PENCEMARAN LAUT
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
i
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
PENCEMARAN LAUT
ii
LEMBAR PENGESAHAN
PENCEMARAN LAUT
Oleh : Kelompok 9
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, karunia
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Pencemaran Laut, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Asisten praktikum Pencemaran
Laut yang telah membantu kami dalam menyusun laporan ini. Kepada Bapak / Ibu
Dosen mata kuliah Pencemaran Laut, dan semua pihak yang telah membantu, dan
memberikan masukan dalam menyusun laporan ini.
Akhirnya dengan segala keterbatasan serta pengetahuan, penulis menyadari
bahwa dalam penulisan ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan komentar yang dapat dijadikan
masukan dalam menyempurnakan kekurangan penulis di masa yang akan datang
dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................iv
DAFTAR ISI........................................................................................................................... v
1.PENDAHULUAN .............................................................................................................. 10
2.2.2 pH ..................................................................................................................... 15
2.2.5 DO .................................................................................................................... 17
v
2.3.1 Penyaringan ..................................................................................................... 18
3. METODE ........................................................................................................................ 22
4. PEMBAHASAN ............................................................................................................... 28
5. PENUTUP ....................................................................................................................... 48
LAMPIRAN ......................................................................................................................... 52
vi
1. Asisten Zone .............................................................................................................. 52
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
1.PENDAHULUAN
10
bermacam-macam bahan sebagai aktivitas manusia ke dalam lingkungan yang
biasanya memberikan pengaruh berbahaya terhadap lingkungannya. Organisme
yang mengalami dampak secara langsung dari pengaruh limbah atau pencemaran
terhadap badan air adalah organisme yang tergolong dalam kelompok akuatik.
Apabila suatu limbah yang berupa bahan pencemar masuk kesuatu lokasi maka akan
terjadi perubahan pada lokasi serta lingkungan yang berupa faktor kimia dan fisika.
Kondisi alam sebenarnya dalam keseimbangan yang beraturan, membentuk mata
rantai yang berhubungan satu sama lainnya, sehingga apabila salah satu
komponennya terganggu maka akan berpengaruh pada komponen yang lainnya
(Fitriyah, 2007).
11
2.TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Logam Berat
2.1.1 Logam Berat Cd
Kelarutan logam berat sangat dipengaruhi oleh kandungan oksigen terlarut.
Pada daerah dengan kandungan oksigen yang rendah daya larutnya lebih rendah
sehingga mudah mengendap. Logam berat seperti Zn, Cu, Cd, Pb, Hg, dan Ag akan
sulit terlarut dalam kondisi perairan yang anoksik. Mengendapnya logam berat
bersama-sama dengan padatan tersuspensi akan mempengaruhi kualitas sedimen di
dasar perairan serta perairan di sekitarnya. Parameter kimia dan fisika yang turut
mempengaruhi kandungan logam berat dalam perairan adalah arus, suhu, salinitas,
padatan tersuspensi total, dan derajat keasaman (pH). Pada umumnya faktor
oseanografi yang paling berperan dalam penyebaran bahan cemaran adalah arus,
pasang surut, gelombang dan keadaan bathimetri( Maslukah, 2006).
3
Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan densitas lebih besar dari 5g/cm ,
terletak disudut kanan bawah pada system periodik unsur, mempunyai afinitas yang
tinggi terhadap S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92, dari periode 4 sampai
7. Sebagian logam berat seperti Plumbum (Pb), Kadmium (Cd), dan Merkuri (Hg)
merupakan zat pencemar yang sangat berbahaya. Afinitasnya yang tinggi terhadap S
menyebabkan logam ini menyerang ikatan S dalam enzim, sehingga enzim yang
bersangkutan menjadi tidak aktif. Gugus karboksilat (-COOH) dan amina (-NH ) juga
2
bereaksi dengan logam berat. Kadmium, Plumbum, dan Tembaga terikat pada sel-sel
membran yang menghambat proses transformasi melalui dinding sel. Logam berat
juga mengendapkan senyawa posfat biologis atau mengkatalis penguraiannya.
(Manahan1977, dalam Ernawati 2010).
13
Menurut pendapat Sahara (2009), yang menyatakan bahwa semakin kecil
ukuran partikel, semakin besar kandungan logam beratnya. Hal ini disebabkan karena
partikel sedimen yang halus memiliki luas permukaan yang lebih besar dengan
kerapatan ion yang lebih stabil untuk mengikat Cu dari pada partikel sedimen yang
lebih besar.Pencemaran logam berat dalam badan perairan pada konsentrasi tertentu
dapat berubah fungsi menjadi sumber racun bagi kehidupan perairan. Meskipun daya
racun yang ditimbulkan oleh satu jenis logam berat terhadap semua organisme
perairan tidak sama, namun kepunahan dari satu kelompok dapat menjadikan
terputusnya rantai makanan kehidupan. Ukuran partikel sedimen berperan penting
terhadap daya akumulasi logam berat.
14
Secara alamiah timbal dapat masuk ke dalam badan perairan melalui pengkristalan
timbal di udara dengan bantuan air hujan (Khasanah, 2009).
2.2.2 pH
Derajat keasaman atau Ph merupakan nilai yang menunjukkan aktivitas ion
hidrogen dalam air. Nilai pH suatu perairan dapat mencerminkan keseimbangan
antara asam dan basa dalam perairan tersebut. Derajat keasaman sangat atau pH
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup biota laut, misalnya ikan.
Kisaran nilai pH disuatu perairan berbeda- beda pada setiap wilayah. Pada kisaran
nilai pH air laut berkisar antara 7,5-8,4 dan akan semakin rendah ke wilayah pantai
karena daerah terpengaruhi oleh air tawar (Affan, 2012).
15
Derajat keasaman suatu perairan merupakan salah satu parameter kimia yang
cukup penting dalam memantau kestabilan perairan. Perubahan nilai pH suatu
perairan terhadap organisme akuatik mempunyai batasan tertentu dengan nilai pH
yang bervariasi, tergantung pada suhu air laut, konsentrasi oksigen terlarut dan
adanya anion dan kation. Pada umumnya, nilai pH dalam suatu perairan berkisar
antara 4-9, sedangan di daerah bakau, niali pH dapat menjadi lebih rendah
disebabkan kandungan bahan organik yang tinggi (Simanjuntak, 2009).
2.2.3 Salinitas
Salinitas adalah tingkat tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air.
Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan kadar garam tanah. Kandungan
garam pada sebagaian besar danau, sungai dan saluran air alami sangat kecil
sehingga air tersebut dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam sebenarnya
pada air ini secara definisi kurang dari 0,05 ppt. jika lebih dari itu dikategorikan sebagai
air payau. Salinitas pada umumnya stabil, namun ada beberapa daerah yang
mengalami fluktuasi (Darmadi, 2010).
Salinitas disamping suhu, adalah merupakan faktor abiotik yang sangat
menentukan penyebaran biota laut. Perairan dengan salinitas lebih rendah atau lebih
tinggi dari pada pergoyangan normal air laut merupakan faktor penghambat (limiting
factor) untuk penyebaran biota laut tertentu. pergoyangan air laut normal secara global
berkisar antara 33 %o sampai dengan 37 ‰ dengan nilai tengah sekitar 35 %o.
Walaupun demikian terdapat kodisi ekstrim alami, seperti di Laut Merah pada saat
tertentu salinitas air laut dapat mencapai 40 ‰ ataupun seperti contoh di Laut Baltik,
terutama di sekitar Teluk Bothnia salinitas air laut dapat mencapai titik terendah yaitu
sekitar 2 %c. Perairan muara sungai dan estuaria biasanya mempunyai salinitas lebih
rendah dari air laut normal dan disebut sebagai perairan payau (brackish water) (Aziz,
1994).
2.2.4 Kecerahan
Kecerahan merupakan tingkat dimana cahaya menembus lapisan perairan.
Pengukuran kecerahan menggunakan alat yang disebut seschi disc. Kecerahan
menunjukkan kemampuan penetrasi cahaya yang masuk dalam perairan. Tingkat
penetrasi cahaya sangat di pengaruhi oleh partikel tersuspensi dan terlarut dalam air
16
sehingga mengurangi laju fotosintesis organisme perairan. Kecerahan juga
dpengaruhi oleh faktor yang sangat penting yaitu adanya sinar cahya matahari (Wijaya,
2009).
Kecerahan/kekeruhan merupakan ukuran transparansi suatu perairan, yang
ditentukan secara visual dengan menggunakan sechi disk. Kecerahan/ kekeruhan
menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang
diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam badan air.
Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi
dan terlarut, maupun bahan organik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain.
Padatan tersuspensi berkorelasi positif dengan kekeruhan. Semakin tinggi nilai
padatan tersuspensi suatu perairan akan menaikkan kekeruhan perairan tersebut,
akan tetapi tidak selalu berkorelasi dengan padatan terlarut total (Santoso, 2008).
2.2.5 DO
Oksigen terlarut (DO) merupakan faktor pembatas bagi kehidupan organisme.
Perubahan konsentrasi oksigen terlarut dapat menimbulkan efek langsung yang
berakibat pada kematian organisme perairan. Sedangkan pengaruh tidak langsung
adalah meningkatkan toksisitas bahan pencemar yang berada dalam perairan. Hal
tersebut karena oksigem terlarut digunakan untuk proses metabolisme dalam tubuh
dan perkembangbiakan organisme. Kelarutan oksigen di dalam air dipengaruhi suhu,
salinitas, dan tekanan udara. Peningkatan suhu dan salinitas menyebabkan
penurunan oksigen begitu juga sebaliknya. Kenaikan DO menyebabkan penurunan
suhu dan salinitas ( Affan, 2012).
Oksigen yang dikenal dengan nama zat asam merupakan unsur yang sangat
berperan dalam proses kehidupan dan penghidupan yang normal di dunia ini. Tanpa
oksigen proses respirasi dari organisme tidak akan berjalan. sehingga tentunya akan
diikuti oleh kematian. Begitu pula bahan bakar tidak akan terbakar, logam tidak akan
berkarat dan yang penting lagi zat-zat organik tidak akan terurai atau mengalami
pembusukan tanpa adanya oksigen. Sumber terpenting oksigen adalah atmosfir dan
hasil samping proses fotosintesa tumbuhan air. Penambahan kandungan oksigen
dalam air laut hanya berlangsung pada lapisan-lapisan air permukaan melalui
17
absorpsi atau proses diffusi dari atmosfir dan proses fotosintesa (Azkab dan Muchtar,
1998).
2.2.6 Arus
Arus laut adalah gerakan massa air dari suatu tempat (posisi) ke tempat yang
lain. Arus laut terjadi dimana saja di laut. Pada hakekatnya, energi yang
menggerakkan massa air laut tersebut berasal dari matahari. Adanya perbedaan
pemanasan matahari terhadap permukaan bumi menimbulkan pula perbedaan energi
yang diterima permukaan bumi. Perbedaan ini menimbulkan fenomena arus laut dan
angin yang menjadi mekanisme untuk menye-imbangkan energi di seluruh muka bumi.
Kedua fenomena ini juga saling berkaitan erat satu dengan yang lain. Angin
merupakan salah satu gaya utama yang menyebabkan timbulnya arus laut selain gaya
yang timbul akibat dari tidak samanya pemanasan dan pendinginan air laut (Azis,
2006).
Arus merupakan gerakan air yang sangat luas yang terjadi pada seluruh lautan
di dunia. Pergerakan air ini merupakan hasil dari beberapa proses yang terdiri dari
adanya aksi angin di atas permukaan laut dan terjadinya perbedaan kerapatan air laut
yang disebabkan oleh pemanasan matahari. Arus dapat pula dihasilkan dari aktifitas
pasang surut dan pergerakan ombak di pantai.Gerakan air di permukaan laut terutama
disebabkan oleh adanya angin yang bertiup di atasnya. Akibatnya arus yang mengalir
di permukaan lautan merupakan hasil kerja gabungan dari mereka ini. Faktor-faktor
tersebut adalah bentuk topografi dasar lautan, pulau-pulau yang ada di sekitarnya,
dan gaya coriolis.( Lanur dan Suwarni, 2011).
2.3.1 Penyaringan
Salah satu proses pengolahan air secara fisik adalah dengan filtrasi,
dimana terjadi pemisahan antara padatan/koloid dengan cairan. Pada proses ini,
digunakan media filtrasi yang sangat beragam untuk mendukung. Kelancaran proses
pengolahan air bersih. Secara umum filtrasi adalah proses yang digunakan pada
pengolahan air bersih untuk memisahkan bahan pengotor (partikulat) yang terdapat
18
dalam air. Pada prosesnya air merembes dan melewati media filter sehingga akan
terakumulasi pada permukaan filter dan terkumpul sepanjang kedalaman media yang
dilewatinya. Filter juga mempunyai kemampuan untuk memisahkan partikulat
semua ukuran termasuk didalamnya algae, virus, dan koloid-koloid tanah (Selintung,
2012).
Proses filtrasi bertujuan memisahkan padatan dari campuran fasa cair dengan
kekuatan pendorong (driving force) perbedaan tekanan sehingga mendorong fasa cair
melewati lapisan pada medium filter. Pada proses filtrasi, pemisahan padatan akan
tertahan pada medium penyaring. Sedangkan fasa cair yang melewati medium filter
berupa limbah atau hasil sampingnya. Prosedur filtrasi sederhana dapat diterapkan
langsung pada benda padat yang bentuknya tetap. Sebaliknya, diperlukan perlakuan-
perlakuan khusus sebelum dan sesudah proses filtrasi jika padatan yang akan
dipisahkan berupa cairan yang mudah terdeformasi atau berukuran kecil dan
relatifsulit diambil dari suspensi cair. Filtrasi sering diterapkan pada proses-proses
biologis seperti memisahkan ekstrak juice atau memisahkan mikroorganisme dari
medium fermentasinya. Pada proses-proses pemisahan yang sulit, proses filtrasi
konvesional harus didukung dengan teknologi lain agar filtrasi lebih praktis, cepat, dan
kualitas tidak terdegradasi(ITB, 2015).
19
sampel, sampel diambil berdasarkan tiap titik pegambilan sampel yang telah
ditetapkan. Pada tiap masing-masing titik lokasi pengambilan sampel, diambil sampel
air laut sebanyak 1 liter. Setelah pengambilan sampel, sampel yang telah diambil
kemudian diawetkan dengan menggunakan asam nitrat 65 %. Untuk 1 liter sampel,
ditambahkan sebanyak 2 mL asam nitrat pekat (Arifin et al., 2012).
𝜇𝑔 (𝐷 − 𝐸)𝑥𝐹𝑝𝑥𝑉
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑏 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐶𝑑 ⁄𝑔 =
𝑊
Dimana:
𝜇𝑔
D adalah konsentrasi contoh ⁄𝑙 dari hasil pembacaan AAS
20
𝜇𝑔
E adalah konsentrasi blanko contoh ⁄𝑙 dari hasil pembacaan AAS
Fp adalah faktor pengenceran
V adalah volume akhir larutan contoh yang disiapkan (ml), harus diubah ke dalam
satuan liter
W adalah berat contoh (g)
21
3. METODE
22
3.2 Bahan Dan Fungsi
Tabel 3 Bahan Dan Fungsi
Bahan Fungsi
Sampel air laut Larutan atau sampel yang akan diuji
Aquades Mensterilkan alat
Larutan HNO3 Sebagai larutan preservasi, pengawet sampel
dan pengikat unsur logam
Larutan HCl Untuk menghilangkan unsur logam berat yang
ada pada kertas saring Whatman
Kertas saring Whatman Untuk penyaring larutan atau sampel air laut
Sabun Untuk membersihkan alat (water sampler)
23
b. Pengambilan Sampel Air Laut
Hasil
Hasil
24
b. Pengawetan Sampel
Disiapkan Alat dan Bahan
Hasil
25
3.3.3 AAS
Disiapkan alat dan bahan
- Tekan tombol Power yang digunakan untuk menghidupkan blower
- Putar Tuas pada tabung berlawan jarum jam agar longgar, kemudian
baut yang berada dibawah compressor dikencangkan, Putar knop
untuk memberi supply oksigen kemudian sambungkan kabel pada
listrik.
- Tekan tombol power yang ada pada AAS
- Tunggu beberapa saat sampai muncul starting method server
- Pada Start Up pilih flame, lalu tekan ok
- Pada menu lamp pilih install lamps, kemudian akan muncul daftar
logam yang akan dianalisis. Pilih logam berat yang akan diteliti
- Isi satuan pada wavelength, pilih ok
- Kemudian isi pada slit, pilih ok
- Selanjutnya pindah ke menu flame. Pastikan interlocks berwarna hijau
- Kemudian ke menu parameter, pilih spektometer yang ada dipojok
kanan pada layar, terdapat menu intergration time, replicates dan read
delay (tidak perlu diubah), pada menu sample handling pilih manual
data display
- Kemudian klik calibration dan pada calibration equaption pilih linear
trought zero. Lalu tulis standart konsentrasi yang telah diketahui pada
sampel
- Memulai analisa pilih menu flame tekan tombol on/off untuk
menghidupkan/menyalakan api
- Masukkan selang kedalam blanko, lalu klik menu analyze, tekan
tombol analyze blank, tunggu hingga proses selesai. Proses ini
membutuhkan sedikit waktu
- Bilas selang dengan larutan pembilas, masukkan selang kestandar 1.
Tekan tombol analyze standard tunggu hingga proses selesai, lalu
ulangi untuk standard berikutnya. Kemudian pilih analyze sample untuk
menganalisa sampel yang belum diketahui konsentrasinya.
26
- Setelah blanko dan standard selesai dianalisa, tekan display calibration
maka akan muncul kurva kalibrasi
- Setelah alat digunakan, maka matikan alat dengan cara, klik menu
flame, klik bleed gases tunggu hingga selesai prosesnya
- Pada menu lamps pilih install lamps kemudian hilangkan centang pada
daftar logam berat yang diujitadi
- Tekan tombol power pada AAS untuk mematikan
- Tutup tabung gas etilen dan copot konektor listrik kompresor, lalu buka
derat kompresor yang di bawah, dan biarkan terbuang anginnya
Hasil
27
4. PEMBAHASAN
28
sebagai penyebab alergi, karsinogen bagi manusia dan dalam konsentrasi yang tinggi
akan menyebabkan kematian (Arifin,2012).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah secara purposive sampling
atau berdasarkan pertimbangan : Titik 1, Titik 2, Titik 3 Titik 4 Titik 5 Titik 6.
Koordinat tiap stasiun
Tabel 4 Koordinat Tiap Stasiun
No Stasiun Koordinat
1 S1 -7.726269° 113.225362°
2 S2 -7.721943° 113.227846°
3 S3 -7.723818° 113.220543°
4 S4 -7.726492° 113.221933°
5 S5 -7.722556° 113.217729°
6 S6 -7.736509° 113.211879°
Keterangan:
Stasiun 1: Pelabuhan (tempat docking kapal)
Stasiun 2: Perairan lepas
Stasiun 3: Pabrik kayu (cat dan buangan limbah)
Stasiun 4: Teluk (sedimen berpasir hitam pekat)
Stasiun 5: Muara arah masuk kapal
Stasiun 6: Pemukiman penduduk
Skema kerja pengambilan sampel dan penghitungan parameter-parameter
dilapang dilakukan dengan berbagai cara, Dimulai dari persiapan dan pengambilan
sampel, pertama disiapkan water sampler yang telah dicuci menggunakan sabun, lalu
dikeringkan water sampler dan diberi aquades, kemudian ditutup water sampler dan
di kocok setalah itu aquades dibuang, Hal selanjutnya water sampler di beri alcohol
70% dikocok dan dibuang kembali sehinnga water sampler steril dan bersih. Jika telah
selesai langkah berikutnya adalah pengambilan sampel.lamglah awal dengan
menyiapkan alat dan bahan, kemudian masukan water sampler ke dperaian sedalam
15 cm, dengan metode “Composit Sample” yaitu pengambilan sampel dengan rentang
waktu 5 hingga 15 menit secara berulang – ulang, kemudian dibuka tutupnya dan
biarkan air masuk, setelah penuh water sampler ditutup didalam air agar tidak
29
terkontaminasi udara, setelah itu water sampler di keluarkan dari perairan dan
disimpan di cool box agar molekulnya tidak berubah.
Untuk identifikasi kualitas air laut peengambilan sampel air dilakukan dengan
menggunakan Rosette sampler yang dilengkapi dengan botol Niskin dan CTD
(Conductivity, Temperature and Depth) pada 3 lapisan yaitu lapisan permukaan (0–1
m), tengah (20–100 m), dan dekat dasar (100–200 m) yang disesuaikan dengan
kedalaman sampling plankton. Kadar oksigen terlarut diukur dengan menggunakan
metode titrasi Winkler dalam buku U.S, Derajat keasaman (pH) diukur dengan pH
meter Cyber Scan 300, sedangkan kadar fosfat, nitrat, dan silikat diukur dengan
Spektrofotometer pada panjang gelombang 885 nm untuk fosfat, 543 nm untuk nitrat,
dan 810 nm untuk silikat (Simanjuntak,2012).
Pengukuran kualitas air dengan menggunakan parameter parameter lingkungan
juga penting, mulai dari suhu. Langkah awal adalah dengan mengkalibrasi sensor
thermometer digital, setelah itu di masukan ke sampel, ditunggu hingga angka pada
layar stabil, dan disapat hasil suhumya. Parameter DO atau Dissolve Oxygen
merupakan parameter penting karena akan menggambarkan kadar oksigen terlarut di
suatu perairan. Cara pengambilannya adalah dengan DO meter, pertama kalibrasi
sensor dengan aquades, kemudian celupkan DO meter ke perairan tekan tombol
power, tunggu angka pada layar DO meter stabil, setelah stabil tehan hold dan di
dapat hasil oksigen terlarutnya. Untuh pengukuran PH atau tingkat keasaman laut
dengan menggunakan PH meter. Langkah awal dengan kalibrasi sendor PH meter
dengan aquadesm, selanjutnya dimasukan ke dalam air sampel dan ditunggu
beberapa menit, dan didapat hasil pada PH meter. Parameter selanjutnya adalah
kecerahan. Cara pengukuran kecerahan dengan menggunakan sechi disk, pertama
masukan kedalam air hingga tidak terlihat pertama, kemudian diberi tanda dan diukur
tali dicatat sebagai D1, setelah itu ditarik lagi secchi disk sampai pertama terlihat diberi
tanda dan diukur lagi, kemudian di hitung rata-ratanya dan didapat hasil kecerahannya.
Wilayah perairan ini cukup ramai dengan transportasi laut baik alur pelayaran
domestik maupun internasional. Jumlah penduduk di sekitar perairan pantai semakin
padat dengan segala aktivitasnya, pelabuhan, perikanan dan pariwisata juga semakin
meningkat. Demikian juga limbah industri domestik serta buangan-buangan lainnya
juga masuk ke perairan ini. Kondisi semacam ini dapat mengakibatkan perubahan
30
kualitas perairan ke arah yang tidak kita inginkan. Bagian penting dari gambaran
oseanografi suatu perairan laut adalah deskripsi dari penyebaran atau distribusi
spasial maupun temporal dari parameter suhu, salinitas dan oksigen. Pengamatan
suhu, salinitas dan oksigen terlarut merupakan parameter yang tak dapat dipisahkan
dalam hampir setiap pene-litian di laut. Hal ini karena berbagai aspek distribusi
parameter seperti reaksi kimia dan proses biologi merupakan fungsi dari suhu,
sehingga suhu ini menjadi suatu variabel yang menentukan (Patty,2013).
31
5. Hindari percikan atau tumpahan asam. Jika mengenai anggota badan, sesegera
mungkin bilas dengan air, siram dengan larutan soda kue (NaHCO3 5%), dan
netralkan dengan larutan amonia (NHN4OH 5%).
6. Bahan pengawet harus ditambahkan dengan menggunakan pipet atau botol tetes
ke tiap wadah sample.
7. Pengawet harus merupakan bahan kimia yang mempunyai kemurnian tinggi
(reagent grade atau higher grade chemical).
8. Semua bahan pengawet harus disimpan di laboratorium dan dipisahkan menurut
karakteristik kimianya. Asam harus disimpan dalam lemari asam, sedangkan
pelarut harus disimpan dalam lemari pelarut.
9. Semua bahan pengawet yang dibawa ke lokasi pengambilan sample harus
disimpan dalam wadah plastic atau teflon yang bersih. Hindarilah kebocoran atau
tumpahan dan pisahkan semuaitu dari wadah sample untuk menghindari
kontaminasi.
32
Gambar 1 Blower Pada AAS
Langkah selanjutnya putar tuas pada tabung berlawan jarum jam agar longgar,
kemudian baut yang berada dibawah kompressor dikencangkan, Putar knop untuk
memberi supply oksigen kemudian sambungkan kabel pada listrik.
Gambar 2 Kompressor
33
Tekan tombol power yang ada pada AAS
34
Gambar 5 Starting Methode Server
Pada menu lamp pilih install lamps, kemudian akan muncul logam berat yang akan di
analisis.
35
Gambar 7 Menu Lamps
Pilih Logam berat yang akan diteliti Isi satuan pada wave lenght, pilih ok
Kemudian isi pada slit, pilih ok, Selanjutnya pindah ke menu flame Pastikan interlocks
berwarna hijau
36
Gambar 9 Slit Yang Harus Diisi
Kemudian Ke menu parameter pilih spectrometer yang ada di pojok kanan pada
layar,terdapat menu integration time, replicates dan read delay (tidak perlu dirubah),
pada menu sample handling pilih manual data display, klik calibration dan pada
calibration equaption pilih linear trought zero. Lalu tulis standart konsentrasi yang
telah diketahui pada sampel
37
Gambar 11 Menu Parameter
38
Gambar 13 Menu Flame Untuk Memulai Analisa
39
Gambar 15 Tombol Analyze
Setelah blanko dan standard selesai dianalisa, tekan display calibration maka akan
muncul kurva kalibrasi
40
Gambar 17 Menu Lamps Pada Bleed Gasses
4.2.1 Lapang
42
Tabel 5 Hasil Pengamatan Lapang
STASIUN 1 Parameter 1 2 3
o o o
Suhu 33 C (09.47 WIB) 33 C (10.00 WIB) 33 C (10.15 WIB)
210,5 cm (09.45 WIB) 173,3 cm (10.00 WB) 169 cm (10.15 WIB)
Kecerahan
d1= 290, d2=131 d1=231, d2=116 d1=225, d2=113
Salinitas 29 ppt (09.52 WIB)
DO 25,2 mg/L (09.52 WIB)
PH 8,22 (09.52 WIB)
STASIUN 2 Suhu 33OC (11.57 WIB) 33o (12.12 WIB) 33OC (12.27 WIB)
Kecerahan 258,5 cm (11.21 WIB) 269 cm (11.36 WIB) 251 cm (11.51 WIB)
d1=305, d2=212 d1=305, d2=233 d1=305, d2=197
Salinitas 34 ppt (11.25 WIB)
DO 5,0 mg/L (11.40 WIB)
PH 8,40 (11.28 WIB)
STASIUN 4 Suhu 32oC (10.35 WIB ) 33oC (10.51 WIB) 33oC (11.05 WIB)
174,5 cm (11.06
Kecerahan 181 cm (10.36 WIB) 167 cm (10.51 WIB) WIB)
d1=248, d2=114 d1=220, d2=114 d1=231, d2=118
Salinitas 34 ppt (10.37 WIB)
43
DO 39,6 mg/L (11.10 WIB)
PH 8,97 (10.47 WIB)
STASIUN 5 Suhu 32oC (09.40 WIB) 32oC (09.55 WIB) 32oC (10.10 WIB)
Kecerahan 409 cm (09.40 WIB) 284 cm (09.55 WIB) 291 cm (10.10 WIB)
d1=433, d2=385 d1=297, d2=271 d1=345, d2=267
Salinitas 30 ppt (10.15 WIB)
DO 20,6 mg/L (10.00 WIB)
PH 8,7 (10.00 WIB)
STASIUN 6 Suhu 32oC (10.35 WIB ) 32oC (10.50 WIB) 31oC (11.05 WIB)
Kecerahan 108,5 cm (10.35 WIB) 91,5 cm (10.50 WIB) 105 cm (11.05 WIB)
d1=125, d2=92 d1=104, d2=79 d1=123, d2=88
Salinitas 29,3 ppt (11.10 WIB)
DO 17 mg/L (11.05 WIB)
PH 9,52 (11.05 WIB)
44
Tabel 6 Kondisi Lingkungan
Kondisi Lingkungan Koordinat
STASIUN 1
Perairannya tenang S= -07o 43' 27,24"
Warna air hijau pekat E= 113o 13' 44,50"
Terdapat banyak sampah plastik dan bangkai
organisme
Tercium bau tak sedap seperti bangkai
STASIUN 2
Lebih jauh dari dermaga S= -07o 43' 15,49"
Air berwarna hijau pekat E= 113o 13' 50,57"
Sedikit lebih bergelombang
Terlihat hiu dan ular laut
STASIUN 3
Sedikit jauh dari darat S= -07o 43' 14,59"
Warna air hijau pekat E= 113o 13' 31,67"
Tidak ditemukan sampah
Terlihat hiu dari atas kapal
STASIUN 4
Warna air hijau terang S= -07o 43' 23,74"
Dekat dengan pabrik E= 113o 13' 29,61"
Gelombang kecil
Tidak ditemukan sampah
STASIUN 5
Gelombang tenang S= 07o 43’ 32,1”
Warna air hijau pekat E= 113o 13’ 092”
Dekat dengan pemancingan
Tidak ditemukan sampah
Banyak kapal lewat
STASIUN 6
Dekat dengan permukiman S= 07o 43' 42,4"
Airnya berwarna hijau kecoklatan E= 113o 12' 42"
Gelombang cukup besar
44
Perbandingan Data Hasil Lapang dengan Baku Mutu.
Parameter Nilai Rata-Rata Baku Mutu Keterangan
Suhu 32,36 30-33 Optimum
Kecerahan 221,9 >300 Minimum
Salinitas 31,38 33-34 Minimum
DO 24,5 >5 Optimum
PH 8,65 7-8,5 Optimum
Suhu
Nilai suhu Baku Mutu perairan Indonesia yaitu 30-33oC, sedangkan nilai data
hasil praktikum lapang yang sudah dirata-rata dari ke-7 stasiun yaitu 32,36, nilai ini
diasumsikan bahwa nilai suhu perairan tempat penelitian lapang (Pelabuhan Mayangan,
Probolinggo) dalam kondisi Optimum, hal tersebut dikarenakan nilai suhu di lapang
masuk dalam nilai Baku Mutu.
Kecerahan
Nilai kecerahan Baku Mutu perairan Indonesia yaitu >3 meter, sedangkan nilai
data hasil praktikum lapang yang sudah dirata-rata dari ke-7 stasiun yaitu 221,9cm, nilai
ini diasumsikan bahwa nilai keceraahan perairan tempat penelitian lapang (Pelabuhan
Mayangan, Probolinggo) dalam kondisi Minimum, hal tersebut dikarenakan nilai
kecerahan di lapang dibawah nilai Baku Mutu.
Salinitas
Nilai salinitas Baku Mutu perairan Indonesia yaitu 33-34, sedangkan nilai
data hasil praktikum lapang yang sudah dirata-rata dari ke-7 stasiun yaitu 31,38, nilai ini
diasumsikan bahwa nilai salinitas perairan tempat penelitian lapang (Pelabuhan
Mayangan, Probolinggo) dalam kondisi Minimum, hal tersebut dikarenakan nilai salinitas
di lapang masih dibawah nilai Baku Mutu.
DO
Nilai Disolved Oksigen (DO) Baku Mutu perairan Indonesia yaitu >5, sedangkan
nilai data hasil praktikum lapang yang sudah dirata-rata dari ke-7 stasiun yaitu 24,5, nilai
ini diasumsikan bahwa nilai DO perairan tempat penelitian lapang (Pelabuhan
Mayangan, Probolinggo) dalam kondisi Optimum, hal tersebut dikarenakan nilai suhu di
lapang masuk dalam ketentuan nilai Baku Mutu.
pH
Nilai Power of Hydrogen (pH) Baku Mutu perairan Indonesia yaitu 7-8,5,
sedangkan nilai data hasil praktikum lapang yang sudah dirata-rata dari ke-7 stasiun
yaitu 8,65, nilai ini diasumsikan bahwa nilai pH perairan tempat penelitian lapang
(Pelabuhan Mayangan, Probolinggo) dalam kondisi Optimum, hal tersebut dikarenakan
nilai pH di lapang masih diantara nilai Baku Mutu.
45
4.2.2 Preservasi
Hasil dari preservasi yang dilakukan pada tanggal 3 Mei 2015 di lapangan
Volly FPIK Brawijaya, sebagai berikut :
4.2.2 AAS
46
kali pengulangan yang kemudian akan terakumulasi dan di dapat sampel yang
efektif. Berikut adalah hasil dari pengukuran :
47
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan densitas lebih besar dari
3
5g/cm , terletak disudut kanan bawah pada system periodik unsur,
mempunyai afinitas yang tinggi terhadap S dan biasanya bernomor atom
22 sampai 92, dari periode 4 sampai 7.
2. Indikasi pencemaran laut dapat dilihat dari pengukuran parameter
lingkungan fisika (kecerahan, DO dan arus) dan parameter kimia (suhu,
pH dan salinitas).
3. Pengukuran logam berat dapat menggunakan AAS (Atomic Absorption
Spectrofotometry).
4. Metode yang dilakukan dalam praktikum pencemaran laut mencakup
pengambilan sampel, preservasi sampel dan AAS.
5.2 Saran
Praktikum Pencemaran Laut cukup menarik, namun ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan seperti ketersediaan alat yang dapat digunakan di laboratorium
dapat mengganggu aliran listrik gedung Pascasarjana serta koordinasi waktu
praktikum agar tidak bersamaan dengan praktikum lain.
48
DAFTAR PUSTAKA
Afdal, dkk. 2012. Pertukaran Gas CO2 Udara-Laut di Perairan Selat Nasik, Belitung.
Jakarta: Pisat Penelitian Oseanografi LIPI
Affan, Junaidi , M. 2012. Identifikasi Lokasi Untuk Pengembangan Keramba
Jarring Apung (KJA) Berdasarkan Faktor Lingkungan Dan Kualitas Air Di
Perairan Timur Bangka Belitung. Depok . IPB
Anshori, Al, Jamaluddin 2005. Spektrometri Serapan Atom. Universitas Padjajaran
Arifin,Bustanul. 2012. Analisis Kandungan Logam Cd, Cu, Cr Dan Pb Dalam Air
Laut Di Sekitar Perairan Bungus Teluk Kabung Kota Padang. Jurnal Teknik
Lingkungan Unand Vol 9
Azis, M., Furqon. 2006. Gerak Air Di Laut. Oseana, Volume XXXI, Nomor 4, hal :
9 - 21
Aziz, Aznam. 1994. Pengaruh Salinitas Terhadap Sebaran Fauna Echinodermata.
Oseana, Volume Xix, Nomor 2 : 23 – 32
Azkab, M., H., dan Muchtar, M., 1998. Seberapa Jauh Peranan Oksigen Dilaut.
Oseana, Volume Xxiii, Nomor 1 Hal : 9-18
Cahyani, et. al. 2012. Studi Kandungan Logam Berat Tembaga (Cu) pada Air,
Sedimen, dan Kerang Darah (Anadara granosa) di Perairan Sungai Sayung
dan Sungai Gonjol, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Journal Of
Marine Research. Volume 1. Universitas diponegoro . Semarang.
Ernawati. 2010. Kerang bulu (anadara inflate ) sebagai bioindikator pencemaran
logam berat timbale (pb) dan cadmium (cd) di muara sungai asahan. Tesis
USU
Fitiyah, Khaina, Rinda. 2007. Studi Pencemaran Logam Berat Kadmium (Cd),
Merkuri (Hg), dan Timbal (Pb), Pada Air Laut, Sedimen dam Kerang Bulu
(Anadara antiqua) di Perairan Pantai Lekok Pasuruan. Universitas Islam
Negeri Malang: Malang
Hadi, Anwar. 2005. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan.
Jakarta : Gramedia
Hutabarat ,Sahala . 2001.pengaru Kondisi oseanografi terhadap perubahan iklim,
produktivitas dan distribusi biota laut. Universitas Diponegoro. Semarang
Hutagalung, P., Horas. 1988. Pengaruh Suhu Air Terhadap Kehidupan Organisme
Laut. Oseana, Volume Xiii, Nomor 4 : 153 – 164
49
Ika, et. al. 2012. Analisis logam Timbal(Pb) dan Besi (Fe) dalam air laut di wilayah
psisir pelabuhan Ferry Taipa Kecamatan Palu Utara. Junal vol 4. University
of Tadulako, Palu
ITB. 2015. Panduan Pelaksanaan LaboratoriumInstruksional I/II Modul Filtrasi.
Departemen Teknik Kimia ITB. Bandung
Khasanah, N. E. (2009). Adsorpsi logam berat. Jurnal Oseana, 34(4), 1-7.
Kuncowati. 2010. Pengaruh Pencemaran Minyak di Laut Terhadap Ekosistem Laut.
Universitas Hang Tuah: Surabaya
Lanuru, Mahatma Dan Suwarni. 2011. Pengantar Oseanografi . Universitas
Hasanuddin. Makassar
Maslukah, Lilik. 2006. Konsentrasi Logam Berat Pb, Cd, Cu, Zn Dan Pola
Sebarannya Di Muara Banjir Kanal Barat, Semarang. Tesis. IPB . Bogor
Nugroho, Adi . 2009. Rekayasa Perangkat Lunak. Yogyakarta
Palar, H. (1995). Pencemaran dan etoksiologi logam berat. Jakarta: Rineka Cipta
Patty, I., Simon. 2013. Distribusi Suhu, Salinitas Dan Oksigen Terlarut Di Perairan
Kema, Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax Vol. 1
Pemerintah Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001
Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran
Pratama, G. A., Pribadi, R., & Maslukah, L. (2012). Kandungan logam berat Pb
dan Fe pada air, sedimen, dan kerang hijau (Perna viridis) di sungai Tapak
kelurahan Tugurejo kecamatan Tugu Kota Semarang. Jurnal of Marine
Research. 1(1), 133-137
Sahara, E. 2009. Distribusi Pb dan Cu pada berbagai ukuran partikel sediimen di
Pelabuhan Benoa. Bali
Santosa, Rizky, W. 2013. Dampak Pencemaran Lingkungan Laut Oleh
Perusahaan Pertambangan Terhadap Nelayan Tradisional. Lex
Administratum, Vol. 1/No.2/April – Juni 2013
Santoso, Dwi , Arif. Studi Penentuan Produktivitas Danau Buatan dengan MEI
(Morphoedaphic Index) Analysis. Jurnal Vol. 3
Selintung ,M dan Suryani. 2012. Studi pengolahan Air Melalui Media Filter Pasir
Kuarsa (Studi Kasus Sungai Malimpung). Jurnal Teknik Sipil. Universitas
Hasanuddin. Vol 6
Simanjuntak, Marojahan. 2009. Hubungan faktor lingkungan kimia, fisika terhadap
distribusi plankton di Perairan Belitung Timur, Bangka Belitung. Dalam Jurnal
Perikanan (J. Fish. Sci.) XI (1) 31-45 ISSN: 0853-6384
50
Tilaar, Sandra. 2014. Analisis Pencemaran Logam Berat di Muara Sungai
Tondano dan Muara Sungai Sario Manado Sulawesi Utara. Universitas Sam
Ratulangi
Wijaya, Train Septa Dan Riche Haryati. 2009. Struktur Komunitas Fitoplankton
Sebagai Bio Indikator Peramalan Danau Rawapening Kabupaten Semarang,
Jawa Tengah . Semarang : UNDIP
51
LAMPIRAN
1. Asisten Zone
Tanda
Nama Foto Pesan & Kesan
Tangan
Penyampaian
materinya
Afrita Ayu Sri
mohon
Hartanti
diperjelas
kembali
Penyampainnya
Bagus Adi
tepat sasaran,
Laksono
tingkatkan!
52
Tetap semangat
Nurin
walau sudah
Nahdiyah
semester akhir
Tetap semangat
Khoirotun
meskipun sudah
Nisa’
semester akhir
Tetap semangat
Selvi Aniati meskipun sudah
semester akhir
Penyampaian
materinya
Much. Bagus
mohon
Kurniawan
diperjelas
kembali
53
Mohon agar
Elsa Renindya lebih sering
Kamal terlihat saat
praktikum
Tetap memberi
Nur Farida semangat
Purwanti bagaimanapun
kondisinya.
Tetap semangat
Novianti Putri meskipun sudah
semester akhir
Mohon agar
Evy Afryani lebih sering
Sidabutar terlihat saat
praktikum
Tetap semangat
Devi Selvinia meskipun sudah
semester akhir
54
Penyampaian
materinya
Mayang
mohon
Setianingsih
diperjelas
kembali
55