Anda di halaman 1dari 2

Komponen Sistem Hidrotermal

(Pirajno, 2009)

Sebuah sistem hidrotermal intinya merupakan sistem fluida panas yang bersirkulasi. Sistem hidrotermal
dapat disederhanakan menjadi beberapa bagian. Penyederhanaan ini dapat kita mempermudah melihat
sistem hidrotermal secara keseluruhan. Komponen-komponen utama penyusun sistem hidrotermal,
antara lain:

1. Heat Source atau sumber panas, berupa energi yang dibutuhkan untuk mendorong fluida
bersirkulasi. Energi panas sistem hidrotermal bisa berasal dari mana saja, seperti panas magmatik
(intrusi), gradien geotermal, reaksi radioaktif, dan metamorfisme.
2. Fase fluida, berupa fluida panas yang dapat berasal dari mana saja, misalnya air formasi, larutan
sisa intrusi, dan lainnya.
3. Ruang (plumbing structure), seperti permeabilitas batuan, jaringan fraktur atau pun sesar. Ruang
mengakomodir terjadinya sirkulasi fluida.

Ketiga komponen tersebut menyebabkan terjadinya sirkulasi fluida hidrotermal. Zona alterasi yang
ekstensif dan signifikan dihasilkan dari sirkulasi fluida dengan volume yang besar juga. Jumlah fluida
hidrotermal yang melalui batuan umumnya disebut sebagai water/ rock ratio (w/r), yaitu total massa
fluida yang melewati sistem dalam unit waktu dibagi dengan massa total batuan. W/r akan sebanding
dengan tingkat pertukaran atau perubahan yang terjadi pada batuan asal. Nilainya dapat dihitung dengan
mengetahui isotop oksigen saat interaksi batuan dengan fluida. Pada umumnya nilai w/r di sistem
hidrotermal bervariasi 0,1 hingga 4.

Sel hidrotermal aktif akan terdiri dari sistem recharge fluida, sel sirkulasi, dan sistem discharge fluida.
Recharge adalah masuknya fluida ke sistem hidrotermal sedangkan discharge adalah keluarnya fluida.
Tempat discharge fluida adalah struktur geologi dan dapat berupa konduit tunggal, jalur-jalur, atau
jaringan rekahan-rekahan kecil (i.e. sesar, fracture network, shear zone). Mineral umumnya terdeposisi
pada zona-zona discharge tersebut.

Daftar Pustaka:
Pirajno, Franco. 2009. Hydrothermal Processes and Mineral Systems.
Springer: Australia.
Skema aliran fluida di sistem hidrotermal yang dikontrol oleh struktur geologi. Bagian upstream terdiri
dari sumber fluida bervolume besar yang mana kemudian mengalir melalui struktur-struktur dan
berinteraksi dengan batuan-batuan impermeabel. Ketika bertemu batuan permeabel tekanan fluida
akan berubah dan bisa terjadi berbagai proses yang berasosiasi dengan pengendapan mineral bijih,
seperti boiling, hydrofracturing, dan lain-lain. Jika fluida tidak menemui penghalang maka fluida akan
terus bersirkulasi dan unsur/ senyawa di dalamnya tersebar, tidak menghasilkan mineralisasi.

Transportasi Material dalam Alterasi

(Rose & Burt, tahun)

Pertukaran atau transportasi material antar fluida hidrotermal dengan batuan induk dapat terjadi dengan
cara infiltrasi, difusi, atau gabungan antar keduanya. Infiltrasi adalah pergerakan massa karena aliran
fluida melalui batuan. Infiltrasi akan dominan jika jarak yang jauh dan material mengalir 1 arah. Pada
proses infiltrasi solid solution mineral di tiap zona alterasi komposisinya konstan dan sangat berubah antar
zona. Sedangkan difusi adalah proses pertukaran spesies kimia (ion), melalui fluida pori yang stagnan.
Pada difusi material bergerak 2 arah dan solid solutionnya berubah secara gradual tanpa perubahan tiba-
tiba antar zona. Meski demikian, pada kenyataannya kedua cara transportasi material tersebut terjadi
bersamaan karena perbedaan gradient kimia maupun termal antar fluida yang mengalir dan kondisi kimia
awal wallrock.

Beberapa catatan yang perlu diingat terkait infiltrasi dan difusi material hidrotermal.

Anda mungkin juga menyukai