TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Semen
Semen berasal dari bahasa latin “Caementum” yang berarti bahasa perekat,
secara sederhana definisi semen adalah bahan perekat atau lem, yang bias
merekatkan bahan – bahan material seperti batu bata dan batu koral sehingga
membentuk suatu bangunan.
Sedangkan dalam pengertian secara umum diartikan sebagai bahan perekat
yang memiliki sifat mampu mengikat bahan – bahan padat menjadi satu
kesatuan yang kompak dan kuat.
Perkembangan infrastruktur juga semakin meningkat. Hal ituterlihat dari
berbagai macam bangunan yang telah berdiri kokoh dan tinggi menjulang
menghiasi wajah wajah perkataan baik yang diperuntukkan sebagai tempat
hunian,perkantoran, maupun sarana umum lainnya. Hal ini tidak lepas dari
peran penting konstruksi bangunan dimanaperan semen sebagai bahan baku
sangat penting untuk menjulang kekokohan konstruksi.
Dalam perkembangan peradaban manusia khusus dalam bagian bangunan,
menunjukkan fungsi semen sejak zaman dulu. Kata semen yang diterjemahkan
dari bahasa latin yaitu caementum yang berarti "dipotong menjadi bagian-
bagian kecil yang tidak beraturan" sedangkan menurut pengertiannya semen
yang berarti bahan perekat yang mampu menyatukan atau mengikat antara dua
atau lebih bahan sehingga menjadi kompak atau dalam pengertian yang luas
adalah materi yang plastis yang memberikan sifat rekat antara batu-batu
konstruksi bangunan.
B. Jenis – Jenis Semen
1. Semen Portland
Semen putih adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan digunakan
untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler ataupengisi.
Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.
3. Semen Sumur Minyak (Oil Well Cement)
Bahan baku pembuatan semen Portland adalah klinker. Klinker dibuat dari
batu kapur dan tanah liat sebagai bahan baku utamanya, dan di campurkan
dengan bahan korektif yaitu pasir silica dan pasir besi kemudian dihaluskan
menggunakan Raw Mill. Kemudian dibakar pada suhu ± 1450ºC dan di
dinginkan secara cepat dengan menggunakan Cooler hingga suhu ± 60ºC.
1. Batu Kapur (Limestone)
Batu Kapur merupakan sumber utama senyawa Kalsium. Batu kapur murni
umumnya merupakan kalsit atau aragonit yang secara kimia keduanya
dinamakna (CaCO3).
Kalsium Karbonat (CaCO3) di alam sangat banyak terdapat di berbagai
tempat. Kalsium karbonat berasal dari pembentukan geologis yang pada
umumnya dapat dipakai untuk pembuatan semen Portland sebagai sumber
utama senyawa Ca.
Pasir silika digunakan sebagai pengkoreksi kadar SiO2 dalam tanah liat yang
rendah.
E. Bahan Tambahan
1. Gypsum
Abu terbang adalah bagian dari sisa pembakaran batubara pada boiler
pembangkit listrik tenaga uap yang berbentuk partikel halus amorf dan bersifat
fozzolan yang dapat bereaksi dengan kapur pada suhu kamar dengan media air
membentuk senyawa yang bersifat mengikat.
F. Proses Pembuatan Semen:
1. Quarry
Bahan tambang berupa batu kapur, batu silika, tanah liat, dan material-
material lain yang mengandung kalsium, silicon, aluminium, dan besi oksida.
Bahan baku utama yang digunakan adalah batu kapur dan tanah liat.
2. Crushing
Penghancuran material menjadi bentuk yang lebih kecil dan siap di umpan
ke Raw Mill, hasil penghancuran di simpan dalam gudang. Tanah liat yang
berasal dari quarry mengalami dua tahap proses di uraikan, yakni dengan
primary crusher dan secondary crusher yang keluar dari primary crusher
berukuran lebih kecil dari 125 mm setelah melewati secondary crusher
berukuran lebih kecil 80 mm.
Bersama dengan itu tanah liat berasal dari ammassangeng / bungaeja juga
mengalami proses penghancuran. Komposisi tanah liat yang telah di campur
dalam mix crusher untyk selanjutnya ditampung di dalam gudang mix pile.
Disamping itu bahan – bahan korektif seperti pasir silika dan pasir besi juga
mengalami proses penghancuran terlebih dahulu sebelum di tampung pada
gudang adiktif juga harus tersedia limestone murni yang telah melewati dua
tahap penghancuran. Tujuan dari penyimpanan ini adalah untuk mendapatkan
sejumlah material yang homogen secara terus menerus dan siap untuk diangkut
oleh transportasi lainnya. Material–material ditampung dalam gudang mix pile.
3. Penggilingan dan Homogenisasi (Raw Milling and Blending)
METODE ANALISA
1. Standar Acuan
SNI – 15 – 2049 – 2015
2. Tujuan Analisa
Untuk mendapatkan bagian yang tidak larut dalam semen
3. Dasar Prinsip
Bagian Tak Larut dari semen di tentukan dengan Mendigest contoh dalam
HCl. Setelah penyaringan selanjutnya didigest (dipanaskan dan dibiarkan
selama 15 menit pada suhu hampir mendidih) dengan Natrium Hidroksida,
Residu yang di peroleh dipijarkan dan ditimbang.
4. Alat dan Bahan
Kertas
Desikator
Saring No.41
Gegep
Corong
Pipet Tetes
Gelas Kimia
Neraca Digital
Cawan Platina
Indikator MM
Pengaduk
HCl 37 %
Hot Plate
NaOH 1 %
Labu Semprot
NH4Cl
Tanur
5. Cara Kerja
a. Ditimbang 1gram sampel, dimasukkan kedalam gelas kimia 250 ml.
Ditambahkan 25 Aquadest dan 5 ml HCl pekat.
b. Dipanaskan larutan, dan ditekan – tekan dengan batang pengaduksampai
terurai sempurna.
c. Diencerkan larutan hingga 50 ml dengan aqudest panas sambil di panaskan
hingga titik didih.
d. Disaring dengan menggunakan kertas saring No.41 (simpan Filtrat untuk
penguian Sulfur Trioksida (SO3 ).
e. Dicuci endapan dengan menggunakan Aquadest panas.
f. Dicuci gelas kimia, lalu ditambahkan NaOH 100 ml, kemudian di panaskan.
g. Endapan dan kertas saring dipindahkan kedalam gelas piala yang telah
ditambahkan 100 ml NaOH Panas, didigest selama 15 menit.
h. Ditambahkan 2 tetes indikator MM lalu di asamkan dengan HCl hingga
terjadi perubahan warna dari kuning ke merah muda.
i. Dimasukkan kertas saring kedalam cawan yang telah diketahui bobotnya
dengan tepat.
j. Dipijarkan di dalam tanur pada suhu 1000 °C selama 45 menit, didinginkan
di dalam desikator kemudian ditimbang.
6. Perhitungan
B. Hilang Pijar
1. Standar Acuan
SNI – 15 – 2049 – 2015
2. Tujuan Analisa
Untuk mengetahui bagian yang hilang pada semen.
3. Dasar Prinsip
Dalam metode uji ini semen dipijarkan dalam tanur dengan suhu yang telah
di atur, bagian yang hilang menunjukkan jumlah air dan CO 2 yang terkandung
dalam semen.
4. Alat dan Bahan
Cawan Platina
Desikator
Neraca Diital
Gegep
Spatula
Sampel Semen
Tanur
5. Cara Kerja
a. Ditimbang 1 gramsampel ke dalam cawan platina yang telah diketahui
bobotnya.
b. Dipijarkan di dalam tanur pada suhu 1000 °C selama 30 menit.
c. Didinginkan di dalam desikator
d. Ditimbang kembali cawan yang tealah dipijarkan.
6. Perhitungan
Perhitungan Hilang Pijar adalah sebagai berikut :
% Hilang Pijar = 𝑊1−𝑊2
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑥 100
Keterangan :
W1 = Berat cawan + Sampel sebelum pemijran (g)
W2 = Berat cawan + Sampel setelah pemijaran(g)
C. Sulfur Trioksida
1. Standar Acuan
SNI – 15 – 2049 – 2015
2. Tujuan Analisa
Untuk mengetahui kadar sulfur trioksida pada semen.
3. Dasar Prinsip
Dalam metode ini sulfat diendapakan dari larutan asam dari semen
dengan barium klorida (BaCl2). Endapan dipijarkan ditimbangsebagai
barium sulfat (BaSO4) dan dihitung keadaan sulfur trioksida (SO3).
4. Alat dan Bahan
Cawan
Hot Plate
Tanur
Corong
Gelas piala 400 ml
Pengaduk
Pipet tetes
Semen
Aquades
larutan BaSO4
Kertas saring
5. Cara Kerja
a. Mengencerkan filtrat pengujian bagian tak larut sampai 250 ml dan
didihkan. Kemudian menambahkan perlahan lahan, tetes demi tetes 10
ml BaCl2 dan melanjutkan pendidihan sampai endapan terbentuk
sempurna. Digest larutan selama 12 – 24 jam pada suhu hampir
mendidih, pertahankan volume larutan (catatan : apabila penentuan cara
cepat dibutuhkan waktu digest dapat di percepat menjadi 3 jam,
Meskipun demikian semen dapat ditolak karna memenuhi persyaratan
spesifikasi, hanya berdasarkan hasil yang di peroleh bila menggunakan
waktu digest 12 – 24 jam).
b. Menyaring melalui kertas No.42,mencuci endapan dengan air destilasi
panas kemudian memindahkan kertas saring ke dalam cawan yang telah
ditimbang (W1) dan perlahan – lahan mengarangkan dan mengabukan
kertas saring tanpa nyala. Kemudian memijarkan pada suhu 800 –
900°C. Mendinginkan di dalam desikator dan menimbang (W2).
6. Perhitungan
𝑊1−𝑊2
% SO3= 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑥 3,34
Keterangan :
W1 = Berat cawan + Sampel sebelum pemijran(g)
W2 = Berat cawan + Sampel setelah pemijaran (g)