Anda di halaman 1dari 11

TUGAS SEDIMENTOLOGI

RINGKASAN ARUS TURBULENSI DAN TRANSPORT


SEDIMEN BERDASARKAN JURNAL

OLEH :

YAHYA BENARDUS SIHOMBING


1304115487
ILMU KELAUTAN (B)

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2016
A. Arus Tubulensi

Faktor-faktor yang mengontrol terbentuknya sedimen adalah iklim, topografi,


vegetasi dan juga susunan yang ada dari batuan. Sedangkan faktor yang mengontrol
pengangkutan sedimen adalah air, angin, dan juga gaya grafitasi. Sedimen dapat
terangkut baik oleh air, angin, dan bahkan salju. Mekanisme pengangkutan sedimen
oleh air dan angin sangatlah berbeda. Pertama, karena berat jenis angin relatif lebih
kecil dari air maka angin sangat susah mengangkut sedimen yang ukurannya sangat
besar. Besar maksimum dari ukuran sedimen yang mampu terangkut oleh angin
umumnya sebesar ukuran pasir. Kedua, karena sistem yang ada pada angin bukanlah
sistem yang terbatasi (confined) seperti layaknya channel atau sungai maka sedimen
cenderung tersebar di daerah yang sangat luas bahkan sampai menuju atmosfer.
Turbulensi adalah sebuah keadaan yang ditandai ketidakstabilan (disorder)
dan keacakan (randomness) pergerakan di setiap skalanya. Turbulensi menarik
komponen-komponen yang dipengaruhinya ke arah tertentu dan kemudian
melepasnya secara tiba-tiba. Timbullah guncangan. Wilayah turbulensi ini
dipengaruhi oleh apa yang dinamakan dengan downdraft (gerakan massa udara ke
bawah). Turbulensi banyak sekali jenisnya. Turbulensi atau turbulence adalah
gerakan tidak beraturan atau berputar tidak beraturan akibat perbedaan tekanan udara
atau perbedaan temperatur udara.
Arus turbulen adalah aliran fluida yang partikel-partikelnya bergerak secara
acak dan tidak stabil dengan kecepatan berfluktuasi yang saling interaksi. Akibat dari
hal tersebut garis alir antar partikel fluidanya saling berpotongan. Turbulen
mentransport partikel-partikel dengan dua cara; dengan penambahan gaya fluida dan
penurunuan tekanan lokal ketika pusaran turbulen bekerja padanya. Keduanya adalah
penyebab terjadinya transportasi pasir sepanjang bawah permukaan. Di alam hampir
semua mekanisme transport pasir terjadi secara turbulen. Turbulen terutama terjadi di
sungai akibat penggerusan sepanjang batas arus air, dan meningkat akibat kekasaran
bawah permukaan; sepanjang garis pantai dan laut penyebabnya adalah ombak,
tekanan angin permukaan, dan penggerusan arus.
Disamping mempengaruhi proses diatas, ternyata turbulensi juga mempengaruhi
penjalaran gelombang akustik dan gelombang optik dilaut melalui peristiwa
hamburan, refraksi dan difleksi [Monin, A.S & R.V Ozmidov, 1985]. Karena gerakan
yang ada dalam turbulensi sangat acak dan vertikal, maka sukar bagi kita untuk
memecahkan secara analitik serta sukar membuat pengukuran secara kinematik.
Gerakan turbulensi di laut diklasifikasikan menurut sifat alamiahnya, skala spatio-
temporal, arah mixing (isopiknal/diapiknal) dan intensitasnya.

Partikel semua ukuran digerakkan di dalam fluida oleh salah satu dari tiga
mekanisme . Pertama, partikel dapat bergerak menggelinding (rolling) di dasar aliran
udara atau air tanpa kehilangan kontak dengan permukaan dasar. Kedua, partikel
dapat bergerak dalam serangkaian lompatan, secara periode meninggalkan permukaan
dasar dan terbawa dengan jarak yang pendek di dalam tubuh fluida sebelum kembali
ke dasar lagi; ini dikenal sebagai saltasi (saltation). Terakhir, turbulensi di dalam
aliran dapat menghasilkan gerakan yang cukup untuk menjaga partikel bergerak terus
di dalam fluida; dikenal sebagai suspensi (suspension).

Ada sejumlah faktor yang mengontrol gerakan partikel di dalam fluida


turbulen. Pertama, karena kecepatan aliran meningkat, energi kinetik di dalam fluida
menjadi lebih besar sehingga mengangkat partikel dari permukaan dasar dan
menggerakkan secara saltasi. Kedua, turbulensi yang meningkat juga menyediakan
gaya yang cukup kuat untuk menjaga partikel tetap tersuspensi. Ketiga, partikel
dengan massa yang lebih besar memerlukan energi lebih untuk terangkat dan
tersaltasi dan menjaga partikel agar tetap tersuspensi. Terakhir, partikel dengan luas
permukaan relatif lebih besar dari massanya (contoh, mineral berbentuk lempengan /
‘platy’ seperti mika) memiliki kecepatan pengendapan yang lebih rendah (perlu
waktu lebih lama untuk tenggelam) dan dapat tetap (permanen atau sementara)
tersuspensi dengan lebih mudah.

Gambar 1. Mekanisme transportasi partikel di dalam aliran: rolling dan saltasi


(bedload); dan suspensi (suspended).

Pada kecepatan arus rendah hanya partikel halus (lempung) dan partikel
berdensitas rendah yang tetap tersuspensi, dengan partikel berukuran pasir
bergerak rolling dan beberapa tersaltasi. Pada tingkat aliran yang lebih tinggi semua
lanau dan beberapa pasir dapat tetap tersuspensi, dengan butiran (granules) dan
kerakal halus (fine pebble) tersaltasi dan material lebih kasar bergerak rolling.

Proses-proses ini secara esensial serupa baik di udara maupun di air, tapi di
udara diperlukan kecepatan yang lebih tinggi untuk menggerakkan partikel tertentu
karena densitas dan viskositas yang lebih rendah jika dibandingkan dengan air .
Konsekuensi dari viskositas udara yang rendah adalah butiran yang tersaltasi
mendaratkan efek bantalan (cushioning effect) medium fluida yang relatif sedikit, dan
butir-butir mempunyai momentum yang cukup untuk menumbuk butir-butir ke dalam
aliran yang mengalir bebas. Efek ini tidak begitu nyata di dalam air karena gesekan
antara butir yang bergerak dan fluida energinya telah habis sebelum mendarat.
Zat particulate (substansi yang terdiri dari partikel-partikel yang terpisah) yang
terbawa oleh aliran biasanya diistilahkan bedload (partikel yang rolling dan tersaltasi)
dan suspended load (material dalam suspensi), juga terkadang disebut
sebagai washload .

Tabel Densitas dan viskositas media transportasi fluida

Partikel yang Masuk ke dalam Aliran

Tidak dengan seketika terlihat jelas mengapa partikel yang berada di dasar
aliran (contoh, di dasar sungai) lakukan selain dari bergerak terseret (frictional drag).
Gerakan terseret antara air yang mengalir dan objek di dalam aliran adalah
mekanisme utama bagi material kasar tertransportasikan sebagai komponen rolling
bedload. Beberapa partikel bergerak ke atas dari dasar aliran dan sementara waktu
memasuki aliran sebelum terendapkan kembali ketika aliran menurun. Ini adalah
partikel saltasi. Aliran tidak mampu mempertahankan butir-butir ini dalam suspensi
karena butir ini jatuh ke bawah lagi, jadi apa yang pertama kali membuat butir-butir
ini bergerak naik? Jawabannya terdapat pada efek Bernoulli, fenomena yang
memperkenankan burung-burung dan pesawat terbang dapat terbang dan kapal pesiar
dapat berlayar ‘dekat dengan angin’.

Efek Bernoulli sangat baik dijelaskan dengan membahas aliran fluida (udara, air atau
semua media fluida) di dalam tabung yang salah satu sisinya menyempit. Luas
penampang melintang tabung di satu sisi lebih besar dari sisi lain, tapi untuk
mempertahankan transportasi fluida agar tetap konstan di sepanjang tabung, jumlah
yang sama harus mengalir di satu sisi dan keluar di sisi lain dengan periode waktu
tertentu. Untuk memperoleh jumlah yang sama dari fluida, harus bergerak pada
kecepatan yang lebih tinggi ketika melewati sisi yang sempit. Efek ini lazim dikenal
orang yang memencet ujung selang air taman: air yang menyembur akan semakin
cepat ketika ujung selang air sebagian ditutup.
Distribusi ukuran butir dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis agen
transportasi, gelombang, pasang surut, angin lokal dan badai episodik yang masing-
masing memiliki karakteristik spasial dan temporal sendiri (Liu et al, 2000). Faktor
oseanografi yang berperan dalam distribusi sedimen di suatu perairan adalah arus,
khususnya terhadap sedimen tersuspensi (suspended sediment) (Purnawan et al.,
2012). Hal ini senada dengan Darlan (1996) yang menyebutkan bahwa distribusi
fraksi sedimen dipengaruhi oleh arus. Pada daerah dengan turbulensi tinggi, fraksi
yang memiliki kenampakan makroskopis seperti kerikil dan pasir akan lebih cepat
mengendap dibandingkan fraksi yang berukuran mikroskopis seperti lumpur.
Mekanisme distribusi pasir ini sangat tergantung dari dua faktor yang saling
bergantungan yaitu penyortiran hidrolik (hydrolic sorting) dan pengendapan (Wenno
dan Witasari, 2001).

Gaya yang bekerja pada partikel adalah fungsi dari viskositas dan densitas
media fluida seperti halnya massa partikel. Fluida berviskositas lebih tinggi
menggunakan gaya seret dan angkat yang lebih besar untuk kecepatan aliran tertentu.
Dua fluida yang terpenting di permukaan bumi adalah air dan udara. Aliran air dapat
mentransportasikan klastik sebesar bongkah pada kecepatan yang terekam dalam
sungai, tapi bahkan pada badai dengan kekuatan angin yang sangat tinggi, partikel
mineral dan batuan terbesar yang terbawa kemungkinan besar berukuran sekitar satu
milimeter. Pembatasan ukuran partikel yang terbawa angin adalah satu kriteria yang
mungkin digunakan untuk membedakan material yang diendapkan oleh air dari yang
ditransportasikan dan diendapkan oleh angin (8.2). Fluida berviskositas lebih tinggi
seperti es dan aliran debris(4.6.1) dapat mentransportasikan bongkah berukuran
beberapa meter hingga puluhan meter panjangnya. Klastik besar mungkin terbawa di
bagian teratas dari aliran laminar.
B. Transport Sedimen
Ada dua kelompok cara mengangkut sedimen dari batuan induknya ke tempat
pengendapannya, yakni supensi (suspendedload) dan bedload tranport. Di bawah ini
diterangkan secara garis besar ke duanya.
 Suspensi
Dalam teori segala ukuran butir sedimen dapat dibawa dalam suspensi, jika arus
cukup kuat. Akan tetapi di alam, kenyataannya hanya material halus saja yang
dapat diangkut suspensi. Sifat sedimen hasil pengendapan suspensi ini adalah
mengandung prosentase masa dasar yang tinggi sehingga butiran tampak
mengambang dalam masa dasar dan umumnya disertai memilahan butir yang
buruk. Ciri lain dari jenis ini adalah butir sedimen yang diangkut tidak pernah
menyentuh dasar aliran.
 Bedload transport
Berdasarkan tipe gerakan media pembawanya, sedimen dapat dibagi menjadi :
1. Endapan arus traksi
Arus traksi adalah arus suatu media yang membawa sedimen didasarnya. Pada
umumnya gravitasi lebih berpengaruh dari pada yang lainya seperti angin atau
pasang-surut air laut. Sedimen yang dihasilkan oleh arus traksi ini umumnya
berupa pasir yang berstruktur silang siur, dengan sifat-sifat: pemilahan baik,
tidak mengandung masa dasar, dan ada perubahan besar butir mengecil ke atas
(fining upward) atau ke bawah (coarsening upward) tetapi bukan perlapisan
bersusun (graded bedding).
Di lain pihak, sistem arus pekat dihasilkan dari kombinasi antara arus traksi dan
suspensi. Sistem arus ini biasanya menghasilkan suatu endapan campuran antara
pasir, lanau, dan lempung dengan jarang-jarang berstruktur silang-siur dan
perlapisan bersusun.

2. Endapan arus pekat (density current)


Arus pekat (density) disebabkan karena perbedaan kepekatan (density) media. Ini
bisa disebabkan karena perlapisan panas, turbiditi dan perbedaan kadar garam.
Karena gravitasi, media yang lebih pekat akan bergerak mengalir di bawah media
yang lebih encer.
Dalam geologi, aliran arus pekat di dalam cairan dikenal dengan nama turbiditi.
Sedangkan arus yang sama di dalam udara dikenal dengan nuees ardentes atau
wedus gembel, suatu endapan gas yang keluar dari gunungapi.
3. Endapan Suspensi
Endapan dari suspensi pada umumnya berbutir halus seperti lanau dan lempung
yang dihembuskan angin atau endapan lempung pelagik pada laut dalam.

Klasifikasi Transpor Sedimen

Transpor sedimen diklasifikasikan berdasarkan sumber asalnya dan mekanisme


transpornya. Transpor material dasarnadalah transor (pergerakan) material yang
ditemukan di dasar sungai.
 Wash load: sedimen yang tidak ditemukan di dasar sungai karena
secara permanen tersuspensi.
 Bed load: sedimen yang secara kontinu berada di dasar sungai, terangkut secara
menggelinding, menggeser, melompat.
 Suspended load: Sedimen yang tersuspensi oleh turbulensi aliran
dantidak berada di dasar sungaiBerdasarkan mekanisme transpornya sedimen
suspense terbagi menjadi dua yaituwash load dan bed material transport.
 Wash load adalah material yang lebihhalus dibandingkan material dasar
saluran. Biasanya ukuran butirannya rata-rata D 50 = 60 mikrometer
untuk mudah membedakan antara wash loaddan bed material load.
Sedimen sebagai material padat alami yang bersifat lepas terbentuk dari
pecahan partikel batuan yang telah ada sebelumnya. Proses pelepasan partikel batuan
menjadi sedimen umumnya disebut pelapukan. Gary Nichols (2009) membedakan
proses pelapukan menjadi 2 jenis, yaitu pelapukan fisika dan pelapukan kimiawi.
gambar 1. Pengaruh Transport Sedimen (Gari Nichols, 2009)

C. Ringkasan Hasil Penelitian

Sedimen pantai merupakan material sedimen yang diendapkan di pantai.


berdasarkan ukuran butirnya, sedimen pantai dapat berkisar dari sedimen berukuran
halus sampai pada yang berukuran kasar. Hasil perhitungan dominasi butiran pada
kedua lokasi penelitian, memiliki pola distribusi sedimen yang sangat beragam.
Perbedaan karakteristik perairan pada kedua lokasi mungkin menjadi faktor yang
sangat mempengaruh pola distribusi sedimen pada kedua lokasi penelitian. Distribusi
sedimen pada pantai Wayame berdasarkan hasil analisa, terlihat bahwa pada daerah
pantai Wayame sangat didominasi oleh parikel dengan ukuran pasir, pasir sedang
(medium sand) dan pasir halus (fine sand) kecuali pada transek 1 kuadran 3 dan
transek 3 kuadran 2 didimonasi oleh kerikil (granule) (Tabel 1).
Dengan demikian berarti walaupun tekanan yang diterima agak kecil namun
pola transpor tidak memberikan peluang partikel ukuran kecil terdeposit dengan baik.
Perbedaan dominasi sangat berhubungan dengan besar tekanan yang diterima, diduga
terjadinya dominasi oleh partikel dengan ukuran kerikil (granule) disebabkan karena
pada titik-titik tersebut merupakan lokasi pertemuan massa air akibat gelombang
datang dan gelombang balik (hempasan) yang mengakibatkan turbulensi dan
meningkatkan tekanan pada wilayah sekitar perairan pantai.
Dari nilai dominasi secara vertikal ada beberapa poin yang menjadi catatan,
yaitu pola dominasi pada titik-titik pengamatan di kedua lokasi penelitian
menunjukan keberagam dominasi butiran pada setiap titik di transeknya. Hal ini
terjadi karena perbedaan karakteristik perairan yang berbeda serta pengaruh dari
komponen seperti arus dan gelombang, di perairan pantai Hutumuri yang berhadapan
langsung dengan Laut Banda, kestabilan dan dinamika pantainya sangat dipengaruhi
oleh kondisi perairan tersebut. Tekanan yang besar mengakibatkan distribusi sedimen
pantai Hutumuri lebih didominasi oleh partikel dengan ukuran material yang lebih
besar. Sedangkan pada perairan pantai Wayame yang terletak di dalam teluk dengan
tekanan dari komponen berupa arus dan gelombang yang agak lemah serta banyaknya
masukan dari daratan akibat pembangunan, menjadi faktor utama distribusi sedimen
pantai Wayame sangat didomonasi oleh partikel dengan ukuaran material yang lebih
halus berupa pasir (sand).
Menurut Dyer (1986) dominasi partikel sedimen pada kawasan pantai sangat
bergantung pada besar kecilnya tekanan yang oleh pantai tersebut, tekanan yang
dimaksudkan berasal dari gelombang, pasang surut dan arus pantai.

Anda mungkin juga menyukai