polapikir
Penyusunan pola PikirTata
Audit
CaraTeknis & Aknop
Penyusunan Sungai
AKNOP OP Sungai dan OP
Pantai
Diskusi
Disetujui?
Tidak
Ya
A
Penyusunan Tata Cara Penyusunan AKNOP OP Sungai dan
OP Pantai
Gambar 3.1.Bagan Alir Metodologi
Penyusunan Pelaksanaan
kerangka konsep Tata Cara PenyusunanPekerjaan
AKNOP OP Sungai dan OP Pantai
Penyusunan konsep Tata Cara Penyusunan AKNOP OP
Sungai dan OP Pantai
A
A
Tidak
Disetujui
Ya
Diskusi
Tidak
Disetujui
Ya
Selesai
1.6. LATAR BELAKANG
a. Dasar Hukum Kegiatan
Peraturan perundangan yang mendasari Audit Teknis OP Sarana/ Prasarana Pengaman
Pantai adalah sebagai berikut :
1. Undang-Undang RI nomor 11 tahun 1974 tentang Pengairan;
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 22 tahun 1982 Tentang
Pengaturan air;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 35 tahun 1991 Tentang Sungai;
4. Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 4 tahun 2015 tentang Perubahan
keempat atas Peraturan presiden nomor 54 tahun 2010 Tentang pengadaan barang
/jasa pemerintahan;
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahaan Rakyat nomor
04/PRT/M/2015 Tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai;
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahaan Rakyat nomor
05/PRT/M/2015 Tentang Pedoman Umum Implementasi Kontruksi Berkelanjutan
pada Penyelenggaraan Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman;
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahaan Rakyat nomor
06/PRT/M/2015 Tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Sumber Air dan Bangunan
Pengairan;
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahaan Rakyat nomor
07/PRT/M/2015 Tentang Pengamanan Pantai;
9. Permen PUPR No. 13/PRT/M/2015 Tentang Penanggulangan Darurat Bencana
Akibat Daya Rusak Air
b. Gambaran Umum
Sesuai dengan Undang-Undang No.11 Tahun 1974 tentang Pengairan, pengelolaan
Sumber Daya Air dilaksanakan berdasarkan prinsip pendayagunaan sumber daya air
secara berkelanjutan, oleh karena itu, dalam audit teknis ini tidak hanya dilihat kondisi
fisik prasarana sumber daya airnya saja, tetapi juga dilihat secara menyeluruh aspek-
aspek yang mendukung kinerja sistem sumber daya air.
Dalam dua dekade terakhir telah dilaksanakan pekerjaan sarana dan prasarana
bangunan pengamanan pantai lebih dari 45 lokasi pantai di Provinsi Bali. Tujuan
utama dari pembangunan fasilitas pengamanan pantai tersebut adalah untuk
memberikan perlindungan atas lahan beserta sarana-prasarana yang terletak di
belakang posisi fasilitas pengamanan pantai terhadap gempuran gelombang dan arus
laut yang sangat merusak dan untuk menanggulangi permasalahan erosi yang
terjadi di wilayah pantai-pantai tersebut.
Mengingat tujuan pembangunan fasilitas pengaman pantai adalah untuk melindungi
lahan beserta sarana-prasarana di atasnya maka konsep desain fasilitas pengaman
pantai yang diadopsi kebanyakan adalah pembangunan struktur keras berupa
“revetment dan seewall” yang dirancang akan berfungsi paling tidak selama 30 (tiga
puluh) tahun. Namun, karena posisi sarana dan prasarana bangunan pengamanan
pantai berada di lokasi batas antara matra darat dan matra laut yang kondisi alamnya
senantiasa berubah dengan sangat dinamik, maka rentang waktu umur tahap rencana
pada kondisi sarana dan prasarana bangunan pengamanan pantai dan juga rentan
terhadap pengaruh perubahan-perubahan kondisi alam yang terjadi.
c. Keterkaitan Program dengan Kegiatan
Perubahan – perubahan kondisi alam, disamping penurunan mutu material karena
dimakan waktu, dapat mengakibatkan fasilitas sarana dan prasarana bangunan
pengaman pantai mengalami kerusakan, deteriorasi, dan atau perubahan.
Dengan mempertimbangkan adanya potensi kerusakan, deteriorasi, dan atau perubahan
tersebut maka sangat perlu dilaksanakan pekerjaan audit teknis sarana dan prasarana
pengaman pantai yang tersebar di pulau Bali, sehingga proses perawatan dan pemeliharaan
dapat dilakukan secara berkelanjutan. Sebagai acauan untuk pemeliharaan diperlukan data-
data teknis yang actual mengenai kondisi fisik dan karakteristik yang ada dari wilayah
tersebut. Oleh karena itu dengan dilakukan pekerjaan ini nantinya dapat diperoleh data
mengenai kondisi fisik dan karakteristik sehingga perawatan dan pemeliharaan dapat
dilakukan.
1.8. Pendahuluan
Pada Tahap Pendahuluan akan dilakukan berbagai kegiatan awal mencakup pengumpulan
data awal, mengkaji laporan terdahulu maupun referensi-referensi lain.
Melakukan koordinasi dalam memantapkan program kerja yang akan dilaksanakan pada
tahap-tahap selanjutnya. Tahap ini terdiri dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Persiapan Administrasi
Persiapan administrasi merupakan kegiatan paling awal yang dilaksanakan oleh pihak
Konsultan setelah menerima Surat Perintah Mulai Kerja (SPK)/Kontrak dari Pemberi
Kerja. Persiapan administrasi tersebut mencakup pembuatan dokumen kontrak,
pengurusan surat ijin ke instansi terkait, pembuatan surat tugas kepada personil yang
akan terlibat dalam penanganan proyek, surat pernohonan data dan sebagainya.
Persiapan administrasi tersebut diusahakan dapat diselesaikan sesegera mungkin
sehingga tidak menghambat pelaksanaan pekerjaan berikutnya.
Pekerjaan persiapan ini akan dilaksanakan oleh seorang administrasi teknik yang telah
cukup berpengalaman dalam menangani pekerjaan yang sejenis, sehingga diharapkan
dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu yang disediakan untuk itu. Segala sesuatu
yang terkait dengan masalah administrasi tersebut akan selalu di bawah pengawasan
Team Leader yang bertanggung jawab atas penyelesaian seluruh pekerjaan.
Dengan telah dimobilisasinya Tenaga Ahli tersebut, maka kegiatan penanganan proyek
dengan skala penuh telah berjalan.
Tingkat keberhasilan suatu proyek tidak hanya tergantung atas kemampuan dari para
Tenaga Ahli yang menangani, akan tetapi faktor koordinasi akan memegang peranan
kunci yang akan menentukan kelancaran dan kesempurnaan hasil yang akan dicapai.
Dengan koordinasi diharapkan tidak ada kerancuan dan tumpang tindih pelaksanaan
kegiatan dari masing-masing Tenaga Ahli, sehingga dukungan dari masing-masing
personil akan memberikan hasil yang optimal.
Mengingat pentingnya koordinasi ini, Team Leader akan memimpin langsung untuk
membicarakan dan mendiskusikan masalah-masalah yang berkaitan dengan :
- Jadwal pelaksanaan pekerjaan
- Jadwal penugasan masing-masing personil
- Uraian tugas dari masing-masing personil
- Hubungan kerja antar personil
- Peralatan yang akan dibutuhkan
- Dukungan pendanaan
- Dan sebagainya.
Disamping koordinasi antar Team Konsultan, koordinasi akan dilakukan pula dengan
Pemberi Kerja, khususnya dengan Direksi Pekerjaan. Hal ini terkait dengan usaha
menyamakan persepsi yang sangat dibutuhkan sebagaimana dipersyaratkan dalam
Kerangka Acuan Kerja.
d. Penyusunan RMK
Rencana Mutu Kontrak (RMK) digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Rencana Mutu Pekerjaan (RMK) antara lain memuat: sasaran mutu, persyaratan teknis
dan administrasi, struktur organisasi, tugas dan tanggung jawab, bagan alir kegiatan,
jadwal pelaksanaan kegiatan, jadwal peralatan, daftar material dan jadwal personil.
Disamping itu Konsultan juga akan melakukan studi lileratur, baik literatur dari dalam
negeri maupun dari luar negeri, dengan maksud untuk memperkaya pengetahuan
dalam upaya mencapai sasaran pekerjaan ini.
h. Penyusunan Pola Pikir Tata Cara Penyusunan Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP
Pantai
Untuk penyusunan tata cara penyusunan AKNOP Pantai yang akan dikembangkan
sejauh mungkin dapat mengadopsi sistem yang telah ada sehingga terjamin
keberlanjutan program dan kontinuitas data. Oleh sebab itu sebelum melakukan
pengembangan dan penyempurnaan pedoman, Konsultan akan melakukan evaluasi
terhadap sistem yang telah ada agar nantinya sedapat mungkin sistem tersebut dapat
terintegrasi dengan sistem yang baru.
Menyusun pola pikir Tata Cara Penyusunan Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP
Pantai, yang setidaknya berisi:
1) Kondisi pengelolaan dan AKNOP Pantai saat ini, serta aturan/kebijakan yang
mendasari;
2) Tata cara Penyusunan Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Pantai;
3) Rekomendasi langkah/upaya penerapan.
b. Kunjungan Lapangan
Melakukan kunjungan lapangan ke lokasi kegiatan di wilayah Pantai guna
pengumpulan data, inventarisasi dan konsultasi dengan pakar, pejabat/petugas OPBWS
dan pejabat / petugas Dinas PU / PSDA setempat, masyarakat, serta
pemangkukepentingan lainnya terkait Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Pantai,
sekaligus melakukan peninjauan langsung ke lapangan.
d. Survey Lapangan
Dalam pelaksanaan kegiatan Survey Lapangan konsultan akan mendata kondisi sarana
/ prasarana bangunan air yang dimiliki oleh Balai Wilayah Papua Barat dengan
dibuktikan oleh foto dokumentasi dan titik lokasi letak bangunan tersebut berada
dengan menggunakan GPS.
e. Pengolahan Data
Data yang diperoleh di lapangan tersebut selanjutnya akan diolah guna dilakukan
penghitungan teknis mengenai kerusakannya dan mendesain kerusakan tersebut
sehingga dapat diketahui sarana / prasarana bangunan air mana saja yang perlu
direhabilitasi.
1.17. Penghitungan Batas Sempadan Pantai Terkait Perlindungan Terhadap Bencana Alam
1.21. Penghitungan Batas Sempadan Pantai Terkait Akses Publik Dan Saluran Air Dan
Limbah
Penghitungan batas sempadan pantai sehubungan dengan pengaturan akses publik dan
pengaturan untuk saluran air dan limbah ditentukan berdasarkan jenis dan intensitas
aktivitas di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penghitungan batas sempadan pantai diatur
dalam peraturan menteri.
Dengan berlakunya Perpres No. 51/2016, maka ketentuan dalam peraturan daerah tentang
rencana tata ruang wilayah provinsi, peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota, dan peraturan daerah tentang rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil yang telah ada dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
Perpres No. 51/2016 ini. Setiap peraturan daerah yang bertentangan dengan Perpres No.
51/2016 harus disesuaikan paling lambat dalam waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak
tanggal diundangkannya Perpres No. 51/2016 atau paling lambat tanggal 19 Juni 2021.
Akhir dari pekerjaan Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Pantai ini adalah dokumen
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Pantai berikut dokumen pendukungnya.
Inventarisasi data dilakukan paralel agar tujuan akhir dapat tercapai dengan baik. Mulai
dari pendataan peraturan / kebijakan, review studi terdahulu, sampai kunjungan lapangan.
Data-data tersebut dianalisis, apakah ada kesesuaian antara peraturan / kebijakan dengan
pelaksanaan di lapangan. Jika sudah sesuai, maka Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP
Pantai tersebut selanjutnya disusun berdasarkan hasil analisis data. Jika belum sesuai, maka
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Pantai merujuk pada peraturan / kebijakan dengan
mempertimbangkan hasil kunjungan lapangan.
Pembiayaan untuk OP yang tepat sasaran dan hasil baik melakukan langkah-langkah
kegiatan dengan urutan sebagai berikut :
1) Inventarisasi bangunan dan seluruh kelengkapannya
2) Penelitian terhadap harga satuan dan tenaga setempat
3) Perencanaan harga satuan pembiayaan sesuai dengan tipe kelengkapannya
4) Inventarisasi dan menyusun personalia yang ditugaskan untuk menangani
danmengelola OP sesuai daerahnya
1.23. ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN
Struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan “Pengadaan Jasa Konsultan Audit Teknis dan
Penyusunan AKNOP Pantai, dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Konsultan telah menugaskan seorang Direktur Pelaksanaan dalam pekerjaan ini, yang
diwakili oleh salah seorang Manager Teknik, yang akan senantiasa siap untuk
mengarahkan, mengawasi dan mengatur koordinasi back up support bagi team kerja
bilamana ditemukan kendala yang sulit dipecahkan oleh team. Sehingga dengan
demikian, perintah-perintah yang dikeluarkan oleh Direksi Pekerjaan selaku pihak
pemberi pekerjaan, berkenaan dengan lingkup pekerjaan sebagaimana yang tertuang
didalam kontrak dan telah disepakati bersama, lebih terjamin realisasinya oleh team
kerja konsultan.
3. Konsultan telah menugaskan seorang Team Leader yang bertanggung jawab penuh
terhadap pelaksanaan pekerjaan, baik dibidang teknis maupun administrasi, sehingga
pekerjaan ini dapat dilaksanakan tepat mutu dan waktu sebagaimana yang disebutkan
didalam KAK. Team Leader akan mengkoordinir aktivitas seluruh anggota team kerja,
dan akan mengatur tata hubungan kerja antar mereka. Team leader juga akan
melaporkan progres pekerjaan, baik kepada pihak pemberi kerja maupun kepada
Direktur pelaksana, selain itu juga akan memimpin diskusi / presentasi yang akan
diadakan dan menghadiri rapat lain yang berkaitan dengan pekerjaan ini.
4. Tenaga Ahli dan Tenaga Teknisi. Tenaga Ahli terdiri dari berbagai tenaga ahli untuk
berbagai bidang, yang masing-masing sangat berpengalaman dalam menangani
pekerjaan sejenis sesuai dengan bidangnya. Sedangkan Tenaga Teknisi terdiri dari juru
ukur yang masing-masing akan membantu tenaga ahli dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan bidangnya.
Juru Ukur
Keterangan :
: Garis Perintah
: Garis Koordinasi
Agar dapat lebih terkoordinasi dan dapat lebih dipahami serta dapat dilaksanakan dengan
penuh rasa tanggung jawab, maka perlu adanya penjabaran tugas dari masing-masing
tenaga (personil) yang menangani pekerjaan ini.
Sesuai dengan rincian tugas personil yang tertuang di dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK),
Konsultan akan menugaskan personil pelaksana pekerjaan lengkap dengan personil inti di
dalam struktur organisasi perusahaan, dengan rincian tugas sebagai berikut :
1.25. Direktur Perusahaan
Nama : HARDIANSYAH, ST
Tugas dan tanggung jawab Direktur Perusahaan CV. NAVEED KONSULTAN DESIGN,
antara lain adalah :
Bertanggung jawab dalam pelaksanaan pengelolaan dan pengendalian perusahaan.
Memimpin keseluruhan jalannya perusahaan.
Mengkoordinir dan mengendalikan kegiatan perencanaan dan pelaksanaan pemasaran
serta produksi.
Melaksanakan kerjasama operasi dengan mitra kerja atau perusahaan lain dalam
penanganan pekerjaan/proyek.
Mengelola dan mengendalikan seluruh sumber daya perusahaan.
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan pemasaran, produksi dan
sumber daya perusahaan untuk meningkatkan keuntungan maupun performance
perusahaan.
Melakukan koordinasi dengan direktur I dan staff dalam perusahaan.
Menjalin kerjasama yang baik dengan para stakeholder dan instansi pemerintah
maupun swasta.
Tenaga profesional dan mempunyai kemampuan untuk bekerja keras sesuai dengan
apa yang tertera pada Kerangka Acuan Kerja (KAK).
Mempunyai latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugasnya,
Mempunyai kemampuan yang baik terhadap bidang tugasnya,
Mempunyai latar belakang pengalaman kerja dibidangnya.
bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan kewajiban.
Bersedia untuk bekerja di lapangan dan mempunyai mental yang baik sesuai dengan
bidang masing-masing.
Team Konsultan akan dipimpin oleh seorang Pimpinan Team (Team Leader) yang telah
berpengalaman dalam memimpin pekerjaan perencanaan dan sejenisnya, dan akan
membawahi tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan pekerjaan ini.
Untuk posisi Team Leader, CV. NAVEED KONSULTAN DESIGN akan menempatkan
seorang yang telah berpengalaman luas dalam bidang perencanaan dan sejenisnya.
Kriteria dan tanggung jawab tenaga ahli dalam pekerjaan “Pengadaan Jasa Konsultan
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Pantai” adalah sebagai berikut :
3) Juru Ukur,
Tugas dan tanggung jawab Juru Ukur :
Melakukan survey lapangan, mengetahui dengan jelas situasi dan kondisi lapangan,
memeriksa pengambilan data lapangan, hasil peta situasi, profil melintang,
memanjang terhadap akurasi data dan gambar yang disajikan.
Merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang menyangkut survey
pengukuran.
Melaksanakan diskusi horisontal dengan anggota tim lainnya yang terkait dengan
bidangnya untuk menjamin agar hasil pekerjaan komprkehensif dan terpadu.
Membantu Team Leader dalam penyusunan laporan-laporan yang terkait dengan
bidang keahliannya dan berpartisipasi dalam diskusi yang diadakan.
Seperti diketahui, bahwa keberadaan dan ketepatan penempatan tenaga ahli sangat
menentukan suatu keberhasilan proyek, ini berarti penentuan kapan para Tenaga Ahli
mulai bekerja merupakan hal yang sangat penting, karena ketidak tepatan waktu bagi para
Tenaga Ahli dapat menimbulkan pemborosan dana dan beresiko terhadap penyelesaian
pekerjaan.
Dalam hal keperluan jumlah tenaga personil yang dibutuhkan, khususnya untukTenaga
Ahli, Proyek secara cermat dan jelas sudah memberikan kebutuhan yang diperlukan,
sedangka jumlah bulan orang (man month) yang dibutuhkan tergantung dari hasil analisa
teknis yang dilakukan sendiri oleh Konsultan, dan hasilnya adalah seperti yang
digambarkan pada Jadwal Penugasan Personil. Selengkapnya, Jadwal Penugasan Personil
tersebut, dengan total waktu pelaksanaan selama 5 (lima) bulan atau 150 (seratus lima
puluh) hari kalender, sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan di dalam Kerangka Acuan
Kerja.